Anda di halaman 1dari 183

Pajak Penghasilan

Pasal 21 dan 26

IDA BAGUS NYOMAN SUKADANA SE, MM, CPTT

TRISAKTI SCHOOL OF MANAGEMENT


Pengertian Pajak Penghasilan Pasal 21
2

 PER-16/PJ/2016

 Pajak Penghasilan 21 (PPh pasal 21) adalah pajak


atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium,
tunjangan, dan pembayaran lan dengan nama
dan bentuk apapun sehubungan dengan
pekerjaan atau jabtan, jasa, dan kegiatan yang
dilakukan oleh orang pribadi Subjek Pajak dalam
negeri .

Trisakti School of Management


2019
Dasar Hukum Pajak Penghasilan Pasal 21

1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak


Penghasilan;

2. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 250/PMK.03.2008


tentang Besarnya Biaya Jabatan atau Biaya Pensiun yang dapat
Dikurangkan dari Penghasilan Bruto Pegawai Tetap atau
Pensiunan;

3. Peraturan Mentari Keuangan Nomor 252/PMK.03/2008


tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemotongan Pajak atas Penghasilan
Sehubungan dengan Pekerjaan, Jasa, dan Kegiatan Orang Pribadi;

4. Peraturan Mentari Keuangan Nomor 242/PMK.03/2014


tentang Tata Cara Pembayaran dan Penyetoran Pajak;

Trisakti School of Management


2017
Peraturan Menteri Keuangan Nomor
101/PMK.010/2016 tentang Penyesuaian Besarnya
Penghasilan Tidak Kena Pajak;

6. Peraturan Menteri Keuangan Nomor


102/PMK.010/2016 tentang Penetapan Bagian
Penghasilan Sehubungan dengan Pekerjaan dari Pegawai
Harian dan Mingguan serta Pegawai Tidak Tetap Lainnya
yang Tidak Dikenakan Pemotongan Pajak Penghasilan;

7. Peraturan Direktur Jederal Pajak Nomor PER-


16/PJ/2016 tentang Pedoman Teknis Tata Cara
Pemotongan, Penyetoran, dan Pelaporan Pajak Penghasilan
21.
Pemotong Pajak
Penghasilan Pasal 21
 Pemberi Kerja 1
 Orang pribadi, badan atau
cabang perwakilan, atau unit
 Bendahara atau pemegang
2  kas pemerintah

 Pemerintah pusat termasuk institusi TNI/Polri,


Pemerintah daerah, instansi atau lembaga
pemerintah, lembaga-lembaga negara lainnya,
dan kedutaan Besar Republik Indonesia di luar
 Dana Pensiun 3 negeri

 Badan penyelenggara jaminan sosial


tenaga kerja, dan badan-badan lain yang
membayar uang pensiun secara berkala
dan tunjangan hari tua atau jaminan hari 4  Orang Pribadi
tua
 OP yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan
bebas serta badan yang membayar : honorarium,
komisi, fee, atau pembayaran lainnya sebagai
imbalan.
 Penyelenggara
kegiatan 5
 Termasuk badan pemerintah, organisasi
yang bersifat nasional dan internasional, Trisakti School of Management
perkumpulan, OP serta lembaga lainnya 5
2019
Subjek Pajak Penghasilan Pasal 21
6
 Pesera kegiatan
yang
menerima/memperole
 Pegawai h penghasilan
sehubungan dengan
keikutsertaannya
dalam suatu
kegiatan
 Penerima uang
pesangon, pensiun  Subjek  Mantan pegawai
atau uang manfaat
pensiun, THT/JHT,
PPh 21
termasuk ahli  Anggotan dewan
warisnya komisaris atau
dewan pengawas
yang tidak
 Bukan Pegawai yang
merangkap sebagai
menerima atau
pegawai tetap pada
memperoleh
perusaan yang sama
penghasilan
sehubungan dengan
pemberian jasa Trisakti School of Management
2017
Objek Pajak Penghasilan Pasal 21
7

Imbalan Imbalan
bukan peserta
pegawai kegiatan Honorari
Ph pegawai um
tidak tetap komisari
s
Jasa
Ph pemutusan produksi
hubungan kerja mantan
pegawai

Ph Penarika
Pensiuna n dana
n pensiun

Ph Objek Natura/k
pegawai en-
tetap PPh 21 ikmatan

Trisakti School of Management


2017
Dasar Pengenaan dan Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21

8
Ph Neto -
Tetap
PTKP
Ph Bruto -
Bulanan PTKP
Pegawai
Ph Bruto < 450.000
tidak dikenakan PPh 21
Tidak Tetap
Ph Bruto < 450.000 sehari
dan < 4.500.000 sebulan
(ph bruto – 450.000) x 5%

Harian Ph Bruto sebulan >


4.500.000 dan <
Ph Neto – 10.200.000
Pensiunan Berkala (ph bruto sehari-PTKP
PTKP
sehari) x 5%
Bekesinambungan
50% x (ph bruto – PTKP/bulan) Ph Bruto sebulan >
kumulatif 10.200.000
Berkesinambungan ex Ph bruto setahun – PTKP
Bukan
Pegawai psl 13(1)
50% x Ph Bruto Kumulatif
Tidak
Berkesinambungan
50% x Ph Bruto
Komisaris, Mantan
Pegawai, dan Ph Bruto
Penarikan Dana
Pensiun oleh Kumulatif
Pegawai.

Peserta Ph Bruto
Trisakti School of ManagementKegiatan
2017
PTKP Pajak Penghasilan Pasal 21
9

 Wajib Pajak Orang


Pribadi  Rp
54.000.000,00/Tahun
 Rp
4.500.000,00/Bulan

 Wajib Pajak yang  Rp


Kawin 4.500.000,00/Tahun
 Rp 375.000,00/Bulan

 Tanggungan (Max  Rp
3 org) 4.500.000,00/Tahun
 Rp 375.000,00/Bulan

Trisakti School of Management


2017
Tarif Pajak Penghasilan Pasal 21
 Tarif Pasal 17 ayat (1)
10 huruf a

 Rp 0 sampai dengan Rp
50.000.000,00
 Lapisan I
 Tarif : 5%

 Di atas Rp 50.000.000,00 sampai


 Lapisan II dengan Rp 250.000.000,00
 Tarif : 15%

 Di atas Rp 250.000.000,00
sampai dengan Rp
 Lapisan III
500.000.000,00
 Tarif : 25%

 Di atas Rp
 Lapisan IV 500.000.000,00
 Tarif : 30%

Trisakti School of Management


2017
Saat Terutang Pajak Penghasilan Pasal 21
11

Saat Terutang PPh 21

Bagi Penerima Bagi Pemotong PPh


Penghasilan Pasal 21
Saat dilakukannya
pembayaran atau Untuk Setiap Masa
saat terutangnya Pajak
penghasilan Akhir bulan
dilakukannya
pembayaran atau
akhir bulan
terutangnya
Trisakti School of Management
penghasilan
2017
CATATAN

Materi terkait pelaksanaan pemotongan pajak


penghasilan bagi Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam
Negeri/ WP OP DN (PPh Pasal 21) yang dipaparkan
dalam presentasi ini disusun berdasar Peraturan
Dirjen Pajak Nomor PER-31/ PJ/ 2012 yang
mengatur pengenaan pajak sejak tanggal 1 Januari
2013. Pelaksanaan pemotongan bagi tahun pajak
yang lebih awal dibandingkan tanggal tersebut
diatur berdasarkan Peraturan Dirjen Pajak Nomor
PER-31/ PJ/ 2009 j.o. PER-57/ PJ/ 2009
sebagaimana dipaparkan dalam presentasi yang
telah dipublikasikan sebelumnya.
SISTEMATIKA

1. PPh Pasal 21

2. PPh Pasal 26
Pph 21 Pasal 21

 Landasan Hukum:
 Pasal 21 UU PPh
 Peraturan Dirjen Pajak No. PER-31/ PJ/ 2012
DEFINISI

• Pajak yang dikenakan terhadap WP Orang


Pribadi Dalam Negeri atas penghasilan yang
terkait dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan.

• Penghasilan yang dimaksud dapat berbentuk


gaji, upah, honorarium, tunjangan, pensiun,
atau pembayaran lain dengan nama apapun.

• Saat yang lebih dahulu antara akhir bulan


diterimanya pembayaran atau akhir bulan
SAAT
TERUTANG diperolehnya penghasilan.
Perbedaan Pengenaan

PPh 21
PPh 26
WP Dalam Negeri
(DN) Subjek Pajak Luar
Negeri(SLPN)
Subjek Pajak
17

Penerima uang
pesangon, pensiun, Bukan Pegawai
Tunjangan/ Jaminan
Pegawai. Hari Tua (THT/ yang melakukan
JHT), termasuk ahli pemberian jasa.
waris.

Anggota Dewan
Komisaris atau Mantan
Dewan Pengawas pegawai. Peserta
non pegawai. kegiatan.
Subjek Pajak
(Bukan Pegawai yang Melakukan Pemberian Jasa)
18

 Tenaga ahli yang terdiri dari pengacara, akuntan, arsitek, dokter,


konsultan, notaris, penilai, dan aktuaris.
 Pekerja seni.
 Olahragawan.
 Penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh, dan moderator.
 Pengarang, peneliti, dan penerjemah.
 Pemberi jasa dalam segala bidang atau kepada suatu kepanitiaan.
 Agen iklan.
 Pengawas atau pengelola proyek.
 Pembawa pesanan atau perantara.
 Petugas penjaja barang dagangan.
 Petugas dinas luar asuransi.
 Distributor MLM, direct selling, atau sejenis.
Pengecualian Subjek
19

Pejabat negara asing seperti perwakilan


diplomatik atau konsulat, berikut orang yang
diperbantukan kepadanya, dengan syarat:

• Bukan WNI.
• Di Indonesia tidak memperoleh penghasilan di luar jabatannya.
• Berasal dari negara yang memberikan perlakuan timbal balik.

Pejabat perwakilan organisasi


internasional, dengan syarat:

• Bukan WNI.
• Di Indonesia tidak menjalankan usaha/ kegiatan/
pekerjaan lain untuk memperoleh penghasilan.
Objek Pajak (1)
20

Penghasilan Pegawai Tetap.

Penghasilan teratur penerima pensiun.

Pembayaran sekaligus uang pesangon, pensiun,


THT, JHT selepas 2 tahun sejak berhenti bekerja.

Upah pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas secara


harian, mingguan, satuan, borongan atau yang dibayarkan
secara bulanan.
Objek Pajak (2)
21

Imbalan kepada Bukan Pegawai yang


melakukan pemberian jasa.
Imbalan kepada peserta kegiatan.
Penghasilan anggota Dewan Komisaris
atau Dewan Pengawas non pegawai.
Pembayaran kepada mantan pegawai.

Penarikan dana pensiun oleh pegawai.


Pengecualian Objek
22

Santunan asuransi kesehatan, kecelakaan,


jiwa, dwiguna, dan asuransi beasiswa.
Natura yang diberikan oleh WP atau
Pemerintah.
Iuran kepada dana pensiun , THT, JHT
dibayar pemberi kerja.
Zakat atau sumbangan keagamaan wajib
yang diterima OP.
Beasiswa.
Ketentuan Khusus
13

Natura dan/ atau kenikmatan lain diperhitungkan sebagai


penghasilan, jika dan hanya jika, diberikan oleh: bukan
WP, WP yang dikenai PPh final, atau WP yang
menggunakan norma penghitungan khusus.

Natura dan/ atau kenikmatan lainnya yang


diukur berdasarkan harga pasar atau nilai wajar.
Objek PPh 21 Final
24

Penghasilan tidak tetap atau tidak teratur yang


menjadi beban APBN atau APBD.
(PMK No. 262/ PMK.03/ 2010)

Dana pensiun yang dialihkan dengan membeli


anuitas seumur hidup.
(Kepdirjen No. 333/ PJ/ 2001)

Uang tebusan pensiun. (PP No. 68


Tahun 2009)

Uang pesangon. (PP No. 68 Tahun


2009)
Pemotong, Penyetor, dan Pelapor
25

Dana pensiun,
Pemberi kerja penyelenggara
Bendaharawan
berbentuk OP, jaminan sosial
Pemerintah.
Badan, atau BUT. tenaga kerja,
THT, atau JHT.
OP atau Badan yang
melakukan
pembayaran kepada Penyelenggara
WP DN yang kegiatan.
melakukan pekerjaan
bebas atau SPLN.
Pengecualian Pemotong
26

Kantor perwakilan negara asing.

Organisasi internasional yang


ditetapkan oleh Menkeu.

Pemberi kerja orang pribadi yang tidak melakukan


kegiatan usaha atau pekerjaan bebas.
Alur Perpajakan WP OP
27

Beban Pajak Kini Dikurangi Dikurangi


sesuai SPT
(Tidak termasuk • Kredit PPh 21 • Kredit Pajak
Lain (PPh 22,
PPh Final) 23, 24)

Dikurangi Akhir Tahun


• Pajak yang • Pajak Kurang
Dibayar Sendiri
(Angsuran PPh 25) (Lebih) Bayar
PPh 21 Lebih Bayar
28

Jika WP menyampaikan SPT lebih bayar, maka SPT


disampaikan maksimal 3 tahun setelah berakhirnya tahun
pajak bersangkutan.

Jika SPT disampaikan melewati 3 tahun sesudah


berakhirnya tahun pajak dan WP telah ditegur secara
tertulis, maka pelaporan tidak dianggap sebagai SPT PPh.
Lapisan Tarif
29

No. Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif


1 0 s/d Rp 50.000.00,00 5%
2 Di atas Rp 50.000.000,00 s/d Rp 15%
250.000.000,00
3 Di atas Rp 250.000.000,00 s/d Rp 25%
500.000.000,00
4 Di atas Rp 500.000.000,00 30%
Kepemilikan NPWP
30

Bagi wajib pajak tidak memiliki NPWP, maka untuk setiap lapisan
tarif dikenakan persentase 20% lebih tinggi.

Pengenaan tarif lebih tinggi tidak berlaku untuk objek PPh 21 yang
bersifat final.

Jika NPWP diperoleh di pertengahan tahun berjalan, maka


perubahan penghitungan berlaku untuk periode setelahnya dan tidak
berlaku surut.

