LANDASAN TEORI
4
Universitas Kristen Petra
ada. Dengan kata lain, pengurangan pemakaian sumber daya alam dan konservasi
lingkungan dalam proses konstruksi, bangunan dan lingkungan kota yang sudah
ada dengan tetap mempertahankan kualitas hidup yang baik. (Agenda 21 . 1999)
Menurut Negara Finlandia, sustainable construction adalah Pada saat
proses dan selama umur guna gedung, bertujuan untuk meminimasi penggunaan
energi dan emisi yang berbahaya bagi lingkungan dan kesehatan sekitar, serta
memberikan informasi yang bersangkutan bagi konsumen dalam mereka membuat
keputusan. (Agenda 21. 1999)
Negara Indonesia tempat penulis berada belum memberikan definisi secara
resmi arti sustainable construction. Agenda 21 untuk Negara Indonesia yang
diterbitkan pada tahun 1999 memerlukan pendekatan lebih lanjut, baru pada
14/06/2011 Kepala BP Konstruksi Bambang Goeritno dalam forum Seminar
Internasional dengan tema “Toward Sustainable Construction in Indonesia”
menyampaikan mengenai Draft Agenda 21 Konstruksi Berkelanjutan di
Indonesia. Dalam kesempatan ini dijelaskan bahwa Konstruksi berkelanjutan
dapat didefinisikan sebagai suatu konsep membangun dengan kualitas hidup yang
lebih baik dengan lebih kompetitif serta menguntungkan, menyajikan kepuasan,
kenyamanan, dan nilai lebih untuk klien dan pengguna, melindungi lingkungan,
serta meminimalisasi penggunaan sumber daya dan energi (DETR, 2000).
(http://bpksdm.pu.go.id/?menu=10&kd=526)
Disamping sustainable construction muncul juga istilah-istilah yang sering
didengar pada saat membahas isu-isu mengenai konstruksi dan lingkungan hidup
seperti green building dan green construction. Tidak sedikit pihak yang mengatakan
bahwa kedua istilah ini memiliki arti yang sama namun bila didefinisikan lebih jelas
green building dan green construction dapat memiliki arti yang berbeda. Sekarang kita
fokus pada kata building dan construction. Dalam konteks tertentu, dua kata ini
bisa dikatakan sama yang bermakna bangunan dan atau konstruksi. Namun dalam
konteks yang lain, building dapat berarti gedung. Sedangkan kata construction
pada konteks teknik arsitektur dan sipil dapat berarti suatu proses yaitu proses
membangun bangunan itu sendiri. Dapat disimpulkan bahwa construction adalah
bagian dari proses siklus hidup bangunan.
5
Universitas Kristen Petra
Dari penjelasan diatas maka secara harafiah pengertian green building berbeda
dengan green construction dimana green construction akan fokus pada cara
membangun yang memperhatikan aspek kelestarian lingkungan hidup sedangkan
green building akan fokus pada keadaan bangunan yang memperhatikan aspek
kelestarian lingkungan hidup.
Meskipun green building dan green construction dapat berdiri sendiri dan
memiliki arti sendiri, kedua istilah ini merupakan bagian dari sustainable
construction karena sustainable construction atau pembangunan berkelanjutan
merupakan suatu pembangunan jangka panjang yang membahas setiap proses
yang ada dari keseluruhan siklus bangunan dari tahap planning, design, proses
konstruksi hingga operation dan maintenance. (http://manajemenproyek
indonesia.com/?p=986)
6
Universitas Kristen Petra
Salah satu stakeholder yang berperan pada proses pengerjaan konstruksi
adalah kontraktor. Menurut Agenda 21 seperti pada gambar diatas peranan
kontraktor dapat berupa (Agenda 21. 1999) :
7
Universitas Kristen Petra
konstruksi memberikan gambaran bahwa terjadi penurunan tanggung jawab dalam
mempertahankan konsep-konsep green yang diambil.(Gambar 2.2) (Halliday.
Sustainability Construction. 2008)
mild green menunjukkan bahwa design team dapat melakukan peranan yang
cukup tinggi dalam bangunan dengan konsep green building terutama pada bagian
spesifikasi design yang dipilih. Bagian tender action dan site operations yang
dipegang oleh kontraktor memiliki tingkat light green menunjukkan peranan yang
8
Universitas Kristen Petra
dapat dilakukan kontraktor dalam sebuah green building tidak terlalu banyak,
sedangkan pada bagian operasi dan maintenance bangunan memiliki tingkatan
yang rendah menunjukkan bahwa pada bagian ini sedikit peranan yang dapat
dilakukan.
