UMI HASANAH
Umi Hasanah
NIM B04160072
ABSTRAK
UMI HASANAH. Resistensi Escherichia coli terhadap Antibiotika pada Kucing
di Beberapa Klinik Hewan di Kota Bogor. Dibimbing oleh SAFIKA dan ANITA
ESFANDIARI
ABSTRACT
UMI HASANAH
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran Hewan
pada
Fakultas Kedokteran Hewan
Disetujui oleh
Diketahui oleh
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga skripsi berjudul Resistensi Escherichia coli terhadap
Antibiotika pada Kucing di Beberapa Klinik Hewan di Kota Bogor ini berhasil
diselesaikan.
Skripsi ini dapat diselesaikan berkat do’a, bantuan, dan dukungan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Syafuan Nur dan Ibu Jaliah selaku orang tua tercinta yang selalu
memberikan doa, semangat, kasih sayang, dan dukungan moral serta
materi.
2. Dr Drh Safika, MKes selaku pembimbing pertama dalam penulisan skripsi
yang telah memberikan bimbingan dan saran selama penelitian dan
penulisan skripsi.
3. Dr Drh Anita Esfandiari, MSi selaku pembimbing kedua dan pembimbing
akademik yang telah membimbing selama penulisan skripsi.
4. Alm. Dr Drh Chusnul Choliq, MS MM selaku pembiming akademik yang
selalu memberikan semangat dan membimbing selama masa perkuliahan.
5. Yamin Yaddi, Juliadi, dan Resma Ismawati selaku teman penelitian yang
selalu saling mendukung selama penelitian.
6. Bapak Agus Somantri dan seluruh staf laboratorium Mikrobiologi yang
telah membantu penulis selama penelitian.
7. Teman terdekat penulis dan teman AB yang selalu memberi semangat,
nasehat, dan tempat berkeluh kesah.
Skripsi ini tidak lepas dari berbagai kesalahan dan kekurangan. Adanya kritik
dan saran yang membangun sangat diharapkan oleh penulis. Semoga skripsi ini
dapat bermanfaat.
Umi Hasanah
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL x
DAFTAR GAMBAR x
DAFTAR LAMPIRAN x
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan Penelitian 2
Manfaat Penelitian 2
TINJAUAN PUSTAKA 2
Escherichia coli 2
Antibiotika 3
Resistensi Antibiotika 4
METODE 5
Waktu dan Tempat 5
Alat dan Bahan 5
Prosedur Penelitian 6
Analisis Data 8
HASIL DAN PEMBAHASAN 8
SIMPULAN DAN SARAN 11
Simpulan 11
Saran 11
DAFTAR PUSTAKA 11
LAMPIRAN 15
RIWAYAT HIDUP 16
DAFTAR TABEL
1 Karakteristik E. coli menurut Barrow dan Feltham (2003) 7
2 Standar interpretasi diameter zona hambat (CSLI 2018) 7
3 Presentase hasil uji kepekaan E. coli terhadap antibiotika 8
DAFTAR GAMBAR
1 Diagram alur identifikasi bakteri E. coli 6
2 Tingkat resistensi E. coli terhadap antibiotika 10
DAFTAR LAMPIRAN
1 Hasil uji resistensi E. coli terhadap beberapa antibiotika 15
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Escherichia coli
Antibiotika
Ampisilin
Ampisilin merupakan antibiotika golongan β-laktam turunan penisilin, yaitu
aminobenzyl penicillin. Antibiotika golongan ini memiliki efek bakterisidal yaitu
terganggunya sintesis dinding sel, khususnya mencegah transpeptidasi, dengan
menghilangkan lapisan peptidoglikan dari dinding sel (Siswandono 2016).
Ampisilin merupakan penisilin broad-spectrum tahan asam dan lebih luas daya
kerjanya yang meliputi bakteri Gram-negatif dan bakteri Gram positif. Ampisilin
efektif terhadap E. coli, H. influenza, Salmonella dan beberapa Proteus, namun
tidak aktif terhadap Pseudomonas, Klebsiella, dan Enterococcus (Tjay dan
Rahardja 2007). Resistensi yang tinggi terjadi pada famili Enterobacteriaceae
karena kemampuannya menghasilkan enzim β-laktamase dan anggota dari bakteri
famili ini sering disebut sebagai bakteri Extended Spectrum Beta Lactamase
(ESBL) (Peterson dan Bonomo 2005).