Atas pajak lebih bayar yang dibebankan di periode sebelumnya di


tahun berjalan, dapat dijadikan dasar untuk meyesuaikan
(mengurangi) pajak di periode setelahnya.
Dasar Pengenaan (1)
31

Penghasilan Kena Pajak (PKP)

• Berlaku PKP = Penghasilan netto - PTKP


• Pegawai tetap.
• Penerima pensiun berkala.
• Berlaku PKP = Penghasilan bruto - PTKP
• Pegawai tidak tetap yang penghasilannya dibayarkan
bulanan.
• Pegawai tidak tetap dengan penghasilan kumulatif sebulan
melebihi Rp 4.500.000,00.
• Berlaku PKP = 50% dari penghasilan bruto – PTKP per bulan
• Bukan pegawai yang menerima penghasilan
berkesinambungan (baik tenaga ahli maupun bukan).
Dasar Pengenaan (2)
22
Penghasilan yang Melebihi Rp 450.000,00
Sehari
• Berlaku bagi pegawai tidak tetap yang menerima upah harian,
mingguan, satuan, atau borongan.
• Berlaku sepanjang penghasilan kumulatif sebulan tidak melebihi
Rp 4.500.000,00.
50% dari Penghasilan Bruto
• Bukan pegawai yang menerima penghasilan tidak berkesinambungan
(baik tenaga ahli maupun bukan).

Penghasilan Bruto

• Merupakan seluruh jumlah penghasilan yg diterima atau diperoleh


dalam suatu periode atau saat dibayarkan.
• Berlaku atas penghasilan yang diterima oleh pihak selain yang telah
diatur berdasar ketiga DPP sebelumnya.
Tata Cara Penghitungan
33

Bukan
Pegawai
Tidak Tetap
Pegawai Peserta
dan Tenaga Kegiatan
Kerja Lepas

Penghasilan Penerima
di Akhir
Masa Kerja Lain

Tata Penerima
Pegawai Cara Atas Beban
Tetap Peng- APBN/
hitungan APBD
Tata Cara Penghitungan:
Pegawai Tetap
Pegawai Tetap (1)
26
Senilai 5% dari penghasilan bruto.
Maksimal senilai Rp 500.000,00
Penghasilan per bulan atau Rp 6.000.000,00
Bruto per tahun.

• Dikurangi Biaya
Jabatan
Iuran Dana
Pensiun, JHT,
• Dikurangi
THT Dibayar
Sendiri

• Diperoleh
Penghasilan
Netto
Tata Cara Penghitungan (2)
36

Penghasilan
Netto

• Dikurangi PTKP

Penghasilan
• Diperoleh
Kena Pajak
• Dikali Pajak
kan
Tarif
Terutang
Penghasilan Pegawai Tetap
37

Gaji Pokok
Tunjangan Berkesinambungan
Uang Rapel
Imbalan Tahunan
Natura
Perspektif Pemberi Kerja
38

Memunculkan
“Utang PPh 21”
di Laporan
Diakui sebagai Posisi
“Beban Gaji” Keuangan
di Laporan
Laba Rugi
Pemotongan
PPh 21 oleh
pemberi
kerja
Penghitungan Teknis
39

Gaji pokok XXX


Tunjangan, bonus, imbalan bulanan lain XXX
Iuran JKK, JKM, JPK yang dibayar perusahaan XXX
Penghasilan bruto per bulan XXX
(Biaya jabatan) (YYY)
(Iuran dana pensiun, JHT, THT yang dibayar karyawan) (YYY)
Penghasilan netto per bulan {x 12} XXX
Penghasilan netto setahun XXX
(PTKP) (YYY)
Penghasilan Kena Pajak {x Tarif} XXX
Pajak terutang setahun {/12} ZZZ
Pajak terutang per bulan ZZZ
Ilustrasi
(Gaji Bulanan)
40

Kertarajasa pada tahun 2018


memperoleh gaji sebulan sebesar Rp
6.750.000,00 dan membayar iuran
pensiun yang ditanggung sendiri
sebesar Rp 250.000,00. Kertarajasa
telah menikah dan memiliki tiga orang
anak. Bagaimanakah penghitungan
PPh 21 atas Kertarajasa? Bagaimana
penjurnalan oleh pemberi kerja?
Ilustrasi
(Gaji Bulanan)
41

Jawaban :
Gaji pokok 3,750,000
Penghasilan bruto per bulan 3,750,000
Jurnal Pemberi Kerja
(Biaya jabatan) (187,500)
Beban Gaji 3.750.000
(Iuran dana pensiun yang dibayar karyawan) (150,000) (337,500) Utang Dana Pensiun 150.000
Penghasilan netto per bulan 3,412,500 Utang PPh 21 35.625
Penghasilan netto setahun 40,950,000 Kas 3.564.375
(PTKP)
WP sendiri (24,300,000)
Status kawin (2,025,000)
Tanggungan tiga anak (6,075,000) (32,400,000)
Penghasilan Kena Pajak 8,550,000
Pajak terutang setahun
5% x 8,550,000 427,500 Rp427,500.00
Pajak terutang per bulan Rp35,625.00

Jika Kertarajasa tidak memiliki NPWP, maka pajak terutang per bulan =
120% x 36.375 = Rp 42.750,00
Ilustrasi
(Gaji Bulanan)
42

Kudungga adalah pegawai yang menikah dengan dua anak dan


memperoleh gaji sebulan Rp 9.000.000. Perusahaan mengikuti program
Jamsostek, premi Jaminan Kecelakaan Kerja dan premi Jaminan
Kematian dibayar oleh pemberi kerja dengan jumlah masing-masing
0.5% dan 0.3% dari gaji. Perusahan menanggung iuran JHT setiap bulan
yakni 3.7% dari gaji, sedangkan Kudungga membayar iuran JHT sebesar
2% dari gaji tiap bulan. Di samping itu, perusahaan juga mengikuti
program pensiun untuk pegawainya dengan membayar iuran pensiun
untuk Kudungga ke dana pensiun yang pendiriannya disahkan oleh
Menkeu, setiap bulan sebesar Rp 225.000,00. Kudungga sendiri
membayar iuran pensiun sebesar Rp 195.000,00. Bagaimanakah
penghitungan PPh 21 atas Kudungga? Bagaimana penjurnalan oleh
pemberi kerja?
Ilustrasi
(Gaji Bulanan)
43

Jawaban :
Gaji pokok 5,000,000 Jurnal Pemberi Kerja
Iuran JKK yang dibayar perusahaan 25,000 Beban Gaji 5.000.000
Iuran JKM yang dibayar perusahaan 15,000 Beban JKK 25.000
Penghasilan bruto per bulan 5,040,000 Beban JKM 15.000
(Biaya jabatan) (252,000) Beban JHT 185.000
(Iuran JHT yang dibayar karyawan) (100,000) Beban Dapen 125.000
(iuran dana pensiun yang dibayar karyawan) (95,000) (447,000)
Penghasilan netto per bulan 4,593,000 Utang JKK 25.000
Penghasilan netto setahun 55,116,000
Utang JKM 15.000
(PTKP)
Utang JHT 285.000
WP Sendiri (24,300,000)
Utang danapensiun 220.000
Status Kawin (2,025,000)
Utang PPh 21 103.088
Tanggungan dua anak (4,050,000) (30,375,000)
Penghasilan Kena Pajak 24,741,000
Kas 4.701.912
Pajak terutang setahun
5% x 24,741,000 1,237,050 Rp1,237,050
Pajak terutang per bulan Rp103,087.50
Ilustrasi
(Gaji Harian)
44

Hayam Wuruk adalah seorang pegawai tetap


perusahaan dengan memperoleh gaji yang dibayar harian
sebesar Rp 325.500. Dia berstatus kawin dan memiliki
seorang anak. Perusahaan mengikuti program Jamsostek,
premi Jaminan Kecelakaan Kerja dan premi Jaminan
Kematian dibayar oleh pemberi kerja dengan jumlah masing-
masing setiap bulan 1% dan 0.3% dari gaji. Perusahaan
membayar iuran JHT setiap bulan sebesar 3.7% dari gaji,
sedangkan Hayam Wuruk membayar iuran pensiun Rp
97.500 dan JHT sebesar 2% dari gaji. Bagaimanakah
penghitungan PPh 21 atas Hayam Wuruk? Bagaimana
penjurnalan oleh pemberi kerja?
Ilustrasi
(Gaji Harian)
45

Jawaban:
Gaji pokok sebulan (26 x 159,500) 4,147,000 Jurnal Pemberi Kerja
Iuran JKK yang dibayar perusahaan 41,470
Iuran JKM yang dibayar perusahaan 12,441
Beban Gaji 159.500
Penghasilan bruto per bulan 4,200,911 Beban JKK 1.595
(Biaya jabatan) (210,046) Beban JKM 479
(Iuran JHT yang dibayar karyawan) (82,940) Beban JHT 5.902
(iuran dana pensiun yang dibayar karyawan) (47,500) (340,486)
Penghasilan netto per bulan 3,860,425 Utang JKK 1.595
Penghasilan netto setahun 46,325,105 Utang JKM 479
(PTKP) Utang JHT 9.092
WP Sendiri (24,300,000)
Status Kawin (2,025,000)
Utang Dana Pensiun 1.827
Tanggungan satu anak (2,025,000) (28,350,000) Utang PPh 21 2.881
Penghasilan Kena Pajak 17,975,105 Kas 151.602
Pembulatan PKP 17,975,000
Pajak terutang setahun
5% x 17,975,000 898,750 Rp898,750
Pajak terutang per bulan Rp74,895.83
Pajak terutang per hari Rp2,880.61
Penghasilan Karyawati
37

Atas suami yang berstatus memiliki penghasilan,


karyawati tidak berhak atas pengurangan elemen PTKP
“Status Kawin” sebesar Rp 4.500.000,00.

Atas suami yang berstatus tidak berpenghasilan, karyawati berhak


atas pengurangan elemen PTKP “Status Kawin” sebesar Rp
4.500.000,00.
Syarat yang harus dipenuhi adalah keberadaan surat keterangan dari
Pemerintah Daerah setempat, minimal di tingkat Kecamatan.
Ilustrasi
(Karyawati)
47

Tribhuwanatunggadewi adalah seorang


karyawati dengan status menikah dan memiliki anak
tunggal. Dia memperoleh gaji sebulan Rp
7.350.000,00 dan membayar iuran pensiun sebesar
Rp 185.000,00. Berdasarkan surat keterangan dari
kecamatan tempatnya berdomisili yang diserahkan
kepada pemberi kerja, diketahui bahwa suaminya
tidak memiliki penghasilan apapun. Bagaimanakah
penghitungan PPh 21 atas Tribhuwanatunggadewi?
Bagaimana penjurnalan oleh pemberi kerja?
Ilustrasi
(Karyawati)
48

Jawaban :
Gaji pokok sebulan (26 x 159,500) 3,350,000 Jurnal Pemberi Kerja
Penghasilan bruto per bulan 3,350,000 Beban gaji 3.350.000
(Biaya jabatan) (167,500)
(iuran dana pensiun yang dibayar karyawan) (85,000) (252,500)
Penghasilan netto per bulan 3,097,500 UtangDanaPensiun 85.000
Penghasilan netto setahun 37,170,000 Utang PPh 21 45.188
(PTKP) Kas 3.219.812
WP Sendiri (24,300,000)
Status Kawin (2,025,000) (26,325,000)
Penghasilan Kena Pajak 10,845,000
Pajak terutang setahun
5% x 10,845,000 542,250 Rp542,250
Pajak terutang per bulan Rp45,187.50
Jika suami Tribhuwanatunggadewi memiliki pekerjaan, maka PTKP yang
diberikan kepadanya hanya PTKP WP sendiri sebesar Rp 24.300.000,00.
Ilustrasi
(Tunjangan Pajak)
49

Mahendradatta selama tahun 2018


memperoleh gaji sebulan Rp 9.150.000,00 dan
membayar iuran pensiun sebesar Rp 275.000,00.
Mahendradatta telah menikah dan memiliki seorang
anak. Mahendradatta memperoleh tunjangan pajak
sebesar Rp 82.500,00 per bulan mulai tahun 2018.
Bagaimanakah penghitungan PPh 21 atas
Mahendradatta di 2018? Bagaimana penjurnalan
oleh pemberi kerja?
Ilustrasi
(Tunjangan Pajak)
50

Jawaban :
Gaji pokok 4,150,000
Jurnal Pemberi Kerja
Tunjangan pajak 32,500
Penghasilan bruto per bulan 4,182,500 Beban Gaji 4.182.500
(Biaya jabatan) (209,125) Utang Dana Pensiun 175.000
(Iuran dana pensiun yang dibayar karyawan) (175,000) (384,125) Utang PPh 21 71.792
Penghasilan netto per bulan 3,798,375
Kas 3.935.708
Penghasilan netto setahun 45,580,500
(PTKP)
WP sendiri (24,300,000)
Status kawin (2,025,000)
Tanggungan satu anak (2,025,000) (28,350,000)
Penghasilan Kena Pajak 17,230,500
Pembulatan PKP 17,230,000
Pajak terutang setahun
5% x 17,230,000 861,500 Rp861,500.00
Pajak terutang per bulan Rp71,791.67
Atas selisih antara beban pajak dengan tunjangan pajak sebesar 39.291,67,
pembayarannya dapat ditanggung oleh Mahendradatta atau perusahaan. Jika
pembayarannya ditanggung perusahaan, maka pembayaran tersebut termasuk
non deductible expense.
Ilustrasi
(PPh Ditanggung Perusahaan)
51

Mahendradatta, sebagaimana dideskripsikan


dalam ilustrasi sebelumnya ternyata berkeberatan
dengan rencana pemberian tunjangan pajak oleh
perusahaan. Ia mengajukan permohonan agar
penghargaan tersebut diganti bentuknya sebagai
penanggungan pajak oleh perusahaan dengan
nominal yang sama, yakni Rp 82.500,00 per bulan
dan perusahaan menyetujuinya. Bagaimanakah
implikasi permohonan yang diajukan
Mahendradatta terhadap penghitungan PPh 21?
Bagaimana penjurnalan oleh pemberi kerja?
Ilustrasi
(PPh Ditanggung Perusahaan)
52
Jawaban :
Pajak penghasilan yang ditanggung perusahaan merupakan salah satu bentuk
natura, sehingga secara umum tidak diperhitungkan sebagai penambah penghasilan
pegawai dan termasuk non deductible expense bagi perusahaan. Jika ternyata perusahaan
tempat Mahendradatta bekerja bukan merupakan wajib pajak, dikenai PPh final, atau
menggunakan norma penghitungan khusus, maka natura ini akan menambah penghasilan
Mahendradatta sebagaimana tunjangan pajak dan bersifat deductible bagi perusahaan.

