Anda di halaman 1dari 20

BAB II

GAMBARAN UMUM ORGANISASI DAN NILAI NILAI DASAR ASN

A. GAMBARAN UMUM ORGANISASI


1. Profil Organisasi

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2014


Tentang Pusat Kesehatan Masyarakat. Pusat Kesehatan Masyarakat yang
selanjutnya disebut Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan
perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan
preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya
di wilayah kerjanya.
Puskesmas mempunyai fungsi :
1. Pusat Penggerak Pembangunan berwawasan Kesehatan
2. Pusat Pemberdayaan Masyarakat
3. Pusat pelayanan Kesehatan Masyarakat (mencakup Pelayanan kesehatan
Perseorangan dan Pelayanan Kesehatan Masyarakat)
Untuk mewujudkan masyarakat sehat sesuai dengan tujuan pembangunan
kesehatan maka pemerintah melalui Dinas Kesehatan telah melaksanakan program
pembangunan kesehatan yang berkesinambungan. Pemerintah Kota Tidore
Kepulauan melalui Dinas Kesehatan Kota Tidore Kepulauan senantiasa berupaya
untuk memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu kepada masyarakat
(khususnya masyarakat di kecamatan Oba Selatan) melalui pelayanan kesehatan di
Puskesmas.

Puskesmas Lifofa sebagai unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten /


kota bertanggung jawab untuk menyelenggarakan pembangunan kesehatan diwilayah
kerjanya. Masyarakat Kecamatan Oba Selatan setiap tahun senatiasa mengalami

4
perubahan dan perkembangan yang berimbas pula terhadap tuntutan akan pelayanan
kesehatan yang diberikan Puskesmas sebagai unit terdepan dalam pemberian
pelayanan kepada masyarakat. Perubahan dan perkembangan masyarakat inilah yang
menjadi dasar dan pedoman bagi Puskesmas untuk merencanakan dan menyusun
suatu Perencanaan Tingkat Puskesmas melalui mini loka karya yang diselengarakan
oleh Puskesmas. Hasil-hasil yang telah disepakati dalam mini loka karya kemudian
dikerjakan selama setahun dalam bentuk upaya-upaya wajib dan upaya
pengembangan Puskesmas.

Puskesmas sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan dapat berperan sebagai Pusat
pengembangan yang melaksanakan pembinaan, memberikan pelayanan upaya
kesehatan secara menyeluruh dan terpadu diwilayah kerjanya, dan sebagai rujukan
paling dasar masyarakat dalam memperoleh informasi dibidang kesehatan.

Sebagai gambaran hasil kegiatan Puskesmas dalam pelaksanaan pembangunan


kesehatan selama kurun waktu tahun 2016 maka disusunlah Profil Kesehatan
Puskesmas Lifofa tahun 2016.

a. Visi Misi dan Tata Nilai


a). Visi
“Menuju Masyarakat Oba Selatan Yang mandiri dalam hidup Sehat”.

b). Misi

1. Memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau;


2. Menyediakan sarana dan prasarana yang memadai;
3. Mendorong masyarakat di Kecamatan Oba Selatan untuk hidup sehat;
4. Meningkatkan kerjasama dengan lintas program dan lintas sektor yang
berkesinambungan;
5. Meningkatkan kedisiplinan dan profesionalisme pegawai.
c). Tata Nilai Puskesmas Lifofa

5
“LIPOPA” (Loyalitas, Inovatif, Profesional, Obejktif, Puas dan Akuntable)
b. Tujuan
1). Tujuan Umum
Meningkatkan Derajat Kesehatan Masyarakat Pedesaan dan
Masyarakat Trans Sesuai Kapasitas yang ada.

2). Tujuan Khusus


Menjadikan Puskesmas Lifofa Sebagai Puskesmas Rawat Jalan
yang dapat Melayani Kesehatan Masyarakat Pedesaan yang ada di
Wilayah Kecamatan Oba Selatan.

c. Sasaran
1). Masyarakat Umum.
2). Institusi Pendidikan.

d. Strategi

1). Standarisasi pelayanan kesehatan.


2). Jejaring dan kerja sama lintas sektor.
3). Integrasi program promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif dan
sosial.

