Anda di halaman 1dari 30

TAX PLANNING

PPH PASAL 21/26


Kelompok 4
ANGGOTA KELOMPOK
ALFINA ARUM DINTA ARDELIA WILDAN RIFKY
PRAMESWARI (205030401111010) ARIFIANSYAH
(205030400111009) (205030407111003)

VIRGINIA NABILA MARSHANDA CAHYA ALIT APRILIA


PARINDRA PUTRI KUMALA SHINTA INDRIANA
(205030400111043) (205030401111037) (205030407111010)
Materi Pembahasan
1) TAXABILITY DEDUCTIBILITY 2) TERAPAN TAX 3) ALUR PERENCANAAN
OBJEK PPH PASAL 21 PLANNING PPH PASAL 21 PAJAK PPH PASAL 21

4) METODE PEMOTONGAN 5) TERAPAN TAX PLANNING PPH 21


PPH 21/26 : A. KLAUSUL PAJAK DALAM KONTRAK KERJA
DITANGGUNG B. PEMBERIAN KESEJAHTERAAN KARYAWAN :
KARYAWAN (GROSS NATURA ATAU CASH, PERJALANAN DINAS
METHOD) PENGOBATAN KARYAWAN, KARYAWAN,
DITANGGUNG MAKAN KARYWAN, BONUS DAN JASA PRODUKSI,
PERUSAHAAN (NET PREMI ASURANSI, NATURA DI DAERAH
METHOD) IURAN PENSIUN, JHT, THT, TERTENTU.
DITUNJANG PERUMAHAN KARYAWAN,
PERUSAHAAN (GROSS TRANSPORTASI KARYAWAN,
UP METHOD) SERAGAM KARYAWAN,
Taxability dan Dedictibility Objek PPh
Pasal 21
Prinsip Taxabikity Deducitbility merupakan prinsip dasar yang lazim diterapkan dalam perencanaan
pajak, yang pada umumnya dilakukan dengan mengubah atau mengkonversikan penghasilan yang
merupakan objek pajak menjadi penghasilan bukan pbjek pajak, atau sebaliknya mengubah biaya yang
tidak boleh dikurangkan menjadi biaya boleh dikurangkan, dengan konsekuensi terjadinya perubahan
pajak terutang akinat pengubahan atau konversi tersebut.
Jika kondisi keuangan perusahaan baik dan perusahaan menghasilankan laba besar, maka salah satu
alternatif yang direkomendasikan adalah mengkaji mana yang lebih menguntungkan antara memberi
kesejahteraan kepada karyawan dalam bentuk tunjangan (uang) atau dalam bentuk (benefit in kind)
Berikut ni penjabaran pemberian dalam bentuk natura atau kenikmatan (benefit in kind) kepada para pegawai:
Dalam tahun 2010, PT Abz menyediakan dokter dan obat-obatan dengan cuma-cuma untuk pemeliharaan
kesehatan pegawainya yang berjumlah 1.000 orang, juga ongkos melahirkan yang jumlah totalnya Rp360 juta
setahun, atau rata-rata biaya untuk pemeliharaan kesehatan setiap pegawai bulannya berjumlah (1/12 x Rp360 juta)
: 1.000 = Rp30.000, atau sama denga Rp1.000 per orang per hari. Upah rata-rata pegawai diasumsikan masih
sebatas UMR.
Sebelum tax planning: Berdasarkan pasal 4 ayat 3 huruf d UU Pajak Penghasilan, benefit in kind (seperti biaya
berobat ke dokter dan obat) sebesar Rp360 juta itu bukan merupakan objek pajak penghasilan (non taxablke),
sehingga tidak dikenai pajak. Sebaliknya, dari sudut pandang perusahaan yang mengeluarkan biaya, secara
komersial pengeluaran itu merupakan biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan perusahaan, tetapi secara
fsikan (pasal 9 ayai 1 huruf e, UU PPh) merupakan biaya yang tidak boleh dikurangkan (non deductible), sehingga
harus dilakukan koreksi fiskal.
Konsekuensinya: Karena biaya tersebut merupakan biaya fiskal yang tidak boleh dikurangkan, maka koreksi fiskal
yang dilakukan 2010 sebesar 25% x Rp360 juta = Rp 90 juta
Sesudah tax planning: Dengan mengubah pemberian dalam bentuk natura atau kenikmatan(seperti dokter dan
obat) menjadi tunjangan (uang), maka secara fiskal (pasal 4 ayat 1 huruf a UU PPh) pajak (taxable) dan dilain pihak,
berdasarkan Pasal 6 ayat 1 huruf a biaya tunjangan kesehatan tersebut dapat dikurangkan dari penghasilan bruto
perusahaan (deductible).
Solusi yang dianjurkan: Untuk menghindari koreksi fiskal tersebut, PT. Abz memberikan
tunjangan kesehatan (tunai) sebagai pengganti, daripafa menyediakan dokter dan
memberikan obat dengan cuma-cuma, yang hanya akan menambah penghasilan pegawai
yang akan dipajaki (taxable) sebesar Rp 360 juta. Dan bagi perusahaan jumlah tersebut
merupakan biaya yang boleh dikurangkan (deductible).
Pajak mpenghasilan yang dapat dihemat akibat perubahan tersebut adalah sebesar 25% x
Rp 360 juta = Rp 90 juta.
Sedangkan dampak pajak (PPh Pasal 21) bagi pegawai yang bersangkutan, akibat
penggantian penyediaan dokter dan pemberian obat-obatan dan tunjangan kesehatan,
yang merupakan penghasilan pegawai bersangkutan, praktis tidak ada beban tambahan
pajak, karena penghasilannya (UMR) masih dibawah Penghasilan Tidak Kena Pajak.
Prinsip Taxability-Deductibility