Tetrasiklin
Antibiotika golongan tetrasiklin memiliki tiga generasi yaitu generasi
pertama merupakan tetrasiklin yang diperoleh melalui proses biosintesis.
Antibiotika yang termasuk ke dalam golongan ini adalah aureomisin
(klortetrasiklin) dan terramisin (oksitetrasiklin). Generasi kedua tetrasiklin
diperoleh secara semisintetis, yaitu doksisiklin, limesiklin, meklosiklin, metasiklin,
4
Oksitetrasiklin
Oksitetrasiklin merupakan grup antibiotika tetrasiklin yang diperoleh dari
bakteri Streptomyces aureofaciens (Pickens dan Tang 2010). Seperti tetrasiklin,
oksitetrasiklin merupakan antibiotika dengan spektrum yang luas, mempunyai
efikasi yang baik terhadap bakteri gram-positif maupun gram-negatif.
Oksitetrasiklin bersifat bakteriostatik pada konsentrasi rendah dan bakterisidal
pada konsentrasi tinggi (Bhaskara et al. 2012). Oksitetrasiklin bekerja dengan
menghambat sintesis protein bakteri pada ribososm subunit 30S dan mengganggu
permeabilitas membran organisme (Syarif et al. 2007).
Siprofloksasin
Siprofloksasin merupakan antibiotika golongan fluorokuinolon yang bekerja
dengan cara menghambat topoisomerase II (DNA gyrase) dan topoisomerase IV
yang diperlukan bakteri untuk proses replikasi, transkripsi dan rekombinasi DNA
pada bakteri (Katzung 2000). Fluorokuinolon merupakan antibiotika yang
mempunyai spektrum luas, namun mempunyai rentang keamanan sangat sempit
sehingga penggunaannya harus sangat hati-hati. Antibiotika ini seharusnya hanya
digunakan untuk infeksi berat yang mengancam kehidupan, Multidrug-resistant
(MDR) atau gagal terapi dengan antibiotik lain atau infeksi bakteri yang
mempunyai respon baik dengan fluorokuinolon (Raini 2016). Antibiotika ini
mampu melawan infeksi dari bakteri Gram negatif maupun Gram positif
(Rachmad 2017).
Gentamisin
Gentamisin merupakan antibiotika golongan aminoglikosida yang diperoleh
dari Micromonospora spp dan Streptomyces spp. Gentamisin aktif terhadap
Pseudomonas, Proteus, dan Staphylococcus yang resisten terhadap penisilin dan
metisilin serta tidak aktif terhadap Microbacterium, Streptococcus, dan bakteri
anaerob (Tjay dan Rahardja 2007). Mekanisme kerja antibiotika ini adalah dengan
menghambat sintesis protein dengan mengikat subunit 30S pada ribosom,
sehingga translokasi mRNA selama sintesis protein tidak terjadi, dan dapat
menyebabkan pembacaan gen yang salah serta produksi protein yang cacat
(Songer dan Post 2005).
Resistensi Antibiotika
akibat pemakaian antibiotika dan bukan merupakan suatu fenomena yang baru
(Spellberg et al. 2013). Dzidic et al. (2008) menyatakan, bahwa mekanisme
terjadinya resistensi terbagi menjadi dua aspek, yaitu aspek biokimia dan aspek
genetik. Aspek biokimianya adalah inaktivasi antibiotika, modifikasi target, efflux
pumps, dan merubah permeabialitas dari outer membrane. Aspek genetik dari
resistensi adalah dengan mutasi dan transfer material genetik secara horisontal.
Resistensi terhadap antibiotika terbagi menjadi resistensi alami dan
resistensi dapatan. Resistensi alami menyebabkan bakteri resisten terhadap
antibiotika tanpa paparan langsung dari antibiotikanya, sedangkan resistensi
dapatan yaitu bakteri yang pernah sensitif terhadap suatu antibiotika menjadi
resisten (Neal 2006). Resistensi alami diekspresikan dengan sulitnya antibiotika
untuk melewati dinding sel dan struktur membran bakteri, serta tidak dapat
ditransmisikan (Singh 2017). Resistensi dapatan terjadi melalui tiga cara, yaitu
konjugasi, transduksi, dan transformasi. Konjugasi adalah pemindahan gen dari
bakteri resisten ke bakteri lain secara langsung melalui pili. Transduksi
merupakan suatu cara pemindahan gen resisten dari satu bakteri ke bakteri lain
melalui bantuan bakteriofag yang memiliki kemampuan untuk menghancurkan sel
bakteri, kemudian membawa gen resisten tersebut untuk dipindahkan ke bakteri
lain. Transformasi merupakan suatu cara pengambilan DNA yang memiliki gen
resisten oleh bakteri dari lingkungan (Burmeister 2015).