Dalam kesempatan ini dengan topik bahasan peranan kontraktor pada fase
pengerjaan konstruksi peranan yang dapat dilakukan oleh kontraktor adalah :
9
Universitas Kristen Petra
Green building rating system adalah sebuah alat untuk mengukur dan
mengevaluasi performa environmental sebuah bangunan. Rating sistem ini
mencakup area yang cukup luas dalam hal berhubungan dengan lingkungan mulai
dari pemilihan letak bangunan, desain, konstruksi hingga pengoperasian
bangunan. (http://www.wbdg.org/resources/gbs.php)
10
Universitas Kristen Petra
TABEL 2.1 RATING TOOLS
Design Lingkungan
7. Regional Priority 4BP Additions(IA) Features bangunan
Nilai : Name [%] Name [Poin] Name [%] Name [Poin] Name [%]
≥ ≥
Outstanding 85 Platinum ≥ 80 Platinum : GM Platinum ≥ 90 Platinum 73
≥ ≥
Excelent 70 Gold 60-79 Overall Score ≥ 75 GM Gold Plus 85-90 Gold 57
≥ ≥
Very Good 55 Silver 50-59 Site Aspects Score ≥ 70 GM Gold 75-85 Silver 46
Pada Tabel 2.1 tiap aspek yang ditinjau oleh sistem rating dijabarkan lebih
lanjut kedalam poin-poin yang ditinjau dari tiap aspek tersebut. Tiap poin yang
ditinjau akan memberikan nilai. Nilai tersebut akan dijumlah dan hasil total dari
13
Universitas Kristen Petra
setiap aspek yang ditinjau dijumlah sehingga menghasilkan nilai akhir. Nilai akhir
ini yang akan memberikan rating dari bangunan yang di evaluasi.
Alat rating yang ada ini akan dapat membantu para kontraktor yang ingin
berperan aktif dalam pembangunan berkelanjutan untuk mengetahui langkah-
langkah konkrit yang harus kontraktor ambil dalam proses konstruksi yang baik
dan benar sesuai persyaratan dari alat rating yang digunakan.
Dalam setiap rating system yang ada kontraktor memiliki peranan yang
harus dilakukan untuk memenuhi kriteria yang diharapkan. Dalam LEED ® NC
kontraktor dapat berperan untuk mendapatkan 13 LEED Poin dengan
kemungkinan empat tambahan poin lagi di aspek inovation in design. 13 poin ini
saja bisa membuat nilai akhir naik dari level silver ke gold. 13 poin yang
dimaksud didapatkan dengan memenuhi kriteria-kriteria sebagai berikut : ( Chad
Suitonu,http://www.constructionexec.com/Issues/January_2011/Backlog_Indicato
r.aspx).
14
Universitas Kristen Petra
Regional Material (1-2 poin) : menggunakan material bangunan yang
diproduksi berjarak dalam radius 500 mil (800km) dari lokasi proyek.
Penggunaan 10% dari bahan ini yang dihitung berdasarkan harga
dibandingkan dengan harga material total akan memberikan 1 poin,
apabila penggunaan mencapai 20% akan memberikan 2 poin.
Certified Wood (1 poin) : menggunakan minimum 50% kayu yang
merupakan kayu yang bersertifikasi dari Forest Stewardship Council’s dari
total semua penggunaan bahan kayu (ieg. Framing, flooring, sub flooring,
etc).
