P P H PASAL 2 1 / 2 6
PRESENT BY :
RINA ANALISA | TRI MARULI SIDABUTAR
1811070026 | 1811070043
KEWAJIBAN PEMOTONGAN
PAJAK PENGHASILAN PASAL
21/26 (PEMBERI KERJA)
OUTLINE
OBJEK PEMOTONGAN PPH PASAL 21/26
PEMOTONGAN PPH DAN PENERIMA PENGHASILAN YANG DIPOTONG PPH
PENGHASILAN YANG DIKENAKAN PPH PASAL 21/26
PENGHITUNGAN PPH PASAL 21/26
KEWAJIBAN PEMOTONG PPH PASAL 21/26
KEWAJIBAN PENERIMA PENGHASILAN
SANKSI ADMINISTRASI ATAS KETERLAMBATAN PEMBAYARAN/PENYETORAN DAN
PELAPORAN PAJAK
DASAR
HUKUM
Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang No. 28
Tahun 2007.
Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah
diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008.
Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 541/KMK.04/2000
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Menteri
Keuangan Republik Indonesia Nomor 184/PMK.03/2007 tentang Penentuan
Tanggal Jatuh Tempo Pembayaran dan Penyetoran Pajak, Penentuan Tempat
Pembayaran Pajak, dan Tata Cara Pembayaran, Penyetoran dan Pelaporan Pajak,
serta Tata Cara Pengangsuran dan Penundaan Pembayaran Pajak.
DASAR
HUKUM
Peraturan Menteri Keuangan Nomor PMK-254/PMK.03/2008 tentang Penetapan
Bagian Penghasilan Sehubungan Dengan Pekerjaan dari Pegawai Harian dan
Mingguan serta Pegawai Tidak Tetap Lainnya yang Tidak Dikenakan Pemotongan
Pajak Penghasilan.
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 101/PMK.010/2016
tentang Penyesuaian Besarnya Penghasilan Kena Pajak.
Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor Per-32/PJ/2015 tentang Pedoman Teknis
Tata Cara Pemotongan, Penyetoran dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21
dan/atau Pajak Penghasilan Pasal 26 Sehubungan dengan Pekerjaan, Jasa, dan
Kegiatan Orang Pribadi.
OBJEK PEMOTONGAN PPH PASAL 21/26
6
Gaji, Upah, Honorarium, Tunjangan, dan
Pembayaran lain dengan nama/bentuk apapun
1. Pekerjaan;
2. Jasa;
3. Kegiatan
yang dilakukan orang pribadi
SPDN SPLN
7
PEMOTONG PPh DAN PENERIMA PENGHASILAN YANG DIPOTONG PPh
8
PEMOTONG PPH PASAL 21/26
10
PENERIMA PENGHASILAN YANG DIKENAKAN PPH PASAL 21/26
PESERTA KEGIATAN:
BUKAN MANTAN • Peserta Perlombaan
PEGAWAI
PEGAWAI PEGAWAI • Peserta Rapat,
Konferensi, Sidang,
Pertemuan, Kunjungan
Kerja
• Peserta/Anggota
PENERIMA UANG Kepanitiaan
PESANGON, PENSIUN ANGGOTA DEWAN • Peserta Pendidikan,
atau UANG MANFAAT KOMISARIS/PENGAWAS yang Pelatihan
PENSIUN, THT, JHT, tidak merangkap sebagai
termasuk AHLI pegawai
• Peserta Kegiatan
Lainnya
WARISNYA
11
PENGHASILAN YANG DIKENAKAN PPH PASAL 21/26
12
PENGHASILAN YANG DIKENAKAN PPH PASAL 21/26
Natura/Kenikmatan dari:
• uang pesangon, pensiun, tunjangan hari tua, atau jaminan hari
tua yang dibayarkan sekaligus, yang pembayarannya melewati • Wajib Pajak PPh
jangka waktu 2 tahun;
Termasuk:
Final
• penghasilan pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas • Wajib Pajak
• imbalan kepada bukan pegawai; Norma
Penghitungan
• imbalan kepada peserta kegiatan; Khusus
• imbalan kepada dewan komisaris/pengawas yang bukan
merupakan pegawai tetap pada perusahaan yang sama;
• imbalan kepada mantan pegawai;
• penarikan dana pensiun oleh pegawai.