Pemberi Pegawai
Keterangan
No Objek PPhPasal 21 Kerja (PPh (Taxable/Non
 
Badan) Taxable)

Gaji, Lembur, Bonus,


1. Deductible Taxable  
Intensif

Honorarium, Upah, Uang


2. Deductible Taxable  
saku dan sejenisnya

Tunjangan yang
3. Deductible Taxable  
diberikan dalam bentuk uang

Honorarium yang
4. Deductible Taxable  
diterima Dewan Komisaris/ Pengawas yang tidak merangkap sebagai pegawai tetap

5. Pesangon Deductible Taxable Dipotong PPh Final


Premi Jamsostek

JKK/JKM, Asuransi kesehatan, kecelakaan, kematian, beasiswa dan Bila tidak dimasukkan
6. Deductible Taxable
asuransi sebagai penghasilan karyawan makan merupakan ND
dwiguna yang ditanggung pemberi kerja

Pemberian naturan atau Non Non Kecuali yang diatur


7.
kenikmatan Deductible Taxable khusus, mis: kenikmatan di daerah terpencil adalah BD

PPh Pasal 21 ditanggung Non Non Kenikmatan yang


8.
Perusahaan Deductible Taxable diterima oleh pegawai

PPh Pasal 21 di
9. Deductible Taxable  
Gross-UP oleh perusahaan

Iuran dana pensium yang Non Dana pensium telah


10. Deductible
ditanggung perusahaan Taxable disahkan oleh Menteri keuangan


JHT yang ditanggung Non Taxable pada saat JHT


11. Deductible
perusahaan (3,7%) Taxable diterima pegawai ybs.

Pengobatan Cuma-Cuma Non Non


12.  
(langsung ke Rumah Sakit) Deductible Taxable

Bila dinakaman sebagai


13. Penggantian pengobatan Deductible Taxable
karyawan

Bila dimasukkan sebagai


14. Tunjangan pengobatan Deductible Taxable
penghasilan karwayan

Pemberian Non KEP.51/PJ/2009,


15. Deductible
natura/kenikmatan di daerah terpencil Taxable Fasilitas Pajak

Pemberian makanan dan Non KEP.51/PJ/2009,


16. Deductible
minuman kepada seluruh karyawan di tempat kerja Taxable Fasilitas Pajak

Biaya antar jemput Non KEP.51/PJ/2009,


17. Deductible
karyawan Taxable Fasilitas Pajak




Hanya atas uang saku,
18. Biaya perjalanan dinas Deductible Taxable bila diberikan dalam lumpsum maka seluruhnya
menjadi objek PPh pasal 21

