Anda di halaman 1dari 345

DOKUMEN PENGADAAN

Nomor : …………./2023
Tanggal : ………………

untuk
O P T I M AL I S A S I S P A M S U K A T A N I K A B U P A T E N B E K A S I
(NUWSP)

Digunakan dalam pengadaan dengan metode Pelelangan Nasional (National Competitive


Bidding/NCB) pada proyek yang dibiayai oleh Bank Dunia di Indonesia

Kelompok Kerja (POKJA) Pemilihan …. BP2JK Wilayah Jawa Barat


Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Tahun Anggaran: 2022 - 2023
2

DAFTAR ISI

DOKUMEN PENGADAAN
BAB I. UMUM......................................................................................................................................
BAB II. PENGUMUMAN PELELANGAN............................................................................................
BAB III. INSTRUKSI KEPADA PESERTA (IKP).................................................................................
BAB IV. LEMBAR DATA PENAWARAN (LDP)................................................................................
BAB V. LEMBAR DATA KUALIFIKASI (LDK)..................................................................................
BAB VI. BENTUK-BENTUK PENAWARAN STANDAR...................................................................
BAB VII. BENTUK-BENTUK KONTRAK STANDAR.......................................................................
BAB VIII. SYARAT-SYARAT UMUM KONTRAK (SSUK)................................................................
BAB IX. SYARAT-SYARAT KHUSUS KONTRAK (SSKK).............................................................
BAB X. SPESIFIKASI TEKNIS DAN GAMBAR..............................................................................
BAB XI. DAFTAR KUANTITAS DAN HARGA................................................................................
BAB XII. BENTUK-BENTUK DOKUMEN STANDAR LAIN............................................................

2
3

BAB I. UMUM
A. Dokumen Pengadaan ini disusun berdasarkan Peraturan Presiden No 54 Tahun 2010
Tentang Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah yang terakhir diubah dengan
Peraturan Presiden No 4 Tahun 2015 beserta petunjuk teknisnya serta ketentuan teknis
operasional pengadaan barang/jasa secara elektronik, dan dimodifikasi untuk perjanjian
pinjaman/kredit/hibah proyek pada proyek-proyek yang dibiayai oleh Bank Dunia di
Indonesia.

B. Dalam hal terdapat pertentangan ketentuan yang tertulis pada Lembar Data Pemilihan
(LDP) dengan Instruksi Kepada Peserta (IKP), maka yang digunakan adalah ketentuan
pada Lembar data Pemilihan (LDP).

C. Dalam dokumen ini dipergunakan pengertian, istilah dan singkatan sebagai berikut:

Pekerjaan : seluruh pekerjaan yang berhubungan dengan


Konstruksi pelaksanaan konstruksi bangunan atau pembuatan
wujud fisik lainnya;

HPS : Harga Perkiraan Sendiri;


HEA : Harga Evaluasi Akhir;
Kemitraan/ : kerja sama usaha antar penyedia yang masing- masing
Kerja Sama mempunyai hak, kewajiban dan tanggung jawab yang jelas
Operasi berdasarkan perjanjian tertulis;
(KSO)/Joint
Venture

LDP : Lembar Data Pemilihan;


LDK : Lembar Data Kualifikasi;
Pokja Pemilihan : Kelompok Kerja UKPBJ yang berfungsi untuk
melaksanakan Pengadaan Pekerjaan Konstruksi;

PPK : Pejabat Pembuat Komitmen adalah pejabat yang


bertanggung jawab atas pelaksanaan Pengadaan
Barang/Jasa;

SPPBJ : Surat Penunjukan Penyedia Barang/Jasa


SPMK : Surat Perintah Mulai Kerja;
PHO : Serah Terima Pertama Pekerjaan/Provisional Hand
Over

FHO : Penyerahan Akhir Pekerjaan setelah Masa


Pemeliharaan berakhir/Final Hand Over.

LPSE : Layanan Pengadaan Secara Elektronik adalah unit kerja


K/L/D/I yang dibentuk untuk menyelenggarakan sistem
pelayanan Pengadaan Barang/Jasa secara elektronik.

Aplikasi SPSE : Aplikasi perangkat lunak Sistem Pengadaan Secara


Elektronik (SPSE) berbasis web yang terpasang di
server LPSE yang dapat diakses melalui website LPSE.

3
4

Form Isian : Tampilan/antarmuka pemakai berbentuk grafis berisi


Elektronik komponen isian yang dapat diinput oleh pengguna aplikasi.

Form Isian : Form isian elektronik pada aplikasi SPSE yang digunakan
Elektronik Data oleh peserta lelang untuk menginput dan mengirimkan data
Kualifikasi kualifikasi.

E-Lelang : Proses Pelelangan sesuai dengan ketentuan dalam


Peraturan Presiden 54/2010 yang terakhir diubah dengan
Peraturan Presiden 4/2015 beserta petunjuk teknisnya serta
ketentuan teknis operasional pengadaan barang/jasa secara
elektronik, dan dimodifikasi untuk perjanjian pinjaman/ kredit/
hibah Proyek pada proyek-proyek yang dibiayai oleh Bank
Dunia di Indonesia. Semua istilah “pelelangan” pada
dokumen ini merujuk
pada pengertian “e-lelang”.

Bank : Bank adalah Bank Dunia.


Executing : K/L/D/I atau BUMN/ BUMD yang menerima pinjaman/ hibah
Agency
dari Bank Dunia.

D. Pokja Pemilihan mengumumkan pelaksanaan pelelangan ini melalui website


Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, dan Portal Pengadaan
Nasional melalui LPSE.

4
5

BAB II. PENGUMUMAN PELELANGAN

Pengumuman pelelangan tercantum dalam aplikasi SPSE

5
6

BAB III. INSTRUKSI KEPADA PESERTA (IKP)


A. UMUM

1. Lingkup 1.1 Pokja Pemilihan mengumumkan kepada para peserta untuk


Pekerjaan menyampaikan penawaran atas paket Pekerjaan
Konstruksi sebagaimana tercantum dalam LDP;

1.2 Nama paket dan lingkup pekerjaan sebagaimana tercantum


dalam LDP;

1.3 Peserta yang ditunjuk berkewajiban untuk menyelesaikan


pekerjaan dalam jangka waktu sebagaimana tercantum
dalam LDP, berdasarkan syarat umum dan syarat khusus
kontrak dengan mutu sesuai spesifikasi teknis dan harga
sesuai kontrak.

2. Sumber Dana Pengadaan ini dibiayai dari sumber pendanaan sebagaimana


tercantum dalam LDP.

3. Persyaratan 3.1 Perusahaan yang dapat menjadi peserta adalah


(Eligibility) badan usaha swasta, Badan Usaha Milik Negara
sesuai dengan ketentuan IKP angka 3.5 atau
gabungan kedua badan usaha tersebut dalam bentuk
KSO. Dalam hal peserta akan atau sedang
melakukan kemitraan/KSO dengan perusahaan
nasional atau asing maka peserta harus memiliki
Perjanjian Kemitraan/KSO yang memuat persentase
dalam kemitraan/KSO dan perusahaan yang mewakili
kemitraan/KSO tersebut. Peserta Kemitraan/KSO
dilarang mengubah Perjanjian Kemitraan/Kerja Sama
Operasi;
3.2 Peserta tidak diwajibkan membentuk KSO atau
mensubkontrakkan sebagian Pekerjaan. Dalam hal
ini, peserta asing juga tidak diwajibkan membentuk
KSO atau mensubkontrakkan sebagian Pekerjaan
kepada perusahaan lokal. Dalam hal dibentuk KSO,
seluruh anggotanya bersama-sama maupun sendiri-
sendiri bertanggung jawab atas pelaksanaan. Kontrak
sesuai dengan syarat-syarat Kontrak. KSO harus
menunjuk Wakil yang berwenang melaksanakan
segala urusan untuk dan atas nama setiap dan
seluruh anggota KSO selama proses pelelangan dan,
dalam hal KSO ditetapkan sebagai pemenang,
selama pelaksanaan, Jumlah anggota KSO maksimal
adalah sebagaimana yang disebutkan dalam LDP;
3.3 Peserta dapat memiliki kewarganegaraan dari suatu
negara dengan memperhatikan pembatasan dalam
ketentuan IKP angka 3.6. Peserta dianggap memiliki
kewarganegaraan suatu Negara jika Peserta itu
dibentuk, didirikan atau didaftarkan di dan beroperasi
berdasarkan ketentuan perundang-undangan Negara
tersebut sebagaimana dibuktikan dengan akta
pendirian perusahaan (atau dokumen pembentukan
usaha atau asosiasi lain yang dipersamakan) dan
dokumen pendaftaran perusahaan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku. Kriteria ini juga digunakan
untuk menentukan kewarganegaraan dari
subpenyedia atau subkonsultan yang diusulkan atas
sebagian Pekerjaan termasuk Jasa-Jasa terkait.
Untuk kepentingan ini, kewarganegaraan adalah
negara dimana peserta, subkontraktor, subkonsultan
(baik individual maupun perusahaan) terdaftar;

6
7

3.4 Peserta yang dikenakan sanksi oleh Bank sesuai


dengan ketentuan IKP 4 dan ketentuan Pedoman
Bank untuk “Pencegahan dan Pemberantasan
Korupsi dalam Proyek-Proyek yang Dibiayai dengan
Pinjaman International Bank for Reconstruction and
Development (IBRD) serta Kredit dan Hibah
International Development Association (IDA)
(“Pedoman Anti Korupsi”)” tidak memenuhi syarat
untuk mengikuti prakualifikasi, mengajukan
penawaran atau ditetapkan sebagai pemenang
kontrak yang dibiayai Bank atau mendapatkan
manfaat dari kontrak yang dibiayai Bank secara
keuangan atau lainnya selama jangka waktu yang
ditetapkan oleh Bank. Daftar badan usaha dan orang
perseorangan (individu) yang dilarang dapat dilihat
pada website World Bank
http://www.worldbank.org/debarr;

3.5 Badan Usaha Milik Negara di Indonesia dapat menjadi


peserta hanya apabila mereka dapat membuktikan
bahwa mereka:
(i) mandiri secara hukum dan keuangan;
(ii) beroperasi berdasarkan undang-undang
perseroan terbatas, dan
(iii) bukan lembaga yang bergantung pada
Executing Agency.

Agar memenuhi syarat, badan usaha milik negara


wajib memberikan bukti yang meyakinkan bagi Bank,
melalui semua dokumen yang relevan, termasuk
Anggaran Dasarnya dan informasi lain yang diminta
oleh Bank bahwa badan usaha milik negara tersebut:
(i) merupakan badan hukum yang terpisah dari
pemerintah; (ii) saat ini tidak mendapatkan subsidi
atau dukungan anggaran dalam jumlah yang besar;
(iii) beroperasi sebagai badan usaha komersial yang
tidak wajib menyerahkan kelebihan/surplusnya kecuali
dalam bentuk dividen kepada pemerintah, dapat
memperoleh hak dan kewajiban, meminjam dana dan
bertanggung jawab atas pengembalian utang-
utangnya, dan dapat dinyatakan pailit; dan (iv) tidak
mengajukan penawaran atas kontrak yang akan
diberikan oleh departemen atau lembaga pemerintah
yang berdasarkan peraturan perundang-undangan
yang berlaku merupakan instansi penanggung jawab
atau pengawas dari badan usaha atau dapat
mempengaruhi atau mengendalikan jalannya badan
usaha atau institusi;

3.6 Badan usaha atau orang perseorangan (individu) tidak


memenuhi syarat menjadi peserta apabila
sebagaimana dimaksud dalam Bab IV.1 yaitu :
(a) sesuai dengan Undang-Undang atau peraturan
resmi, negara Peminjam melarang diadakannya
hubungan komersial dengan Negara tersebut,
dengan ketentuan Bank merasa yakin bahwa
ketidakikutsertaan itu tidak menghilangkan
persaingan yang efektif untuk penyediaan barang
atau pengadaan kontrak pekerjaan atau jasa
yang dibutuhkan; atau
(b) tindakan yang sesuai dengan keputusan Dewan
Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa
berdasarkan Bab VII Piagam PBB, Negara
Peminjam melarang impor barang atau
pengadaan kontrak pekerjaan atau jasa dari

7
8
Negara tersebut, atau pembayaran ke suatu
negara, orang atau badan di Negara tersebut;

3.7 Peserta wajib menyampaikan seluruh persyaratan yang


diminta oleh Pokja Pemilihan yang sesuai dengan
ketentuan dalam dokumen pengadaan;

3.8 Material, peralatan dan jasa yang diadakan berdasarkan


Kontrak ini dan dibiayai oleh Bank dapat berasal dari
suatu negara yang terkena pembatasan sebagaimana
dimaksud dalam Bab IV.1 Dokumen Pengadaan ini
mengenai Negara-Negara yang Memenuhi Syarat, dan
semua pengeluaran biaya berdasarkan Kontrak ini tidak
melanggar pembatasan tersebut. Atas permintaan PPK,
Peserta dapat disyaratkan untuk menyampaikan bukti
asal usul material, peralatan dan jasa yang diadakan.

4. Larangan 4.1 Pemerintah Indonesia dan/atau Bank Dunia


Korupsi, mensyaratkan kepatuhan terhadap kebijakannya
Kolusi, dan mengenai praktek korupsi dan penipuan sebagaimana
Nepotisme dimaksud dalam Bab IV.2 Dokumen Pengadaan ini;
(KKN) serta
Penipuan 4.2 Selanjutnya, sesuai dengan kebijakan Bab IV.2, Peserta
meminta, dan mengharuskan agennya (baik dinyatakan
maupun tidak), subpenyedia, subkonsultan, penyedia
jasa atau pemasok beserta personilnya untuk
mengizinkan, Pemerintah Indonesia dan/atau Bank
Dunia untuk melakukan pemeriksaan terhadap segala
buku, catatan dan dokumen lain yang berkaitan dengan
proses prakualifikasi, pemasukan penawaran, dan
pelaksanaan kontrak (dalam hal penunjukan pemenang)
dan meminta agar setiap buku, catatan dan dokumen
tersebut diaudit oleh auditor yang ditunjuk oleh
Pemerintah Indonesia dan/atau Bank Dunia, sesuai
dengan ketentuan yang berlaku;

4.3 Terkait adanya indikasi praktek korupsi, kolusi dan


nepotisme dapat dilaporkan langsung kepada Bank
Dunia melalui alamat yang tertera pada LDP.

5.1 Para pihak dalam melaksanakan tugas, fungsi dan


5. Larangan perannya, harus menghindari dan mencegah
Pertentangan pertentangan kepentingan para pihak yang terkait, baik
Kepentingan secara langsung maupun tidak langsung. Setiap
peserta yang diketahui mempunyai pertentangan
kepentingan harus digugurkan;

5.2 Pertentangan kepentingan sebagaimana dimaksud


pada angka 5.1 antara lain meliputi:
a. anggota direksi atau dewan komisaris dalam suatu
badan usaha merangkap sebagai anggota direksi
atau dewan komisaris pada badan usaha lainnya
yang menjadi peserta pada Pelelangan yang sama;
b. konsultan perencana/ pengawas bertindak sebagai
pelaksana Pekerjaan Konstruksi yang
direncanakannya/diawasinya, kecuali dalam
pelaksanaan Kontrak Pengadaan Pekerjaan
Terintegrasi;
c. konsultan manajemen konstruksi berperan sebagai
Konsultan Perencana dan/atau Konsultan
Pengawas;
d. pengurus koperasi pegawai dalam suatu K/L/D/I
atau anak perusahaan pada BUMN/BUMD yang
mengikuti Pengadaan dan bersaing dengan
Perusahaan lainnya, merangkap sebagai anggota
Pokja Pemilihan atau pejabat yang berwenang

8
9
menetapkan pemenang Pelelangan;

9
10

e. PPK dan/atau anggota Pokja Pemilihan, secara


langsung maupun tidak langsung mengendalikan
atau menjalankan perusahaan peserta dan/atau
peserta, secara langsung maupun tidak langsung,
dikendalikan oleh atau berada di bawah kendali
bersama dengan peserta lain;
f. hubungan antara 2 (dua) perusahaan yang
dikendalikan, baik langsung maupun tidak langsung
oleh pihak yang sama yaitu lebih dari 50% (lima
puluh perseratus) pemegang saham dan/atau salah
satu pengurusnya sama dan/atau menerima atau
telah menerima subsidi langsung maupun tidak
langsung dari peserta lain;
g. secara langsung atau tidak langsung
mengendalikan, dikendalikan oleh, berada di bawah
kendali bersama dengan peserta lain;
h. peserta menerima atau telah menerima subsidi
langsung maupun tidak langsung dari peserta lain;
i. peserta mempunyai wakil resmi yang sama dengan
peserta lain;
j. peserta mempunyai hubungan dengan peserta lain,
secara langsung maupun melalui pihak ketiga
sehingga peserta mempunyai kedudukan yang
dapat mempengaruhi penawaran Peserta lain, atau
mempengaruhi keputusan Pemilik Pekerjaan
mengenai proses pelelangan;
k. pengajukan lebih dari satu penawaran dalam proses
pelelangan ini. Pengajuan lebih dari satu penawaran
oleh satu Peserta akan mengakibatkan
digugurkannya semua Penawaran dari Peserta
bersangkutan. Namun, hal ini tidak membatasi
keikutsertaan satu subpenyedia yang sama dalam
lebih dari satu penawaran;
l. atau salah satu afiliasinya pernah menjadi konsultan
dalam penyusunan desain atau spesifikasi teknis
pekerjaan yang menjadi subyek penawaran;
m. atau salah satu afiliasinya telah dipekerjakan (atau
diusulkan untuk dipekerjakan) oleh PPK sebagai
tenaga ahli untuk pelaksanaan Kontrak;
n. akan menyediakan barang, pekerjaan atau jasa
non-konsultan yang berasal dari atau berkaitan
langsung dengan jasa konsultasi untuk persiapan
atau pelaksanaan proyek yang disebutkan dalam
ketentuan IKP 1.2; atau menyediakan atau
disediakan oleh afiliasi yang secara langsung
maupun tidak langsung mengendalikan,
dikendalikan oleh, atau berada di bawah kendali
bersama dengan perusahaan bersangkutan; atau
o. mempunyai hubungan bisnis atau keluarga yang
dekat dengan pegawai Pemerintah Indonesia yang
bekerja pada lembaga pelaksana proyek, atau
penerima sebagian pinjaman yang: (i) secara
langsung maupun tidak langsung terlibat dalam
penyusunan dokumen lelang atau spesifikasi
kontrak, dan/atau proses evaluasi penawaran dari
kontrak tersebut; atau (ii) akan terlibat dalam
pelaksanaan atau pengawasan pelaksanaan
kontrak kecuali apabila pertentangan kepentingan
yang berasal dari hubungan tersebut telah
diselesaikan dengan cara yang dapat diterima oleh
Bank selama berlangsungnya proses pengadaan
dan pelaksanaan kontrak.

5.3 Pegawai K/L/D/I dilarang menjadi peserta kecuali cuti

10
11
diluar tanggungan K/L/D/I.

6. Satu Setiap peserta, baik atas nama sendiri maupun sebagai


Penawaran
anggota kemitraan/KSO hanya boleh memasukkan satu
Tiap Peserta
penawaran untuk satu paket pekerjaan.

B. DOKUMEN PENGADAAN

7. Isi Dokumen 7.1 Dokumen Pengadaan terdiri dari:


Pengadaan a. Bab I – Umum;
b. Bab II – Pengumuman;
c. Bab III - Instruksi Kepada Peserta;
d. Bab IV - Lembar Data Penawaran (LDP);
e. Bab IV.1. - Negara-Negara Yang Memenuhi Syarat;
f. Bab IV.2 - Kebijakan Bank Dunia - Praktek
Korupsi dan Penipuan;
g. Bab V - Lembar Data Kualifikasi (LDK);
h. Bab VI - Bentuk-Bentuk Pelelangan Standar:
(i) Bentuk Surat Penawaran;
(ii) [Bentuk Perjanjian Kemitraan/Kerja Sama
Operasi (KSO), bila ada];
(iii) Bentuk Informasi Penawaran Teknis;
(iv) Bentuk Informasi Penawaran Kualifikasi;
(v) Bentuk Pakta Integritas;
(vi) Bentuk Jaminan penawaran( Bank/Asuransi).
i. Bab VII – Bentuk Standar Kontrak:
(i) Bentuk Surat Perintah Kerja;
(ii) Bentuk Kontrak;
j. Bab VIII - Syarat-Syarat Umum Kontrak;
k. Bab IX - Syarat-Syarat Khusus Kontrak;
l. Bab X - Spesifikasi Teknis dan Gambar;
m. Bab XI - Daftar Kuantitas dan harga;
n. Bab XII – Bentuk Dokumen Standar Lainnya
(i) Bentuk Surat Penunjukan Penyedia
Pekerjaan;
(ii) Bentuk Surat Perintah Mulai Kerja;
o. Bentuk Jaminan;
(i) Bentuk Jaminan Pelaksanaan dari Bank;
(ii) Bentuk Jaminan Pelaksanaan dari
perusahaan asuransi/penjaminan;
(iii) Jaminan Uang Muka dari Bank;
(iv) Jaminan Pemeliharaan dari
perusahaan asuransi/Penjaminan.

7.2 Peserta berkewajiban memeriksa keseluruhan isi


Dokumen Pengadaan ini. Kelalaian menyampaikan
Dokumen Penawaran yang tidak memenuhi
persyaratan yang ditetapkan dalam Dokumen
Pengadaan ini sepenuhnya merupakan risiko peserta.

11
12

8. Bahasa Dokumen Pengadaan beserta seluruh korespondensi tertulis


Dokumen dalam proses pengadaan menggunakan Bahasa Indonesia.
Pengadaan

9. Klarifikasi 9.1 Peserta yang membutuhkan klarifikasi mengenai


Dokumen Dokumen Pengadaan dapat mengirimkan permintaan
Pengadaan, klarifikasi secara tertulis kepada Pokja Pemilihan
Pemberian melalui aplikasi SPSE dengan menggunakan fungsi
Penjelasan pemberian penjelasan dalam SPSE. Masa klarifikasi
dan berlangsung mulai dari tanggal pengumuman
Peninjauan pelelangan sampai dengan 7 hari kalendar sebelum
Lapangan batas akhir pemasukan penawaran. Peserta dapat
meminta klarifikasi setiap waktu selama masa ini.
Pokja Pemilihan akan memberikan jawaban tertulis
dalam hari kerja yang sama terhadap setiap
permintaan klarifikasi. Jawaban dari Pokja Pemilihan
akan diberikan dan diunggah melalui aplikasi SPSE.

9.2 Pemberian penjelasan (aanwijzing) dilakukan secara


online melalui aplikasi SPSE sesuai jadwal dalam
aplikasi SPSE.

9.3 Ketidakikutsertaan peserta pada saat pemberian


penjelasan tidak dapat dijadikan dasar untuk
menolak/menggugurkan penawaran.

9.4 Apabila ditentukan dalam aplikasi SPSE, Pokja


Pemilihan melalui tim atau tenaga ahli pemberi
penjelasan teknis yang ditunjuk dapat mengadakan
peninjauan lapangan. Biaya yang dikeluarkan oleh
peserta untuk peninjauan lapangan ditanggung oleh
peserta.

9.5 Kumpulan pertanyaan dari peserta, dan jawaban dari


Pokja Pemilihan pada saat pemberian penjelasan
(aanwijzing) dalam SPSE merupakan Berita Acara
Pemberian Penjelasan (BAPP).

9.6 Dalam hal dilaksanakan peninjauan lapangan maka


Berita Acara Peninjauan Lapangan akan dibuat dan
diunggah melalui aplikasi SPSE.

10. Perubahan 10.1. Apabila terdapat ketentuan baru atau perubahan


Dokumen penting sebelum batas akhir pemasukan penawaran,
Pengadaan maka Pokja Pemilihan menuangkannya ke dalam
Adendum Dokumen Pengadaan yang menjadi bagian
tidak terpisahkan dari Dokumen Pengadaan.
10.2. Apabila ketentuan baru atau perubahan penting
tersebut tidak dituangkan dalam Adendum, maka
ketentuan baru atau perubahan tersebut dianggap tidak
ada dan ketentuan yang berlaku adalah Dokumen

12
13
Pengadaan awal.
10.3 Pokja Pemilihan mengumumkan Adendum Dokumen
Pengadaan dengan cara mengunggah (upload) file
Adendum melalui aplikasi SPSE paling lambat 2 (dua)
hari sebelum batas akhir pemasukan penawaran.
Apabila Pokja Pemilihan akan mengunggah (upload)
file Adendum kurang dari 2 (dua) hari sebelum batas
akhir pemasukan penawaran, maka Pokja Pemilihan
wajib mengundurkan batas akhir pemasukan
penawaran.
10.4 Peserta dapat mengunduh (download) Adendum
Dokumen Pengadaan yang diunggah (upload) Pokja
Pemilihan pada aplikasi SPSE (apabila ada).

11. Tambahan Mengakibatkan kebutuhan penambahan waktu


Waktu penyiapan dokumen penawaran maka Pokja Pemilihan
Pemasukan memperpanjang batas akhir pemasukan penawaran agar
Dokumen peserta mendapatkan waktu yang cukup untuk
Penawaran mencantumkan adendum ke dalam penawaran mereka.

C. PENYIAPAN DOKUMEN PENAWARAN

12. Biaya dalam 12.1 Peserta menanggung semua biaya dalam


Penyiapan penyiapan dan penyampaian penawaran.
Penawaran
12.2 Pokja Pemilihan tidak bertanggung jawab atas
kerugian apapun yang ditanggung oleh peserta.

13. Bahasa 13.1 Semua Dokumen Penawaran harus menggunakan


Penawaran Bahasa Indonesia.

13.2 Dokumen penunjang yang terkait dengan Dokumen


Penawaran dapat menggunakan Bahasa Indonesia
atau bahasa asing.

13.3 Dokumen penunjang yang berbahasa asing perlu


disertai penjelasan dalam Bahasa Indonesia. Dalam
hal terjadi perbedaan penafsiran, maka yang
berlaku adalah penjelasan dalam Bahasa
Indonesia.
14. Dokumen-
Dokumen yang 14.1 Dokumen Penawaran dimasukan dalam satu
Termasuk dalam file yang meliputi:
Penawaran a. surat penawaran yang mencantumkan;
1) tanggal;
2) masa berlaku penawaran;
3) total harga penawaran;
4) tanda tangan wakil yang sah.

b. Konfirmasi tertulis seperti surat kuasa, yang

13
14
memberikan kewenangan kepada orang yang
menandatangani Penawaran untuk melakukan
perikatan atas nama Peserta.

c. Daftar Kuantitas dan Harga yang sudah


dilengkapi.
d. Softcopy hasil pemindaian Surat Perjanjian
Kemitraan/Kerja Sama Operasi dan Jaminan
Penawaran (apabila peserta berbentuk
Kemitraan/KSO),
e. Penawaran teknis yang terdiri dari:
1) metode pelaksanaan;
2) jadwal dan jangka waktu pelaksanaan
pekerjaan sampai dengan serah terima
pertama Pekerjaan (PHO); dan jenis,
kapasitas, komposisi dan jumlah peralatan;
3) daftar personil inti;
4) bagian pekerjaan yang akan disubkontrakkan
(apabila ada bagian pekerjaan yang akan
disubkontrakkan);
5) data teknis (seperti brosur, spesifikasi dsb.)
untuk bahan/barang tertentu apabila
ditetapkan dalam LDP.
6) Strategi Pengelolaan dan Rencana
Pelaksanaan terhadap Lingkungan, Sosial,
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (LSK3).
f. Penawaran kualifikasi: Lihat Bab V – Lembar
Data Kualifikasi dan Form Isian Elektronik Data
Kualifikasi dalam aplikasi SPSE (untuk peserta
tunggal/single bidders) dan dalam Bab VI (untuk
peserta Kemitraan/Kerja Sama Operasi/KSO)
dalam dokumen pengadaan ini.
g. Pakta Integritas (peserta yang berbentuk
Kemitraan/Kerja Sama Operasi/KSO harus
mengisi dan Formulir Pakta Integritas yang
ditetapkan dalam Bab VI dokumen pengadaan ini
bersama dengan penawarannya. Semua peserta
lain dianggap telah menandatangani Pakta
Integritas ketika mendaftarkan diri sebagai
peserta lelang paket pekerjaan melalui aplikasi
SPSE).
h. Peserta Lelang harus menyerahkan Strategi
Pengelolaan dan Rencana Pelaksanaan terhadap
Lingkungan, Sosial, Kesehatan dan Keselamatan
Kerja (LSK3) yang komprehensif dan singkat
(SPRP- LSK3) sebagaimana disyaratkan oleh IKP

14.2 butir e.6) pada Lembar Data Penawaran (LDP).


Strategi dan rencana ini harus menguraikan secara
rinci tindakan, bahan, peralatan, proses
pengelolaan, biaya,dll. yang akan dilaksanakan oleh
Kontraktor dan Sub-kontraktornya, sebagaimana
dokumen ESMP terlampir.

14.3 Surat Penawaran dan semua dokumen yang


disebutkan dalam ketentuan IKP butir 14.1 harus

14
15

dipersiapkan dengan menggunakan bentuk-bentuk


yang sesuai dalam Bab VI dokumen pengadaan ini.

15. Harga 15.1 Harga penawaran ditulis dengan jelas dalam angka
Penawaran dan huruf.

15.2 Peserta mencantumkan harga satuan dan harga total


untuk tiap mata pembayaran/pekerjaan dalam Daftar
Kuantitas dan Harga. Jika harga satuan ditulis nol
atau tidak dicantumkan maka pekerjaan dalam mata
pembayaran tersebut dianggap telah termasuk dalam
harga satuan pekerjaan yang lain dan pekerjaan
tersebut tetap harus dilaksanakan.

15.3 Biaya overhead dan keuntungan serta semua pajak,


bea, retribusi, dan pungutan lain yang sah serta
biaya asuransi yang harus dibayar oleh penyedia
untuk pelaksanaan paket Pekerjaan Konstruksi ini
diperhitungkan dalam total harga penawaran.

15.4 [Untuk kontrak yang masa pelaksanaannya lebih dari


12 (dua belas) bulan, penyesuaian harga
diberlakukan sebagaimana diatur dalam Syarat-
Syarat Umum/Khusus Kontrak].

15.5 Jika dipersyaratkan, Peserta Lelang harus


memberikan Jaminan Penawaran dengan ketentuan
sebagaimana disnyatakan di dalam LDP.

15.6 Jaminan Penawaran Asli dikirimkan melalui pos


tercatat/kurir kepada Pokja Pemilihan dengan alamat
yang tercantum dalam LDP. Dokumen tersebut harus
diterima sebelum batas akhir pemasukan penawaran.
Apabila dokumen tersebut tidak diterima dalam waktu
yang ditentukan, maka penawaran dianggap tidak
responsif secara substansial. Dalam hal terdapat
perbedaan antara dokumen asli dengan dokumen
yang diunggah maka yang berlaku adalah dokumen
asli.

15.7 Jaminan Penawaran Harus Memenuhi Persyaratan


Sebagai Berikut :
a. Jaminan tanpa syarat, dan dikeluarkan oleh Bank
Umum, atau konsorsium perusahaan asuransi
umum/ Lembaga Penjaminan/ perusahaan
penajaminan yang mempunyai program asuransi
kerugian (suretyship) sebagaimana ditetapkan
oleh Menteri Keuangan;
b. Jaminan Penawaran harus dapat dicairkan tanpa
syarat (unconditional) sebesar nilai Jaminan dalam
waktu paling lambat 14 (empat belas) hari kerja,
setelah surat pernyataan wanprestasi dari Pokja
Pemilihan diterima oleh Penerbit Jaminan; nama
peserta sama dengan nama yang tercantum
dalam Jaminan Penawaran;

15
16
c. besaran nilai Jaminan Penawaran tidak kurang
dari nilai nominal sebagaimana tercantum dalam
15.5;
d. besaran nilai Jaminan Penawaran dicantumkan
dalam angka dan huruf;
e. nama Pokja Pemilihan yang menerima Jaminan
Penawaran sama dengan nama Pokja Pemilihan
yang mengadakan pelelangan;
f. paket pekerjaan yang dijamin sama dengan paket
pekerjaan yang dilelangkan;
g. Jaminan Penawaran harus dapat dicairkan tanpa
syarat sesuai dengan jumlah dalam jaminan
penawaran, Jaminan Penawaran atas nama
perusahaan kemitraan (Kerja Sama Operasi/KSO)
harus ditulis atas nama perusahaan
kemitraan/KSO;

15.8 Semua Penawaran yang tidak disertai dengan


jaminan penawaran Asli sesuai dengan pasal 15.5,
maka penawaran akan ditolak sebagai tidak responsif;

15.9 Jaminan Penawaran dari peserta yang ditetapkan


sebagai pemenang pelelangan akan dikembalikan
setelah penandatanganan kontrak dan memberikan
Jaminan Pelaksanaan;

15.10 Jaminan Penawaran dari peserta yang tidak


ditetapkan sebagai pemenang pelelangan akan
dikembalikan setelah pemenang memberikan Jaminan
Pelaksanaan;

15.11 Jaminan Penawaran akan disita dan dicairkan ke kas


Negara apabila :
a. peserta menarik kembali penawarannya selama
masa berlakunya surat penawaran, atau
perpanjangan yang di sediakan oleh peserta;
b. calon pemenang gagal untuk menerima hasil dari
perjanjian dan tanda tangan kontrak.
16. Mata Uang 16.1 Semua harga dalam penawaran harus dalam bentuk
Penawaran dan mata uang Rupiah;
Cara Pembayaran
16.2 Pembayaran atas pelaksanaan pekerjaan dilakukan
sesuai dengan cara sebagaimana tercantum dalam
LDP dan diuraikan dalam Syarat-Syarat
Umum/Khusus Kontrak.
17. Masa Berlaku 17.1 Masa berlaku penawaran sesuai sebagaimana
Penawaran dan tercantum dalam LDP;
Jangka Waktu
Pelaksanaan 17.2 Apabila evaluasi penawaran belum selesai
dilaksanakan, sebelum akhir masa berlakunya
penawaran, Pokja Pemilihan meminta kepada
seluruh peserta secara tertulis untuk memperpanjang
masa berlakunya penawaran dalam jangka waktu
tertentu dan diperhitungkan paling kurang sampai
perkiraan tanggal penandatanganan kontrak;

17.3 Apabila penetapan pemenang telah disampaikan dan

16
17
tidak ada sanggah/sanggah banding, tetapi DIPA
belum disahkan, Pokja Pemilihan meminta secara
tertulis kepada pemenang lelang untuk
memperpanjang masa berlakunya penawaran dalam
jangka waktu tertentu dan diperhitungkan paling
kurang sampai perkiraan tanggal penandatanganan
kontrak;

17.4 Berkaitan dengan 17.2 dan 17.3, maka peserta


dapat:
a. menyetujui permintaan tersebut tanpa mengubah
penawaran; atau
b. menolak permintaan tersebut dan dapat
mengundurkan diri secara tertulis dengan tidak
dikenakan sanksi.
17.5
Jangka waktu pelaksanaan pekerjaan yang
ditawarkan tidak melebihi jangka waktu sebagaimana
tercantum dalam LDP;

18. Pengisian Data 18.1 Peserta dapat mengunggah hasil pemindaian


Kualifikasi dokumen administrasi kualifikasi pada fasilitas
unggahan Dokumen Penawaran;
18.2 Dengan mengirimkan data kualifikasi melalui SPSE:
a. dalam hal peserta tunggal, Data Kualifikasi dan
pernyataan yang menjadi bagian kualifikasi
dianggap telah ditandatangani dan disetujui;
b. dalam hal peserta pemilihan ber-KSO, data
Kualifikasi dan pernyataan yang menjadi bagian
kualifikasi dianggap telah ditandatangani dan
disetujui oleh pejabat yang menurut perjanjian
KSO berhak mewakili/ leadfirm KSO.

19. Pakta Integritas 19.1 Pakta Integritas berisi ikrar untuk mencegah dan
tidak melakukan kolusi, korupsi, dan nepotisme
(KKN), serta akan mengikuti proses pemilihan
secara bersih, transparan, dan profesional;

19.2 Dengan mendaftar sebagai peserta lelang melalui


aplikasi SPSE, maka peserta telah
menandatangani Pakta Integritas, kecuali untuk
peserta yang melakukan Kerja Sama Operasi
(KSO), maka badan usaha yang ditunjuk mewakili/
leadfirm KSO wajib menyampaikan pakta
integritas anggota KSO-nya melalui fasilitas
unggahan lainnya pada formulir isian elektronik
data kualifikasi di aplikasi SPSE.

D. PEMASUKAN PENAWARAN

20. Persiapan Data 20.1 Dokumen Penawaran disampaikan oleh peserta

17
18
Kualifikasi dan terdiri atas 1 (satu) Dokumen Penawaran yang telah
Dokumen disandikan/dienkripsi dan terdiri atas:
Penawaran a. Penawaran administrasi;
b. Penawaran teknis;
c. Penawaran harga;
d. Dokumen Kualifikasi.

20.2 Dokumen Penawaran disandikan/dienkripsi dengan


sistem pengaman dokumen;

20.3 Peserta menyampaikan Dokumen Penawaran yang


telah disandikan/dienkripsi sesuai jadwal yang
ditetapkan Peserta menyampaikan;

20.4 Data Kualifikasi bersamaan dengan penyampaian


Dokumen Penawaran.

