BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Novel yang mengisahkan romansa dari Ryan Prianda Putra dengan Lifana
Ladiana, mempunyai segudang permasalahan psikologis yang menarik untuk
dikaji. Karena dalam Novel tersebut terselip berbagai kondisi mental tokoh-
tokohnya yang sangat membingungkan namun sangat beresensi. Tak selalu
tentang kisah percintaan Ryan dengan Lifana, Brian juga memasukkan berbagai
cerita penolakan masyarakat bahkan orang tua Ryan sendiri ke dalam cerita
sehingga pembaca tak akan bosan untuk membaca Novel tersebut. Setting Novel
This Is Why I Need You berada di kota Bandung, dengan setting waktu yang sama
dengan waktu pembuatan Novel ini (2017-2018). Novel yang menggunakan sudut
pandang orang pertama ini sangat memperhatikan mental-mental atau bahkan
perubahan kejiwaan yang ada pada tokoh-tokohnya. Hal itu tercermin pada Ryan
Prianda Putra sebagai Tokoh Utama dalam novel tersebut, ia adalah lelaki besar
dan sangat maskulin namun tak disangka-sangka Ryan Prianda Putra memiliki
kecenderungan menyukai sesama jenis/Gay.
Tesis dari Nuruddin Maulana Husada tentang Aktualisasi Diri Pada Tokoh
Utama Dalam Novel Pasung Jiwa Karya Okky Madasari pada tahun 2017,
menjadi rujukan daripada penulis untuk membuat penelitian ini. Penulis memilih
tesis Nuruddin Maulana Husada untuk rujukannya dikarenakan dalam tesis
tersebut menganalisis tentang aktualisasi diri dalam Tokoh Utama pada Novel
Pasung Jiwa, yang pada akhirnya menggambarkan kondisi kejiwaannya. Selain
hal tersebut, penulis juga melihat penggunaan Teori Psikoanalisis dari Sigmund
Freud secara mendalam. Secara teknis, penelitian dari Tesis Nuruddin Maulana
Husada akan sangat berbeda dengan hasil penelitian penulis ini. Hal tersebut
didasari oleh penelitian Tesis dengan Skripsi, yang jelas-jelas sangat berbeda dari
segi pendalaman materi. Namun dalam penelitian ini, penulis berusaha untuk
mengupas perkembangan kondisi jiwa yang dialami oleh Ryan Prianda Putra yang
notabene adalah Tokoh Utama dari Novel This Is Why I Need You karya Brian
Khrisna.
Seperti yang telah diketahui, bahwa penelitian ini akan meneliti tentang
perkembangan kejiwaan dari Ryan Prianda Putra. Hal tersebut akan dilandasi
dengan Teori Psikoanalisis yang dikembangkan Sigmund Freud, yang pada hal ini
akan ada pendalaman tentang Id, Ego, serta Super-Ego. Sebagaimana penjelasan
Freud dalam Bertens (2016: 32) struktur kepribadian manusia tersusun melalui Id,
Ego, dan Super-Ego. Id didasarkan pada prinsip kesenangan atau kenyamanan
(pleasure principle). Hal itu berarti, Id menghindari segala bentuk ketegangan
atau ketidak-nyamanan. Lalu, Ego didasarkan pada prinsip realitas (reality
principle). Ego dapat menunda pemuasan diri atau mencari bentuk pemuasan lain
yang lebih sesuai dengan situasi dan kondisi lingkungan (fisik/sosial). Serta,
Super-Ego memiliki prinsip pengendalian diri (self control). Dengan demikian,
Super-Ego menuntut kesempurnaan individu dalam pikiran, perkataan, serta
perbuatan.
Manfaat secara Teoritis dari penelitian ini tak lain ialah untuk mengkaji lebih
dalam tentang Teori Psikoanalisis dari Sigmund Freud. Sedangkan untuk Manfaat
secara Praktis dari penelitian ini ialah menjelaskan kepada pembaca terhadap
kesehatan jiwa seseorang dan bagaimana cara menyikapi jika saja ada seseorang
yang terjangkit masalah seperti Ryan Prianda Putra.