Imbalan jasa Jika pemberi kerja


19. Deductible Taxable
professional dan jasa lainnya adalah WP badan makan objek PPh pasal 21

Non
20. Tantiem Taxable SE-06/PJ.44/1999
Deductible

Bonus, gratifikasi, Non


21. Taxable SE-06/PJ.44/1999
jasa produksi yang dibebankan ke laba ditahan Deductible

Pemberian natura atau




kenikmatan yang diberikan oleh WP yang dikenai PPh final atau WP yang

Non Pasal 13 UU PPh No.


22. menghitung pajaknya berdasarkan Norma Penghitungan Khusus Taxable
Deductible 36/2008
(Deemed profit
dan atau deemed tax)

Kendaraan dinas yang Deductible Non


23. KEP-220/PJ/2002
digunakan untuk pegawai tertentu karena pekerjaan atau jabatannya (50% Taxable

Akun piutang atau biaya Deductible


24. Taxable  
yang akan dibayar dimuka yang berkaitan dengan Objek PPh Pasal 21 (bertahap)
Terapan Perencanaan
Pajak PPh pasal 21
Terapan Perencanaan Pajak PPh pasal 21 yakni:
1. Pengaturan struktur gaji dan tunjangan karyawan
2. Memanfaatkan pengurang PPH Pasal 21
3. Memanfaatkan sistem PPh Pasal 21 final
4. Memperhatikan batas pembebasan Pajak
5. Melakukan penghitungan PPH Pasal 21 dengan benar
Alur Perencanaan PPh
Pasal 21
METODE PEMOTONGAN PPH 21/26

DITANGGUNG KARYAWAN DITANGGUNG PERUSAHAAN (NET METHOD)


(GROSS METHOD) Dalam hal ini, jumlah PPh Pasal 21 yang terutang akan
Dalam hal ini jumlah PPh Pasal ditanggung oleh perusahaan yang bersangkutan. Dengan
21 yang terutang akan demikian, gaji yang diterima oleh karyawan tersebut tidak
ditanggung oleh karyawan itu dikurangi dengan PPh Pasal 21 karena perusahanlah yang
sendiri, sehingga benar-benar menanggung biaya/beban PPh 21 tersebut. PPh 21 ini tidal
mengurangi penghasilan. Istilah dilakukan dengan cara gross up. PPh 21 yang ditanggung
yang sering digunakan adalah perusahaan tersebut tidak boleh dikurangkan dari
bahwa PPh Pasal 21 dalam penghasilan bruto perusahaan, karena tidak dimasukkan
metode ini dipotong oleh sebagai faktor penambahan pendapatan dalam SPT PPh
perusahaan. Pasal 21.

DITUNJANG PERUSAHAAN (GROSS UP METHOD)


Jika PPh Pasal 21 diberikan dalam bentuk tunjangan, maka tunjangan tersebut akan menambah penghasilan karyawan dan dikenai
PPh Pasal 21. Dalam hal ini perhitungan PPh dilakukan dengan cara gross up dimana besarnya tunjangan pajak sama dengan jumlah
PPh Pasal 21 terutang untuk masing-masing karyawan. Di samping memberi tunjangan PPh Pasal 21 yang besarnya sama dengan
PPh terutang untuk masing-masing karyawan (metode gross up), perushaan juga bisa memberikan tunjangan PPh Pasal 21 yang
besarnya berbeda dengan PPh terutang. Dalam hal besarnya PPh Pasal 2I yang terutang lebih besar daripada tunjangan PPh Pasal
21, maka kekurangannya bisa ditangung karyawan (dipotong) atau ditanggung perusahaan. Jika kekurangannya ditanggung oleh
perusahaan, maka perlakuan perpajakannya menjadi non deductible expenses.
Analisis Perencanaan Pajak PPh 21 Sebagai Upaya Untuk
Penghematan Pembayaran Pajak
Bimo Hendarto, Devy Pusposari
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Brawijaya

