TINJAUAN PUSTAKA
Penyakit DBD disebabkan oleh virus dengue yang termasuk dalam kelompok
B Arthropod Borne (arbovirus). Virus genus Flavvirus grup famili Togav iridae.
Virus ini mempunyai ukuran diameter sebesar 30 nanometer dan terdiri dari 4
serotip, yakni DEN 1, DEN 2, DEN 3, dan DEN 4. Virus ini ditularkan pada
manusia melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus, pada suhu
300C memerlukan 8-10 hari untuk menyelesaikan masa inkubasi ekstrinsik dari
2.1.2 Epidemiologi
129.650 kasus dengan jumlah kematian sebanyak 1.071 orang angka kesakitan
(IR) = 50,75 per 100.000 penduduk dan angka kematian (CFR) = 0,83%).
Kesehatan untuk angka kesakitan DBD tahun 2015 sebesar < 49 per 100.000
6
7
Gambar 2.1.1 Angka Kesakitan DBD selama kurun waktu 2008 - 2015
2.1.3 Etiologi
virus dengue. Virion virus dengue terdiri dari suatu single-stranded RNA genome
(genomic type SS-RNA) yang dikelilingi oleh nucleocapsid yang dibungkus oleh
capid (C), membrane (M), dan envelope (E) dan non-structural protein NS1, NS2a,
NS2b, NS3, NS4a, NS4b, dan NS5. Protein E berfungsi memegang peran kunci
dalam menginduksi fusi virus kepada host pada pH rendah. Protein M mempunyai 2
bentuk tergantung pada maturitas virus, yaitu (a) bentuk prot M (pre – M protein,
cell associated virions, immature virions) yang berfungsi untuk melindungi protein
8
E dalam suasana asam, dan (b) bentuk M (extracellular virus, mature virus, mature
membrane protein) berfungsi dalam kegiatan fusi dan infectivity virus. Protein C
dalam strain 3 Aedes trisariatus setelah infeksi oral. Kecepatan infeksi ditemukan
sama dengan kecepatan infeksi yang diamati pada strain control Aedes aegypti.
Selain itu ditemukan 3 spesies lain dari subgenus Protomachleaya (Aedes bralandi,
Aedes hendersoni dan Aedes zoosophus) yang juga dapat rentan terhadap infeksi oral
dengan DEN-1 dimana virus dapat dideteksi dalam kelenjar liur nyamuk yang
virus DEN yang diisolasi dari berbagai daerah menunjukkan bahwa strain DEN-1 di
daerah Pasifik dan Asia Tenggara (khususnya Indonesia) tinggi prevalensi terkena
virus ini. Penyebab utama demam berdarah di banyak negara merupakan penyebab
paling umum DBD yang didapat dari lingkungan yang disebabkan oleh virus
dengue. Namun demikian, peran dari masyarakat dan tenaga kesehatan masih
A. Morfologi
I. Telur: berwarna hitam dengan ukuran 0,80 mm, berbentuk oval yang
mengapung satu persatu pada permukaan air jernih atau menempel di dinding
tempat penampungan air. Telur dapat bertahan sampai kurang lebih 6 bulan di
II. Jentik: ada 4 tingkat (intisar) jentik atau larva sesuai dengan pertumbuhan larva
tersebut, yaitu
III. Pupa: berbentuk seperti “koma”. Bentuknya lebih besar namun lebih ramping
IV. Nyamuk dewasa: berukuran lebih kecil dibanding rata-rata nyamuk lainnya,
berwarna dasar hitam dengan bintik-bintik putih pada bagian badan dan kaki.