Gaji pokok 4,150,000


Penghasilan bruto per bulan 4,150,000 Jurnal Pemberi Kerja
(Biaya jabatan) (207,500)
(Iuran dana pensiun yang dibayar karyawan) (175,000) (382,500) Beban Gaji 4.150.000
Penghasilan netto per bulan 3,767,500 Utang Dana Pensiun 175.000
Penghasilan netto setahun 45,210,000
Utang PPh 21 70.250
(PTKP)
WP sendiri (24,300,000) Kas 3.904.750
Status kawin (2,025,000)
Tanggungan satu anak (2,025,000) (28,350,000)
Penghasilan Kena Pajak 16,860,000
Pajak terutang setahun
5% x 16,860,000 843,000 Rp843,000.00
Pajak terutang per bulan Rp70,250.00
Ilustrasi
(Tunjangan Penghasilan)
53

Ranggalawe (menikah dengan satu anak)


merupakan seorang pegawai tetap perusahaan yang
menerima gaji pokok sebesar Rp 8.250.000,00 per
bulan. Di samping itu, Ranggalawe menerima pula
tunjangan makan, tunjangan keluarga, masing –
masing sebesar 10%, 5% gaji pokok, tunjangan
kesehatan, dan tunjangan transportasi masing –
masing sebesar Rp 235.000,00, dan Rp 335.000,00.
Jika Ranggalawe mengikuti program pensiun
dengan iuran Rp 232.500,00 per bulan, berapakah
PPh 21 yang dipotong atas penghasilan Ranggalawe?
Bagaimana penjurnalan oleh pemberi kerja?
Ilustrasi
(Tunjangan Penghasilan)
54

Jawaban :
Gaji pokok 6,250,000 Jurnal Pemberi Kerja
Tunjangan makan 625,000
Tunjangan keluarga 312,500
Beban Gaji 6.250.000
Tunjangan kesehatan 135,000 Beban Tunjangan 1.307.500
Tunjangan transportasi 235,000
Penghasilan bruto per bulan 7,557,500
Utang Dana Pensiun 132.500
(Biaya jabatan) (377,875)
(Iuran dana pensiun yang dibayar sendiri) (132,500) (510,375) Utang PPh 21 286.021
Penghasilan netto per bulan 7,047,125 Kas 7.138.979
Penghasilan netto setahun 84,565,500
(PTKP)
WP sendiri (24,300,000)
Status kawin (2,025,000)
Tanggungan satu anak (2,025,000) (28,350,000)
Penghasilan Kena Pajak 56,215,500
Pembulatan PKP 56,215,000
Pajak terutang setahun
5% x 50,000,000 2,500,000
15% x 7,640,000 932,250 Rp3,432,250.00
Pajak terutang per bulan Rp286,020.83
Ilustrasi
(Gaji Bulanan)
55

Kertarajasa pada tahun 2018


memperoleh gaji sebulan sebesar Rp
6.750.000,00 dan membayar iuran
pensiun yang ditanggung sendiri
sebesar Rp 250.000,00. Kertarajasa
telah menikah dan memiliki tiga orang
anak. Bagaimanakah penghitungan
PPh 21 atas Kertarajasa? Bagaimana
penjurnalan oleh pemberi kerja?
Ilustrasi
(Uang Rapel)
56

Kertarajasa, sebagaimana dideskripsikan


dalam ilustrasi awal, menerima kenaikan gaji di
bulan September 2018, sehingga gaji pokoknya
menjadi Rp 8.750.000,00. Kenaikan tersebut
berlaku surut sejak 1 Januari 2018 sehingga
Kertarajasa menerima uang rapel sejumlah Rp
16.000.000,00 untuk kekurangan di periode Januari
– Agustus. Berapakah beban PPh 21 yang dikenakan
atas uang rapel Kertarajasa?
Ilustrasi
(Uang Rapel)
57

Jawaban: Gaji pokok 4,750,000


Penghasilan bruto per bulan 4,750,000
(Biaya jabatan) (237,500)
(Iuran dana pensiun yang dibayar karyawan) (150,000) (387,500)
Penghasilan netto per bulan 4,362,500
Penghasilan netto setahun 52,350,000
(PTKP)
WP sendiri (24,300,000)
Status kawin (2,025,000)
Tanggungan tiga anak (6,075,000) (32,400,000)
Penghasilan Kena Pajak 19,950,000
Pajak terutang setahun
5% x 19,950,000 997,500 Rp997,500.00
Pajak terutang per bulan Rp83,125.00
Pajak seharusnya dipotong Jan - Aug (8 x 83.125) 665,000
Pajak telah dipotong Jan - Aug) (8 x 35.625) 285,000
PPh 21 atas uang rapel Rp380,000.00
Bentuk Imbalan Tahunan
58

Jasa
Tantiem Gratifikasi
Produksi

Tunjangan
Hari Raya atau Bonus Premi
Tahun Baru

Penghasilan
Sejenis Lain
Penghitungan Teknis
(Menerima Imbalan Tahunan)
59

Gaji Pokok XXX


Tunjangan, Bonus, Imbalan Bulanan Lain XXX
Iuran JKK, JKM, JPK yang dibayar perusahaan XXX
Penghasilan sebelum bonus per bulan {x 12} XXX
Penghasilan sebelum bonus setahun XXX
Bonus tahunan XXX
Penghasilan bruto setahun XXX
(Biaya jabatan) (YYY)
(Iuran dana pensiun, JHT, THT yang dibayar karyawan) (YYY)
Penghasilan netto setahun XXX
(PTKP) (YYY)
Penghasilan Kena Pajak {x Tarif} XXX
Pajak terutang setahun {/12} ZZZ
Pajak terutang per bulan ZZZ

Keterangan:
Imbalan tahunan dapat berupa bonus, tantiem, THR, atau sejenisnya.
Ilustrasi
(Imbalan Tahunan)
60

Ken Arok adalah pegawai yang menikah dengan satu


anak dan memperoleh gaji sebulan Rp14.350.000. Perusahaan
mengikuti program Jamsostek dan Iuran Pensiun, sehingga
perusahaan harus membayar premi yang meliputi Jaminan
Kecelakaan Kerja, Jaminan Kematian, Jaminan Hari Tua,
dengan jumlah masing-masing 0.5%, 0.3%, dan 3.7% dari gaji,
serta iuran pensiun Rp 212.500,00 per bulan. Ken Arok
sendiri membayar iuran pensiun sebesar Rp 295.000,00 dan
JHT sebesar 2% dari gaji tiap bulan. Di tahun berjalan
perusahaan memberikan THR kepada Ken Arok sebesar Rp
15.500.000,00. Berapakah beban PPh 21 yang dikenakan atas
THR Ken Arok? Bagaimana penjurnalan oleh pemberi kerja?
Ilustrasi
(Imbalan Tahunan): Penghitungan PPh Atas Gaji
61

Jawaban: Gaji pokok 4,350,000


Iuran JKK yang dibayar perusahaan 21,750
Iuran JKM yang dibayar perusahaan 13,050
Penghasilan bruto per bulan 4,384,800
(Biaya jabatan) (219,240)
(Iuran JHT yang dibayar karyawan) (87,000)
(Iuran dana pensiun yang dibayar karyawan) (95,000) (401,240)
Penghasilan netto per bulan 3,983,560
Penghasilan netto setahun 47,802,720
(PTKP)
WP sendiri (24,300,000)
Status kawin (2,025,000)
Tanggungan satu anak (2,025,000) (28,350,000)
Penghasilan Kena Pajak 19,452,720
Pembulatan PKP 19,452,000
Pajak terutang atas gaji
5% x 19,452,000 972,600 Rp972,600.00
Ilustrasi
(Imbalan Tahunan): Penghitungan PPh Atas Gaji dan THR
62
Jawaban: Gaji pokok 4,350,000
Iuran JKK yang dibayar perusahaan 21,750
Iuran JKM yang dibayar perusahaan 13,050
Penghasilan sebelum THR per bulan 4,384,800
Penghasilan sebelum THR setahun 52,617,600
THR 6,500,000
Penghasilan bruto setahun 59,117,600
(Biaya jabatan) (2,955,880)
(Iuran JHT yang dibayar karyawan) (1,044,000)
(Iuran dana pensiun yang dibayar karyawan) (1,140,000) (5,139,880)
Penghasilan netto setahun 53,977,720
(PTKP)
WP sendiri (24,300,000)
Status kawin (2,025,000)
Tanggungan satu anak (2,025,000) (28,350,000)
Penghasilan Kena Pajak 25,627,720
Pembulatan PKP 25,627,000
Pajak terutang atas gaji dan THR
5% x 25,627,000 1,281,350 Rp1,281,350.00
Ilustrasi
(Imbalan Tahunan): Penghitungan PPh Atas THR
63

Pajak atas THR = Pajak atas gaji dan THR - Pajak atas gaji
= 1.281.350 - 972.600
= Rp 308.750,00
Dialektika Pajak:
Metode Langsung PPh Imbalan Tahunan (1)
64

PPh atas imbalan tahunan (bonus, THR, dan sejenisnya) dan uang rapel
{dilambangkan IT} dapat dihitung dengan metode langsung, langkah penghitungan sebagai
berikut.
1. Menghitung pajak terutang semula atas komponen gaji.
2. Menghitung peningkatan PKP {dilambangkan PPKP} dengan acuan besaran
penghasilan bruto semula disetahunkan {dilambangkan PBS}.
a. Selama PBS + IT < Rp 120.000.000,00 maka:
PPKP = 95% x IT.
{Mengingat adanya pengurangan biaya jabatan}
b. Jika PBS < Rp 120.000.000,00 dan PBS + IT > Rp 120.000.000,00 maka:
PPKP = (95% x (120.000.000 – PBS)) + (PBS + IT – 120.000.00).
{Mengingat pengurangan biaya jabatan telah melebihi batas maksimal}
c. Selama PBS > Rp 120.000.000,00 maka:
PPKP = IT.
Dialektika Pajak:
Metode Langsung PPh Imbalan Tahunan (2)
65

3. Membandingkan PKP semula {dilambangkan PKPS} dengan


batas atas PKP lapisan tarif marginal semula {dilambangkan
BATM}.
a. Selama PPKP < (BATM – PKPS) maka:
PPh atas IT = PPKP x Tarif marginal semula
{Mengingat peningkatan PKP tidak mengubah lapisan tarif
marginal}
b. Jika PPKP > (BATM – PKPS) maka:
PPh atas IT = (((BATM – PKPS) x Tarif marginal semula)
+ ((PKPS + PPKP – BATM) x Tarif di atas
lapisan tarif marginal semula))
d. Penghitungan dengan metode langsung ini mengabaikan proses
pembulatan ke bawah terhadap nilai PKP ke nilai ribuan
terdekat, sebab bersifat immaterial.
Ilustrasi
(Penerapan Metode Langsung: Uang Rapel)
66

Kertarajasa, sebagaimana dideskripsikan dalam ilustrasi awal,


menerima uang rapel sejumlah Rp 8.000.000,00. Bagaimanakah
penghitungan PPh 21 atas uang rapel berdasar metode langsung?
Jawaban :
Langkah (1) Gaji pokok 3,750,000
Penghasilan bruto per bulan 3,750,000
(Biaya jabatan) (187,500)
(Iuran dana pensiun yang dibayar karyawan) (150,000) (337,500)
Penghasilan netto per bulan 3,412,500
Penghasilan netto setahun 40,950,000
(PTKP)
WP sendiri (24,300,000)
Status kawin (2,025,000)
Tanggungan tiga anak (6,075,000) (32,400,000)
Penghasilan Kena Pajak 8,550,000
Pajak terutang setahun
5% x 8,550,000 427,500 Rp427,500.00
Pajak terutang per bulan Rp35,625.00
Ilustrasi
(Penerapan Metode Langsung: Uang Rapel)
67

Jawaban :
Langkah (2) PBS = 3.750.000 x 12
= 45.000.000
PBS + IT = 45.000.000 + 8.000.000
= 53.000.000
(PBS + IT) < 120.000.000, maka:
PPKP = 95% x 8.000.000
= 7.600.000
Langkah (3) BATM – PKPS = 50.000.000 – 8.550.000
= 41.450.000
PPKP < (BATM – PKPS), maka:
PPh atas IT = 5% x 7.600.000
= Rp 380.000,00
Maka besaran PPH 21 atas uang rapel yang diterima Kertarajasa adalah
Rp 380.000,00.
Ilustrasi
(Penerapan Metode Langsung: THR)
68

Ken Arok, sebagaimana dideskripsikan dalam ilustrasi awal,


menerima THR sejumlah Rp 6.500.000,00. Bagaimanakah penghitungan
PPh 21 atas THR Ken Arok berdasar metode langsung?
Jawaban Gaji:pokok 4,350,000
Langkah (1) Iuran JKK yang dibayar perusahaan 21,750
Iuran JKM yang dibayar perusahaan 13,050
Penghasilan bruto per bulan 4,384,800
(Biaya jabatan) (219,240)
(Iuran JHT yang dibayar karyawan) (87,000)
(Iuran dana pensiun yang dibayar karyawan) (95,000) (401,240)
Penghasilan netto per bulan 3,983,560
Penghasilan netto setahun 47,802,720
(PTKP)
WP sendiri (24,300,000)
Status kawin (2,025,000)
Tanggungan satu anak (2,025,000) (28,350,000)
Penghasilan Kena Pajak 19,452,720
Pembulatan PKP 19,452,000
Pajak terutang atas gaji
5% x 19,452,000 972,600 Rp972,600.00
Ilustrasi
(Penerapan Metode Langsung: THR)
69

Jawaban :
Langkah (2) PBS = 4.384.800 x 12
= 52.617.600
PBS + IT = 52.617.600 + 6.500.000
= 59.117.600
(PBS + IT) < 120.000.000, maka:
PPKP = 95% x 6.500.000
= 6.175.000
Langkah (3) BATM – PKPS = 50.000.000 – 19.452.720
= 30.547.280
PPKP < (BATM – PKPS), maka:
PPh atas IT = 5% x 6.175.000
= Rp 308.750,00
Maka besaran PPH 21 atas THR yang diterima Ken Arok adalah Rp
308.750,00.
Ilustrasi
(Natura)
70

Udayana bekerja sebagai pegawai administratif pada


suatu entitas yang berdasar ketentuan Menkeu diperbolehkan
menggunakan norma penghitungan khusus (deemed profit)
dalam kegiatan perpajakannya. Udayana memperoleh gaji
sebulan sebesar Rp 7.150.000,00 dan menerima pembayaran
lain dalam bentuk 20 kg sagu dan 5 kg gula setiap bulannya. Di
daerah tempat tinggalnya, kedua komoditas tersebut rata –
rata dihargai masing – masing Rp 14.000,00 per kg dan Rp
17.000,00 per kg. Jika Udayana telah menikah dan namun
belum memiliki anak, bagaimanakah penghitungan PPh 21
atas penghasilannya? Bagaimana penjurnalan oleh pemberi
kerja?
Ilustrasi
(Natura)
71

