Mengaku Percaya (Manghatindanghon Haporseaon / Sidi) adalah suatu
kesempatan yang diberikan kepada seseorang untuk Menyaksikan Iman Kepercayaannya sendiri. Maka sejak saat itu orang yang telah mengaku percaya telah mempertanggung jawab kan imannya pada Tuhan, Serngkali kita mendengar “Saat masih kecil dosa kita ditanggung oleh orang tua”. Sebenarnya kjia telah menanggung dosa sejak saat kita kecil, yaitu dosa nenek moyang kita, Adam dan Hawa. Mengaku percaya berarti kita telah mempertanggungjawabkan iman kita kepada Tuhan dengan menyaksikan iman kita sendiri. Menyaksikan iman adalah kita bersaksi sebagai orang beriman bahwa kita Percaya Pada Tuhan. sebab di dalamnya terdapat hal-hal yang berkenaan dengan perkataan dan perbuatan ( dimana perkataan dan perbuatan harus sejalan. Sebab oleh Imanlah telah diberikan kesaksian dan oleh karena Imanlah, manusia beroleh pengertian, menemukan jalan terang, beroleh pengharapan, keselamatan dan kesempurnaan. (Ibr. 11: 2 – 40 ). Istilah “Mengaku’ dan “Menyaksikan” atau “Bersaksi”, ini berasal dari bahasa Yunani, dari kata “MARTURIA” yang artinya : Menaklukkan diri kepada Tuhan, Allah yang dipercayaai sebagai kebenaran, dan sekaligus bersedia mati karena mempertahankan kebenaran Iman tersebut. Inilah yang di sebut dengan istilah ”Martir” (Mati Martir/Mati Syahid) yang berarti Mati karena mempertahankan Kebenaran. (bnd. Stefanus Mati Martir dalam Kisah Para Rasul 7: 54 – 60 ). Hal Mengaku Percaya ini adalah didasarkan atas alasan-alasan yang manjadi tujuannya, dimana tujuan Mengaku Percaya adalah : 1. Untuk melanjutkan penerimaan sesaorang menjadi orang Kristen Dewasa, atau sebagai tindak lanjut dari pada Sakramen Babtisan Kudus. 2. Pada saat seseorang masih akan-anak dan belum mangaku percaya, yang mewakili si anak euntuk mengaku percaya adalah orang tuanya sendiri. Olehj sebab itu, dalam ajaran Kristen masa perwakilan ini harus di akhiri yaitu dengan hal “ Mengaku Percaya “ oleh seseorang tersebut. 3. Hal Prengakuan Percaya atau Mengaku Percaya adalah hak seseorang namun tanpa wajib dan Mengaku Percaya adalah suatu hal yang harus di-pertanggung- jawab-kan kepada Tuhan., juga tanpa perwakilan. Untuk inilah Gereja memberi kesempatan Mengaku Percaya. Dalam hal ini kesempatan untuk mengaku percaya diberikan kepada setiap orang yang sudah menerima babtisan ketika masih anak-anak, sedangkan kepada seseorang yang di babtis ketika orang tersebut sudah dewasa, kesempatan untuk mengaku percaya dapat dilanjutkan secara langsung atau sekaligus dalam / setelah Babtisan tersebut. Orang yang Mengaku Percaya dan yang sudah Menyaksikan Iman berarti: Dia sudah menaklukkan dirinya kepada Tuhan sebagai Kebenaran. Dalam hal ini orang yang bersaksi tersebut harus percaya bahwa dia hidup adalah karena kebenaran, hidup di dalam kebenaran dan hidup demi kebenaran dan menyakini bahwa Tuhan, Allah sendirilah Kebenaran tersebut.