Risiko resistensi dapat terjadi karena pemakaian antibiotika dalam usaha
pengobatan suatu infeksi yang tidak bijak, seperti membeli antibiotika tanpa resep
dokter (Acar dan Goldstein 1998). Dampak dari resistensi antibiotika adalah
upaya pengobatan menjadi lebih sulit dan membutuhkan biaya kesehatan yang
lebih tinggi (Noor dan Poeloengan 2004). Penggunaan antibiotika yang tidak
rasional dan tidak terkendali merupakan sebab utama penyebaran resistensi
antibiotika secara global, sehingga terjadi bakteri yang multiresisten terhadap
sekelompok antibiotika (Utami 2011).
METODE
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah alat tulis, bunsen, cotton
swab steril, cawan petri steril, cool box, gelas objek, inkubator, kain lap, kapas,
karet, korek api, kulkas, mikroskop, needle, ose, penggaris, pinset, pipet, plastik,
rak tabung reaksi, tabung eppendorf, tabung reaksi steril, dan vortex mixer.
6
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Buffer Peptone Water
(BPW), Eosin Methylene Blue Agar (EMBA), air, sabun, alkohol 70%, kristal
violet, lugol, safranin, minyak imersi, xylol, akuades steril, Triptic Soy Agar
(TSA), Triple Sugar Iron Agar (TSIA), indol, sitrat, urea, glukosa, laktosa,
maltosa, sukrosa, manitol, medium MR-VP broth, reagen Ehrlich, larutan α-
naphtol, larutan KOH 40%, indikator methyl red, Mueller-Hinton Agar (MHA),
antibiotika ampisilin, siprofloksasin, gentamisin, tetrasiklin, dan oksitetrasiklin.
Prosedur Penelitian
Isolasi dan Identifikasi Escherichia coli dari Sampel Swab Anus Kucing
Isolasi dan identifikasi bakteri mengacu pada metode Lay (1994). Diagram
alur metode identifiksi bakteri Gram negatif untuk mengidentifikasi E. coli dapat
dilihat pada Gambar 1.
Penanaman sampel swab anus pada EMBA
Laktosa
Negatif Positif
Pewarnaan Gram
Negatif Positif
Sebanyak 30 sampel yang berasal dari swab anus kucing sakit yang dirawat
inap diisolasi dan diidentifikasi untuk mendapatkan isolat yang memenuhi
karakteristik E. coli menurut Barrow dan Feltham (2003). Data disajikan pada
Tabel 1.
Mengacu pada metode kultur Barrow dan Feltham (2003), isolat dibiakkan
dalam media EMBA, lalu diinkubasi pada suhu 37 °C selama 18-24 jam. Koloni
berwarna hijau metalik yang terpisah kemudian disubkultur pada agar miring TSA.
Diinkubasi pada suhu 37 °C selama 18-24 jam. Setelah itu, dilakukan uji
biokimiawi yaitu indol, TSIA, urea, sitrat, dan gula-gula. Uji gula-gula terdiri dari
glukosa, laktosa, manitol, maltosa dan sukrosa. Selanjutnya dilakukan uji peneguh
yaitu uji MR-VP yang diinkubasi selama 2-5 hari.
Analisis Data
Analisis data dilakukan secara deskriptif dalam bentuk tabel dan gambar.
Data diperoleh dengan melakukan pengujian tiga kali dalam waktu yang sama dan
pengukuran rata-rata diameter zona hambatan pertumbuhan bakteri oleh
antibiotika.