Jawaban :
Gaji pokok 3,150,000 Jurnal Pemberi Kerja
Natura sagu (20 x 10.000) 200,000
BebanGaji 3.425.000
Natura gula (5 x 15.000) 75,000
Penghasilan bruto per bulan 3,425,000
(Biaya jabatan) (171,250) (171,250) Utang PPh 21 53.000
Penghasilan netto per bulan 3,253,750 Kas 3.097.000
Penghasilan netto setahun 39,045,000 Persediaan 275.000
(PTKP)
WP sendiri (24,300,000)
Status kawin (2,025,000) (26,325,000)
Penghasilan Kena Pajak 12,720,000
Pembulatan PKP 12,720,000
Pajak terutang setahun
5% x 12,720,000 636,000 Rp636,000.00
Pajak terutang per bulan Rp53,000.00
Ilustrasi
(Bekerja Sejak Pertengahan Tahun, Kewajiban Sejak Awal Tahun)

72

Pati Unus mengajukan permohonan pensiun


dini sebagai pegawai pemerintah dan disetujui di
akhir tahun 2017. Di bulan Mei 2018, ia kembali
bekerja di suatu perusahaan milik perseorangan.
Gaji sebulan yang diterima Pati Unus adalah Rp
12.650.000,00, ia membayar iuran pensiun sebesar
Rp 250.000,00. Pati Unus telah menikah dan
memiliki dua orang orang anak. Bagaimanakah
penghitungan PPh 21 atas Pati Unus? Bagaimana
penjurnalan oleh pemberi kerja?
Ilustrasi
(Bekerja Sejak Pertengahan Tahun, Kewajiban Sejak Awal Tahun)

73

Jawaban:
Gaji pokok 12,650,000 Jurnal Pemberi Kerja
Penghasilan bruto per bulan 12,650,000 BebanGaji 12.650.000
(Biaya jabatan) (632,500)
(Maksimal biaya jabatan) (500,000) Utang Dana Pensiun 250.000
(Iuran dana pensiun yang dibayar karyawan) (250,000) (750,000)
Utang PPh 21 590.469
Penghasilan netto per bulan 11,900,000
Kas 11.809.531
Penghasilan netto Mei - Desember 95,200,000
(PTKP)
WP sendiri (24,300,000)
Status kawin (2,025,000)
Tanggungan dua anak (4,050,000) (30,375,000)
Penghasilan Kena Pajak 64,825,000
Pajak terutang Mei - Desember
5% x 50,000,000 2,500,000
15% x 14,825,000 2,223,750 Rp4,723,750.00
Pajak terutang per bulan Rp590,468.75
Ilustrasi
(Bekerja & Kewajiban Sejak Pertengahan Tahun)
74

Trenggana merupakan WNA yang baru datang


dan berniat tinggal di Indonesia sejak awal bulan
Agustus 2018. Ia langsung memperoleh pekerjaan
dengan gaji sebulan sebesar Rp 11.350.000,00.
Hingga saat ini Trenggana masih melajang.
Bagaimanakah penghitungan PPh 21 atas
Trenggana? Bagaimana penjurnalan oleh pemberi
kerja?
Ilustrasi
(Bekerja & Kewajiban Sejak Pertengahan Tahun)
75

Jawaban :
Gaji pokok 8,350,000 Jurnal Pemberi Kerja
Penghasilan bruto per bulan 8,350,000 Beban Gaji 8.350.000
(Biaya jabatan) (417,500) (417,500)
Penghasilan netto per bulan 7,932,500 Utang PPh 21 469.458
Penghasilan netto Agustus - Desember 39,662,500 Kas 7.880.542
Penghasilan netto disetahunkan 95,190,000
(PTKP)
WP sendiri (24,300,000) (24,300,000)
Penghasilan Kena Pajak 70,890,000
Pajak terutang disetahunkan
5% x 50,000,000 2,500,000
15% x 20,890,000 3,133,500 Rp5,633,500.00
Pajak terutang Agustus - Desember Rp2,347,291.67
Pajak terutang per bulan Rp469,458.33
Ilustrasi
(Berhenti Pertengahan Tahun, Kewajiban Masih Berlaku)
76

Fatahillah memperoleh gaji sebulan sebesar


Rp 9.575.000,00. Setiap bulan, ia membayar iuran
pensiun sebesar Rp 200.000,00. Di akhir bulan
Maret 2018, Fatahillah berhenti dari pekerjaan yang
semula. Jika Fatahillah telah menikah dan memiliki
tiga orang orang anak, bagaimanakah penghitungan
PPh 21 yang dikenakan terhadapnya? Bagaimana
penjurnalan oleh pemberi kerja?
Ilustrasi
(Berhenti Pertengahan Tahun, Kewajiban Masih Berlaku): Penghitungan di
Awal Tahun
77

Jawaban: Gaji pokok 9,575,000


Penghasilan bruto per bulan 9,575,000
(Biaya jabatan) (478,750)
(Iuran dana pensiun yang dibayar karyawan) (200,000) (678,750)
Penghasilan netto per bulan 8,896,250
Penghasilan netto setahun 106,755,000
(PTKP)
WP sendiri (24,300,000)
Status kawin (2,025,000)
Tanggungan tiga anak (6,075,000) (32,400,000)
Penghasilan Kena Pajak 74,355,000
Pajak terutang Mei - Desember
5% x 50,000,000 2,500,000
15% x 24,355,000 3,653,250 Rp6,153,250.00
Pajak terutang per bulan Rp769,156.25
Ilustrasi
(Berhenti Pertengahan Tahun, Kewajiban Masih Berlaku): Penghitungan Saat
Berhenti
78

Jawaban: Gaji pokok 9,575,000


Penghasilan bruto per bulan 9,575,000
(Biaya jabatan) (478,750)
(Iuran dana pensiun yang dibayar karyawan) (200,000) (678,750)
Penghasilan netto per bulan 8,896,250
Penghasilan netto Januari - Maret 26,688,750
(PTKP)
WP sendiri (24,300,000)
Status kawin (2,025,000)
Tanggungan tiga anak (6,075,000) (32,400,000)
Penghasilan Kena Pajak 0
Pembulatan PKP 0
Pajak terutang Januari - Maret
5% x 4,128,000 0 Rp0.00
Pajak yang telah dipotong Jan - Feb (2 x 769,156) (Rp1,538,312)
Pajak kurang (lebih) bayar (Rp1,538,312)
Atas besaran pajak lebih bayar, perusahaan wajib mengembalikannya kepada
Fatahillah.
Ilustrasi
(Berhenti Pertengahan Tahun, Kewajiban Berhenti)
79

Tirtayasa adalah bekerja bagi suatu perusahaan


dengan gaji sebulan yang diterima sebesar Rp
14.250.000,00. Setiap bulan, ia membayar iuran
pensiun sebesar Rp 375.000,00. Atas prestasinya,
Tirtayasa menerima bonus pertengahan tahun di
2018 sebesar Rp 45.000.000,00. Malangnya, di
akhir bulan Agustus 2018 Tirtayasa mengalami
kecelakaan dan meninggal dunia. Jika Tirtayasa
meninggalkan seorang istri dan seorang anak,
bagaimanakah penghitungan PPh 21 yang dikenakan
terhadapnya di Agustus 2018?
Ilustrasi
(Berhenti Pertengahan Tahun, Kewajiban Berhenti):
PPh Atas Gaji

80

Jawaban: Gaji pokok 14,250,000


Penghasilan bruto per bulan 14,250,000
(Biaya jabatan) (712,500)
(Maksimal biaya jabatan) (500,000)
(Iuran dana pensiun yang dibayar karyawan) (375,000) (875,000)
Penghasilan netto per bulan 13,375,000
Penghasilan netto setahun 160,500,000
(PTKP)
WP sendiri (24,300,000)
Status kawin (2,025,000)
Tanggungan satu anak (2,025,000) (28,350,000)
Penghasilan Kena Pajak 132,150,000
Pajak terutang atas gaji
5% x 50,000,000 2,500,000
15% x 82,150,000 12,322,500 Rp14,822,500.00
PPh 21 per bulan Rp1,235,208.33
Ilustrasi
(Berhenti Pertengahan Tahun, Kewajiban Berhenti):
PPh Atas Gaji dan Bonus

81

Jawaban: Gaji pokok 14,250,000


Penghasilan sebelum bonus per bulan 14,250,000
Penghasilan sebelum bonus per tahun 171,000,000
Bonus 45,000,000
Penghasilan bruto setahun 216,000,000
(Biaya jabatan) (10,800,000)
(Maksimal biaya jabatan) (6,000,000)
(Iuran dana pensiun yang dibayar karyawan) (4,500,000) (10,500,000)
Penghasilan netto setahun 205,500,000
(PTKP)
WP sendiri (24,300,000)
Status kawin (2,025,000)
Tanggungan satu anak (2,025,000) (28,350,000)
Penghasilan Kena Pajak 177,150,000
Pajak terutang atas gaji dan bonus
5% x 50,000,000 2,500,000
15% x 127,150,000 19,072,500 Rp21,572,500.00
Ilustrasi
(Berhenti Pertengahan Tahun, Kewajiban Berhenti):
PPh Atas Bonus

82

Pajak atas bonus :

Pajak atas gaji dan bonus - Pajak atas gaji


= 21.572.500 - 14.822.500
= Rp 6.750.000,00
Ilustrasi
(Berhenti Pertengahan Tahun, Kewajiban Berhenti):
Penghitungan Kembali

83

Jawaban: Gaji pokok 14,250,000


Penghasilan sebelum bonus per bulan 14,250,000
Penghasilan sebelum bonus Januari - Agustus 114,000,000
Bonus 45,000,000
Penghasilan bruto Januari - Agustus 159,000,000
(Biaya jabatan) (7,950,000)
(Maksimal biaya jabatan) (6,000,000)
(Iuran dana pensiun yang dibayar karyawan) (4,500,000) (10,500,000)
Penghasilan netto Januari - Agustus 148,500,000
Penghasilan netto disetahunkan 222,750,000
(PTKP)
WP sendiri (24,300,000)
Status kawin (2,025,000)
Tanggungan satu anak (2,025,000) (28,350,000)
Penghasilan Kena Pajak 194,400,000
Pajak terutang atas penghasilan disetahunkan
5% x 50,000,000 2,500,000
15% x 144,400,000 21,660,000 Rp24,160,000.00
Pajak terutang atas Januari - Agustus Rp16,106,666.67
Ilustrasi
(Berhenti Pertengahan Tahun, Kewajiban Berhenti):
Penghitungan di Masa Terakhir

84

Jawaban:
Pajak terutang periode Januari - Agustus Rp14,106,666.67
Pajak yang telah dipotong atas gaji Januari - Juli (7 x 1.235.208,00) (Rp8,646,456.00)
Pajak yang telah dipotong atas bonus (Rp6,750,000.00)
Pajak lebih bayar di Agustus 2012 (Rp1,289,789.33)
Penghitungan di Masa Pajak Terakhir
85

PPh 21 = Pajak di
bulan sebelumnya
(Ketika tidak ada
perubahan
Bulan Desember penghasilan)
(Bagi pegawai yang
bekerja sepanjang
tahun) PPh 21 diperhitungkan
Masa Pajak kembali
Terakhir (Ketika ada perubahan
penghasilan)
Bulan terakhir saat
pegawai berhenti
bekerja.
Ilustrasi
(Masa Terakhir)
86

Senapati pada tahun 2018 memperoleh gaji


sebulan Rp 15.750.000,00 dan membayar iuran
pensiun sebesar Rp 290.000,00. Di awal bulan April,
Senapati memperoleh peningkatan gaji pokok senilai
Rp 5.500.000,00. Jika Senapati telah menikah dan
memiliki seorang anak, bagaimanakah penghitungan
PPh 21 di akhir bulan Desember?
Ilustrasi
(Masa Terakhir): Penghitungan Paruh Pertama
87

Jawaban: Gaji pokok 5,750,000


Penghasilan bruto per bulan 5,750,000
(Biaya jabatan) (287,500)
(Iuran dana pensiun yang dibayar karyawan) (200,000) (487,500)
Penghasilan netto per bulan 5,262,500
Penghasilan netto setahun 63,150,000
(PTKP)
WP sendiri (24,300,000)
Status kawin (2,025,000)
Tanggungan satu anak (2,025,000) (28,350,000)
Penghasilan Kena Pajak 34,800,000
Pajak terutang setahun
5% x 34,800,000 1,740,000 Rp1,740,000.00
Pajak terutang per bulan Rp145,000.00
Ilustrasi
(Masa Terakhir): Penghitungan Paruh Kedua
88

Jawaban:
Gaji pokok 9,250,000
Penghasilan bruto per bulan 9,250,000
(Biaya jabatan) (462,500)
(Iuran dana pensiun yang dibayar karyawan) (200,000) (662,500)
Penghasilan netto per bulan 8,587,500
Penghasilan netto setahun 103,050,000
(PTKP)
WP sendiri (24,300,000)
Status kawin (2,025,000)
Tanggungan satu anak (2,025,000) (28,350,000)
Penghasilan Kena Pajak 74,700,000
Pajak terutang setahun
5% x 50,000,000 2,500,000
15% x 24,700,000 3,705,000 Rp6,205,000.00
Pajak terutang per bulan Rp517,083.33
Ilustrasi
(Masa Terakhir): Penghitungan Akhir Masa
89

Jawaban: Penghasilan bruto per bulan Januari - Maret 5,750,000


Penghasilan bruto Januari - Maret 17,250,000
Penghasilan bruto per bulan April - Desember 9,250,000
Penghasilan bruto April - Desember 83,250,000
Penghasilan bruto Januari - Desember 100,500,000
(Biaya jabatan) (5,025,000)
(Iuran dana pensiun yang dibayar karyawan) (2,400,000) (7,425,000)
Penghasilan netto setahun 93,075,000
WP sendiri (24,300,000)
Status kawin (2,025,000)
Tanggungan satu anak (2,025,000) (28,350,000)
Penghasilan Kena Pajak 64,725,000
Pajak terutang Januari - Desember
5% x 50,000,000 2,500,000
15% x 14,725,000 2,208,750 Rp4,708,750
Pajak yang telah dipotong Januari - Maret (3 x 145,000) (Rp435,000)
Pajak yang telah dipotong April - Desember (9 x 517,083) (Rp4,653,747)
Pajak kurang (lebih) bayar di Desember 2012 (Rp379,997)
Pemindahan Lokasi Tugas
90

PPh diperhitungkan
kembali sesuai
besaran penghasilan
Besaran baru.
penghasilan
mengalami Di akhir periode di
perubahan. lokasi baru,
Pemindahan dilakukan
Lokasi Tugas penghitungan pajak
kurang (lebih) bayar.

