Anda di halaman 1dari 16

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN MORBILI

MASALAH IPOTERMIA BERHUBUGAN DENGAN GANGGUAN


INTERGRITAS KULIT
DI RUANG ANAK RSUD NABIRE.

LAPORAN PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN ANAK

OLEH :
YELINCE KOGOYA
PO7120421080

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTUR JENDERAL TENAGA KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN JAYAPUARA
PRODI DII-KEPERAWATAN NABIRE
TAHUN 2023
PENGESAHAN

Telah dipertahankan didepan tim penguji prensetasi kasus


Di Ruang NICU RSUD nabire

Pada tanggal 17 april 2023

TIM Penguji

PENGUJI I : Hendro Hutabarat,A.Md.Kep (....................................)


NIP.
PENGUJI II :Ibu Ningsi (.....................................)
NIP.

Megetahui
Ka. Prodi D-III Keperawatan Nabire

Sukatemi,S.Kep. Ns M Kep
NIP. 197105051991031004
SISTEMATIKA LAPORAN PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN
COVER
LEMBAR PENGESAHAN
DAAFTAR ISI
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN
BAB II TINJAUAN PUSTAKAN
BAB III TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
BAB IV PENUTUP
LAMPIRAN
NBAB I
PENDAHULUA
A. Latar Belakang Masalah
Morbili (campak) adalah infeksi virus akut, ditandai oleh demam tinggi dan ruam
makulopapel yang timbul secara berurutan mulai dari leher, wajah, badan,
anggota atas dan bawah (Widagdo, 2012). Penyakit morbili disebabkan oleh
virus campak golongan Paramyxovirus. Penularan dapat terjadi melalui udara
yang telah terkontaminasi oleh droplet (ludah) orang yang telah terinfeksi.
Sebagian besar kasus campak menyerang anak-anak usia pra sekolah dan usia
sekolah (IDAI, 2010).
Berdasarkan data statistik Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) dalam buku
Rampengan (2007), morbili menduduki urutan ke-5 dari 10 macam penyakit
utama pada bayi (0,7%), urutan ke 5 dari 10 macam penyakit utama pada anak 1-
4 tahun (0,77%). Penyakit morbili merupakan salah satu penyebab kematian
pada anak-anak di seluruh dunia. Sebanyak 139.300 orang diperkirakan
meninggal akibat campak pada tahun 2010 sebagian besar anak dibawah usia
lima tahun. Menurut regional and global summaries of measles incidence WHO,
angka insidens campak diwilayah South-East Asia/ Asia Tenggara (SEARO)
mencapai 75.770 kasus (WHO, 2010).

B. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan karya tulis ilmiah ini adalah sebagai berikut:
1. Tujuan Umum
Setelah melakukan asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar
selama 3 hari diharapkan penulis mendapatkan gambaran dan pengalaman
yang nyata dalam memberikan pemenuhan kebutuhan dasar pada An. S
dengan Morbili melalui proses pendekatan keperawatan.
2. Tujuan Khusus
Setelah melakukan pemenuhan kebutuhan dasar melalui proses pendekatan
keperawatan diharapkan penulis:
a. Mampu melakukan pengkajian pada klien Morbili.
b. Mampu menentukan masalah keperawatan pada klien anak dengan
Morbili.
c. Mampu menentukan rencana asuhan keperawatan pada klien anak dengan
Morbili.
d. Mampu melakukan tindakan keperawatan yang telah direncanakan pada
klien anak dengan Morbili.
e. Mampu melaksanakan evaluasi dari implementasi keperawatan pada
klien anak dengan Morbili.
f. Mampu mengidentifikasi kesenjangan yang terdapat antara teori dan
kasus dalam praktek.
g. Mampu mengidentifikasi faktor-faktor pendukung maupun penghambat
serta dapat mencari solusi atau alternatif pemecahan masalah pada anak
dengan Morbili.
h. Mampu mendokumentasikan semua kegiatan pemenuhan kebutuhan
dasar pada anak dengan Morbili.
BAB II
LANDASAN TEORI

Pada bab ini penulis menguraikan mengenai konsep kebutuhan dasar manusia dan
konsep dasar yang berhubungan dengan asuhan keperawatan pada anak dengan morbili.
Adapun uraian tersebut sebagai berikut:

A. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia


Manusia mempunyai kebutuhan tertentu yang harus dipenuhi secara memuaskan
melalui proses homeostatis, baik fisiologis maupun psikologis. Adapun kebutuhan
merupakan suatu hal yang sangat penting, bermanfaat atau diperlukan untuk menjaga
homeostatis dan kehidupan itu sendiri. Orang pertama yang menguraikan kebutuhan
manusia adalah Aristoteles. Sekitar tahun 1950, Abraham Maslow seorang psikolog
dari Amerika mengembangkan teori tentang kebutuhan dasar manusia yang lebih
dikenal dengan istilah Hierarki Kebutuhan Dasar Manusia Maslow. Hierarki tersebut
meliputi lima kategori kebutuhan dasar, yakni:
1. Kebutuhan fisiol ogi s (Physiologic Needs).
Kebutuhan fisiologis memiliki prioritis tertinggi dalam hierarki Maslow.
Umumnya, seseorang yang memiliki beberapa kebutuhan yang belum terpenuhi
akan lebih dulu memenuhi kebutuhan fisiologisnya dibandingkan kebutuhan
yang lain. Kebutuhan fisiologis merupakan hal yang mutlak dipenuhi manusia
untuk bertahan hidup. Manusia memiliki delapan macam kebutuhan, yaitu:
a. Kebutuhan oksigen dan pertukaran gas
b. Kebutuhan cairan dan elektrolit
c. Kebutuhan nutrisi
d. Kebutuhan eliminasi
e. Kebutuhan istirahat dan tidur
f. Kebutuhan aktivitas
g. Kebutuhan kesehatan temperatur tubuh
h. Kebutuhan seksual
Kebutuhan seksual tidak diperlukan untuk menjaga kelangsungan hidup
seseorang, tetapi penting untuk mempertahankan kelangsungan umat
manusia.
2. Kebutuhan rasa aman dan nyaman (Safety and comfortable).
Kebutuhan ini meliputi:
a. Kebutuhan perlindungan diri dari udara dingin, panas, kecelakaan dan infeksi
b. Bebas dari rasa takut dan kecemasan
c. Bebas dari perasaan terancam karena pengalaman yang baru atau asing
Kebutuhan rasa cinta, memiliki dan dimiliki (Love and Belonging Needs).
Kebutuhan ini meliputi:
a. Memberi dan menerima kasih sayang
b. Perasaan dimiliki dan hubungan yang berarti dengan orang lain
c. Kehangatan
d. Persahabatan
e. Mendapat tempat atau diakui dalam keluarga, kelompok, serta lingkungan
sosial
3. Kebutuhan harga diri (Self-Esteem Needs).
Kebutuhan ini meliputi:
a. Perasaan tidak bergantung pada orang lain
b. Kompeten
c. Penghargaan terhadap diri sendiri dan orang lain
4. Kebutuhan aktualisasi diri (Need for Self Actualization).
Kebutuhan ini meliputi:
a. Dapat mengenal dan memahami potensi diri sendiri dengan baik
b. Belajar memenuhi kebutuhan diri sendiri
c. Tidak emosional
d. Mempunyai dedikasi yang tinggi
e. Kreatif
f. Mempunyai kepercayaan diri yang tinggi dan sebagainya
Adapun kebutuhan dasar yang terganggu pada anak dengan morbili mencakup:
1) Gangguan Kebutuhan fisiol ogi s
Beberapa kebutuhan fisiologis yang terganggu pada anak dengan morbili
adalah, sebagai berikut:
a) Gangguan kebutuhan oksigenasi
Pada anak dengan morbili akan mengalami inflamasi pada seluruh
lapisan mukosa tubuhnya. Salah satunya inflamasi akan terjadi pada
lapisan mukosa sistem pernafasan. Proses inflamasi pada saluran
pernafasan dapat menyebabkan peningkatan produksi sekret, hal ini
dapat dimanifestasikan dengan adanya batuk, pilek dan adanya suara
ronchi sehingga pada anak dengan morbili akan mengalami tidak efektif
bersihan jalan nafas yang berdampak terhadap gangguan pemenuhan
kebutuhan oksigenasi pada anak dengan morbili.
b) Gangguan kebutuhan cairan dan elektrolit
Morbili merupakan salah satu penyakit infeksi virus, dimana salah satu
tanda dari infeksi adalah terjadinya peningkatan suhu tubuh, sebagai
dampak adanya peningkatan metabolisme, hal ini menyebabkan
terjadinya kehilangan cairan karena peningkatan IWL. Salah satu
komplikasi dari morbili adalah diare, hal tersebut dapat memperparah
terjadinya kehilangan cairan yang berdampak terhadap pemenuhan
kebutuhan cairan dan elektrolit pada anak dengan morbili.
c) Gangguan kebutuhan nutrisi
Bercak koplik pada mulut merupakan salah satu manifestasi dari morbili.
Kesulitan makan akan terjadi sebagai akibat dari hal tersebut dimana
anak akan merasakan nyeri pada mukosa mulut sehingga akan
berdampak pada pemenuhan kebutuhan nutrisi.
2) Gangguan kebutuhan rasa aman dan nyaman
Beberapa diantara lapisan mukosa tubuh yang terjadi inflamasi adalah sistem
persepsi sensori, hal tersebut dapat dimanifestasikan dengan terjadinya
konjungtivitis dan fotopobia. Sebagai tanda dari inflamasi pada integritas,
anak dengan morbili akan timbul rash/ruam pada seluruh tubuh yang
menyebabkan gatal pada bagian kulit tubuh. Maka pada anak dengan morbili
akan mengalami gangguan pemenuhan kebutuhan rasa aman dan nyaman.