Hasil dari pengambilan 30 sampel yang berasal dari swab anus kucing
sakit yang dirawat inap dari tujuh klinik hewan di Kota Bogor menunjukkan
sebanyak 25 sampel memiliki karakteristik bakteri E. coli. Identifikasi bakteri
mengacu pada karakteristik secara makroskopis dan mikroskopis. Secara
makroskopis koloni E. coli berwarna hijau metalik dengan titik hitam di tengah
pada media Eosin Methylene Blue Agar (EMBA). Hal ini sesuai dengan pendapat
Suardana et al. (2007) bahwa EMBA merupakan media diferensial tetapi selektif
untuk membedakan E. coli dengan bakteri Gram negatif lainnya. Media EMBA
juga mengandung karbohidrat laktosa, sehingga terjadi perubahan warna hijau
metalik pada media EMBA karena E. coli dapat memfermentasi laktosa yang
mengakibatkan peningkatan kadar asam dalam media yang mengendapkan
methylene blue dalam media EMBA (Cheeptham 2012). Secara mikroskopis
dengan menggunakan pewarnaan Gram, menunjukkan Gram negatif dengan
warna merah muda dan berbetuk batang pendek. James et al. (2008) menyatakan,
warna merah muda tersebut terjadi karena bakteri menahan warna merah safranin.
Uji biokimiawi bakteri E. coli pada uji indol menunjukkan hasil positif
dengan warna merah pada permukaan media setelah diberi reagen Ehrlich, uji
Methyl Red (MR) positif dengan perubahan warna merah, dan uji Voges
Proskauer (VP) menunjukkan hasil negatif yang ditandai dengan tidak adanya
perubahan warna kaldu. Hasil negatif juga ditunjukkan pada uji sitrat dan urea
ditandai dengan tidak adanya perubahan warna pada media. Terdapat perubahan
warna kuning pada slant dan butt pada uji Triple Sugar Iron Agar (TSIA) dan
menghasilkan asam dan pembentukan gas, namun tidak menghasilkan H2S. Uji
fermentasi karbohidrat positif pada glukosa, sukrosa, laktosa, maltosa, dan
manitol. Isolat yang sudah teridentifikasi diuji kepekaannya terhadap 5 antibiotika
dengan tiga kali pengulangan. Antibiotika yang digunakan adalah ampisilin,
tetrasiklin, oksitetrasiklin, siprofloksasin, dan gentamisin.
Berdasarkan data yang didapat (Gambar 2), bakteri E. coli telah resisten
terhadap ampisilin, oksitetrasiklin, serta tetrasiklin dan masih sensitif terhadap
antibiotika siprofloksasin dan gentamisin. Penggunaan antibiotika ampisilin untuk
pengobatan harus dikurangi karena persentase resistensi sudah di atas 50%.
Pengobatan menggunakan golongan tetrasiklin masih dapat dilakukan hanya jika
penyebab bakteri sudah diketahui secara pasti. Antibiotika siprofloksasin dan
gentamisin masih dapat dijadikan pilihan untuk pengobatan dengan penggunaan
yang bijak.
Pengendalian resistensi suatu bakteri terhadap antibiotika diperlukan untuk
mengurangi tingkat resistensi. Cara yang dapat dilakukan adalah pengunaan
antibiotika secara tepat dengan dikonsumsi sesuai indikasi dan anjuran
penggunaan serta dengan dosis yang tepat. Penggunaan antibiotika dengan tingkat
kepekaan intermediate sebaiknya dihindari karena kenaikan dosis antibiotika pada
interpretasi intermediate adalah salah satu penyebab berkembangnya sifat
resistensi bakteri terhadap antibiotika (Krisnaningsih et al. 2005). Menurut Utami
(2011), penggunaan antibiotika yang sudah resisten terhadap bakteri dapat diganti
dengan antibiotika lain dari golongan yang sama, yang lebih baik dengan
spektrum yang lebih luas.
11
Simpulan
Hasil uji resistensi isolat bakteri Escherichia coli yang diperoleh dari
sampel swab anus pada kucing sakit yang di rawat inap dari beberapa klinik
hewan di Kota Bogor menunjukkan bahwa bakteri Escherichia coli telah
mengalami resistensi terhadap antibiotika ampisilin, oksitetrasiklin, dan tetrasiklin.
Antibiotika yang masih dapat dijadikan pilihan yaitu siprofloksasin dan
gentamisin.
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Cheeptham N. 2012. Eosin Methylene Blue Agar. Canada (CA): Thompson Rivers
Univ.
[CLSI] Clinical and Laboratory Standards Institute. 2018. Performance Standards
for Antimicrobial Susceptibility Testing. 28th ed. Wayne (US): CLSI.