Besaran penghasilan PPh lokasi baru =


tidak mengalami
perubahan. PPh lokasi lama
Ilustrasi
(Pemindahan Lokasi)
91

Sura Agul Agul pada tahun 2018 bekerja pada


sebuah perusahaan yang berkedudukan di Makassar,
dengan memperoleh gaji sebulan Rp 9.350.000,00
dan membayar iuran pensiun sebesar Rp
245.000,00. Di awal bulan November, Sura
dipindahkan ke kantor di Merauke sehingga
memperoleh tambahan penghasilan berupa
tunjangan transportasi senilai Rp 5.150.000,00. Jika
Senapati telah menikah dan memiliki dua orang
anak, bagaimanakah penghitungan PPh 21 di masing
– masing lokasi dan di akhir bulan Desember?
Ilustrasi
(Pemindahan Lokasi): Penghitungan Lokasi Pertama
92

Jawaban :
Gaji pokok 6,350,000
Penghasilan bruto per bulan 6,350,000
(Biaya jabatan) (317,500)
(Iuran dana pensiun yang dibayar karyawan) (145,000) (462,500)
Penghasilan netto per bulan 5,887,500
Penghasilan netto setahun 70,650,000
(PTKP)
WP sendiri (24,300,000)
Status kawin (2,025,000)
Tanggungan dua anak (4,050,000) (30,375,000)
Penghasilan Kena Pajak 40,275,000
Pajak terutang setahun
5% x 40,275,000 2,013,750 Rp2,013,750.00
Pajak terutang per bulan Rp167,812.50
Ilustrasi
(Pemindahan Lokasi): Penghitungan Lokasi Kedua
93

Jawaban: Gaji pokok 6,350,000


Tunjangan transportasi 3,150,000
Penghasilan bruto per bulan 9,500,000
(Biaya jabatan) (475,000)
(Iuran dana pensiun yang dibayar karyawan) (145,000) (620,000)
Penghasilan netto per bulan 8,880,000
Penghasilan netto setahun 106,560,000
(PTKP)
WP sendiri (24,300,000)
Status kawin (2,025,000)
Tanggungan dua anak (4,050,000) (30,375,000)
Penghasilan Kena Pajak 76,185,000
Pajak terutang setahun
5% x 50,000,000 2,500,000
15% x 26,185,000 3,927,750 Rp6,427,750.00
Pajak terutang per bulan Rp535,645.83
Ilustrasi
(Pemindahan Lokasi): Penghitungan Masa Terakhir
94

Jawaban :
Penghasilan bruto per bulan Januari - Oktober 6,350,000
Penghasilan bruto Januari - Oktober 63,500,000
Penghasilan bruto per bulan November - Desember 9,500,000
Penghasilan bruto November - Desember 19,000,000
Penghasilan bruto Januari - Desember 82,500,000
(Biaya jabatan) (4,125,000)
(Iuran dana pensiun yang dibayar karyawan) (1,740,000) (5,865,000)
Penghasilan netto setahun 76,635,000
WP sendiri (24,300,000)
Status kawin (2,025,000)
Tanggungan dua anak (4,050,000) (30,375,000)
Penghasilan Kena Pajak 46,260,000
Pajak terutang Januari - Desember
5% x 46,260,000 2,313,000 Rp2,313,000.00
Pajak yang telah dipotong Januari - Oktober (10 x 167,813) (Rp1,678,130.00)
Pajak yang telah dipotong November - Desember (2 x 535,646) (Rp1,071,292.00)
Pajak kurang (lebih) bayar di Desember 2012 (Rp436,422.00)
Penghasilan dalam Mata Uang Asing
95

Atas penghasilan dalam mata uang asing, nilai yang


dijadikan dasar penghitungan PPh perlu
dikonversikan terlebih dahulu ke dalam mata uang
domestik berdasar Kurs Keputusan Menteri
Keuangan (Kurs KMK) di pekan berjalan.
Ilustrasi
(Penghasilan dalam Mata Uang Asing)
96

Kesselring adalah pegawai tetap yang


memperoleh gaji sebulan $ 3,750 yang dibayarkan
dalam mata uang asing. Di pekan berjalan, kurs yang
berlaku di pasar meliputi kurs tengah BI senilai Rp
13.250,00/ $, kurs KMK senilai Rp 13.200,00/ $,
kurs jual senilai Rp 13.300,00/ $, dan kurs beli
senilai Rp 13.225,00/ $. Jika Kesselring telah
menikah dan memiliki dua orang anak,
bagaimanakah penghitungan PPh 21 atas
Kesselring? Bagaimana penjurnalan oleh pemberi
kerja?
Ilustrasi
(Penghasilan dalam Mata Uang Asing)
97

Jawaban :
Gaji pokok berdasar kurs KMK 38,250,000 Jurnal Pemberi Kerja
Penghasilan bruto per bulan 38,250,000 Beban Gaji 38.250.000
(Biaya jabatan) (1,912,500)
(Maksimal biaya jabatan) (600,000) (600,000) Utang PPh 216.279.688
Penghasilan netto per bulan 37,650,000 Kas 31.970.312
Penghasilan netto setahun 451,800,000
(PTKP)
WP sendiri (24,300,000)
Status kawin (2,025,000)
Tanggungan dua anak (4,050,000) (30,375,000)
Penghasilan Kena Pajak 421,425,000
Pajak terutang setahun
5% x 50,000,000 2,500,000
15% x 200,000,000 30,000,000
25% x 171,425,000 42,856,250 Rp75,356,250.00
Pajak terutang per bulan Rp6,279,687.50
Kepemilikan NPWP di Pertengahan Tahun
98

Penghitungan kembali PPh terutang dilakukan


setelah WP menyerahkan fotokopi kartu NPWP
kepada pemberi kerja.

Atas pajak lebih bayar di periode – periode


sebelumnya sepanjang tahun berjalan, nilainya
dapat diperhitungkan sebagai pengurang pajak
terutang di periode berjalan dan/ atau periode yang
akan datang.
Ilustrasi
(Kepemilikan NPWP di Pertengahan Tahun)
99

Bahureksa merupakan pegawai baru yang


memperoleh gaji sebulan Rp 9.300.000,00 dan
membayar iuran pensiun sebesar Rp 275.000,00.
Bahureksa baru dapat mengurus kepemilikan NPWP
di pertengahan tahun dan menyerahkan fotokopi
kartu NPWP kepada perusahaan di awal Oktober.
Jika Bahureksa belum menikah dan memiliki
seorang anak angkat, bagaimanakah penghitungan
PPh 21 sepanjang tahun berjalan?
Ilustrasi
(Kepemilikan NPWP di Pertengahan Tahun)
100

Jawaban :
Gaji pokok 7,300,000
Penghasilan bruto per bulan 7,300,000
(Biaya jabatan) (365,000)
(Iuran dana pensiun yang dibayar karyawan) (175,000) (540,000)
Penghasilan netto per bulan 6,760,000
Penghasilan netto setahun 81,120,000
(PTKP)
WP sendiri (24,300,000)
Tanggungan satu anak (2,025,000) (26,325,000)
Penghasilan Kena Pajak 54,795,000
Pajak terutang setahun
5% x 50,000,000 2,500,000
15% x 4,795,000 719,250 Rp3,219,250.00
Pajak terutang per bulan Rp268,270.83
Pajak terutang per bulan ketika tidak memiliki NPWP Rp321,925.00
Ilustrasi
(Kepemilikan NPWP di Pertengahan Tahun)
101

Jawaban :
PPh dipotong selama Januari – September Rp321,925
PPh lebih bayar untuk dikompensasikan = 9 x (321.925 – 268.271) (Rp482,886)
PPh yang seharusnya dipotong di Oktober Rp268,271
Kompensasi (Rp268,271)
PPh dipotong di Oktober Rp0
PPh yang seharusnya dipotong di Oktober Rp268,271
Kompensasi (Rp214,615)
PPh dipotong di November Rp53,656
PPh dipotong di Desember Rp321,925
Tata Cara Penghitungan:
Penghasilan di Akhir Masa Kerja
102
Pola Pembayaran
103

Penghasilan
di Akhir
Masa Kerja

Diterima Diterima
Sekaligus Berkala

Dialihkan
Dana ke Anuitas
Pesangon Pensiun
Pensiun Seumur
Hidup
Penghasilan di Akhir Masa Kerja
Dibayarkan Sekaligus
104

Penghasilan di akhir masa kerja yang dibayarkan sekaligus dapat


berbentuk pesangon, manfaat pensiun, THT, atau JHT.

Pemotongan pajak penghasilan bersifat final.

Pembayaran secara sekaligus dapat dibayarkan melalui beberapa kali


pembayaran sepanjang maksimal dua tahun kalender, dan dikenai
tarif yang berlaku khusus.

Atas pembayaran yang dibayarkan di tahun ketiga atau setelahnya,


pemotongan pajak penghasilan bersifat tidak final dan dikenai tarif
umum Pasal 17 Ayat (1) Huruf (a).
Lapisan Tarif Khusus dan Dasar Pengenaan
(Pesangon: PP No. 68 Tahun 2009)
105

No. Lapisan Penghasilan Bruto Tarif


1 0 s/d Rp 50.000.00,00 0%
2 Di atas Rp 50.000.000,00 s/d 5%
Rp 100.000.000,00
3 Di atas Rp 100.000.000,00 s/d 15%
Rp 500.000.000,00
4 Di atas Rp 500.000.000,00 25%

Dasar Pengenaan: Penghasilan bruto tanpa dikurangi PTKP


Ilustrasi
(Pesangon Diterima Sekaligus)
106

Abiyasa (berstatus menikah dan memiliki dua anak)


memasuki masa pensiun di akhir bulan Maret 2018, dan atas
pengabdiannya perusahaan hendak membayarkan uang
pesangon secara sekaligus, sebesar 40 kali gaji pokok terakhir
yang dibayarkan. Sesuai slip gaji di bulan Februari, Abiyasa
menerima penghasilan bruto senilai Rp 15.143.000,00 yang di
dalamnya tercakup pula komponen iuran JKK dan JKM yang
dibayarkan oleh perusahaan masing – masing sebesar 1% dan
0,3% dari gaji pokok. Jika pesangon tersebut baru akan
dibayarkan di bulan April 2018, bagaimanakah perlakuan
pemotongan PPh 21 dan berikut sifatnya? Bagaimana
penjurnalan oleh pemberi kerja?
Ilustrasi
(Pesangon Diterima Sekaligus)
107

Jawaban:
Penghasilan bruto Rp11,143,000.00
Iuran JKK dibayarkan perusahaan (1/ 101.3 x 10,130,000) (Rp110,000.00)
Iuran JKM dibayarkan perusahaan (0.3/ 101.3 x 10,160,000) (Rp33,000.00)
Gaji pokok Rp11,000,000.00
Pesangon dibayarkan Rp440,000,000.00

Pajak terutang
0% x 50,000,000 Rp0.00
5% x 50,000,000 Rp2,500,000.00
15% x 330,000,000 Rp51,000,000.00 Rp53,500,000.00
Pengenaan pajak bersifat final.
Jurnal Beban pesangon 440.000.000
Utang PPh final 53.500.000
Kas 386.500.000
Lapisan Tarif Khusus dan Dasar Pengenaan
(Manfaat Pensiun, THT, JHT: PP No. 68 Tahun 2009)
108

No. Lapisan Penghasilan Bruto Tarif


1 0 s/d Rp 50.000.00,00 0%
2 Di atas Rp 50.000.000,00 5%

Dasar Pengenaan: Penghasilan bruto tanpa dikurangi


PTKP
Ilustrasi
(Manfaat Pensiun Diterima Sekaligus)
109

Bhisma (berstatus menikah dan memiliki seorang


anak) di akhir bulan November 2013 mengajukan
permohonan pensiun dini dan disetujui. Perusahaan akan
membayarkan uang manfaat pensiun secara sekaligus dengan
nilai Rp 525.000.000,00. Manfaat pensiun tersebut akan
dibayarkan dalam empat termin, masing masing senilai Rp
35.000.000,00 di November 2013, Rp 60.000.000,00 di
April 2014, Rp 260.000.000,00 di Mei 2015, serta sisanya di
Desember 2015. Bagaimanakah perlakuan pemotongan PPh
21 atas pembayaran manfaat pensiun tersebut dan berikut
sifatnya?
Ilustrasi
(Manfaat Pensiun Diterima Sekaligus)
110

Jawaban:
Periode Pembayaran Pajak Terutang Kumulatif Sifat
Nov ’13 35.000.000 0% x 35.000.000 25.000.000 Final
=0
Apr ’14 60.000.000 0% x 15.000.000 95.000.000 Final
+ 5% x
45.000.000
= 2.250.000
Mei ’15 260.000.000 5% x 260.000.000 355.000.000 Final
= 13.000.000
Des ’15 170.000.000 5% x 50.000.000 525.000.000 Tidak
+ 15% x Final
120.000.000
=20.500.000
Pensiun Diterima Berkala
111
Bila waktu pensiun sudah dapat Bila waktu pensiun belum diketahui
diketahui dengan pasti pada awal secara pasti saat penghitungan PPh
tahun. awal tahun.

Penghitungan PPh terutang didasarkan


PPh terutang dihitung pada perkiraan penghasilan netto yang
disetahunkan. Jika terjadi kelebihan
berdasarkan PKP yang akan pemotongan, maka kelebihan tersebut
diperoleh sebeum pensiun. harus dikembalikan oleh pemberi
kerja.

Sistematika penghitungan identik pada kasus pegawai tetap, kecuali bahwa biaya
jabatan ditetapkan maksimal Rp 200.000,00 per bulan atau Rp 2.400.000,00 per
tahun.