B. KONSEP DASAR
1. Pengertian
Morbili ialah penyakit infeksi virus yang akut dan menular yang pada umumnya
menyerang anak-anak, ditandai oleh tiga stadium prodromal, stadium erupsi dan
stadium konvalensi (Suriadi, 2010).

Morbili adalah virus akut menular yang disebabkan oleh virus morbili
(paramiksovirus) yang terdapat pada sekret nasofaring dan darah selama masa
prodromal selama 24 jam setelah timbul bercak-bercak (Pudiastuti, 2011).

Morbili (campak) adalah infeksi virus akut, ditandai oleh demam tinggi dan ruam
makulopapel yang timbul secara berurutan mulai dari leher, wajah, badan,
anggota atas dan bawah (Widagdo, 2012).
Berdasarkan dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa morbili adalah
penyakit infeksi oleh virus yang akut dan menular yang pada umumnya
menyerang anak-anak, ditandai oleh tiga stadium yaitu stadium prodromal,
stadium erupsi dan stadium konvalensi, dengan gejala-gejala berupa bercak
koplik pada mukosa dan faring, ruam ditandai dengan suhu tubuh meningkat,
konjungtivitas, sampai dengan ruam menghitam dan mengelupas.

2. ETIOLOGI
Penyakit Campak (morbili) disebabkan oleh infeksi virus yang sangat menular,
yaitu paramiksovirus. Virus morbili yang berasal dari sekret saluran pernafasan,
darah dan urine dari orang yang terinfeksi. Penyebaran infeksi melalui kontak
langsung dengan droplet dari orang yang terinfeksi. Masa inkubasi selama 10-20
hari, dimana periode yang sangat menular adalah dari hari pertama hingga hari
ke 4 setelah timbulnya rash (pada umumnya pada stadium kataral) (Pudiastuti
2011 dan Suriadi 2010).

3. PATOFISIOLOGI
Lesi esensial campak terdapat di kulit, membran mukosa nasofaring, bronkus dan
saluran cerna dan pada konjungtiva yang tersebar oleh virus morbili melalui
udara. Proliferasi sel mononuklear dan beberapa sel polimorfonuklear terjadi
sekitar kapiler. Terjadi reaksi inflamasi berupa peningkatan suhu tubuh dan
metabolisme tubuh sehingga terjadi resiko defisit volume cairan. Virus morbili
menyebar ke berbagai organ melalui hematogen. Reaksi radang menyeluruh
berupa bercak koplik berwarna kelabu dikelilingi eritema pada mukosa bukal dan
faring. Pada saat reaksi radang pada saluran cerna maka hygiene harus sangat
dijaga agar tidak menyebabkan diare pada anak. Reaksi inflamasi akan meluas ke
dalam jaringan limfoid dan membrana mukosa trakeobronkial ditandai dengan
pilek, batuk serta peningkatan frekuensi nafas. Hal tersebut dapat menjadi
komplikasi berupa bronkopneumonia oleh infeksi bakteri sekunder.
Virus Morbili