2. Kondisi Geografi
Puskesmas Lifofa merupakan salah satu dari 10 Puskesmas yang ada di
Kota Tidore Kepulauan, yang terletak di Desa Lifofa, Kecamatan Oba Selatan.

Puskesmas Lifofa di dirikan pada tahun 2008 sebagai puskesmas non


perawatan, dan pada tahun 2016 telah diresmikan dan berubah status menjadi
Puskesmas Perawatan (Rawat Inap).

6
Luas wilayah kerja Puskesmas Lifofa adalah 28,000 m³, terdiri dari dataran
rendah dan pantai dengan komposisi luas lahan yang hampir seimbang. Pemanfaatan
tanah sebagai pekarangan, tegalan, bangunan / rumah, dan lain-lain.

Batas-batas wilayah kerja Puskesmas Lifofa antara lain :

Sebelah Utara : Berbatasan dengan Kecamatan Oba;


Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kabupaten Halmahera Tengah;
Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kabupaten Halmahera Selatan;
Sebelah Barat : Berbatasan dengan Laut Halmahera.

Wilayah kerja Puskesmas Lifofa terdiri dari 7 Desa dan 6 Dusun, yaitu :

Desa Selamalofo : 1 Dusun ( Beringin).


Desa Maidi : 3 Dusun (Tafaga, Trans SP1 dan Trans SP2).
Desa Hager
Desa Wama
Desa Lifofa : 1 Dusun (Loumaito).
Desa Tagalaya
Desa Nuku : 1 Dusun (Dahepodo).

7
Gambar Peta Wilayah Kerja Puskesmas Lifofa
3. Kondisi Demografi
Jumlah penduduk di wilayah kerja UPTD Puskesmas Lifofa sebanyak 5.407
jiwa (1.547 KK) terdiri dari laki-laki 2.715 jiwa dan perempuan 2.692 jiwa.

Berdasarkan tingkat sosial ekonomi penduduk di UPTD Puskesmas Lifofa


sebagian besar berada dikelompok menengah ke bawah dengan Mata pencaharian
sebagian besar penduduk adalah petani.

Distribusi penduduk di wilayah kerja UPTD Puskesmas Lifofa secara


lengkap dapat dilihat dalam tabel 1 berikut :

Tabel 1
Distribusi Penduduk Wilayah Kerja
UPTD Puskesmas Lifofa Tahun 2016
Jumlah Penduduk Jumlah KK
No Desa Total
Laki-laki Perempuan
1 Selamalofo 329 359 383 668
2 Maidi 524 502 167 1.026
3 Hager 226 229 101 455
4 Wama 611 664 315 1.275
5 Lifofa 465 391 209 856
6 Tagalaya 226 261 120 487
7 Nuku 334 286 155 620
Jumlah 2.715 2.692 1.450 5.407

4. Keadaan Sarana dan Prasarana


Sarana Pelayanan kesehatan yang ada di wilayah UPTD Puskesmas Lifofa
dapat dilihat dalam table 3 berikut :

8
Tabel 3
Distribusi Data Sarana Pelayanan Kesehatan
di wilayah UPTD Puskesmas Lifofa Tahun 2016
Kel / Desa
Jenis Sarana
Selmlofo Maidi Hager Wama Lifofa Tagalaya Nuku Trans. M Jumlah

Pusk. Induk
- - - - 1 - - - 1
Pustu
- 1 - - - - - 2 3
Polindes/Poskesdes
2 - 1 1 - 1 1 - 6
Posyandu
2 2 1 2 2 1 1 1 12
JUMLAH 4 3 2 3 3 2 2 3

Sumber : Bagian Tata Usaha UPTD Puskesmas Lifofa Tahun 2016

9
5. Struktur Organisasi

KEPALA PUSKESMAS
Maulisna Anhar,SKM
NIP. 19830103 200902 2 001
.

Kasubag Tata Usaha


Me ga wati Abubakar, SKM
NIP. 19871201 201101 2 010
.

Pj. Ke pegawaian
Pj . Keuangan
Me gawatiAbubakar,SKM
NIP. 19871201 201101 2 010 ________________
. NIP. .