13
NILAI UANG SEBAGAI DASAR PENENTUAN BESARNYA PENGHASILAN
JKK, JKM, JPK Biaya bagi perusahaan (deductible) Penghasilan (digabung dalam penghasilan bruto gaji)
JPK = Jaminan
dibayar perusahaan Alasan : karena tidak tercantum dalam Pasal 4 ayat (3) Pelayanan
(bukan obyek PPh) sehingga merupakan obyek PPh. Kesehatan
(Premi Asuransi)
JHT = Jaminan Hari
Tua
JKK, JKM, JPK Bukan pengurang bagi OP (karyawan) yang membayarnya.
--- JKK = Jaminan
dibayar karyawan Alasan : sesuai Ps 9 (1) d UU Pajak Penghasilan
Kecelakaan Kerja
(Premi Asuransi)
JKM = Jaminan
Kematian
Iuran JHT / Iuran Pensiun Biaya bagi perusahaan (deductible) Bukan menambah Penghasilan Bruto karyawan, tapi Obyek
dibayar oleh Semua iuran pensiun adalah biaya PPh pada saat menerima JHT sekaligus dari PT
perusahaan yang membayarnya, Pasal 6 ayat (1) Jamsostek.
huruf c Alasan : Pasal 4 ayat (3) huruf g, iuran ke Dana Pensiun bukan
penghasilan.
Iuran JHT / Iuran Pensiun Biaya bagi karyawan (pengurang Penghasilan Bruto).
---
dibayar oleh Alasan : Semua iuran pensiun adalah biaya bagi yang 16
karyawan membayarnya (Pasal 6 ayat (1) huruf c.
PENGHITUNGAN PPH PASAL 21/26
17
PENGHITUNGAN PPH PASAL 21/26 :
PEGAWAI TETAP DAN PENERIMA PENSIUN BERKALA
18
PENGHITUNGAN PPH PASAL 21
Dikurangi PTKP
1. WP OP DN meninggal dunia
atau meninggalkan 1. WP OP DN mulai bekerja
Indonesia selamanya; pada tahun berjalan;
2. Orang asing mulai bekerja
di Indonesia pada tahun 2. WP OP DN pindah kerja ke
berjalan untuk jangka pemberi kerja yang lain
waktu lebih dari 6 bulan;
3. Karyawan pindah cabang
20
PTKP :
PMK NO. 101/PMK.010/2016
KAWIN
TIDAK
SUAMI TANPA
KAWIN KAWIN
PENGHASILAN
24
CONTOH PENGHITUNGAN PPH PASAL 21
25
A. PENGHITUNGAN PPH PASAL 21 ATAS PENGHASILAN PEGAWAI TETAP
–
GAJI BULANAN
Gaji sebulan Rp 18.000.000
Pengurangan :
Biaya Jabatan (5% xRp 18.000.000) Rp *Max. 500.000
500.000
Iuran Pensiun Rp Rp
200.000 700.000
Penghasilan Neto sebulan Rp 17.300.000
Rp 17.365.000
PPh Pasal 21 sebulan
Rp 17.365.000,00 : 12 = Rp 26
1.447.083
B. PENGHITUNGAN PPH PASAL 21 ATAS PEMBAYARAN UANG RAPEL
Rp 20.965.000
PPh Pasal 21 sebulan
Rp 20.965.000,00 : 12 Rp 1.747.083
PPh Pasal 21 Januari s.d Mei 2017 seharusnya adalah :
5 x Rp 1.747.083,00 Rp 8.735.415
PPh Pasal 21 yang sudah dipotong Januari s.d Mei 2017
5 x Rp 1.447.083,00 (dari perhitungan contoh A) Rp 7.235.415
Upah/Uang Saku Harian, Mingguan, Satuan, Dibayarkan Bulanan atau Jumlah Upah
Borongan Kumulatif Satu Bulan Melebihi Rp10,2 jt
30
CONTOH PENGHITUNGAN PPH PASAL 21
PEGAWAI TIDAK TETAP / TENAGA KERJA LEPAS
31
Upah Harian Rp 450,000
Batas Upah Harian Rp 450,000
Penghasilan Kena Pajak sehari Rp -
33
Upah Harian Rp 500,000
Batas Upah Harian Rp 450,000
Penghasilan Kena Pajak sehari Rp 50,000
35
Upah per baju Rp 75,000 per baju
Jumlah produksi baju sehari 10 per hari
Upah per hari Rp 750,000 per hari
Total Upah 12 hari Rp 9,000,000
karena sudah di atas 4,5 juta maka seharusnya pengenaan pajaknya dengan
dikurangi PTKP per hari
Total Upah 12 hari Rp 9,000,000
PTKP 12 hari (TK/0) =150rb x 12 Rp 1,800,000
Penghasilan Kena Pajak 12 hari Rp 7,200,000
PPh Pasal 21 (2 mingguan) Rp 360,000
3 hari.