Ranuh (2013)
4. Manifestasi Klinis
Masa tunas/inkubasi penyakit berlangsung kurang lebih 10-20 hari dan kemudian
timbul gejala - gejala yang dibagi dalam 3 stadium, yaitu:
a. Stadium prodromal (Catarrhal)
Stadium ini berlangsung selama 4-5 hari ditandai oleh demam, malaise,
batuk, konjungtivitis, koriza, terdapat bercak koplik berwarna putih kelabu
sebesar ujung jarum dikelilingi oleh eritema, terletak di mukosa bukalis
berhadapan dengan molor bawah, timbul dua hari sebelum munculnya rash.
b. Stadium erupsi
Koriza dan batuk - batuk bertambah, terjadi eritema yang berbentuk makula
papula disertai meningkatnya suhu badan. Mula mula eritema muncul
dibelakang telinga, di bagian atas lateral tengkuk, sepanjang rambut dan
bagian belakang bawah. Kadang - kadang terdapat perdarahan ringan di
bawah kulit, pembesaran kelenjar getah bening di sudut mandibula dan di
daerah belakang leher.
c. Stadium konvalensi
Erupsi berkurang dan meninggalkan bekas yang berwarna lebih
(hiperpigmentasi) yang akan menghilang dengan sendirinya. Selanjutnya
diikuti gejala anorexia, malise, limfadenopati.
5. Komplikasi
Menurut IDAI (2010), komplikasi yang bisa terjadi pada anak dengan morbili
adalah, sebagai berikut:
a. Laringitis akut
Timbul karena adanya edema hebat pada mukosa saluran nafas, yang
bertambah parah pada saat demam mencapai puncaknya. Ditandai dengan
distres pernafasan, sesak, sianosis dan stridor. Ketika demam turun keadaan
akan membaik dan gejala akan menghilang.
b. Bronkopneumonia
Dapat disebabkan oleh virus campak maupun akibat invasi bakteri. Ditandai
dengan batuk, meningkatnya frekuensi nafas dan adanya ronki basah halus.
Pada saat suhu turun, apabila disebabkan oleh virus, gejala pneumonia akan
menghilang, kecuali batuk yang masih dapat berlanjut sampai beberapa hari
lagi.
c. Ensefalitis
Biasanya terjadi pada hari ke 4-7 setelah timbulnya ruam. Kejadian
ensefalitis sekitar 1 dalam 1.000 kasus campak, dengan mortalitas antara
30-40%. Terjadinya ensefalitis dapat melalui mekanisme imunologik
maupun melalui invasi langsung virus campak ke dalam otak.
d. Otitis media
Invasi virus ke dalam telinga tengah umumnya terjadi pada campak.
Gendang telinga biasanya hiperemis pada fase prodromal dan stadium
erupsi. Jika terjadi invasi bakteri pada lapisan sel mukosa yang rusak karena
invasi virus akan terjadi otitis media purulenta.
e. Enteritis
Beberapa anak yang menderita campak mengalami muntah dan mencret
pada fase prodromal. Keadaan ini akibat invasi virus ke dalam sel mukosa
usus.
f. Konjungtivitis
Pada hampir semua kasus campak terjadi konjungtivitis, yang ditandai
dengan adanya mata merah, pembengkakan kelopak mata, lakrimasi dan
fotopobia. Kadang-kadang terjadi infeksi sekunder oleh bakteri. Virus
campak atau antigennya dapat dideteksi pada lesi konjungtiva pada hari-hari
pertama sakit.
6. Pencegahan
Menurut Rampengan (2008), morbili dapat dicegah dengan pemberian imunisasi,
yang meliputi:
a) Imunisasi aktif
Vaksin yang diberikan ialah “Live Attenuated Measles Vaccine ”. Mula-mula
diberikan strain Edmonson B, tetapi strain ini dapat menimbulkan panas
tinggi dan eksantema pada hari ke-7 sampai ke-10 pascavaksinasi sehingga
strain vaksin ini sering diberikan bersama-sama dengan gamma globulin di
lengan lain. Sekarang digunakan strain Schwarz dan Moraten dan tidak
diberikan bersama gamma globulin. Vaksin ini diberikan secara subkutan
dan dapat menimbulkan kekebalan yang berlangsung lama. Di Indonesia,
digunakan vaksin buatan perum Biofarma yang terdiri dari virus morbili
hidup yang sudah dilarutkan mengandung virus morbili tidak kurang dari
1000 TCID50 dan Neomisin B sulfat tidak lebih dari 50 mikrogram.
Vaksin ini diberikan secara subkutan sebanyak 0,5 ml pada umur 9 bulan.
Pada anak di bawah umur 9 bulan umumnya tidak dapat memberikan
kekebalan yang baik, karena gangguan dari antibodi yang dibawa sejak lahir.
Pemberian vaksin ini akan menyebabkan alergi terhadap tuberculin selama 2
bulan setelah vaksinasi. Bila anak telah mendapat immunoglobulin atau
transfusi darah sebelumnya, vaksin ini harus ditangguhkan sekurang-
kurangnya 3 bulan.
Program pemerintah Indonesia menganjurkan pemberian vaksin campak
sebanyak 1 dosis pada usia 9 bulan, tetapi beberapa ahli berpendapat bahwa
pemberian vaksin campak dosis ke-2 pada usia 15 bulan (bisa diberikan
Measles Mumps Rubella (MMR)) akan memberikan cakupan imunitas lebih
dari 90%. Beberapa negara Eropa menganjurkan pemberian vaksin campak 2
dosis dengan dasar pemikiran dosis ke-2 untuk memberikan proteksi bagi
mereka yang tidak mengalami serokonversi pada imunisasi pertama.
Vaksinasi campak tidak boleh dilakukan bila:
1) Menderita infeksi saluran nafas akut atau infeksi akut lainnya yang
disertai dengan demam lebih dari 38°C
2) Riwayar kejang demam
3) Defisiensi imunologik
4) Sedang mendapat pengobatan kortikosteroid dan imunosupresif
Adapun efek samping dari pemberian imunisasi adalah, sebagai berikut:
1) Hiperpireksia (5-15%)
2) Gejala infeksi saluran pernafasan bagian atas (10-20%)
3) Morbili form rash (3-15%)
4) Kejang demam (0,2%)
5) Ensefalitis (1 di antara 1,16 juta anak)
6) Demam (13,95)
b) Imunisasi Pasif
1) Globulin imun
Antibodi kekebalan yang diperoleh hanya bersifat sementara. Biasanya
antibodi tersebut diberikan pada bayi usia kurang dari 1 tahun yang
terpapar campak, wanita hamil dan anak dengan immunocompromise.
2) Globulin imun intravena
7. Penatalaksanaan Medis
Menurut Rampengan (2008) dan Suriadi (2010), penatalaksanaan medis yang
dapat dilakukan pada klien dengan morbili adalah, sebagai berikut:
a. Memperbaiki keadaan umum.
b. Pemberian vitamin A: <6 bulan : 50.000 IU/hari ≥ 2 hari
6-11 bulan : 100.000 IU/hari ≥ 2 hari
> 12 bulan : 200.000 IU/hari ≥ 2 hari
c. Istirahat baring selama suhu tubuh meningkat dan pemberian antipiretik.
d. Pemberian antibiotik pada anak-anak yang berisiko tinggi atau terdapat
infeksi sekunder.
e. Pemberian obat batuk.
f. Pemberian sedativum.
g. Kortikosteroid dosis tinggi.
.DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. (2008). Konsep dasar keperawatan. Jakarta:EGC