Construction Indoor Air Quality Management Plan – During Construction
(1 poin) : hal yang harus dilakukan adalah :
o Selama proses konstruksi, memenuhi persyaratan yang
direkomendasikan oleh Sheet Metal and Air Conditioning National
Contractors Association (SMACNA) IAQ Guidelines For Occupied
Buildings Under Construction, 2nd Edition 2007, ANSI/SMACNA 008-2008
(Chapter 3)
o Melindungi bahan-bahan absorptive yang disimpan di lokasi dan yang
telah terpasang dari kerusakan akibat kelembapan.
o Bila memasang sistem penanganan udara permanen selama
konstruksi maka harus memenuhi persyaratan dari ASHRAE
standard 52.2-1999. Serta mengganti filter dengan yang baru
sebelum bangunan di tempati
Construction Indoor Air Quality Management Plan – Before Occupancy (1
poin) hal yang harus dilakukan dapat berupa :
o Melakukan flush-out , memasang alat filtrasi udara yang baru,
melakukan building flush-outdengan menyediakan 14000 ft² udara luar
bebas/ ft² dari lantai dengan mempertahankan temperatur udara
setidaknya 15°c dan kelembapan udara tidak lebih dari 60%
o Melakukan air testing, melakukan pengetesan udara berdasarkan kepada
protokol EPA Compendium of Methods for the determination of Air
Pollutants in Indoor Air atau metode ISO. Contoh dapat dilihat di gambar
2.5.
15
Universitas Kristen Petra
Gambar 2.3 LEED 2009 for NC
16
Universitas Kristen Petra
o MRC 2 (3 poin)
Menggunakan material yang memiliki sertifikat sistem
manajemen lingkungan pada proses produksinya minimal
bernilai 30% dari total biaya material. Sertifikat dinilai sah bila
masih berlaku dalam rentang waktu proses pembelian dalam
konstruksi berjalan. (1 Poin)
Menggunakan material yang merupakan hasil proses daur
ulang senilai minimal 5% dari total biaya material (1 Poin)
Menggunakan material yang bahan baku utamanya berasal dari
sumber daya (SD) terbarukan dengan masa panen jangka
pendek <10 tahun senilai minimal 2% dari total biaya material
(1 poin)
o MRC 4 (2 Poin)
Menggunakan bahan material kayu yang bersertifikat legal
sesuai dengan Peraturan Pemerintah tentang asal kayu (seperti
faktur angkutan kayu olahan/FAKO, sertifikat perusahaan, dan
lain‐lain) dan sah terbebas dari perdagangan kayu ilegal
sebesar 100% biaya total material kayu (1 Poin)
Jika 30% dari butir di atas menggunakan kayu bersertifikasi
dari pihak Lembaga Ekolabel Indonesia (LEI) atau Forest
Stewardship Council (FSC) (1 Poin)
o MRC 6 (2 poin)
Menggunakan material yang lokasi asal bahan baku utama atau
fabrikasinya berada di dalam radius 1.000 km dari lokasi
proyek mencapai 50% dari total biaya material (1 Poin)
Menggunakan material yang lokasi asal bahan baku utama dan
pabrikasinya berada dalam wilayah Republik Indonesia
bernilai minimal 80% dari total biaya material. (1 Poin)
Indoor Health and Comfort :
o IHC 3 (3 Poin)
17
Universitas Kristen Petra
Menggunakan cat dan coating yang mengandung kadar
volatile organic compounds (VOCs) rendah, yang ditandai
dengan label/sertifikasi yang diakui GBC Indonesia. (1 Poin)
Menggunakan produk kayu komposit dan produk agrifiber dan
laminating adhesive, dengan syarat memiliki kadar emisi
formaldehida rendah, yang ditandai dengan label/sertifikasi
yang diakui GBC Indonesia. (1 Poin)
Menggunakan material lampu yang kandungan merkurinya
pada toleransi maksimum yang disetujui GBC Indonesia dan
tidak menggunakan material yang mengandung asbestos dan
styrene.
Building Environmental Management :
o BEM 2 (2 Poin)
Memiliki rencana manajemen sampah konstruksi yang terdiri
atas :
Limbah padat, dengan menyediakan area pengumpulan,
pemisahan, dan sistem pencatatan. Pencatatan dibedakan
berdasarkan limbah padat yang dibuang ke TPA, digunakan
kembali, dan didaur ulang oleh pihak ketiga.(1 Poin)
Limbah cair, dengan menjaga kualitas seluruh air yang timbul
dari aktivitas konstruksi agar tidak mencemari drainase kota (1
Poin)
o BEM 3 (2 Poin)
Adanya instalasi pengomposan limbah organik di lokasi tapak
bangunan (1 Poin)
Memberikan pernyataan atau rencana kerja sama untuk
pengelolaan limbah anorganik secara mandiri dengan pihak
ketiga di luar sistem jaringan persampahan kota (1 Poin)
o BEM 4 (3 Poin)
Melakukan prosedur testing‐ commissioning sesuai dengan
petunjuk GBCI, termasuk training dengan baik dan benar agar
18
Universitas Kristen Petra
peralatan/sistem berfungsi dan menunjukkan kinerja sesuai
dengan perencanaan dan acuan.(2 Poin)
Desain serta spesifikasi teknis harus lengkap di saat konstruksi
melaksanakan pemasangan seluruh measuring ‐adjusting
instruments. (1 Poin)
Dari semua peranan yang dapat dilakukan kontraktor berdasarkan
GREENSHIP NB V1.1 diatas , kontraktor dapat menyumbangkan 19 point dari
keseluruhan 101 poin yang ada.
