Kelompok 1 - The Structural Characteristics of Modern Leisure Practice PDF
Kelompok 1 - The Structural Characteristics of Modern Leisure Practice PDF
Disusun oleh:
- Angela Tria Marceline / 190906822
- Marvelin Ang / 190906832
- Cintya Pradnya A. / 200907147
D. Historicizing leisure
1. The historical dimension: the problem of periodization
Perspektif historis dalam studi waktu luang merupakan sebuah
pertahanan terbaik bahwa hubungan waktu luang itu unik pada periode waktu
tertentu. Ini membantu kita melihat dengan jelas bahwa hubungan waktu luang
modern merupakan tepi luar yang muncul dari gelombang pembangunan
jangka panjang.
Praktik waktu luang yang kita anggap ‘normal’ sebenarnya diproduksi
dan direproduksi secara historis. Ini sangat penting karena mengarahkan
perhatian ke kepentingan sosial. Wawasan ini penting, apapun yang kita
peroleh dari sejarah yang ada berguna untuk membandingkan perilaku kita.
Contohnya, asumsi bahwa dahulu semua orang lebih sopan, tidak ada
pengaruh di masa muda, banyak waktu senggang dan lebih menyenangkan.
Namun hal itu belum tentu, dan itu terungkap saat diuji.
Periode industrialisasi sebagai pusat unit waktu telah banyak diadopsi.
Industrialisasi ini dianggap sangat krusial, menurut Marx dan Engels (1968,
hal. 38), kebangkitan industri kapitalisme menghasilkan “revolusi produksi
yang terus menerus, banyak gangguan sosial, ketidakpastian abadi dan agitasi.
Banyak prasangka dan pendapat kuno semua tersapu, semuanya yang baru jadi
kuno sebelum mengeras. Yang padat jadi melebur, yang suci jadi dikotori”.
2. Industrialization and time consciousness
Menurut Thompson, waktu pada masyarakat pra-industri merupakan
‘task oriented’ yakni hal itu diukur secara praktis berkaitan dengan pribadi
orang, pengalaman kerja, kebiasaan, dan pekerjaan rumah tangga. Hal ini
diperhitungkan dengan melihat berapa lama dia melakukan kegiatan tersebut,
seperti berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk masak nasi, sarapan,
memperbaiki sesuatu, dll. Pekerjaan dan waktu luang tidak dibedakan secara
tajam, waktu tidak dialami sebagai kendala eksternal.
Semua ini berubah saat industrialisasi. Pekerja mulai merumuskan
perbedaan antara waktu mereka dan waktu pemberi kerja. Bagi pengusaha,
waktu adalah uang. Ini adalah sumber daya manajemen utama untuk
dimanipulasi. Bagi buruh, satu hari kerja yang hilang adalah upah satu hari
yang hilang. Ini menunjukkan, waktu secara bertahap dimodifikasi. Dengan
hal ini, kapitalisme masuk dalam unit yang digunakan orang untuk mengukur
kehidupan mereka.
Tiga peringatan soal posisi Thompson mengenai hubungan industrialisasi
dengan waktu. Pertama, salah jika menganggap disiplin waktu diciptakan oleh
industrialisasi. Masyarakat pra industri menyadari perbedaan antara kerja dan
waktu istirahat. Mereka akan bekerja keras ketika kebutuhan rumah tangga,
kehidupan masyarakat, dll adalah hal yang perlu. Kalau tidak perlu, sikap
bekerja mereka akan fleksibel dan santai.
Kedua, hubungan antara waktu dan uang dipahami dengan baik oleh
masyarakat pra industri. Seperti yang ditunjukkan Aries (1981, hal. 173-96)
bahwa doa untuk orang mati dan massa wakaf dikaitkan dengan uang. Tidak
ada jaminan untuk orang kaya dan berkuasa akan masuk surga, kecuali mereka
yang saleh dan dermawan.
Ketiga, salah jika menganggap industrialisasi berdampak pada semua
konvensi dan nilai pra industri. Kesinambungan dalam praktik waktu luang
menjembatani perpecahan industri. Memang benar bahwa kerja normal yang
jam kerjanya dibatasi dan diselingi waktu istirahat yang disepakati adalah ciri
universal pekerjaan yang muncul pada kapitalisme industri. Intinya, gagasan
waktu luang tidak ada dalam masyarakat pra industri. Yang ada adalah jalinan
rumit non-kerja yang diritualkan sebagai ‘waktu menganggur’.
3. Carnival in the middle ages
Karnaval dirayakan sebagai waktu non kerja dan sangat dihargai sebagai
pelepasan karya Characteristic of Modern Leisure Practice. Bakhtin (1968)
menjelaskan bahwa karnaval adalah periode bergembira tanpa batas dalam
kehidupan orang biasa. Pekerjaan ditangguhkan, yang rendah mengejek yang
tinggi, begitu juga sebaliknya. Karnaval membawa semua orang dari berbagai
lapisan dan tingkatan untuk bersama-sama berbagi ‘universal spirit’.
Namun, hal ini akan salah paham di struktur sosial dan ekonomi
kehidupan abad pertengahan. Kekotoran karnaval terkait dengan rendahnya
kontrol bahwa orang punya kekuatan alam dan emosi mereka. Orang akan
selalu bergantung satu sama lain, namun kita bisa membayangkan banyak
populasi dapat terjerumus dalam krisis, seperti banjir atau bencana alam
lainnya, dimana mereka bisa menikmati kesenangan yang berlebihan dalam
bentuk rekreasi massal itu. Timbal balik dan mutualitas kehidupan sosial yang
dilambangkan dan diperkuat oleh citra tubuh fisik digambarkan dalam
permainan karnaval ini.
Conclusion
Laki-laki dan perempuan tidak lahir dengan atribut pencarian waktu luang,
melainkan lahir dengan karakteristik seksual seperti warna kulit, orang tua, dan ras.
Dalam kehidupan sehari-hari, kita melihat aktivitas santai sebagai indikasi paling jelas
tentang siapa seseorang sebenarnya; lebih dari label lain seperti pekerjaan (Rojek, 2014,
32). Seseorang harus bekerja untuk mendapatkan kehidupan, sedangkan seseorang
melakukan kegiatan di waktu luang karena memang keinginan mereka. Bab ini
menegaskan bahwa kebebasan dan pilihan populer terkait dengan praktik waktu luang
modern bersifat menipu. Kesepakatan mengenai hubungan waktu luang dibangun
berdasarkan sejarahnya. Waktu luang juga terikat dengan sistem legitimasi yang
mengatur praktik waktu luang (Rojek, 2014, 32).
Contoh Fenomena
Seiring dengan berkembangnya teknologi, teknologi komunikasi juga semakin
berkembang. Saat ini, kehidupan manusia sangat dipengaruhi oleh internet. Contohnya
adalah ketika sedang sendirian di tengah keramaian, seseorang tetap dapat
berkomunikasi melalui aplikasi media sosial seperti WhatsApp dan LINE. Ketika
seseorang sedang bosan, ia dapat menonton video atau film pendek melalui aplikasi
Youtube. Selain itu, ada juga media sosial seperti Instagram, TikTok, Facebook, dan
Twitter yang dapat dimanfaatkan untuk berbagi konten. Munculnya berbagai platform
media sosial ini membuat manusia mengisi waktu luang (leisure time) mereka dengan
mengakses atau scroll media sosial yang ada.
Gambar 1. Promo kartu perdana Tri (Sumber: LINK)