Perbedaan dengan nyamuk jantan adalah antena pada jantan yang lebih lebat
V. Siklus hidup nyamuk Aedes aegypti sama dengan jenis nyamuk lainnya, yaitu:
telur (yang umumnya akan menetas kurang lebih 2 hari setelah terendam air),
sampai 4 hari. Pertumbuhan dari telur menjadi nyamuk dewas selama 9 sampai
dan hemokonsentrasi), yaitu : (a) derajat I yaitu demam yang disertai gejala klinis
tidak khas, satu-satunya gejala pendarahan adalah uji Torniquet positif, (b) derajat II
yaitu gejala yang timbul pada DBD tingkat I, ditambah pendarahan spontan,
biasanya dalam bentuk pendarahan di bawah kulit (ptekie) atau bentuk pendarahn
lainnya, (c) derajat III yaitu adanya tanda-tanda kegagalan sirkulasi yang ditnadai
dengan denyut nadi yang cepat dan lemah, menyempitnya tekanan nadi (kurang
lebih sama dengan 20 mmHg) atau hipotensi yang ditandai dengan kulit dingin dan
10
lembab yang membuat penderita menjadi gelisah, (d) derajat IV yaitu syok, yang
ditandai dengan tidak terabanya nadi dan tekanan darah (Depkes RI, 2015).
disertai sakit kepala berat, sakit pada sendi dan otot (myalgia dan arthralgia) dan
ruam; ruam demam berdarah mempunyai ciri-ciri merah terang, dan biasanya
mucul dulu pada bagian bawah badan dan menyebar hingga menyelimuti
hampir seluruh tubuh. Selain itu, radang perut bisa juga muncul dengan
sindrom shock dengue yang mempunyai tingkat kematian tinggi (Siregar, 2004).
Gejala klinis demam dengue menjadi 3 fase : 1. Fase Demam, 2. Fase Kritis, 3. Fase
Penyembuhan.
kemerahan, eritema kulit, nyeri seluruh badan, mialgia, atralgia, dan sakit kepala.
Beberapa pasien dapat memiliki gejala sakit tenggorokan, faring hiperemis dan
injeksi konjungtiva. Anorexia, mual, dan muntah sering terjadi dan dapat sulit
dibedakan dengan demam non-dengue pada fase awal. Uji torniquet positif pada fase
petekie dan perdarahan membran mukosa (mis. hidung dan gusi) dapat terlihat.
Gejala tidak khas seperti perdarahan vagina dan perdarahan gastrointestinal dapat
terjadi. Hati dapat membesar dan terasa sakit pada beberapa hari sewaktu demam.
11
Penurunan sel darah putih dapat memberikan tanda sebagai infeksi dengue. Tanda
dan gejala ini kurang dapat membedakan antara severe dan non severe dengue
sehingga perlu monitoring lebih untuk berhati - hati dalam menilai fase
temperatur sedikit menurun yaitu 37.5 – 380 C atau lebih rendah dan juga
keadaan tersebut akan bertambah parah dengan kehilangan volume plasma. Efusi
pleura dan ascites dapat terdeteksi tergantung dari tingkat keparahan kebocoran
plasma tersebut. Maka foto thorax dan USG abdomen dapt digunakan sebagai alat
bantu diagnosa. Kadar hematokrit yang melebihi batas normal dapat digunakan
sebagai acuan melihat derajat keparahan kebocoran plasma. Syok dapat terjadi jika
volume plasma berkurang hingga titik kritis dan sering didahului oleh warning signs.
Pasien yang melewati fase kritis akan memasuki fase recovery dimana terjadi
reabsorpsi cairan extravaskular dalam 48-72 jam, dimana keadaan umum akan
hemodinamik stabil, dan diuresis terjadi. Ruam, pruritis, bradikardia dapat terjadi
pada fase ini. Hematokrit dapat kembali stabil atau menurun akibat efek
pengenceran dari absorpsi cairan. Sel darah putih perlahan mengalami peningkatan
distress akibat efusi pleura masif dan ascites dapat terjadi akibat dari terapi cairan IV
yang berlebih sewaktu fase kritis ataupun fase recovery yang dapat dikaitkan d
menularkan DBD apabila menghisap darah pasien yang terinfeksi virus Dengue
Setelah menghisap darah yang terinfeksi, virus bereplikasi pada lapisan sel
epitel dari midgut dan sampai ke haemocoele menginfeksi kelenjar ludah dan
akhirnya memasuki air liur menyebabkan infeksi saat menggigit. Masa inkubasi
ekstrinsik berlangsung dari 8 sampai 12 hari dan nyamuk tetap terinfeksi selama sisa
hidupnya. Masa inkubasi intrinsik mencakup lima sampai tujuh hari (WHO, 2008).
