Anda di halaman 1dari 7

ALTRUISME TOKOH UTAMA DILAN DALAM NOVEL DILAN 1990 ‘DIA ADALAH DILANKU’

Delta Nishfu Aditama

Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan perilaku altruisme tokoh utama Dilan dalam novel
Dilan 1990 'Dia Adalah Dilanku' karya Pidi Baiq. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori
alruisme David G. Myers. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode deskriptif kualitatif. Sumber
data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Dilan 1990 'Dia adalah Dilanku' karya Pidi Baiq. Data
yang dipaparkan dalam artikel penelitian ini merupakan kutipan-kutipan dalam novel yang
menggambarkan perilaku altruisme tokoh utama Dilan yang kemudian dikaji sesuai dengan tujuan
penelitian. Tenik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik baca dan catat. Sedangkan teknik
analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif. Hasil yang diperoleh dalam penelitian
ini adalah bentuk perilaku altruisme Dilan dan faktor penyebab adanya perilaku altruisme tersebut.

Kata Kunci: Altruisme, Cinta, Remaja, Tolong,

PENDAHULUAN
Menurut WHO (dalam Diananda, 2018) usia remaja adalah penduduk dalam rentang
usia 10-19 tahun. Kemudian menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 25 tahun 2014
remaja adalah penduduk dalam usia rentang 10-18 tahun. Sedangkan menurut Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) rentang usia remaja adalah 10-24 tahun
dan belum menikah. Usia remaja juga merupakan fase peralihan antara usia anak-anak
menuju usia dewasa. Fase ini dapat ditandai dengan adanya tanda-tanda perubahan
emosional maupun fisik yang dipengaruhi oleh hormon. G Stanly Hall, seorang psikolog
Amerika juga mengatakan bahwa masa remaja merupakan masa-masa penuh dengan
pergolakan konflik yang mana banyak dibuai oleh pikiran, perasaan, dan tindakan yang
bergerak pada kisaran antara kerendahan hati dan rasa sombong, kebaikan dan godaan,
serta kegembiraan dan kesedihan.
Novel karya Pidi Baiq berjudul Dilan “Dia adalah Dilanku Tahun 1990” adalah salah
satu novel yang menggambarkan kehidupan remaja semasa Sekolah Menengah Atas (SMA).
Secara umum, novel ini mengisahkan kisah percintaan antara tokoh utama Dilan dengan
Milea. Novel terbitan pertama tahun 2015 ini merupakan serial pertama yang kemudian
disadur oleh dua novel karya Pidi Baiq lainnya yakni Dilan 1991 dan Milea “suara dari Dilan”.
Novel ini menyajikan kisah kehidupan Dilan dari sudut pandang tokoh Milea sebagai sudut
pandang orang pertama. Dilan yang merupakan anak SMA digambarkan sebagai sosok yang
keras dan pemberani, ia merupakan panglima geng motor di Bandung pada saat itu. Akan
tetapi, di sisi lain Dilan merupakan sosok yang memiliki sisi lembut dan romantis terutama
pada seseorang yang ia sayangi yakni Milea.
Karya sastra sendiri merupakan sebuah karangan yang lahir dari realitas yang
kemudian dibuat sedemikian rupa oleh pengarang. Wellek (2016) berpendapat bahwa karya
sastra merupakan suatu karya yang menyajikan kehidupan tentang kenyataan sosial yang
meniru alam maupun dunia subjektif manusia. Pendapat tersebut merupakan turunan dari
pendapat Plato, seorang filsuf Yunani kuno, yang memandang bahwa karya sastra adalah
cerminan atau salinan dari realitas sosial. Kemudian pendapat Plato tersebut dikenal dengan
teori mimetik sastra.
Gambaran realitas remaja dalam novel yang akan dikaji ini berkaitan dengan tindak
atau perilaku tokoh utama yang menggambarkan perilaku altruisme. Altruisme adalah suatu
perilaku yang mementingkan kepentingan orang lain daripada dirinya sendiri. Tujuannya pun
biasanya hanya untuk membantu orang lain tanpa pamrih, dengan cara mementingkan orang