37
CONTOH PENGHITUNGAN PPH PASAL 21
PEGAWAI TIDAK TETAP / TENAGA KERJA LEPAS
38
Upah Harian Rp 400,000
Upah sebulan (x22) Rp 8,800,000
Penghasilan Neto setahun Rp 105,600,000
PTKP (K/2) Rp 67,500,000
Penghasilan Kena Pajak Rp 38,100,000
PPh terutang
5% x Rp38.100.000 Rp 1,905,000
PPh 21 terutang setahun Rp 1,905,000
PPh 21 terutang sebulan Rp 158,750
39
PPH PASAL 21:
BUKAN PEGAWAI
Berkesinambungan Tidak
Berkesinambungan
Ex Pasal 13 ayat (1) berkesinambungan
(50 % x Ph Bruto)
Dikurangi (50 % x Ph Bruto)
(50 % x Ph Bruto)
PTKP sebulan,
Dihitung secara Dihitung secara
kumulatif kumulatif
Dalam hal Dokter Yang Praktik di RS/Klinik Jumlah Penghasilan Bruto adalah
Sebesar Jasa Dokter Yang Dibayarkan Pasien melalui RS/Klinik sebelum
Dipotong Biaya-Biaya atau Bagi Hasil RS/Klinik 40
CONTOH PENGHITUNGAN
41
CONTOH PENGHITUNGAN PPH PASAL 21
BUKAN PEGAWAI
45
TARIF Pasal 17 atas PENGHASILAN BRUTO KUMULATIF
CONTOH PENGHITUNGAN
46
CONTOH PENGHITUNGAN PPH PASAL 21
LAINNYA
Tarif Pasal 17
UU PPh
Penghasilan Bruto
50
CONTOH PENGHITUNGAN PPH PASAL 21
PESERTA KEGIATAN
Ph BRUTO(>10,2jt) – PTKP
PESERTA
Ph BRUTO
KEGIATAN
52
PPH PASAL 21 YANG BERSIFAT FINAL
1. Uang Pesangon
2. Uang Manfaat Pensiun
3. THT/JHT
yang dibayarkan sekaligus
53
TARIF
Penerima Pesangon
Penghasilan Bruto Tarif
Sampai dengan Rp50.000.000 0%
Atas jumlah kumulatif uang pesangon, uang
Di atas Rp50.000.000 sampai dengan 5% manfaat pension, Tunjangan Hari Tua, atau
Rp100.000.000 Jaminan Hari Tua yang dibayarkan dalam
Di atas Rp100.000.000 sampai dengan 15% jangka waktu paling lama 2 (dua) tahun
Rp500.000.000 kalender
Di atas Rp500.000.000 25%
55
CONTOH PENGHITUNGAN
56
CONTOH PENGHITUNGAN PPH PASAL 21
PPH PASAL 21 BERSIFAT FINAL
57
CONTOH PENGHITUNGAN PPH PASAL 21
PPH PASAL 21 BERSIFAT FINAL
58
Perhitungan PPh 21
Pesangon Rp 240,000,000
0% x Rp50.000.000 Rp -
5% x Rp50.000.000 Rp 2,500,000
c. Atas pembayaran pesangon bulan Januari 2017 ==> lebih dari 2 tahun==> tidak final
Pesangon Rp 120,000,000
5% x Rp50.000.000 Rp 2,500,000
59
CONTOH PENGHITUNGAN PPH PASAL 21
PPH PASAL 21 BERSIFAT FINAL
DIPERHITUNGKAN oleh
Merupakan KREDIT PAJAK
Pemotong dengan PPh Pasal
dalam SPT Tahunan PPh
21 bulan-bulan selanjutnya
61
TIDAK BERLAKU untuk PPh Pasal 21 yang bersifat FINAL
PPH PASAL 26
Penghasilan Bruto
Memperhatikan
Ketentuan P3B 62
SAAT TERUTANG
Saat dilakukannya
BAGI PENERIMA pembayaran atau