Sebagian besar kasus DBD ditularkan melalui gigitan nyamuk betina Aedes
(terutama Aedes aegypti) yang terinfeksi oleh arbovirus (virus dengue ). Nyamuk
betina yang terinfeksi akan menyalurkan virus ke generasi berikutnya melalui proses
transmisi transovarian, begitu juga jika nyamuk terinfeksi oleh arbovirus pertama
kali, maka sepanjang hidup nyamuk tersebut akan menjadi carier / vector ( pembawa
Penularan demam dengue terjadi apabila penderita yang sakit ( dalam keadaan
viremia) digigit oleh nyamuk penular, yang kemudian menggigit orang lain.
Biasanya penularan terjadi dalam satu rumah, tetangga dan cepat menyebar ke suatu
palingmemadai saat ini. Vektor dengue khususnya Aedes aegypti sebenarnya mudah
diberantas karena sarang-sarangnya terbatas di tempat yang berisi air bersih dan
14
jarak terbangnya maksimum 100 meter. Tetapi karena vektor tersebar luas, untuk
agar nyamuk tidak dapat berkembang biak lagi (Indrawan, 2009). Ada 2 cara
nyamuk dewasa dan temephos (abate) untuk membunuh jentik. Cara menggunakan
atau sekurang-kurannya 3 penderita panas tanpa sebab jelas dan jentik Aedes aegypti
Penyemprotan ini diikuti penyuluhan dan gerakan PSN DBD oleh masyarakat.
prethoid.Cara penggunaan abate ialah dengan pasir abate (sand granules) ke dalam
sarang nyamuk Aedes yaitu bejana tempat penampungan air. Dosis yang digunakan
ialah 1 ppm atau 1 gram abate SG 1% per 10 liter air atau 1 sendok makan peres (10
gram) abate untuk 100 liter air (Indrawan, 2009). Pemberantasan jentik nyamuk
Aedes aegypti secara biologi dapat dilakukan dengan memelihara ikan pemakan
jentik (ikan kepala timah, ikan gupi, ikan cupang atau tempalo, dan lain-lain). Dapat
juga digunakan Bacillus thuringiensis var israeliensis (Bti) (Depkes RI, 2008).
dari kaleng-kaleng bekas, botol-botol pecah dan benda lain yang memungkinkan
nyamuk bersarang.
hari, dengan demikian penting untuk memahami siklus hidup nyamuk Aedes aegypti
sehingga dapat ditentukan saat yang tepat untuk memberantas larva dan nyamuk
2.2 Aplikasi Model Epidemiologi dan Konsep Model Hendrik L. Blum pada
Menurut Hockennberry dan Wilson, 2009 penyakit dapat terjadi karena adanya
ketidakseimbangan antara faktor agent, host, dan environment. Dalam model ini
faktor agent adalah yang bertanggung jawab terhadap penyebab penyakit meliputi
infectious agent yaitu organisme penyebab penyakit, physical agent dan chemical
agent. Faktor penjamu (Host) adalah individu atau populasi yang berisiko terpajan
penyakit meliputi faktor genetik atau gaya hidup. Faktor lingkungan (Enviroment)
adalah tempat dimana host hidup termasuk cuaca dan faktor-faktor yang
Host
Agent Environment
16
optimum, tetapi pola biasa yang sederhana dari kondisi sehat dan sakit dalam
populasi. Berbagai perubahan yang terjadi pada salah satu sisi (agent, host, dan
a. Faktor penyebab (agent) adalah penyebab dari penyakit DBD yaitu berupa
b. Faktor Manusia (host) adalah manusia atau pasien. Faktor risiko dalam hal ini
kesehatan dipengaruhi secara simultan oleh empat faktor penentu yang saling
berinteraksi satu sama lain. Keempat faktor penentu tersebut adalah lingkungan,
17
perilaku (gaya hidup), keturunan dan pelayanan kesehatan. Bagan kerangka pikir
KETURUNAN
PERILAKU
Gambar 2.2.2 Faktor yang mempengaruhi status kesehatan (Hendrik L Blum, 1974)
Makna panah berdasarkan model Hendrik L Blum yang menuju kepada status
kesehatan memiliki ukuran yang berbeda, dimana perilaku memiliki ukuran panah