1
lain daripada mementingkan dirinya sendiri. Sifat altruisme ini kerap diatikan sebagai sifat
yang bertolak belakang dengan sifat egois yang mementingkan diri sendiri. Baron (dalam
Ramadhani dan Indarti, 2022) berpendapat bahwa altruisme adalah bentuk khusus dalam
kepedulian kepada orang lain dan mengabaikan kepentingan pribadi. Sifat ini biasanya lebih
pada merugikan diri sendiri dan termotivasi untuk meningkatkan kesejahteraan orang lain
tanpa mengharap imbalan atau penghargaan.
Penelitian terdahulu yang pernah meneliti tentang altruisme remaja dalam karya
sastra novel adalah artikel berjudul Altruisme Dalam Novel Itsar Cinta Karya Amanda
Natasya (Kajian Psikologi Sosial David G. Myers) yang ditulis oleh Dinda Ayu Putri Agti
Ramadhani dan Titik Indiarti. Artikel tersebut menganalisis sifat altruisme tokoh Angelina
Nadinda menggunakan teori altruisme David G. Myers dan menggunakan pendekatan
Psikologi Sosial.
Dari penjelasan objek dan materi pada pendahuluan di atas, rumusan masalah pada
penelitian ini adalah: (1) Bagaimana bentuk sifat altruisme tokoh utama Dilan; (2) Faktor dan
penyebab yang melatarbelakangi sifat altruisme tokoh utama Dilan. Berdasarkan rumusan
masalah penelitian tersebut dapat dipaparkan tujuan dari penelitian ini di antaranya: (1)
mendeskripsikan bentuk sifat altruisme tokoh utama Dilan; (2) mendeskripsikan dan
menganalisis faktor dan penyebab sifat altruisme tokoh utama Dilan.

KAJIAN TEORI
Altruisme berdasarkan Myers (dalam Fitriani & Abdullah, 2021) diartikan sebagai
tindakan sukarela oleh individu maupun kelompok yang melakukan pertolongan untuk orang
lain tanpa mengharap imbalan apapun. Kemudian Myers (dalam Robbitha, 2018) bahwa
altruisme merupakan motif untuk meningkatkan kesejahteraan orang lain di atas kepentingan
diri sendiri. Artinya, perilaku altruisme dikatakan sebagai tindakan langsung yang dilakukan
untuk orang lain yang sifatnya menguntungkan dan bebas dari motif mementingkan diri
sendiri.
Myers (2012) membagi aspek-aspek altruisme terdiri atas lima hal yakni: 1) empati. 2)
meyakinkan keadilan dunia. 3) tanggung jawab sosial. 4) kontrol diri internal dan 5) ego yang
rendah. Kemudian menurut Myers terdapat tiga faktor yang mempengaruhi altruisme yaitu: 1)
faktor situasional. Merupakan faktor yang menggambarkan situasi individu seperti suasana
hati. Situasi tersebut ada karena pertimbangan seseorang yang akan mengantar seseorang
untuk melakukan tindakan altruistik. Hal itu juga bisa saja dipengaruhi oleh desakan waktu. 2)
faktor interpersonal. Faktor tersebut mencakup jenis kelamin, kesamaan karakteristik,
kedekatan hubungan, dan daya tarik antara penolong dan individu yang ditolong. 3) yang
terakhir merupakan faktor personal. Faktor tersebut berasal dari dalam diri individu penolong
yang mencakup perasaan dan religiusitas individu.
Altruisme sendiri sering dikatakan berlawanan dengan egoisme. Meski begitu, Tadano
(2021) dalam tulisannya yang berjudul “Egoisme Itu Apa?” menuliskan bahwa egoisme
bukanlah berarti sebuah sifat penolakan terhadap altruisme. Ego yang ada dalam diri
manusia merangkul semua yang hidup untuk diri kita. Itu berarti egoisme juga menghargai
kepentingan ego orang lain, dan kepribadian satu sama lain. Hal ini dapat diartikan bahwa
altruisme juga merupakan egoisme itu sendiri, tidak berlawanan. Pada konteks saling
mencintai, kepedulian seseorang pada orang lain yang dicintainya adalah bentuk menghargai
perasaan diri sendiri. Karena ia merasa bahwa seseorang lain yang ia pedulikan itu adalah
dirinya sendiri. Pendapat Tadano tersebut kemudian berkaitan dengan pendapat Myers yang
mengatakan bahwa ada faktor yang mendorong sifat altruisme seseorang yakni ada faktor
eksternal dan faktor internal. Yakni ada sebuah keterkaitan ego antara seseorang dan orang
lain yang dilayaninya.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan menganalisis perilaku altruisme tokoh utama Dilan. Dalam
penelitian ini, peneliti menggunakan metode analisis deskriptif untuk menganalisis
detail-detail masalah yang akan dibahas dalam novel. Menggunakan teknik analisis deskriptif
kualitatif di mana penelitian ini akan menguraikan data secara kualitatif dalam bentuk
kata-kata. Kemudian menggunakan metode deskriptif yang merupakan metode penganalisis
data yang berupa kata, atau gambar (Moelung, 2014).