21. Penyampaian Data 21.1 Peserta menyampaikan Dokumen Penawaran


Kualifikasi dan kepada Pokja Pemilihan, dengan jadwal
Dokumen sebagaimana tercantum dalam LDP, dengan
Penawaran ketentuan peserta mengunggah Dokumen
Penawaran terenkripsi hanya melalui aplikasi SPSE
sesuai jadwal yang ditetapkan;

21.2 Peserta menyampaikan Data Kualifikasi kepada


Pokja Pemilihan, dengan jadwal sebagaimana
tercantum dalam LDP, dengan ketentuan peserta
menggunggah Dokumen Penawaran terenkripsi
hanya melalui aplikasi SPSE sesuai jadwal yang
ditetapkan;

21.3 Dokumen Penawaran administrasi, teknis, harga dan


dokumen kualifikasi dienkripsi menggunakan sistem
pengaman dokumen;

21.4 Peserta mengunggah (upload) Dokumen Penawaran


administrasi, teknis, harga dan dokumen kualifikasi
yang telah terenkripsi sesuai jadwal yang ditetapkan;

21.5 Peserta dapat mengunggah Dokumen Penawaran


secara berulang sebelum batas akhir waktu
pemasukan Dokumen Penawaran. Dokumen
Penawaran terakhir akan menggantikan Dokumen
Penawaran yang telah terkirim sebelumnya;

21.6 Surat Penawaran dan/atau dokumen lain sebagai


bagian dari Dokumen Penawaran yang diunggah
(upload) ke dalam aplikasi SPSE dianggap sah
sebagai dokumen elektronik dan dianggap telah
disetujui dan ditandatangani secara elektronik oleh
pemimpin/direktur perusahaan atau kepala cabang
perusahaan yang diangkat oleh kantor pusat yang
dibuktikan dengan dokumen otentik atau pejabat
yang menurut perjanjian kerjasama adalah yang
berhak mewakili perusahaan yang bekerja sama atau
pihak yang diberi kuasa oleh pemimpin atau direktur
perusahaan yang nama pemberi kuasanya tercantum
dalam akta pendirian/perubahan;

18
19

21.7 Pengguna SPSE wajib mengetahui dan


melaksanakan ketentuan penggunaan sistem
pengaman dokumen yang melekat pada SPSE;

21.8 Untuk Peserta yang berbentuk KSO, pemasukan


penawaran dilakukan oleh badan usaha yang ditunjuk
22. Batas Akhir Waktu mewakili KSO/leadfirm KSO;
Pemasukan
Penawaran dan 22.1 Penawaran harus disampaikan secara elektronik
Penawaran melalui aplikasi SPSE kepada Pokja Pemilihan paling
Terlambat lambat pada waktu yang ditentukan oleh Pokja
Pemilihan sebagaimana tercantum dalam LDP;

22.2 Pokja Pemilihan tidak diperkenankan mengubah


waktu batas akhir pemasukan penawaran kecuali:
a. keadaan kahar;
b. terjadi gangguan teknis*);
*)
- Yang dimaksud dengan gangguan teknis adalah
gangguan yang mempengaruhi operasional
SPSE, baik pengaruh terhadap penyedia jasa
maupun terhadap Panitia Pemilihan;
- Jika Pokja menerima aduan indikasi gangguan
teknis secara tertulis sebelum batas akhir
pemasukan penawaran, maka Pokja akan
meminta konfirmasi terkait kebenaran gangguan
teknis tersebut secara tertulis dari pengelola
LPSE. Dalam hal Pokja belum menerima
konfirmasi resmi atau tertulis dari pengelola
LPSE atau pengumuman resmi di SPSE terkait
gangguan teknis tersebut, maka Pokja dapat
memperpanjang batas akhir pemasukan
penawaran;
- Apabila Pokja menerima pemberitahuan
terjadinya gangguan teknis secara tertulis dari
LPSE atau dari halaman resmi SPSE sebelum
batas akhir pemasukan penawaran, maka Pokja
segera mengumumkan perpanjangan waktu
pemasukan penawaran minimal selama
terjadinya gangguan teknis. Jika Pokja menerima
aduan secara tertulis terkait indikasi gangguan
teknis yang diterima oleh Pokja setelah batas
akhir pemasukan penawaran, maka batas akhir
pemasukan penawaran tidak bisa diperpanjang;
c. perubahan dokumen pemilihan yang
mengakibatkan kebutuhan penambahan waktu
penyiapan Dokumen Penawaran; atau
d. tidak ada peserta yang memasukkan penawaran
sampai dengan batas akhir pemasukan

22.3 Dalam hal Pokja Pemilihan mengubah waktu batas


akhir pemasukan penawaran maka harus
menyampaikan/menginformasikan pada SPSE alasan
yang dapat dipertanggungjawabkan. Perpanjangan
batas akhir pemasukan penawaran karena hal
tersebut di IKP 22.2 harus dilakukan sebelum batas
akhir pemasukan penawaran.

19
20
22.4 Aplikasi SPSE menolak setiap Dokumen Penawaran
yang dikirimkan setelah batas akhir waktu pemasukan
penawaran.

20
21

E. PEMBUKAAN DAN EVALUASI PENAWARAN

23. Pembukaan 23.1 Jadwal pembukaan penawaran sebagaimana


Penawaran tercantum dalam LDP.

23.2 Pada tahap pembukaan penawaran, Pokja


Pemilihan mengunduh (download) dan melakukan
dekripsi Dokumen Penawaran dengan
menggunakan sistem pengaman dokumen sesuai
waktu yang telah ditetapkan.

23.3 Terhadap Dokumen Penawaran yang tidak dapat


dibuka (didekripsi), Pokja Pemilihan menyampaikan
Dokumen Penawaran tersebut kepada LPSE untuk
mendapat keterangan bahwa Dokumen yang
bersangkutan tidak dapat dibuka dan bila dianggap
perlu LPSE dapat menyampaikan Dokumen
Penawaran tersebut kepada LKPP.

23.4 Berdasarkan keterangan dari LPSE, apabila


Dokumen Penawaran tidak dapat dibuka/didekripsi
maka Pokja Pemilihan dapat menetapkan bahwa
Dokumen Penawaran tersebut tidak memenuhi
syarat sebagai penawaran dan penyedia barang/jasa
yang mengirimkan Dokumen Penawaran tersebut
dianggap tidak memasukkan penawaran. Apabila
dapat dibuka, maka Pokja Pemilihan akan
melanjutkan proses atas penawaran yang
bersangkutan.

23.5 Dinyatakan sebagai penawaran yang masuk apabila


Dokumen Penawaran sebagaimana dimaksud pada
IKP 14.1 terpenuhi. Surat pengunduran diri
(misalnya) tidak termasuk sebagai penawaran.

23.6 Pokja Pemilihan tidak boleh menggugurkan


penawaran pada waktu pembukaan penawaran,
kecuali untuk Dokumen Penawaran yang sudah
dipastikan tidak dapat dibuka berdasarkan
keterangan LPSE.

24. Klarifikasi
Penawaran 24.1 Untuk membantu pemeriksaan, evaluasi dan
pembandingan penawaran dan kualifikasi Peserta
maka Pokja Pemilihan atas kebijaksanaannya sendiri
dapat meminta klarifikasi dari Peserta mengenai
penawarannya.

24.2 Setiap klarifikasi yang disampaikan oleh Peserta yang


tidak sesuai dengan permintaan Pokja Pemilihan tidak
akan dipertimbangkan.

24.3 Permintaan Klarifikasi oleh Pokja Pemilihan dan


jawabannya harus dibuat secara tertulis dalam surat
yang dikirim melalui jasa kurir, faksimili atau email.
Perubahan pada harga atau substansi penawaran
tidak diminta, dilakukan atau diizinkan kecuali untuk

21
22
mengkonfirmasi hasil koreksi atas kesalahan aritmatik
yang ditemukan oleh Pokja Pemilihan dalam evaluasi
penawaran sesuai dengan ketentuan IKP butir 25 atau
untuk mengkonfirmasi informasi yang tidak jelas atau
tidak lengkap sehubungan dengan kualifikasi peserta
sesuai dengan IKP butir 27.3.

24.4 Apabila Peserta tidak menyampaikan klarifikasi atas


penawarannya pada tanggal dan waktu yang
ditetapkan dalam permintaan klarifikasi dari Pokja
Pemilihan maka penawarannya dapat ditolak.

25. Koreksi atas 25.1 Sebelum evaluasi penawaran, dilakukan koreksi


kesalahan aritmatik oleh Pokja Pemilihan dengan ketentuan
aritmatik sebagai berikut:
a. apabila terdapat perbedaan antara harga satuan
dan total harga sebagai hasil dari perkalian
antara harga satuan dengan kuantitas maka yang
berlaku adalah harga satuan sehingga total
harganya harus dikoreksi;
b. Apabila terdapat kesalahan perhitungan yang
berkaitan dengan penjumlahan atau pengurangan
subtotal maka yang berlaku adalah subtotal
sehingga totalnya harus dikoreksi;
c. Apabila terdapat perbedaan antara penulisan
huruf dan angka maka yang berlaku adalah
jumlah dalam huruf, kecuali jika jumlah dalam
huruf berkaitan dengan kesalahan aritmatik
sehingga yang berlaku adalah jumlah dalam huruf
berdasarkan ketentuan butir (a) dan (b) di atas.
d. apabila Peserta yang memasukkan penawaran
harga evaluasi terendah menolak hasil koreksi
atas kesalahan maka penawarannya dinyatakan
tidak responsif dan dinyatakan gugur.

25.2 Berdasarkan hasil koreksi aritmatik, Pokja Pemilihan


menyusun daftar penawaran dan peringkatnya mulai
dari penawaran harga terkoreksi terendah.

26. Evaluasi 26.1 Pokja Pemilihan melakukan evaluasi penawaran


Penawaran yang meliputi:
a. evaluasi administrasi;
b. evaluasi teknis;
c. evaluasi harga; dan
d. evaluasi kualifikasi

26.2 Ketentuan umum dalam melakukan evaluasi


penawaran adalah sebagai berikut:
a. Pokja Pemilihan menggunakan kriteria dan
metodologi evaluasi yang ditetapkan dalam
dokumen pengadaan. Kriteria evaluasi lain tidak
boleh digunakan;

b. Pokja Pemilihan dan/atau peserta dilarang


menambah, mengurangi, mengganti, dan/atau
mengubah isi Dokumen Penawaran kecuali
memberikan informasi kualifikasi apabila diminta
secara tertulis oleh Pokja Pemilihan;

22
23

c. penawaran yang responsif secara substansial


adalah penawaran yang sesuai dengan ketentuan,
syarat-syarat, dan spesifikasi teknis yang
ditetapkan dalam Dokumen Pengadaan ini, tanpa
ada penyimpangan yang bersifat penting/pokok
atau penawaran bersyarat;

d. penyimpangan yang bersifat penting/pokok atau


penawaran bersyarat adalah:
1) penyimpangan dari Dokumen Pengadaan ini
yang mempengaruhi lingkup, kualitas dan
hasil/kinerja pekerjaan; dan/atau
2) penawaran dari peserta dengan persyaratan
tambahan yang akan menimbulkan persaingan
usaha tidak sehat dan/atau tidak adil di antara
peserta yang memenuhi syarat.

e. Pokja Pemilihan dilarang menggugurkan


penawaran dengan alasan:
1) ketidakhadiran peserta dalam pemberian
penjelasan dan/atau pembukaan penawaran;
dan/atau
2) penyimpangan, kondisi, kesalahan atau
kelalaian yang tidak signifikan/tidak penting.

f. Peserta dilarang mempengaruhi atau melakukan


intervensi kepada Pokja Pemilihan selama proses
evaluasi. Komunikasi dengan cara lain tidak
dilakukan antara peserta dan Pokja Pemilihan
kecuali dilakukan secara tertulis, selama proses
evaluasi penawaran sampai pengumuman
pemenang;

g. Pokja Pemilihan membatalkan pemenang apabila


pemenang tersebut termasuk karyawannya atau
agennya atau subkonsultan, subpenyedia,
penyedia jasa, pemasok dan/atau karyawannya
secara langsung maupun tidak langsung terlibat
dalam praktek korupsi, penipuan, kolusi,
pemaksaan atau penghalangan dalam bersaing
untuk mendapatkan kontrak.

26.3 Evaluasi Administrasi:


a. Evaluasi terhadap data administrasi hanya
dilakukan terhadap hal-hal yang tidak dievaluasi
pada saat penilaian kualifikasi;

b. Penawaran dinyatakan responsif secara


administrasi, apabila:
1) Syarat-syarat administrasi dalam ketentuan
butir (2) di bawah ini secara substansial
dipenuhi/dilengkapi;
2) Surat penawaran memenuhi ketentuan
sebagai berikut:
a) Jangka waktu berlakunya surat
penawaran tidak kurang dari 90 (sembilan
puluh) hari setelah batas akhir pemasukan
penawaran yang ditetapkan;
b) Bertanggal;

23
24
c) Ditandatangai oleh wakil yang sah dari
peserta.
c. Apabila tidak ada penawaran yang responsif
secara substansial, maka pelelangan dinyatakan
gagal.

26.4 Evaluasi Teknis:


a. Evaluasi teknis dilakukan terhadap penawaran
yang secara substansial responsif terhadap
syarat-syarat administrasi;
b. Unsur-unsur evaluasi teknis sesuai dengan yang
ditetapkan dalam Bab X tentang Spesifikasi
Teknis dan Gambar;
c. Evaluasi teknis harus dilakukan dengan
ketentuan sebagai berikut:
1) Pokja Pemilihan harus mengevaluasi
terpenuhinya persyaratan teknis secara
substansial seperti yang ditetapkan dalam
Bab X tentang Spesifikasi Teknis dan
Gambar;
2) Penawaran dinyatakan responsif secara
teknis dan substansial terhadap persyaratan
teknis apabila:
a. Metode pelaksanaan pekerjaan yang
ditawarkan menggambarkan kemampuan
dalam penyelesaian pekerjaan;
b. Jadwal waktu pelaksanaan pekerjaan
sampai dengan serah terima pertama
Pekerjaan (PHO) yang ditawarkan tidak
melampaui batas waktu yang tercantum
dalam LDP;
c. Spesifikasi teknis memenuhi persyaratan
yang ditetapkan dalam Bab X tentang
Spesifikasi Teknis dan Gambar;
d. Bagian pekerjaan yang akan
disubkontrakkan sesuai dengan
persyaratan yang ditetapkan dalam LDP.
d. Apabila tidak ada penawaran yang responsif
secara substansial terhadap persyaratan teknis
maka pelelangan dinyatakan gagal.

26.5 Evaluasi Harga


a. Evaluasi harga akan dilakukan terhadap
penawaran yang responsif secara substansial
terhadap persyaratan teknis;
b. Evaluasi harga dilakukan berdasarkan harga
yang terkoreksi secara aritmatik terhadap
penawaran yang responsif secara substansial
terhadap persyaratan administratif dan teknis
untuk menentukan penawaran terendah hasil
evaluasi;
c. Berdasarkan evaluasi harga di atas, apabila
penawaran dengan harga terkoreksi terendah
melebihi perkiraan biaya dengan selisih yang
substansial maka pelelangan dinyatakan gagal.
d. Penawaran harga secara berulang (e- reverse
auction) tidak diijinkan.
27. Evaluasi
27.1 Pokja Pemilihan harus menentukan apakah Peserta
Kualifikasi
yang terpilih adalah peserta dengan harga terkoreksi

24
25
terendah dan secara administratif dan teknis
responsif secara substansial dengan syarat-syarat
yang ditentukan dalam kualifikasi seperti yang tertera
pada Lembar Data Kualifikasi (LDK) pada dokumen
pengadaan Bab V Dokumen Pengadaan ini.

27.2 Apabila peserta dengan harga terkoreksi terendah


gagal untuk memenuhi kualifikasi yang sudah
ditentukan pada Lembar Data Kualifikasi (LDK),
Pokja Pemilihan akan melanjutkan ke penawaran
evaluasi terendah berikutnya untuk membuat
keputusan serupa mengenai kualifikasi Peserta.

27.3 Apabila ditemukan informasi yang kurang jelas


dan/atau tidak lengkap sehubungan dengan
kualifikasi peserta, maka Pokja Pemilihan akan
meminta klarifikasi secara tertulis (melalui surat yang
dikirim via jasa kurir, faks atau email) kepada peserta
dan memberikan waktu yang cukup (tidak kurang dari
satu minggu) kepada peserta untuk menjawab.
Informasi kualifikasi itu, baik yang bersifat faktual
maupun historis, tidak boleh mengubah substansi
penawaran dan akan diperhitungkan dalam evaluasi.

27.4 Apabila dianggap perlu, Pokja Pemilihan akan


melakukan verikasi secara tertulis kepada pemilik
pekerjaan sebelumnya dan/atau bank umum peserta
terhadap informasi kualifikasi yang disampaikan
dalam penawaran peserta.

27.5 Klarifikasi dan pembuktian kualifikasi secara tatap


muka tidak diijinkan.

28. Hak Pokja Pemilihan


Pokja Pemilihan berhak menerima atau menolak setiap
untuk Menerima dan
penawaran dan membatalkan proses lelang serta menolak
Menolak Penawaran
semua penawaran setiap saat sebelum penetapan
pemenang, tanpa menimbulkan kewajiban apapun bagi
Peserta. Penolakan dan pembatalan proses pelelangan
dilakukan apabila proses pelelangan dilakukan tidak sesuai
dengan peraturan yang berlaku. Dalam hal terjadi
pembatalan, semua penawaran yang dimasukkan harus
segera dikembalikan kepada peserta berserta alasan
pembatalan lelang tersebut.

F. PENETAPAN PEMENANG

29. Penetapan Pokja Pemilihan harus menetapkan pemenang yang


Pemenang menawar dengan harga terkoreksi terendah dan yang
penawarannya dinyatakan responsif secara substansial
dalam evaluasi administrasi, teknis dan harga, serta
memenuhi ketentuan kualifikasi yang ditetapkan dalam
dokumen pengadaan ini.

30. Pengumuman Pokja Pemilihan harus mengumumkan hasil proses lelang


Pemenang melalui aplikasi SPSE di website sebagaimana tercantum
dalam LDP dan melalui papan pengumuman resmi.
Informasi yang diumumkan harus mencakup:
(a) nama setiap peserta yang memasukkan penawaran;

25
26
(b) harga penawaran sebagaimana yang dibacakan pada
pembukaan penawaran;
(c) harga terkoreksi setiap penawaran yang dievaluasi;
(d) nama peserta yang penawarannya ditolak karena
tidak responsif secara substansial atau tidak
memenuhi kriteria kualifikasi atau tidak dievaluasi,
beserta alasannya; dan
(e) nama pemenang, total nilai kontrak final maupun
durasi dan ringkasan dari cakupan kontrak.

31. Sanggahan 31.1 Peserta yang memasukkan penawaran dapat


menyampaikan sanggahan secara elektronik
melalui aplikasi SPSE atas penetapan pemenang
kepada Pokja Pemilihan dalam waktu yang telah
ditetapkan dengan disertai bukti terjadinya
penyimpangan dan harus ditembuskan secara
offline (di luar aplikasi SPSE) kepada PPK, PA/KPA
dan APIP sebagaimana tercantum dalam LDP;
31.2 Sanggahan diajukan oleh peserta apabila terjadi
penyimpangan prosedur meliputi:

a. penyimpangan terhadap ketentuan dan prosedur


yang diatur dalam Peraturan Presiden No. 54
Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah yang terakhir diubah dengan
Peraturan Presiden No. 4 Tahun 2015 beserta
petunjuk teknisnya dan yang telah ditetapkan
dalam Dokumen Pengadaan;
b. rekayasa tertentu sehingga menghalangi
terjadinya persaingan usaha yang sehat;
dan/atau
c. penyalahgunaan wewenang oleh Pokja
Pemilihan dan/atau pejabat berwenang lainnya.

31.3 Pokja Pemilihan wajib memberikan jawaban secara


elektronik atas semua sanggahan paling lambat 5
(lima) hari kalender setelah menerima surat
sanggahan melalui aplikasi SPSE;

31.4 Apabila sanggahan dinyatakan benar maka Pokja


Pemilihan harus merevisi evaluasi penawaran dan
rekomendasi penetapan pemenang. Alasan atas
keputusan itu harus dicatat dalam evaluasi hasil
revisi tersebut. Dengan demikian, jika hal ini
menyebabkan revisi terhadap rekomendasi
penetapan pemenang, maka Pokja Pemilihan harus
mengumumkan ulang hasil revisi penetapan
pemenang sesuai dengan IKP butir 32 Dokumen
Pengadaan ini;

31.5 Peserta yang mengajukan sanggahan terhadap


hasil penetapan pemenang yang diumumkan ulang
dapat mengajukan sanggahan paling lambat 5 (lima)
hari kalendar;

31.6 Sanggahan yang disampaikan secara offline namun


bukan karena keadaan kahar atau gangguan
teknis,atau sanggahan yang disampaikan kepada
PA/KPA, PPK, atau sanggahan yang disampaikan
bukan kepada Pokja Pemilihan atau sanggahan

26
27
yang disampaikan di luar masa sanggah, dianggap
sebagai pengaduan dan tetap harus ditindaklanjuti.

G. PENUNJUKAN PEMENANG

32. Penunjukan Penyedia 32.1 PPK harus menerbitkan Surat


Penunjukan Penyedia Barang/Jasa (SPPBJ)
apabila:
a. tidak ada sanggahan dari peserta;
b. sanggahan terbukti tidak benar;
c. masa sanggah berakhir.

32.2 PPK harus memasukkan data SPPBJ dan


mengunggah hasil pemindaian SPPBJ yang telah
diterbitkan pada aplikasi SPSE dan mengirimkan
SPPBJ tersebut melalui aplikasi SPSE kepada
Peserta yang ditunjuk.

32.3 Peserta yang ditunjuk sebagai pemenang wajib


menerima keputusan tersebut;

32.4 Kegagalan pemenang untuk menyerahkan Jaminan


Pelaksanaan atau menandatangani kontrak
menjadi dasar yang cukup untuk pembatalan
penetapan pemenang. Dalam hal ini, Pokja
Pemilihan dapat menetapkan pemenang kepada
peserta yang menawarkan harga terkoreksi
terendah berikutnya dan yang penawarannya telah
dinyatakan responsif dalam evaluasi administrasi,
teknis dan harga serta memenuhi syarat-syarat
kualifikasi yang tercantum dalam dokumen
pengadaan selama surat penawaran masih berlaku
atau sudah diperpanjang;

32.5 SPPBJ harus diterbitkan paling lambat [6 (enam)


hari kerja setelah pengumuman penetapan
pemenang, apabila tidak ada sanggahan;

32.6 SPPBJ harus diterbitkan paling lambat 2 (dua) hari


kerja setelah semua sanggahan dan sanggahan
banding dijawab;

32.7 Dalam SPPBJ disebutkan bahwa peserta harus


menyiapkan Jaminan Pelaksanaan sebelum
penandatanganan kontrak;

32.8 Kontrak harus ditandatangani paling lambat 14


(empat belas) hari kerja setelah diterbitkannya
SPPBJ;

32.9 PPK harus memasukkan data kontrak dan


mengunggah dokumen kontrak yang telah
ditandatangani pada aplikasi SPSE.

33. BAHP, Berita Acara


Lainnya, dan 33.1 Pokja Pemilihan harus menuangkan ke dalam
Kerahasiaan Proses BAHP atau Berita Acara tambahan lainnya segala
hal terkait proses pemilihan peserta secara
elektronik yang tidak dapat diakomodir atau

27
28
difasilitasi aplikasi SPSE;
33.2 Berita Acara Tambahan lainnya sebagaimana
dimaksud pada angka 33.1 diunggah oleh Pokja
Pemilihan menggunakan menu upload informasi
lainnya pada aplikasi SPSE;
33.3 Evaluasi penawaran yang disimpulkan dalam Berita
Acara Hasil Pelelangan (BAHP) oleh Pokja
Pemilihan bersifat rahasia sampai dengan saat
pengumuman pemenang.

H. PELELANGAN GAGAL

34. Pelelangan Gagal 34.1 Pokja Pemilihan menyatakan pelelangan gagal,


apabila tidak ada penawaran yang lulus evaluasi
penawaran;

34.2 Apabila pelelangan dinyatakan gagal atau


dihentikan maka Pokja Pemilihan wajib
memberitahukan kepada semua peserta secara
elektronik melalui SPSE.

I. JAMINAN PELAKSANAAN

35. Jaminan Pelaksanaan 35.1 Pemenang akan menyerahkan Jaminan


Pelaksanaan dengan nilai yang ditetapkan
dalam IKP 36.1 Dokumen Pengadaan ini, dalam
waktu 14 hari sejak tanggal diterbitkannya
SPPBJ.

35.2 Jaminan Pelaksanaan harus dikembalikan


setelah:
a. penyerahan seluruh pekerjaan;
b. penyerahan Jaminan Pemeliharaan sebesar
5% (lima perseratus) dari nilai Kontrak; atau
c. pembayaran termin terakhir/bulan
terakhir/sekaligus telah dikurangi uang
retensi sebesar 5% (lima perseratus) dari
nilai Kontrak (apabila diperlukan).
35.3 Jaminan Pelaksanaan memenuhi ketentuan
sebagai berikut:
a. diterbitkan oleh Bank Umum, perusahaan
penjaminan atau perusahaan asuransi yang
mempunyai program asuransi kerugian
(suretyship) yang sebagaimana ditetapkan
oleh Pihak Yang Berwenang;
b. Jaminan Pelaksanaan berlaku sejak tanggal
penandatanganan Kontrak sampai dengan
serah terima pertama pekerjaan
berdasarkan Kontrak (PHO) sebagaimana
tercantum dalam LDP;
c. nama peserta sama dengan nama yang
tercantum dalam Jaminan Penawaran;

28
29
d. besaran nilai Jaminan Pelaksanaan tidak
kurang dari nilai jaminan yang ditetapkan;
e. besaran nilai Jaminan Pelaksanaan ditulis
dalam angka dan huruf;
f. nama PPK yang menerima Jaminan
Pelaksanaan sama dengan nama PPK yang
tercantum dalam LDP;
g. paket pekerjaan yang dijamin sama dengan
paket pekerjaan yang tercantum dalam
SPPBJ;

h. Jaminan Pelaksanaan dapat dicairkan tanpa


syarat (unconditional) sebesar nilai jaminan
dalam jangka waktu paling lambat 14 (empat
belas) hari kerja setelah surat pernyataan
wanprestasi dari PPK diterima oleh penerbit
Jaminan;

i. Jaminan Pelaksanaan atas nama


Kemitraan/KSO harus ditulis atas nama
Kemitraan/KSO atau masing-masing anggota
Kemitraan/KSO (apabila masing- masing
mengajukan Jaminan Pelaksanaan secara
terpisah); dan memuat nama, alamat dan
tanda tangan pihak penjamin.
35.4 Kegagalan pemenang untuk menyerahkan
Jaminan Pelaksanaan sama dengan penolakan
untuk menandatangani Kontrak.
35.6 Ketentuan lebih lanjut mengenai pencairan
Jaminan Pelaksanaan harus diatur dalam Syarat-
Syarat Umum Kontrak.

J. PENANDATANGANAN KONTRAK

36. Penanda- 36.1 Penandatanganan kontrak dilakukan paling lambat 14


tanganan (empat belas) hari kerja setelah diterbitkan SPPBJ dan
Kontrak setelah Peserta menyerahkan Jaminan Pelaksanaan,
dengan ketentuan:
a. nilai Jaminan Pelaksanaan untuk harga penawaran
terkoreksi adalah sebesar 5% (lima perseratus) dari
harga penawaran terkoreksi; dan
b. masa berlaku Jaminan Pelaksanaan dimulai sejak
tanggal penandatanganan Kontrak sampai serah
terima pertama Pekerjaan.
36.2 PPK dan pemenang tidak diperkenankan mengubah
substansi konsep kontrak yang ditetapkan dalam
Dokumen Pengadaan, kecuali untuk mengisi informasi
kontrak tertentu yang sesuai dengan penawaran.
36.3 PPK dan pemenang wajib memeriksa konsep kontrak
yang meliputi substansi, bahasa, redaksional, angka
dan huruf serta membubuhkan paraf pada setiap lembar
Dokumen Kontrak.

29
30
36.4 Hirarki dari bagian-bagian Dokumen Kontrak ditetapkan
agar apabila terjadi pertentangan ketentuan antara
bagian satu dengan bagian yang lain, maka berlaku
urutan sebagai berikut:
a. adendum Surat Perjanjian, jika ada;
b. Perjanjian;
c. surat penawaran, beserta penawaran harga;
d. syarat-syarat khusus kontrak;
e. syarat-syarat umum kontrak;
f. spesifikasi khusus;
g. spesifikasi umum;
h. gambar-gambar;
i. daftar kuantitas; dan
j. dokumen lainnya seperti: jaminan-jaminan,
SPPBJ, BAHP.
36.5 Kontrak digandakan sesuai kebutuhan, yaitu:
a. sekurang-kurangnya 2 (dua) Kontrak asli, terdiri dari:
1) kontrak asli pertama untuk PPK dibubuhi materai
pada bagian yang ditandatangani oleh peserta;
dan
2) kontrak asli kedua untuk peserta dibubuhi materai
pada bagian yang ditandatangani oleh PPK;
b. rangkap kontrak lainnya tanpa dibubuhi materai,
apabila diperlukan.

36.6 Pihak yang berwenang menandatangani kontrak atas


nama peserta adalah direktur utama/pimpinan
perusahaan/pengurus koperasi yang disebutkan
namanya dalam Akta Pendirian/Anggaran Dasar, yang
telah didaftarkan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
36.7 Pihak lain yang bukan direktur utama/pimpinan
perusahaan/pengurus koperasi atau yang namanya tidak
disebutkan dalam Akta Pendirian/Anggaran Dasar, dapat
menandatangani Kontrak Pengadaan, sepanjang pihak
tersebut adalah pengurus/karyawan
perusahaan/karyawan koperasi yang berstatus sebagai
tenaga kerja tetap dan mendapat kuasa atau
pendelegasian wewenang yang sah dari direktur
utama/pimpinan perusahaan/pengurus atau pihak yang
sah berdasarkan Akta Pendirian/AnggaranDasar untuk
menandatangani Kontrak.

30
31

BAB IV. LEMBAR DATA PENAWARAN (LDP)

Acuan Uraian
Ketentuan IKP
IKP 1.1 Kelompok Kerja (Pokja) Pemilihan BP2JK Wilayah Jawa Barat
Alamat Pokja Pemilihan: JL. L.L.R.E. Martadinata No.119, Cihapit, Kec.
Bandung Wetan, Kota Bandung, Jawa Barat 40115
Email : pokja.bppjkjabar@gmail.com
Website : https://lpse.pu.go.id

IKP 1.2 Nama paket pekerjaan:


Optimalisasi SPAM Sukatani Kabupaten Bekasi (NUWSP)

Uraian singkat pekerjaan terdiri dari:


i) Pekerjaan persiapan; ii) Pekerjaan pengadaan dan pemasangan pipa
distribusi lengkap dengan aksesoris; iii) Penanganan K3 dan pencegahan
Covid-19 (SMK3); dan iv) Pekerjaan pemasangan electromagnetic flow meter
dan data loger.

IKP 2.1 Pekerjaan ini dibiayai dengan dana Bank Dunia (Loan IBRD 8872-ID)

IKP 3.2 Jumlah anggota Kemitraan/Kerja Sama Operasi (KSO) adalah maksimal … (…..)
perusahaan.

IKP 4.3 Aduan terkait adanya indikasi praktek korupsi, kolusi dan nepotisme dapat
dialamatkan melalui the World Bank’s Integrity Vice Presidency (INT) website:
https://wbgcmsprod.microsoftcrmportals.com/en-US/anonymous-users/int-
fraud-management/create-new-complaint;

31
32
IKP 9.2 Pemberian penjelasan lelang akan diadakan pada :
Hari : ………………………
Tanggal : ………………………
Waktu : ………………………
Tempat : https://lpse.pu.go.id

IKP 9.6 Peninjauan Lapangan akan diadakan oleh Pemilik Pekerjaan pada:

Hari : ....................................
Tanggal : ....................................

Waktu : ………………………….

Tempat : https://lpse.pu.go.id

Peserta Lelang harus menyampaikan tambahan dokumen berikut dalam


IKP 14.1.e penawarannya:

a. Kode Etik (Lingkungan, Sosial, Kesehatan dan Keselamatan Kerja)


Peserta Lelang harus menyampaikankan Kode Etiknya yang akan berlaku bagi
seluruh karyawan dan subkontraktornya, untuk memastikan kepatuhan pada
tanggung jawab terhadap Lingkungan, Sosial, Kesehatan, dan Keselamatan
(LSK3) dalam pelaksanaan kontrak.
[Catatan: Lengkapi dan sertakan risikonya untuk ditangani (serta rencana
mitigasi risiko tersebut) oleh Kode sesuai dengan kontrak (SSUK, SSKK,
Spesifikasi), dan risiko lainnya, sesuai dengan dokumen ESMP terlampir, mis.
Risiko yang terkait dengan: masuknya tenaga kerja pendatang, diskriminasi
tenaga kerja, penyebaran penyakit menular, pelecehan seksual, kekerasan
berbasis gender, perilaku terlarang dan kejahatan, dan menjaga lingkungan
yang aman, dll, sesuai dengan kebutuhan berdasarkan skala dan jenis dampak].

Selain itu, Peserta Lelang harus menjelaskan bagaimana Kode Etik ini akan
dilaksanakan. Ini akan mencakup: bagaimana itu akan diperkenalkan atau
rencana sosialisasi, pemahaman, dan peningkatan kepedulian secara terus
menerus kepada seluruh karyawan/pihak-pihak yang terlibat (pemasok dan
subkontraktor), pelatihan yang akan diberikan, pembiayaan, bagaimanahal
tersebut akan dipantau dan bagaimana tindakan yang akan dilakukan Penyedia
Jasa untuk menangani setiap pelanggaran.
Kontraktor wajib menerapkan Kode Etik yang disetujui pada saat pelaksanaan
kontrak.

b. Strategi Pengelolaan dan Rencana Pelaksanaan (SPRP) untuk mengelola


risiko Lingkungan, Sosial, Kesehatan dan Keselamatan Kerja (LSK3)
Peserta Lelang harus menyampaikan Strategi Pengelolaan dan Rencana
Pelaksanaan (SPRP) beserta pembiayaan untuk mengelola risiko utama
Lingkungan, Sosial, Kesehatan, dan Keselamatan Kerja (LSK3), sebagai
berikut:
[Catatan: masukkan nama rencana dan risiko tertentu, sesuai dengan
kebutuhan berdasarkan jenis dan skala dampak];
 Rencana Manajemen dan Keselamatan Lalu Lintas (RMKL);

32
33
 Rencana Kerja Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan (RKPPL);
 Rencana Keselamatan dan Kesehatan Kerja Konstruksi (RK3K), termasuk
antara lain larangan penggunaan pekerja dibawah umur dan/atau pekerja
paksa sesuai dengan peraturan perundang-undangan Indonesia
 Rencana Pengelolaan Pekerja, termasuk rencana perekrutan, pengelolaan
basecamps, asuransi pekerja, hak-hak dan kewajiban pekerja, skema
perekrutan, dan lain-lain.
 Rencana untuk memperoleh Persetujuan/Perizinan yang relevan sesuai
peraturan perundang-undangansebelum dimulainya pekerjaan seperti Izin
Lingkungan, pembukaan Basecamp, Quarry atau Borrow Pit.
 Rencana Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Masyarakat terdampak,
antara lain strategi pendekatan dan sosialisasi dengan masyarakat
terdampak, penyuluhan mengenai HIV/AIDS dan Penyakit Seksual Menular
serta penyuluhan pencegahan Kekerasan Berbasis Gender (Gender Based
Violence/GBV) dan Kekerasan Terhadap Anak (Violence Against
Children/VAC), demarkasi lokasi dan akses warga yang memiliki resiko
kesehatan dan keselamatan, manajemen polusi dan limbah, dll.
 Mekanisme penanganan keluhan bagi pekerja konstruksi dan masyarakat
yang terdampak
 Rencana manajemen risiko lingkungan dan sosial lain yang mungkin timbul
akibat pelaksanaan pekerjaan.

Kontraktor harus mengajukan persetujuan, kemudian menerapkan, rencana


maupun risiko diatas, sesuai dengan Syarat-Syarat Khusus Kontrak (SSKK)
pasal 16.4, yang tercakup dalam Strategi Pengelolaan dan Rencana
Pelaksanaan yang disepakati dan dijelaskan disini.

IKP 15.5 Besar jaminan penawaran Rp. ………….. (……………… rupiah) dan berlaku
120 (Seratus dua puluh) Hari Kalender sejak batas akhir pemasukan
penawaran.
[catatan untuk Pokja: masa berlaku jaminan penawaran umumnya sampai
30 hari setelah berakhirnya masa berlaku penawaran]
IKP 15.6 Jaminan penawaran asli harus ditujukan kepada:
Nama: Kelompok Kerja (Pokja) Pemilihan BP2JK Wilayah Jawa Barat
Alamat: JL. L.L.R.E. Martadinata No.119, Cihapit, Kec. Bandung Wetan, Kota
Bandung, Jawa Barat 40115

IKP 16.2 Pembayaran dilakukan berdasarkan hasil pengukuran bersama atas volume
pekerjaan yang benar-benar telah dilaksanakan secara termijn.

IKP 17.1 Masa berlaku penawaran 90 (Sembilan puluh) hari kalendar sejak batas akhir
pemasukan penawaran yang ditetapkan dalam aplikasi SPSE.

IKP 17.5 Jangka waktu pelaksanaan pekerjaan: 240 (dua ratus empat puluh) hari
kalender.

IKP 22.1 Tanggal dan waktu batas akhir pemasukan penawaran adalah …….. 2022 pukul
10.00 WIB

(Pokja agar memastikan jangka waktu batas akhir pemasukan minimum 21 hari
kalender sejak tanggal awal pengumuman)
IKP 23.1 Tanggal dan waktu pembukaan penawaran adalah ……… 2021 pukul 10.05 WIB

(Pokja agar memastikan jangka waktu pembukaan penawaran minimum 21 hari


kalender sejak tanggal awal pengumuman)

33
34
IKP 26.4 Bagian pekerjaan yang dapat disubkontrakkan tidak melebihi 20 % dari total
harga penawaran.

IKP 31.1 Sanggahan disampaikan melalui aplikasi SPSE.


Tembusan sanggahan disampaikan di luar aplikasi SPSE (offline) kepada:

a. PPK : PPK Air Minum Provinsi Jawa Barat


Alamat : Gedung PIP2B Jalan Turangga No 5-7 Bandung 40263

c. Kepala Satuan Kerja : Pelaksanaan Prasarana Permukiman Provinsi


Jawa Barat
Alamat : Gedung PIP2B Jalan Turangga No 5-7 Bandung 40263

d. Inspektur Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat


Republik Indonesia

Aduan terkait dengan indikasi praktek korupsi, kolusi dan nepotisme


sebagaimana diatur di IKP 4.3

IKP 35.3 Masa berlaku Jaminan Pelaksanaan selama 270 (dua ratus tujuh puluh) hari
kalender sejak penandatanganan kontrak.
Jaminan Pelaksanaan ditujukan kepada PPK: PPK Air Minum Provinsi Jawa
Barat

Jaminan Pelaksanaan dicairkan dan disetorkan pada Kas Negara

34
35

BAB IV.1 NEGARA-NEGARA YANG MEMENUHI


SYARAT
Persyaratan untuk Penyediaan Barang, Pekerjaan Konstruksi, dan Jasa Non- Konsultasi
dalam Pengadaan yang Dibiayai oleh Bank Dunia.

Dengan mengacu kepada IKP 3.6(b) dan 3.8, sebagai informasi bagi Peserta, sampai saat ini,
badan usaha, barang dan jasa dari negara-negara berikut tidak boleh ikut dalam proses
pelelangan ini : TIDAK ADA

35
36
BAB IV.2. KEBIJAKAN BANK DUNIA – PRAKTEK
KORUPSI DAN PENIPUAN
Pedoman Pengadaan Barang, Pekerjaan Konstruksi dan Jasa Non-Konsultasi yang Dibiayai
dengan Pinjaman IBRD serta Kredit & Hibah IDA oleh Negara-Negara Peminjam Bank Dunia,
tertanggal Januari 2011.