paling besar. Hal ini disebabkan karena perilaku memiliki peranan yang paling
besar, karena dapat di intervensi dengan mudah kemudian yang kedua adalah
lingkungan dan yang ketiga adalah pelayanan kesehatan. Genetik atau keturunan
tidak dapat di intervensi oleh sebab itu memiliki panah dengan ukuran paling kecil
Faktor tersebut berpengaruh langsung pada kesehatan dan juga berpengaruh satu
18
sama lain. Status kesehatan akan tercapai optimal jika empat faktor tersebut
kondisinya juga optimal. Bila salah satu faktor terganggu, status kesehatan tergeser
dijangkau atau tidak. Yang kedua adalah tenaga kesehatan pemberi pelayanan
masyarakat. Kualitas dan kuantitas sumber daya manusia di bidang kesehatan juga
b. Faktor perilaku
keluarga dan masyarakat sangat tergantung pada perilaku manusia itu sendiri. Di
19
samping itu, juga dipengaruhi oleh kebiasaan, adat istiadat, kepercayaan, pendidikan
sosial ekonomi, dan perilaku-perilaku yang melekat pada dirinya. (Setyawan, 2015)
peranan sangat penting untuk mewujudkan Indonesia Sehat 2015. Hal ini
dikarenakan budaya hidup bersih dan sehat harus dapat dimunculkan dari dalam diri
yang berprilaku hidup bersih dan sehat akan menghasilkan budaya menjaga
lingkungan yang bersih dan sehat. pembuatan peraturan tentang berperilaku sehat
sekolah dan msayarakat. Tokoh-tokoh masyarakat sebagai role model harus diajak
c. Faktor Lingkungan
umumnya digolongkan menjadi tiga kategori, yaitu yang berhubungan dengan aspek
fisik, biologi dan sosial (Setyawan, 2015). Lingkungan fisik yaitu bersifat abiotik
atau benda mati seperti air, udara, tanah, cuaca, makanan, rumah, panas, sinar,
radiasi, dan lain-lain. Lingkungan fisik ini berinteraksi secara konstan dengan
manusia sepanjang waktu dan masa serta memegang peranan penting dalam proses
buruk dapat menjadi sumber berkembangnya penyakit. Hal ini jelas membahayakan
dikelola dengan baik, polusi udara, air dan tanah juga dapat menjadi penyebab
(Setyawan, 2015). Lingkungan biologis yaitu bersifat biologis atau benda hidup
lain-lain yang dapat berperan sebagai agen penyakit, reservoir infeksi, vektor
lingkungan sosial melalui berbagai media seperti radio, TV, pers, seni, literatur,
cerita, lagu, dan sebagainya. Bila manusia tidak dapat menyesuaikan dirinya dengan
psikosomatik seperti stres, insomnia, depresi, dan lain-lain (Setyawan, 2015). Upaya
2.3.1 Pengertian
21
Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas mahluk hidup yang dapat
diamati secara langsung maupun tidak langsung yang dapat diamati oleh pihak luar.
sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang
PHBS di Rumah Tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga
agar tahu, mau dan mampu melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat serta
memperoleh dukungan atau tidak. Faktor ini terwujud dalam bentuk sikap dan
perilaku pengasuh anak-anak atau orangtua yang merupakan tokoh yang dipercaya
dengan melakukan mencuci tangan sebelum makan, atau selalu meminum air yang
sudah dimasak. Maka hal ini akan menjadi penguat untuk perilaku hidup bersih dan
sehat bagi anak-anak. Terdapat hal hal yang dapat mempengaruhi PHBS, sebagian
Faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap terhadap perilaku hidup bersih
dan sehat sehingga faktor ini menjadi pemicu atau anteseden terhadap perilaku yang
menjadi dasar atau motivasi bagi tindakannya akibat tradisi atau kebiasaan,
sikap, keyakinan dan nilai yang dimiliki seseorang yang tidak merokok
(Notoatmodjo, 2007).