Tarif yang berlaku merupakan tarif umum Pasal 17 Ayat (1) Huruf (a) UU PPh.
Ilustrasi
(Pensiun Diterima Berkala)
112

Gajah Mada berstatus kawin dengan 3 orang


anak yang masih menjadi tanggungan, bekerja
sebagai pegawai tetap pada suatu perusahaan
dengan gaji sebulan sebesar Rp 6.500.000,00. Gajah
Mada setiap bulan membayar iuran pensiun sebesar
Rp 300.000,00 ke dana pensiun yang pendiriannya
telah disahkan oleh Menkeu. Berdasarkan ketentuan
yang berlaku di perusahaan, terhitung mulai 1 Juni
2013, Gajah Mada akan memasuki masa pensiun.
Bagaimanakah penghitungan pemotongan PPh 21
oleh perusahaan selama sisa masa kerja tersebut?
Ilustrasi
(Pensiun Diterima Berkala): Penghitungan Saat Masih Aktif
113
Jawaban:
Gaji pokok 6,500,000
Penghasilan bruto per bulan 6,500,000
(Biaya jabatan) (325,000)
(Iuran dana pensiun yang dibayar karyawan) (300,000) (625,000)
Penghasilan netto per bulan 5,875,000
Penghasilan netto Januari - Mei 29,375,000
(PTKP)
WP sendiri (24,300,000)
Status kawin (2,025,000)
Tanggungan tiga anak (6,075,000) (32,400,000)
Penghasilan Kena Pajak (3,025,000)
Pajak terutang Januari - Mei
5% x 3,025,000 (151,250) (Rp151,250.00)
Pajak terutang per bulan (Rp30,250.00)
Ilustrasi
(Pensiun Diterima Berkala)
114

Gajah Mada, sebagaimana dideskripsikan


dalam Ilustrasi awal, mulai bulan Juni 2013 benar –
benar pensiun dari pekerjaannya dan memperoleh
uang pensiun dari dana Pensiun sebesar Rp
3.750.000,00 sebulan. Bagaimanakah penghitungan
pajak terutang sebagaimana dilakukan oleh pihak
dana pensiun atas uang pensiun tersebut di tahun
2013 dan untuk tahun - tahun berikutnya?
Ilustrasi
(Pensiun Diterima Berkala): Penghitungan Tahun Pertama
115
Jawaban: Penghasilan pensiun 3,750,000
Penghitungan 2013 Penghasilan bruto per bulan 3,750,000
(Biaya jabatan) (187,500) (187,500)
Penghasilan netto per bulan 3,562,500
Penghasilan netto Juni - Desember 24,937,500
Penghasilan netto Januari - Mei di perusahaan 29,375,000
Penghasilan netto Januari - Desember 54,312,500
(PTKP)
WP sendiri (24,300,000)
Status kawin (2,025,000)
Tanggungan tiga anak (6,075,000) (32,400,000)
Penghasilan Kena Pajak 21,912,500
Pembulatan PKP 21,912,000
Pajak terutang setahun
5% x 21,912,000 1,095,600 Rp1,095,600.00
Pajak yang telah dipotong Januari - Mei (Rp151,250.00)
Pajak terutang Juni - Desember Rp944,350.00
Pajak terutang per bulan dipotong Dana pensiun Rp134,907.14
Ilustrasi
(Pensiun Diterima Berkala): Penghitungan Tahun Kedua dan Seterusnya

116

Jawaban: Penghitungan 2014, dan seterusnya.


Penghasilan pensiun 3,750,000
Penghasilan bruto per bulan 3,750,000
(Biaya jabatan) (187,500) (187,500)
Penghasilan netto per bulan 3,562,500
Penghasilan netto setahun 42,750,000
(PTKP)
WP sendiri (24,300,000)
Status kawin (2,025,000)
Tanggungan tiga anak (6,075,000) (32,400,000)
Penghasilan Kena Pajak 10,350,000
Pajak terutang setahun
5% x 10,350,000 517,500 Rp517,500.00
Pajak terutang per bulan dipotong Dana pensiun Rp43,125.00
Lapisan Tarif Khusus dan Dasar Pengenaan
(Pengalihan ke Anuitas Seumur Hidup:
Kepdirjen No. 333/ PJ/ 2001)

117

No. Lapisan Penghasilan Bruto Tarif


1 0 s/d Rp 25.000.00,00 0%
2 Di atas Rp 25.000.000,00 s/d 5%
Rp 50.000.000,00
3 Di atas Rp 50.000.000,00 s/d 10%
Rp 100.000.000,00
4 Di atas Rp 100.000.000,00 s/d 15%
Rp 200.000.000,00
5 Di atas Rp 200.000.000,00 25%

Dasar Pengenaan: Penghasilan bruto tanpa dikurangi


PTKP
Tata Cara Penghitungan:
Pegawai Tidak Tetap dan Tenaga Kerja Lepas
118
Pola Pembayaran
119

Penghasilan
Pegawai
Tidak Tetap
dan Tenaga
Kerja Lepas

Upah
Upah Upah Upah Harian yang
Harian Satuan Borongan Dibayarkan
Bulanan
Tata Cara Penghitungan
120

Upah Harian, Satuan, Borongan


• Upah dikonversikan ke dalam upah
harian yang ekuivalen dengan ketentuan
pengupahan terkait.
• Atas upah harian hasil konversi,
dikenakan ketentuan tarif dan DPP yang
bersesuaian.

Upah Harian yang Dibayarkan


Bulanan
• Upah disetahunkan.
• Upah dikurangi dengan PTKP untuk
memperoleh PKP.
• Berlaku tarif umum Pasal 17 Ayat (1)
Huruf (a).
Penghitungan Teknis
(Upah Harian, Satuan, Borongan)
121
Penghasilan Tidak dikenai
harian < Rp
Penghasilan 200.000,00 pajak
kumulatif per DPP = Penghasilan
bulan < Rp yang melebihi Rp
2.025.000,00 Penghasilan 200.000,00
harian > Rp
200.000,00 Tarif berlaku
adalah tarif lapis
DPP = pertama (5%)
Penghasilan
Upah Harian/ Penghasilan harian – PTKP
Upah Hasil kumulatif per harian
Konversi bulan > Rp Tarif berlaku
2.025.000,00 adalah tarif
lapis pertama
(5%)
DPP = Penghasilan
Penghasilan disetahunkan -
kumulatif per PTKP
bulan > Rp Tarif berlaku adalah
7.000.000,00 tarif progresif pasal
17.
Ilustrasi
(Upah Harian)
122

Tunggul Ametung (berstatus menikah dan


belum memiliki anak) selama bulan Januari 2013
bekerja sebagai tenaga kerja lepas di suatu
perusahaan selama 15 hari dan menerima upah
harian sebesar Rp 350.000,00. Berapakah besar
PPh 21 yang harus dipotong oleh perusahaan
sepanjang hari – hari pelaksanaan pekerjaan oleh
Tunggul Ametung?
Ilustrasi
(Upah Harian)
123

Jawaban :
Jumlah hari kerja untuk mencapai penghasilan kumulatif
Rp 2.025.000,00
= 2.025.000/ 250.000
= 8,1 hari
a. Penghitungan di hari ke – 1 s/ d hari ke – 8
DPP = 250.000 – 200.000
= 50.000
PPh dipotong per hari = 5% x 50.000
= Rp 2.500,00
b. Penghitungan di hari ke – 9
Penghasilan selama 9 hari = 2.250.000
PTKP selama 9 hari = 9 x (26.325.000/ 360)
= 658.125
Ilustrasi
(Upah Harian)
124

Jawaban :
b. Penghitungan di hari ke – 9
DPP = 2.250.000 – 658.125
= 1.591.875
PPh terutang s/ d hari ke – 9 = 5% x 1.591.875
= Rp 79.593,75
PPh yang telah dipotong s/ d hari ke –8 = 8 x 2.500
= Rp 20.000,00
PPh dipotong di hari ke – 9 = 79.593,75 – 20.000
= Rp 59.593,75
c. Penghitungan di hari ke – 10 dan seterusnya
DPP = 250.000 – (26.325.000/ 360)
= 176.875,00
PPh dipotong per hari= 5% x 176.875,00
= Rp 8.843,75
Ilustrasi
(Upah Satuan)
125
Dursasana (berstatus lajang) bekerja secara tidak tetap sebagai
pengecat rangka sepeda dengan menerima upah satuan. Upah senilai Rp
77.000,00 untuk setiap rangka sepeda yang dibayarkan setiap dua pekan
(12 hari kerja). Secara rata – rata untuk setiap periodenya Dursasana dapat
mengecat 100 rangka sepeda. Berapakah besar PPh 21 yang seharusnya
dikenakan setiap periode pembayaran upah? Bagaimana penjurnalan oleh
pemberi kerja?

Jawaban :
Upah per periode (100 x 27.000) Rp 2.700.000,00 Jurnal
Upah per hari Rp 225.000,00 Beban gaji 2.700.000
DPP = 225.000 - (24.300.000/ 360) Utang PPh 21 94.500
= 225.000 - 67.500 Kas 2.605.500
= 157.500
PPh 21 tiap periode = 5% x 12 x 157.500
= Rp 94.500,00
Ilustrasi
(Upah Borongan)
126
Citraksa adalah tukang bangunan dengan sistem borongan. Atas
pekerjaaan tersebut, pemberi kerja akan membayar Citraksa sebesar Rp
1.150.000, di mana diperkirakan pekerjaan akan selesai dalam waktu 5
hari. Berapakah besar PPh 21 yang seharusnya dikenakan atas pekerjaan
borongan tersebut? Bagaimana penjurnalan oleh pemberi kerja?
Jawaban :
Upah per periode Rp 1.150.000,00
Upah per hari Rp 230.000,00
DPP = 230.000 - 200.000
= 30.000
PPh 21 = 5% x 5 x 30.000
= Rp 7.500,00

Jurnal Beban gaji 1.150.000


Utang PPh 21 7.500
Kas 1.142.500
Ilustrasi
(Upah Harian Dibayarkan Bulanan)
127

Aswatama bekerja sebagai pegawai tidak tetap


bagi suatu perusahaan. Selama bulan Januari 2013,
Aswatama bekerja selama 18 hari dengan upah
harian sebesar Rp 175.000,00 yang dibayarkan
secara bulanan. Jika Aswatama berstatus menikah
dengan seorang anak, berapakah besar PPh 21 yang
seharusnya dikenakan terhadapnya?
Ilustrasi
(Upah Harian Dibayarkan Bulanan)
128

Jawaban :
Upah selama Januari (18 x 175.000) Rp 3.150.000,00
Penghasilan netto setahun Rp 37.800.000,00
PTKP:
WP sendiri Rp 24.300.000,00
Status kawin Rp 2.025.000,00
Tanggungan satu anak Rp 2.025.000,00 (Rp 28.350.000,00)
Penghasilan Kena Pajak Rp 9.450.000,00
Pajak terutang setahun Rp 472.500,00
Pajak terutang per bulan Rp 39.375,00
Tata Cara Penghitungan:
Bukan Pegawai
129
Tata Cara Penghitungan
130

Memiliki
DPP = 50% x
NPWP dan
Penghasilan
berpenghasilan
bruto – PTKP
Bersifat hanya dari satu
Bulanan
Berkesinam- pemberi kerja.
bungan
Penghasilan Berpenghasilan DPP = 50% x
lebih dari satu Penghasilan
Bukan pemberi kerja. bruto
Pegawai
Bersifat Tidak DPP = 50% x
Berkesinam- Penghasilan
bungan bruto

Tarif yang berlaku adalah tarif umum Pasal 17 Ayat (1) Huruf (a) UU PPh.
WP yang tidak memiliki NPWP dikenai tarif 20% lebih tinggi.
Ketentuan Khusus (1)
131

Jika penyedia jasa bukan pegawai tersebut mempekerjakan orang lain


sebagai pegawainya dengan upah yang diketahui, maka:
Penghasilan bruto = Jumlah pembayaran – Upah pegawai
dipekerjakan

Jika penyedia jasa bukan pegawai tersebut melakukan penyerahan


material atau barang, maka:
Penghasilan bruto = Jumlah pembayaran – Nilai material atau barang
Ketentuan Khusus (2)
132

Atas dokter yang melakukan praktik di RS atau klinik,


maka:
Penghasilan bruto = Jumlah pembayaran dari pasien
sebelum dikurangi biaya dan bagi hasil oleh RS atau
klinik.

Agar dapat memperoleh pemotongan PTKP,


wanita bukan pegawai yang telah menikah wajib
diserahkan fotokopi NPWP suami, fotokopi surat
nikah, dan fotokopi kartu keluarga.
Ilustrasi
(Penghasilan Berkesinambungan:
Satu Sumber Penghasilan)
133
Bima Sp.Og. merupakan seorang dokter yang hanya membuka
praktik di suatu klinik dengan memperoleh penghasilan setiap bulan
berdasar prinsip bagi hasil berdasar proporsi 85% : 15%. Bima Sp.Og.
telah memiliki NPWP dan di tahun 2013 menerima bagi hasil dari klinik
sebagai berikut. Bagi Hasil
Periode
Diterima
Jan 46,750,000
Feb 38,250,000
Mar 41,225,000
Bagaimanakah perlakuan perpajakan
Apr 45,475,000
atas penghasilan yang diterima oleh Mei 45,900,000
Bima Sp.Og.? Jun 41,650,000
Jul 44,625,000
Aug 39,950,000
Sep 36,550,000
Okt 43,775,000
Nov 39,525,000
Des 48,875,000
Ilustrasi
(Penghasilan Berkesinambungan:
Satu Sumber Penghasilan)
134

Jawaban :
Penghasilan Bruto
Periode Bagi Hasil Diterima 50% Penghasilan Bruto PTKP
(100/ 85 x Bagi Hasil)
Jan 46,750,000 55,000,000 27,500,000 2,025,000
Feb 38,250,000 45,000,000 22,500,000 2,025,000
Mar 41,225,000 48,500,000 24,250,000 2,025,000

Apr 45,475,000 53,500,000 26,750,000 2,025,000


Mei 45,900,000 54,000,000 27,000,000 2,025,000
Jun 41,650,000 49,000,000 24,500,000 2,025,000
Jul 44,625,000 52,500,000 26,250,000 2,025,000
Aug 39,950,000 47,000,000 23,500,000 2,025,000
Sep 36,550,000 43,000,000 21,500,000 2,025,000
Okt 43,775,000 51,500,000 25,750,000 2,025,000
Nov 39,525,000 46,500,000 23,250,000 2,025,000

Des 48,875,000 57,500,000 28,750,000 2,025,000


Total 512,550,000 603,000,000 301,500,000 24,300,000
Ilustrasi
(Penghasilan Berkesinambungan:
Satu Sumber Penghasilan)
135

Jawaban :
Periode PKP PKP Kumulatif Tarif PPh Terutang
Jan 25,475,000 25,475,000 5% 1,273,750
Feb 20,475,000 45,950,000 5% 1,023,750
Mar 4,050,000 50,000,000 5% 202,500
18,175,000 68,175,000 15% 2,726,250
Apr 24,725,000 92,900,000 15% 3,708,750
Mei 24,975,000 117,875,000 15% 3,746,250
Jun 22,475,000 140,350,000 15% 3,371,250
Jul 24,225,000 164,575,000 15% 3,633,750
Aug 21,475,000 186,050,000 15% 3,221,250
Sep 19,475,000 205,525,000 15% 2,921,250
Okt 23,725,000 229,250,000 15% 3,558,750
Nov 20,750,000 250,000,000 15% 3,112,500
475,000 250,475,000 25% 118,750
Des 26,725,000 277,200,000 25% 6,681,250
Total 277,200,000 39,300,000
Ilustrasi
(Penghasilan Berkesinambungan:
Beberapa Sumber Penghasilan, Tanpa NPWP)
136