PENGHASILAN terutang sebagai
penghasilan
64
KEWAJIBAN PEMOTONG
66
CONTOH BUKTI POTONG PPH PASAL 21 (FORMULIR 1721-A1)
67
CONTOH BUKTI POTONG PPH PASAL 21 LAINNYA (TIDAK FINAL)
68
CONTOH BUKTI POTONG PPH PASAL 21 LAINNYA (FINAL)
69
KEWAJIBAN PENERIMA PENGHASILAN
70
KEWAJIBAN PENERIMA PENGHASILAN
www.pajak.go.id
Mengajukan Permohonan
a. e-FIN
1 hari
kerja e-FIN
Diberikan langsung
e-FIN
Kode Verifikasi
Bukti Penerimaan Elektronik
(BPE):
Nama, NPWP, tanggal, jam dan
Nomor Tanda Terima Elektronik
73
SANKSI ADMINISTRASI ATAS KETERLAMBATAN
PEMBAYARAN/PENYETORAN DAN PELAPORAN PAJAK
74
SANKSI ADMINISTRASI KETERLAMBATAN PEMBAYARAN PAJAK
YANG TERUTANG UNTUK SUATU SAAT ATAU MASA PAJAK
Pasal 9 ayat (2a) UU KUP
PEMBAYARAN/ PENYETORAN PAJAK
SETELAH TGL JATUH TEMPO PEMBAYARAN/
PENYETORAN PAJAK
WP TERLAMBAT/
TIDAK MENYAMPAIKAN
SPT SPT
SPT SPT
MASA MASA
TAHUNAN TAHUNAN
SELAIN
OP PPN BADAN
PPN
78
METODE PENGHITUNGAN PPH PASAL 21
NETT
GROSS
GROSS UP
79
METODE NETT
Rp 17.365.000
PPh Pasal 21 sebulan
80
Rp 17.365.000,00 : 12 = Rp
1.447.083
METODE GROSS
Merupakan metode pemotongan pajak Biaya Jabatan (5% xRp 18.000.000) Rp *Max. 500.000
500.000
dimana karyawan menanggung sendiri Iuran Pensiun Rp Rp
200.000 700.000
jumlah pajak penghasilannya.
Penghasilan Neto sebulan Rp 17.300.000
Rp 17.365.000
PPh Pasal 21 sebulan
81
Rp 17.365.000,00 : 12 = Rp
1.447.083
METODE GROSS UP
Rp
17.365.000,0 = Rp 1.447.083 Rp 1.702.450
0 : 12 82
METODE GROSS UP
83
KASUS
https://money.kompas.com/read/2013/05/24/145
41067/Marak.Penyimpangan.PPh.21..Ditjen.Pajak.
Periksa.10.000.Perusahaan
84
RUMUSAN
Deviden yang diterima oleh WP OP merupakan Penghasilan yang bersifat final dengan tarif
10%.
Sedangkan penghasilan tersebut apabila dihitung sebagai penghasilan Orang Pribadi sebagai
honor, bonus, dan/atau tantiem, maka pengenaan pajak dapat lebih tinggi dari 10%,
menyesuaikan dengan layer penghasilan setiap Wajib Pajak.
Hal ini merupakan suatu bentuk dari Tax Planning, dimana Wajib Pajak berusaha untuk
melakukan kewajiban perpajakannya dengan nilai yang lebih kecil guna menguntungkan
pribadinya.
85
SARAN DAN KESIMPULAN
Masih terdapat celah yang dapat digunakan oleh Wajib Pajak untuk memperkecil kewajiban
pembayaran pajak mereka, maka masih diperlukan pengawasan secara aktif dari Direktorat
Jenderal Pajak untuk memastikan kepatuhan Wajib Pajak dijalankan sesuai dengan ketentuan.
86
TERIMA KASIH
87