motivasi atau tindakan terlaksana. Faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan
prasarana atau fasilitas kesehatan bagi anak-anaknya seperti air bersih, tempat
pembuangan sampah, ketersediaan jamban, dan makanan yang bergizi. Fasilitas ini
perilaku melalui pendekatan advokasi, bina suasana (social support), dan gerakan
paradigma hidup sehat dapat dilihat dalam program Perilaku Hidup Bersih Sehat
anggota rumah tangga maka biaya yang dialokasikan untuk kesehatan dapat
dialihkan untuk biaya investasi seperti biaya pendidikan, pemenuhan gizi keluarga
(Depkes RI, 2006) : Pasangan Usia Subur, Ibu Hamil dan Ibu Menyusui, Anak dan
Tangga Sehat. Rumah Tangga Sehat adalah rumah tangga yang memenuhi PHBS di
Rumah Tangga (Kemenkes, 2011). Adapun PHBS di Rumah Tangga adalah sebagai
berikut:
Siklus hidup dari nyamuk dari telur-larva-pupa-nyamuk butuh waktu 7-14 hari,
dengan demikian penting untuk memahami siklus hidup nyamuk Aedes aegypti
sehingga dapat ditentukan saat yang tepat untuk memberantas larva dan nyamuk
nyamuk yang ada di dalam rumah, seperti bak mandi, WC, vas bunga, tatakan
kulkas, dan di luar rumah seperti talang air, dll yang dilakukan secara teratur setiap
minggu. Selain itu, juga lakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan cara
Gunakan air bersih dalam kehidupan sehari-hari seperti memasak, mandi, hingga
untuk kebutuhan air minum. Air yang tidak bersih banyak mengandung kuman dan
bakteri yang dapat menyebabkan berbagai macam penyakit (Sudayasa, 2011). Air
memenuhi persyaratan kesehatan. Air yang sehat harus memenuhi persyaratan yaitu
sebagai berikut :
- Syarat fisik yaitu persyaratan air untuk minum yang sehat adalah tidak berwarna,
- Syarat bakteriologis yaitu air minum yang sehat harus bebas dari segala
bakteri/jentik-jentik nyamuk.
- Syarat kimia yaitu air minum yang sehat harus mengandung zat-zat tertentu dalam
jumlah yang tertentu pula. Kekurangan atau kelebihan salah satu zat kimia dalam
c. Kebersihan Lingkungan
Penderita penyakit DBD jika tidak mendapat perawatan yang memadai dapat
mengalami perdarahan yang hebat, syok dan dapat mengakibatkan kematian. Oleh
karena itu semua kasus DBD sesuai dengan kriteria WHO harus mendapat
terlambat membawa pasien ke rumah sakit. 2. Demikian pula dengan jenis pekerjaan
kepala keluarga, bila kepala keluarga dapat mengalokasikan waktu yang baik dalam
d. Tingkat Pemahaman
menyebabkan semakin sulitnya pencegahan tentang penyakit DBD itu sendiri antara
26
lain meliputi: Kurangnya pengetahuan tentang penyakit DBD pada anggota keluarga
yang meliputi gejala-gejala apa saja yang terjadi pada pasien DBD, kurangnya
mengetahui bahwa penyakit DBD bisa menyebabkan kematian yang pada akhirnya
masyarakat banyak yang memandang penyakit DBD seperti penyakit ringan yang
kesehatan masyarakat dan puskesmas antara lain: Penyuluhan oleh tenaga kesehatan
bahaya akan kematian akibat penyakit DBD. Pemberian fogging yang dilakukan
oleh petugas kesehatan setiap ada kasus DBD sampai radius 200 meter akan
mengurangi penularan penyakit DBD. Pemberian abate oleh tenaga kesehatan untuk
nyamuk Aedes aegypti, sehingga penularan penyakit DBD dapat dicegah dan