“Penipuan dan Korupsi” :

Kebijakan Bank adalah mewajibkan Peminjam (termasuk penerima manfaat pinjaman Bank),
peserta lelang, pemasok, penyedia dan kuasa mereka (dinyatakan maupun tidak dinyatakan),
subpenyedia, subkonsultan, penyedia jasa atau pemasok, dan personil-personilnya menaati
standar etika tertinggi dalam menyelenggarakan pengadaan dan melaksanakan kontrak-
kontrak yang dibiayai Bank.1 Selaras dengan kebijakan ini, Bank:

(a) dalam ketentuan ini, di bawah ini adalah definisi dari istilah- sebagai berikut:
(i) “Praktek korupsi” adalah menawarkan, memberikan, menerima atau meminta, secara
langsung atau tidak langsung, segala sesuatu yang bernilai untuk mempengaruhi
tindakan-tindakan pihak lain secara tidak patut;2
(ii) “Praktek penipuan” adalah suatu tindakan atau pengabaian, termasuk
misinterpretasi yang secara sadar ataupun secara ceroboh menyesatkan atau
berupaya menyesatkan suatu pihak untuk mendapatkan manfaat finansial atau
manfaat lain atau menghindari kewajiban;3
(iii)“Praktek kolusi” adalah pengaturan antara dua pihak atau lebih yang dirancang
untuk mencapai tujuan yang tidak patut, termasuk untuk mempengaruhi tindakan-
tindakan pihak lain secara tidak patut;4
(iv)“Praktek pemaksaan (koersif)” adalah merusak atau merugikan, atau mengancam
untuk merusak atau merugikan, secara langsung maupun tidak langsung, suatu
pihak atau properti pihak tersebut guna mempengaruhi tindakan-tindakan suatu
pihak secara tidak patut;5
(v) “Praktek obstruktif” adalah
(aa) secara sengaja merusak, memalsukan, mengubah atau menyembunyikan
barang bukti investigasi, atau membuat pernyataan palsu kepada petugas
penyelidik untuk secara material menghalangi investigasi Bank terhadap
tuduhan praktek korupsi, penipuan, pemaksaan atau kolusi; dan/atau
mengancam mengganggu atau, mengintimidasi suatu pihak untuk

1 Dalam konteks ini, setiap tindakan untuk mempengaruhi proses pengadaan atau
pelaksanaan kontrak demi keuntungan yang tidak sebagaimana mestinya adalah tidak
patut.
2 Dalam ayat ini, “pihak lain” memaksudkan pejabat publik yang bertindak sehubungan
dengan proses pengadaan atau pelaksanaan kontrak. Dalam konteks ini, “pejabat publik”
termasuk didalamnya staf Bank Dunia dan karyawan organisasi lain yang membuat atau
memeriksa keputusan-keputusan pengadaan.
3 Dalam ayat ini, “pihak” memaksudkan pejabat publik; istilah “manfaat” dan “kewajiban”
berkaitan dengan proses pengadaan atau pelaksanaan kontrak; dan “tindakan” atau
“pengabaian” dimaksudkan untuk mempengaruhi proses pengadaan atau pelaksanaan
kontrak.
4 Dalam ayat ini, “pihak” memaksudkan mereka yang berpartisipasi dalam proses
pengadaan (termasuk pejabat publik) yang berupaya, baik oleh mereka sendiri maupun
melalui pihak atau entitas lain yang tidak berpartisipasi dalam proses pengadaan atau
seleksi, untuk mendorong persaingan atau menetapkan harga penawaran pada tingkat
yang tidak kompetitif atau direkayasa atau membocorkan harga penawaran atau syarat-
syarat lain kepada satu sama lain.
5 Dalam ayat ini, “pihak” memaksudkan pihak yang berpartisipasi dalam proses
pengadaan atau pelaksanaan kontrak

36
37
menghalanginya dalam menyingkapkan apa yang diketahuinya sehubungan
dengan investigasi atau dalam melakukan investigasi,
(bb) atau Perbuatan yang ditujukan untuk secara material menghalangi pelaksanaan
hak Bank dalam melakukan pemeriksaan dan audit yang ditetapkan berdasarkan
butir 1.16(e) di bawah ini.
(b) menolak usulan penetapan pemenang apabila Bank memutuskan bahwa peserta yang
direkomendasikan sebagai pemenang atau personilnya atau kuasanya atau
subkonsultan, subpenyedia, penyedia jasa, pemasok dan/atau karyawan-karyawannya
secara langsung maupun tidak langsung telah terlibat dalam praktek korupsi, penipuan,
kolusi, pemaksaan atau obstruktif dalam bersaing memenangkan kontrak bersangkutan;
(c) menyatakan proses pengadaan tidak sesuai dengan ketentuan Bank (misprocurement)
dan membatalkan sebagian pinjaman yang dialokasikan untuk kontrak apabila Bank
memutuskan pada waktu kapan pun bahwa perwakilan dari Peminjam atau penerima
sebagian hasil pinjaman telah melakukan praktek korupsi, penipuan, kolusi, pemaksaan
atau obstruktif selama proses pengadaan atau pelaksanaan kontrak bersangkutan tanpa
ada tindakan yang cepat dan tepat dari pihak Peminjan yang dianggap memuaskan oleh
Bank untuk menanggulangi praktek-praktek tersebut ketika praktek-praktek itu dilakukan,
termasuk lalai untuk segera memberitahukan Bank pada waktu mereka mengetahui
adanya praktek-praktek tersebut;
(d) menjatuhkan sanksi atas suatu badan usaha atau orang (individu) pada saat kapan pun
sesuai dengan prosedur sanksi Bank yang berlaku,6 termasuk dengan menyatakan
secara terbuka bahwa badan usaha atau orang tersebut tidak memenuhi syarat selama
jangka waktu tertentu atau jangka waktu tidak tertentu: (i) untuk diberikan kontrak yang
dibiayai oleh Bank; dan (ii) untuk diusulkan7;
(e) mewajibkan agar suatu ketentuan dicantumkan dalam dokumen pengadaan dan dalam
kontrak yang dibiayai dengan pinjaman Bank yang mengharuskan peserta, pemasok dan
penyedia, dan subpenyedia, kuasa/agen, personil, konsultan, penyedia jasa atau
pemasoknya untuk mengizinkan Bank memeriksa semua pembukuan, catatan dan
dokumen-dokumen lain berkaitan dengan pemasukan penawaran dan pelaksanaan
kontrak, dan meminta agar pembukuan, catatan dan dokumen-dokumen lain tersebut
diaudit oleh auditor yang ditunjuk oleh Bank.”

6 Suatu badan usaha atau seseorang dapat dinyatakan tidak memenuhi syarat menjadi
pemenang kontrak yang dibiayai oleh Bank setelah: (i) selesainya proses penjatuhan sanksi
oleh Bank menurut prosedur sanksi Bank, antara lain termasuk cross- debarment (larangan
lintas lembaga untuk mengikuti lelang) sebagaimana disepakati dengan Lembaga-Lembaga
Keuangan Internasional lain, termasuk Bank-Bank Pembangunan Multilateral, dan melalui
penerapan prosedur sanksi administratif pengadaan korporat Grup Bank Dunia atas penipuan
dan korupsi; dan (ii) akibat penangguhan sementara atau penangguhan sementara dini
sehubungan dengan proses penjatuhan sanksi yang sedang berlangsung. Lihat catatan kaki
14 dan ayat 8 Apendiks 1 dalam Pedoman ini.
7 Subpenyedia, konsultan, manufaktur atau pemasok atau penyedia jasa yang diusulkan
(sebutan yang berbeda digunakan bergantung pada dokumen pengadaan tertentu) adalah
yang telah: (i) diikutsertakan oleh peserta dalam permohonan prakualifikasi atau
penawarannya karena mempunyai pengalaman dan pengetahuan spesifik yang penting
sehingga peserta dapat memenuhi persyaratan kualifikasi untuk penawaran tertentu; atau (ii)
ditunjuk oleh Peminjam.

37
38

BAB V. LEMBAR DATA KUALIFIKASI (LDK)

Lembar Data Kualifikasi (LDK)


Lingkup Kualifikasi
Nama Pokja Pemilihan : Kelompok Kerja (Pokja) Pemilihan
BP2JK Wilayah Jawa Barat

Alamat Pokja Pemilihan : JL. L.L.R.E. Martadinata No.119,


Cihapit, Kec. Bandung Wetan,
Persyaratan Kualifikasi Kota Bandung, Jawa Barat 40115
Email : pokja.bppjkjabar@gmail.com
Website : https://lpse.pu.go.id

Nama Paket Pekerjaan : Optimalisasi SPAM Sukatani


Kabupaten Bekasi (NUWSP)

1. Perusahaan wajib memiliki izin usaha di bidang konstruksi di negara


asal atau yang setara.

2. Belum pernah terjadi kegagalan pelaksanaan kontrak (Non-


performance) akibat wanprestasi yang disebakan oleh penyedia
dalam kurun waktu 4 tahun sebelum tanggal batas akhir pemasukan
penawaran.
Untuk keperluan persyaratan kualifikasi ini, non-performance
sebagaimana diputuskan oleh PPK mencakup semua kontrak di
mana: (a) nonperformance tidak ditentang oleh penyedia, termasuk
melalui rujukan ke mekanisme penyelesaian sengketa berdasarkan
kontrak bersangkutan, dan (b) kontrak ditentang tetapi sepenuhnya
diselesaikan terhadap penyedia.
Nonperformance tidak mencakup kontrak-kontrak di mana keputusan
PPK dibatalkan melalui mekanisme penyelesaian sengketa.
Nonperformance harus didasarkan atas segala informasi mengenai
sengketa atau gugatan, yaitu sengketa atau gugatan yang telah
diselesaikan sesuai dengan mekanisme penyelesaian sengketa
berdasarkan kontrak masing-masing dan di mana semua kasus
banding yang tersedia bagi Peserta telah diselesaikan.

3. Peserta lelang memiliki minimal 1 (Satu) pengalaman kontrak kerja


dengan sifat pekerjaan serupa/sejenis Sub-Klasifikasi SI-008 Jasa
Pelaksana Konstruksi Perpipaan Air Minum Lokal KBLI 2015 atau
BS005 Konstruksi Bangunan Sipil Pengolahan Air Bersih KBLI
2020 yang telah diselesaikan sebagai penyedia utama, anggota KSO,
penyedia manajemen atau sub penyedia dengan minimal nilai
kontrak Rp.16.633.355.696,00 (Enam belas milyar enam ratus tiga
puluh tiga juta tiga ratus lima puluh lima ribu enam ratus sembilah
puluh enam rupiah atau minimal 2 (Dua) kontrak kerja dengan sifat
pekerjaan serupa/sejenis dengan minimal nilai kontrak masing-masing
Rp.8.316.677.848,00 (Delapan milyar tiga ratus enam belas juta
enam ratus tujuh puluh tujuh ribu delapan ratus empat puluh
delapan rupiah dalam 15 (lima belas) tahun terakhir terhitung sejak
batas akhir pemasukan penawaran.

38
39

Pemenuhan persyaratan kontrak kerja harus dibuktikan dengan


referensi dan perjanjian KSO (jika KSO) yang memuat porsi
masing-masing anggota KSO, nilai pengalaman kontrak akan
diperhitungkan berdasarkan porsi dari KSO kontrak kerja
sebelumnya. Dalam hal peserta lelang adalah joint venture/KSO,
persyaratan dapat dipenuhi oleh salah satu anggota joint
venture/KSO atau gabungan dari anggota joint venture.

4. Memiliki Tenaga Ahli dengan kualifikasi keahlian* :


A. Tenaga Ahli Pelaksanaan Konstruksi
Keterangan (*): No. Jabatan Kualifikasi Pendidikan Pengalaman
a. isi daftar (Minimal)
tenaga ahli (3- 1 Project SKA Ahli S1 Teknik 4 (Empat)
4 posisi Manager Manajemen Proyek Sipil/Teknik Tahun
utama) Madya (602) Lingkungan
beserta 2 Site Manager SKA Ahli Teknik Air S1 Teknik 3 (Tiga) Tahun
kualifikasi dan Minum Madya Lingkungan
pengalaman (504)
minimum dan 3 Ahli Keuangan - S1 Ekonomi 3 (Tiga) Tahun
persyaratan ini 4 Ahli K3 SKA Ahli K3 S1 Semua Jurusan 3 (Tiga) Tahun
tidak bersifat Konstruksi Konstruksi Madya
menggugurkan (603)
. Jika salah
satu tenaga ahli yang diajukan oleh peserta lelang tidak memenuhi semua persyaratan
sebagaimana dicantumkan di dokumen lelang, maka Pokja berhak untuk meminta penggantian
kepada peserta lelang tenaga ahlil yang tidak memenuhi persyaratan tersebut dengan tenaga ahli
yang memenuhi persyaratan, jika peserta lelang tersebut direkomendasikan sebagai pemenang.
b. Untuk tenaga ahli yang diusulkan wajib melampirkan
daftar riwayat hidup (CV) dan surat referensi
pengalaman dari pemberi pekerjaan.
c. Untuk tenaga ahli asing sertifikat keahlian dibuktikan
dengan sertifikat sejenis yang ekuivalen.

5. Calon Penyedia Jasa harus menunjukan kemampuan untuk


mendapatkan akses ke, atau memiliki sumber keuangan yang
memadai untuk memenuhi perkiraan kebutuhan cashflow
pelaksanaan layanan jasa Kontrak “Optimalisasi SPAM
Sukatani Kabupaten Bekasi (NUWSP)” terkait di luar
kewajiban-kewajiban lainnya dari Calon Penyedia Jasa.
Sumber-sumber keuangan dimaksud minimum
Rp………………….. (………………………..) dan harus dapat
dibuktikan dalam bentuk: i) Rekening koran Bank dari
penyedia jasa. [Dalam hal penyedia jasa mengikuti pelelangan
lebih dari satu paket pekerjaan Rekening koran yang
disampaikan harus diberi keterangan untuk masing-masing
paket yang diikuti]; dan atau ii) Fasilitas kredit (diluar dana
untuk pembayaran Uang Muka Kontrak) dalam bentuk surat
pernyataan yang dikeluarkan oleh Bank Umum
Pemerintah/Swasta yang menyatakan ketersedian dana
sebesar yang dinyatakan dalam fasilitas kredit tersebut untuk
paket pekerjaan Optimalisasi SPAM Sukatani Kabupaten
Bekasi (NUWSP), apabila nantinya Calon Penyedia Jasa
ditetapkan sebagai pemenang lelang.

39
40
[Catatan untuk Pokja Pemilihan: isi nilai minimum yang
dituliskan dapat ditetapkan sebesar 20% dari nilai total HPS
atau nilai HPS dibagi jangka waktu pelaksanaan pekerjaan
(dalam bulan) diperhitungkan selama 3 (tiga) bulan atau 4
(empat) bulan awal pelaksanaan pekerjaan].
6. Peserta harus mempunyai omzet tahunan rata-rata senilai
Rp…………………………….. (…………………………) dalam 3
(tiga) tahun terakhir (dihitung berdasarkan nilai total
pembayaran yang sah yang diterima untuk kontrak yang
sedang berlangsung dan/atau telah selesai berdasarkan
Laporan Tahunan Keuangan Perusahaan yang sudah
diaudit oleh KAP dalam 3 tahun terakhir dijumlahkan dan
dibagi 3).
[Catatan untuk Pokja Pemilihan: nilai omset berdasarkan nilai
HPS dibagi masa konstruksi dalam tahun, dikali dengan factor
antara 1 sampai 2].

7. Mampu menyediakan peralatan utama untuk melaksanakan


Pekerjaan Konstruksi ini (peralatan boleh milik sendiri/sewa
beli/sewa:

No. Peralatan Kapasitas Jumlah


1 Alat Horizontal Boring Manual
2 Dump Truck
3 Crane
4 Genset 20 KVA
5 Mesin Las Butt Fussion
6 Mesin Las Listrik
7 Jack Hammer
8 Kompresor
9 Pompa Air

*)
- Yang dimaksud dengan Peralatan Utama adalah peralatan
utama untuk mendukung proses konstruksi.
- Pokja wajib melakukan klarifikasi peralatan utama. Apabila
setelah klarifikasi penyedia jasa tidak dapat memenuhi
kualifikasi sesuai persyaratan maka penawaran dapat
digugurkan.
- Ketentuan Peralatan lain yang akan digunakan dalam
operasional system termasuk jaminan produk, dapat dilihat
pada Bab X Spesifikasi Teknis dan Gambar.

8. Dalam hal Peserta Lelang adalah sebuah Joint Venture (JV)/


Konsorsium maka untuk setiap anggota JV/Konsorsium harus
dijumlahkan untuk menentukan terpenuhinya kriteria kualifikasi
minimum peserta dalam butir B(5) dan B(6) Bab V, di samping itu
dipersyaratkan untuk anggota penanggungjawab (Lead Partner)
dari JV lainnya harus memenuhi minimal 40% dari yang
dipersyaratkan dan untuk anggota JV/KSO lainnya harus
memenuhi minimal 25% dari yang dipersyaratkan untuk kriteria

40
41
butir B(5) dan B(6) Bab V. Tidak terpenuhinya persyaratan ini
akan menyebabkan penolakan penawaran dari JV/KSO.
Pengalaman dan sumber daya sub-kontraktor tidak
diperhitungkan dalam menentukan apakah peserta memenuhi
criteria kualifikasi, kecuali ditentukan lain dalam LDP.

9. Peserta lelang agar membuat Pernyataan Pelaksanaan Kontrak


Pekerjaan Sipil yang telah ditangguhkan atau dihentikan
dan/atau Jaminan Pelaksanaannya dicairkan oleh Pengguna
Jasa karena alasan yang terkait dengan ketidakpatuhan terhadap
persyaratan lingkungan, atau sosial, atau kesehatan, persyaratan
ketenagakerjaan, atau keselamatan kerja dalam waktu lima
tahun terakhir.

41
42

BAB VI. BENTUK-BENTUK PENAWARAN STANDAR


1. Bentuk Surat Penawaran (untuk Peserta tunggal atau Peserta Kemitraan/KSO)
2. [Bentuk Surat Perjanjian Kemitraan/Kerja Sama Operasi (KSO), apabila perlu],
3. Bentuk Informasi Penawaran Teknis;
4. Bentuk Informasi Penawaran Kualifikasi;
5. Bentuk Pakta Integritas (untuk Kemitraan/Kerja Sama Operasi–KSO).
6. Bentuk Strategi Pengelolaan dan Rencana Pelaksanaan terhadap Lingkungan, Sosial,
Kesehatan dan Keselamatan Kerja.
7. Bentuk Kode Etik Perusahaan (Lingkungan, Sosial, Kesehatan dan Keselamatan Kerja)
8. Bentuk Rencana Keselamatan dan Kesehatan Kerja Konstruksi
9. Bentuk Pernyataan Kinerja Terkait Lingkungan, Sosial, Keselamatan dan Kesehatan
Kerja
10. Bentuk Lingkungan, Sosial, Kesehatan dan Keselamatan Kerja, Matrik untuk Laporan
Kemajuan Pekerjaan.
11. Bentuk Matriks LSK3 pada Laporan Kemajuan Pekerjaan.

42
53

1. BENTUK SURAT PENAWARAN (UNTUK PESERTA TUNGGAL


ATAU PESERTA KEMITRAAN/ KSO)

[Kop Surat Badan Usaha]


Nomor , 20
: Lampiran

Kepada Yth.:
Pokja UKPBJ [K/L/D/I]
[diisi oleh Pokja Pemilihan]

di

Perihal : Penawaran Pekerjaan [nama pekerjaan diisi oleh Pokja Pemilihan]

Sehubungan dengan pengumuman Pelelangan dan Dokumen Pengadaan nomor:


tanggal dan setelah kami pelajari dengan saksama Dokumen
Pengadaan [serta adendum Dokumen Pengadaan], dengan ini kami mengajukan penawaran
sesuai dengan Dokumen Pengadaan untuk Pekerjaan [nama Pekerjaan
diisi oleh Pokja Pemilihan] dengan nilai total sebesar Rp ( ).

Kami setuju dengan ketentuan dan persyaratan yang tercantum dalam Dokumen
Pengadaan (dan Berita Acara Penjelasan Lelang serta Adendum yang diterbitkan sesuai
dengan Instruksi Kepada Peserta].

Penawaran ini berlaku selama 90 hari kalendar sejak batas akhir pemasukan
penawaran yang tercantum dalam aplikasi SPSE. [catatan untuk Pokja: harus konsisten
dengan LDP]

Sesuai dengan persyaratan, bersama Surat Penawaran ini kami lampirkan:


1. Daftar Kuantitas dan Harga yang sudah diisi;
2. Surat konfirmasi, seperti surat kuasa, yang memberikan wewenang kepada orang yang
menandatangani Penawaran untuk melakukan pengikatan terhadap Peserta Lelang.
3. [salinan hasil pindaian Jaminan Penawaran, apabila dipersyaratkan]
4. [Surat perjanjian kemitraan/Kerja Sama Operasi, apabila ada];
5. Informasi Penawaran Teknis yang terdiri dari:
a. Metoda Pelaksanaan;
b. Jadwal dan Jangka Waktu Pelaksanaan sampai Penyerahan Awal;
c. [Bagian Pekerjaan yang akan disubkontrakkan, apabila ada].
6. Bentuk Informasi Penawaran Kualifikasi.

43
44
Dengan disampaikannya Surat Penawaran ini, kami menegaskan dan menyatakan
bahwa kami memenuhi persyaratan dalam IKP Butir 3, kami tidak mempunyai Konflik
Kepentingan berdasarkan IKP Butir 5, dan akan tunduk pada semua ketentuan yang tercantum
dalam Dokumen Pengadaan.

Nama:
Dalam Kapasitas sebagai:
Tanda tangan:
Diberi kuasa untuk menandatangani Penawaran untuk dan atas nama:
Tanggal:

44
45

2. BENTUK PERJANJIAN KEMITRAAN/KERJA SAMA OPERASI


(KSO) (bila perlu)

SURAT PERJANJIAN KEMITRAAN/ KERJA SAMA OPERASI (KSO)

Sehubungan dengan pelelangan pekerjaan yang pembukaan


penawarannya akan dilakukan di pada tanggal 20 , maka kami:
[nama peserta 1]
[nama peserta 2]
[nama peserta 3]
[dan seterusnya]
bermaksud untuk mengikuti pelelangan dan pelaksanaan kontrak secara bersama-sama dalam
bentuk kemitraan/Kerja Sama Operasi (KSO).

Kami menyetujui dan memutuskan bahwa:


1. Secara bersama-sama, kami:
a. Membentuk kemitraan/KSO dengan nama
b. Menunjuk [nama peserta 1]
sebagai perusahaan utama
(leading firm) untuk kemitraan/KSO dan mewakili serta bertindak untuk dan atas nama
kemitraan/KSO.
c. Menyetujui apabila ditunjuk sebagai pemenang, wajib bertanggung jawab baik secara
bersama-sama atau masing-masing atas semua kewajiban sesuai ketentuan dokumen
kontrak.

2. Keikutsertaan modal (sharing) setiap perusahaan dalam kemitraan/KSO adalah:


[nama peserta 1] sebesar %( persen)
[nama peserta 2] sebesar %( persen)
[nama peserta 3] sebesar %( persen)
[dst]

3. Masing-masing peserta anggota kemitraan/KSO, akan mengambil bagian sesuai sharing


tersebut pada butir 2. dalam hal pengeluaran, keuntungan, dan kerugian dari
kemitraan/KSO.

4. Pembagian sharing dalam kemitraan/KSO ini tidak akan diubah baik selama masa
penawaran maupun sepanjang masa kontrak, kecuali dengan persetujuan tertulis terlebih
dahulu dari Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dan persetujuan bersama secara tertulis
dari masing-masing anggota kemitraan/KSO.

45
46

5. Terlepas dari sharing yang ditetapkan di atas, masing-masing anggota kemitraan/KSO


akan melakukan pengawasan penuh terhadap semua aspek pelaksanaan dari perjanjian
ini, termasuk hak untuk memeriksa keuangan, perintah pembelian, tanda terima, daftar
peralatan dan tenaga kerja, perjanjian subkontrak, surat-menyurat, dan lain-lain.

6. Wewenang menandatangani untuk dan atas nama kemitraan/KSO diberikan kepada


______ [nama wakil peserta] dalam kedudukannya sebagai direktur utama /
direktur pelaksana ___ [nama peserta 1] berdasarkan persetujuan tertulis dari
seluruh anggota kemitraan/KSO.

7. Perjanjian ini berlaku sejak tanggal ditandatangani.

8. Perjanjian ini secara otomatis menjadi batal dan tidak berlaku lagi bila pelelangan tidak
dimenangkan oleh perusahaan kemitraan/KSO.

9. Perjanjian ini dibuat dalam rangkap ( ) yang masing-masing mempunyai


kekuatan hukum yang sama.

DENGAN KESEPAKATAN INI semua anggota kemitraan/KSO membubuhkan tanda tangan di


pada hari tanggal bulan , tahun

[Peserta 1] [Peserta 2]

( ) ( )

[Peserta 3] [dst

( ) ( )]

Catatan:

Surat Perjanjian Kemitraan/Kerja Sama Operasi ini harus dibuat di atas kertas
segel/bermaterai dan ditandatangani oleh wakil yang sah dari setiap perusahaan peserta
Kemitraan/KSO.

46
47

3. BENTUK DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS

Informasi Penawaran Teknis

[Cantumkan dan jelaskan secara rinci hal-hal berikut. Jika diperlukan, keterangan dapat
dicantumkan dalam lembar tersendiri/tambahan]

1. metode pelaksanaan pekerjaan [menggambarkan penguasaan dalam penyelesaian


pekerjaan];
2. Jadwal dan jangka waktu pelaksanaan pekerjaan sampai Penyerahan Awal (PHO)
[tidak melampaui batas waktu yang tercantum dalam LDP];
3. Jadwal mobilisasi alat dan barang/material.
4. Data teknis (seperti brosur, dll) apabila dipersyaratkan untuk bahan/barang tertentu;
5. Bagian pekerjaan yang akan disubkontrakkan [sesuai dengan persyaratan yang tercantum
dalam LDP].

47
48

4. BENTUK DOKUMEN PENAWARAN KUALIFIKASI:

Diisi oleh setiap peserta. Bagi Peserta yang berbentuk Kemitraan/KSO, setiap anggotanya
wajib mengisi Formulir Kualifikasi dengan kualifikasi perusahaan mereka masing-masing

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : _____ __ ____ [nama wakil sah badan usaha]

Jabatan : ____________[diisi sesuai jabatan dalam akta notaris]

Bertindak : PT/CV/Firma/Koperasi
untuk dan [pilih yang sesuai dan cantumkan nama badan usaha]
atas
nama

Alamat : _____ __ __ __ __ ____ __ _

Telepon/Fax : _____ __ __ __ __ ____ __ _

Email : _____ __ __ __ __ ____ __ _

menyatakan dengan sesungguhnya bahwa:

1. saya secara hukum bertindak untuk dan atas nama


perusahaan/koperasi/kemitraan/KSO berdasarkan _______ ____ [akta
pendirian/anggaran dasar/surat kuasa/Perjanjian Kemitraan/Kerja Sama Operasi,
disebutkan secara jelas nomor dan tanggal akta pendirian/anggaran dasar/surat
kuasa/Perjanjian Kemitraan/Kerja Sama Operasi];
2. saya bukan sebagai pegawai K/L/D/I [bagi pegawai K/L/D/I yang sedang cuti diluar
tanggungan K/L/D/I ditulis sebagai berikut : “Saya merupakan pegawai K/L/D/I yang
sedang cuti diluar tanggungan K/L/D/I”];
3. saya tidak sedang menjalani sanksi pidana;
4. saya tidak sedang dan tidak akan terlibat pertentangan kepentingan dengan para pihak
yang terkait, langsung maupun tidak langsung dalam proses pengadaan ini;
5. badan usaha yang saya wakili tidak masuk dalam Daftar Hitam, tidak dalam pengawasan
pengadilan, tidak pailit, dan kegiatan usahanya tidak sedang dihentikan;

48
49
6. salah satu dan/atau semua pengurus badan usaha yang saya wakili tidak masuk dalam
Daftar Hitam;
7. data-data badan usaha yang saya wakili adalah sebagai berikut:

A. Data Administrasi

1. Nama Badan Usaha : …………………………


2. Status : Pusat Cabang

: …………………………
Alamat Kantor Pusat …………………………

3. No. Telepon : …………………………


No. Fax : …………………………
E-Mail : …………………………
Alamat Kantor Cabang : …………………………
…………………………
4. No. Telepon : …………………………
No. Fax : …………………………
E-Mail : …………………………

B. Landasan Hukum Pendirian Badan Usaha

1. Akta Pendirian Perusahaan/Anggaran Dasar Koperasi


a. Nomor : …………………………
b. Tanggal : …………………………
c. Nama Notaris : …………………………
: …………………………
d. Nomor Pengesahan
Kementerian Hukum dan
HAM (untuk yang
berbentuk PT)

2. Akta/Anggaran Dasar
Perubahan Terakhir
a. Nomor : …………………………
b. Tanggal : …………………………
c. Nama Notaris : …………………………

49
50
C. Pengurus Badan Usaha

No. Nama No. Identitas Jabatan dalam Badan


Usaha

D. Izin Usaha
1. No. Surat Izin Usaha ………… : …………Tanggal …………
2. Masa berlaku izin usaha : …………………………
3. Instansi pemberi izin usaha : …………………………
4. Kualifikasi Usaha : …………………………
5. Klasifikasi Usaha : …………………………

E. Izin Lainnya (apabila dipersyaratkan)

1. No. Surat Izin ………… : …………Tanggal …………


2. Masa berlaku izin : …………………………
3. Instansi pemberi izin : …………………………

F. Riwayat Kegagalan Pelaksanaan Kontrak

Kegagalan Pelaksanaan Kontrak menurut Bab V – Lembar Data


Kualifikasi (LDK)
 Kegagalan pelaksanaan kontrak tidak terjadi dalam 5 tahun terakhir terhitung sebelum
tanggal batas akhir pemasukan penawaran.
 Kontrak(-kontrak) yang gagal dilaksanakan sejak 5 tahun terakhir terhitung sebelum tanggal
batas akhir pemasukan penawaran

Bagian Kontrak Nilai Total


Tahun yang gagal Identifikasi Kontrak Kontrak dalam
dilaksanakan Rp
Identifikasi
Kontrak:
Nama PPK:
Alamat PPK:
Alasan kegagalan pelaksanaan:

50
51
G. Data Keuangan

1. Susunan Kepemilikan Saham (untuk PT)/Susunan Pesero (untuk CV/Firma)

No. Nama No. Identitas Alamat Persentase

H. Data Personil Utama

Jabatan
Tingkat Pengalaman Kerja Profesi/
No Nama Tgl/bln/thn lahir dalam
Pendidikan (tahun) keahlian
pekerjaan
1 2 3 4 5 6 7

I. Data Peralatan

Kapasitas Status
Jenis Jumlah atau output Merk Tahun Lokasi Kepemilikan/
No. Kondisi
Peralatan pada saat ini dan tipe pembuatan Sekarang Dukungan
Sewa
1 2 3 4 5 6 7 8 9

J. Data Pengalaman Perusahaan yang Sejenis dalam 4 tahun terakhir

Pemberi Tugas / Tanggal Selesai


Pejabat Pembuat Kontrak Pekerjaan
Ringkasan Komitmen Berdasarkan
Nama Paket
No. Lingkup Lokasi
Pekerjaan BA
Pekerjaan Alamat/ No /
Nama Nilai Kontrak Serah
Telepon Tanggal
Terima
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

51
52
K. Data Pekerjaan yang Sedang Dilaksanakan

Pemberi Tugas /
Pejabat Pembuat Kontrak Progres Terakhir
Bidang/Sub Komitmen
Nama Paket
No. Bidang Lokasi
Pekerjaan Kontrak Prestasi
Pekerjaan Alamat/ No /
Nama Nilai (rencana) Kerja
Telepon Tanggal
% %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

L. Omzet Tahunan Rata-Rata


Peserta Lelang diminta untuk menyerahkan laporan keuangan 3 tahun terakhir yang telah
diaudit. Apabila laporan keuangan yang telah diaudit tidak ada untuk tahun terakhir sebelum
tanggal batas akhir pemasukan penawaran maka khusus untuk tahun tersebut Peserta
harus menyerahkan laporan keuangan yang ditandatangani oleh wakil yang ditunjuknya.

Data omzet tahunan


Tahun Nilai dan mata uang Ekuivalen dalam US$

*Omzet
Tahunan Rata-
Rata

*Omzet tahunan rata-rata dihitung sebagai jumlah total pembayaran sah yang diterima untuk
pekerjaan konstruksi yang sedang berlangsung atau telah diselesaikan dalam 3 tahun terakhir,
dibagi 3.

Demikian Formulir Isian Kualifikasi ini saya buat dengan sebenarnya dan penuh rasa tanggung
jawab. Jika di kemudian hari ditemui bahwa data/dokumen yang saya sampaikan tidak benar
dan ada pemalsuan, maka saya dan badan usaha yang saya wakili bersedia dikenakan sanksi
berupa sanksi administratif, sanksi pencantuman dalam Daftar Hitam, gugatan secara perdata,
dan/atau pelaporan secara pidana kepada pihak berwenang sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

_________[tempat], [tanggal] [bulan] 20 [tahun]

PT/CV/Firma/Koperasi
_________[pilih yang sesuai dan cantumkan nama]

[rekatkan meterai Rp 6.000,-


dan tanda tangan]

(nama lengkap wakil sah badan usaha) [jabatan


pada badan usaha]

52
53

5. BENTUK JAMINAN PENAWARAN DARI BANK

CONTOH

[Kop Bank Penerbit Jaminan]


GARANSI BANK
Sebagai
JAMINAN PENAWARAN
No.

Yang bertanda tangan dibawah ini: ...dalam jabatan selaku


_____ __ __ __ __ ____ dalam hal ini bertindak untuk dan
atas nama_______________________________ __ __ ___
[nama bank] berkedudukan di
_____ __ __ __ ______[alamat]
untuk selanjutnya disebut:
PENJAMIN

dengan ini menyatakan akan membayar kepada:


Nama___________________________________[Pokja Pemilihan]
Alamat : ____________________________
selanjutnya disebut:
PENERIMA JAMINAN

sejumlah uang Rp ______ __ __ __ ____ (terbilang _______ __ __ __ __)


sebagai Jaminan Penawaran dalam mengajukan penawaran untuk lelang pekerjaan
_____ __ ______ _______dengan bentuk garansi bank, apabila:
Nama : _______ __ __ _________[Peserta Lelang]
Alamat : _______ __ __ __ _____
selanjutnya disebut:
YANG DIJAMIN

ternyata sampai batas waktu yang ditentukan, namun tidak melebihi tanggal batas waktu
berlakunya Garansi Bank ini, tidak memenuhi ketentuan yaitu :
1. terlibat Korupsi Kolusi dan Nepotisme (KKN);
2. menarik kembali penawaran selama dilaksanakannya lelang ;
3. tidak bersedia menambah nilai jaminan pelaksanaan dalam hal sebagai calon pemenang
dan calon pemenang cadangan 1 dan 2 harga penawarannya di bawah 80% HPS;

53
54
4. tidak hadir dalam klarifikasi dan/atau verifikasi kualifikasi dalam hal sebagai calon
pemenang dan calon pemenang cadangan 1 dan 2 dengan alasan yang tidak dapat
diterima; atau
5. mengundurkan diri atau gagal tanda tangan kontrak.

sebagaimana ditentukan dalam Dokumen Pemilihan yang diikuti oleh yang dijamin. Garansi

Bank ini dikeluarkan dengan ketentuan sebagai berikut:


1. Garansi Bank berlaku selama _____ __ __ ______
____
(______ ___ __ __ _ ____) hari kalender, dan efektif mulai dari tanggal
_____ __ __ __ __ ____ [diisi sesuai dengan tanggal batas akhir pemasukan penawaran]
2. Tuntutan pencairan atau klaim dapat diajukan secara tertulis dengan melampirkan Surat
Pernyataan Wanprestasi dari Penerima Jaminan paling lambat 14 (empat belas) hari
kalender setelah tanggal jatuh tempo Garansi Bank sebagaimana tercantum dalam butir 1.
3. Penjamin akan membayar kepada Penerima Jaminan sejumlah nilai jaminan tersebut di
atas dalam waktu paling lambat 14 (empat belas) hari kerja tanpa syarat (Unconditional)
setelah menerima tuntutan pencairan dari Penerima Jaminan berdasar Surat Pernyataan
Wanprestasi dari Penerima Jaminan mengenai pengenaan sanksi akibat Yang Dijamin
cidera janji/lalai/tidak memenuhi kewajibannya.
4. Penjamin melepaskan hak-hak istimewanya untuk menuntut supaya benda-benda yang
diikat sebagai jaminan lebih dahulu disita dan dijual untuk melunasi hutang Yang Dijamin
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1831 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
5. Garansi Bank ini tidak dapat dipindahtangankan atau dijadikan jaminan kepada pihak lain.
6. Segala hal yang mungkin timbul sebagai akibat dari Garansi Bank ini, masing- masing pihak
memilih domisili hukum yang umum dan tetap di Kantor Pengadilan Negeri
____________________________

Dikeluarkan di : ____________________________
Pada tanggal : ____________________________

[Bank]

Meterai Rp. 10.000,00

[Nama dan Jabatan]


Untuk keyakinan, pemegang
Garansi Bank disarankan untuk
mengkonfirmasi Garansi ini
ke[bank]

54
55

6. BENTUK PAKTA INTEGRITAS

(untuk Kemitraan/Kerja Sama Operasi-KSO)

Catatan: Dengan mendaftar sebagai peserta pada aplikasi SPSE maka peserta tunggal
telah menyetujui dan menandatangani pakta integritas.

[Contoh Pakta Integritas Badan Usaha Dengan Kemitraan/KSO – disertahkan bersama dengan
penawaran]

PAKTA INTEGRITAS

Kami yang bertanda tangan di bawah ini:

1. Nama _____ __ __ __[nama wakil sah badan usaha]

No.Identitas _____ [diisi dengan no. KTP/SIM/Paspor]

Jabatan _____ __ __ __ __ __

Bertindak PT/CV/Firma/Koperasi [pilih yang


untuk dan sesuai dan cantumkan nama]
atas nama

2. Nama _____ __ __ __[nama wakil sah badan usaha]

No.Identitas _____ [diisi dengan no. KTP/SIM/Paspor]

Jabatan _____ __ __ __ __ __

Bertindak PT/CV/Firma/Koperasi [pilih yang


untuk dan sesuai dan cantumkan nama]
atas nama

3.. .[dan seterusnya, diisi sesuai dengan jumlah anggota kemitraan/KSO]

dalam rangka pengadaan _______ [isi nama paket] pada ______ [isi sesuai dengan

55
56
K/L/D/I] dengan ini menyatakan bahwa:

1. Kami tidak akan melakukan praktek Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN);

2. Kami akan mengikuti proses pengadaan dan selanjutnya pelaksanaan kontrak, apabila
ditetapkan sebagai pemenang, secara bersih, transparan, dan profesional untuk
memberikan hasil kerja terbaik sesuai ketentuan peraturan perundang- undangan;

3. Apabila kami melanggar hal-hal yang dinyatakan dalam PAKTA INTEGRITAS ini, kami
bersedia menerima sanksi administratif, menerima sanksi pencantuman dalam Daftar
Hitam, digugat secara perdata dan/atau dilaporkan secara pidana.