Sedangkan di Green Mark Singapore Version NRB/4.0 , peranan dari kontraktor
dijabarkan sebagai berikut :
19
Universitas Kristen Petra
o Menggunakan cat yang mengandung tingkat VOC rendah yang telah
disertifikasi
o Menggunakan bahan-bahan adhesif yang telah disertifikasi
Stormwater management
2.4.1 Materials
a. Batu bata
b. Kayu (plywood/balok kayu)
c. Besi
d. Paku
e. Pasir
f. Kerikil
g. Semen
h. Multiplex
i. Paving stone
20
Universitas Kristen Petra
a. Beton
b. Besi
c. Cat
d. Kayu
e. Besi baja
f. Aluminium
g. Seng
21
Universitas Kristen Petra
Sudah saatnya kita mulai memikirkan alternatif lain selain kayu
sebagai bahan bekisting. Beberapa tahun terkahir telah ada produk
bekisting yang menggunakan bahan dasar plastik yang dikompositkan
dengan bahan fiber glass. Bahan plastik yang dikompositkan dengan fiber
glass memiliki kemampuan yang sama bahkan lebih baik dari kayu untuk
digunakan sebagai bekisting.
Banyak pabrik di luar negri telah memproduksi sistem bekisting
plastik ini secara massal. Bekisting plastik yang mereka buat dapat
digunakan untuk elemen struktur pondasi, kolom, dinding dan pelat lantai.
Hal ini berarti hampir semua elemen struktur beton dapat menggunakan
sistem bekisting plastik yang mereka produksi. Beberapa perusahaan yang
telah memasarkan produk sistem bekisting plastik / Plastic Formwork
System yang Saya dapatkan di internet antara lain:
22
Universitas Kristen Petra
lingkungan di pasar yang juga mendorong perbaikan lingkungan secara
berkelanjutan. Ekolabel dapat berupa simbol, label atau pernyataan yang
diterakan pada produk atau kemasan produk, atau pada informasi produk,
buletin teknis, iklan, publikasi, pemasaran, media internet. Selain itu,
informasi yang disampaikan dapat pula lebih lengkap dan mengandung
informasi kuantitatif untuk aspek lingkungan tertentu yang terkait dengan
produk tersebut.Ekolabel dapat dibuat oleh produsen, importir, distributor,
pengusaha ‘retail’ atau pihak manapun yang mungkin memperoleh
manfaat dari hal tersebut (Kementrian Negara Lingkungan Hidup, 2008)
Di Indonesia hak untuk memberikan ekolabel pada sebuah material
hasil produksi negara di pegang oleh Kementrian Lingkungan Hidup. Hak
ini didasarkan pada : “Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia
mengeluarkan Surat Pendaftaran Ciptaan bernomor 025753n 28 Juli 2004
dan berlaku selama 50 tahun sejak pertama kali di umumkan. Tanggal
pengumuman 05 Juli 2004 di Jakarta. Nama pemegang dan pencipta
adalah Kementerian Lingkungan hidup Jl. DI. Panjaitan Kav 24 Kebon
Nanas Jakarta Timur 13410.”
List perusahaan yang telah di sertifikasi oleh Kementrian
Lingkungan Hidup dapat dilihat di daftar sertifikasi ISO terbaru yaitu ISO
14002.(http://www.docstoc.com/docs/21926773/Database-Nasional-
Sertifikasi-ISO-14002).
Pembahasan material juga mencakup mengenai lokasi dari material
dibeli. Konsep green building mengharapkan penggunaan material lokal
yang diproduksi dalam negeri lebih banyak dilakukan daripada
penggunaan material import yang diproduksi di luar negeri.