Objek Penelitian : Perusahaan Jasa Maklon di


Pasuruan yang selanjutnya akan disebut PT.XYZ
(Nama perusahaan disembunyikan)

Perencanaan pajak yang diterapkan oleh perusahaan berfokus pada


PPh Pasal 21 dan rekonsiliasi fiskal karena perusahaan berpendapat
bahwa jumlah karyawan yang dimiliki oleh PT XYZ tergolong banyak
dan menghasilkan beban yang cukup besar bagi perusahaan dalam
bentuk gaji.

Terapan Perencanaan Pajak


PPh Pasal 21
Dilihat dari sisi perencanaan pajaknya, hal ini telah
sesuai dengan salah satu strategi perencanaan pajak
untuk mengefisiensikan beban pajak, yaitu
menghindari pemeriksaan pajak. Pemeriksaan Pajak
dilakukan terhadap Wajib Pajak yang mengalami SPT
lebih bayar (Suandy, 2016). Prosedur yang dilakukan
oleh PT XYZ untuk menghindari kondisi lebih bayar
adalah dengan cara membuat proyeksi kemungkinan
gaji dan PPh Pasal 21 pada tahun berikutnya.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa PT


XYZ telah melakukan perencanaan pajak
dengan menggunakan metode Gross dalam
menghitung Pajak Penghasilan pasal 21 dan
membuat proyeksi tahunan terhadap Pajak
Penghasilan pasal 21 yang akan dibayar untuk
Terapan Perencanaan Pajak menghindari kondisi lebih bayar.
PPh Pasal 21
Dengan metode Gross Pajak Penghasilan Badan PT
XYZ sebesar Rp 2.365.113.250 sedangkan
menggunakan metode Gross Up sebesar Rp
2.275.185.446. Yang mana perusahaan akan
menghemat sebesar Rp 89.927.804.

PT XYZ juga telah melakukan rekonsiliasi fiskal


sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku.
Namun, PT XYZ masih dapat melakukan
penyesuaian Penghasilan Tidak Kena Pajak agar
dapat mengurangi lagi beban Pajak Penghasilan
pasal 21

Terapan Perencanaan Pajak


PPh Pasal 21
Klausul Pajak dalam Perjanjian/Kontrak Kerja
Dalam beberapa kasus timbul konflik dalam bisnis, di mana kewajiban pemotongan PPh 21
atau PPh 26 yang dilakukan dari penghasilan orang pribadi, sewaktu pelaksanaan
pemotongannya pihak yang dipotong tidak menerima sehingga terjadi dispute atau sengketa.
Masalah perpajakan yang berhubungan dengan pekerjaan biasanya seperti
Tenaga ahli yang mrlakukan pekerjaan bebas terdiri dari pengacara, akuntan, arsitek,
dokter, konsultan, notaris, penilai, dan aktuaris dikenakan tarif 50% dari jumlah
penghasilan bruto. Tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas, PPh pasal 21 yang
dipotong sebesar 50% x Nilai Proyek x Tarif PPh Pasal 17 ayat 1 huruf a
Sehubungan dengan pemberian jasa selain pegawai dan tenaga ahli, yang dalam
pemberian jasanya mempekerjakan orang lain sebagai pegawainya dan atau melakukan
penyerahan material atau bahan dikenai sebesar tarif PPh ppasal 17 ayat 1 huruf a dari
Nilai Proyek
Klausul Pajak dalam Perjanjian/Kontrak Kerja