Bratasena merupakan seorang pelukis lepas yang memajang hasil


karyanya di galeri seni untuk diperjualbelikan. Atas setiap lukisan yang
terjual, Bratasena akan menerima permbayaran tunai di bulan berikutnya.
Selama tahun 2013, Bratasena menerima penghasilan dari galeri seni
dengan rincian sebagai berikut. Periode Penghasilan
Jan 17,000,000
Bratasena telah menikah dengan memiliki Feb 15,500,000
dua anak, serta masih belum terdaftar Mar 16,750,000
sebagai wajib pajak di KPP tempat domisilinya. Apr 19,000,000
Bagaimanakah perlakuan perpajakan atas Mei 14,500,000
Jun 13,250,000
penghasilan yang diterima oleh Bratasena
Jul 16,000,000
dari galeri seni? Aug 15,250,000
Sep 13,000,000
Okt 18,000,000
Nov 18,500,000
Des 20,000,000
Ilustrasi
(Penghasilan Berkesinambungan:
Beberapa Sumber Penghasilan, Tanpa NPWP)
137

Jawaban :
50% x Penghasilan Tarif
Periode Penghasilan Bruto DPP Kumulatif Tarif PPh Terutang
Bruto (DPP) Tanpa
Jan 17,000,000 8,500,000 8,500,000 5% 120% 510,000
Feb 15,500,000 7,750,000 16,250,000 5% 120% 465,000
Mar 16,750,000 8,375,000 24,625,000 5% 120% 502,500
Apr 19,000,000 9,500,000 34,125,000 5% 120% 570,000
Mei 14,500,000 7,250,000 41,375,000 5% 120% 435,000
Jun 13,250,000 6,625,000 48,000,000 5% 120% 397,500
Jul 16,000,000 2,000,000 50,000,000 5% 120% 120,000
6,000,000 56,000,000 15% 120% 1,080,000
Aug 15,250,000 7,625,000 63,625,000 15% 120% 1,372,500
Sep 13,000,000 6,500,000 70,125,000 15% 120% 1,170,000
Okt 18,000,000 9,000,000 79,125,000 15% 120% 1,620,000
Nov 18,500,000 9,250,000 88,375,000 15% 120% 1,665,000
Des 20,000,000 10,000,000 98,375,000 15% 120% 1,800,000
Total 196,750,000 98,375,000 11,707,500
Ilustrasi
(Penghasilan Tidak Berkesinambungan)
138

Permadi merupakan seorang praktisi sekaligus


pengamat lepas. Permadi diundang sebagai pembicara
rangkaian pelatihan pegawai selama tiga bulan penuh di
tahun 2013 dengan honorarium masing – masing Rp
95.000.000,00 dan Rp 115.000.000,00. Berapakah pajak
terutang atas penghasilan Permadi?

Jawaban :
PPh terutang pelatihan 1 = 5% x 50% x 95.000.000
= Rp 2.375.000,00
PPh terutang pelatihan 2 = x (50% x 100.000.000)+ 15% x (50% x 15.000.000)
= Rp 2.875.000,00
Ilustrasi
(Penghasilan Tidak Berkesinambungan:
Mempekerjakan Karyawan & Menyerahkan Barang)
139

Abilawa merupakan seorang penyedia jasa penerjemahan. Di


bulan Februari 2013, suatu perusahaan meminta jasa Abilawa untuk
menerjemahkan, mengetik dan mencetak 1.000 lembar dokumen.
Abilawa meminta pembayaran sejumlah Rp 15.000.000,00, telah
termasuk di dalamnya honor dua orang asisten pengetik sebesar Rp
1.000.000,00 dan biaya pembelian kertas cetak khusus sebesar Rp
500.000,00.
a. Berapakah pajak terutang atas penghasilan Abilawa jika ia
dapat menyerahkan dokumen pemesanan kertas cetak
khusus dan bukti pembayaran honor asisten?
b. Bagaimana jika dokumen dimaksud tidak dapat disediakan
Abilawa?
c. Bagaimana jika Abilawa ternyata belum memiliki NPWP?
Ilustrasi
(Penghasilan Tidak Berkesinambungan:
Mempekerjakan Karyawan & Menyerahkan Barang)
140

Jawaban :
a. PPh terutang= 5% x 50%x(15.000.000 – (2 x 1.000.000) – 500.000)
= 5% x 50% x 12.500.000
= Rp 312.500,00

b. PPh terutang= 5% x 50% x 15.000.000


= Rp 375.000,00

c. Jika terdapat dokumen pendukung, PPh terutang


= 120% x 312.500
= Rp 375.000,00

Jika tidak terdapat dokumen pendukung, PPh terutang


= 120% x 375.000
= Rp 450.000,00
Tata Cara Penghitungan:
Peserta Kegiatan
141
Tata Cara Penghitungan
142

Dasar Pengenaan Pajak (DPP) =


Jumlah penghasilan bruto yang bersifat utuh dan tidak
dipecah

Tarif yang berlaku adalah tarif umum Pasal 17 Ayat (1)


Huruf (a) UU PPh.
WP yang tidak memiliki NPWP dikenai tarif 20% lebih
tinggi.
Ilustrasi
(Peserta Kegiatan)
143

Batara merupakan seorang mahasiswa yang mengikuti kejuaraan


olahraga, di mana penyelenggara memberikan penggantian biaya
transportasi, akomodasi, dan konsumsi berdasar prinsip at cost. Selama
kejuaraan, Batara melakukan pengeluaran untuk ketiga pos biaya masing
– masing Rp 2.250.000,00, Rp 1.000.000,00, dan Rp 500.000,00.
Penyelenggara melakukan penggantian di akhir kegiatan, bersamaan
dengan pemberian hadiah Rp 50.000.000,00 atas raihan Batara sebagai
juara pertama. Berapakah pajak penghasilan yang terutang oleh Batara?

Jawaban :
PPh terutang = 5% x 50.000.000 + 15% x (2.250.000 + 1.000.000 + 500.000)
= 2.500.000+ 562.500
= Rp 3.062.500,00
Tata Cara Penghitungan:
Penerima Lain
144
Bentuk Pembayaran
145

Penerima
Penghasilan
Lain

Honorarium Jasa Produksi, Penarikan


Anggota Tantiem, Dana Pensiun
Dewan Gratifikasi,
Bonus Diterima oleh Pegawai
Komisaris
Mantan Pegawai Aktif
Non Pegawai
Tata Cara Penghitungan
146

Tarif yang berlaku merupakan tarif umum


sesuai ketentuan Pasal 17 Ayat (1) Huruf (a)
UU PPh.

Dasar Pengenaan Pajak (DPP) merupakan


jumlah kumulatif dari penghasilan bruto
yang diterima selama satu tahun kalender.
Ilustrasi
(Penghasilan Diterima Mantan Pegawai)
147

Dewabrata merupakan seorang mantan pegawai dari suatu


perusahaan yang baru saja pensiun dari pekerjaannya di bulan April 2013.
Atas pensiunnya Dewabrata, perusahaan berencana memberikan
pembayaran tantiem senilai Ro 275.000.000,00 di bulan Juni 2013.
Berapakah besar PPh 21 yang seharusnya dikenakan terhadap Dewabrata
atas penghasilan tersebut? Bagaimana penjurnalan oleh perusahaan?

Jawaban :
Pajak terutang =5% x 50.000.000+15% x200.000.000+25% x 25.000.000
= 2.500.000 + 30.000.000 + 6.250.000
= Rp 38.750.000,00
Jurnal Beban tantiem 275.000.000
Utang PPh 21 38.750.000
Kas 236.250.000
Ilustrasi
(Honorarium Komisaris)
148

Puntadewa merupakan seorang komisaris


independen di suatu perusahaan, tanpa melakukan
rangkap jabatan. Perusahaan membayarkan
honorarium kepada setiap komisarisnya secara
periodik per kuartal dengan nominal tetap senilai Rp
135.000.000,00. Berapakah besar PPh 21 yang
seharusnya dikenakan terhadap Puntadewa atas
penghasilan tersebut?
Ilustrasi
(Honorarium Komisaris)
149

Jawaban :
Periode Pembayaran Pajak Terutang Kumulatif
Kuartal I 135.000.000 5% x 50.000.000 + 15% x 135.000.000
85.000.000
= 15.250.000
Kuartal II 135.000.000 15% x 115.000.000 + 25% x 270.000.000
20.000.000
= 22.250.000
Kuartal III 135.000.000 25% x 135.000.000 405.000.000
= 33.750.000
Kuartal IV 135.000.000 25% x 95.000.000 + 30% x 540.000.000
40.000.000
=35.750.000
Ilustrasi
(Penarikan Pensiun Pegawai Aktif)
150

Samiaji, seorang lajang, bekerja sebagai pegawai tetap


bagi suatu perusahaan, dengan menerima penghasilan
bulanan yang terdiri atas gaji pokok senilai Rp 4.000.000,00
dan tunjangan pendidikan anak senilai Rp 500.000,00 per
bulan. Samiaji mengikuti program pensiun sejak pertama kali
bekerja di perusahaan, dan di tahun 2013 ia membayarkan
iuran dana pensiun senilai Rp 535.000,00 per bulan.
Samiaji menghadapi kekurangan penghasilan dan
melakukan penarikan dana pensiun yang telah disetorkannya
masing – masing senilai Rp 10.000.000,00 di Bulan Januari,
Rp 12.500.000,00 di Bulan Februari, Rp 17.500.000,00 di
Bulan Maret, dan Rp 25.000.000,00 di Bulan April.
Berapakah besar PPh 21 yang seharusnya dikenakan
terhadap Samiaji atas penarikan tersebut?
Ilustrasi
(Penarikan Pensiun Pegawai Aktif)
151

Jawaban :
Periode Pembayaran Pajak Terutang Kumulatif
Januari 10.000.000 5% x 10.000.000 10.000.000
= 500.000
Februari 12.500.000 5% x 12.500.000 22.500.000
= 625.000
Maret 17.500.000 5% x 17.500.000 40.000.000
= 875.000
April 25.000.000 5% x 10.000.000 + 15% x 65.000.000
15.000.000
=2.750.000
Tata Cara Penghitungan:
Penerima Atas Beban APBN/
APBD
152
PPh 21 Terkait APBN/ APBD
153

Penggajian
PNS
Berstatus
Tetap.

Penggajian
Kompensasi Penggunaan Tenaga
bagi peserta APBN/ APBD, Honorer,
kegiatan, PPh 21 Wiyata Bakti,
perlombaan, Dipotong dan Pegawai
dan sejenisnya. Tidak Tetap
Bendaharawan Lain.

Remunerasi
kepada bukan
pegawai yang
dimanfaatkan
jasanya.
Pola Pembayaran
154

DPP =
Penghasilan
Netto - PTKP
Bersifat Tetap
dan Teratur
Berlaku tarif
umum Pasal 17
Penghasilan Ayat (1) Huruf (a)
Dibebankan ke
APBN/ APBD DPP =
Penghasilan
Bersifat Tidak Bruto
Tetap dan Tidak
Teratur Berlaku tarif
khusus, bersifat
final.

Biaya perjalanan dinas bukan merupakan


penghasilan.
Tarif Penghasilan Tidak Tetap dan Tidak Teratur
(PMK No. 262/ PMK.03/ 2010)
155

0% dari Penghasilan bruto, atas:

• Penghasilan bagi PNS Gol. I & II, Tamtama & Bintara TNI/
Polri, berikut pensiunannya.

5% dari Penghasilan bruto, atas:


• Penghasilan bagi PNS Gol. III, Perwira Pertama TNI/ Polri,
berikut pensiunannya.

15% dari Penghasilan bruto, atas:


• Penghasilan bagi PNS Gol. IV, Perwira Menengah & Tinggi
TNI/ Polri, berikut pensiunannya.
Ilustrasi
(Penghasilan Tetap dan Teratur)
156

Kolonel Narada (berstatus menikah dengan dua anak)


merupakan perwira menengah di lingkungan TNI Angkatan
Udara. Setiap bulan, ia menerima penghasilan berupa gaji
pokok sebesar Rp 5.450.000,00, tunjangan istri sebesar 10%
dari gaji pokok, tunjangan anak sebesar 2% dari gaji pokok
per anak, tunjangan jabatan sebesar Rp 1.550.000,00, dan
tunjangan beras sebesar Rp 625.000,00. Kolonel Narada
mengikuti pula program pensiun dengan iuran bulanan
sebesar 4,75% dari gaji pokok. Bagaimanakah penghitungan
PPh 21 atas penghasilan Kolonel Narada? Bagaimana
penjurnalan oleh pemberi kerja?
Ilustrasi
(Penghasilan Tetap dan Teratur)
157
Jawaban:
Gaji pokok 5,450,000 Jurnal Pemberi Kerja
Tunjangan istri 545,000 Beban Gaji 5.450.000
Tunjangan anak 218,000 Beban tunjangan 2.938.000
Tunjangan jabatan 1,550,000
Tunjangan beras 625,000
Utang Dana Pensiun 258.875
Penghasilan bruto per bulan 8,388,000
(Biaya jabatan) (419,400) Utang PPh 21 360.096
(Iuran dana pensiun yang dibayar sendiri) (258,875) (678,275) Kas 7.769.029
Penghasilan netto per bulan 7,709,725
Penghasilan netto setahun 92,516,700
(PTKP)
WP sendiri (24,300,000)
Status kawin (2,025,000)
Tanggungan dua anak (4,050,000) (30,375,000)
Penghasilan Kena Pajak 62,141,700
Pembulatan PKP 62,141,000
Pajak terutang setahun
5% x 50,000,000 2,500,000
15% x 12,141,000 1,821,150 Rp4,321,150.00
Pajak terutang per bulan Rp360,095.83
Ilustrasi
(Penghasilan Tidak Tetap dan Tidak Teratur)
158

Ismaya (berstatus menikah dengan tiga anak) merupakan


seorang PNS golongan IV B dan eselon II. Ismaya diberikan penugasan
sampingan untuk memberikan materi dalam rangkaian pelatihan dengan
menerima honor sebesar Rp 3.000.000,00 untuk setiap pelatihan
Bagaimanakah perlakuan PPh 21 atas penghasilan Ismaya? Bagaimana
penjurnalan oleh pemberi kerja?