Davis JA, Jakcson CR, Cray PJF, Barret JB, Brousse JH, Gustafson J, Kucher M.
2011. Anatomical distribution and genetic relatedness of antimicrobial-
resistant Escherichia coli from healthy companion animals. J Appl
Microbiol. 110:597-604.
Djide MN, Sartini. 2008. Analisis Mikrobiologi Farmasi. Makassar (ID): Univ
Hasanuddin.
Dzidic S, Suskovic J, Kos B. 2008. Antibiotic resistance mechanisms in bacteria:
biochemical and genetic aspects. Food Technol Biotechnol. 46(1):11-21.
Forsythe SJ. 2000. The Microbiology of Safe Food. London (UK): Blackwell.
Ganiswarna S. 1995. Farmakologi dan Terapi. Ed ke-4. Jakarta (ID): UI Pr.
Guilfole PG. 2007. Antibiotic Resistant Bacteria. New York (US): Chelsea House.
James J, Baker C, Swain H. 2008. Prinsip-prinsip Sains untuk Keperawatan.
Jakarta (ID): Erlangga.
Katzung BG. 2000. Basic and Clinical Pharmacology. 9th ed. New York (US):
Mc Graw Hill.
Kee Jl, Hayes ER. 1996. Farmakologi: Pendekatan Proses Keperawatan. Jakarta
(ID): EGC.
Khadafi MY. 2013. Sistem pakar diagnosa penyakit pada kucing melalui
pendekatan inferensi forward chaining berbasis platform android [skripsi].
Depok (ID): Univ Gunadharma.
Koneman EW, Winn W, Allen S, Janda W, Procop G, Schreckenberger P, Woods
G. 1983. Koneman’s Color Atlas and Textbook of Diagnostic Microbiology.
Philadelphia (US): Lippincott Williams & Wilkins.
Krisnaningsih MMF, Asmara W, Wibowo MH. 2005. Uji sensitivitas ísolat
Escherichia coli patogen pada ayam terhadap beberapa jenis antibiotik. J
Sains Vet. 1:13-18.
Kroemer S, Garch FE, Galland D, Petit JL, Woehrle F, Boulouis HJ. 2014.
Antibiotic susceptibility of bacteria isolated from infections in cats and dogs
throughout Europe (2002-2009). Eur J Clin Microbiol Infect Dis. 37(2):97-
108.
Lay BW. 1994. Analisis Mikroba di Laboratorium. Jakarta (ID): Raja Grafindo
Persada.
Lüllmann H, Mohr K, Hein L, Bieger D. 2005. Color Atlas of Pharmacology. 3rd
ed. Stuttgart (DE): Thieme.
Made P, Wenagama IW. 2013. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengeluaran
rumah tangga untuk hewan peliharaan; studi kasus di Kelurahan Padang
Sambian. J EP Unud. 2(11):525-532.
Manning SD. 2010. Escherichia coli Infections. New York (US): Infobase.
Marques C, Belas A, Franco A, Aboim C, Gama LT, Pomba C. 2017. Increase in
antimicrobial resistance and emergence of major international high-risk
clonal lineages in dogs and cats with urinary tract infection: 16 year
retrospective study. J Antimicro Chemo. 73(2):377-384.
13
Milanda B, Saragih BC, Kusuma SAF. 2014. Deteksi gen resistensi ampisilin
(bla) pada Escherichia coli isolat klinik dengan metode polymerase chain
reaction. IJCP. 3(3):98-106.
Murwani S, Qosimah D, Amri IA. 2017. 2017. Penyakit Bakterial pada Ternak
Hewan Besar dan Unggas. Malang (ID): UB Pr.
Mycek MJ. 2001. Farmakologi. Ed ke-2. Jakarta (ID): Widya Medika.
Neal MJ. 2006. Medical Pharmacology at a Glance. 5th ed. Jakarta (ID):
Erlangga.
Noor SM, Poeloengan M. 2004. Pemakaian antibiotik pada ternak dan dampaknya
pada kesehatan manusia. Dalam: Lokakarya nasional keamanan pangan
produk peternakan. Bogor (ID): Balai Penelitian Veteriner.
Peterson DL, Bonomo RA. 2005. Extended spectrum E-lactamase: a clinical
update. Clin Micro Rev. 18(4):657-86.
Pickens LB, Tang Y. 2010. Oxytetracycline biosynthesis. J Biol Chem.