Kejadian tersebut serinh terjadi dalam pembuatan perjanjian atau kontrak kerja yang tidak
mengindahkan aspek perpajakannya. Maka sebelum kontrak kerja ditandatangani harus
dipastikan:
1. Pemuatan klausul pajak dalam perkanjian atau kontrak kerja yang mensyaratkan pajak
terutang harus dihitung berdasarkan nilai kontrak (di luar harga pokok barang) yakni
dikenakan dari nilai bruto kontrak, dan untuk PPh 21/26 pemberi kerja wajib memotong
dari pembayarannya
2. Klausul pajak secara jelas menyarakan siapa yang harus menanggung PPh Pasal 21/26,
sehingga pajak yang terutamg fan pemotongannya didasarkan pada klausul tersebut
Klausul Pajak dalam Perjanjian/Kontrak Kerja
Sebagai contoh, suatu perusahaan memiliki proyek dan tidak memotong PPh Pasal 21
kemudian transaksi ini diketahui oleh fiskus pada saat pemeriksaan pajak, maka perusahaan
akan dikenai kewajiban membayar PPh 21 yang terutang dan denda keterlambatan penyetoran
sebesar 2% sebulan dari pokok pajak.
Dari kasus ini, jelas bahwa tax planning memerlukan dikungan dari beberapa divisi
perusahaan. Untuk menghindari timbulnya kerugian dikemudian hari di luar rencana
anggaran, semua divisi yang terkait harus mempertimbangkan aspek perpajakan atas klausul
perjanjian atau kontrak kerja yang akan dibuat seperti beban pajak yang terutang dan
penanggung pajaknnya.
PEMBERIAN KESEJAHTERAAN
KARYAWAN
PENGOBATAN ATAU
KESEHATAN KARYAWAN
NATURA ATAU CASH
1) Reimbursement (penggantian) kwitansi biaya
Pemberian Natura untuk
medikal dari dokter/klinik/rumah sakit.
kesejahteraan karyawan tidak
Perlakuan pemajakannya: Pengeluaran ini
cocok jika perusahaan:
adalah bagian dari penghasilan karyawan yang
1) Sedang mengalami kerugian.
bersangkutan karena diterima secara tunai
2) Dikenakan PPh Badan secara
oleh perusahaan, boleh dibiayakan (deductible)
Final.
tapi harus ditambahkan sebagai penghasilan
karyawan dalam SPT PPh 21.
PEMBERIAN KESEJAHTERAAN
KARYAWAN
PENGOBATAN ATAU PENGOBATAN ATAU
KESEHATAN KARYAWAN KESEHATAN KARYAWAN
2) Pemberian tunjangan pengobatan/kesehatan
3) Pengobatan di RS/klinik/dokter
(medical allowance) setiap bulan, sakit, atau tidak
langganan dan pengambilan obat dari
sakit.
apotek langganan.
Perlakuan pemajakannya: Pengeluaran ini
Perlakuan pemajakannya: Merupakan
merupakan bagian dari penghasilan karyawan
pengeluaran natura atau kenikmatan
yang bersangkutan yang diterima secara teratur,
(benefit in kinds) dan tidak boleh
boleh dibiayakan (deductible) tapi harus
dibebankan sebagai biaya
ditambahkan sebagai penghasilan karyawan
perusahaan.
dalam SPT PPh 21.
PEMBERIAN KESEJAHTERAAN
KARYAWAN
MAKAN KARYAWAN
PENGOBATAN ATAU Dari sisi PPh Badan, dengan asumsi jumlah
KESEHATAN KARYAWAN beban yang sama, skema pemberian makan
sebagai tunjangan atau pengganti tunjangan,
4) Perusahaan mendirikan RS/klinik/
keduanya sama-sama bisa dibiayakan tetapi
berikut dokternya.
pemberian tunjangan makan akan
Perlakuan pemajakannya: Merupakan
mengakibatkan bertambahnya PPh Pasal 21.
pengeluaran natura atau kenikmatan
Apabila hanya dipandang dari sisi fiskal, lebih