2
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah novel berjudul Dilan “Dia
adalah Dilanku” 1990. Langkah-langkah analisis yang dilakukan peneliti di antaranya adalah:
Pertama, membaca keseluruhan isi novel. Kedua, memahami isi cerita dan mengidentifikasi
permasalahan yang sesuai dengan penelitian. Ketiga, melakukan studi kepustakaan
mengenai teori altruisme dan psikologi sosial. Keempat, menganalisis permasalahan sesuai
teori dan menyimpulkan sesuai dengan tujuan penelitian yakni memperoleh data dan
informasi yang akurat.

PEMBAHASAN

Bentuk Altruisme Tokoh Utama


Pada penelitian ini ditemukan beberapa bentuk perilaku yang didasari sifat altruisme
tokoh utama Dilan kepada orang lain. Bentuk-bentuk tersebut dijabarkan dalam pembahasan
berikut.
1. Kepedulian terhadap orang lain
Seorang Dilan yang merupakan siswa kelas 2 di salah satu SMA Bandung mulanya
adalah teman dekat Milea, tokoh dengan sudut pandang orang pertama dalam novel ini.
Dilan yang dikenal sebagai sosok yang nakal dan keras ternyata memiliki sisi lembut dan
kepedulian terhadap orang lain.

"Kamu tau? Aku bisa membuat kamu tidur?"


"Maksudnya?" kutanya karena tidak mengerti maksudnya.
"Iya. Aku bisa bikin kamu tidur. Aku punya caranya." "Gimana?" tanyaku.
"Kamu harus tidur. Jangan begadang. Kamu harus pulih."
"Iya, Dilan," kataku. "Kamu bisa membuat aku tidur gimana? Dihipnotis?"
"Iya. Dengan ngabsen nama-nama binatang." (Baiq, 2016:155)

Sebelum berpacaran, Dilan digambarkan sebagai anak SMA yang suka meramal
kehidupan yang akan terjadi pada Milea. Hal tersebut merupakan cara pendekatan Dilan
kepada Milea. Pada kutipan di atas, Dilan menunjukkan rasa kepeduliannya kepada Milea. Ia
menasihati Milea yang saat itu sedang sakit dan tak bisa tidur. Ia menyarankan Milea untuk
segera tidur agar pulih kesehatannya. Apa yang dilakukan Dilan tersebut merupakan bentuk
kepeduliannya kepada orang lain. Seperti yang dijelaskan sebelumnya, Dilan melakukan
pendekatan secara personal pada Milea.
Pada kutipan di atas, Dilan secara tidak langsung menunjukkan kepeduliannya
melalui kata-kata yang ia sampaikan melalui percakapan telefon. Dilan juga melakukan
beberapa tindakan langsung yang merujuk pada kepeduliannya kepada Milea. Tindakan
langsung tersebut digambarkan pada kutipan berikut.

Dilan yang dulu pernah datang ke rumahku memberi surat undangan untuk datang ke
sekolah hari Senin sampai Sabtu, lengkap disertai nama Kepala Sekolah sebagai
orang yang turut mengundang. (Baiq, 2016:260)

Dilan yang pernah ngirim Bi Asih untuk memijit aku agar bisa lekas pulih dari sakit.
Bentuk perhatian macam apa yang bisa menyamai hal itu? Sederhana, tidak
semewah Taj Mahal, tetapi keren, setidaknya itu lebih baik daripada cuma sekadar
kata-kata. (Baiq, 2016:260)

Dua kutipan di atas menunjukkan kepedulian seorang Dilan terhadap Milea,


seseorang yang dicintainya. Kepedulian itu bukan hanya berupa untaian kata-kata tetapi juga
aksi nyata. Dilan juga mewujudkan kepeduliannya dengan cara-cara yang unik. Seperti yang
digambarkan dua kutipan di atas ia memberi surat undangan kepada Milea untuk datang ke
sekolah hari Senin sampai Sabtu. Secara tersirat itu menunjukkan kepedulian Dilan agar
Milea bersekolah dengan cara yang unik. Perilaku Dilan yang seperti ini selanjutnya selalu
menjadi motivasi tersendiri bagi Milea.
Kemudian selain itu, ia juga pernah mengirim Bi Asih, seorang tukang pijat untuk
memijatnya ketika ia sakit. Kepedulian Dilan yang seperti itu, bagi Milea adalah cara

3
perhatian yang unik. Ia mengatakan sederhana tetapi keren dan tidak sekedar kata-kata.
Dilan pun melakukan hal tersebut tentunya secara sukarela. Dalam novel juga dijelaskan
alasan mengapa ia mengirim tukang pijat untuk Milea. Dilan mengatakan jika ia tak bisa
memijat Milea karena bukan muhrim. Untuk itu ia mengirim Bi Asih untuk memijat Milea.
Selain kepada Milea, orang yang dicintainya, Dilan juga memiliki rasa kepedulian
kepada orang lain. Bentuk tindakannya ada pada kutipan berikut.

"He he he. Katanya kamu naik motor sama Susi?"


"Tidak cuma Susi," jawab Dilan.
"Iya tau! Bi Asih juga pernah," kataku. "Ngapain naik motor sama Susi? Kemaren?"
"Nganter dia ke rumah sakit."
"Oh? Kenapa emang?"
"Ayahnya dibawa ke rumah sakit," jawab Dilan.
"Buru-buru."
"Oh.... Kasian."
"Tidak mencintai, tidak berarti membencinya." (Baiq, 2016: 154)

Kutipan di atas menunjukkan kepedulian Dilan kepada salah seorang temannya


bernama Susi. Dalam novel diceritakan jika Susi adalah seorang yang berusaha
mendapatkan hati Dilan tetapi Dilan tidak mencintainya. Meski begitu Dilan tetap menjadi
seseorang yang suka menolong orang lain. Ia juga mengatakan bahwa tidak mencintai
seseorang bukan berarti membenci orang itu.
Pada kutipan tersebut diceritakan saat itu Milea sedang menanyakan alasan Dilan
membonceng Susi. Waktu itu ayahnya sedang sakit dan ia pun buru-buru menuju ayahnya di
rumah sakit. Kutipan itu, menunjukkan bahwa Dilan tidak hanya memiliki kepedulian pada
orang yang dicintainya tetapi juga pada orang lain yang baik kepadanya.

2. Rasa ingin membahagiakan orang yang dicintainya


Dilan yang mencintai Milea selalu melakukan hal-hal membahagiakan untuk orang
yang dicintainya. Ia melakukan tindakan yang menyenangkan bagi Milea. Apa yang
dilakukannya itu tentu didorong oleh rasa cintanya kepada Milea.