Jawaban :
PPh terutang = 15% x 3 x 3.000.000
= Rp 1.350.000,00
Pemotongan atas honor bersifat final.
Jurnal Beban honor 9.000.000
Utang PPh final 1.350.000
Kas 7.650.000
Pencatatan Transaksi PPh 21
159

 Pembayaran Imbalan oleh Pemberi Kerja


 Jumlah yang ditanggung pemberi kerja

 Menambah beban gaji.


 Jumlah yang ditanggung pegawai

 Mengurangi kas yang diterima pegawai.


 Jumlah komitmen pada pihak lain

 Diakui sebagai utang (misal pajak, iuran pensiun,


dan asuransi).
Ilustrasi
(Pencatatan Transaksi Iuran Pensiun)
160

PT. Awangga membayarkan gaji bruto sebesar Rp


3.500.000,00, dengan iuran pensiun sebesar Rp 65.000,00
dan PPh 21 sebesar Rp 42.250,00. Bagaimanakah PT. Awangga
melakukan penjurnalan jika:
a. Iuran pensiun ditanggung dan dibayarkan oleh
perusahaan.
b. Iuran pensiun ditanggung dan dibayarkan oleh pegawai.
c. Iuran pensiun ditanggung oleh pegawai, namun dan
dibayarkan oleh perusahaan.
Ilustrasi
(Pencatatan Transaksi Iuran Pensiun)
161

Jawaban :
a. Beban gaji 3,500,000
Beban tunjangan iuran pensiun 65,000
Kas 3,457,750
Utang iuran pensiun 65,000
Utang PPh 21 42,250
b. Beban gaji 3,500,000
Kas 3,457,750
Utang PPh 21 42,250
c. Beban gaji 3,500,000
Kas 3,392,750
Utang iuran pensiun 65,000
Utang PPh 21 42,250
Ilustrasi
(Pencatatan Transaksi Iuran Asuransi)
162

Fa. Wirata membayarkan gaji bruto sebesar Rp 2.275.000,00 dan


iuran pensiun sebesar Rp 35.000,00, dengan PPh 21 sebesar Rp 21.450,00.
Pegawai membayar sendiri asuransi kecelakaan dan kematian, masing –
masing sebesar Rp 15.000,00 dan Rp 17.500,00 melalui perusahaan.
Bagaimanakah Fa. Wirata melakukan penjurnalan?

Jawaban Beban
: gaji 2,275,000
Beban tunjangan iuran pensiun 35,000
Kas 2,221,050
Utang iuran pensiun 35,000
Utang PPh 21 21,450
Utang asuransi kecelakaan 15,000
Utang asuransi kematian 17,500
Ilustrasi
(Pencatatan Transaksi Imbalan Tidak Berkesinambungan)
163

PT. Saptarengga melakukan pembayaran yang bersifat


tidak berkesinambungan bagi akturaris yang secara insidental
dipekerjakan oleh perusahaan. Pembayaran diberikan dalam
bentuk honorarium sebesar Rp 17.500.000,00. Bagaimanakah
Perusahaan melakukan penjurnalan?

PPh 21 yang dipotong : 5% x 5% x 17.500.000


Jawaban :
: Rp 437.500,00
Pencatatan
Beban gaji 17,500,000
Kas 17,062,500
Utang PPh 21 437,500
Ilustrasi
(Pencatatan Transaksi Iuran Jamsostek)
164

Aradea memiliki gaji pokok sebesar Rp 4.550.000,00. Iuran


pensiun yang dibayar sendiri dan dibayar perusahaan masing – masing
sebesar Rp 55.000,00 dan Rp 95.000,00. Perusahaan mengikutkan
program asuransi kematian, kecelakaan, dan JHT masing – masing sebesar
0,5%, 0,3 % dan 3,7% dari gaji pokok. Iuran JHT yang dibayar pegawai
melalui perusahaan sebesar 2% dari gaji pokok. Pajak untuk bulan tersebut
adalah Rp 33.950. Bagaimanakah penjurnalan dilakukan?
Jawaban : Beban gaji 4,550,000
Beban tunjangan iuran pensiun 95,000
Beban tunjangan asuransi JKM 22,750
Beban tunjangan asuransi JKK 13,650
Beban tunjangan asuransi JHT 168,350
Kas 4,370,050
Utang iuran pensiun 150,000
Utang asuransi JKM 22,750
Utang asuransi JKK 13,650
Utang asuransi JKK 259,350
Utang PPh 21 33,950
165

LANDASAN HUKUM:
PASAL 26 UU PPH
Definisi
166

Pajak yang dikenakan atas penghasilan berasal dari Indonesia yang


diterima atau diperoleh WP luar negeri selain BUT.

Subjek PPh 26 dapat merupakan WP luar negeri orang


pribadi atau WP organisasi internasional.

Cara Pemenuhan
Kewajiban atas PPh 26 dapat dipenuhi melalui
pemotongan oleh pihak pemberi penghasilan.
Pemotong, Penyetor, dan Pelapor
167

Badan Pemerintah.

Subjek pajak dalam negeri.

Penyelenggara kegiatan.

Bentuk Usaha Tetap.

Perwakilan perusahaan luar negeri.


Saat Terutang, Penyetoran, dan Pelaporan
168

PPh 26 terutang di saat yang lebih dahulu terjadi antara


akhir bulan diterimanya penghasilan atau akhir bulan
diperolehnya penghasilan.

Atas PPh 26 yang dipotong, wajib disetorkan paling


lambat tanggal 10 masa pajak berikutnya setelah saat
terutang.

Pemotong wajib melakukan pelaporan SPT Masa paling


lambat 20 hari setelah masa pajak berakhir.
Tarif, Dasar dan Sifat Pengenaan (1)
169

20% dari jumlah bruto, dan bersifat final,


atas:
• Dividen
• Bunga, premium, diskonto, dan imbalan lain terkait
pengembalian utang.
• Royalti, sewa, dan penghasilan lain terkait
penggunaan harta.
• Imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, atau
kegiatan.
• Hadiah dan penghargaan.
• Pensiun dan pembayaran berkala lain.
• Premi swap dan transaksi lindung nilai lain.
• Keuntungan atas pembebasan utang.
Ilustrasi
(Penghasilan Bunga)
170

Friedrich merupakan seorang seorang pengusaha yang memiliki


kegiatan bisnis di Asia Timur melalui pemberian dana pinjaman berbunga
rendah. Selama 2013, Friedrich telah meminjamkan dana dengan rata –
rata pokok pinjaman tertimbang sebesar $ 3.000.000 dan tingkat bunga
rata – rata 7,5% p.a. Kurs KMK ditetapkan konstan sepanjang tahun pada
tingkat Rp 10.100,00/ $. Berapakah total beban PPh 26 yang seharusnya
dipotong oleh para debitur Friedrich? Bagaimana penjurnalan oleh
debitur?
Jawaban :
Pajak terutang = 20% x (7,5% x 3.000.000 x 10.100)
= 20% x 2.272.500.000
= Rp 454.500.000,00
Jurnal Beban bunga 2.272.500.000
Utang PPh 26 454.500.000
Kas 1.818.00.000
Ilustrasi
(Pendapatan Jasa)
171

Barbarossa merupakan seorang dokter berkewarganegaraan


asing yang selama periode Januari – Maret 2013 tinggal di Indonesia
untuk memberikan jasa pendampingan riset bagi suatu rumah sakit yang
baru berdiri. Barbarossa menerima pembayaran senilai $ 32.750 yang
dibayarkan sekaligus di muka kontrak. Kurs KMK yang berlaku di awal
januari adalah Rp 10.350,00/ $. Berapakah total beban PPh 26 yang
seharusnya dikenakan atas penghasilan Barbarossa? Bagaimana
penjurnalan oleh pemberi kerja?
Jawaban :
Pajak terutang = 20% x (32.750 x 10.350)
= 20% x 338.962.500
= Rp 67.792.500,00
Jurnal Beban gaji 338.962.500
Utang PPh 26 67.792.500
Kas 271.170.000
Tarif, Dasar, dan Sifat Pengenaan (2)
172

20% dari perkiraan penghasilan netto, dan bersifat


final, atas:
• Penghasilan atas penjualan harta, selain yang diatur oleh Pasal 4
Ayat (2).
• Premi asuransi dan premi reasuransi kepada perusahaan asuransi
luar negeri.
• Penghasilan atas penjualan saham perusahaan antara di tax haven
country yang berhubungan istimewa dengan badan atau BUT di
Indonesia.

20% dari PKP setelah pajak, dan bersifat final, atas:

• Penghasilan atas Bentuk Usaha Tetap.


• Dikecualikan dari pengenaan, jika penghasilan tersebut ditanamkan
kembali di Indonesia.
Perkiraan Penghasilan Netto
173

Premi asuransi dan premi reasuransi kepada perusahaan


asuransi luar negeri.
• Atas premi yang dibayar tertanggung kepada perusahaan
asuransi luar negeri
• Perkiraan Penghasilan Netto = 50% x Premi
• Atas premi yang dibayar perusahaan asuransi dalam negeri
kepada perusahaan asuransi luar negeri
• Perkiraan Penghasilan Netto = 10% x Premi
• Atas premi yang dibayar perusahaan reasuransi dalam
negerikepada perusahaan asuransi luar negeri
• Perkiraan Penghasilan Netto = 5% x Premi

Atas penghasilan penjualan saham perusahaan antara di tax


haven country yang berhubungan istimewa dengan badan
atau BUT di Indonesia.
• Perkiraan Penghasilan Netto = 25% x Harga Jual
Ilustrasi
(Premi Asuransi)
174

Von Bleucher merupakan seorang WNA direktur pemasaran bagi


perusahaan yang didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia. Atas
rencananya untuk menetap permanen di Indonesia, Von Bleucher merasa
perlu mengasuransikan kesehatan keluarganya dengan mengikuti
program asuransi yang diselenggarakan perusahaan asuransi di negara
asalnya dengan nilai premi $ 1.650 per tahun. Kurs KMK yang berlaku
saat pembayaran premi adalah senilai Rp 10.300,00/ $. Berapakah besar
PPh 26 yang seharusnya dipotong terhadap perusahaan asuransi luar
negeri tersebut jika:
a. Premi tersebut dibayarkan oleh Von Bleucher sendiri.
b. Premi dibayarkan melalui suatu perusahaan asuransi di
Indonesia yang melakukan pembayaran kepada perusahaan
asuransi luar negeri.
Ilustrasi
(Premi Asuransi)
175

Jawaban :

a. Pajak terutang = 20% x (50% x 1.650 x 10.300)


= 20% x 8.497.500
= Rp 1.669.500,00

b. Pajak terutang = 20% x (10% x 1.650 x 10.300)


= 20% x 1.669.500
= Rp 339.900,00
Ilustrasi
(Laba BUT)
176

PT. Universal merupakan unit BUT yang dimiliki oleh


suatu perusahaan asing. Di tahun 2013, PT. Universal
mencatatkan peredaran bruto sebesar Rp 24.000.000.000,00
serta total biaya operasi dan non operasi sesuai laporan
finansial sebesar Rp 20.350.000,00. Atas pemeriksaan ulang,
nilai tersebut perlu mendapatkan koreksi fiskal positif senilai
Rp 2.585.000.000,00. Jika penghasilan BUT seluruhnya
dikirimkan kepada perusahaan induk, berapakah PPh 26 yang
seharusnya dipotong terhadap penghasilan PT. Universal?
Bagaimana PT. Universal melakukan penjurnalan?
Ilustrasi
(Laba BUT)
177

Jawaban :
Peredaran bruto Rp 24.000.000.000
Biaya operasi dan non operasi (Rp 20.350.000.000)
Koreksi fiskal positif Rp 2.585.000.000
Penghasilan Kena Pajak Rp 6.235.000.000

Bagian PKP terkena keringanan tarif pasal 31E


= 4.800.000.000/ 24.000.000 * 6.235.000.000
= Rp 1.247.000.000

PPh badan atas penghasilan BUT


= 50% x 25% x 1.247.000.000 + 25% x (6.235.000.000 - 1.247.000.000)
= 12,5% x 1.247.000.000 + 25% x 4.988.000.000
= 155.875.000 + 1.247.000.000
= Rp 1.402.875.000
Ilustrasi
(Laba BUT)
178

Jawaban :
Penghasilan sebelum pajak Rp 6.235.000.000
PPh badan (Rp 1.402.875.000)
Penghasilan setelah pajak Rp 4.832.125.000
PPh 26 atas penghasilan setelah pajak
= 20% x 4.832.125.000
= Rp 966.425.000,00

Jurnal
Income Summary 3.650.000.000
Laba Ditahan 3.650.000.000
Beban pajak 2.369.300.000
Utang PPh 29 1.402.875.000
Utang PPh 26 966.425.000
Objek PPh 26 Bersifat Tidak Final
179

Penghasilan kantor pusat dari usaha,


kegiatan, penjualan barang, atau pemberian
jasa yang serupa dengan kegiatan BUT.

Penghasilan kantor pusat selama terdapat


hubungan efektif antara BUT dengan harta
atau kegiatan sumber penghasilan.

Penghasilan WP LN orang pribadi atau


badan yang berubah menjadi WP DN orang
pribadi atau BUT.
Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda (P3B)
180

P3B mengatur
WP luar negeri dapat tarif dan hak
dikenai pajak di pemajakan,
Indonesia sekaligus di sehingga
negara asal. pengenaan
pajak hanya
satu kali.

Tarif PPh 26 menjadi


tidak berlaku ketika
terdapat P3B.
Ilustrasi
(Penerimaan Royalti)
181

Zheng He merupakan warga negara China yang memiliki HAKI


yang diakui di dunia. Sebuah perusahaan di Indonesia memanfaatkan
HAKI Zheng He dan membayarkan royalti sebesar Rp 195.000.000,00
setiap tahunnya. Pemerintah Indonesia dan China terikat P3B dengan
ketentuan atas royalti dipungut pajaknya oleh Pemerintah Indonesia
dengan tarif 10%. Bagaimanakah perusahaan tersebut melakukan
penjurnalan?

Jawaban :
Pajak terutang = 10% x 195.000.000
= 19.500.000
Jurnal oleh perusahaan
Beban royalti 195.000.000
Utang pajak 19.500.000
Kas 175.500.000
Referensi
182

Fitriandi, Primandita dkk. 2011. “Kompilasi Undang – Undang


Perpajakan Terlengkap” . Jakarta: Penerbit Salemba Empat.

Kieso, Weygandt, and Warfield. 2010. “Intermediate Accounting


IFRS Edition”. New York: Wiley and Sons.

Waluyo. 2011. “Perpajakan Indonesia”. Jakarta: Penerbit Salemba


Empat.
Terima Kasih
173

Anda mungkin juga menyukai