Pj. Sistem Infomasi Puskesmas


Pj. Rumah Tangga Fatma Dukomalamo,AMAK
________________ NIP. 19890711 201101 2 005
NIP. . .

PJ. UKM PJ. UKP, Ke farmasian &


M. Iwa n Tosofu La boratorium
NIP. 19860610 200902 1 001 dr. Indri Irfanita Ibrahim
. NI P. 19910104 201902 2 004
.

Pe l a ksana Promkes & UKS Pe l a ksana Ke sehatan Jiwa PJ. Pe me riksaan Umum PJ. Kes ehatan Gigi & Mul ut
M. Fa jri , SKM Fadli R. Ma hasari, A.Md. Kep dr. Indri Irfanita Ibrahim Di ana Sukmawati, S.Ke p,Ns
NRPTT. 440.11.26 NIP. 19821210 200803 1 002 NIP. 19910104 201902 2 004 NIP. 19901205 201503 2 002
. . . .

Pe l aksana Kesehatan
Pe l aksana Kesehatan Gigi PJ. KIA-KB yg UKP PJ. Gawat Darurat
Li ngkungan
Ma s ya rakat Ma l fina Edis, A.Md.Keb Adi yasnur, A.Md. Kep
Bute t J. Si hombing
Ris mawati, SKM NIP. 19870715 201101 2 015 NRPK. 28.07.0302449
NRPK. 28.7.0702450 NI P. 19861127 201101 2 007 .
. .
.
Pelaksana Kesehatan Tradisional
Pel aksana Perkesmas PJ. Gizi yg UKP PJ. Pe rs alinan & Pone d
Komplementer
M. Fajri, SKM Sri Aisyah Muhartati,S.Far,Apt Ri s mawati,SKM Ira Kurniaty T, A.Md. Ke b
NRPTT. 440.11.26 NIP. 19870603 201101 2 007
NIP. 19861127 201101 2 NIP. 19910811 201503 2 003
. 001 .
.

Pelaksana GIZI yg UKM Pe l aksana Kesehatan Olah Raga PJ. Ke fa rmasian PJ. Laboratorium
Merli n Balak, A.Md. G Diana Sukmawati,S.Kep,Ns Sri Ai s yah M,S.far,Apt Fa tma Dukomalamo,AMAK
NRPTT. 28.07.0802448 NIP. 19901205 201503 2 002 NI P.19870603 201101 2 007 NIP. 19890609 201101 2 007
. . . .

Pel a ksana P2P PJ. Pe ndaftaran & Re kam


Pe l a ksana Kesehatan I ndera PJ. Rawat Inap
Fa hria Firdaus, A.Md. Ke p Me di k
Fi tri a Mamonto, A,Md.Ke b _________________
NIP. 19 007890609 201101 2 Ri s mawati,SKM
NI P. 19850711 201101 2 008 NIP. .
. NIP. 19861127 201101 2 007
.
.

PJ. KIA & KB yang UKM Pel a ksana Kesehatan La nsia


Has linda A,A.Md. Keb Ma l fina Edis, A.Md. Ke b
NIP. 19880612 201704 2 NIP. 19870715 201101 2 015
001 . .

Pe la ksana Kesehatan Ibu Pel aksana Kesehata n


Has linda A,A.Md.Keb Kerja
NIP. 19880612 201704 2 001 _________________
. NIP. .

Pe l aksana Kesehatan Anak Pelaksana Keseha tan


Fi tri a Ma monto,A.Md.Keb Lainya
NIP. 19850711 201101 2 008 _________________
. NIP. .

Pelaksana KB
Malfina Edis,A.Md.Keb
NIP. 19870715 201101 2
015 .

PJ. Pustu Mai di PJ. Poskeskel Sel ama lofo PJ. Pus ling
PJ. Jeja ri ng Fasyankes
Junita M. A.Md, Keb Sakinah Hasan,A.Md.Keb Di a na Sukmawati,S.Kep,Ns
_________________
NIP. 19830103 201704 2 001 NIP. 19890723 201101 2 005 NIP.19901205 201503 2 002
NIP. .
. . .