"Kok, bagus?"
"Kan, jadi gak mau ketemu aku."
"Ha ha ha ha!"
"Jangan ketawa."
"Biarin," kataku. "Kalau aku marah ke kamu?"
"Baguslah."
"Bagus? Biar aku gak mau ketemu kamu?"
"Biar jadi ujian buat aku, bisa enggak membuat kamu menjadi tidak marah."
"He he he. Kamu pasti bisa. Aku yakin ...." "Tugasku membuat kamu senang."
"Kalau tidak bisa membuat aku senang?" kutanya.
"Berarti, aku gagal menjadi orang yang menyenangkanmu." (Baiq, 2016: 154)

Dilan yang pernah berucap dengan aneka macam kata-kata yang selalu bisa
membuatku bahagia, membuatku ketawa. (Baiq, 2016:260)

Dari kutipan di atas, dapat dilihat Dilan memang dengan sengaja ingin
membahagiakan Milea. Ia mempunyai dorongan rasa ingin membahagiakan orang yang
dicintainya. Dengan segala usahanya, Ia selalu berusaha untuk tidak membuat orang yang
dicintainya marah. Meskipun nantinya Milea marah, Ia menganggap itu sebagai ujian sejauh
mana ia bisa membuat orang yang dicintainya bahagia dan tidak membuat marah.
Milea, sebagai orang yang dibahagiakan oleh Dilan juga mengafirmasi perasaan
akibat perlakuan Dilan kepadanya. Pada kutipan yang kedua, Milea mengatakan bahwa
seringkali Dilan mengucap berbagai macam kata yang membuatnya bahagia. Dalam novel ini
juga digambarkan jika Dilan merupakan seorang yang humoris. Dan kata-kata yang seringkali
terucap dari mulutnya selalu membuat Milea tertawa dan bahagia.

4
Selain membahagiakan dengan untaian kata-kata, Dilan juga melakukan
tindakan-tindakan langsung. Tentunya melalui cara-cara yang unik, cara yang tidak lazim
digunakan seseorang untuk membahagiakan orang yang dicintainya. Berikut adalah
kutipan-kutipan terkait tindakan langsung Dilan terhadap Milea.

Dilan yang pernah nyuruh tukang koran, tukang sayur, tukang pos, sampai petugas
PLN, dan tukang nasi goreng, untuk menyampaikan cokelatnya kepadaku.
Seolah-olah semua manusia di dunia, dengan aneka macam profesi nya, dia ajak
bersekongkol untuk membuat aku senang. (Baiq, 2016:260)

Dilan yang pernah ngasih kado berupa buku TTS yang lebih berharga dari boneka
termahal sekalipun. Cuma buku TTS, ya, itu sangat murah, tapi kebayang bagaimana
dia harus begadang untuk mengisi jawabannya. Rasanya seperti sebuah perjuangan
yang harus ia tempuh demi bisa membuat aku merasa istimewa. (Baiq, 2016:260)

Pada dua kutipan di atas, dapat dilihat bahwa Dilan selalu menggunakan cara-cara
yang unik untuk membuat Milea bahagia. Bahkan Dilan sering bersekongkol dengan
orang-orang yang bekerja di lingkungan rumah Milea. Seperti yang dijelaskan pada kutipan di
atas dia bahkan menyuruh tukang koran, tukang sayur, tukang pos sampai tukang nasi
goreng untuk memberikan coklat kepada Milea. Seakan-akan Dilan ini tahu segala sisi
kehidupan Milea. Dilan pun mewujudkan cara untuk membahagiakan Milea dengan cara-cara
yang unik dan Milea pun mengafirmasi tindakan tersebut sebagai tindakan yang membuatnya
bahagia.

3. Rasa tulus terhadap orang lain


Seperti yang sudah dikatakan sebelumnya, bahwa sifat altruisme lekat dengan
perasaan yang tulus peduli ataupun menolong orang lain. Dilan melakukan semua
tindakannya dengan tulus. Hal tersebut tergambarkan pada kutipan di bawah ini.

"Kalau Lia suka ke Dilan atau ke siapa pun, bukan karena dia geng motor. Lia suka
karena dia baik ke Lia," kataku.
"Rame."
"Yaaa, kan, orang bisa bersandiwara, Lia. Namanya pendekatan, ya, pasti gitu, lah."
"Kang Adi baik ke Lia, ngasih novel, ngasih sweater, sandiwara bukan?"
"Ya, bukan, lah," jawabnya. "Beda. Kang Adi ngasih ke Lia semuanya tulus!"
"Dilan juga begitu, Kang, tapi dia tidak ngomong bahwa yang ia lakukan itu tulus."
(Baiq, 2016:297)

Kutipan di atas merupakan percakapan antara Milea dengan Kang Adi. Dalam
percakapan tersebut dapat diketahui bahwa semua yang dilakukan Dilan kepada Milea
adalah tindakan yang tulus. Meskipun latar belakang Dilan merupakan seseorang anak geng
motor, tetapi Milea menemukan sisi yang tulus pada semua tindakan yang dilakukan Dilan
kepadanya.