Deswani. (2009). Proses keperawatan dan berfikir kritis. Jakarta: Salemba Medika

Hidayat, Aziz, A., Uliyah, Musrifatul. (2014). Pengantar kebutuhan dasar manusia.
Jakarta: Salemba Medika

Mubarok, Wahit., Chayatin, Nurul. (2008). Buku ajar kebutuhan dasar manusia teori
& aplikasi dalam praktik. Jakarta: EGC

Nurarif, H, A., Kusuma, Hardhi. (2015). Asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa


medis & NANDA NIC-NOC. Jilid 3. Yogyakarta: Mediaction Jogja

Pudiastuti, Ratna, Dewi.(2011). Waspadaipenyakitpada anak. Jakarta: Indeks

Rampengan, SpA(K), Prof, Dr, T, H. (2008). Penyakit infeksi tropikpada anak.


Jakarta: EGC

Ranuh. (2013). Beberapa kesehatan anak. Jakarta: Sagung seto

Soedarmo, P,S,S., Garna, Herry., Hadinegoro, Sri., & Satari, Hindra. (2010). Buku ajar
infeksi & pediatri tropis. Jakarta:IDAI

Suriadi.,Yuliani, Rita. (2010). Asuhan keperawatan pada anak. Jakarta: CV.Sagung


Seto

Wong,D,L., Hockenberry,E,M.,Wilson,D.,Winkelstein,M,L.,&Schwartz, Patricia.


(2009). Buku ajar keperawatanpediatrik. Jakarta: EGC

Widagdo.(2013). Masalah dan tatalaksanapenyakit anak dengan demam. Jakarta:


Sagung set

Anda mungkin juga menyukai