(benefit in kinds) dan tidak boleh
menguntungkan jika disiapkan makan bersama
dibebankan sebagai biaya
untuk seluruh karyawan.
perusahaan.
PEMBERIAN KESEJAHTERAAN
KARYAWAN
IURAN PENSIUN & JHT/THT
PREMI ASURANSI UNTUK YANG DIBAYAR PERUSAHAAN
KARYAWAN Tidak termasuk dalam pengertian penghasilan yang
Asuransi yang diberikan dapat berupa dipotong PPh Pasal 21 berupa iuran pensiun yang
dibayarkan kepada dana pensiun yang pendiriannya telah
asuransi kesehatan, dwiguna, jiwa, kematian,
disahkan oleh Menteri Keuangan, iuran tunjangan hari tua
kecelakaan kerja, dan beasiswa. Pembayaran
atau iuran Jaminan Hari Tua kepada badan
premi asuransi oleh pemberi kerja untuk penyelenggara Tunjangan Hari Tua atau penyelenggara
kepentingan pegawainya boleh dibebankan jaminan sosial tenaga kerja yang dibayar oleh pemberi
sebagai biaya perusahaan (deductible), tetapi kerja. Iuran yang dibayarkan kepada dana pensiun yang
bagi karyawan bersangkutan premi tersebut pendiriannya tidak/belum disahkan oleh Menteri
merupakan penghasilan (taxable). Keuangan tidak boleh dibebankan sebagai biaya.
PEMBERIAN KESEJAHTERAAN
KARYAWAN
PERUMAHAN UNTUK KARYAWAN Perlakuan pemajakannya:
Alternatif 1 & 2 termasuk kriteria
Ada beberapa alternatif fasilitas perumahan yang
pemberian natura sehingga biaya-biaya
diberikan oleh perusahaan:
terkait seperti penyusutan, eksploitasi,
Penempatan pada rumah dinas yang dibuat/dibeli oleh
perusahaan. sewa, tidak bisa dibebankan sebagai
Penempatan pada rumah dinas yang disewa oleh biaya.
perusahaan. Agar tidak dikategorikan sebagai natura,
Perusahaan memberikan penggantian sewa rumah kepada karyawan perlu diberikan
dinas yang dibayar oleh karyawan, penggantian ini tunjangan perumahan yang dimasukkan
dimasukkan ke dalam tunjangan perumahan bagi ke daftar gaji.
karyawan.
Perusahaan memberikan tunjangan perumahan kepada
karyawan.
PEMBERIAN KESEJAHTERAAN
KARYAWAN
PERUMAHAN UNTUK KARYAWAN PAKAIAN SERAGAM KARYAWAN
Perlakuan pemajakannya: Kriteria yang disyaratkan oleh fiskus mengenai
Alternatif 3 & 4 boleh dibiayakan (deductible) tetapi pemberian natura (termasuk pakaian seragam):
tunjangan perumahan harus dicatat dan dilaporkan Pemberian natura yang dapat dikurangkan dari
penghasilan bruto pemberi kerja dan bukan
sebagai unsur penghasilan bagi karyawan dan
merupakan penghasilan bagi karyawan yang
dicantumkan dalam daftar gaji karyawan.
menerimanya.
Biaya sewa rumah yang dibayarkan pada karyawan Pemberian natura yang merupakan keharusan dalam
merupakan penghasilan karyawan, sedang bagi pelaksanaan pekerjaan sebagai sarana keselamatan
perusahaan, merupakan biaya yang dapat kerja atau karena sifat pekerjaan tersebut
diperhitungkan dalam PKP. mengharuskannya, meliputi pakaian dan peralatan
biaya pemeliharaan/perawatan/lain-lain biaya yang untuk keselamatan kerja, termasuk pakaian seragam
dikeluarkan secara fiskal tak dapat diterima dalam petugas keamanan (satpam).
menghitung PKP, sebab termasuk biaya atas natura.
PEMBERIAN KESEJAHTERAAN
KARYAWAN
TRANSPORTASI UNTUK KARYAWAN 4. Biaya dalam rangka menjalankan tugas perusahaan,