Faktor dan Penyebab Tindakan Altruisme


Myers (2012) menyebutkan adanya faktor penyebab sifat altruisme diantaranya: 1)
faktor situasional, 2) faktor interpersonal, 3) dan faktor personal. Dari ketiga faktor yang
dikemukakan oleh Myers dapat disimpulkan kedalam dua faktor yakni faktor internal dan
faktor eksternal individu.

A. Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor dari dalam invidu yang mendorong seseorang melakukan
tindakan altruistik. Faktor internal dalam hal ini sesuai dengan pernyataan Myers terkait faktor
personal yang dipengaruhi perasaan. Tindakan yang dilakukan Dilan terhadap Milea didorong
oleh ketertarikannya kepada Milea. Dilan yang memiliki perasaan cinta kepada Milea
membuatnya selalu ingin melakukan hal-hal yang membahagiakan.

5
1. Karakter Individu
Setiap individu memiliki ciri atau karakter yang berbeda. Karakter khusus seseorang
mempengaruhi kecenderungan tindakan yang dia lakukan. Karakter tersebut dapat dilihat
ketika seseorang sedang menghadapi persoalan di depannya dan itu akan mempengaruhi
tindakan yang akan dilakukannya. Tentu setiap individu memiliki kecenderungan tindakan
yang berbeda dan itu jelas dipengaruhi karakter individu tersebut. Meskipun ada
kemungkinan karakter seseorang ada kalanya tidak ada hubungannya sama sekali dengan
tindakan pertolongan yang dilakukannya. Maka dari itu adanya faktor internal altruisme tidak
berdiri sendiri- selalu berkaitan dengan faktor eksternal yang membuat individu harus terlibat
dalam tindakan yang bersifat altruisme.
Pada novel ini dapat ditemukan fakta bahwa meskipun seorang Dilan dikenal sebagai
anak geng motor yang suka berkelahi, tetapi dia merupakan seseorang yang berkarakter
selalu memperhatikan orang lain. Tindakan yang dilakukannya pun hanya semata-mata untuk
menyenangkan pihak lain tanpa ada menuntut imbalan apapun. Karakter Dilan tersebut tentu
mendorong tindakan-tindakannya untuk selalu mendahulukan kepentingan orang lain.

2. Motivasi Diri Sendiri


Setiap individu juga tentu saja memiliki dorongan untuk melakukan sesuatu.
Dorongan tersebut diartikan sebagai motivasi dari diri sendiri. Seseorang melakukan sesuatu
untuk orang lain bisa saja didasari oleh motivasi yang menurutnya baik untuk dirinya sendiri.
Hal ini terkait dengan pendapat Tadano yang menentang artian bahwa altruisme kebalikan
dari egoisme. Meski secara tidak langsung seseorang tersebut sedang melakukan tindakan
yang melayani orang lain. Tetapi orang tersebut juga merasa puas akibat tindakannya yang
menolong orang lain. Seperi halnya Batson sebagaimana yang dikemukakan oleh Crisp dan
Turner (dalam Hadori, 2014) bahwa memberikan pertolongan kepada orang lain karena
dipicu oleh dua sifat. Pertama, memberikan pertolongan kepada orang lain karena termotivasi
oleh sifat mementingkan orang lain (altruistic). Kedua, memberikan pertolongan kepada
orang lain karena dipicu oleh sifat egoistis (egoistic).

3. Ketertarikan Kepada Seseorang


Menurut Crisp dan Turner, bahwa ketertarikan seseorang pada orang lain,
sebenarnya terletak pada kepribadian orang yang akan diberi pertolongan. Baron juga
mengemukakan hal yang senada, bahwa seorang individu yang ramah lebih memungkinkan
akan mendapatkan pertolongan dari pada seorang individu yang tidak ramah. Dalam hal ini,
Dilan memandang sosok Milea merupakan seorang gadis yang menarik baginya. Ia pun juga
mencintainya. Oleh karena ketertarikan itu, ia selalu melakukan hal-hal yang membuat Milea
senang.

B. Faktor Eksternal

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, bahwa faktor internal individu bukan
satu-satunya faktor pendorong seseorang untuk melakukan tindakan yang bersifat altruistik.
Tindakan seseorang tersebut juga dipengaruhi faktor eksternal individu. Dimana ada sebuah
dorongan kekuatan dari luar yang memengaruhi seseorang berbuat atau bertindak untuk
orang lain. Faktor eksternal tersebut bisa saja didorong oleh situasi lingkungan individu.
Misalnya dalam desakan waktu ada seseorang yang sangat membutuhkan bantuannya,
individu yang merasa terpanggil untuk mengulurkan tangannya tentu saja akan melihat
tersebut sebagai sesuatu yang harus ditolong. Selain situasi sebagai faktor eksternal,
perasaan tanggung jawab sosial individu juga menjadi pendorong seseorang untuk
melakukan pertolongan.

Misalnya dalam cerita novel tersebut Dilan mengirimkan tukang pijat untuk Milea.
Situasi yang menggambarkan Milea sedang sakit membuat Dilan yang memiliki kepedulian
terhadapnya harus membantunya. Tetapi akibat ikatan moral dan religius individu Dilan
merasa akan berdosa jika ia menyentuh tubuh Milea karena mereka bukan pasangan yang
sah secara agama. Inisiatif Dilan untuk melakukan hal tersebut merupakan bentuk
kepeduliannya kepada Milea.

KESIMPULAN

6
Masa remaja tentu adalah masa peralihan dimana seseorang akan mengalami masa
dewasa. Novel Dilan 1990 tersebut menggambarkan bagaimana sosok Dilan dan segala
problematika masa remajanya. Juga tak luput dengan cerita cintanya kepada Milea. Akibat
dari rasa cinta itu muncullah dorongan bagi Dilan untuk melakukan tindakan-tindakan yang
bersifat altruisme.

Pada penelitian ini dapat ditemukan beberapa bentuk altruisme seorang Dilan di
antaranya adalah 1) Kepedulian terhadap orang lain, 2) Rasa ingin membahagiakan orang
yang dicintainya, 3) Rasa tulus terhadap orang lain. Kemudian, selain bentuk altruisme juga
dapat disimpulkan faktor-faktor penyebab tindakan altruisme Dilan dalam novel Dilan 1990
diantaranya merupakan: faktor internal yang meliputi karakter individu, motivasi diri sendiri,
dan ketertarikan pada seseorang. Kemudian faktor eksternal yang menjadi penyebab
tindakan altruistik adalah situasi dan tanggung jawab sosial.

DAFTAR PUSTAKA

Arum, A. P. (2018). Hubungan Antara Empati dan Religiusitas dengan Altruisme Pada
Remaja (Doctoral dissertation, Universitas Mercu Buana Yogyakarta).

Baiq, Pidi. (2016). Dilan 1990 (Dia adalah Dilanku). PT Mizan Pustaka-Bandung

Diananda, A. (2019). Psikologi remaja dan permasalahannya. ISTIGHNA: Jurnal Pendidikan


dan Pemikiran Islam, 1(1), 116-133.

Fitriani, D., & Abdullah, S. M. (2021). FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI


ALTRUISME PADA RELAWAN. JOURNAL OF HEALTHCARE TECHNOLOGY AND
MEDICINE, 7(2), 1470-1481.

Ramadhani, D. A. P. A., & Indarti, T. ALTRUISME DALAM NOVEL ITSAR CINTA KARYA
AMANDA NATASYA (KAJIAN PSIKOLOGI SOSIAL DAVID G. MYERS).

Myers, David G. (2012). Psikologi Sosial. Jakarta: Salemba Humanika

Khairil, K. (2014). Analisis Faktorial Dimensi Altruisme Pada Relawan Bencana Alam
(Doctoral dissertation, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang).

Anda mungkin juga menyukai