______[tempat], [tanggal] [bulan] 20 [tahun]

[Nama Peserta] [Nama Peserta] [Nama Peserta]

[tanda [tanda [tanda


tangan], tangan], tangan],
[nama [nama [nama
lengkap] lengkap] lengkap]

[cantumkan tanda tangan dan nama setiap anggota Kemitraan/KSO]

56
57

7. BENTUK STRATEGI PENGELOLAAN DAN RENCANA


PELAKSANAAN TERHADAP LINGKUNGAN, SOSIAL,
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

Strategi Pengelolaan dan Rencana Pelaksanaan terhadap Lingkungan, Sosial, Kesehatan


dan Keselamatan Kerja (SPRP-LSK3)

Peserta Lelang harus menyerahkan Strategi Pengelolaan dan Rencana Pelaksanaan terhadap
Lingkungan, Sosial, Kesehatan dan Keselamatan Kerja (LSK3) yang komprehensif dan singkat
(SPRP-LSK3) sebagaimana disyaratkan oleh IKP 14.1 butir e.6) pada Lembar Data Penawaran
(LDP). Strategi dan rencana ini harus menguraikan secara rinci tindakan, bahan, peralatan,
proses pengelolaan,dll. yang akan dilaksanakan oleh Kontraktor dan Sub-kontraktornya.

Dalam mengembangkan strategi dan rencana ini, Peserta Lelang harus memperhatikan
ketentuan terkait LSK3 dalam kontrak termasuk rencana tindakan dalam upaya pencegahan
terhadap Kekerasan Berbasis Gender (Gender Based Violence/GBV),Kekerasan Terhadap Anak
(Violence Against Children/VAC), dan penggunaan tenaga kerja dibawah umur dan pekerja
paksa sesuai peraturan perundang-undangan Indonesia. Persyaratan-persyaratan tersebut
secara lengkap dijelaskan pada dokumen-dokumen sebagai berikut:

1. Persyaratan Pekerjaan yang dijelaskan dalam Bab VIII. SSUK (Butir 19), Bab IX. SSKK (Butir
53.1) dan Bab X. Spesifikasi Umum;
2. Dokumen Penapisan Aspek Lingkungan dan Sosial;
3. Dokumen Lingkungan, untuk kegiatan yang tidak memerlukan dokumen AMDAL, sekurang-
kurangnya harus menggunakan dokumen UKL-UPL atau SPPL sesuai dengan besaran
batasan fisik kegiatan yang ditenderkan; (optional : apabila dokumen lingkungan sudah
tersedia);
4. Mekanisme Penanganan Aduan (MPA)
5. Prosedur Pengelolaan Pekerja (Labor Management Procedure);
6. Prosedur penemuan tak terduga atas warisan budaya (Chance find procedure for cultural
heritage);
7. LARAP;
8. Indigenous Peoples Plan (IPP).

57
58

Tabel 1. Status Kelengkapan Dokumen Strategi Pengelolaan dan Rencana Pelaksanaan


terhadap Lingkungan, Sosial, Kesehatan dan Keselamatan Kerja (LSK3)

No SPRP-LSK3 STATUS DOKUMEN


1 Persyaratan Pekerjaan yang dijelaskan Ada dalam Bab VIII. SSUK (Butir 19), Bab IX.
dalam SSUK, SSKK dan Spesifikasi SSKK (Butir 53.1) dan Bab X. Spesifikasi Umum
Umum;
2.1 Dokumen Penapisan Aspek Lingkungan Dokumen dapat diakses melalui tautan berikut:
dan Sosial;

2.2 Identifikasi Dampak dan Upaya Mitigasi Dokumen dapat diakses melalui tautan berikut:

2.3 Dokumen Kesenjangan Dalam proses penyiapan dokumen.


(dalam proses finalisasi)
3.1 Dokumen Lingkungan Dokumen dapat diakses melalui tautan berikut:
……………………
3.2 Izin Lingkungan / Persetujuan Dokumen dapat diakses melalui tautan berikut:
Lingkungan ……………………
4 Mekanisme Penanganan Aduan Dapat diakses melalui tautan berikut ini:

5 Prosedur Pengelolaan Pekerja (Labor Standar ILO 2013 - Dapat diakses melalui tautan
Management Procedure) berikut ini:

6 Prosedur penemuan tak terduga atas Ada di dokumen ESMF (Environmental And Social
warisan budaya (Chance find procedure Management Framework–ESMF), September
for cultural heritage) 2017, Lampiran 13 halaman L13-1
Dapat diakses melalui tautan berikut:

7 LARAP Dapat diakses melalui tautan berikut:

8 Indigenous Peoples Plan (IPP); Template Penanganan Masyarakat Adat


(Indigenous People Plan / IPP) ada di dokumen
ESMF (Environmental And Social Management
Framework–Esmf), September 2017 pada lampiran
4b.
Dapat diakses melalui tautan berikut:
……………………

58
59

8. BENTUK KODE ETIK PERUSAHAAN

Kode Etik: Lingkungan, Sosial, Kesehatan dan Keselamatan Kerja (LSK3)

Peserta Lelang harus menyerahkan Kode Etik yang akan berlaku bagi karyawan dan
subkontraktornya sebagaimana disyaratkan oleh IKP 14.1 butir e.6) dari Lembar Data
Penawaran (LDP). Kode Etik/Pedoman Perilaku dimaksud termasuk didalamnya Pedoman
Perilaku serta rencana tindakan dalam upaya pencegahan terhadap Kekerasan Berbasis
Gender (Gender Based Violence/GBV) dan Kekerasan Terhadap Anak (Violence Against
Children/VAC)harus memastikan kepatuhan terhadap ketentuan LSK3 dalam kontrak, serta
yang secara lebih lengkap dijelaskan dalam dokumen-dokumen dibawah ini:

1. Persyaratan Pekerjaan yang dijelaskan dalam Bab VIII. SSUK (Butir 19), Bab IX. SSKK
(Butir 53.1) dan Bab X. Spesifikasi Umum;
2. Dokumen Penapisan Aspek Lingkungan dan Sosial;
3. Dokumen lingkungan untuk kegiatan yang tidak memerlukan dokumen AMDAL, sekurang-
kurangnya harus menggunakan dokumen UKL-UPL atau SPPL sesuai dengan besaran
batasan fisik kegiatan yang ditenderkan;
4. Prosedur Pengelolaan Pekerja (Labor Management Procedure);
5. Prosedur penemuan tak terduga atas warisan budaya (Chance find procedure for cultural
heritage);
6. LARAP (bila diperlukan);
7. Indigenous Peoples Plan (IPP).

Selain itu, Peserta Lelang harus memberikan garis besar tentang bagaimana Kode Etik ini
akan dilaksanakan, mencakup rencana sosialisasi/konsultasi dan pemahaman kepada seluruh
karyawan/pihak-pihak yang terlibat (pemasok dan subkontraktor), pelatihan apa yang akan
diberikan, bagaimana itu akan dipantau dan bagaimana Kontraktor mengusulkan untuk
menangani setiap pelanggaran.

59
60
Contoh
Bentuk Kode Etik Penyedia Jasa pada Proyek NUWSP
Pencegahan Kekerasan Berbasis Gender dan Kekerasan Terhadap Anak

Perusahaan Penyedia Jasa Konstruksi berkomitmen untuk memastikan bahwa Pekerjaan


O p t i m a l i s a s i S P A M S u k a t a n i K a b u p a t e n B e k a s i ( N U W S P ) pada Proyek
NUWSP dilaksanakan sedemikian rupa sehingga meminimalkan dampak negatif terhadap
lingkungan setempat, masyarakat, dan pekerjanya. Ini akan dilakukan dengan menghormati
standar lingkungan, sosial, kesehatan dan keselamatan kerja, dan memastikan bahwa
standar kesehatan dan keselamatan kerja yang tepat terpenuhi. Perusahaan juga
berkomitmen untuk menciptakan dan memelihara lingkungan dimana kekerasan berbasis
gender (gender-based violence-GBV/sexual exploitation and abuse-SEA) dan kekerasan
terhadap anak-anak (violence against children=VAC) tidak memiliki tempat, dan kekerasan
tersebut tidak akan ditoleransi bagi karyawan, sub-kontraktor, pemasok, rekan, atau
perwakilan dari kontraktor.
Oleh karena itu, untuk memastikan bahwa semua yang terlibat dalam Proyek mengetahui
komitmen ini, dan perusahaan berkomitmen pada prinsip-prinsip utama berikut dan standar
perilaku minimum yang akan berlaku bagi semua karyawan perusahaan, rekanan, dan
perwakilan, termasuk sub-kontraktor dan pemasok, tanpa pengecualian:

Umum
1. Kontraktor - dan semua karyawan, rekanan, perwakilan, sub-kontraktor, dan pemasok -
berkomitmen untuk mematuhi semua hukum, aturan, dan peraturan nasional yang
relevan.
2. Kontraktor berkomitmen untuk sepenuhnya menerapkan Rencana Pengelolaan
Lingkungan dan Sosial Kontraktor.
3. Kontraktor berkomitmen untuk menghargai keragaman dan memperlakukan perempuan,
anak-anak (di bawah usia 18), dan laki-laki dengan hormat terlepas dari budaya, ide,
pendapat, keterbatasan, jenis kelamin, etnis, asal, keyakinan politik, keyakinan agama,
generasi, status sipil, kelas sosial, orientasi seksual dan tingkat pendidikan.
4. Perusahaan akan melakukan sosialisasi/konsultasi dan pemahaman kepada seluruh
karyawan/pihak-pihak yang terlibat (pemasok dan subkontraktor), pelatihan apa yang
akan diberikan, bagaimana itu akan dipantau dan bagaimana Kontraktor mengusulkan
untuk menangani setiap pelanggaran.
5. Perusahaan harus memastikan bahwa interaksi dengan anggota masyarakat setempat
dilakukan dengan hormat dan non-diskriminasi.
6. Bahasa dan perilaku yang merendahkan, mengancam, melecehkan, kasar, tidak pantas
secara budaya, atau provokatif secara seksual dilarang bagi semua karyawan
perusahaan, rekanan, dan perwakilan, termasuk sub-kontraktor dan pemasok.
7. Kontraktor akan mengikuti semua instruksi kerja yang wajar (termasuk berkaitan dengan
norma-norma lingkungan dan sosial).
8. Kontraktor akan melindungi dan memastikan penggunaan properti dengan benar
(misalnya, untuk mencegah pencurian, kecerobohan, atau pemborosan).

Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)

60
61
1. Kontraktor akan memastikan bahwa Rencana Pengelolaan Kesehatan dan Keselamatan
Kerja Proyek dilaksanakan secara efektif oleh staf perusahaan, serta sub-kontraktor dan
pemasok.
2. Kontraktor akan memastikan bahwa semua orang di lokasi mengenakan pakaian
pelindung yang layak dan sesuai ketentuan, hal ini untuk mencegah terjadinya
kecelakaan dan akan melaporkan adanya kondisi atau praktik yang menimbulkan
bahaya keselamatan atau mengancam lingkungan.
3. Kontraktor akan:
i. melarang penggunaan alkohol selama kegiatan kerja.
ii. melarang penggunaan narkotika atau zat lain yang setiap saat dapat merusak
kemampuan kerja.
4. Kontraktor akan memastikan bahwa fasilitas sanitasi yang memadai akan tersedia di
lokasi dan di setiap akomodasi pekerja akan disediakan, bagi mereka yang bekerja di
proyek.

Kekerasan Berbasis Gender/Kekerasan dan Eksploitasi Seksual (KBG/KES) dan


Kekerasan Terhadap Anak (KTA)

1. Tindakan KBG/KES atau KTA merupakan pelanggaran berat dan oleh karenanya
merupakan dasar sanksi, yang dapat mencakup hukuman dan/atau pemutusan
hubungan kerja, dan jika perlu dirujuk ke polisi untuk tindakan lebih lanjut.
2. Segala bentuk KBG/KES atau KTA termasuk, misal iming-iming dengan imbalan untuk
melakukan aktifitas seksual secara teang-terangan/halus tidak dapat diterima, terlepas
dari apakah itu terjadi di lokasi kerja, lingkungan tempat kerja, di kamp pekerja atau di
dalam komunitas setempat.
i. Pelecehan seksual adalah perbuatan yang dilarang - misalnya, melakukan tindakan
seksual yang tidak diinginkan, meminta bantuan untuk melakukan seksual, dan
perilaku verbal atau fisik lainnya, yang bersifat seksual, termasuk tindakan perilaku
yang halus.
ii.
Bantuan seksual adalah perbuatan yang dilarang - misalnya, membuat janji atau
perlakuan yang menguntungkan yang bergantung pada tindakan seksual - atau
bentuk lain dari perilaku menghina, merendahkan atau eksploitatif.
iii. Kontak seksual atau kegiatan dengan anak-anak di bawah 18 adalah perbuatan
yang dilarang - termasuk melalui media digital. Keyakinan yang keliru terhadap usia
anak bukanlah pembelaan. Persetujuan dari anak juga bukan pembelaan atau
alasan yang dapat dibenarkan.
3. Interaksi seksual antara karyawan perusahaan (pada tingkat apa pun) dan anggota
masyarakat di sekitar tempat kerja adalah dilarang, kecuali ada persetujuan 1 penuh dari
semua pihak yang terlibat dalam tindak seksual tersebut. Ini termasuk hubungan yang
melibatkan pengurangan/janji pemberian manfaat aktual (moneter atau non-moneter)
kepada anggota masyarakat dengan imbalan seks - aktivitas seksual semacam itu
dianggap “tidak konsensual” dalam ruang lingkup Kode Etik ini.
1
Persetujuan yang didefinisikan sebagai pilihan berdasarkan informasi yang mendasari niat, penerimaan, atau persetujuan
sukarela seseorang untuk melakukan sesuatu. Tidak ada persetujuan yang dapat dibenarkan jika penerimaan atau
kesepakatan tersebut diperoleh dibawah ancaman, paksaan atau bentuk pemaksaan lainnya, penculikan, penipuan, atau
penggambaran yang keliru. Sesuai dengan Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hak-Hak Anak, Bank Dunia
menganggap bahwa persetujuan tidak dapat diberikan oleh anak-anak di bawah usia 18 tahun, bahkan jika undang-undang
nasional negara tempat Kode Etik diberlakukan memiliki usia yang lebih rendah. Keyakinan keliru tentang usia anak dan
persetujuan dari anak bukanlah suatu pembelaan.

61
62
4. Selain sanksi perusahaan, jika perlu dilakukan penuntutan hukum bagi mereka yang
melakukan tindakan KBG/KES atau KTA.
5. Semua karyawan, termasuk relawan atau tenaga kerja sukarela dan sub-kontraktor
sangat dianjurkan untuk melaporkan dugaan atau tindakan nyata KBG/KES atau KTA
oleh sesama pekerja, baik di perusahaan yang sama atau tidak. Laporan harus dibuat
sesuai dengan Prosedur Tuduhan KBG/KES atau KTA Proyek.
6. Manajer wajib melaporkan dan bertindak untuk menangani adanya dugaan atau tindakan
nyata KBG/KES atau KTA karena mereka memiliki tanggung jawab untuk menegakkan
komitmen perusahaan dan bertanggung jawab atas laporan langsung mereka.

Pelaksanaan

Untuk memastikan bahwa prinsip-prinsip di atas diterapkan secara efektif, kontraktor


berkomitmen untuk memastikan bahwa:

1. Semua manajer menandatangani 'Kode Etik Manajer' Proyek yang memerinci tanggung
jawabnya untuk melaksanakan komitmen perusahaan dan menegakkan tanggung jawab
dalam 'Kode Etik Individu'.
2. Semua karyawan menandatangani Kode Etik Individu Proyek yang mengkonfirmasikan
kesepakatan mereka untuk mematuhi standar Lingkungan, Sosial, Kesehatan dan
Keselamatan Kerja Konstruksi (LSK3K) dan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), dan
tidak terlibat dalam kegiatan yang mengakibatkan KBG/KES atau KTA.
3. Memasang Kode Etik Perusahaan dan Individu secara jelas dan mudah dilihat di kamp
kerja, kantor, area publik dan ruang kerja. Misal di ruang tunggu, lobby, tempat istirahat,
kantin dan klinik kesehatan.
4. Memastikan bahwa salinan Kode Etik Perusahaan dan Individu yang dipasang dan
didistribusikan serta disusun dengan bahasa yang mudah dipahami di area tempat kerja.
5. Menunjuk seseorang sebagai “Focal Person” perusahaan untuk menangani masalah-
masalah KBG/KES atau KTA.
6. Memastikan bahwa Rencana Aksi KBG/KES atau KTA diterapkan dan direvisi secara
efektif sesuai kebutuhan.
7. Kontraktor secara efektif melaksanakan Rencana Aksi KBG/KES atau KTA yang telah
disepakati, dan memberikan umpan balik kepada Proyek untuk melakukan perbaikan
dan revisi yang sesuai.

Dengan ini, saya mengakui bahwa saya telah membaca Kode Etik Kontraktor, dan atas
nama perusahaan setuju untuk mematuhi standar yang terdapat di dalamnya. Saya
memahami peran dan tanggung jawab saya untuk mendukung standar K3 dan LSK3K
Proyek, dan untuk mencegah dan menanggapi KBG/KES atau KTA. Saya memahami bahwa
setiap tindakan yang tidak konsisten dengan Kode Etik Perusahaan ini atau kegagalan untuk
bertindak yang diamanatkan oleh Kode Etik Perusahaan ini dapat mengakibatkan tindakan
disipliner.

Nama Perusahaan : _________________________


Nama terang : ___________________________
Jabatan : _________________________________
Tanggal : _________________________________
Tanda tangan : ___________________________

62
63

9. BENTUK RENCANA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


KONSTRUKSI (RK3K)

I. . BENTUK RK3K USULAN PENAWARAN

................. RENCANA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


[Logo & Nama KONSTRUKSI(RK3K)
Perusahaan] [digunakan untuk usulan penawaran]

DAFTAR ISI

A. Kebijakan K3
B. Perencanaan K3
B.1. Identifikasi Bahaya, Sasaran K3 Proyek, Pengendalian Risiko K3, dan Program K3.
B.2. Pemenuhan Peraturan Perundang-undangan dan Persyaratan Lainnya
C. Pengendalian Operasional K3

A. KEBIJAKAN K3
....................................................................................................................................
[diisi oleh penyedia jasa berupa pernyataan tertulis yang berisi komitmen untuk menerapkan
K3 berdasarkan skala risiko dan peraturan perundang-undangan K3 yang dilaksanakan
secara konsisten]
A.1 Perusahaan Penyedia Jasa harus menetapkan Kebijakan K3 pada kegiatan konstruksi
yang dilaksanakan.
A.2 Kebijakan K3 yang ditetapkan harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:
1. Mencakup komitmen untuk mencegah kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja
serta peningkatan berkelanjutan SMK3;
2. Mencakup komitmen untuk mematuhi peraturan perundang-undangan dan
persyaratan lain yang terkait dengan K3;
3. Sebagai kerangka untuk menyusun sasaran K3.

B. PERENCANAAN K3
Di dalam membuat rencana K3, PPK memberikan identifikasi awal dan penyedia jasa harus
menyampaikan pengendalian risiko pada saat penawaran berdasarkan identifikasi awal
tersebut.
B.1 Identifikasi Bahaya, Sasaran K3 Proyek, Pengendalian Risiko K3, Dan Program K3
Penyusunan Identifikasi Bahaya, Sasaran K3 Proyek, Pengendalian Risiko K3, dan
Program K3 sesuai dengan format pada Tabel 1

63
TABEL 1. IDENTIFIKASI BAHAYA, PENILAIAN RISIKO, PENGENDALIAN RISIKO K3,64DAN
PROGRAM K3.
[digunakan untuk usulan penawaran, Pokja harus mereview dan menyesuaikan aktivitas table
dibawah sesuai dengan lingkup pekerjaan fisik yang akan dilakukandengan identifikasi
dampak/bahaya sesuai dengan yang ada di dokumen sosial/lingkungan, yang dimiliki oleh
Pemrakarsa pekerjaan, misal AMDAL atau UKL-UPL), Labor Management Procedure (LMP) atau
Prosedur Pengelolaan Pekerja.

Nama Perusahaan : ..................


Kegiatan : ..................
halaman : ….. / …..

PROGRAM
NO URAIAN SASARAN K3 PENGENDALIAN
IDENTIFIKASI BAHAYA SUMBER
PEKERJAAN PROYEK RISIKO K3 DAYA
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
OPTIMALISASI SPAM SUKATANI KABUPATEN BEKASI
I. PEKERJAAN PERSIAPAN
1 Pekerjaan  Terjatuh dan tergelincir
Pengukuran, dan  Tertusuk serpihan kayu
pembersihan pada saat memasang
lapangan patok
 Pusing karena terlalu lama
terpapar sinar matahari
pada saat melakukan
pengukuran
 Peningkatan debu di udara
 Terhirup debu
2 Pekerjaan Papan  Terkena palu saat memaku
nama papan nama kegiatan
 Kejatuhan papan nama
kegiatan saat pemasangan
4 Mobilisasi dan  Lalu lintas rawan terhadap
Demobilisasi kemacetan
 Pekerja tertabrak/
terserempet kendaraan
pengangkut material
 Pekerja terpapar debu
5 Pekerjaan rambu  Terhirup debu
lalu lintas dan  Tersadung/terjatuh material
pagar pengaman  Tertabrak kendaraan
 Peningkatan debu di udara
 Terhirup debu
II. PEKERJAAN PENGADAAN DAN PEMASANGAN PIPA DISTRIBUSI UTAMA
1 Pengadaan Pipa  Tersandung tumpukan pipa
dan Accesories dan aksesories
 Tertimpa material
 Terjatuh
2 Pemasangan pipa dengan metoda galian terbuka
a. Pekerjaan Galian  Tertimpa material
Tanah keras  Terjatuh kedalam galian

64
65
PROGRAM
NO URAIAN SASARAN K3 PENGENDALIAN
IDENTIFIKASI BAHAYA SUMBER
PEKERJAAN PROYEK RISIKO K3 DAYA
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
 Terkena peralatan kerja/
alat berat
 Terpapar debu
 Tertimbun tanah buangan
 Terkena longsoran batu
 Terdapat genangan air di
saat hujan
 Sampah berserakan di
lokasi
 Gangguan akses warga
 Gangguan lalu lintas
b. Pekerjaan  Terkena alat berat
Buangan Tanah  Tertimbun tanah buangan
 Terkena Longsoran Batu
 Terjatuh/ terpeleset terkena
material
 Terpapar debu
 Ceceran sisa-sisa tanah
galian

c. Pekerjaan Urugan  Terkena alat
Sirtu Dipadatkan  Terjatuh/ terpeleset
material
 Tertimbun material
 Terkena alat berat
 Sisa-sisa tanah galian
menumpuk di sekitar lokasi
 Longsor karena pemadatan
yang kurang baik
3 Pekerjaan  Terkena/ tersandung
Pemasangan pipa peralatan kerja
dan Accesories  Tergores/luka akibat
terkena material
 Terpeleset pada area
basah dan licin
 Apabila penyambungan
pipa dengan welding bisa
menyebabkan kulit tangan
terkelupas
 Apabila penyambungan
pipa dengan welding,
pekerja terkena api las
 Apabila penyambungan
pipa dengan welding,
pekerja terkena iritasi mata
 Tersengat listrik
 Sampah yang berserakan
di area kerja

65
66
PROGRAM
NO URAIAN SASARAN K3 PENGENDALIAN
IDENTIFIKASI BAHAYA SUMBER
PEKERJAAN PROYEK RISIKO K3 DAYA
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
 Sisa-sisa tanah galian
menumpuk di sekitar lokasi
 Longsor karena pemadatan
yang kurang baik

VI. PEKERJAAN PENCUCIAN DAN PENGETESAN


1 Pekerjaan  Terkena peralatan kerja
Pengetesan Pipa  Terpeleset pada area
basah dan licin
 Terkena sengatan arus
listrik
 Terkena semprotan air
bertekanan dari wash out
dan air valve
 Terpental akibat tekanan air
saat pengetesan
 Ceceran dan genangan air
di lokasi
Pekerjaan  Terkena peralatan kerja
2 Pencucian Pipa
 Terpeleset pada area
basah dan licin
 Terhirup uap kaporit
menyebabkan pusing
 Iritasi kulit karena terpapar
kaporit
 Ceceran dan genangan air
di lokasi
VII PEKERJAAN LAIN-LAIN
1 Pekerjaan galian  Tertimpa material/peralatan
kerja
 Terjatuh kedalam galian
 Tertimbun longsoran tanah
galian/ tanah buangan
 Terpapar debu
 Terdapat genangan air
disaat hujan
 Sampah berserakan di
lokasi
2 Pekerjaan urugan  Terkena alat pemadat
 Terjatuh/ terpeleset
material
 Tertimbun material
3 Pekerjaan  Tertimpa bata
pasangan bata  Tersandung/terjatuh
4 Pekerjaan  Tangan/kaki tertusuk besi
pembesian  Terjepit alat kerja (tang)
atau terjepit besi

66
67
PROGRAM
NO URAIAN SASARAN K3 PENGENDALIAN
IDENTIFIKASI BAHAYA SUMBER
PEKERJAAN PROYEK RISIKO K3 DAYA
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
 Tersayat besi
 Sampah berserakan di
lokasi
5 Pekerjaan beton  Terkena besi beton
 Tersandung/tertimpa
material
 Terkena peralatan kerja
 Beton yang digunakan
untuk pengecoran dapat
menyebabkan pencemaran
air
6 Pekerjaan  Api las dapat
pengelasan menyebabkan kulit tangan
terkelupas
 Api las dapat
menyebabkan iritasi mata
 Tersengat arus listrik

*) Tabel identifikasi bahaya tidak hanya mencakup aspek K3 tetapi juga harus mencakup
resiko terhadap pencemaran lingkungan (udara, air, dan sampah/limbah konstriuksi).

Ketentuan Pengisian Tabel 1:


1. Kolom (1), (2) dan (3) diisi oleh PPK di dalam dokumen pengadaan;
2. Kolom (4) sampai dengan (6) diisi oleh Penyedia Jasa pada saat penawaran;

B.2 Pemenuhan Perundang-Undangan dan Persyaratan Lainnya


Daftar Peraturan Perundang-undangan dan Persyaratan K3 yang digunakan sebagai
acuan dalam melaksanakan SMK3 Konstruksi Bidang PU antara
lain sebagai berikut:
1. Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
2. Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
3. Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
4. Undang-Undang No. 24 Tahun 2011 Tentang Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial
5. UU No. 02 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi
6. Undang-Undang No. 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja
7. Peraturan Pemerintah Nomor 50 tahun 2012 tentang Penerapan SMK3
8. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 7/PRT/M/2019
tentang Standar dan Pedoman Pengadaan Jasa Konstruksi Melalui Penyedia
9. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 21/PRT/M/2019
tentang Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi
10. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigarasi No. PER.08/MEN/VII/2010
tentang Alat Pelindung Diri
11. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No. 12 Tahun 2015 tentang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Listrik Di Tempat Kerja
12. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No. 7 Tahun 2017 tentang Program Jaminan
Sosial Tenaga Kerja Indonesia
13. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.609 Tahun 2012 tentang
Pedoman Penyelesaian Kasus Keelakaan Kerja dan Penyakit Akibat Kerja

67
14. Instruksi Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No 2/IN/M/2020 68
tentang Protokol Pencegahan Penyebaran Corona Virus Disease 2019 (COVID-
19) Dalam Penyeleggaraan Jasa Konstruksi

C. Pengendalian Operasional K3
Pengendalian operasional berupa prosedur kerja/petunjuk kerja, yang harus
mencakup seluruh upaya pengendalian pada Tabel 1 kolom (5), diantaranya:
1. Upaya pengendalian berdasarkan lingkup pekerjaan sesuai Tabel 1 kolom
(5);
2. Rencana penunjukan personil yang akan ditugaskan menjadi Penanggung
Jawab Kegiatan SMK3;
3. Prediksi dan rencana penanganan kondisi keadaan darurat tempat kerja;
4. Rencana prosedur/petunjuk kerja yang perlu disiapkan
5. Rencana program pelatihan/sosialisasi sesuai pengendalian risiko pada Tabel
1 kolom (5).;
6. Sistem pertolongan pertama pada kecelakaan.

PT/CV/Firma/Kemitraan (KSO)
........................
[pilih yang sesuai dan cantumkan nama]

..........................
Jabatan

68
69
II. BENTUK RK3K PELAKSANAAN PEKERJAAN
Dibuat oleh penyedia jasa pada saat pelaksanaan kontrak, dibahas dan ditetapkan oleh PPK
pada saat rapat persiapan pelaksanaan.

RENCANA KESELAMATAN DAN KESEHATAN


.................
KERJAKONSTRUKSI (RK3K)
[Logo dan Nama
[digunakan untuk pelaksanaan pekerjaan]
Perusahaan]

DAFTAR ISI

A. Kebijakan K3
B. Organisasi K3
C. Perencanaan K3
C.1.Identifikasi Bahaya, Penilaian Risiko, Skala Prioritas, Pengendalian Risiko K3, Penanggung
Jawab
C.2.Pemenuhan Peraturan Perundang-undangan dan Persyaratan Lainnya
C.3.Sasaran dan Program K3`
D. Pengendalian Operasional K3
E. Pemeriksaan dan Evaluasi Kinerja K3
F. Tinjauan Ulang Kinerja K3

A. KEBIJAKAN K3
[Berupa pernyataan tertulis yang berisi komitmen untuk menerapkan K3 berdasarkan skala risiko
dan peraturan perundang-undangan K3 yang dilaksanakan secara konsisten dan harus
ditandatangani oleh manajer proyek/kepala proyek]

A.1. Perusahaan Penyedia Jasa harus menetapkan Kebijakan K3 pada kegiatan konstruksi
yang dilaksanakan.
A.2. kepala proyek/project manager harus mengesahkan Kebijakan K3
A.3. Kebijakan K3 yang ditetapkan harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:
1. Mencakup komitmen untuk mencegah kecelakaan kerja dan penyakitakibat kerja
serta peningkatan berkelanjutan SMK3;
2. Mencakup komitmen untuk mematuhi peraturan perundang-undangandan
persyaratan lain yang terkait dengan K3;
3. Sebagai kerangka untuk menyusun sasaran K3.

B. ORGANISASI K3

Contoh:

Penanggung Jawab K3

Emergency/Kedaruratan P3K Kebakaran

69
70
C. PERENCANAAN K3
Penyedia jasa wajib membuatIdentifikasi Bahaya, Penilaian Risiko, Skala Prioritas,
Pengendalian Risiko K3, dan Penanggung Jawab untuk diserahkan, dibahas, dan
disetujui PPK pada saat Rapat Persiapan Pelaksanaan Kontrak/Pre Construction
Meeting (PCM) sesuai lingkup pekerjaan yang akan dilaksanakan.

C.1 Identifikasi Bahaya, Penilaian Risiko, Skala Prioritas, Pengendalian Risiko K3,
dan Penanggung Jawab
Penyusunan Identifikasi Bahaya, Penilaian Risiko, Skala Prioritas, Pengendalian
Risiko K3, dan Penanggung Jawab sesuai dengan format pada Tabel 1.

TABEL 1. IDENTIFIKASI BAHAYA, PENILAIAN RISIKO, SKALA PRIORITAS,


PENGENDALIAN RISIKO K3, DAN PENANGGUNG JAWAB

Nama Perusahaan : ..................


Kegiatan : ..................
Lokasi : ..................

Tanggal dibuat : .................. halaman : ….. / …..

Penanggung
Skala Pengendalian Jawab
Penilaian Risiko
Prioritas Resiko K3 (Nama
URAIAN IDENTIFIKASI
NO Petugas)
PEKERJAAN BAHAYA
Tingkat
Kekerapan Keparahan resiko
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
OPTIMALISASI SPAM SUKATANI KABUPATEN BEKASI
I. PEKERJAAN PERSIAPAN
1 Pekerjaan  Terjatuh dan
Pengukuran, tergelincir
dan  Tertusuk serpihan
pembersihan kayu pada saat
lapangan
memasang patok
 Pusing karena terlalu
lama terpapar sinar
matahari pada saat
melakukan
pengukuran
 Peningkatan debu di
udara
 Terhirup debu
2 Pekerjaan  Terkena palu saat
Papan nama memaku papan
nama kegiatan
 Kejatuhan papan
nama kegiatan saat
pemasangan
4 Mobilisasi  Lalu lintas rawan
dan terhadap kemacetan
Demobilisasi  Pekerja tertabrak/
terserempet

70
71
Penanggung
Skala Pengendalian Jawab
Penilaian Risiko
Prioritas Resiko K3 (Nama
URAIAN IDENTIFIKASI
NO Petugas)
PEKERJAAN BAHAYA
Tingkat
Kekerapan Keparahan resiko
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
kendaraan
pengangkut material
 Pekerja terpapar
debu
5 Pekerjaan  Terhirup debu
rambu lalu  Tersadung/terjatuh
lintas dan material
pagar  Tertabrak kendaraan
pengaman  Peningkatan debu di
udara
 Terhirup debu
II. PEKERJAAN PENGADAAN DAN PEMASANGAN PIPA DISTRIBUSI UTAMA
1 Pengadaan  Tersandung
Pipa dan tumpukan pipa dan
Accesories aksesories
 Tertimpa material
 Terjatuh
2 Pemasangan pipa dengan metoda galian terbuka dan Boring Manual
a. Pekerjaan  Tertimpa material
Galian Tanah  Terjatuh kedalam
keras galian
 Terkena peralatan
kerja/ alat berat
 Terpapar debu
 Tertimbun tanah
buangan
 Terkena longsoran
batu
 Terdapat genangan
air di saat hujan
 Sampah berserakan
di lokasi
b. Pekerjaan  Terkena alat berat
Buangan Tanah  Tertimbun tanah
buangan
 Terkena Longsoran
Batu
 Terjatuh/ terpeleset
terkena material
 Terpapar debu
 Ceceran sisa-sisa
tanah galian
c. Pekerjaan  Terkena alat
Urugan Sirtu  Terjatuh/ terpeleset
Dipadatkan

71
72
Penanggung
Skala Pengendalian Jawab
Penilaian Risiko
Prioritas Resiko K3 (Nama
URAIAN IDENTIFIKASI
NO Petugas)
PEKERJAAN BAHAYA
Tingkat
Kekerapan Keparahan resiko
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
material
 Tertimbun material
 Terkena alat berat
 Sisa-sisa tanah
galian menumpuk di
sekitar lokasi
 Longsor karena
pemadatan yang
kurang baik
3 Pekerjaan  Terkena/ tersandung
Pemasangan peralatan kerja
pipa dan  Tergores/luka akibat
Accesories terkena material
 Terpeleset pada
area basah dan licin
 Apabila
penyambungan pipa
dengan welding bisa
menyebabkan kulit
tangan terkelupas
 Apabila
penyambungan pipa
dengan welding,
pekerja terkena api
las
 Apabila
penyambungan pipa
dengan welding,
pekerja terkena
iritasi mata
 Tersengat listrik
 Sampah yang
berserakan di area
kerja
 Sisa-sisa tanah
galian menumpuk di
sekitar lokasi
 Longsor karena
pemadatan yang
kurang baik

III. PEKERJAAN PENCUCIAN DAN PENGETESAN


1 Pekerjaan  Terkena peralatan
Pengetesan kerja
Pipa  Terpeleset pada

72
73
Penanggung
Skala Pengendalian Jawab
Penilaian Risiko
Prioritas Resiko K3 (Nama
URAIAN IDENTIFIKASI
NO Petugas)
PEKERJAAN BAHAYA
Tingkat
Kekerapan Keparahan resiko
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
area basah dan licin
 Terkena sengatan
arus listrik
 Terkena semprotan
air bertekanan dari
wash out dan air
valve
 Terpental akibat
tekanan air saat
pengetesan
 Ceceran dan
genangan air di
lokasi
2 Pekerjaan  Terkena peralatan
Pencucian Pipa kerja
 Terpeleset pada
area basah dan licin
 Terhirup uap kaporit
menyebabkan
pusing
 Iritasi kulit karena
terpapar kaporit
 Ceceran dan
genangan air di
lokasi
IV PEKERJAAN LAIN-LAIN
1 Pekerjaan  Tertimpa material/
galian peralatan kerja
 Terjatuh kedalam
galian
 Tertimbun longsoran
tanah galian/ tanah
buangan
 Terpapar debu
 Terdapat genangan
air disaat hujan
 Sampah berserakan
di lokasi
2 Pekerjaan  Terkena alat
urugan pemadat
 Terjatuh/ terpeleset
material
 Tertimbun material
3 Pekerjaan  Tertimpa bata
pasangan bata

73
74
Penanggung
Skala Pengendalian Jawab
Penilaian Risiko
Prioritas Resiko K3 (Nama
URAIAN IDENTIFIKASI
NO Petugas)
PEKERJAAN BAHAYA
Tingkat
Kekerapan Keparahan resiko
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
 Tersandung/terjatuh
4 Pekerjaan  Tangan/kaki tertusuk
pembesian besi
 Terjepit alat kerja
(tang) atau terjepit
besi
 Tersayat besi
 Sampah berserakan
di lokasi
5 Pekerjaan  Terkena besi beton
beton  Tersandung/tertimpa
material
 Terkena peralatan
kerja
 Beton yang
digunakan untuk
pengecoran dapat
menyebabkan
pencemaran air
6 Pekerjaan  Api las dapat
pengelasan menyebabkan kulit
tangan terkelupas
 Api las dapat
menyebabkan iritasi
mata
 Tersengat arus listrik

Ketentuan Pengisian Tabel 1:


Kolom (1) : Nomor urut uraian pekerjaan.
Kolom (2) : Diisi seluruh item pekerjaan yang mempunyai risiko K3 yang tertuang di dalam
dokumen pelelangan.
Kolom (3) : Diisi dengan identifikasi bahaya yang akan timbul dari seluruh item pekerjaan yang
mempunyai risiko K3
Kolom (4) : Diisi dengan nilai (angka) kekerapan terjadinya kecelakaan.
Kolom (5) : Diisi dengan nilai (angka) keparahan.
Kolom (6) : Perhitungan tingkat risiko K3 adalah nilai kekerapan x keparahan.
Kolom (7) : Penetapan skala prioritas ditetapkan berdasarkan item pekerjaan yang
mempunyai tingkat risiko K3 tinggi, sedang dan kecil, dengan penjelasan: prioritas
1 (risiko tinggi), prioritas 2 (risiko sedang), dan prioritas 3 (risiko kecil).
Apabila tingkat risiko dinyatakan tinggi, maka item pekerjaan tersebut menjadi
prioritas utama (peringkat 1) dalam upaya pengendalian.
Kolom (8) : Diisi bentuk pengendalian risiko K3. Bentuk pengendalianrisiko menggunakan
hirarki pengendalian risiko(Eliminasi, Substitusi, Rekayasa, Administrasi, APD),
diisioleh Penyedia Jasa pada saat penawaran (belum memperhitungkan penilaian
risiko dan skala prioritas.