B. Identifikasi Masalah
C. Pembatasan Masalah
Setelah mengetahui Latar Belakang dari masalah yang diambil penulis. Maka
Pembatasan Masalah oleh penulis untuk penelitiannya perlu dipertimbangkan. Hal
itu diperlukan agar masalah yang akan diteliti tidak meluas. Pembatasan Masalah
yang dimaksud oleh penulis adalah penelitian terhadap Perkembangan Kondisi
Jiwa dari Tokoh Utama dalam Novel This Is Why I Need You.
D. Rumusan Masalah
E. Tujuan Penelitian
F. Manfaat Penelitian
A. Deskripsi Teori
1. Psikologi Sastra
Psikologi Sastra ialah Kajian Sastra yang bersifat interdisipliner.
Hal tersebut mengartikan bahwa pemahaman dan pengkajian sastra
menggunakan berbagai konsep dan kerangka teori yang ada dalam
psikologi. Hal ini digunakan untuk mengetahui konflik batin yang
terkandung dalam karya sastra dengan sudut pandang kejiwaan. Menurut
Wellek dan Warren (1990), psikologi sastra memiliki empat kemungkinan
pengertian. Pertama, psikologi sastra sebagai tipe atau pribadi. Kedua,
psikologi sastra dapat sebagai studi proses kreatif. Ketiga, psikologi sastra
sebagai studi tipe dan hukum-hukum psikologi yang diterapkan dalam
karya sastra. Dan terakhir, Psikologi Sastra sebagai studi fokus dan
dampak yang terjadi pada pembaca (Wiyatmi, 2011: 28).
Psikologi Sastra memfokuskan kajiannya pada tipe dan hukum-
hukum psikologi yang diterapkan pada Karya Sastra. Untuk melakukan
pengkajiannya, terdapat dua cara. Pertama, melalui pemahaman teori-teori
psikologi, kemudian melakukan analisis terhadap Karya Sastra. Dan
dengan menentukan sebuah Karya Sastra sebagai objek penelitian terlebih
dahulu, kemudian menentukan teori-teori psikologi yang dianggap
relevan. Sehingga, penganalisisan menggunakan cara pertama cenderung
menempatkan karya sastra sebagai gejala sekunder. Artinya, karya sastra
dianggap sebagai gejala yang pasif. Sementara, penganalisisan
menggunakan cara kedua cenderung menempatkan karya sastra sebagai
gejala yang dinamis. Untuk menentukan teori psikologi yang relevan, pada
dasarnya dengan menggunakan kajian penokohan atau dialog tokoh yang
dapat mengungkapkan berbagai problematika yang terkandung dalam
karya sastra (Ratna dalam Wiyatmi, 2011: 43).
2. Psikoanalisis
Teori psikoanalisis merupakan Teori yang dikembangkan oleh
Sigmund Freud pada abad ke-20. Teori ini berusaha untuk menjelaskan
tentang hakikat dan perkembangan kepribadian manusia. Unsur-unsur
yang diutamakan dalam teori ini adalah motivasi, emosi dan aspek-aspek
internal lainnya. Teori ini mengasumsikan bahwa kepribadian berkembang
ketika terjadi konflik-konflik dari aspek-aspek psikologis tersebut. Dalam
penelitian ini hubungan antara Novel dan Psikologi adalah Psikologi
Karya Sastra lebih dalam lagi pada unsur Tokoh.
Pemikiran Freud dalam Milner (1992:xiii) menjadikan mimpi,
fantasi, dan mite sebagai bahan dasar dari ketidaksadaran. Dalam sastra,
ketiga unsur tersebut merupakan bagian imajinasi pengarang yang
diketahui melalui media bahasa. Teori Psikoanalisis yang dikembangkan
Sigmund Freud, memperkenalkan tentang Id, Ego, serta Super-Ego.
Sebagaimana penjelasan Freud dalam Bertens (2016: 32) struktur
kepribadian manusia tersusun melalui Id, Ego, dan Super-Ego. Id
didasarkan pada prinsip kesenangan atau kenyamanan (pleasure
principle). Hal itu berarti, Id menghindari segala bentuk ketegangan atau
ketidak-nyamanan. Lalu, Ego didasarkan pada prinsip realitas (reality
principle). Ego dapat menunda pemuasan diri atau mencari bentuk
pemuasan lain yang lebih sesuai dengan situasi dan kondisi lingkungan
(fisik/sosial). Serta, Super-Ego memiliki prinsip pengendalian diri (self
control). Dengan demikian, Super-Ego menuntut kesempurnaan individu
dalam pikiran, perkataan, serta perbuatan.