Penggunaan material lokal juga lebih lanjut dibahas dengan detail
dari letak pembelian material-material tersebut. Semakin dekat letak
pembelian material dari lokasi proyek akan semakin baik. Karena letak
pembelian yang terlalu jauh akan memakan biaya yang lebih besar, waktu
yang lebih lama dan juga transportasi yang lebih sulit. Hal ini mengurangi
nilai green dari material tersebut.
23
Universitas Kristen Petra
2.4.2 Indoor Air Health And Comfort
Pada bagian ini konsep green building yang dibahas akan menekankan
pada kenyamanan udara dari lingkungan proyek dan sekitarnya semasa konstruksi
hingga saat dipakai.
Penggunaan cat dan coating merupakan salah satu hal yang disorot
berhubungan dengan kenyamanan dan kesehatan udara. Cat mengandung senyawa
kimia yang disebut volatile organic chemicle atau yang lebih sering disebut voc.
Senyawa kimia ini berbahaya bagi manusia bila diserap oleh manusia dalam kadar
yang cukup banyak dan dapat menimbulkan kanker (wikipedia.org). Oleh karena
itu penggunaan cat dengan kadar voc yang rendah menjadi sebuah persyaratan
dalam konsep green building.
Dalam Greenship sendiri detail kadar voc yang diperbolehkan masih
belum dikeluarkan dalam bentuk manual handbook seperti yang telah dilakukan
oleh LEED US. Hal ini yang diharapkan dapat segera dikerjakan oleh GBC
Indonesia.
Selain bahan dengan senyawa voc yang berbahaya. Penggunaan kayu
komposit , agrifiber dan adhesive juga dimasukkan kedalam persyaratan green
building karena kandungan formaldehida yang terdapat dalam material-material
tersebut.
Senyawa Formaldehida dapat berbahaya karena resin formaldehida dipakai
dalam bahan konstruksi seperti kayu lapis/tripleks, karpet, dan busa semprot dan
isolasi, serta karena resin ini melepaskan formaldehida pelan-pelan, formaldehida
merupakan salah satu polutan dalam ruangan yang sering ditemukan. Apabila
kadar di udara lebih dari 0,1 mg/kg, formaldehida yang terhisap bisa
menyebabkan iritasi kepala dan membran mukosa, yang menyebabkan keluarnya
air mata, pusing, teggorokan serasa terbakar, serta kegerahan.
Jika terpapar formaldehida dalam jumlah banyak, misalnya terminum, bisa
menyebabkan kematian. Dalam tubuh manusia, formaldehida dikonversi menjadi
asam format yang meningkatkan keasaman darah, tarikan napas menjadi pendek
dan sering, hipotermia, juga koma, atau sampai kepada kematiannya.
Di dalam tubuh, formaldehida bisa menimbulkan terikatnya DNA oleh
protein, sehingga mengganggu ekspresi genetik yang normal. Binatang percobaan
24
Universitas Kristen Petra
yang menghisap formaldehida terus-terusan terserang kanker dalam hidung dan
tenggorokannya, sama juga dengan yang dialami oleh para pegawai pemotongan
papan artikel (wikipedia.org)
Disamping persoalan mengenai kedua senyawa diatas, kenyamanan dan
kesehatan udara di lingkungan proyek juga dipengaruhi oleh berbagai alat berat
yang digunakan oleh pihak pelaksana konstruksi. Alat berat yang dimaksud
adalah alat berat yang menghasilkan polusi karbon (CO2) dan menimbulkan
kebisingan yang mengganggu kenyamanan lingkungan.
Seiring dengan berkembangnya teknologi dan kesadaran akan sustainable
construction maka alat-alat berat dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan
konsumen dalam kepuasan teknologi serta ramah lingkungan. Semakin banyak
perusahaan yang bersaing dalam mengeluarkan alat berat yang lebih ramah
lingkungan, contohnya seperti :
Berat
Ketahanan
Faktor daur ulang material
Kemudahan untuk pembongkaran dan pembuangan
Faktor konservasi ramah lingkungan
Penghematan energi
Penyediaan informasi
25
Universitas Kristen Petra
2.4.3 Environmental Management
26
Universitas Kristen Petra