misalnya berupa biaya transport, hotel, dan sebagainya
1. Biaya eksploitasi kendaraan antar jemput karyawan merupakan biaya perusahaan dan bukan penghasilan
adalah biaya dan bukan merupakan penghasilan karyawan.
bagi karyawan.
2. Seluruh biaya eksploitasi & depresiasi untuk Transportasi karyawan dari rumah ke tempat kerja dapat
kendaraan perusahaan yang dikuasai/dipegang diberikan dalam bentuk:
oleh karyawan tertentu/dibawa pulang setelah jam 1. Antar jemput dengan mobil perusahaan.
2. Diberikan kendaraan sedan/sejenis yang dimiliki dan
kerja merupakan biaya dan bagi karyawan bukan
dipergunakan perusahaan untuk pegawai tertentu
merupakan penghasilan karena termasuk natura.
karena jabatan atau pekerjaannya.
3. Tunjangan transport untuk keperluan pergi & 3. Untuk tujuan tax planning, agar biaya kendaraan
pulang kantor merupakan penghasilan bagi tersebut dapat dibebankan sebagai biaya, dapat di atasi
karyawan dan biaya bagi perusahaan. memberikan pinjaman (car loan).
PEMBERIAN KESEJAHTERAAN
KARYAWAN
PERJALANAN DINAS KARYAWAN BONUS DAN JASA PRODUKSI
Komponen biaya perjalanan dinas, dan jika atas Dalam pemberian bonus dan gratifikasi, tantiem dan
pemberian ini dibayarkan secara tunai sebagai uang jasa produksi tersebut, bisa diperlakukan sebagai biaya,
saku, maka pemberian tersebut dikategorikan sebagai jika dibebankan dalam biaya tahun berjalan.
Tantiem tidak dapat dibebankan sebagai biaya dalam
penghasilan bagi karyawan yang bersangkutan. Bila
menghitung PKP, serta bagi penerimanya adalah
perusahaan menginginkan agar travelling allowance
penghasilan dan dikenakan PPh Pasal 21.
tersebut dapat dibiayakan (deductible) dalam laporan
Untuk keperluan tax planning, harus dihindari
keuangan fiskal perusahaan, maka travelling
pembayaran gaji, bonus, gratifikasi jasa produksi yang
allowance tersebut harus dimasukkan dalam SPT PPh
melebihi kewajaran kepada pemegang saham yang juga
Pasal 21 atas nama karyawan yang bersangkutan menjadi komisaris, direksi, atau pegawai, karena
sebagai unsur tambahan penghasilan yang dikenakan pembayaran tersebut merupakan dividen dan tak boleh
PPh Pasal 21. dibebankan sebagai biaya perusahaan.
PEMBERIAN KESEJAHTERAAN KARYAWAN
NATURA DI DAERAH TERTENTU
Daerah tertentu/terpencil ini adalah daerah yang secara
ekonomis mempunyai potensi yang layak dikembangkan tetapi
prasarana ekonomi umumnya kurang memadai, sulit dijangkau
oleh transport umum, sehingga untuk mengubah potensinya
menjadi kekuatan ekonomi, penanam modal menanggung resiko
cukup tinggi dengan masa pengembalian yang relatif panjang.
Termasuk di dalamnya ada daerah perairan laut (kedalaman >50
M) yang dasar lautnya mempunyai cadangan mineral.
Penetapan daerah tertentu diberikan untuk jangka waktu 5
tahun, yang berlaku sejak tahun pajak diterbitkannya keputusan
dan dapat diperpanjang 1 kali. Permohonan keputusan tentang
penerapan daerah tertentu/terpencil diajukan kepada Kanwil
DJP yang membawahi KPP Tempat WP yang bersangkutan
terdaftar.
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai