SISTEM
INFORMASI
Overview
Mengembangkan sistem dalam organisasi merupakan kegiatan
membangun sistem informasi agar dapat dimanfaatkan oleh
organisasi tersebut. Pengembangan sistem informasi yang paling
banyak dilakukan adalah system development life cycle (SDLC).
Dalam pengembangan sistem, diperlukan suatu metodologi
pengembangan sistem. Metodologi pengembangan sistem yang akan
dibahas pada pertemuan kali ini adalah metodologi pengembangan
sistem terstruktur
a. Studi Pendahuluan
Tahap awal dalam analisis sistem adalah studi pendahuluan
mengenai jenis, ruang lingkup, dan pemahaman awal dari proyek
pengembangan sistem teknologi informasi sehingga akan
didapatkan hasil pemahaman sistem secara awal, perkiraan biaya
yang dibutuhkan dan lamanya waktu yang diperlukan untuk
pengembangan sistem teknologi informasi
b. Studi Kelayakan
2
Setelah melakukan studi pendahuluan, analis sistem akan
melakukan studi kelayakan yang terdiri dari lima macam
kelayakan yang disebut dengan TELOS (Teknologi, Ekonomis,
Legal, Operasi, dan Sosial) yang berarti bahwa pengembangan
sistem teknologi informasi dapat dilakukan dan layak baik secara
teknologi (teknologi yang dibutuhkan dapat tersedia dan
diperoleh), ekonomi (manfaat yang diperoleh lebih besar dari
biaya yang dikeluarkan dan dana yang dibutuhkan tersedia), legal
(tidak melanggar peraturan dan hukum yang berlaku), operasi
(dapat dioperasikan dan dijalankan) dan sosial (tidak
berpengaruh negatif terhadap lingkungan sosialnya).
Manfaat yang dapat diperoleh dari sistem teknologi informasi
dapat berupa a) manfaat berwujud (tangible benefits), yaitu
manfaat yang dapat diukur dengan nilai uang, contoh: manfaat
penurunan biaya produksi, atau manfaat peningkatan penjualan;
dan b) manfaat tidak berwujud (intagible benefits), yaitu manfaat
yang tidak dapat langsung diukur dengan nilai uang, contoh:
manfaat peningkatan pengambilan keputusan, manfaat
peningkatan kepuasan pelanggan.
Metode nilai ekspektasi (expected value) digunakan untuk
mengukur manfaat tidak berwujud. Metode nilai ekspektasi
mengidentifikasi kejadian-kejadian (outcomes) yang akan terjadi
akibat manfaat tidak berwujud dikalikan dengan kemungkinan
(probability) terjadinya. Contoh manfaat tidak berwujud adalah
peningkatan kepuasan pelanggan. Akibat dari adanya
peningkatan kepuasan pelanggan adalah meningkatnya
penjualan. Untuk menghitung nilai kepuasan pelanggan adalah
dengan menghitung nilai kenaikan penjualan yang terjadi. Misal
bulan sebelumnya penjualan sebesar Rp 20.000.000. Jika
pelanggan merasa “sangat puas” maka diasumsikan penjualan
naik 25%, yaitu sebesar 25% x 20.000.000 = 5.000.000. Jika
pelanggan merasa “puas”, maka diasumsikan penjualan naik
3
20%, yaitu sebesar 20% x 20.000.000 = 4.000.000. Jika
pelanggan merasa “cukup puas”, maka diasumsikan penjualan
akan naik sebesar 10%, yaitu sebesar 10% x 20.000.000 =
2.000.000
4
sistem tersebut harus sesuai dengan kebutuhan pemakai
sehingga diperlukan analisis kebutuhan informasi pemakai agar
informasi yang dihasilkan relevan dengan pemakai
5
Tahap 3: Implementasi Sistem
1. Konversi paralel
Pendekatan ini dilakukan dengan cara mengoperasikan sistem
yang baru bersama-sama dengan sistem yang lama selama
satu periode waktu tertentu sehingga dapat dilihat apakah
sistem yang baru dapat beroperasi dengan benar sebelum
sistem yang lama dihentikan. Keuntungan yang dapat
diperoleh adalah minimnya risiko penerapan karena jika sistem
yang baru gagal, sistem yang lama dapat beroperasi. Namun
dikarenakan terdapat dua sistem yang berjalan bersama, maka
6
biaya operasi sistem menjadi lebih mahal. Pendekatan ini lebih
banyak dilakukan untuk sistem yang kompleks dan besar.
2. Konversi pilot
Pendekatan ini dilakukan secara bertahap pada suatu lokasi
sebagai suatu percontohan dan apabila berhasil akan
dilanjutkan ke lokasi berikutnya. Pendekatan ini biasanya
dilakukan apabila suatu sistem yang sejenis akan diterapkan di
banyak bagian/lokasi/departemen. Keuntungan yang dapat
diperoleh adalah risiko sedang kegagalan penerapan sistem,
yaitu kegagalan sistem mungkin hanya terjadi di awal
dikarenakan kesalahan dari lokasi sebelumnya dapat diperbaiki
terlebih dahulu sehingga di lokasi selanjutnya tidak terjadi
kesalahan. Dikarenakan penerapan sistem dilakukan secara
bertahap, akan sangat memakan waktu untuk dapat
diterapkan di seluruh lokasi.
3. Konversi bertahap
Pendekatan ini dilakukan dengan menerapkan masing-masing
modul dari sistem secara bertahap dan urut. Apabila modul
pertama berhasil, akan disusul menerapkan modul selanjutnya
sampai semua modul selesai diterapkan. Keuntungan yang
dapat diperoleh adalah risiko sedang kegagalan penerapan
sistem, yaitu kegagalan sistem mungkin hanya terjadi pada
modul awal karena kesalahan pada modul sebelumnya
tersebut dapat diperbaiki terlebih dahulu. Dikarenakan
penerapan sistem dilakukan secara bertahap per modul, maka
waktu konversi akan menjadi lama.
4. Konversi langsung
Pendekatan ini dilakukan dengan cara langsung mengganti
sistem yang lama dengan sistem yang baru. Keuntungan yang
dapat diperoleh adalah biaya konversi tidak terlalu besar.
Namun, adanya risiko tinggi kegagalan penerapan sistem
7
dikarenakan apabila sistem yang baru gagal, maka kegiatan
dapat berhenti dikarenakan sistem yang lama telah digantikan.
Kelebihan Kekurangan
8
sistem dan alat-alat) untuk
mengembangkan sistem
sehingga sistem harus
digabungkan dengan metodologi
yang ada yaitu metodologi
pengembangan sistem
terstruktur (misalnya)
9
METODOLOGI PENGEMBANGAN SISTEM
INFORMASI TERSTRUKTUR
Dikarenakan SDLC hanya menyediakan tahapan-tahapan (apa yang
harus dilakukan) dalam mengembangkan sistem, tetapi tidak
memberikan cara (bagaimana mengembangkannya) dan alat (apa
yang harus digunakan) untuk mengembangkannya maka diperlukan
metodologi pengembangan sistem agar sistem berjalan dengan
efektif dan efisien. Metodologi yang paling banyak digunakan adalah
metodologi pengembangan sistem terstruktur.
Cara atas turun dimulai dari atas, yaitu mulai dari kebutuhan
informasi pemakai dan turun sampai ke data untuk memenuhi
kebutuhan informasi tersebut. Jika dihubungkan dengan
perancangan enam komponen sistem teknologi informasi, cara atas
turun dimulai dengan perancangan komponen output, komponen
model, komponen basis data, komponen input, komponen teknologi
dan komponen pengendalian
Cara bawah naik (bottom up) dimulai dari bawah yaitu dari
ketersediaan data naik hingga informasi yang dibutuhkan pemakai.
Jika dihubungkan dengan perancangan enam komponen sistem
teknologi informasi, cara bawah naik dimulai dengan perancangan
komponen input, komponen basis data, komponen output,
komponen model, komponen teknologi dan komponen pengendalian
10
Cara atas turun lebih disarankan daripada cara bawah naik
dikarenakan cara tersebut dimulai dari kebutuhan informasi pemakai
yang harus dipenuhi. Sedangkan cara bawah naik dimulai dari data
yang tersedia sehingga kebutuhan informasi pemakai belum tentu
terpenuhi apabila data tidak tersedia.
Cara Dekomposisi
11
Alat –alat tersebut digunakan analis sistem untuk berkomunikasi
dengan pemakai sistem dan teknisi sistem (pemrogram dan teknisi
lainnya). Alat-alat yang digunakan untuk berkomunikasi dengan
pemakai sistem: diagram arus data (data flow diagram), kamus data
(data dictionary) dan bagan alir sistem (systems flow chart). Alat-
alat yang digunakan untuk berkomunikasi dengan teknisi sistem:
diagram arus data (data flow diagram), kamus data (data
dictionary), bagan alir program (program flow chart), bagan
terstruktur (structured chart), structured english, pseudo code dan
tabel keputusan (decision table)
12
Bagan alir dokumen order penjualan
13
sistem secara pertama kali secara lebih besar (disebut juga top
level) dan memecah-mecahnya menjadi bagian-bagian yang
lebih kecil dalam bentuk modul-modul (disebut juga lower
level). Karena cara kerja DFD adalah dekomposisi, maka alat
ini sangat tepat untuk pendekatan struktur yang juga
menyarankan cara dekomposisi seperti ini.
Hal yang akan digambar pertama kali oleh DFD adalah diagram
level atas yang juga disebut dengan diagram konteks. Dari
diagram konteks tersebut kemudian akan digambar menjadi
lebih terperinci lagi yang disebut dengan overview diagram
atau diagram level 0. Dari diagram level 0 tersebut dapat
dipecah-pecah kembali menjadi diagram-diagram yang lebih
terperinci menjadi diagram level 1, diagram level 2, dst sampai
dianggap sudah cukup terperinci sehingga tidak dapat dipecah
lagi
14
Dari diagram level 0, sistem penjualan terlihat bahwa sistem ini
terdiri dari 3 proses utama, yaitu: 1) memproses order, 2)
memverifikasi kredit, 3) merekamkan dan memposting ke buku
besar. Sistem ini melibatkan empat entitas dan tujuh file basis
data, yaitu file induk langganan (D1), file transaksi order
penjualan (D2), file transaksi penjualan (D3), file transaksi
piutang dagang (D4), file transaksi barang (D5), file induk
15
persediaan (D6), dan file induk buku besar (D7). Beberapa
data juga mengalir dari satu entitas ke proses (data order
langganan) atau dari proses ke proses (misalnya data order
penjualan) atau dari proses ke entitas (misalnya data
tembusan permintaan sediaan) atau dari proses ke file basis
data (misalnya data transaksi penjualan) atau dari file basis
data ke proses (misalnya data order penjualan).
3. Kamus data
Data yang mengalir di dalam diagram arus data perlu
dijelaskan detailnya menggunakan kamus data. Kamus data
merupakan katalog fakta tentang data yang mengalir di sistem.
Kamus data ini menjelaskan atribut dari data, yaitu tentang
nama dari arus data, aliasnya, bentuk media data (dokumen
dasar atau laporan atau layar komputer, variabel atau
parameter), arusnya (dari mana ke mana), penjelasannya,
periode waktunya, volume datanya dan struktur datanya.
16
membuat program komputer atau basis data. Umumnya yang
pertama kali dilakukan oleh teknisi sistem adalah memahami logika
alur program di bagan alir program, bagan terstruktur dan tabel
keputusan. Setelah teknisi sistem memahami logika alur program,
teknisi sistem harus membuat kode-kode dari program dengan
melihat alur program yang sudah dituliskan dalam bentuk structured
english dan pseudo code. Analis sistem sudah mengubah alur dari
program yang lebih umum di bagian alir program, bagan terstruktur
dan tabel keputusan menjadi alur program yang lebih detail di
structured english dan pseudo code. Teknisi sistem hanya mengubah
kata-kata di structured english dan pseudo code dengan kata-kata
yang digunakan di bahasa pemrograman yang dipilih tanpa
mengubah alur logika program.
17
Bagan alir program menghitung nilai penjualan
2. Bagan terstruktur
Untuk keperluan pembuatan program, proses di bagan alir
program yang lebih terperinci dengan menunjukkan variabel-
variabel atau parameter-parameter yang akan digunakan di
program dapat digambarkan dalam bentuk bagan terstruktur.
Bagan terstruktur digunakan untuk mendefinisikan dan
mengilustrasikan hubungan elemen data dan elemen kontrol
antar modul-modul sistem secara berjenjang.
18
3. Tabel keputusan
Tabel keputusan adalah tabel yang digunakan sebagai alat
bantu untuk menyelesaikan logika penyeleksian kondisi dalam
program. Jika program mengandung banyak sekali
penyeleksian kondisi yang harus dilakukan, penulisan langsung
ke pseudo code akan sangat sulit dan mempunyai risiko
kesalahan.
4. Pseudo code
Pseudo code dapat diartikan sebagai kode yang mirip dengan
instruksi kode program komputer. Pseudo code berbasis pada
statement-statement dari bahasa program yang akan
digunakan oleh pemrogram. Pseudo code akan sangat berguna
bagi teknisi sistem karena mirip dengan kode-kode program
yang digunakan oleh pemrogram.
Variasi lain dari pseudo code adalah structured english.
Bedanya adalah pseudo code berbasis pada statemen kode
program, sedangkan structured english berbasis pada bahasa
Inggris
19