Unsur Instrinsik adalah unsur struktural formal yang membangun karya sastra
dari dalam. Unsur-unsur tersebut antara lain ialah; tema, penokohan, alur, latar
judul, sudut pandang, gaya dan suasana. Dan Unsur Ekstrinsik ialah unsur-unsur
dari dunia luar Karya Sastra yang berpengaruh. Unsur-unsur itu adalah : ekonomi,
politik, filsafat, dan psikologi (Nurgiyantoro, 2000 : 23-24). Psikologi merupakan
Unsur Ekstrinsik dalam Karya Sastra, namun perannya dalam Karya Sastra
sangatlah penting. Hal tersebut dikarenakan Psikologi dalam Karya Sastra
digunakan untuk menghidupkan karakter para tokoh yang diciptakan oleh
pengarang.
Maka hal tersebut menggambarkan bahwa antara Ilmu Psikologi dan Karya
Sastra (Novel) mempunyai hubungan yang fungsional yaitu sama-sama berguna
sebagai sarana mempelajari aspek kejiwaan manusia. Perbedaanya adalah gejala
yang ada dalam Karya Sastra (Novel) adalah gejala-gejala kejiwaan manusia yang
imajiner, sedangkan dalam Ilmu Psikologi adalah manusia riil. Meskipun sifat-
sifat manusia dalam karya sastra novel bersifat imajiner, tetapi dalam
menggambarkan karakter dan jiwanya pengarang menjadikan manusia yang hidup
di alam nyata sebagai model dalam penciptaannya.
Penelitian ini relevan dengan Tesis dari Nuruddin Maulana Husada tentang
Aktualisasi Diri Pada Tokoh Utama Dalam Novel Pasung Jiwa Karya Okky
Madasari pada tahun 2017. Tesis tersebut menghasilkan penggambaran
kepribadian dalam Tokoh Utama dari Novel Pasung Jiwa karya Okky Madasari.
Dari uraian tersebut tercermin fungsi Teori Psikoanalisis Sigmund Freud, yakni;
pencarian aktualisasi diri dengan menggunakan struktur kepribadian antara Id,
Ego, dan Super-Ego.
Berdasarkan hal di atas, maka persamaan yang ada pada penelitian ini dengan
Tesis tersebut ialah sama-sama meneliti tentang Psikis pada Tokoh Utama dalam
Karya Sastra dengan Teori Psikoanalisis. Serta yang membedakan ialah Objek
Penelitiannya, yang mana Tesis tersebut meneliti Novel Pasung Jiwa karya Okky
Madasari sedangkan penelitian ini menggunakan Novel This Is Why I Need You
karya Brian Khrisna.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
B. Objek Penelitian
Seperti yang sudah dijelaskan pada Bab sebelumnya. Penelitian ini akan
meneliti Karya Sastra yang mana objek dari penelitiannya ialah kata, kalimat,
serta wacana. Dalam penelitian ini terdapat dua macam Objek, yakni; Objek
Material dan Objek Formal. Menurut Faruk dalam (Pramono, 2022:17), Objek
Material adalah objek yang menjadi lapangan penelitian, sedangkan Objek Formal
adalah objek yang dilihat dari sudut pandang tertentu.
Penelitian ini menggunakan Objek Material berupa Novel This Is Why I Need
You karya Brian Khrisna. Lalu, Objek Formal yang ada dalam Penelitian ini ialah
kata, kalimat, ataupun wacana yang merepresentasikan kondisi kejiwaan dari
Tokoh Utamanya, yakni Ryan Prianda Putra. Namun Objek Formal dalam
penelitian ini akan dilandaskan pada Teori Psikoanalisis Sigmund Freud, yang
mana dalam Teori tersebut terdapat struktur-struktur Kepribadian (Id, Ego, dan
Super-Ego).
Data dalam Penelitian ini diperoleh melalui Novel This Is Why I Need You
dengan membaca Novel tersebut secara menyeluruh. Hal tersebut dilakukan
dengan tujuan untuk mengidentifikasi masalah secara umum. Lalu, setelah
mengidentifikasikannya, penulis akan melakukan pembacaan ulang secara cermat.
Hal tersebut dilakukan agar penulis bisa mencatat hal-hal yang berkenaan dengan
maksud Penelitian ini.