10
B. NILAI-NILAI DASAR ASN
Berdasarkan Undang-undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara
(ASN), pegawai ASN memiliki tiga fungsi, yaitu:
1. Pelayan publik pelaksana kebijakan publik,
2. pelaksana kebijakan publik,
3. Perekat dan pemersatu bangsa.

Dengan demikian, penting untuk mengedepankan penguatan nilai-nilai dan


pembangunan karakter dalam mewujudkan fungsi PNS. Nilai-nilai dan karakter
dibutuhkan dalam menjalankan tugas dan fungsi jabatan PNS secara profesional
sebagai pelayan masyarakat. Nilai-nilai dasar tersebut meliputi: Akuntabilitas,
Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu, dan Anti Korupsi yang kemudian
disingkat menjadi “ANEKA” dan dijelaskan sebagai berikut :

1. Akuntabilitas
Akuntabilitas merupakan sikap dan perilaku yang merujuk pada kewajiban setiap
individu, kelompok atau institusi untuk memenuhi tanggung jawab yang menjadi
amanahnya. Akuntabilitas mengacu pada harapan implisit atau eksplisit bahwa
keputusan atau tindakan seseorang akan di evaluasi oleh pihak lain dan hasil
evaluasinya dapat berupa reward atau punishment (LAN, 2015). Akuntabilitas publik
memiliki tiga fungsi utama, yaitu:

a. Untuk menyediakan kontrol demokratis (peran demokrasi),


b. Untuk mencegah korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan (peran
konstitusional),
c. Untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas (peran belajar).

Menurut Sutarwi (2016), indikator-indikator akuntabilitas adalah sebagai berikut.


a. Kepemimpinan yaitu sikap yang dapat memberikan contoh kepada orang
lain, berkomitmen yang tinggi dalam melakukan pekerjaan.

11
b. Transparansi yaitu sikap terbuka sehingga dapat meningkatkan komunikasi
dan kerjasama kelompok, serta meningkatkan keyakinan kepada pimpinan.

c. Integritas yaitu kewajiban untuk mematuhi kebijakan, kontrak, dan


Undang-undang yang berlaku.

d. Responsibilitas yaitu adanya pengakuan terhadap tindakan yang telah


diputuskan dan dilakukan baik secara perseorangan maupun institusi.

e. Keadilan yaitu landasan utama dari akuntabilitas yang harus dijaga agar
tidak menghancurkan kepercayaan dan kredibilitas organisasi.

f. Kepercayaan yaitu rasa keadilan memunculkan lingkungan kerja yang


akuntabel.

g. Keseimbangan yaitu peningkatan kinerja yang baik harus disertasi


keseimbangan kapasitas sumber daya dan keahlian yang dimiliki.

h. Kejelasan yaitu mengetahui kewenangan, peran, dan tanggung jawab serta


kinerja yang diharapkan.

i. Konsistensi yaitu faktor yang menjamin stabilitas sehingga mencapai


lingkungan kerja yang akuntabel.

1. Nasionalisme
Nasionalisme dapat didefinisikan sebagai rasa yang tertanam dalam jiwa untuk
mencintai, bangga, dan rela berkorban demi tanah air. Dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara sebagai aparatur sipil negara (ASN) jiwa nasionalisme wajib untuk
diimplementasikan dalam bentuk nilai-nilai Pancasila dan nilai-nilai dasar ASN
dalam kehidupan. Implementasi tersebut terbagi menjadi 5, yaitu:

12
a. Implementasi sila pertama
1). Mewujudkan nilai-nilai moral ketuhanan dalam perilaku kehidupan.
2). Menjadikan Indonesia sebagai negara berketuhanan tanpa mendikte agama
tertentu.

b. Implementasi sila kedua


1) Internasional
a) Dengan ikut menciptakan ketertiban dunia dan perdamaian abadi.
2) Nasional
a) Mencerdaskan kehidupan bangsa.

c. Implementasi sila ketiga


1) Semangat hidup bersama.
2) Gotong royong.
3) Negara diharapkan mampu memberikan kebaikan kehidupan bersama bagi
warganya.

d. Implementasi sila keempat


Mewujudkan demokrasi Indonesia untuk mencapai kemufakatan dengan
berasaskan kedaulatan rakyat, kekeluargaan, kebijaksanaan sebagai landasan elit dan
mentalitas ASN untuk kepentingan umum.

e. Implementasi sila kelima


1). Negara adalah organisasi kemasyarakatan yang bertujuan mewujudkan
keadilan.
2). Indonesia diarahkan untuk menjadi negara kesejahteraan bukan liberal.
3). Mensejahterakan dengan keadilan seadil-adilnya.

13
2. Etika Publik
Etika merupakan suatu refleksi dari baik atau buruk, benar atau salah, dan patut
atau tidak patut. Kode etik adalah aturan atau norma yang berlaku pada kelompok
tertentu. Berdasarkan UU No.5 Tahun 2014 tentang ASN, Kode etik ASN terbagi
menjadi 12, yaitu:
a. Melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggung jawab, dan
berintegritas tinggi,
b. Melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin,
c. Melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa tekanan,
d. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan peraturan perundangan yang
berlaku,
e. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau Pejabat
yang berwenang sejauh tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan dan etika pemerintahan,
f. Menjaga kerahasiaan yang menyangkut kebijakan negara,
g. Menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara bertanggung
jawab, efektif dan efisien,
h. Menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan dalam melaksanakan
tugasnya,
i. Memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan kepada
pihak lain yang memerlukan informasi terkait kepentingan kedinasan,
j. Tidak menyalahgunakan informasi intern negara, tugas, status,
kekuasaan, dan jabatannya untuk mendapat atau mencari keuntungan
atau manfaat bagi diri sendiri atau untuk orang lain,
k. Memegang teguh nilai dasar ASN dan selalu menjaga reputasi dan
integritas ASN, l. Melaksanakan ketentuan peraturan perundang-
undangan mengenai disiplin pegawai ASN.

14
Dengan penerapan kode etik ASN ini perilaku para pejabat publik harus berubah.
Dimulai dari mengubah pola piker pejabat adalah pelayan, wewenang menjadi
peranan dan harus sadar bahwa jabatan publik adalah suatu amanah.

3. Komitmen Mutu
Nilai-nilai dasar komitmen mutu yaitu efisiensi, efektifitas, inovasi dan mutu.
Kinerja aparatur dalam memberikan pelayanan publik yang bermutu harus
berlandaskan prinsip efektivitas, efisiensi, dan inovasi.

a. Konsep efektivitas organisasi berarti sejauh mana organisasi dapat


mencapai tujuan yang ditetapkan, atau berhasil mencapai apapun yang
coba dikerjakannya. Efektivitas organisasi berarti memberikan barang
atau jasa yang dihargai oleh pelanggan.
b. Konsep efisiensi organisasi adalah jumlah sumber daya yang
digunakan untuk mencapai tujuan organisasional. Efisiensi organisasi
ditentukan oleh berapa banyak bahan baku, uang dan manusia yang
dibutuhkan untuk menghasilkan jumlah keluaran tertentu. Efisiensi
dapat dihitung sebagai jumlah sumber daya yang digunakan untuk
menghasilkan barang dan jasa.
c. Konsep Inovasi adalah cara utama dimana suatu organisasi beradaptasi
terhadap perubahan perubahan di pasar, teknologi, dan persaingan.
Inovasi akan menjadi salah satu kekuatan organisasi untuk
memenangkan persaingan. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa esensi yang terkandung dalam istilah inovasi adalah perubahan.
d. Konsep mutu merupakan suatu kondisi dinamis berkaitan dengan
produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang sesuai atau bahkan
melebihi harapan konsumen atau pengguna. Pengertian lain untuk
mutu secara umum dapat diartikan sebagai suatu yang berhubungan

15
dengan satu atau lebih karakteristik yang diharapkan terdapat dalam
barang atau jasa tertentu (LAN, 2015).

4. Anti Korupsi
Korupsi berasal dari bahasa latin corruptio yang berarti kerusakan, kebrobokan,
dan kebusukan. Dampak korupsi sangat luar biasa, menyebabkan kerusakan baik
dalam lingkup pribadi, keluarga, masyarakat (LAN, 2015). Kesadaran anti korupsi
melalui pendekatan spiritual membentengi PNS melakukan korupsi, mendorong
memiliki visi misi organisasi yang baik, terpacu melakukan yang terbaik agar dapat
dipertanggungjawabkan secara publik.

Kesadaran anti korupsi yang telah mencapai puncak tertinggi akan menyentuh
spiritual accountability seseorang. Spiritual Accountability yang baik akan
menghasilkan niat baik, yang akan menghasilkan visi dan misi yang baik, selanjutnya
akan diterjemahkan dalam usaha yang terbaik untuk mendapatkan hasil terbaik.
Hubungan konsekuensi tersebut idealnya dapat menjamin bahwa pemilik spiritual
accountability yang baik akan mendorong public accountability yang baik pula, dan
tentunya tidak akan tergerak dan mempunyai niat sedikit pun untuk membuat
kerusakan di muka termasuk didalamnya adalah melakukan korupsi, sebaliknya justru
akan mempunyai niat yang sangat kuat untuk menghindari korupsi (LAN, 2015).

5. Manajemen ASN
a. Kedudukan ASN
Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan Pegawai ASN
yang professional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi politik,
dan praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme. Manajemen ASN lebih menekankan
kepada pengaturan profesi pegawai sehingga diharapkan agar selalu tersedia sumber
daya aparatur sipil Negara yang unggul selaras dengan perkembangan zaman. Berikut

16
adalah beberapa konsep yang ada dalam UU No. 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil
Negara.

a). Berdasarkan jenisnya, Pegawai ASN terdiri atas:


1) Pegawai Negeri Sipil (PNS)
2) Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK).

PNS merupakan warga negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, diangkat
sebagai Pegawai ASN secara tetap oleh pejabat pembina kepegawaian untuk
menduduki jabatan pemerintahan, memiliki nomor induk pegawai secara nasional.
Sedangkan PPPK adalah warga Negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu,
yang diangkat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian berdasarkan perjanjian kerja
sesuai dengan kebutuhan Instansi Pemerintah untuk jangka waktu tertentu dalam
rangka melaksanakan tugas pemerintahan.

Pegawai ASN berkedudukan sebagai aparatur negara yang menjalankan kebijakan


yang ditetapkan oleh pimpinan instansi pemerintah serta harus bebas dari pengaruh
dan intervensi semua golongan dan partai politik. Pegawai ASN dilarang menjadi
anggota dan/atau pengurus partai politik. Selain untuk menjauhkan birokrasi dari
pengaruh partai politik, hal ini dimaksudkan untuk menjamin keutuhan, kekompakan
dan persatuan ASN, serta dapat memusatkan segala perhatian, pikiran, dan tenaga
pada tugas yang dibebankan kepadanya. Oleh karena itu dalam pembinaan karier
pegawai ASN, khususnya di daerah dilakukan oleh pejabat berwenang yaitu pejabat
karier tertinggi. Kedudukan ASN berada di pusat, daerah, dan luar negeri. Namun
demikian pegawai ASN merupakan satu kesatuan. Kesatuan bagi ASN ini sangat
penting, mengingat dengan adanya desentralisasi dan otonomi daerah, sering terjadi
adanya isu putra daerah yang hampir terjadi dimana-mana sehingga perkembangan
birokrasi menjadi stagnan di daerah daerah. Kondisi tersebut merupakan ancaman
bagi kesatuan bangsa.

17
b. Peran ASN
Untuk menjalankan kedudukannya tersebut, maka aparatur sipil negara berfungsi
sebagai berikut.
a). Pelayan publik
b). Pelaksana kebijakan publik
c). Perekat dan pemersatu bangsa.

Selanjutnya Pegawai ASN bertugas:


a) Melaksanakan kebijakan yang dibuat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
b) Memberikan pelayanan publik yang professional dan berkualitas.
c) Mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Dengan demikian, peran dari Pegawai ASN sebagai perencana, pelaksana, dan
pengawas penyelenggaraan tugas umum pemerintahan dan pembangunan nasional
melalui pelaksanaan kebijakan dan pelayanan publik yang profesional, bebas dari
intervensi politik, serta bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme.

6. Whole Of Government
a. Pengertian whole of government
Whole of Government atau disingkat WoG adalah sebuah pendekatan
penyelenggaraan pemerintahan yang menyatukan upaya-upaya kolaboratif
pemerintahan dari keseluruhan sektor dalam ruang lingkup koordinasi yang lebih luas
guna mencapai tujuan-tujuan pembangunan kebijakan, manajemen program dan
pelayanan publik. Oleh karenanya WoG juga dikenal sebagai
pendekatanvinteragency, yaitu pendekatan yang melibatkan sejumlah kelembagaan
yang terkait dengan urusan-urusan yang relevan.

18
b. Praktek whole of government
Terdapat beberapa cara pendekatan WoG yang dapat dilakukan, baik dari sisi
penataan institusi formal maupun informal. Cara-cara ini pernah dipraktekkan oleh
beberapa negara, termasuk Indonesia dalam level-level tertentu.
a) Penguatan koordinasi antar lembaga Penguatan koordinasi dapat dilakukan
jika jumlah lembaga-lembaga yang dikoordinasikan masih terjangkau dapat
dilakukan lebih mudah.
b) Membentuk lembaga koordinasi khusus Pembentukan lembaga terpisah dan
permanen yang bertugas dalammengkoordinasikan sektor atau kementerian
adalah salah satu cara melakukan WoG. Lembaga koordinasi ini biasanya
diberikan status kelembagaan setingkat lebih tinggi, atau setidaknya setara
dengan kelembagaan yang dikoordinasikannya.

c) Membentuk gugus tugas, gugus tugas merupakan bentuk pelembagaan


koordinasi yang dilakukan diluar struktur formal, yang sidatnya tidak
permanen. Pembentukan gugus tugas biasanya menjadi salah satu cara agar
sumber daya yang terlibat dalam koordinasi tersebut dicabut sementara dari
lingkungan formalnya untuk berkonsentrasi dalam proses koordinasi tadi.
d) Koalisi sosial ini merupakan bentuk informal dari penyatuan koordinasi antar
sektor atau lembaga, tanpa perlu membentuk pelembagaan khusus dalam
koordinasi ini. Koalisi sosial ini mendorong adanya penyamaan nilaidan
persepsi tentang suatu hal, sehingga pada akhirnya akan terjadi koordinasi
alamiah.

c. Tantangan dalam penerapan WoG


Tantangan yang akan dihadapi dalam penerapan WoG adalah sebagai berikut.
a) Kapasitas SDM dan institusi Kapasitas SDM dan institusi-institusi yang
terlibat dalam WoG tidaklah sama.

19
b) Nilai dan budaya organisasi seperti halnya kapasitas SDM dan institusi, nilai
dan budaya organisasi punmenjadi kendala mana kala terjadi upaya kolaborasi
sampai dengan penyatuan kelembagaan
c) Kepemimpinan menjadi salah satu kunci penting dalam pelaksanaan WoG.
Kepemimpinan yang dibutuhkan adalah kepemimpinan yang mampu
mengakomodasi perubahan nilai dan budaya organisasi serta meramu SDM
yang tersedia guna mencapai tujuan yang diharapkan.

d. Praktek WoG dalam Pelayanan Publik dilakukan dengan menyatukan


seluruh sektor yang terkait dengan pelayanan publik.
Jenis pelayanan publik yang dikenal yang dapat didekati oleh pendekatan WoG
adalah sebagai berikut.
a) Pelayanan yang bersifat adminisitratif, yaitu pelayanan publik yang
menghasilkan berbagai produk dokumen resmi yang dibutuhkan masyarakat.
Dokumen yang dihasilkan bisa meliputi KTP, status kewarganegaraan, status
usaha, surat kepemilikan, atau penguasaan atas barang.
b) Pelayanan jasa, yaitu pelayanan yang menghasilkan berbagai bentuk jasa yang
dibutuhkan warga masyarakat, seperti pendidikan, kesehatan,
ketenagakerjaan, perhubungan, dan lainnya.
c) Pelayanan barang, yaitu pelayanan yang menghasilkan jenis barang yang
dibutuhkan warga massyarakat, seperti misalnya jalan, perumahan, jaringan
telepon, listrik, air bersih, dan seterusnya.
d) Pelayanan regulatif, yaitu pelayanan melalui penegakan hukuman dan
peraturan perundang-undangan, maupun kebijakan publik yang mengatur
sendi-sendi kehidupan masyarakat.

20
8. Pelayanan Publik
Pelayanan publik berdasarkan UU No.25 Tahun 2009 adalah suatu kegiatan
atau rangkaian kegiatan dalam rangka untuk pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai
dengan UU bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan pelajaran
administratif yang disediakan oleh penyelenggara publik.
a. Unsur-unsur dalam pelayanan publik ada tiga, yaitu:
a). Penyelenggara publik
b). Penerima pelayanan publik
c). Kepuasan Publik

b. Prinsip-Prinsip Pelayanan Publik


a). Partisipatif.
Dalam penyelenggaraan pelayanan publik yang dibutuhkan masyarakat pemerintah
perlu melibatkan masyarakat dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi
hasilnya.

b). Transparan.
Dalam penyelenggaraan pelayanan publik, pemerintah sebagai penyelenggara
pelayanan publik harus menyediakan keterbukaan dalam segala akses akses bagi
warga negara untuk mengetahui segala hal yang terkait dengan pelayanan publik
yang diselenggarakan tersebut, seperti: persyaratan, prosedur, biaya, dan sejenisnya.

c). Responsif
Dalam penyelenggaraan pelayanan publik, pemerintah wajib mendengar dan
memenuhi tuntutan kebutuhan warga negaranya. Tidak hanya terkait dengan bentuk
dan jenis pelayanan publik yang mereka butuhkan akan tetapi juga terkait dengan
mekanisme penyelenggaraan layanan, jam pelayanan, prosedur, dan biaya
penyelenggaraan pelayanan.

21
d). Tidak diskriminatif.
Pelayanan publik yang diselenggarakan oleh pemerintah tidak boleh dibedakan antara
satu warga negara dengan warga negara yang lain atas dasar perbedaan identitas
warga negara, seperti: status sosial, pandangan politik, enisitas, agama, profesi, jenis
kelamin atau orientasi seksual, difabel, dan sejenisnya.

e). Mudah dan Murah.


Penyelenggaraan pelayanan publik dimana masyarakat harus memenuhi berbagai
persyaratan dan membayar fee untuk memperoleh layanan yang mereka butuhkan
harus diterapkan prinsip mudah, artinya berbagai persyaratan yang dibutuhkan
tersebut masuk akal dan mudah untuk dipenuhi.

f). Efektif dan efisien.


Penyelenggaraan pelayan publik harus mampu mewujudkan tujuan-tujuan yang
hendak dicapainya untuk melaksanakan mandat konstitusi dan mencapai tujuan
tujuan strategis negara dalam jangka panjang dan cara mewujudkan tujuan tersebut
dilakukan dengan prosedur yang sederhana, tenaga kerja yang sedikit, dan biaya yang
murah.

g). Aksesibel.
Penyelenggaraan pelayanan publik oleh pemerintah harus dapat dijangkau oleh warga
negara yang membutuhkan. Dalam arti fisik (dekat, terjangkau dengan kendaraan
publik, mudah dilihat, gampang ditemukan, dll.) dan dapat dijangkau dalam arti non-
fisik yang terkait dengan biaya dan persyaratan yang harus dipenuhi oleh masyarakat.

h). Akuntabel.
Penyelenggaraan pelayanan publik dilakukan dengan menggunakan fasilitas dan
sumber daya manusia yang dibiayai oleh warga negara melalui pajak yang mereka

22
bayar. Oleh karena itu semua bentuk penyelenggaraan pelayanan publik harus dapat
dipertanggungjawabkan kepada masyarakat.

i). Berkeadilan.
Penyelenggaraan pelayanan publik yang dilakukan oleh pemerintah memiliki
berbagai tujuan. Salah satu tujuan yang penting adalah melindungi warga negara dari
praktik buruk yang dilakukan oleh warga negara yang lain.

23

Anda mungkin juga menyukai