285(36):27509-27515.
Pratiwi RH. 2017. Mekanisme pertahanan bakteri patogen terhadap antibiotik. J
Pro Life. 4(3):418-429.
Pratiwi ST. 2008. Mikrobiologi Farmasi. Jakarta (ID): Erlangga.
Rachmad B. 2017. Isolasi dan identifikasi gen resistensi ciprofloxacin pada isolat
Escherichia coli multidrug resistance dari penderita infeksi saluran kemih di
RSUD Abdoel Moeloek Provinsi Lampung [tesis]. Univ Lampung.
Raini M. 2016. Antibiotik golongan fluorokuinolon: manfaat dan kerugian. Med
Litbangkes. 26(3):163-174.
Rzewuska M, Czopowicz M, Świda MK, Chrobak D, Błaszczak B, Binek M. 2015.
Multidrug resistance in Escherichia coli strains isolated from infections in
dogs and cats in Poland (2007–2013). J World Sci. 15:1-8.
Singh OV. 2017. Foodborne Pathogens and Antibiotic Resistance. New Jersey
(US): John Wiley & Sons Inc.
Siswandono. 2016. Kimia Medisinal 2. Ed ke-2. Surabaya (ID): UNAIR Pr.
Songer JG, Post KW. 2005. Veterinary Microbiology: Bacterial and Fungal
Agents of Animal Disease. Missouri (US): Elsevier.
Spellberg B, Bartlett JG, Gilbert DN. 2013. The future of antibiotics and
resistance. N Engl J Med. 368(4):299-302.
Suardana IW, Sumiarto B, Lukman DW. 2007. Isolasi dan identifikasi
Escherichia coli O157:H7 pada daging sapi di Kabupaten Badung Provinsi
Bali. J Vet. 8(1):16-23.
Suwito A, Andriani. 2018. Uji toksisitas Escherichia coli asal daging terhadap sel
vero. J Bio Tropis. 18(2):230-234.
Syarif A, Estuningtyas A, Setiawati A, Muchtar A, Arif A, Bahry B, Suyatna FD,
Dewoto HR, Utama H, Darmansjah I. 2007. Farmakologi dan Terapi. Ed
ke-5. Jakarta (ID): UI Pr.
Tariq S, Rizvi AFA, Anwar U. 2018. Tetracycline: classification, structure
activity relationship and mechanism of action as a theranostic agent for
infectious lesions: a mini review. Biomed J Sci and Tech Res. 7(2):1-10.
Tjay TH, Rahardja K. 2007. Obat- Obat Penting Khasiat, Penggunaan dan Efek-
efek Sampingnya. Jakarta (ID): Elex Media Komputindo.
Torrence ME, Isaacson RE. 2007. Microbial Food Safety in Animal Agriculture.
Iowa (US): Iowa State Pr.
14
Utami ER. 2011. Antibiotika, resistensi, dan rasionalitas terapi. El Hayah. 1(4):
191-198.
Wikrama SD, Masanto R. 2011. Merawat Kucing Kesayangan. Klaten (ID): Intan
Sejati.
Zaman S, Hussain M, Nye R, Mehta V, Mamun KT, Hossain N. 2017. A review
on antibiotic resistance: alarm bells are ringing. Cureus J Med Sci. 9(6):1-9.
15
LAMPIRAN
Lampiran 1 Hasil uji resistansi E. coli terhadap beberapa antibiotika
Isolat Antibiotika
E. coli AMP CIP CN TE OT
A.2 R R R R R
A.3 S S S S S
A.4 R S S R R
A.7 R S S R R
B.1 S S S S S
B.2 R S S S S
B.5 R R R R R
B.9 S S S S S
C.10 R S S R R
C.11 S S S R R
C.14 S S S S S
C.15 S S S S R
E.1 S I S R R
E.2 R I S R R
E.3 S S S S S
E.4 R S S R R
G.1 R R R R R
G.7 R R S S S
G.8 R I S I I
I.1 S S S S S
I.5 S S S S S
I.8 S S S S S
J.3 S S S S S
J.4 R R S R R
J.9 R S S I I
Keterangan: AMP (Ampisilin), CIP (Ciprofloksasin), CN (Gentamisin), TE (Tetrasiklin),
dan OT (Oksitetrasiklin)
16
RIWAYAT HIDUP