74
Keterangan : 75
1. Eliminasi adalah mendesain ulang pekerjaan atau mengganti material/bahan
sehingga bahaya dapat dihilangkan atau dieliminasi.
Contoh: seorang pekerja harus menghindari bekerja diketinggian namun
pekerjaan tetap dilakukan dengan menggunakan alat bantu.
2. Substitusi adalah mengganti dengan metode yang lebihaman dan/ atau material
yang tingkat bahayanya lebih rendah.
Contoh: penggunaan tangga diganti dengan alat angkat mekanik kecil untuk
bekerja di ketinggian.
3. Rekayasa teknik adalah melakukan modifikasi teknologi atau peralatan guna
menghindari terjadinya kecelakaan.
Contoh: menggunakan perlengkapan kerja atau peralatan lainnya untuk
menghindari terjatuh pada saat bekerja di ketinggian .
4. Administrasi adalah pengendalian melalui pelaksanaan prosedur untuk bekerja
secara aman.
Contoh: pengaturan waktu kerja (rotasi tempat kerja) untuk mengurangi
terpaparnya/tereksposnya pekerja terhadap sumber bahaya, larangan
menggunakan telepon seluler di tempat tertentu, pemasangan rambu-rambu
keselamatan .
5. APD adalah alat pelindung diri yang memenuhi standard dan harus dipakai oleh
pekerja pada semua pekerjaan sesuai dengan jenis pekerjaannya.
Contoh: Pemakaian kacamata las dan sarung tangan kulit pada pekerjaan
pengelasan.
Kolom (9) : Diisi penanggung jawab (nama petugas) pengendali risiko K3.

C.2 Pemenuhan Perundang-Undangan dan Persyaratan Lainnya


Daftar Peraturan Perundang-undangan dan Persyaratan K3 yang digunakan sebagai
acuan dalam melaksanakan SMK3 Konstruksi Bidang PU antara lainsebagai berikut :
1. Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
2. Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
3. Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
4. Undang-Undang No. 24 Tahun 2011 Tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
5. UU No. 02 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi
6. Undang-Undang No. 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja
7. Peraturan Pemerintah Nomor 50 tahun 2012 tentang Penerapan SMK3
8. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 7/PRT/M/2019
tentang Standar dan Pedoman Pengadaan Jasa Konstruksi Melalui Penyedia
9. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 21/PRT/M/2019
tentang Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan KonstruksiPeraturan Menteri
Tenaga Kerja dan Transmigarasi No. PER.08/MEN/VII/2010 tentang Alat Pelindung
Diri
10. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No. 12 Tahun 2015 tentang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Listrik Di Tempat Kerja
11. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No. 7 Tahun 2017 tentang Program Jaminan
Sosial Tenaga Kerja Indonesia
12. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.609 Tahun 2012 tentang
Pedoman Penyelesaian Kasus Keelakaan Kerja dan Penyakit Akibat Kerja
13. Instruksi Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No 2/IN/M/2020 tentang
Protokol Pencegahan Penyebaran Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) Dalam
Penyeleggaraan Jasa Konstruksi
14. [diisi Peraturan Perundang-undangan dan Persyaratan K3 lainnya yang digunakan
sebagai acuan dalam melaksanakan SMK3 Konstruksi Bidang PU]

75
76
C3. Sasaran dan Program K3
C.3.1. Sasaran
1. Sasaran Umum:
Nihil Kecelakaan Kerja yang fatal (Zero Fatal Accidents) pada pekerjaan
konstruksi.
2. Sasaran Khusus:
Sasaran khusus adalah sasaran rinci dari setiap pengendalian risiko yang disusun
guna tercapainya Sasaran Umum, contoh sebagaimana Tabel 2. Penyusunan
Sasaran dan Program K3.
C.3.2. Program K3
Program K3 meliputi sumber daya, jangka waktu, indikator pencapaian,monitoring,
dan penanggung jawab, contoh sebagaimana Tabel 2.Penyusunan Sasaran dan
Program K3.

76
77
TABEL 2. TABEL PENYUSUNAN SASARAN DAN PROGRAM K3
Nama Perusahaan : ..................
Kegiatan : ..................
Lokasi : ..................
Tanggal dibuat : ..................

Sasaran khusus Program


Pengendalian
No Uraian Pekerjaan Uraian Tolak Sumber Jangka Indikator Monitoring Penanggung
Resiko
Ukur Daya Waktu Pencapaian jawab
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
OPTIMALISASI SPAM SUKATANI KABUPATEN BEKASI
I. PEKERJAAN PERSIAPAN
1 Pekerjaan
Pengukuran, dan
pembersihan
lapangan
2 Pekerjaan Papan
nama
4 Mobilisasi dan
Demobilisasi
5 Pekerjaan rambu
lalu lintas dan
pagar pengaman
II. PEKERJAAN PENGADAAN DAN PEMASANGAN PIPA DISTRIBUSI UTAMA
1 Pengadaan Pipa dan
Accesories
2 Pemasangan pipa dengan metoda galian terbuka dan Boring Manual
Pekerjaan Galian -
Tanah keras
Pekerjaan Buangan -
Tanah
Pekerjaan Urugan -
Sirtu Dipadatkan
Pembongkaran -
Konstruksi Pit
Pembuatan Bak -
kontrol/Manhole
3 Pekerjaan -
Pemasangan
Accesories
4 Pekerjaan -
Pemasangan pipa
metode Boring
Manual
III. PEKERJAAN PENCUCIAN DAN PENGETESAN
1 Pekerjaan -
Pengetesan Pipa
2 Pekerjaan Pencucian-
Pipa
IV PEKERJAAN LAIN-LAIN
1 Pekerjaan galian -

77
Sasaran khusus Program 78
Pengendalian
No Uraian Pekerjaan Uraian Tolak Sumber Jangka Indikator Monitoring Penanggung
Resiko
Ukur Daya Waktu Pencapaian jawab
2 Pekerjaan urugan -
3 Pekerjaan pasangan -
bata
4 Pekerjaan -
pembesian
5 Pekerjaan beton -
6 Pekerjaan
pengelasan

Ketentuan Pengisian Tabel 2:


Kolom (1) : Nomor urut kegiatan;
Kolom (2) : Diisi seluruh item pekerjaan yang mempunyai risiko K3 yang tertuang di dalam
dokumen pelelangan;
Kolom (3) : Diisi pengendalian risiko merujuk pada Tabel 1. kolom (8);
Kolom (4) : Diisi uraian dari sasaran khusus yang ingin dicapai terhadap pengendalian
risiko pada kolom (3);
Kolom (5) : Tolok ukur merupakan ukuran yang bersifat kualitatif ataupun kuantitatif
terhadap pencapaian sasaran pada kolom (4);
Kolom (6) : Diisi sumber daya yang diperlukan untuk melaksanakan program kerja atas
sasaran yang hendak dicapai dari kolom (5);
Kolom (7) : Diisi jangka waktu yang ditetapkan untuk melaksanakan program kerja atas
sasaran khusus yang hendak dicapai;
Kolom (8) : Indikator pencapaian adalah ukuran keberhasilan pelaksanaan program;
Kolom (9) : Diisi bentuk-bentuk monitoring yang dilaksanakan dalam rangka memastikan
bahwa pencapaian sasaran dipenuhi sepanjang waktu pelaksanaan;
Kolom (10) : Penanggung jawab pelaksana program.

D. Pengendalian Operasional
Pengendalian operasional berupa prosedur kerja/petunjuk kerja, yang harus mencakup
seluruh upaya pengendalian pada Tabel 2., diantaranya :
1. Menunjuk Penanggung Jawab Kegiatan SMK3 yang dituangkan dalam Struktur
Organisasi K3 beserta Uraian Tugas;
2. Upaya pengendalian berdasarkan lingkup pekerjaan sesuai pada contoh Tabel 2;
3. Prediksi dan rencana penanganan kondisi keadaan darurat tempat kerja;
4. Program-program detail pelatihan sesuai pengendalian risiko pada contoh Tabel 2;
5. Sistem pertolongan pertama pada kecelakaan;
6. Disesuaikan kebutuhan tingkat pengendalian risiko K3 seperti yang tertera pada contoh
Tabel 1. Identifikasi Bahaya, Penilaian Risiko, Skala Prioritas, Pengendalian Risiko K3,
dan Penanggung Jawab.

E. Pemeriksaan dan Evaluasi Kinerja K3


Kegiatan pemeriksaan dan evaluasi kinerja K3 dilakukan mengacu pada kegiatan yang
dilaksanakan pada bagian D. (Pengendalian Operasional) berdasarkan upaya pengendalian
pada bagian C (Perencanaan K3) sesuai dengan uraian Tabel2. (sasaran dan program K3).

F. Tinjauan Ulang K3
Hasil pemeriksaan dan evaluasi kinerja K3 pada bagian E. Diklasifikasikan dengan kategori
sesuai dan tidak sesuai tolok ukur sebagaimana ditetapkan pada tabel 2. Sasaran dan
Program K3. Hal-hal yang tidak sesuai, termasuk bilamana terjadi kecelakaan kerja
dilakukan peninjauan ulang untuk diambil tindakan perbaikan.

Dibuat oleh,

78
[Penanggung Jawab 79
Lapangan/TeamLeader]

( …………………………)
Penyedia Jasa

79
80
10. BENTUK PERNYATAAN KINERJA TERKAIT LINGKUNGAN, SOSIAL,
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
PERNYATAAN KINERJA TERKAIT LINGKUNGAN, SOSIAL, KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJA
[Tabel berikut harus diisi untuk Peserta, masing-masing anggota KSO dan masing-masing Sub
kontraktor]

Nama Peserta : [nama lengkap]


Tanggal : [hari, bulan, tahun]
Nomor dan judul Paket : [ nomor paket dan judul]
Halaman [nomor halaman] dari [jumlah total halaman] halaman

PERNYATAAN KINERJA TERKAIT LINGKUNGAN, SOSIAL, KESELAMATAN


DAN KESEHATAN KERJA
Tidak ada penangguhan atau penghentian kontrak : Pengguna Jasa tidak menangguhkan
atau menghentikan kontrak dan / atau mencairkan Jaminan Pelaksanaan pada pelaksanaan
kontrak pekerjaan karena alasan yang berkaitan dengan kinerja Lingkungan, Sosial,
Kesehatan, atau Keselamatan Kerja (ESHS) sejak tanggal yang ditentukan dalam Bagian V,
Kriteria Kualifikasi, dan Persyaratan.

Penangguhan atau penghentian kontrak : Kontrak berikut telah /sedang ditangguhkan atau
dihentikan dan / atau dicairkan Jaminan Pelaksanaan oleh Pengguna Jasa untuk alasan
terkait Kinerja Lingkungan, Sosial, Kesehatan, atau Keselamatan Kerja (LSK3) sejak tanggal
yang ditentukan dalam Bagian V, Kriteria Kualifikasi, dan Persyaratan.
Detail dijelaskan di bawah ini:

Bagian kontrak
yang ditangguhkan Total Nilai
Tahun Indentifikasi kontrak
kontrak
atau di hentikan
[tahun] [masukan jumlah Nama/nomor kontrak, dan identifikasi lainnya [Nilai
dan persentase] Nama Pengguna Jasa: [masukkan nama lengkap] kontrak]
Alamat Pengguna Jasa: [masukkan jalan/kota /
negara]
Alasan untuk suspensi atau penghentian: [alasan
utama]

[tahun] [masukan jumlah Nama/nomor kontrak, dan identifikasi lainnya [Nilai


dan persentase] Nama Pengguna Jasa: [masukkan nama lengkap] kontrak]
Alamat Pengguna Jasa: [masukkan jalan / kota /
negara]
Alasan untuk suspensi atau penghentian: [alasan
utama ]

Jaminan Pelaksanaan Dicairkan Oleh Pengguna Jasa Karena Kegagalan Penyedia Jasa
Terkait Kinerja Lingkungan, Sosial, Kesehatan dan Keselamatan
Tahun Identifikasi kontrak Nilai kontrak
[tahun] Identifikasi Kontrak : [nama kontrak/nomor kontrak yang lengkap, dan [masukan
semua identifikasi lainnya] jumlah]
Nama Pengguna Jasa: [masukkan nama lengkap]
Alamat Pengguna Jasa: [masukkan jalan / kota / negara]
Alasan Pencairan Jaminan Pelaksanaan: [alasan utama]

80
81
11. BENTUK MATRIK LSK3 PADA LAPORAN KEMAJUAN

Pekerjaan Lingkungan, Sosial, Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (LSK3)

Matrik untuk Laporan Kemajuan

Matrik untuk pelaporan [harian/mingguan/bulanan]yang dibuat oleh Penyedia Jasa dan diperiksa
oleh Pengawas Pekerjaan:
a. Insiden terhadap lingkungan atau ketidaksesuaian dengan persyaratan kontrak, termasuk
kontaminasi, pencemaran atau kerusakan terhadap tanah atau sumber daya air;
b. Insiden Kesehatan dan Keselamatan Kerja, kecelakaan, korban jiwa dan korban cedera
yang memerlukan perawatan;
c. Interaksi dengan pembuat peraturan: identifikasi instansi terkait, tanggal, subjek, hasil
(laporkan negatif jika tidak ada);
d. Status semua izin dan perjanjian:
i. izin kerja: jumlah yang diperlukan, jumlah yang diterima, tindakan yang diambil untuk
yang tidak diterima;
ii. status izin dan persetujuan, sebagaimana diperlukan, disesuaikan dengan jenis
pekerjaan;

e. Pengawasan terhadap Kesehatan dan Keselamatan Kerja:


i. Petugas keamanan: jumlah hari bekerja, jumlah inspeksi penuh & inspeksi parsial,
laporan untuk konstruksi / manajemen proyek;

ii. jumlah pekerja, jam kerja, matrik penggunaan APD (persentase pekerja dengan
peralatan perlindungan pribadi lengkap (APD), sebagian, dll.), pelanggaran pekerja yang
diamati (berdasarkan jenis pelanggaran, APD atau sebaliknya), peringatan yang
diberikan, peringatan berulang diberikan, tindak lanjut yang diambil (jika ada);
f. Akomodasi pekerja:

 jumlah tenaga kerja pendatang, jumlah tenaga kerja setempat;


 tanggal pemeriksaan terakhir, dan terutama pemeriksaan terhadap kesesuaian
akomodasi terhadap hukum nasional dan lokal serta kewajaran, termasuk air bersih,
sanitasi, ruang, dll;
 tindakan yang diambil untuk merekomendasikan / memerlukan perbaikan kondisi, atau
untuk memperbaiki kondisi.
g. HIV/AIDS: penyedia layanan kesehatan, informasi dan / atau pelatihan, lokasi klinik, jumlah
penyakit tidak aman atau perawatan penyakit dan diagnosis (tidak ada nama yang
disebutkan);
h. Gender (untuk tenaga kerja pendatang dan pekerja setempat, secara terpisah): jumlah
pekerja wanita, persentase tenaga kerja, isu-isu gender yang diangkat dan ditangani (keluhan
referensi silang atau bagian lain yang diperlukan);
i. Pengawasan dan upaya pencegahan terkait Kekerasan Berbasis Gender (Gender Based
Violence/GBV) maupun Kekerasan Terhadap Anak (Violence against Children/VAC), antara lain
pencegahan terhadap: i. Pelecehan Seksual (misalnya melarang penggunaan bahasa atau
perilaku yang tidak pantas, melecehkan, kasar, pornoaksi, provokatif, merendahkan atau tidak
pantas, khususnya terhadap wanita dan anak-anak); ii. Kekerasan atau pemaksaan (misalnya
pelarangan segala bentuk kegiatan seks komersial termasuk didalamnya imbalan secara
seksual, atau bentuk perilaku lain yang memalukan, merendahkan atau ada unsur pemaksaan);
iii. Perlindungan terhadap anak- anak (termasuk larangan terhadap pelecehan, menodai, atau

81
82
perilaku menyimpang terhadap anak-anak, membatasi interaksi dengan anak-anak, dan
memastikan keselamatan anak-anak disekitar lokasi kerja).
Sosialisasi prosedur aduan formal dan informal terhadap tindak kekerasan terhadap anak-anak
dan wanita, pelecehan seksual, penyebaran informasi atau selebaran pelarangan tindak
kekerasan dan pelecehan seksual di lokasi kerja, pengaduan yang diterima dan pengaduan
yang ditangani serta sanksi yang dijatuhkan kepada pelaku tindak kekerasan maupun
pelecehan.

j. Pelatihan:
 jumlah pekerja baru, jumlah pekerja yang mendapat pelatihan, tanggal pelatihan;
 jumlah dan tanggal toolbox talks (pembicaraan terkait K3 rencana dan review), jumlah
pekerja yang menerima pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), pelatihan
lingkungan dan sosial;
 jumlah dan tanggal penyuluhan HIV / AIDS maupun GBV dan VAC, jumlah pekerja yang
menerima pelatihan (bulan ini dan di masa lalu); pertanyaan yang sama untuk sensitivitas
gender, pelatihan flaglady / flagman.

k. Pengawasan terhadap lingkungan dan sosial:

 Ahli Lingkungan Hidup: hari kerja, lokasi pemeriksaan dan jumlah pemeriksaan/ kunjungan
menyoroti kegiatan/ temuan (termasuk pelanggaran terhadap lingkungan dan/atau sosial,
tindakan yang diambil), laporan kepada Ahli lingkungan/sosial/ Pengawas Pekerjaan;

 Ahli Sosial: hari kerja, jumlah pemeriksaan/ kunjungan ke lokasi (berdasarkan lokasi):
menyoroti kegiatan (termasuk pelanggaran persyaratan lingkungan dan/atau sosial yang
diamati, tindakan yang diambil, awareness campaign/penyuluhan), laporan kepada ahli
lingkungan dan/atau ahli sosial/ Pengawas Pekerjaan; dan

 Wakil Pengamat Masyarakat: hari kerja (jam buka pusat komunitas), jumlah orang yang
bertemu, menyoroti kegiatan (masalah yang diangkat, dll.), melaporkan kepada ahli
lingkungan/ sosial/ Pengawas Pekerjaan.
l. Keluhan: daftar keluhan bulan ini dan keluhan yang belum terselesaikan berdasarkan tanggal
yang diterima, yang mengajukan keluhan (pelapor), bagaimana diterima, kepada siapa yang
dirujuk untuk tindak lanjut, resolusi dan tanggal (jika selesai), resolusi data dilaporkan kepada
pelapor, tindak lanjut apa pun yang diperlukan (referensi silang dengan bagian lain sesuai
kebutuhan):
 Keluhan pekerja;
 Keluhan masyarakat
 Keluhan terkait tindak kekerasan berbasis gender (GBV) dan kekerasan terhadap anak
(VAC)

m. Lalu lintas dan kendaraan / peralatan:


 kecelakaan lalu lintas yang melibatkan kendaraan & peralatan proyek: berikan tanggal,
lokasi, kerusakan, penyebab, tindak lanjut;
 kecelakaan yang melibatkan kendaraan atau properti non-proyek (juga dilaporkan dalam
metrik segera): memberikan tanggal, lokasi, kerusakan, penyebab, tindak lanjut;
 kondisi keseluruhan kendaraan / peralatan (penilaian subjektif oleh pencinta lingkungan);
perbaikan dan pemeliharaan non-rutin diperlukan untuk meningkatkan keselamatan dan /
atau kinerja lingkungan (untuk mengendalikan asap, dll.).

n. Mitigasi dan masalah lingkungan dan sosial (apa yang telah dilakukan):
 debu: jumlah mobil tanki penyiram yang bekerja, jumlah penyiraman / hari, jumlah keluhan,

82
83
peringatan yang diberikan oleh pemerhatilingkungan, tindakan yang diambil untuk
menyelesaikan; highlights dari pengendalian debu di quarry (penutup, semprotan, status
operasional); % dari truk pengangkut material dengan penutup, tindakan yang diambil untuk
kendaraan yang tidak tertutup;
 pengendalian erosi: kontrol yang dilaksanakan pada tiap lokasi, status pelintasan air,
inspeksi dan hasil lingkungan hidup, tindakan yang diambil untuk menyelesaikan masalah,
perbaikan darurat yang diperlukan untuk mengendalikan erosi / sedimentasi;
 lokasi penumpukan, lokasi pembuangan: identifikasi kegiatan utama yang dilakukan bulan
ini di masing-masing tempat, dan menyoroti perlindungan lingkungan dan sosial:
pembukaan lahan, penandaan batas, pengupasan lapisan tanah, manajemen lalu lintas,
perencanaan dekomisioning, pelaksanaan dekomisioning;
 pembersihan tumpahan, jika ada: bahan tumpah, lokasi, jumlah, tindakan yang diambil,
pembuangan material (laporkan semua tumpahan yang menghasilkan air atau kontaminasi
tanah;
 pengelolaan limbah: jenis dan jumlah yang dihasilkan dan dikelola, termasuk jumlah yang
diambil di luar lokasi (dan oleh siapa) atau digunakan kembali / didaur ulang / dibuang di
tempat;
 rincian penanaman pohon dan mitigasi lainnya yang diperlukan dilakukan bulan ini;
 perincian tentang mitigasi perlindungan air dan rawa diperlukan dilakukan bulan ini;
 mitigasi atau pemulihan terhadap resiko kecelakaan bagi warga, gangguan atau kerusakan
terhadap jalan akses yang dilalui kendaraan proyek pengangkutan peralatan, material dan
tenaga kerja;
 mitigasi gangguan suara terhadap lingkungan pemukiman;
 mitigasi atau pemulihan terhadap gangguan atau kerusakan terhadap fasilitas umum,
saluran irigasi, drainase.

o. Kepatuhan terhadap peraturan, persyaratan perizinan dan komitmen terhadap lingkungan dan
sosial:
 status kepatuhan untuk kondisi semua persyaratan/perizinan yang relevan, untuk Pekerjaan,
termasuk kuari, dll.): pernyataan kepatuhan atau daftar masalah dan tindakan yang diambil
(atau diambil) untuk mencapai kepatuhan;
 status kepatuhan persyaratan terhadap dokumen terkait lingkungan dan sosial: pernyataan
kepatuhan atau daftar masalah dan tindakan yang diambil (atau diambil) untuk mencapai
kepatuhan isu-isu lain yang belum terselesaikan dari bulan-bulan sebelumnya yang berkaitan
dengan lingkungan dan sosial: pelanggaran lanjutan, kegagalan peralatan lanjutan, terus
kurangnya penutup kendaraan, tumpahan tidak ditangani, masalah kompensasi atau
peledakan terus, dll. Referensi silang bagian lain yang diperlukan.

83
84

BAB VII. BENTUK-BENTUK KONTRAK STANDAR

1. Bentuk Surat Perintah Kerja,


2. Bentuk Kontrak (Perjanjian).

84
85
1. BENTUK SURAT PERINTAH KERJA

[kop surat K/L/D/I]

SATUAN KERJA PPK:


SURAT PERINTAH KERJA (SPK)
NOMOR DAN TANGGAL SPK:
Halaman dari
PAKET PEKERJAAN: NOMOR DAN TANGGAL SURAT PERMINTAAN PENAWARAN:

NOMOR DAN TANGGAL DOKUMEN PENGADAAN:


NOMOR DAN TANGGAL BERITA ACARA HASIL
[NEGOSIASI/PELELANGAN]:
SUMBER DANA: [sebagai contoh, cantumkan ”dibebankan atas DIPA Tahun Anggaran
untuk mata anggaran kegiatan
WAKTU PELAKSANAAN PEKERJAAN: ( ) hari kalender/bulan/tahun
NILAI
PEKERJAAN
No. Harga Satuan (Rp) Subtotal (Rp)
Uraian Satuan
Kuantitas Total (Rp)
Pekerjaan Ukuran Material Upah Material Upah

Jumlah
PPN
10%
NILAI
Terbilang :

INSTRUKSI KEPADA PESERTA: Penagihan hanya dapat dilakukan setelah penyelesaian pekerjaan yang
diperintahkan dalam SPK ini dan dibuktikan dengan Berita Acara Serah Terima. Jika pekerjaan tidak dapat
diselesaikan dalam jangka waktu pelaksanaan pekerjaan karena kesalahan atau kelalaian peserta maka
peserta berkewajiban untuk membayar denda kepada PPK sebesar 1/1000 (satu per seribu) dari nilai Kontrak
atau sisa nilai bagian Kontrak untuk setiap hari kalender keterlambatan. Selain tunduk kepada ketentuan
dalam SPK ini, peserta berkewajiban untuk mematuhi Syarat Umum SPK terlampir.
Untuk dan atas nama Untuk dan atas nama peserta
Pejabat Pembuat Komitmen

[tanda tangan dan cap (jika salinan asli ini untuk [tanda tangan dan cap (jika salinan asli ini untuk
peserta maka rekatkan materai Rp satuan kerja Pejabat Pembuat Komitmen
6.000,- )] maka rekatkan
materai Rp 6.000,- )]
[nama lengkap]
[jabatan]
[nama lengkap]
[jabatan]

85
86

2. BENTUK KONTRAK SURAT PERJANJIAN

(Surat Perjanjian Untuk Melaksanakan Paket Pekerjaan Konstruksi : ……… )

Nomor: ____________

“SURAT PERJANJIAN ini berikut semua lampirannya (selanjutnya disebut “Kontrak”) dibuat
dan ditandatangani di pada hari tanggal bulan
tahun [tanggal, bulan dan tahun diisi dengan huruf] antara [nama
Pejabat Pembuat Komitmen], selaku Pejabat Pembuat Komitmen, yang bertindak untuk
dan atas nama [nama satuan kerja Pejabat Pembuat Komitmen], yang
berkedudukan di [alamat Pejabat Pembuat Komitmen], berdasarkan Surat
Keputusan [pejabat yang menandatangani SK penetapan sebagai PPK] No
[No. SK penetapan sebagai Pejabat Pembuat Komitmen] selanjutnya
disebut “PPK” dan

1. Untuk peserta perseorangan, maka:


[ [nama peserta], yang berkedudukan di [alamat peserta],
berdasarkan identitas No. [No. KTP/SIM/ Paspor Peserta], selanjurnya

disebut “Peserta”]

2. Untuk peserta badan usaha non KSO, maka:


[ dan [nama wakil Peserta], [jabatan wakil Peserta],
yang bertindak untuk dan atas nama [nama Peserta], yang berkedudukan di
[alamat Peserta], berdasarkan Akta Pendirian/Anggaran Dasar No.
[No. Akta Pendirian/Anggaran Dasar] tanggal [tanggal
penerbitan Akta Pendirian/Anggaran Dasar], selanjutnya disebut
“Peserta”]
3. Untuk peserta KSO/Kemitraan, maka: [Kemitraan/KSO
yang beranggotakan sebagai berikut:
1. [nama Peserta 1];
2. [nama Peserta 2];
dst
yang masing-masing anggotanya bertanggung jawab secara pribadi dan tanggung renteng atas
semua kewajiban kepada PPK berdasarkan Kontrak ini dan telah menunjuk
[nama anggota kemitraan/KSO yang ditunjuk sebagai wakil kemitraan/KSO] untuk
bertindak atas nama Kemitraan/KSO yang berkedudukan di [alamat
Peserta wakil kemitraan/KSO], berdasarkan surat Perjanjian kemitraan/KSO
No.
tanggal (selanjutnya disebut “Peserta”).”]

86
87
MENGINGAT BAHWA:

(a) PPK telah meminta Peserta untuk menyediakan Pekerjaan Konstruksi sebagaimana
diterangkan dalam Syarat-Syarat Umum Kontrak yang terlampir dalam Kontrak ini
(selanjutnya disebut “Pekerjaan Konstruksi”);
(b) Peserta sebagaimana dinyatakan kepada PPK, memiliki keahlian profesional, personil, dan
sumber daya teknis, serta telah menyetujui untuk menyediakan Pekerjaan Konstruksi
sesuai dengan persyaratan dan ketentuan dalam Kontrak ini;
(c) PPK dan Peserta menyatakan memiliki kewenangan untuk menandatangani Kontrak ini,
dan mengikat pihak yang diwakili;
(d) PPK dan Peserta mengakui dan menyatakan bahwa sehubungan dengan
penandatanganan Kontrak ini masing-masing pihak:
1) telah dan senantiasa diberikan kesempatan untuk didampingi oleh advokat;
2) menandatangani Kontrak ini setelah meneliti secara patut;
3) telah membaca dan memahami secara penuh ketentuan Kontrak ini;
4) telah mendapatkan kesempatan yang memadai untuk memeriksa dan
mengkonfirmasikan semua ketentuan dalam Kontrak ini beserta semua fakta dan
kondisi yang terkait.

MAKA OLEH KARENA ITU, PPK dan Peserta dengan ini bersepakat dan menyetujui hal- hal
sebagai berikut:

1. [untuk kontrak harga satuan atau kontrak gabungan harga satuan dan lump sum, ditulis
sebagai berikut:
“total harga Kontrak atau Nilai Kontrak tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang
diperoleh berdasarkan kuantitas dan harga satuan pekerjaan sebagaimana tercantum
dalam Daftar Kuantitas dan Harga adalah sebesar Rp
( rupiah);”]

[untuk kontrak lump sum, ditulis sebagai berikut:

“total harga Kontrak atau Nilai Kontrak termasuk Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah
sebesar Rp ( rupiah);”]
2. peristilahan dan ungkapan dalam Surat Perjanjian ini memiliki arti dan makna yang sama
seperti yang tercantum dalam lampiran Surat Perjanjian ini;
3. dokumen-dokumen berikut merupakan satu-kesatuan dan bagian yang tidak terpisahkan
dari Kontrak ini:
a. adendum Surat Perjanjian, apabila ada;
b. pokok perjanjian;
c. surat penawaran, beserta penawaran harga;
d. syarat-syarat khusus Kontrak;
e. syarat-syarat umum Kontrak;
f. spesifikasi teknis;
g. gambar-gambar;
h. daftar kuantitas dan harga; dan
i. dokumen lainnya seperti: jaminan-jaminan, SPPBJ, BAHP.
4. Dokumen Kontrak dibuat untuk saling menjelaskan satu sama lain, dan jika terjadi
pertentangan antara ketentuan dalam suatu dokumen dengan ketentuan dalam dokumen
yang lain maka yang berlaku adalah ketentuan dalam dokumen yang lebih tinggi
berdasarkan urutan hierarki pada angka 3 di atas;
5. Hak dan kewajiban timbal-balik PPK dan Peserta dinyatakan dalam Kontrak yang meliputi
khususnya:

87
88
a. PPK mempunyai hak dan kewajiban untuk:
1) mengawasi dan memeriksa pekerjaan yang dilaksanakan oleh Peserta;
2) meminta laporan-laporan secara periodik mengenai pelaksanaan pekerjaan yang
dilakukan oleh Peserta;
3) memberikan fasilitas berupa sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh Peserta
untuk kelancaran pelaksanaan pekerjaan sesuai ketentuan Kontrak;
4) membayar pekerjaan sesuai dengan harga yang tercantum dalam Kontrak yang
telah ditetapkan kepada Peserta;

b. Peserta mempunyai hak dan kewajiban untuk:


1) menerima pembayaran untuk pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan harga yang
telah ditentukan dalam Kontrak;
2) meminta fasilitas-fasilitas dalam bentuk sarana dan prasarana dari PPK untuk
kelancaran pelaksanaan pekerjaan sesuai ketentuan Kontrak;
3) melaporkan pelaksanaan pekerjaan secara periodik kepada PPK;
4) melaksanakan dan menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan jadwal pelaksanaan
pekerjaan yang telah ditetapkan dalam Kontrak;
5) melaksanakan dan menyelesaikan pekerjaan secara cermat, akurat dan penuh
tanggung jawab dengan menyediakan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan,
angkutan ke atau dari lapangan, dan segala pekerjaan permanen maupun
sementara yang diperlukan untuk pelaksanaan, penyelesaian dan perbaikan
pekerjaan yang dirinci dalam Kontrak;
6) memberikan keterangan-keterangan yang diperlukan untuk pemeriksaan
pelaksanaan yang dilakukan PPK;
7) menyerahkan hasil pekerjaan sesuai dengan jadwal penyerahan pekerjaan yang
telah ditetapkan dalam Kontrak;
8) mengambil langkah-langkah yang cukup memadai untuk melindungi lingkungan
tempat kerja dan membatasi perusakan dan gangguan kepada masyarakat
maupun miliknya akibat kegiatan Peserta.

6. Kontrak ini mulai berlaku efektif terhitung sejak tanggal yang ditetapkan dalam Syarat-
Syarat Umum/Khusus Kontrak, dengan tanggal mulai dan penyelesaian keseluruhan
pekerjaan sebagaimana diatur dalam Syarat-Syarat Umum/Khusus Kontrak.

DEMIKIANLAH, Kontrak ini ditandatangai dan dilaksanakan oleh PPK dan Peserta Lelang
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di Republik Indonesia.

Untuk dan atas nama Untuk dan atas nama Peserta/Kemitraan


PPK (KSO)

[tanda tangan dan cap (jika salinan asli ini [tanda tangan dan cap (jika salinan asli ini
untuk Peserta maka rekatkan materai Rp untuk satuan kerja PPK maka rekatkan
6.000,- )] materai Rp 6.000,- )]

[nama lengkap] [nama lengkap]


[jabatan] [jabatan]

88
89

BAB VIII. SYARAT-SYARAT UMUM KONTRAK (SSUK)

A. Ketentuan Umum

1. Definisi Di bawah ini adalah arti atau tafsiran dari istilah-istilah yang
digunakan dalam Syarat-Syarat Umum Kontrak:

1.1 Pekerjaan Konstruksi adalah seluruh pekerjaan yang


berhubungan dengan pelaksanaan konstruksi bangunan
atau pembuatan wujud fisik lainnya.

1.2 Pengguna Anggaran yang selanjutnya disebut PA


adalah pejabat pemegang kewenangan penggunaan
anggaran Kementerian/ Lembaga/Satuan Kerja
Perangkat Daerah atau Pejabat yang disamakan pada
Institusi lain Pengguna APBN/APBD.

1.3 Kuasa Pengguna Anggaran yang selanjutnya disebut


KPA adalah pejabat yang ditetapkan oleh PA untuk
menggunakan APBN atau ditetapkan oleh Kepala Daerah
untuk menggunakan APBD.

1.4 Pejabat Pembuat Komitmen yang selanjutnya disebut


PPK adalah pejabat yang bertanggung jawab atas
pelaksanaan Pengadaan Pekerjaan Konstruksi.

1.5 Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan adalah


panitia/pejabat yang ditetapkan oleh PA/KPA yang
bertugas memeriksa dan menerima hasil pekerjaan.

1.6 Aparat Pengawas Intern Pemerintah atau pengawas


intern pada Institusi lain yang selanjutnya disebut APIP
adalah aparat yang melakukan pengawasan melalui
audit, reviu, evaluasi, pemantauan dan kegiatan
pengawasan lain terhadap penyelenggaraan tugas dan
fungsi organisasi.

1.7 Penyedia adalah badan usaha atau orang perseorangan


yang menyediakan Pekerjaan Konstruksi.

1.8 Subpenyedia adalah penyedia yang mengadakan


perjanjian kerja dengan penyedia penanggung jawab
kontrak, untuk melaksanakan sebagian pekerjaan
(subkontrak).

1.9 Kemitraan/ Kerja Sama Operasi (KSO) adalah kerja


sama usaha antar penyedia, baik penyedia nasional
maupun internasional, yang masing-masing pihak
mempunyai hak, kewajiban dan tanggung jawab yang
jelas berdasarkan perjanjian tertulis.

89
90
1.10 Surat Jaminan yang selanjutnya disebut Jaminan,
adalah jaminan tertulis yang bersifat mudah dicairkan
(liquid) dan tidak bersyarat (unconditional), yang
dikeluarkan oleh Bank Umum/Perusahaan
Penjaminan/Perusahaan Asuransi yang diserahkan oleh
Penyedia kepada PPK untuk menjamin terpenuhinya
kewajiban Penyedia.

1.11 Kontrak Pengadaan Barang/Jasa yang selanjutnya


disebut Kontrak adalah perjanjian tertulis antara PPK
dengan Penyedia yang mencakup Syarat-Syarat Umum
Kontrak (SSUK) ini dan Syarat-Syarat Khusus Kontrak
(SSKK) serta dokumen lain yang merupakan bagian dari
kontrak.

1.12 Nilai Kontrak adalah total harga yang tercantum dalam


Kontrak.

1.13 Hari adalah hari kalender.

1.14 Direksi lapangan adalah tim pendukung yang


dibentuk/ditetapkan oleh PPK, terdiri dari 1 (satu) orang
atau lebih, yang ditentukan dalam syarat-syarat khusus
kontrak untuk mengendalikan pelaksanaan pekerjaan.

1.15 Direksi Teknis/Supervisi Lapangan adalah tim


pendukung yang ditunjuk/ditetapkan oleh PPK untuk
mengawasi pelaksanaan pekerjaan.
1.16 Daftar kuantitas dan harga (rincian harga penawaran)
adalah daftar kuantitas yang telah diisi harga satuan dan
jumlah biaya keseluruhannya yang merupakan bagian
dari penawaran.
1.17 Harga Perkiraan Sendiri (HPS) adalah perhitungan
perkiraan biaya pekerjaan yang ditetapkan oleh PPK,
dikalkulasikan secara keahlian berdasarkan data yang
dapat dipertanggungjawabkan serta digunakan oleh Pokja
Pemilihan untuk menilai kewajaran penawaran termasuk
rinciannya.
1.18 Pekerjaan utama adalah;
i) Pekerjaan persiapan; ii) Pekerjaan pengadaan dan
pemasangan pipa distribusi lengkap dengan aksesoris; iii)
Penanganan K3 dan pencegahan Covid-19; dan iv)
Pekerjaan automatic meter reading (AMR).
1.19 Harga Satuan Pekerjaan (HSP) adalah harga satu jenis
pekerjaan tertentu per satu satuan tertentu;
1.20 Metode pelaksanaan pekerjaan adalah cara kerja yang
layak, realistik dan dapat dilaksanakan untuk
menyelesaikan seluruh pekerjaan dan diyakini
menggambarkan penguasaan dalam penyelesaian
pekerjaan dengan tahap pelaksanaan yang sistimatis
berdasarkan sumber daya yang dimiliki penawar;
1.21 Jadwal waktu pelaksanaan adalah jadwal yang
menunjukkan kebutuhan waktu yang diperlukan untuk

90
91
menyelesaikan pekerjaan, terdiri atas tahap pelaksanaan
yang disusun secara logis, realistik dan dapat
dilaksanakan.
1.22 Personil inti adalah orang yang akan ditempatkan secara
penuh sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan dalam
LDP serta posisinya dalam manajemen pelaksanaan
pekerjaan sesuai dengan organisasi pelaksanaan yang
diajukan untuk melaksanakan pekerjaan.
1.23 Bagian pekerjaan yang disubkontrakkan adalah
bagian pekerjaan bukan pekerjaan utama yang ditetapkan
dalam LDP, yang pelaksanaannya diserahkan kepada
Penyedia lain dan disetujui terlebih dahulu oleh PPK.
1.24 Jasa Kontrak adalah jangka waktu berlakunya Kontrak ini
terhitung sejak tanggal penandatanganan kontrak sampai
dengan masa pemeliharaan berakhir.
1.25 Tanggal mulai kerja adalah tanggal mulai kerja Penyedia
yang dinyatakan dalam Surat Perintah Mulai Kerja
(SPMK), yang diterbitkan oleh PPK.
1.26 Tanggal penyelesaian pekerjaan adalah tanggal
penyerahan pertama pekerjaan yang dinyatakan dalam
Berita Acara penyerahan pertama pekerjaan yang
diterbitkan oleh PPK.
1.27 Masa pemeliharaan adalah kurun waktu kontrak yang
ditentukan dalam syarat- syarat khusus kontrak, dihitung
sejak tanggal penyerahan pertama pekerjaan sampai
dengan tanggal penyerahan akhir pekerjaan.
1.28 Kegagalan Konstruksi adalah keadaan hasil pekerjaan
yang tidak sesuai dengan spesifikasi pekerjaan
sebagaimana disepakati dalam kontrak baik sebagian
maupun keseluruhan sebagai akibat kesalahan pengguna
atau Penyedia.
1.29 Kegagalan Bangunan adalah keadaan bangunan, yang
setelah diserahterimakan oleh Penyedia kepada PPK dan
terlebih dahulu diperiksa serta diterima oleh
Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan, menjadi tidak
berfungsi, baik secara keseluruhan maupun sebagian
dan/atau tidak sesuai dengan ketentuan yang tercantum
dalam kontrak, dari segi teknis, manfaat, keselamatan
dan kesehatan kerja, dan/atau keselamatan umum.
1.30 Bank adalah Bank Dunia.
2. Penerapan Syarat-Syarat Umum Kontrak (SSUK) diterapkan secara luas
dalam pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi ini tetapi tidak dapat
bertentangan dengan ketentuan-ketentuan dalam Dokumen
Kontrak lain yang lebih tinggi berdasarkan urutan hierarki dalam
Surat Perjanjian.

3. Bahasa dan 3.1 Bahasa kontrak harus dalam Bahasa Indonesia.


Hukum 3.2 Hukum yang digunakan adalah hukum yang berlaku di
Indonesia.
4. Larangan 4.1Apabila menurut penilaian PPK, berdasarkan bukti yang

91
92
Korupsi, Kolusi cukup, Penyedia telah melakukan praktek korupsi, kolusi,
dan Nepotisme penipuan atau pemaksaan dalam bersaing untuk
(KKN) serta mendapatkan atau dalam melaksanakan Kontrak maka
Penipuan Pemilik Pekerjaan, setelah menyampaikan pemberitahuan 14
hari sebelumnya kepada Penyedia, dapat memutuskan
Kontrak dan memaksa Penyedia untuk keluar dari Lokasi
Kerja, dan ketentuan Pasal 40.2 berlaku seolah-olah
pemutusan itu dilakukan karena wanprestasi Penyedia
[Pemutusan dan Pengakhiran Kontrak].

4.2Apabila berdasarkan bukti yang cukup karyawan Penyedia


dinilai telah melakukan praktek korupsi, penipuan atau
pemaksaan selama pelaksanaan pekerjaan maka karyawan
tersebut harus diberhentikan dari jabatannya sesuai dengan
ketentuan Pasal 63.5 [Personil Inti dan/atau Peralatan].

4.3Dalam ketentuan ini:


(i) “Praktek korupsi” adalah menawarkan, memberikan,
menerima atau meminta, secara langsung atau tidak
langsung, segala sesuatu yang bernilai untuk mempengaruhi
8
tindakan-tindakan pihak lain secara tidak patut;
(ii) “Praktek penipuan” adalah suatu tindakan atau pengabaian,
termasuk misinterpretasi yang secara sadar ataupun secara
ceroboh menyesatkan atau berupaya menyesatkan suatu
pihak untuk mendapatkan manfaat finansial atau manfaat
9
lain atau menghindari kewajiban;
(iii) “Praktek kolusi” adalah pengaturan antara dua pihak atau
lebih yang dirancang untuk mencapai tujuan yang tidak patut,
termasuk untuk mempengaruhi tindakan-tindakan pihak lain
10
secara tidak patut;
(iv) “Praktek pemaksaan (koersif)” adalah merusak atau
merugikan, atau mengancam untuk merusak atau
merugikan, secara langsung maupun tidak langsung, suatu
pihak atau properti pihak tersebut guna mempengaruhi
11
tindakan-tindakan suatu pihak secara tidak patut;
(v) “Praktek obstruktif” adalah
(aa) secara sengaja merusak, memalsukan, mengubah atau
menyembunyikan barang bukti investigasi, atau
membuat pernyataan palsu kepada petugas penyelidik
untuk secara material menghalangi investigasi Bank
terhadap tuduhan praktek korupsi, penipuan, pemaksaan
atau kolusi; dan/atau mengancam, mengganggu atau
mengintimidasi suatu pihak untuk menghalanginya
dalam menyingkapkan apa yang diketahuinya
sehubungan dengan investigasi atau dalam melakukan
investigasi, atau
(bb)Perbuatan yang secara material menghalangi
pelaksanaan hak Bank dalam melakukan pemeriksaan
dan audit yang ditetapkan berdasarkan Pasal 79
(Inspeksi dan Audit oleh Bank).

8
“Pihak lain” memaksudkan pejabat publik yang bertindak sehubungan dengan proses pengadaan atau
pelaksanaan kontrak. Dalam konteks ini, “pejabat publik” adalah staf Bank Dunia dan karyawan organisasi

92
lain yang membuat atau memeriksa keputusan-keputusan pengadaan. 93
9
“Pihak” memaksudkan pejabat publik; istilah “manfaat” dan “kewajiban” berkaitan dengan proses
pengadaan atau pelaksanaan kontrak; dan “tindakan” atau “pengabaian” dimaksudkan untuk
mempengaruhi proses pengadaan atau pelaksanaan kontrak.
10
“Pihak” memaksudkan mereka yang berpartisipasi dalam proses pengadaan (termasuk pejabat publik)
yang
berupaya menetapkan harga penawaran pada tingkat yang tidak kompetitif atau direkayasa.
11
“Pihak” memaksudkan pihak yang berpartisipasi dalam proses pengadaan atau pelaksanaan kontrak.

5. Asal Material/ 5.1 Untuk kepentingan informasi penyedia harus


Bahan menyampaikan asal material/bahan dengan details baik
material dalam negeri maupun import.

5.2 Asal material/bahan merupakan tempat material/bahan


diperoleh, antara lain tempat material/bahan ditambang,
tumbuh, atau diproduksi.
6. Korespondensi 6.1 Semua korespondensi dapat berbentuk surat, ke e-mail
dan/atau faksimili dengan alamat alamat tujuan para
pihak yang tercantum dalam SSKK.

6.2 Semua pemberitahuan, permohonan, atau persetujuan


berdasarkan Kontrak ini harus dibuat secara tertulis
dalam Bahasa Indonesia, dan dianggap telah
diberitahukan jika telah disampaikan secara langsung
kepada wakil sah Para Pihak dalam SSKK, atau jika
disampaikan melalui surat tercatat, e- mail, dan/atau
faksimili yang ditujukan ke alamat yang tercantum dalam
SSKK.
7. Wakil Sah Para Setiap tindakan yang disyaratkan atau diperbolehkan untuk
Pihak dilakukan, dan setiap dokumen yang disyaratkan atau
diperbolehkan untuk dibuat berdasarkan Kontrak ini oleh PPK
atau Penyedia hanya dapat dilakukan atau dibuat oleh
pejabat yang disebutkan dalam SSKK. Khusus untuk
penyedia perseorangan, Penyedia tidak boleh diwakilkan.
8. Pembukuan Penyedia diharapkan melakukan pencatatan keuangan yang
akurat dan sistematis sehubungan dengan pelaksanaan
pekerjaan ini berdasarkan standar akuntansi yang berlaku.
10. Pengalihan dan/atau 10.1 Pengalihan seluruh Kontrak hanya diperbolehkan dalam
Subkontrak hal pergantian nama Penyedia, baik sebagai akibat
peleburan (merger), konsolidasi, pemisahan, maupun
akibat lainnya.
10.2 Penyedia dapat bekerjasama dengan Penyedia lain
dengan mensubkontrakkan sebagian pekerjaan.
10.3 Penyedia hanya boleh mensubkontrakkan sebagian
pekerjaan dan dilarang mensubkontrakkan seluruh
pekerjaan.
10.4 Penyedia hanya boleh mensubkontrakkan pekerjaan
apabila pekerjaan tersebut sejak awal di dalam
Dokumen Pengadaan dan dalam Kontrak diijinkan
untuk disubkontrakkan.
10.5 Subkontrak sebagian pekerjaan utama hanya
diperbolehkan kepada Penyedia spesialis.
10.6 Penyedia hanya boleh mensubkontrakkan pekerjaan
setelah persetujuan tertulis dari PPK. Penyedia tetap

93
94
bertanggung jawab atas bagian pekerjaan yang
disubkontrakkan.
10.7 Jika ketentuan di atas dilanggar maka Kontrak
diputuskan.
11. Pengabaian Jika terjadi pengabaian oleh satu Pihak terhadap pelanggaran
ketentuan tertentu dalam Kontrak oleh Pihak yang lain maka
pengabaian tersebut tidak menjadi pengabaian yang terus-
menerus selama Masa Kontrak atau seketika menjadi
pengabaian terhadap pelanggaran ketentuan yang lain.
Pengabaian hanya dapat mengikat jika dapat dibuktikan
secara tertulis dan ditandatangani oleh Wakil Sah Pihak yang
melakukan pengabaian.
12. Penyedia Mandiri Penyedia berdasarkan Kontrak ini bertanggung jawab penuh
terhadap personil dan subpenyedianya (jika ada) serta
pekerjaan yang dilakukan oleh mereka.
13. Kemitraan/KSO Kemitraan/KSO memberi kuasa kepada salah satu anggota
yang disebut dalam Surat Perjanjian untuk bertindak atas
nama Kemitraan/KSO dalam pelaksanaan hak dan kewajiban
terhadap PPK berdasarkan Kontrak.
14. Penemuan- Penyedia wajib memberitahukan kepada PPK dan kepada
penemuan pihak yang berwenang semua penemuan benda/barang yang
mempunyai nilai sejarah atau penemuan kekayaan di lokasi
pekerjaan yang menurut peraturan perundang-undangan
dikuasai oleh negara.

B. PELAKSANAAN, PENYELESAIAN, ADENDUM DAN PEMUTUSAN KONTRAK


15. Jangka Waktu 15.1 Kontrak ini berlaku efektif pada tanggal
Kontrak dan Jadwal penandatanganan Surat Perjanjian oleh Para Pihak
Pelaksanaan atau pada tanggal yang ditetapkan dalam SSKK.
Pekerjaan 15.2 Jadwal pelaksanaan kontrak adalah jangka waktu
yang ditentukan dalam Syarat-Syarat Khusus Kontrak
dihitung sejak tanggal mulai kerja yang tercantum
dalam SPMK.
15.3 Penyedia harus menyelesaikan pekerjaan sesuai
dengan jadwal yang ditentukan dalam SSKK.
15.4 Apabila Penyedia berpendapat tidak dapat
menyelesaikan pekerjaan sesuai jadwal karena
keadaan di luar pengendaliannya dan Penyedia telah
melaporkan kejadian tersebut kepada PPK, maka PPK
dapat melakukan penjadualan kembali pelaksanaan
tugas Penyedia dengan adendum kontrak.

B.1 Pelaksanaan Pekerjaan

94
95
16. Penyerahan 16.1 PPK berkewajiban untuk menyerahkan keseluruhan
Lokasi Kerja lokasi kerja kepada Penyedia sebelum SPMK
diterbitkan. Penyerahan dilakukan setelah
sebelumnya dilakukan pemeriksaan lapangan
bersama. Hasil pemeriksaan dan penyerahan
dituangkan dalam berita acara penyerahan lokasi
kerja.

16.2 Jika dalam pemeriksaan lapangan bersama


ditemukan hal-hal yang dapat mengakibatkan
perubahan isi Kontrak maka perubahan tersebut
harus dituangkan dalam adendum Kontrak.

16.3 Jika penyerahan hanya dilakukan pada bagian


tertentu dari lokasi kerja maka PPK dapat dianggap
telah menunda pelaksanaan pekerjaan tertentu yang
terkait dengan bagian lokasi kerja tersebut, dan
kondisi ini ditetapkan sebagai Peristiwa Kompensasi.

17. Surat Perintah Mulai 17.1 PPK menerbitkan SPMK selambat-lambatnya 14


Kerja (SPMK) (empat belas) hari sejak tanggal penanda-
tanganan kontrak.

17.2 Dalam SPMK dicantumkan saat paling lambat


dimulainya pelaksanaan kontrak oleh Penyedia.

18. Program Mutu 18.1 Penyedia berkewajiban untuk menyerahkan program


mutu pada rapat persiapan pelaksanaan kontrak untuk
disetujui oleh PPK.

18.2 Program mutu disusun paling sedikit berisi:


a. informasi mengenai pekerjaan yang akan
dilaksanakan;
b. organisasi kerja Penyedia;
c. jadwal pelaksanaan pekerjaan;
d. prosedur pelaksanaan pekerjaan;
e. prosedur instruksi kerja; dan
f. pelaksana kerja.

18.3 Program mutu dapat direvisi sesuai dengan kondisi


lokasi pekerjaan.

18.4 Penyedia berkewajiban untuk memutakhirkan program


mutu jika terjadi adendum Kontrak dan Peristiwa
Kompensasi.

18.5 Pemutakhiran program mutu harus menunjukkan


perkembangan kemajuan setiap pekerjaan dan
dampaknya terhadap penjadwalan sisa pekerjaan,
termasuk perubahan terhadap urutan pekerjaan.
Pemutakhiran program mutu harus mendapatkan
persetujuan PPK.

18.6 Persetujuan PPK terhadap program mutu tidak


mengubah kewajiban kontraktual Penyedia.

95
96
19. Strategi 19.1 Penyedia berkewajiban untuk menyerahkan Dokumen
Pengelolaan dan Stategi Pengelolaan dan Rencana Pelaksanaan
Rencana Terhadap Lingkungan, Sosial, Kesehatan dan
Pelaksanaan Keselamatan Kerja pada rapat persiapan pelaksanaan
terhadap kontrak untuk disetujui oleh Konsultan Supervisi,
Lingkungan, Sosial, Direksi dan PPK.
Kesehatan dan
Keselamatan Kerja 19.2 Program Stategi Pengelolaan dan Rencana
Pelaksanaan Terhadap Lingkungan, Sosial,
Kesehatan dan Keselamatan Kerja disusun paling
sedikit berisi:
a. informasi mengenai pekerjaan yang akan
dilaksanakan;
b. organisasi kerja Penyedia, pelaksana dan
subkontraktor;
c. jadwal pelaksanaan pekerjaan, jadwal bahan,
jadwal peralatan dan proses pengelolaan yang
dilaksanakan.

96
97
d. Prosedur prosedur terkait Strategi Pengelolaan
dan Rencana Pelaksanaan Terhadap Lingkungan,
Sosial, Kesehatan dan Keselamatan Kerja yang
memperhatikan aspek Keselamatan dan
Kesehatan Kerja, aspek berbasis Gender,
Pengelolaan Lingkungan, Pengelolaan Sosial
masyarakat, Prosedur Pengelolaan pekerja,
Prosedur penemuan tak terduga atas warisan
budaya, prosedur pemberdayaan masyarakat
setempat.
e. Biaya pelaksanaan pengelolaan lingkungan dan
sosial.

19.3 Program Stategi Pengelolaan dan Rencana


Pelaksanaan Terhadap Lingkungan, Sosial,
Kesehatan dan Keselamatan Kerja dapat direvisi
sesuai dengan kondisi lokasi pekerjaan.

19.4 Penyedia berkewajiban untuk memutakhirkan program


Stategi Pengelolaan dan Rencana Pelaksanaan
Terhadap Lingkungan, Sosial, Kesehatan dan
Keselamatan Kerja jika terjadi adendum Kontrak dan
Peristiwa Kompensasi

19.5 Pemutakhiran program Stategi Pengelolaan dan


Rencana Pelaksanaan Terhadap Lingkungan, Sosial,
Kesehatan dan Keselamatan Kerja harus
menunjukkan perkembangan kemajuan setiap
pekerjaan dan dampaknya terhadap penjadwalan sisa
pekerjaan yang terkait dengan hal tersebut diatas,
termasuk perubahan terhadap urutan pekerjaan.
Pemutakhiran program mutu harus mendapatkan
persetujuan PPK

19.6 Persetujuan Konsultan Supervisi, Direksi dan PPK


terhadap program Stategi Pengelolaan dan Rencana
Pelaksanaan Terhadap Lingkungan, Sosial,
Kesehatan dan Keselamatan Kerja tidak mengubah
kewajiban kontraktual Penyedia.

97
98
20. Rapat 20.1 Selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari sejak diterbitkannya
Persiapan SPMK dan sebelum pelaksanaan pekerjaan, PPK
Pelaksanaan bersama dengan Penyedia, unsur perencanaan, dan
Kontrak unsur pengawasan, harus sudah menyelenggarakan
rapat persiapan pelaksanaan kontrak.

20.2 Beberapa hal yang dibahas dan disepakati dalam


rapat persiapan pelaksanaan kontrak meliputi:
a. program mutu;
b. organisasi kerja;
c. tata cara pengaturan pelaksanaan pekerjaan;
d. jadwal pelaksanaan pekerjaan;
e. jadwal pengadaan bahan/material, mobilisasi
peralatan dan personil;
f. penyusunan rencana dan pelaksanaan
pemeriksaan lokasi pekerjaan.

21. Mobilisasi 21.1 Mobilisasi paling lambat harus sudah mulai


dilaksanakan dalam waktu 30 (tiga puluh) hari sejak
diterbitkan SPMK.

21.2 Mobilisasi dilakukan sesuai dengan lingkup pekerjaan,


yaitu:
a. Mendatangkan peralatan-peralatan terkait yang
diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan;
b. mempersiapkan fasilitas seperti kantor, rumah,
gedung laboratorium, bengkel, gudang, dan
sebagainya; dan/atau
c. mendatangkan personil-personil.

21.3 Mobilisasi peralatan dan personil dapat dilakukan


secara bertahap sesuai dengan kebutuhan.

22. Pengawasan 22.1 Selama berlangsungnya pelaksanaan pekerjaan, PPK,


Pelaksanaan jika dipandang perlu, dapat mengangkat Pengawas
Pekerjaan Pekerjaan yang berasal dari personil PPK atau
manajemen konstruksi/konsultan pengawas.
Pengawas Pekerjaan berkewajiban untuk mengawasi
pelaksanaan pekerjaan.

22.2 Dalam melaksanakan kewajibannya, Pengawas


Pekerjaan selalu bertindak untuk kepentingan PPK.
Jika tercantum dalam SSKK, Pengawas Pekerjaan
dapat bertindak sebagai Wakil Sah PPK.

98
99
23. Persetujuan 23.1 Semua gambar yang digunakan untuk mendapatkan
Pengawas Pekerjaan Hasil Pekerjaan baik yang permanen maupun
sementara harus mendapatkan persetujuan
Pengawas Pekerjaan.

23.2 Jika dalam pelaksanaan pekerjaan ini diperlukan


terlebih dahulu adanya Hasil Pekerjaan Sementara
maka Penyedia berkewajiban untuk menyerahkan
spesifikasi dan gambar usulan Hasil Pekerjaan
Sementara tersebut untuk disetujui oleh Pengawas
Pekerjaan. Terlepas dari ada tidaknya persetujuan
Pengawas Pekerjaan, Penyedia bertanggung jawab
secara penuh atas rancangan Hasil Pekerjaan
Sementara.

24. Perintah Penyedia berkewajiban untuk melaksanakan semua perintah


Pengawas Pekerjaan yang sesuai dengan kewenangan
Pengawas Pekerjaan dalam Kontrak ini.

25. Akses ke Penyedia berkewajiban untuk menjamin akses PPK, Wakil


Lokasi Kerja Sah PPK dan/atau Pengawas Pekerjaan ke lokasi kerja dan
lokasi lainnya di mana pekerjaan ini sedang atau akan
dilaksanakan.
26. Pemeriksaan 26.1 Apabila diperlukan, pada tahap awal pelaksanaan
Bersama Kontrak, PPK bersama-sama dengan Penyedia
melakukan pemeriksaan lokasi pekerjaan dengan
melakukan pengukuran dan pemeriksaan detail
kondisi lokasi pekerjaan untuk setiap rencana mata
pembayaran.

26.2 Untuk pemeriksaan bersama ini, PA/KPA dapat


membentuk Panitia/Pejabat Peneliti Pelaksana-an
Kontrak atas usul PPK.

26.3 Hasil pemeriksaan bersama dituangkan dalam Berita


Acara. Apabila dalam pemeriksaan bersama
mengakibatkan perubahan isi Kontrak, maka harus
dituangkan dalam adendum Kontrak.

26.4 Jika hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa Personil


dan/atau Peralatan ternyata belum memenuhi
persyaratan Kontrak maka Penyedia tetap dapat
melanjutkan pekerjaan dengan syarat Personil
dan/atau Peralatan yang belum memenuhi syarat
harus segera diganti dalam jangka waktu yang
disepakati bersama.

99
100
27. Waktu 27.1 Kecuali Kontrak diputuskan lebih awal, Penyedia
Penyelesaian berkewajiban untuk memulai pelaksanaan pekerjaan
Pekerjaan pada Tanggal Mulai Kerja, dan melaksanakan
pekerjaan sesuai dengan program mutu, serta
menyelesaikan pekerjaan selambat-lambatnya 300
(Tiga ratus ) Hari Kalender pada Tanggal
Penyelesaian yang ditetapkan dalam SPMK.

27.2 Jika pekerjaan tidak selesai pada Tanggal


Penyelesaian bukan akibat Keadaan Kahar atau
Peristiwa Kompensasi atau karena kesalahan atau
kelalaian Penyedia maka Penyedia dikenakan denda.

27.3 Jika keterlambatan tersebut semata-mata disebabkan


oleh Peristiwa Kompensasi maka PPK dikenakan
kewajiban pembayaran ganti rugi. Denda atau ganti
rugi tidak dikenakan jika Tanggal Penyelesaian
disepakati oleh Para Pihak untuk diperpanjang.

27.4 Tanggal Penyelesaian yang dimaksud dalam angka


27 ini adalah tanggal penyelesaian semua pekerjaan.

28. Perpanjangan Waktu 28.1 Jika terjadi Peristiwa Kompensasi sehingga


penyelesaian pekerjaan akan melampaui Tanggal
Penyelesaian maka Penyedia berhak untuk meminta
perpanjangan Tanggal Penyelesaian berdasarkan
data penunjang. PPK berdasarkan pertimbangan
Pengawas Pekerjaan memperpanjang Tanggal
Penyelesaian Pekerjaan secara tertulis. Perpanjangan
Tanggal Penyelesaian harus dilakukan melalui
adendum Kontrak jika perpanjangan tersebut
mengubah Masa Kontrak

28.2 PPK berdasarkan pertimbangan Pengawas Pekerjaan


harus telah menetapkan ada tidaknya perpanjangan
dan untuk berapa lama, dalam jangka waktu 21 (dua
puluh satu) hari setelah Penyedia meminta
perpanjangan. Jika Penyedia lalai untuk memberikan
peringatan dini atas keterlambatan atau tidak dapat
bekerja sama untuk mencegah keterlambatan maka
keterlambatan seperti ini tidak dapat dijadikan alasan
untuk memperpanjang Tanggal Penyelesaian.

29. Penundaan oleh 29.1 Pengawas Pekerjaan dapat memerintahkan Penyedia


Pengawas secara tertulis untuk menunda pelaksanaan
Pekerjaan pekerjaan. Setiap perintah penundaan ini harus
segera ditembuskan kepada PPK.

100
101
30. Rapat 30.1 Pengawas Pekerjaan atau Penyedia dapat
Pemantauan menyelenggarakan rapat pemantauan, dan meminta
satu sama lain untuk menghadiri rapat tersebut. Rapat
pemantauan diselenggarakan untuk membahas
perkembangan pekerjaan dan perencanaaan atas sisa
pekerjaan serta untuk menindaklanjuti peringatan dini.

30.2 Hasil rapat pemantauan akan dituangkan oleh


Pengawas Pekerjaan dalam berita acara rapat, dan
dokumennya diserahkan kepada PPK dan pihak-pihak
yang menghadiri rapat.

30.3 Mengenai hal-hal dalam rapat yang perlu diputuskan,


Pengawas Pekerjaan dapat memutuskan baik dalam
rapat atau setelah rapat melalui pernyataan tertulis
kepada semua pihak yang menghadiri rapat.

31. Peringatan Dini 31.1 Penyedia berkewajiban untuk memperingatkan sedini


mungkin Pengawas Pekerjaan atas peristiwa atau
kondisi tertentu yang dapat mempengaruhi mutu
pekerjaan, menaikkan Nilai Kontrak atau menunda
penyelesaian pekerjaan. Pengawas Pekerjaan dapat
memerintahkan Penyedia untuk menyampaikan
secara tertulis perkiraan dampak peristiwa atau
kondisi tersebut di atas terhadap Nilai Kontrak dan
Tanggal Penyelesaian. Pernyataan perkiraan ini harus
sesegera mungkin disampaikan oleh Penyedia.

31.2 Penyedia berkewajiban untuk bekerja sama dengan


Pengawas Pekerjaan untuk mencegah atau
mengurangi dampak peristiwa atau kondisi tersebut

B.2 Penyelesaian Kontrak


32. Serah Terima 32.2 Dalam rangka penilaian hasil pekerjaan, PPK
Pekerjaan
menugaskan Panitia/Pejabat Penerima Hasil
Pekerjaan.

32.3 Apabila diperlukan, dalam melaksanakan tugasnya


sebagaimana dimaksud pada angka 31.2,
Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan dapat di
bantu Tim/Tenaga Ahli yang mempunyai keahlian
khusus

32.4 Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan


melakukan penilaian terhadap hasil pekerjaan yang
telah diselesaikan oleh Penyedia. Apabila terdapat
kekurangan-kekurangan dan/atau cacat hasil
pekerjaan, Penyedia wajib
memperbaiki/menyelesaikannya, atas perintah PPK.

101
102
32.5 PPK menerima penyerahan pertama pekerjaan
setelah seluruh hasil pekerjaan dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan Kontrak dan diterima oleh
Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan.

32.6 Pembayaran dilakukan sebesar 95% (sembilan


puluh lima perseratus) dari nilai kontrak, sedangkan
yang 5% (lima perseratus) merupakan retensi
selama masa pemeliharaan, atau pembayaran
dilakukan sebesar 100% (seratus perseratus) dari
nilai kontrak dan Penyedia harus menyerahkan
Jaminan Pemeliharaan sebesar 5% (lima
perseratus) dari nilai kontrak.

32.7 Penyedia wajib memelihara hasil pekerjaan selama


masa pemeliharaan sehingga kondisi tetap seperti
pada saat penyerahan pertama pekerjaan.

32.8 Setelah masa pemeliharaan berakhir, Penyedia


mengajukan permintaan secara tertulis kepada PPK
untuk penyerahan akhir pekerjaan.

32.9 PPK menerima penyerahan akhir pekerjaan setelah


Penyedia melaksanakan semua kewajibannya
selama masa pemeliharaan dengan baik. PPK wajib
melakukan pembayaran sisa nilai kontrak yang
belum dibayar atau mengembalikan Jaminan
Pemeliharaan.

32.10 Apabila Penyedia tidak melaksanakan kewajiban


pemeliharaan sebagaimana mestinya, maka PPK
berhak menggunakan uang retensi untuk membiayai
perbaikan/pemeliharaan atau mencairkan Jaminan
Pemeliharaan.

32.11 Jika Hasil Pekerjaan berupa bangunan maka umur


konstruksi bangunan ditetapkan dalam SSKK.
33. Pengambilalihan 33.1 PPK akan mengambil alih lokasi dan hasil pekerjaan
dalam jangka waktu tertentu setelah dikeluarkan surat
keterangan selesai/pengakhiran pekerjaan.

34. Pedoman 34.1 Penyedia diwajibkan memberikan petunjuk kepada


Pengoperasian dan PPK tentang pedoman pengoperasian dan perawatan
Perawatan sesuai dengan SSKK.

34.2 Apabila Penyedia tidak memberikan pedoman


pengoperasian dan perawatan, PPK berhak menahan
uang retensi atau Jaminan Pemeliharaan.

B.3 Perubahan Kontrak

102
103
35. Perubahan Kontrak 35.1 Kontrak hanya dapat diubah melalui
adendum kontrak.

35.2 Perubahan Kontrak dapat dilaksanakan apabila


disetujui oleh para pihak, meliputi:
1) perubahan pekerjaan disebabkan oleh sesuatu hal
yang dilakukan oleh para pihak dalam kontrak
sehingga mengubah lingkup pekerjaan dalam
kontrak;
2) perubahan jadwal pelaksanaan pekerjaan akibat
adanya perubahan pekerjaan; dan/atau
3) perubahan nilai kontrak akibat adanya perubahan
pekerjaan perubahan jadwal pelaksanaan
pekerjaan, dan/atau penyesuaian harga.

35.3 Perubahan kontrak sebagaimana dimaksud pada


angka 34.2 tidak dapat dilakukan untuk bagian lump
sum dari kontrak gabungan lump sum dan harga
satuan.
35.4. Untuk kepentingan perubahan kontrak, PA/KPA dapat
membentuk Panitia/Pejabat Peneliti Pelaksanaan
Kontrak atas usul PPK.

36. Perubahan Lingkup 36.1 Apabila terdapat perbedaan yang signifikan antara
Pekerjaan kondisi lokasi pekerjaan/lapangan pada saat
pelaksanaan dengan gambar dan spesifikasi yang
ditentukan dalam Dokumen Kontrak, maka:
a. PPK bersama Penyedia dapat melakukan
perubahan kontrak yang meliputi antara lain:
1. menambah atau mengurangi volume
pekerjaan yang tercantum dalam kontrak;
2. mengurangi atau menambah jenis pekerjaan;
3. mengubah spesifikasi teknis dan gambar
pekerjaan sesuai dengan kebutuhan lokasi
pekerjaan; dan/atau
4. melaksanakan pekerjaan tambah yang belum
tercantum dalam kontrak yang diperlukan
untuk menyelesaikan seluruh pekerjaan.
b. Pekerjaan tambah harus mempertimbangkan
tersedianya anggaran dan paling tinggi 10%
(sepuluh perseratus) dari nilai kontrak awal.
c. Perintah perubahan pekerjaan dibuat oleh PPK
secara tertulis kepada Penyedia kemudian
dilanjutkan dengan negosiasi teknis dan harga
dengan tetap mengacu pada ketentuan yang
tercantum dalam kontrak awal.
d. Hasil negosiasi tersebut dituangkan dalam Berita
Acara sebagai dasar penyusunan adendum
kontrak.

103
104
37. Perubahan 37.1 Perubahan jadwal dalam hal terjadi perpanjangan
Jadwal waktu pelaksanaan dapat diberikan oleh PPK atas
Pelaksanaan pertimbangan yang layak dan wajar untuk hal-hal
Pekerjaan sebagai berikut:
a. pekerjaan tambah;
b. perubahan desain;
c. keterlambatan yang disebabkan oleh PPK;
d. masalah yang timbul di luar kendali Penyedia;
dan/atau
e. keadaan kahar.]

37.2 Waktu penyelesaian pekerjaan dapat diperpanjang


paling kurang sama dengan waktu terhentinya kontrak
akibat keadaan kahar.

37.3 PPK dapat menyetujui perpanjangan waktu


pelaksanaan atas kontrak setelah melakukan
penelitian terhadap usulan tertulis yang diajukan oleh
Penyedia.

37.4 PPK dapat menugaskan Panitia/Pejabat Peneliti


Pelaksanaan Kontrak untuk meneliti kelayakan usulan
perpanjangan waktu pelaksanaan.

37.5 Persetujuan perpanjangan waktu pelaksanaan


dituangkan dalam adendum kontrak.

B.4 Keadaan Kahar


38. Keadaan Kahar 38.1 Keadaan Kahar adalah suatu keadaan yang terjadi di
luar kehendak para pihak dan tidak dapat diperkirakan
sebelumnya, sehingga kewajiban yang ditentukan
dalam Kontrak menjadi tidak dapat dipenuhi.

38.2 Apabila terjadi Keadaan Kahar, maka Penyedia


memberitahukan kepada PPK paling lambat 14 (empat
belas) hari sejak terjadinya Keadaan Kahar, dengan
menyertakan pernyataan Keadaan Kahar dari pejabat
yang berwenang, sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.

104
105
38.3 Jangka waktu yang ditetapkan dalam Kontrak untuk
pemenuhan kewajiban Pihak yang tertimpa Keadaan
Kahar harus diperpanjang paling kurang sama
dengan jangka waktu terhentinya Kontrak akibat
Keadaan Kahar.

38.4 Keterlambatan pelaksanaan pekerjaan akibat


Keadaan Kahar yang dilaporkan paling lambat 14
(empat belas) hari sejak terjadinya Keadaan Kahar,
tidak dikenakan sanksi.

38.5 Pada saat terjadinya Keadaan Kahar, Kontrak ini


akan dihentikan sementara hingga Keadaan Kahar
berakhir dengan ketentuan, Penyedia berhak untuk
menerima pembayaran sesuai dengan prestasi atau
kemajuan pelaksanaan pekerjaan yang telah
dicapai. Jika selama masa Keadaan Kahar PPK
memerintahkan secara tertulis kepada Penyedia
untuk meneruskan pekerjaan sedapat mungkin
maka Penyedia berhak untuk menerima
pembayaran sebagaimana ditentukan dalam
Kontrak dan mendapat penggantian biaya yang
wajar sesuai dengan yang telah dikeluarkan untuk
bekerja dalam situasi demikian. Penggantian biaya
ini harus diatur dalam suatu adendum Kontrak.
B.5 Penghentian
dan Pemutusan
Kontrak

39. Penghentian 39.1 Penghentian kontrak dapat dilakukan karena


Kontrak pekerjaan sudah selesai atau terjadi Keadaan Kahar.

39.2 Dalam hal kontrak dihentikan, maka PPK wajib


membayar kepada penyedia sesuai dengan prestasi
pekerjaan yang telah dicapai, termasuk:
1) biaya langsung pengadaan Bahan dan
Perlengkapan untuk pekerjaan ini. Bahan dan
Perlengkapan ini harus diserahkan oleh Penyedia
kepada PPK, dan selanjutnya menjadi hak milik
PPK;
2) biaya langsung pembongkaran dan demobilisasi
Hasil Pekerjaan Sementara dan Peralatan;
3) biaya langsung demobilisasi Personil.

105
106
40. Pemutusan Kontrak Pemutusan Kontrak dapat dilakukan oleh PPK atau
Penyedia berdasarkan peristiwa dan keadaan yang
disebutkan masing-masing dalam Butir 41 dan Butir 42.

41. Pemutusan 41.1 Menyimpang dari Pasal 1266 dan 1267 Kitab
Kontrak oleh Undang-Undang Hukum Perdata, PPK dapat
PPK memutuskan Kontrak melalui
pemberitahuan tertulis kepada Penyedia setelah
terjadinya hal-hal sebagai berikut
a. kebutuhan barang/jasa tidak dapat ditunda
melebihi batas berakhirnya kontrak;
b. berdasarkan penelitian PPK, Penyedia tidak
akan mampu menyelesaikan keseluruhan
pekerjaan walaupun diberikan kesempatan
sampai dengan 50 (lima puluh) hari kalender
sejak masa berakhirnya pelaksanaan pekerjaan
untuk menyelesaikan pekerjaan;
c. Penyedia tanpa persetujuan pengawas pekerjaan
tidak memulai pelaksanaan Pekerjaan sesuai
dengan ketentuan Butir 15;
d. Penyedia menghentikan pekerjaan selama 28
(dua puluh delapan) hari dan penghentian ini
tidak tercantum dalam program mutu serta
tanpa persetujuan Pengawas Pekerjaan;
e. Penyedia berada dalam keadaan pailit;
f. Penyedia selama Masa Kontrak gagal
memperbaiki Cacat Mutu dalam jangka waktu
yang ditetapkan oleh PPK;
g. Penyedia tidak mempertahankan keberlakuan
Jaminan Pelaksanaan;
h. Pengawas Pekerjaan memerintahkan Penyedia
untuk menunda pelaksanaan atau kelanjutan
pekerjaan, dan perintah tersebut tidak ditarik
selama 28 (dua puluh delapan) hari;
i. Penyedia, atau karyawan, agen atau
subpenyedianya, terbukti melakukan KKN,
kecurangan dan/atau pemalsuan sesuai dengan
SSUK Butir 4.
41.2 Dalam hal terjadinya salah satu peristiwa atau
keadaan di atas, PPK setelah menyampaikan
pemberitahuan 14 hari sebelumnya kepada
Penyedia dapat mengakhiri Kontrak dan meminta
Penyedia untuk keluar dari Lokasi Kerja. Namun,
untuk ketentuan subparagraf (g) atau (i), PPK dapat
langsung mengakhiri Kontrak setelah menyampaikan
pemberitahuan.

41.3 Pilihan PPK untuk mengakhiri Kontrak tidak akan


mengurangi hak-hak lain PPK berdasarkan Kontrak
ini atau ketentuan lain.

41.4 Selanjutnya, Penyedia wajib meninggalkan lokasi


kerja dan menyerahkan Barang- Barang yang
diminta, semua Dokumen Penyedia dan dokumen

106
107
desain lain yang dibuat oleh atau untuknya kepada
Pengawas Pekerjaan. Namun, Penyedia harus
berupaya semaksimal mungkin untuk segera
memenuhi instruksi yang wajar yang tercantum
dalam surat pemberitahuan (i) untuk pengalihan
subkontrak, dan (ii) perlindungan orang atau properti
atau keselamatan Pekerjaan.

41.5 Setelah Kontrak diakhiri, PPK dapat menyelesaikan


Pekerjaan dan/atau mengatur agar pihak lain
melakukannya. PPK dan pihak lain tersebut dapat
memanfaatkan Barang, Dokumen Penyedia dan
dokumen-dokumen desain lain yang dibuat oleh atau
untuk kepentingan Penyedia.

41.6 PPK kemudian memberitahukan bahwa Peralatan


dan Pekerjaan Sementara Penyedia akan
diserahkan kepada Penyedia yang ada pada atau di
sekitar Lokasi. Penyedia harus segera mengatur
pembongkarannya, dengan tanggungan dan beban
Penyedia. Namun, apabila pada saat itu Penyedia
tidak melakukan pembayaran yang jatuh tempo
kepada PPK maka peralatan dan pekerjaan
sementara itu dapat dijual oleh PPK untuk menutupi
pembayaran tersebut. Sisa hasil penjualan akan
dibayarkan kepada Penyedia.

41.2 Dalam hal pemutusan Kontrak dilakukan karena


kesalahan Penyedia maka:
a. Jaminan Pelaksanaan dicairkan oleh PPK;
b. Sisa Uang Muka harus dilunasi oleh Penyedia
kepada PPK atau Jaminan Uang Muka
dicairkan (apabila ada);
c. Penyedia membayar denda
keterlambatan sebagaimana tercantum dalam
SSKK (apabila ada).
d. Penyedia dimasukkan dalam Daftar Hitam PPK
membayar kepada Penyedia sesuai dengan
pencapaian prestasi pekerjaan yang telah
diterima oleh PPK sampai dengan tanggal
berlakunya pemutusan Kontrak dikurangi
dengan denda keterlambatan yang harus
dibayar Penyedia (apabila ada), serta Penyedia
menyerahkan semua hasil pelaksanaan
pekerjaan kepada PPK dan selanjutnya menjadi
hak milik PPK.

41.8 Sesegera mungkin setelah pemberitahuan


pemutusan berdasarkan ketentuan ayat
40.2 berlaku, Pengawas Pekerjaan selanjutnya
akan menyetujui atau menentukan nilai Pekerjaan,
Barang dan Dokumen Penyedia dan nilai-nilai lain
yang harus dibayar kepada Penyedia atas
pekerjaan yang dilaksanakan sesuai dengan
Kontrak.

107
108
41.9 Setelah pemberitahuan pemutusan yang dimaksud
dalam ayat 40.2 berlaku, PPK dapat:
a. Menahan pembayaran lebih lanjut kepada
Penyedia sampai biaya pelaksanaan,
penyelesaian dan perbaikan setiap cacat, dan
ganti rugi atas keterlambatan penyelesaian (jika
ada) serta semua biaya lain yang dikeluarkan
oleh PPK telah ditetapkan, dan/atau
b. Mendapatkan penggantian dari Penyedia atas
kerugian dan kerusakan yang dialami PPK dan
biaya tambahan lain untuk menyelesaikan
Pekerjaan setelah memperhitungkan jumlah
yang harus dibayar kepada Penyedia
berdasarkan ketentuan ayat 41.8. Setelah
mendapatkan penggantian atas kerugian,
kerusakan dan biaya tambahan, PPK harus
membayar sisanya kepada Penyedia.
42. Pemutusan 42.1 Menyimpang dari Pasal 1266 dan 1267 Kitab
Kontrak Oleh Undang-Undang Hukum Perdata, Penyedia dapat
Penyedia memutuskan Kontrak melalui pemberitahuan tertulis
kepada PPK apabila PPK tidak menerbitkan SPP
untuk pembayaran tagihan angsuran sesuai dengan
yang disepakati sebagaimana tercantum dalam SSKK.

42.2 Penyedia dapat memutuskan Kontrak apabila :


a. akibat keadaan kahar sehingga Penyedia tidak
dapat melaksanakan pekerjaan sesuai ketentuan
dokumen kontrak;
b. PPK gagal mematuhi keputusan akhir
penyelesaian perselisihan.
Dalam hal ini pemutusan Kontrak dilakukan paling
kurang 30 (tiga puluh) hari setelah Penyedia
menyampaikan pemberitahuan rencana pemutusan
Kontrak secara tertulis kepada PPK.

42.3 Dalam hal terjadi pemutusan Kontrak, PPK


membayar kepada Penyedia sesuai dengan
pencapaian prestasi pekerjaan yang telah diterima
oleh PPK sampai dengan tanggal berlakunya
pemutusan Kontrak dikurangi dengan denda
keterlambatan yang harus dibayar Penyedia
(apabila ada), serta Penyedia menyerahkan semua
hasil pelaksanaan kepada PPK dan selanjutnya
menjadi hak milik PPK.

43. Keterlambatan 43.1 Apabila Penyedia terlambat melaksanakan


Pelaksanaan pekerjaan sesuai jadwal, maka PPK harus
Pekerjaan dan memberikan peringatan secara tertulis atau
Kontrak Kritis dikenakan ketentuan tentang kontrak kritis.

(Untuk 43.2 Kontrak dinyatakan kritis apabila:


Pekerjaan
Konstruksi a. Dalam periode I (rencana fisik pelaksanaan 0%
Bangunan)] - 70% dari Kontrak), realisasi fisik pelaksanaan
terlambat mencapai 10% dari rencana;

108
109
b. Dalam periode II (rencana fisik pelaksanaan
70% - 100% dari Kontrak), realisasi fisik
pelaksanaan terlambat lebih besar 5% dari
rencana.
c. Dalam periode II (rencana fisik pelaksanaan
70% - 100% dari Kontrak), realisasi fisik
pelaksanaan terlambat kurang dari 5% dari
rencana dan akan melampaui tahun anggaran
berjalan.

43.3 Penanganan kontrak kritis


a. dalam hal keterlambatan pada angka
43.1 dan penanganan Kontrak pada pasal kritis
43.2, penanganan Kontrak Kritis dilakukan
dengan Rapat Pembuktikan (show cause
meeting/SCM)
1) pada saat Kontrak dinyatakan krisis, direksi
pekerjaan menerbitkan surat peringatan
kepada Penyedia dan selanjutnya
menyelenggarakan SCM.
2) dalam SCM, Direksi Teknis/Supervisi
Lapangan dan Penyedia
membahas dan menyepakati besaran
kemajuan fisik yang harus dicapai oleh
Penyedia dalam periode waktu tertentu (uji
coba pertama) yang dituangkan dalam Berita
Acara SCM Sampul I
3) apabila Penyedia gagal pada uji coba
pertama, maka dilaksanakan SCM Sampul II
yang membahas dan menyepakati besaran
kemajuan fisik yang harus dicapai oleh
Penyedia dalam periode waktu tertentu (uji
coba kedua) yang dituangkan dalam Berita
Acara SCM Sampul II.
4) apabila Penyedia gagal pada uji coba tahap
kedua, maka diselenggarakan SCM Sampul II
yang membahas dan menyepakati besaran
kemajuan fisik yang harus dicapai oleh
Penyedia dalam periode waktu tertentu (uji
coba ketiga) yang dituangkan dalam Berita
Acara SCM Sampul II.
5) pada setiap uji coba yang gagal, PPK harus
menerbitkan surat peringatan kepada
Penyedia atas keterlambatan realisasi fisik
pelaksanaan pekerjaan.

b. dalam hal terjadi keterlambatan pada angka


43.2c, PPK, setelah dilakukan rapat bersama
atasannya dan sebelum tahun anggaran
berakhir, dapat langsung memutuskan Kontrak
secara sepihak dengan mengesampingkan pasal
1266 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.]

109
110
44. Pemutusan Dalam hal pemutusan Kontrak dilakukan karena PPK/Pokja
Kontrak akibat Pemilihan terlibat dalam penyimpangan prosedur,
lainnya melakukan KKN dan/atau pelanggararan persaingan sehat
dalam pelaksanaan pengadaan, maka PPK/Pokja Pemilihan
dikenakan sanksi berdasarkan peraturan perundang-
undangan.
45. Peninggalan Semua Bahan, Perlengkapan, Peralatan, Hasil Pekerjaan
Sementara yang masih berada di lokasi kerja setelah
pemutusan Kontrak akibat kelalaian atau kesalahan
Penyedia, dapat dimanfaatkan sepenuhnya oleh PPK tanpa
kewajiban perawatan. Pengambilan kembali semua
peninggalan tersebut oleh Penyedia hanya dapat dilakukan
setelah mempertimbangkan kepentingan PPK.
C. HAK DAN KEWAJIBAN PENYEDIA
46. Hak dan 46.1 Penyedia memiliki hak dan kewajiban:
Kewajiban a. menerima pembayaran untuk
Penyedia pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan harga
yang telah ditentukan dalam Kontrak;
b. meminta fasilitas-fasilitas dalam bentuk sarana
dan prasarana dari PPK untuk kelancaran
pelaksanaan pekerjaan sesuai ketentuan kontrak;
c. melaporkan pelaksanaan pekerjaan secara
periodik kepada PPK;
d. melaksanakan dan menyelesaikan pekerjaan
sesuai dengan jadwal pelaksanaan pekerjaan
yang telah ditetapkan dalam kontrak;
e. melaksanakan dan menyelesaikan pekerjaan
secara cermat, akurat dan penuh tanggung jawab
dengan menyediakan tenaga kerja, bahan-
bahan, peralatan, angkutan ke atau dari
lapangan, dan segala pekerjaan permanen
maupun sementara yang diperlukan untuk
pelaksanaan, penyelesaian dan perbaikan
pekerjaan yang dirinci dalam kontrak;
f. memberikan keterangan-keterangan yang
diperlukan untuk pemeriksaan pelaksanaan yang
dilakukan PPK;
g. menyerahkan hasil pekerjaan sesuai dengan
jadwal penyerahan pekerjaan yang telah
ditetapkan dalam kontrak; dan
h. mengambil langkah-langkah yang cukup
memadai untuk melindungi lingkungan tempat
kerja dan membatasi perusakan dan gangguan
kepada masyarakat maupun miliknya akibat
kegiatan Penyedia.

110
111
47. Penggunaan Penyedia tidak diperkenankan menggunakan dan
Dokumen Kontrak menginformasikan dokumen kontrak atau dokumen lainnya
dan Informasi yang berhubungan dengan kontrak untuk kepentingan pihak
lain, misalnya spesifikasi teknis dan/atau gambar-gambar,
kecuali dengan ijin tertulis dari PPK.

48. Hak Atas Penyedia wajib melindungi PPK dari segala tuntutan atau
Kekayaan klaim dari pihak ketiga yang disebabkan oleh penggunaan
Intelektual Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) oleh Penyedia.

49. 49.1 Penyedia berkewajiban untuk melindungi,


Penanggunga membebaskan, dan menanggung tanpa batas PPK
n dan Risiko beserta instansinya terhadap semua bentuk tuntutan,
tanggung jawab, kewajiban, kehilangan, kerugian,
denda, gugatan atau tuntutan hukum, proses
pemeriksaan hukum, dan biaya yang dikenakan
terhadap PPK beserta instansinya (kecuali kerugian
yang mendasari tuntutan tersebut disebabkan
kesalahan atau kelalaian berat PPK) sehubungan
dengan klaim yang timbul dari hal-hal berikut
terhitung sejak Tanggal Mulai Kerja sampai dengan
tanggal penandatanganan berita acara penyerahan
akhir:
a. kehilangan atau kerusakan peralatan dan harta
benda Penyedia, Subpenyedia (jika ada), dan
Personil;
b. cidera tubuh, sakit atau kematian Personil;
c. kehilangan atau kerusakan harta benda, dan
cidera tubuh, sakit atau kematian pihak ketiga;

49.2 Terhitung sejak Tanggal Mulai Kerja sampai dengan


tanggal penandatanganan berita acara penyerahan
awal, semua risiko kehilangan atau kerusakan Hasil
Pekerjaan ini, Bahan dan Perlengkapan merupakan
risiko Penyedia, kecuali kerugian atau kerusakan
tersebut diakibatkan oleh kesalahan atau kelalaian
PPK.

49.3 Pertanggungana suransi yang dimiliki oleh Penyedia


tidak membatasi kewajiban penanggungan dalam
angka 48 ini.

49.4 Kehilangan atau kerusakan terhadap Hasil Pekerjaan


atau Bahan yang menyatu dengan Hasil Pekerjaan
selama jangka waktu sejak Tanggal Mulai Kerja
sampai akhir Masa Pemeliharaan harus diganti atau
diperbaiki oleh Penyedia atas tanggungannya sendiri
jika kehilangan atau kerusakan tersebut terjadi akibat
tindakan atau kelalaian Penyedia.

111
112
50. Perlindungan 50.1 Penyedia dan Subpenyedia berkewajiban atas biaya
Tenaga Kerja sendiri untuk mengikutsertakan Personilnya pada
program BPJS Ketenagakerjaan sebagaimana diatur
dalam peraturan perundang-undangan.

50.2 Penyedia berkewajiban untuk mematuhi dan


memerintahkan Personilnya untuk mematuhi
peraturan keselamatan kerja. Pada waktu
pelaksanaan pekerjaan, Penyedia beserta
Personilnya dianggap telah membaca dan
memahami peraturan keselamatan kerja tersebut.

50.3 Penyedia berkewajiban atas biaya sendiri untuk


menyediakan kepada setiap Personilnya (termasuk
Personil Subpenyedia, jika ada) perlengkapan
keselamatan kerja yang sesuai dan memadai.

50.4 Tanpa mengurangi kewajiban Penyedia untuk


melaporkan kecelakaan berdasarkan hukum yang
berlaku, Penyedia akan melaporkan kepada PPK
mengenai setiap kecelakaan yang timbul
sehubungan dengan pelaksanaan Kontrak ini dalam
waktu 24 (dua puluh empat) jam setelah kejadian.

50.5 Penyedia berkewajiban tindakan dalam upaya


pencegahan terhadap Kekerasan terhadap pekerja
Berbasis Gender penggunaan tenaga kerja dibawah
umur dan pekerja paksa sesuai peraturan
perundang-undangan Indonesia

51. Pemeliharaan Penyedia berkewajiban untuk mengambil langkah- langkah


Lingkungan yang memadai untuk melindungi lingkungan baik di dalam
maupun di luar tempat kerja dan membatasi gangguan
lingkungan, masyarakat, sosial termasuk fisik dan material
terhadap pelaksanaan kontrak yang dilakukan oleh
penyedia jasa dan pihak ketiga.

52. Asuransi 52.1 Penyedia wajib menyediakan asuransi sejak SPMK


sampai dengan tanggal selesainya pemeliharaan
untuk:
a. semua barang dan peralatan yang mempunyai
risiko tinggi terjadinya kecelakaan, pelaksanaan
pekerjaan, serta pekerja, atas segala risiko
terhadap kecelakaan, kerusakan, kehilangan,
serta risiko lain yang tidak dapat diduga;
b. pihak ketiga sebagai akibat kecelakaan di tempat
kerjanya; dan
c. perlindungan terhadap kegagalan bangunan.

52.2 Besarnya asuransi sudah diperhitungkan dalam


penawaran dan termasuk dalam nilai kontrak.

112
113
53. Tindakan Penyedia 53.1 Penyedia berkewajiban untuk mendapatkan lebih
dahulu persetujuan tertulis PPK sebelum melakukan
yang
tindakan-tindakan berikut:
Mensyaratkan a. mensubkontrakkan sebagian pekerjaan;
Persetujuan PPK b. menunjuk Personil yang namanya tidak tercantum
atau Pengawas dalam Lampiran A SSKK;
Pekerjaan c. mengubah atau memutakhirkan program mutu;
d. tindakan lain yang diatur dalam SSKK.

53.2 Penyedia berkewajiban untuk mendapatkan lebih


dahulu persetujuan tertulis Pengawas Pekerjaan
sebelum melakukan tindakan- tindakan berikut:
a. menggunakan spesifikasi dan gambar
dalam angka 15 SSUK;
b. mengubah syarat dan ketentuan polis asuransi;
c. mengubah Personil Inti dan/atau
Peralatan;
d. tindakan lain yang diatur dalam SSKK.

54. Laporan Hasil 54.1 Pemeriksaan pekerjaan dilakukan selama


pelaksanaan kontrak untuk menetapkan volume
Pekerjaan
pekerjaan atau kegiatan yang telah dilaksanakan
guna pembayaran hasil pekerjaan. Hasil pemeriksaan
pekerjaan dituangkan dalam laporan kemajuan hasil
pekerjaan.

54.2 Untuk kepentingan pengendalian dan pengawasan


pelaksanaan pekerjaan, seluruh kegiatan di lokasi
pekerjaan dicatat dalam buku harian sebagai bahan
laporan harian pekerjaan yang berisi rencana dan
realisasi pekerjaan harian.

54.3 Laporan harian berisi:


a. jenis dan kuantitas bahan yang berada di lokasi
pekerjaan;
b. penempatan tenaga kerja untuk tiap
macam tugasnya;
c. jenis, jumlah dan kondisi peralatan;
d. jenis dan kuantitas pekerjaan yang
dilaksanakan;
e. keadaan cuaca termasuk hujan, banjir dan
peristiwa alam lainnya yang berpengaruh
terhadap kelancaran pekerjaan; dan
f. catatan-catatan lain berkenaan dengan
pelaksanaan.
54.4 Laporan harian dibuat oleh Penyedia dan, apabila
perlu, diperiksa oleh konsultan dan disetujui oleh wakil
PPK.
54.5 Laporan mingguan terdiri dari rangkuman laporan
harian dan berisi hasil kemajuan fisik pekerjaan dalam
periode satu minggu, serta hal-hal penting yang perlu
ditonjolkan.

113
114
54.6 Laporan bulanan terdiri dari rangkuman laporan
mingguan dan berisi hasil kemajuan fisik pekerjaan
dalam periode satu bulan, serta hal-hal penting yang
perlu ditonjolkan.

54.7 Untuk merekam kegiatan pelaksanaan proyek, PPK


membuat foto-foto dokumentasi pelaksanaan
pekerjaan di lokasi pekerjaan.

55. Kepemilikan 55.1 Semua rancangan, gambar, spesifikasi, desain,


Dokumen laporan, dan dokumen-dokumen lain serta piranti
lunak yang dipersiapkan oleh Penyedia berdasarkan
Kontrak ini sepenuhnya merupakan hak milik PPK.
Penyedia paling lambat pada waktu pemutusan atau
akhir Masa Kontrak berkewajiban untuk
menyerahkan semua dokumen dan piranti lunak
tersebut beserta daftar rinciannya kepada PPK.
Penyedia dapat menyimpan 1 (satu) buah salinan
tiap dokumen dan piranti lunak tersebut.
Pembatasan (jika ada) mengenai penggunaan
dokumen dan piranti lunak tersebut di atas di
kemudian hari diatur dalam SSKK.
56. Kerjasama Antara 56.1 Bagian pekerjaan yang disubkontrakkan harus diatur
Penyedia dan Sub dalam Kontrak dan disetujui terlebih dahulu oleh
Penyedia PPK.

56.2 Penyedia tetap bertanggung jawab atas bagian


pekerjaan yang disubkontrakkan tersebut.

56.3 Ketentuan-ketentuan dalam subkontrak harus


mengacu kepada Kontrak serta menganut prinsip
kesetaraan.
57. Usaha Mikro, 57.1 Penyedia dapat bekerja sama dengan Usaha Mikro,
Usaha Kecil dan Usaha Kecil dan koperasi kecil, antara lain dengan
Koperasi Kecil mensubkontrakkan sebagian pekerjaanya.

57.2 Dalam melaksanakan kewajiban di atas penyedia


terpilih tetap bertanggungjawab penuh atas
keseluruhan pekerjaan tersebut.

57.3 Bentuk kerjasama tersebut hanya untuk sebagian


pekerjaan yang bukan pekerjaan utama.

57.4 Membuat laporan periodik mengenai pelaksanaan


ketetapan di atas.

57.5 Apabila ketentuan tersebut di atas dilanggar, maka


penyedia dikenakan sanksi yang diatur dalam
SSKK.

114
115
58. Penyedia Lain Penyedia berkewajiban untuk bekerjasama dan
menggunakan lokasi kerja bersama dengan penyedia yang
lain (jika ada) dan pihak lainnya yang berkepentingan atas
lokasi kerja. Jika dipandang perlu, PPK dapat memberikan
jadwal kerja kepada penyedia lain yang bekerja di lokasi
kerja.

59. Keselamatan Penyedia bertanggung jawab atas keselamatan semua pihak


di lokasi kerja.

60. Pembayaran Denda Penyedia berkewajiban untuk membayar sanksi finansial


berupa Denda sebagai akibat wanprestasi atau cidera janji
terhadap kewajiban-kewajiban Penyedia dalam Kontrak ini.
PPK mengenakan Denda dengan memotong angsuran
pembayaran prestasi pekerjaan Penyedia. Pembayaran
Denda tidak mengurangi tanggung jawab kontraktual
Penyedia.
61. Jaminan 61.1 Jaminan Pelaksanaan diberikan kepada PPK
selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari kerja
setelah diterbitkannya Surat Penunjukan Penyedia
Pekerjaan (SPPBJ) sebelum dilakukan
penandatanganan kontrak dengan besar: 5% (lima
perseratus) dari nilai kontrak.

61.2 Masa berlaku Jaminan Pelaksanaan paling kurang


sejak tanggal penanda-tanganan kontrak sampai
dengan serah terima pertama pekerjaan (Provisional
Hand Over/PHO).

61.3 Jaminan Pelaksanaan dikembalikan setelah pekerjaan


dinyatakan selesai 100% (seratus perseratus) dan
diganti dengan Jaminan Pemeliharaan atau menahan
uang retensi sebesar 5% (lima perseratus) dari nilai
kontrak;

61.4 Jaminan Uang Muka diberikan kepada PPK dalam


rangka pengambilan uang muka dengan nilai 100%
(seratus perseratus) dari besarnya uang muka;

61.5 Nilai Jaminan Uang Muka dapat dikurangi secara


proporsional sesuai dengan pencapaian prestasi
pekerjaan;

61.6 Masa berlaku Jaminan Uang Muka paling kurang


sejak tanggal persetujuan pemberian uang muka
sampai dengan tanggal penyerahan pertama
pekerjaan (PHO).

61.7 Jaminan Pemeliharaan diberikan kepada PPK setelah


pekerjaan dinyatakan selesai 100% (seratus
perseratus).

61.8 Pengembalian Jaminan Pemeliharan dilakukan paling


lambat 14 (empat belas) hari kerja setelah masa
pemeliharaan selesai dan pekerjaan diterima dengan
baik sesuai dengan ketentuan kontrak;

115
116
61.9 Masa berlaku Jaminan Pemeliharaan paling kurang
sejak tanggal serah terima pertama pekerjaan (PHO)
sampai dengan tanggal penyerahan akhir pekerjaan
(Final Hand Over/FHO);
D. HAK DAN KEWAJIBAN PPK
62. Hak dan PPK memiliki hak dan kewajiban :
Kewajiban PPK a. mengawasi dan memeriksa pekerjaan yang
dilaksanakan oleh Penyedia;
b. meminta laporan-laporan secara periodik mengenai
pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan oleh penyedia;
c. membayar pekerjaan sesuai dengan harga yang
tercantum dalam kontrak yang telah ditetapkan
kepada Penyedia;
d. mengenakan denda keterlambatan (apabila ada);
e. membayar uang muka (apabila diberikan);
f. memberikan instruksi sesuai jadwal;
g. membayar ganti rugi, melindungi dan membela
Penyedia terhadap tuntuan hukum, tuntutan lainnya
dan tanggungan yang timbul karena kesalahan,
kecerobohan dan pelanggaran kontrak yang dilakukan
PPK; dan
h. mengusulkan penetapan sanksi Daftar Hitam kepada
PA/KPA (apabila ada).

63. Fasilitas 63.1 PPK dapat memberikan fasilitas berupa sarana dan
prasarana atau kemudahan lainnya (jika ada) yang
tercantum dalam SSKK untuk kelancaran pelaksanan
pekerjaan ini.
64. Peristiwa 64.1 Peristiwa Kompensasi dapat diberikan kepada
Kompensasi Penyedia dalam hal sebagai berikut:
a. PPK mengubah jadwal yang dapat
mempengaruhi pelaksanaan pekerjaan;
b. keterlambatan pembayaran kepada Penyedia;
c. PPK tidak memberikan gambar-gambar,
spesifikasi dan/atau instruksi sesuai jadwal yang
dibutuhkan;
d. Penyedia belum bisa masuk ke lokasi sesuai
jadwal dalam kontrak;
e. PPK menginstruksikan kepada pihak Penyedia
untuk melakukan pengujian tambahan yang
setelah dilaksanakan pengujian ternyata tidak
ditemukan kerusakan/kegagalan/penyimpangan;
f. PPK memerintahkan penundaan pelaksanaan
pekerjaan;
PPK memerintahkan untuk mengatasi kondisi
tertentu yang tidak dapat diduga sebelumnya dan
disebabkan oleh PPK;
h. ketentuan lain dalam SSKK.

64.2 Jika Peristiwa Kompensasi mengakibatkan


pengeluaran tambahan dan/ atau keterlambatan
penyelesaian pekerjaan maka PPK berkewajiban
untuk membayar ganti rugi dan/atau memberikan

116
117
perpanjangan waktu penyelesaian pekerjaan.

64.3 Ganti rugi hanya dapat dibayarkan jika berdasarkan


data penunjang dan perhitungan kompensasi yang
diajukan oleh Penyedia kepada PPK, dapat
dibuktikan kerugian nyata akibat Peristiwa
Kompensasi.

64.4 Jika terjadi Peristiwa Kompensasi sehingga


penyelesaian pekerjaan akan melampaui Tanggal
Penyelesaian maka Penyedia berhak meminta
perpanjangan waktu Penyelesaian berdasarkan data
penunjang dan perhitungan kompensasi yang
diajukan oleh Penyedia kepada PPK. Perpanjangan
Tanggal Penyelesaian harus dilakukan melalui
adendum Kontrak jika perpanjangan tersebut
mengubah Masa Kontrak.

64.5 Penyedia tidak berhak atas ganti rugi dan/atau


perpanjangan waktu penyelesaian pekerjaan jika
Penyedia gagal atau lalai untuk memberikan
peringatan dini dalam mengantisipasi atau
mengatasi dampak Peristiwa Kompensasi.

E. PERSONIL DAN/ATAU PERALATAN PENYEDIA

65. Personil Inti 65.1 Personil inti dan/atau peralatan yang ditempatkan
dan/atau Peralatan harus sesuai dengan yang tercantum dalam
Dokumen Penawaran.

65.2 Penggantian personil inti dan/atau peralatan tidak


boleh dilakukan kecuali atas persetujuan tertulis
PPK.

65.3 Penggantian personil inti dilakukan oleh Penyedia


dengan mengajukan permohonan terlebih dahulu
kepada PPK dengan melampirkan riwayat
hidup/pengalaman kerja personil inti yang diusulkan
beserta alasan penggantian.

65.4 PPK dapat menilai dan menyetujui


penempatan/penggantian personil inti dan/atau
peralatan menurut kualifikasi yang dibutuhkan.

65.5 Jika PPK menilai bahwa personil inti:


a. tidak mampu atau tidak dapat melakukan
pekerjaan dengan baik;
b. berkelakuan tidak baik; atau
c. mengabaikan pekerjaan yang menjadi tugasnya;
maka Penyedia berkewajiban untuk menyediakan
pengganti dan menjamin personil inti tersebut
meninggalkan lokasi kerja dalam waktu 7 (tujuh) hari
sejak diminta oleh PPK.

117
118
65.6 Jika penggantian personil inti dan/atau peralatan
perlu dilakukan, maka Penyedia berkewajiban untuk
menyediakan pengganti dengan kualifikasi yang
setara atau lebih baik dari personil inti dan/atau
peralatan yang digantikan tanpa biaya tambahan
apapun.

65.7 Personil inti berkewajiban untuk menjaga


kerahasiaan pekerjaannya. Jika diperlukan oleh PPK,
Personil inti dapat sewaktu-waktu disyaratkan untuk
menjaga kerahasiaan pekerjaan di bawah sumpah.

F. PEMBAYARAN KEPADA PENYEDIA


66. Harga Kontrak 66.1 PPK membayar kepada Penyedia atas pelaksanaan
pekerjaan dalam kontrak sebesar harga kontrak.

66.2 Harga kontrak telah memperhitungkan keuntungan,


beban pajak dan biaya overhead serta biaya asuransi
yang meliputi juga biaya keselamatan dan kesehatan
kerja.

66.3 [Rincian harga kontrak sesuai dengan rincian yang


tercantum dalam daftar kuantitas dan harga.]

67. Pembayaran 67.1 Uang muka


a. uang muka dibayar untuk membiayai mobilisasi
peralatan, personil, pembayaran uang tanda jadi
kepada pemasok bahan/material dan persiapan
teknis lain;
b. besaran uang muka ditentukan dalam SSKK dan
dibayar setelah Penyedia menyerahkan Jaminan
Uang Muka senilai uang muka yang diterima;
c. dalam hal PPK menyediakan uang muka maka
Penyedia harus mengajukan permohonan
pengambilan uang muka secara tertulis kepada
PPK disertai dengan rencana penggunaan uang
muka untuk melaksanakan pekerjaan sesuai
Kontrak;
d. PPK harus mengajukan Surat Permintaan
Pembayaran (SPP) kepada Pajabat
Penandatangan Surat Perintah Membayar
(PPSPM) untuk permohonan tersebut pada huruf
c, paling lambat 7 (tujuh) hari kerja setelah
Jaminan Uang Muka diterima;
e. Jaminan Uang Muka diterbitkan oleh bank umum;
perusahaan penjaminan, atau Perusahaan
Asuransi Umum yang memiliki izin untuk menjual
produk jaminan (suretyship) yang ditetapkan oleh
Menteri Keuangan;
f. pengembalian uang muka harus diperhitungkan
berangsur-angsur secara proporsional pada
setiap pembayaran prestasi pekerjaan dan paling
lambat harus lunas pada saat pekerjaan

118
119
mencapai prestasi 100% (seratus perseratus).

67.2 Prestasi pekerjaan


a. pembayaran prestasi hasil pekerjaan yang
disepakati dilakukan oleh PPK, dengan
ketentuan:
1) Penyedia telah mengajukan tagihan disertai
laporan kemajuan hasil pekerjaan;
2) pembayaran dilakukan dengan system
bulanan, system termin atau pembayaran
secara sekaligus, sesuai ketentuan dalam
SSKK;
3) pembayaran dilakukan senilai pekerjaan yang
telah terpasang, tidak termasuk
bahan/material dan peralatan yang ada di
lokasi pekerjaan. Untuk pipa Jaringan
Distribusi Utama (JDU) dalam volume besar
bisa mengajukan pembayaran sesuai dengan
ketentuan yang terdapat dalam SSKK.
4) pembayaran harus dipotong angsuran uang
muka, denda (apabila ada), pajak dan uang
retensi; dan
untuk kontrak yang mempunyai sub kontrak,
permintaan pembayaran harus dilengkapi
bukti pembayaran kepada seluruh
subpenyedia sesuai dengan prestasi
pekerjaan.
b. pembayaran terakhir hanya dilakukan setelah
pekerjaan selesai 100% (seratus perseratus) dan
Berita Acara penyerahan pertama pekerjaan
diterbitkan;
c. PPK dalam kurun waktu 7 (tujuh) hari kerja
setelah pengajuan permintaan pembayaran dari
Penyedia harus sudah mengajukan Surat
Permintaan Pembayaran (SPP) kepada Pejabat
Penandatangan Surat Perintah Membayar
(PPSPM);
d. bila terdapat ketidaksesuaian dalam perhitungan
angsuran, tidak akan menjadi alasan untuk
menunda pembayaran. PPK dapat meminta
Penyedia untuk menyampaikan perhitungan
prestasi sementara dengan mengesampingkan
hal-hal yang sedang menjadi perselisihan.

67.3 Denda dan ganti rugi


a. denda merupakan sanksi finansial yang
dikenakan kepada Penyedia;
b. ganti rugi merupakan sanksi finansial yang
dikenakan kepada PPK karena terjadinya cidera
janji/wanprestasi;
c. besarnya denda yang dikenakan kepada
Penyedia atas keterlambatan penyelesaian
pekerjaan untuk setiap hari keterlambatan adalah:
1) 1/1000 (satu perseribu) dari sisa harga
bagian kontrak yang belum dikerjakan,

119
120
apabila bagian pekerjaan yang sudah
dilaksanakan dapat berfungsi; atau
2) 1/1000 (satu perseribu) dari harga kontrak,
apabila bagian pekerjaan yang sudah
dilaksanakan belum berfungsi.
3) sesuai yang ditetapkan dalam SSKK;
d. besarnya ganti rugi yang dibayar oleh PPK atas
keterlambatan pembayaran adalah sebesar
bunga dari nilai tagihan yang terlambat dibayar,
berdasarkan tingkat suku bunga yang berlaku
pada saat itu menurut ketetapan Bank Indonesia,
atau dapat diberikan kompensasi;
e. pembayaran denda dan/atau ganti rugi
diperhitungkan dalam pembayaran prestasi
pekerjaan;
f. ganti rugi dan kompensasi kepada peserta
dituangkan dalam adendum kontrak;
g. pembayaran ganti rugi dan kompensasi dilakukan
oleh PPK, apabila Penyedia telah mengajukan
tagihan disertai perhitungan dan data-data.

68. Hari Kerja 68.1 Semua pekerja dibayar selama hari kerja dan
datanya disimpan oleh Penyedia. Daftar pembayaran
ditandatangani oleh masing- masing pekerja dan
dapat diperiksa oleh PPK.

68.2 Penyedia harus membayar upah hari kerja kepada


tenaga kerjanya setelah formulir upah
ditandatangani.

68.3 Jam kerja dan waktu cuti untuk pekerja harus


dilampirkan.
69. Perhitungan Akhir 69.1 Pembayaran angsuran prestasi pekerjaan terakhir
dilakukan setelah pekerjaan selesai 100% (seratus
persen) dan berita acara penyerahan awal telah
ditandatangani oleh kedua belah Pihak.

69.2 Sebelum pembayaran terakhir dilakukan, Penyedia


berkewajiban untuk menyerahkan kepada Pengawas
Pekerjaan rincian perhitungan nilai tagihan terakhir
yang jatuh tempo. PPK berdasarkan hasil penelitian
tagihan oleh Pengawas Pekerjaan berkewajiban
untuk menerbitkan SPP untuk pembayaran tagihan
angsuran terakhir selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari
kerja terhitung sejak tagihan dan kelengkapan
dokumen penunjang diterima oleh Pengawas
Pekerjaan.

120
121
70. Penangguhan 70.1 PPK dapat menangguhkan pembayaran setiap
angsuran prestasi pekerjaan Penyedia jika Penyedia
gagal atau lalai memenuhi kewajiban kontraktualnya,
termasuk penyerahan setiap Hasil Pekerjaan sesuai
dengan waktu yang telah ditetapkan.

70.2 PPK secara tertulis memberitahukan kepada


Penyedia tentang penangguhan pembayaran,
disertai alasan-alasan yang jelas mengenai
penangguhan tersebut. Penyedia diberi kesempatan
untuk memperbaiki dalam jangka waktu tertentu.

70.3 Pembayaran yang ditangguhkan harus disesuaikan


dengan proporsi kegagalan atau kelalaian Penyedia.

70.4 Jika dipandang perlu oleh PPK, penangguhan


pembayaran akibat keterlambatan penyerahan
pekerjaan dapat dilakukan bersamaan dengan
pengenaan denda kepada Penyedia.

71. [Penyesuaian Harga] 71.1 [Harga yang tercantum dalam kontrak dapat berubah
akibat adanya penyesuaian harga sesuai dengan
peraturan yang berlaku.

71.2 Penyesuaian harga diberlakukan pada Kontrak


Tahun Jamak yang masa pelaksanaannya lebih dari
12 (dua belas) bulan dan diberlakukan mulai bulan
ke-13 (tiga belas) sejak pelaksanaan pekerjaan.

71.3 Penyesuaian Harga Satuan diberlakukan terhadap


kegiatan/mata pembayaran kecuali komponen
keuntungan dan biaya overhead sebagaimana
tercantum dalam penawaran.

71.4 Penyesuaian Harga Satuan diberlakukan sesuai


dengan jadwal pelaksanaan yang tercantum dalam
kontrak awal/adendum kontrak.

71.5 Penyesuaian Harga Satuan bagi komponen


pekerjaan yang berasal dari luar negeri,
menggunakan indeks penyesuaian harga dari negara
asal barang tersebut.

71.6 Jenis pekerjaan baru dengan Harga Satuan baru


sebagai akibat adanya adendum kontrak dapat
diberikan penyesuaian harga mulai bulan ke-13 (tiga
belas) sejak adendum kontrak tersebut
ditandatangani.

71.7 Kontrak yang terlambat pelaksanaannya disebabkan


oleh kesalahan Penyedia diberlakukan penyesuaian
harga berdasarkan indeks harga terendah antara
jadwal awal dengan jadwal realisasi pekerjaan.

121
122

71.8 Penyesuaian harga satuan, ditetapkan dengan


rumus sebagai berikut:
Hn = Ho (a+b.Bn/Bo+c.Cn/Co+d.Dn/Do+..........)
Hn = Harga Satuan pada saat pekerjaan
dilaksanakan;
Ho = Harga Satuan pada saat
penawaran harga;
a = Koefisien tetap yang terdiri atas
keuntungan dan overhead;
Dalam hal penawaran tidak
mencantumkan besaran komponen
keuntungan dan overhead maka a
= 0,15.
b, c, d = Koefisien komponen kontrak seperti tenaga
kerja, bahan, alat kerja, dsb; Penjumlahan
a+b+c+d+ dst
adalah 1,00.
Bn, Cn, Dn = Indeks harga komponen pada saat
pekerjaan dilaksanakan (mulai bulanke-13
setelah penandatanganan kontrak).
Bo, Co, Do = Indeks harga komponen pada bulan
ke-12 setelah penanda- tanganan kontrak.

71.9 Penetapan koefisien bahan, tenaga kerja dan alat


kerja ditetapkan dalam SSKK.

71.10 Indeks harga yang digunakan bersumber dari


penerbitan BPS.

71.11 Dalam hal indeks harga tidak dimuat dalam


penerbitan BPS, digunakan indeks harga yang
dikeluarkan oleh instansi teknis.

71.12 Rumusan penyesuaian nilai kontrak


ditetapkan sebagai berikut:
Pn = (Hn1xV1)+(Hn2xV2)+(Hn3xV3)+.........dst
Pn = Nilai Kontrak setelah dilakukan
penyesuaian Harga Satuan;
Hn = Harga Satuan baru setiap jenis
komponen pekerjaan setelah
dilakukan penyesuaian harga menggunakan
rumusan penyesuaian Harga Satuan;
V = Volume setiap jenis komponen pekerjaan yang
dilaksanakan.

71.13 Pembayaran penyesuaian harga dilakukan oleh


PPK, apabila Penyedia telah mengajukan tagihan
disertai perhitungan dan data-data;

71.14 Penyedia dapat mengajukan secara berkala


selambat-lambatnya setiap 6 (enam) bulan.

122
123
G. PENGAWASAN MUTU
72. Pengawasan 72.1 PPK berwenang melakukan pengawasan dan
dan pemeriksaan terhadap pelaksanaan pekerjaan yang
Pemeriksaan dilaksanakan oleh Penyedia. Apabila diperlukan, PPK
dapat memerintahkan kepada pihak ketiga untuk
melakukan pengawasan dan pemeriksaan atas semua
pelaksanaan pekerjaan yang dilaksanakan oleh
Penyedia.
73. Penilaian 73.1 PPK dalam masa pelaksanaan pekerjaan dapat
Pekerjaan melakukan penilaian atas hasil pekerjaan yang
Sementara dilakukan oleh Penyedia.
oleh PPK
73.2 Penilaian atas hasil pekerjaan dilakukan terhadap
mutu dan kemajuan fisik pekerjaan.

74. Cacat Mutu 74.1 PPK atau Pengawas Pekerjaan akan memeriksa
setiap Hasil Pekerjaan dan memberitahukan Penyedia
secara tertulis mengenai setiap Cacat Mutu yang
ditemukan. PPK atau Pengawas Pekerjaan dapat
memerintahkan Penyedia untuk menemukan dan
mengungkapkan Cacat Mutu, serta menguji Hasil
Pekerjaan yang dianggap oleh PPK atau Pengawas
Pekerjaan mengandung Cacat Mutu. Penyedia
bertanggung jawab atas perbaikan Cacat Mutu
selama Masa Kontrak dan Masa Pemeliharaan.

75. Pengujian 75.1 Jika PPK atau Pengawas Pekerjaan memerintahkan


Penyedia untuk melakukan pengujian Cacat Mutu
yang tidak tercantum dalam Spesifikasi Teknis dan
Gambar, dan hasil uji coba menunjukkan adanya
Cacat Mutu maka Penyedia berkewajiban untuk
menanggung biaya pengujian tersebut. Jika tidak
ditemukan adanya Cacat Mutu maka uji coba tersebut
dianggap sebagai Peristiwa Kompensasi.

76. Perbaikan Cacat 76.1 PPK atau Pengawas Pekerjaan akan menyampaikan
pemberitahuan Cacat Mutu kepada Penyedia segera
Mutu
setelah ditemukan Cacat Mutu tersebut. Penyedia
bertanggung jawab atas cacat mutu selama Masa
Kontrak dan Masa Pemeliharaan.

76.2 Terhadap pemberitahuan Cacat Mutu tersebut,


Penyedia berkewajiban untuk memperbaiki Cacat
Mutu dalam jangka waktu yang ditetapkan dalam
pemberitahuan.

123
124
76.3 Jika Penyedia tidak memperbaiki Cacat Mutu dalam
jangka waktu yang ditentukan maka PPK,
berdasarkan pertimbangan dari Pengawas Pekerjaan,
berhak untuk secara langsung atau melalui pihak
ketiga yang ditunjuk oleh PPK melakukan perbaikan
tersebut. Penyedia segera setelah menerima klaim
PPK secara tertulis berkewajiban untuk mengganti
biaya perbaikan tersebut. PPK dapat memperoleh
penggantian biaya dengan memotong pembayaran
atas tagihan Penyedia yang jatuh tempo (jika ada)
atau uang retensi atau pencairan Surat Jaminan
Pemeliharaan atau jika tidak ada maka biaya
penggantian akan diperhitungkan sebagai utang
Penyedia kepada PPK yang telah jatuh tempo.

76.4 PPK dapat mengenakan Denda Keterlambatan untuk


setiap keterlambatan perbaikan Cacat Mutu, dan
mendaftar-hitamkan Penyedia.

77. Kegagalan 77.1 Jika Hasil Pekerjaan sebagaimana ditetapkan dalam


Bangunan SSKK berupa bangunan maka PPK dan/atau
Penyedia terhitung sejak tanggal penandatanganan
berita acara penyerahan akhir bertanggung jawab
atas kegagalan bangunan sesuai dengan kesalahan
masing- masing selama umur konstruksi yang
tercantum dalam SSKK tetapi tidak lebih dari 10
(sepuluh) tahun.

77.2 Penyedia berkewajiban untuk melindungi,


membebaskan, dan menanggung tanpa batas PPK
beserta instansinya terhadap semua bentuk tuntutan,
tanggung jawab, kewajiban, kehilangan, kerugian,
denda, gugatan atau tuntutan hukum, proses
pemeriksaan hukum, dan biaya yang dikenakan
terhadap PPK beserta instansinya (kecuali kerugian
yang mendasari tuntutan tersebut disebabkan
kesalahan atau kelalaian PPK) sehubungan dengan
klaim kehilangan atau kerusakan harta benda, dan
cidera tubuh, sakit atau kematian pihak ketiga yang
timbul dari kegagalan bangunan.

77.3 Pertanggungan asuransi yang dimiliki oleh Penyedia


tidak membatasi kewajiban penanggungan Penyedia
dalam angka 77 ini.

77.4 Penyedia berkewajiban untuk menyimpan dan


memelihara semua dokumen yang digunakan dan
terkait dengan pelaksanaan ini selama umur
konstruksi yang tercantum dalam SSKK tetapi tidak
lebih dari 10 (sepuluh) tahun.

124
125
H. PENYELESAIAN PERSELISIHAN

78. Penyelesaian 78.1 Para Pihak berkewajiban untuk berupaya sungguh-


Perselisihan sungguh menyelesaikan secara damai semua
perselisihan yang timbul dari atau berhubungan
dengan Kontrak ini atau interpretasinya selama atau
setelah pelaksanaan pekerjaan ini.

78.2 Penyelesaian perselisihan atau sengketa antara


para pihak dalam Kontrak dapat dilakukan melalui
musyawarah, arbitrase, mediasi, konsiliasi atau
pengadilan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang- undangan.
79. Itikad Baik 79.1 Para pihak bertindak berdasarkan asas saling
percaya yang disesuaikan dengan hak-hak yang
terdapat dalam kontrak.

79.2 Para pihak setuju untuk melaksanakan


perjanjian dengan jujur tanpa menonjolkan
kepentingan masing-masing pihak.

79.3 Apabila selama kontrak, salah satu pihak merasa


dirugikan, maka diupayakan tindakan yang terbaik
untuk mengatasi keadaan tersebut.
80. Pemeriksaan dan 80.1 Penyedia mensyaratkan agennya (dinyatakan
Audit oleh maupun tidak), subpenyedia, subkonsultan, beserta
Lembaga personilnya untuk mengizinkan Lembaga
Penanggung Penanggung Jawab (Executing Agency) dan/atau
Jawab dan atau Bank Dunia atau pihak yang ditunjuk oleh executing
Bank Dunia agency atau Bank untuk melakukan pemeriksaan
terhadap hal- hal yang berkaitan dengan
pelaksanaan kontrak dan pemasukan penawaran.
Buku dan catatan yang terkait dengan pelaksanaan
kontrak atau pemasukan dokumen penawaran, jika
diperlukan, dapat di audit oleh auditor yang ditunjuk
oleh executing agency dan / atau Bank. Penyedia
harus memperhatikan ketentuan butir 4 mengenai
Larangan Praktek Korupsi, Kolusi dan Nepotisme
serta Penipuan yang mengatur, antara lain, bahwa
perbuatan-perbuatan yang secara material
menghalangi pelaksanaan hak Lembaga
Penanggung Jawab dan/atau Bank untuk melakukan
pemeriksaan dan audit berdasarkan butir 40
merupakan hal-hal yang dilarang yang dapat
mengakibatkan pemutusan kontrak.

125
126

BAB IX. SYARAT-SYARAT KHUSUS KONTRAK (SSKK)


[Syarat-Syarat Khusus Kontrak (SSKK) berikut ini merupakan bagian yang tak terpisahkan
Syarat-Syarat Umum Kontrak (SSUK). Apabila terdapat pertentangan maka ketentuan SSKK
lebih tinggi daripada ketentuan SSUK].

Kondisi Ayat Data


Korespondensi 6.1 Alamat Para Pihak sebagai berikut:

Satuan Kerja PPK:


Nama : PPK Air Minum Provinsi Jawa Barat
Alamat : Gedung PIP2B Jalan Turangga No 5-7
Bandung 40263
Telepon : (022) 731-3842
Website : www.pu.go.id
Faksimili : (0751) 442928
e-mail : bppw_jabar@pu.go.id

Penyedia:
Nama : ...................................
Alamat : ...................................
Telepon : ..................................
Website : ..................................
Faksimili : ..................................
e-mail : ..................................

Wakil Sah Para 7.1 Wakil Sah Para Pihak sebagai berikut:
Pihak
Untuk PPK : PPK Air Minum

Untuk Penyedia : ........................................

Pengawas Pekerjaan ..................................... sebagai wakil


sah PPK (akan ditentukan kemudian)

Masa Berlaku 15.1 Kontrak mulai berlaku sejak: …………. s.d …………. 2022
Kontrak

126
127
Jadwal 15.2 Kontraktor harus menyelesaikan pekerjaan selama:
Pelaksanaan
240 (Dua ratus empat puluh) hari kalender.
Pekerjaan
Sesuai dengan contoh pada Lampiran 4.

Masa Pemeliharaan 32.7 Masa Pemeliharaan berlaku selama: 180 (seratus


delapan puluh) hari kalender.

Umur Konstruksi 32.11 Bangunan Hasil Pekerjaan memiliki umur konstruksi: 20


(Dua puluh) tahun sejak tanggal penanda-tanganan
Berita Acara penyerahan akhir.
Pedoman 34.1 Penyedia jasa wajib menyerahkan gambar ”As-built”
Pengoperasian dan dan pedoman pengoperasian dan perawatan yang
Perawatan harus diserahkan selambat-lambatnya 30 (tiga puluh)
hari kalender setelah tanggal penandatanganan Berita
Acara penyerahan awal.

Tindakan Penyedia 53.1 Tindakan lain oleh Penyedia yang memerlukan


yang Mensyaratkan persetujuan PPK adalah:
Persetujuan PPK
atau Pengawas 1. Menambahkan dan/atau mengurangi volume
Pekerjaan pekerjaan yang menimbulkan perubahan nilai
kontrak;
2. Menambah jenis item pekerjaan baru;
3. Menambah dan/atau mengurangi nilai kontrak;
4. Merubah jadwal pelaksanaan pekerjaan;
5. Persetujuan pembayaran prestasi pekerjaan.
6. adanya pekerjaan yang tidak sesuai dengan
construction drawing

Tindakan lain oleh Penyedia yang memerlukan


persetujuan Pengawas Pekerjaan adalah:
1. Merubah dan merevisi spesifikasi teknis;
2. Metode dan izin pelaksanaan pekerjaan;
3. Pengesahan rancangan mutu kerja;
4. Pengujian mutu bahan dan hasil kerja;
5. Pengesahan perbaikan cacat mutu pekerjaan;
6. Pengesahan hasil prestasi pekerjaan di lapangan.

Penyedia tidak boleh memulai suatu pekerjaan,


termasuk mobilisasi dan / atau kegiatan pra- konstruksi
(misalnya izin terbatas untuk jalan angkut, akses lokasi
dan penyiapan lokasi kerja, penyelidikan geoteknik atau
investigasi untuk pemilihan lokasi untuk Quarry dan
Borrow Pits), kecuali PPK dapat menerima bahwa
langkah- langkah yang tepat dilakukan untuk mengatasi
risiko dan dampak terhadap Lingkungan, Sosial,
Kesehatan dan Keselamatan Kerja.

127
128
Minimal, Kontraktor akan menerapkan Strategi
Pengelolaan dan Rencana Pelaksanaan serta Kode Etik,
yang diajukan sebagai bagian dari Penawaran dan
disetujui sebagai bagian dari Kontrak. Penyedia harus
menyerahkan, secara berkelanjutan, dengan
persetujuan terlebih dahulu oleh PPK, Strategi
Pengelolaan dan Rencana Pelaksanaan tambahan
sebagaimana diperlukan untuk mengelola risiko dan
dampak terhadap LSK3 dari pekerjaan yang sedang
berlangsung berdasarkan Environmental and Social
Codes of Practices dan/atau rekomendasi mitigasi dari
hasil kajian lingkungan dan sosial (ESIA/AMDAL/UKL-
UPL/LARAP/IPP/Social Assessment) yang dilakukan
oleh Pemrakarsa Proyek (lihat Lampiran Syarat-Syarat
Khusus). Strategi Pengelolaan dan Rencana
Pelaksanaan ini secara kolektif terdiri dari Rencana
Kerja Pengelolaan dan Pemantauan (RKPPL). RKPPL
harus disetujui sebelum dimulainya kegiatan konstruksi
(misalnya penggalian, pekerjaan tanah, pekerjaan
jembatan dan struktur, pengalihan aliran dan jalan serta
jalan akses, penggalian atau ekstraksi bahan,
pembuatan beton dan pembuatan aspal). RKPPL yang
disetujui, harus ditinjau secara berkala (tetapi tidak
kurang dari setiap enam (6) bulan), dan diperbarui
secara tepat waktu, sebagaimana diperlukan, oleh
Penyedia untuk memastikan bahwa itu berisi langkah-
langkah yang sesuai dengan kegiatan Pekerjaan yang
akan dilakukan. RKPPL yang diperbarui harus mendapat
persetujuan terlebih dahulu dari PPK.

“Selain laporan kemajuan, Penyedia juga harus


memberikan laporan tentang matrik Lingkungan, Sosial,
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (LSK3)). Selain
laporan LSK3, Penyedia juga akan segera memberikan
pemberitahuan kepada PPK tentang insiden dalam
kategori berikut. Rincian lengkap insiden tersebut harus
diberikan kepada PPK dalam
jangka waktu yang disepakati dengan PPK.
i. konfirmasi atau kemungkinan pelanggaran apapun
terhadap hukum atau perjanjian internasional;
ii. setiap kematian atau cedera serius (cacat total);
iii. efek merugikan yang signifikan atau kerusakan
pada milik pribadi (mis. kecelakaan kendaraan,
kerusakan akibat fly rock, bekerja di luar batas)
iv. polusi utama terhadap sumber air minum atau
kerusakan atau perusakan habitat langka atau
terancam punah (termasuk kawasan lindung) atau
spesies; atau.
v. setiap tuduhan pelecehan seksual atau perilaku
seksual yang salah, pelecehan anak, pencemaran,
atau pelanggaran lain yang melibatkan anak-anak.

128
129
Kepemilikan 55.1 Penyedia diperbolehkan menggunakan salinan dokumen
Dokumen dan piranti lunak yang dihasilkan dari Pekerjaan
Konstruksi ini dengan pembatasan
sebagai berikut: penelitian dan riset.

Pencairan Jaminan 61 Jaminan dicairkan dan disetorkan pada Kas Negara


Fasilitas 63.1 PPK akan memberikan fasilitas berupa : Tidak ada
Sumber Kontrak Pengadaan Pekerjaan Konstruksi ini
Pembiayaan dibiayai Pemerintah Indonesia (APBN) dan IBRD LN
8872-ID
Pembayaran Uang 67.1 Penyedia Pekerjaan Konstruksi ini dapat diberikan uang
Muka muka.
Uang muka diberikan sebesar: 15% (lima belas) dari
nilai kontrak.
Pembayaran 67.2 Batas akhir waktu yang disepakati untuk penerbitan SPP
Tagihan oleh PPK untuk pembayaran tagihan angsuran adalah 7
(tujuh) hari kalender terhitung sejak tagihan dan
kelengkapan dokumen penunjang
yang tidak diperselisihkan diterima oleh PPK.
Pembayaran 67.2 Pembayaran prestasi pekerjaan dilakukan dengan cara
Prestasi Pekerjaan termijn dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Pembayaran dilakukan senilai pekerjaan yang telah
terpasang, tidak termasuk bahan/material yang ada di
lokasi pekerjaan.
2. Untuk pipa Jaringan Distribusi Utama (JDU) dalam
volume besar bisa mengajukan pembayaran setelah
memenuhi ketentuan:
- Perhitungan pembayaran sesuai dengan ketentuan
Spesifikasi Teknis Bab X.3.B.1.1 Pengukuran dan
Pembayaran, dan akan dibayarkan sebesar 70 %.
Pembayaran berdasarkan cara tersebut di atas
dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:
Pembayaran sesuai dengan hasil opname pekerjaan.
Dokumen penunjang yang disyaratkan untuk
mengajukan tagihan pembayaran prestasi pekerjaan:
hasil pengukuran, hasil tes lapangan, sertifikat barang
dll.

Batas akhir waktu yang disepakati untuk penerbitan SPP


oleh PPK untuk pembayaran tagihan angsuran adalah 7
(tujuh) hari kalender terhitung sejak tagihan dan
kelengkapan dokumen penunjang yang tidak
diperselisihkan diterima oleh PPK.
Peristiwa 64.1 Ketentuan selain yang diatur dalam SSUK mengenai
Kompensasi pemberian peristiwa kompensasi adalah: Tidak ada.

Denda 67.3 Untuk pekerjaan ini, besar denda keterlambatan untuk


setiap hari keterlambatan adalah 1/1000 (satu perseribu)
dari harga kontrak

129
130
[Penyesuaian 71 Untuk pekerjaan ini tidak ada penyesuaian harga
Harga]

130
131
Penyelesaian 78.2 Jika perselisihan Para Pihak mengenai pelaksanaan
Perselisihan Kontrak tidak dapat diselesaikan secara damai maka
Para Pihak menetapkan lembaga penyelesaian
perselisihan tersebut di bawah sebagai Pemutus
Sengketa:

[Pengadilan Republik Indonesia yang


berkompeten/Badan Arbitrase Nasional Indonesia
(BANI)]

[Jika BANI yang dipilih sebagai Lembaga Pemutus


Sengketa maka cantumkan klausul arbitrase berikut
tepat di bawah pilihan yang dibuat di atas:
“Semua sengketa yang timbul dari Kontrak ini, akan
diselesaikan dan diputus oleh Badan Arbitrase
Nasional Indonesia (BANI) menurut peraturan-
peraturan administrasi dan peraturan-peraturan
prosedur arbitrase BANI, yang keputusannya mengikat
kedua belah pihak yang bersengketa sebagai
keputusan tingkat pertama dan terakhir. Para Pihak
setuju bahwa jumlah arbitrator adalah 3 (tiga) orang.
Masing-masing Pihak harus menunjuk seorang
arbitrator dan kedua arbitrator yang ditunjuk oleh Para
Pihak akan memilih arbitrator ketiga yang akan
bertindak sebagai pimpinan arbitrator.”]

Lampiran A – Syarat-Syarat Khusus Kontrak Personil Inti, Subpenyedia dan Peralatan

- Personil Inti yang ditugaskan: [cantumkan nama, uraian detil tanggung jawab kerja,
minimum kualifikasi, dan jumlah orang bulan]

- Subpenyedia yang ditunjuk: [cantumkan nama Subpenyedia (jika ada) berikut uraian
personilnya seperti uraian personil Penyedia di atas]

- Peralatan yang digunakan: [cantumkan jenis peralatan khusus yang disyaratkan untuk
pelaksanaan pekerjaan]

Lampiran B – Syarat-Syarat Khusus Kontrak Kode Etik LSK3, dan SPRP-LSK3

- Kode Etik (Lingkungan, Sosial, Kesehatan dan Keselamatan Kerja)


- Strategi Pengelolaan dan Rencana Pelaksanaan (SPRP) untuk mengelola resiko Lingkungan,
Sosial, Kesehatan dan Keselamatan Kerja (LSK3)

131
132

BAB X. SPESIFIKASI TEKNIS DAN GAMBAR


*)
Bila ada perbedaan antara Spesifikasi Teknis dan Gambar, maka yang diacu adalah Spesifikasi
Teknis.
133

KERANGKA ACUAN KERJA DAN INFORMASI KEGIATAN

OPTIMALISASI SPAM SUKATANI KABUPATEN BEKASI (NUWSP)

1. Latar Belakang

Dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan seperti yang diamanatkan dalam Peraturan
Pemerintah No. 122 Tahun 2015 tentang sistem penyediaan air minum, bahwa penyediaan air
minum adalah kegiatan menyediakan air minum untuk memenuhi kebutuhan masyarakat agar
mendapatkan kehidupan yang sehat, bersih, dan produktif yang memenuhi syarat kualitas,
kuantitas, dan kontinuitas sesuai dengan standar yang ditetapkan.

PDAM Tirta Bhagasasi Kabupaten Bekasi dalam upaya memenuhi kebutuhan tersebut,
jaringan distribusi dan bangunan pelengkapnya sebagai salah satu prasarana penunjang untuk
meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan harus dapat berfungsi dengan baik. Pelayanan
air minum wilayah pelayanan Sukatani, saat ini kondisinya tidak optimal dikarenakan sebagian
besar kondisi pipa distribusi telah melebihi umur teknis. Serta tidak meratanya pendistribusian
dan jenis pipa yang terpasang (terutama ACP yang tidak layak untuk distribusi air minum)
mengkibatkan sistem yang ada tdiak optimal. Atas dasar pertimbangan di atas maka
diperlukan suatu kegiatan optimalisasi.

2. Maksud dan Tujuan Kegiatan

Maksud dari Kegiatan Optimalisasi SPAM Sukatani Kabupaten Bekasi ini adalah untuk
memenuhi kebutuhan infrastruktur air minum di tiga Kecamatan Kabupaten Bekasi, yakni
Kecamatan Sukatani.

Tujuan dari kegiatan optimalisasi ini adalah untuk mengembangkan SPAM dalam rangka
pemenuhan kebutuhan pelayanan minimal, untuk memperluas jangkauan air minum yang
dilakukan secara bertahap dan meningkatkan akses pelayanan air minum yang memenuhi
standar 4K (Kualitas, Kuantitas, Kontinuitas dan Keterjangkauan) melalui jaringan perpipaan
untuk masyarakat di kawasan tiga wilayah Kecamatan tersebut di atas.

3. Kegiatan yang dilaksanakan

Uraian kegiatan meliputi:

3.1. Pekerjaan Persiapan, mencakup:

Sewa kantor; Gudang & los kerja; Papan nama proyek; Pengukuran kembali jalur pipa;
Mobilisasi dan demobilisasi (pekerja dan peralatan termasuk mesin BORING MANUAL);
Pelaporan, dokumentasi dan as built drawing.

3.2. Pekerjaan pengadaan dan pemasangan pipa distribusi lengkap dengan aksesoris,
mencakup:

Pekerjaan Geolistrik; Pengadaan pipa dan aksesoris (HDPE, GIP, dan PVC); Pemasangan
pipa dan aksesoris (HDPE, GIP, dan PVC); Pekerjaan jembatan pipa; Pekerjaan pengetesan
pipa, Pekerjaan pemberishan (flushing) pipa; dan Pekerjaan lain-lain (pemasangan PRV dia.
134

300 mm lengkap dengan chamber).

3.3. Penanganan K3 dan Pencegahan Covid-19 (SMK3), mencakup:

Penyiapan RK3K (penyiapan manual, prosedur, instruksi & ijin kerja), Kartu identitas pekerja);
Sosialisasi dan promosi K3; Alat pelindung kerja (APK); Alat pelindung diri (APD); P3K;
Rambu-rambu/Petunjuk; Kerjasama dengan fasilitas kesehatan setempat; Tenda ruang klinik;
Protokol pencegahan Covid 19; dan Lain-lain Pengendalian resiko K3.

3.4. Pekerjaan pengadaan dan pemasangan Electromagnetic Flowmeter dan Data Loger

Pekerjaan butir 3.4 ini dilaksanakan di sembilan lokasi District Meter Area (DMA), yakni di Jl.
Kertahayu, Jl. Karang Gedang, Jl. Ir. H. Juanda, Jl. Siliwangi, Jl. RE. Martadinata, Jl. Kartini, Jl.
Yos Sudarso, Jl. Jend. A. Yani, dan Jl. Rumah Sakit. Keselurhan pekerjaan di sembilan lokasi
ini termasuk pembuatan boks, pengadaan dan pemasangan Electromagnetic Flowmeter
lengkap dengan aksesoris berikut setting dan pemasangannya.

4. Waktu pelaksanaan kegiatan


Jangka Waktu Pelaksanaan kegiatan dilaksanakan selama 240 (dua ratus empat puluh) hari
kalender.
135

BAB X.1 SPESIFIKASI TEKNIS

I. RUANG LINGKUP
Persyaratan Teknis Umum ini merupakan persyaratan dari segi teknis yang
secara umum berlaku untuk seluruh bagian pekerjaan dimana persyaratan ini
bisa diterapkan untuk “Optimalisasi SPAM Sukatani Kabupaten Bekasi
(NUWSP)”. Secara lengkap seluruh jenis pekerjaan tersebut dapat dilihat pada
Bill Of Quantity (BQ) dan BQ bersifat tidak mengikat.

1. Lingkup pekerjaan termasuk tetapi tidak terbatas pada hal-hal sebagai berikut:
a. Penugasan tenaga pelaksana lapangan yang mampu mengelola dan
mengkoordinasikan pelaksanaan pekerjaan di lapangan
b. Koordinasi dengan semua pihak yang berhubungan dengan pekerjaan
yang ditugaskan
c. Pengadaan bahan/material yang sesuai dengan spesifikasi teknis
d. Pengadaan tenaga-tenaga kerja yang ahli/terlatih dan berpengalaman pada
bidangnya dan dapat melaksanakan pekerjaan dengan baik sesuai dengan
ketentuan/petunjuk Direksi/Pengawas
e. Pembuatan shop drawing (gambar kerja) dan as built drawing (gambar
terlaksana)
f. Pembuatan laporan administrasi pelaksanaan pekerjaan secara berkala
g. Penjagaan kebersihan, kerapian dan keamanan area kerja
2. Persyaratan Teknis Umum ini menjadi satu kesatuan dengan Persyaratan Teknis
Khusus Pelaksanaan Pekerjaan dan secara bersama-sama merupakan
persyaratan dari segi teknis bagi seluruh pekerjaan.
3. Dalam hal dimana ada bagian dari Persyaratan Teknis Umum ini, yang tidak
dapat diterapkan pada bagian pekerjaan maka bagian dari Persyaratan Teknis
Umum tersebut dengan sendirinya dianggap tidak berlaku.

II. REFERENSI
1. Seluruh pekerjaan harus dilaksanakan dengan mengikuti dan memenuhi
persyaratan-persyaratan teknis yang tertera dalam persyaratan Normalisasi
Indonesia (NI), Standar Industri Indonesia (SII), Peraturan-peraturan Nasional
dan Peraturan-peraturan setempat lainnya yang berlaku atas jenis-jenis pekerjaan
yang bersangkutan antara lain:
a. AV: Algemene Voorwarden voor de Uitvoering bij Aanneming Openbare
Werken in Indonesia 28 Mei 1941.
b. NI • 2 (1971) Peraturan Beton Bertulang Indonesia
c. NI • 3 (1970) Peraturan Umum Untuk Bahan Bangunan di Indonesia
d. SII – 0193: Mutu dan Cara Uji Baja Strip (1978)
e. Mutu dan Cara Uji Sement Beton (SII 0052-80)
f. Mutu dan Cara Uji Sement Portland (SII 0013-81)
g. Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia (PUBI-1982)/NI-3
h. ACI-318 M-83 & ACI-350 R-83: Peraturan Beton Bertulang untuk USA 1983,
yang berlaku secara Internasional
i. Peraturan perencanaan tahan gempa Indonesia untuk Gedung 1983
j. Pedoman perencanaan untuk struktur beton bertulang biasa dan struktur
tembok bertulang untuk gedung 1983
k. Jaringan Kawat Baja Las untuk Tulangan Beton (SII 0784-83)
l. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 307B/1983
136

m. Baja Tulangan Beton (SII 0136-84)


n. Peraturan Beton Bertulang untuk Indonesia 1989 (PBI 1989)
o. SNI – 03 – 1972– 1990 Metoda Pengujian Slump Beton
p. Tata cara perhitungan Struktur Beton untuk bangunan gedung (SK SNI T- 15-
1991-03)
q. SNI – 03 – 4810 – 1998 Metoda Pengujian Kuat Tekan Beton
r. SNI - 03 – 6481 – 2000 Plumbing
s. SNI – 03 – 1968 – 2000 Analisis Saringan Agregat Halus dan Kasar
t. SNI 13 – 3472 – 2002 Pengelasan Saluran Pipa dan Faslitas Terkait
u. SNI – 03 – 2847 – 2002: Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk
Bangunan Gedung
v. NI • 5Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia
w. SII – 0285: Mutu dan Cara Uji Beton Bertulang
x. SII – 0289: Mutu dan Cara Uji Beton Pejal
y. AVWI: Peraturan Pelaksanaan Bangunan Air
z. NI • 8 Peraturan Semen Portland Indonesia
aa. Peraturan Pelaksanaan Konstruksi Baja Indonesia
bb. ASTM C-33 Standard Specification for concrete Agregates
cc. ASTM D/698 Standard Proctor Compaction Test
dd. Standar Industri Indonesia (SII)
ee. American Socicty for testing and Material setempat (ASTM)
ff. Peraturan bangunan jalan dari Direktorat Jendral Bina Marga
gg. Peraturan ketenaga-kerjaan di Indonesia
hh. Peraturan umum dari Dinas Keselamatan Kerja
ii. Peraturan Pembangunan Pemerintah Daerah setempat
Untuk pekerjaan-pekerjaan yang belum termasuk dalam standart- standart yang
disebut diatas, maupun standart-standart Nasional lainnya, maka diberlakukan
standart-standart Internasional yang berlaku atas pekerjaan- pekerjaan tersebut atau
setidak-tidaknya berlaku standart-standart Persyaratan Teknis dari Negara-negara
asal bahan/pekerjaan yang bersangkutan dan dari produk yang ditentukan pabrik
pembuatnya.

2. Dalam hal dimana ada bagian pekerjaan yang persyaratan teknisnya tidak diatur
dalam Persyaratan Teknis Umum dan Khusus maupun salah satu dari ketentuan
yang disebutkan dalam ayat 1 diatas, maka atas bagian pekerjaan tersebut
Penyedia Jasa harus mengajukan salah satu dari persyaratan-persyaratan berikut
ini guna disepakati oleh Direksi/Pengawas untuk dipakai sebagai patokan
persyaratan teknis:
a. Standart/norma/kode/pedoman yang bisa diterapkan pada bagian pekerjaan
bersangkutan yang diterbitkan oleh Instansi/Institusi/Assosiasi,
Profesi/Assosiasi, atau Produsen/Lembaga Pengujian atau Badan-badan lain
yang berwenang/berkepentingan atau Badan-badan yang bersifat
Internasional ataupun Nasional dari Negara lain, sejauh bahwa hal tersebut
diperoleh persetujuan dari Direksi/Pengawas.
b. Brosur teknis dari produsen yang didukung dengan sertifikat dari Lembaga
Pengujian yang diakui secara Nasional/Internasional.

III. BAHAN
1. Baru/Bekas.
Kecuali ditetapkan lain secara khusus, maka semua bahan yang dipergunakan
dalam/untuk pekerjaan ini harus merupakan bahan yang baru, penggunaan
bahan bekas dalam komponen kecil maupun besar sama sekali tidak
137

diperbolehkan/dilarang digunakan.
2. Tanda Pengenal.
Dalam hal dimana pabrik/produsen bahan mengeluarkan tanda pengenal untuk
produk bahan yang dihasilkannya, baik berupa cap/merk dagang pengenal
pabrik/produsen ataupun sebagai pengenal kwalitas/kelas/kapasitas, maka
semua bahan dari pabrik/produsen bersangkutan yang dipergunakan dalam
pekerjaan ini harus mengandung tanda pengenal tersebut.

3. Merk Dagang dan Kesetarafan.


a. Penyebutan sesuatu merk dagang bagi suatu bahan/produk didalam
Persyaratan Teknis harus diartikan sebagai persyaratan kesetarafan kwalitas
penampilan (Performance) dari bahan/produk tersebut, yang mana
dinyatakan dengan kata-kata "atau yang setaraf".
b. Penggunaan bahan/produk lain yang dapat dibuktikan mempunyai kwalitas
penampilan yang setaraf dengan bahan/produk yang memakai merk dagang
yang disebutkan, dapat diterima sejauh bahwa untuk itu sebelumnya telah
diperoleh persetujuan tertulis dari Direksi/Pengawas atau kesetarafan
tersebut.
c. Penggunaan bahan/produk yang disetujui sebagai "setaraf” tidak dianggap
sebagai perubahan pekerjaan dan karenanya perbedaan harga dengan
bahan produk yang disebutkan merk dagangnya akan diabaikan.
d. Sejauh bisa memenuhi persyaratan teknis yang ditetapkan, penggunaan
produksi dalam Negeri lebih diutamakan.

4. Penggantian (Substitusi).
a. Penyedia Jasa bisa mengajukan usulan untuk menggantikan sesuatu
bahan/produk dengan sesuatu bahan/produk lain dengan penampilan yang
setaraf dengan yang dipersyaratkan.
b. Dalam persetujuan atas sesuatu penggantian (substitusi), perbedaan harga
yang ada dengan bahan/produk yang dipersyaratkan akan diperhitungkan
sebagai perubahan pekerjaan dengan ketentuan sebagai berikut:
a) Dalam hal dimana penggantian disebabkan karena kegagalan Penyedia
Jasa untuk mendapatkan bahan/produk seperti yang dipersyaratkan,
maka perubahan pekerjaan yang bersifat biaya tambah dianggap tidak
ada.
b) Dalam hal dimana penggantian dapat disepakati oleh Direksi/Pengawas
dan PPK sebagai masukan (input) baru yang menyangkut nilai-nilai
tambah, maka perubahan pekerjaan mengakibatkan biaya tambah dapat
diperkenankan.

5. Persetujuan Bahan.
a. Untuk menghindarkan penolakan bahan di lapangan, dianjurkan dengan
sangat agar sebelum sesuatu bahan/produk akan dibeli/dipesan/diproduksi,
terlebih dahulu dimintakan persetujuan dari Direksi/Pengawas atau
kesesuaian dari bahan/produk tersebut pada Persyaratan Teknis, yang mana
akan diberikan dalam bentuk tertulis yang dilampirkan pada contoh/brosur
dari bahan/produk yang bersangkutan untuk diserahkan kepada
Direksi/Pengawas Lapangan.
b. Penolakan bahan dilapangan karena diabaikannya prosedur diatas
sepenuhnya merupakan tanggung jawab Penyedia Jasa, dan tidak dapat
diberikan pertimbangan keringanan apapun.
c. Adanya persetujuan tertulis dengan disertai contoh/brosur seperti tersebut
diatas tidak merupakan jaminan akan diterima/disetujuinya seluruh
bahan/produk tersebut dilapangan jika dapat dibuktikan bahwa bahan/produk
138

tersebut palsu, cacat, tidak berfungsi normal, dan atau merupakan barang
bekas.

6. Contoh.
Pada waktu memintakan persetujuan atas bahan/produk kepada Direksi/
Pengawas harus disertakan contoh dari bahan/produk tersebut dengan ketentuan
sebagai berikut:

a. Jumlah Contoh.
a) Untuk bahan/produk bila tidak dapat diberikan sesuatu sertifikat
pengujian yang dapat disetujui/diterima oleh Direksi/Pengawas sehingga
oleh karenanya perlu diadakan pengujian, kepada Direksi/Pengawas
harus diserahkan sejumlah bahan produk sesuai dengan persyaratan
yang ditetapkan dalam standart prosedur pengujian, untuk dijadikan
benda uji guna diserahkan pada Badan/Lembaga Penguji yang ditunjuk
oleh Direksi/Pengawas.
b) Untuk bahan/produk yang dapat ditunjukkan sertifikat pengujian yang
dapat disetujui/diterima oleh Direksi/Pengawas, kepada
Direksi/Pengawas harus diserahkan contoh yang disertai dengan salinan
sertifikat pegujian yang bersangkutan.
b. Contoh yang Disetujui.
a) Dari contoh yang diserahkan kepada Direksi/Pengawas atau contoh
yang telah memperoleh persetujuan dari Direksi/Pengawas harus dibuat
suatu keterangan tertulis mengenai persetujuannya dan disamping itu
oleh Direksi/Pengawas harus dipasangkan tanda pengenal
persetujuannya pada contoh yang akan dipegang oleh
Direksi/Pengawas. Bila dikehendaki, Penyedia Jasa dapat meminta
sejumlah set tambahan dari contoh berikut tanda pengenal persetujuan
dan surat keterangan persetujuan untuk kepentingan dokumentasi
sendiri. Dalam hal demikian jumlah contoh yang harus diserahkan
kepada Direksi/Pengawas harus ditambah seperlunya sesuai dengan
kebutuhan tambahan tersebut.
b) Pada waktu Direksi/Pengawas sudah tidak lagi membutuhkan contoh
yang disetujui tersebut untuk pemeriksaan bahan produk bagi pekerjaan,
Penyedia Jasa berhak meminta kembali contoh tersebut untuk
dipasangkan pada pekerjaan.
c. Waktu Persetujuan Contoh
a) Adalah tanggung jawab dari Penyedia Jasa untuk mengajukan contoh
pada waktunya, sedemikian sehingga pemberian persetujuan atau
contoh tersebut tidak akan menyebabkan keterlambatan pada jadwal
pengadaan bahan.
b) Untuk bahan/produk yang persyaratannya tidak dikaitkan dengan
kesetarafan pada suatu merk dagang tertentu, keputusan atau contoh
akan diberikan oleh Direksi/Pengawas dalam waktu tidak lebih dari 10
(sepuluh) hari kerja. Dalam hal dimana persetujuan tersebut akan
melibatkan keputusan tambahan diluar Persyaratan Teknis (seperti
penentuan model, warna, dll.), maka keseluruhan keputusan akan
diberikan dalam waktu tidak lebih dari 21 (dua puluh satu) hari kerja.
c) Untuk bahan produk yang masih harus dibuktikan kesetarafannya dengan
sesuatu merk dagang yang disebutkan, keputusan atau contoh akan
diberikan oleh Direksi/Pengawas dalam waktu 21 (dua puluh satu) hari
kerja sejak dilengkapinya pembuktian kesetarafan.
d) Untuk bahan/produk yang bersifat pengganti (substitusi), keputusan
persetujuan akan diberikan oleh Direksi/Pengawas dalam jangka waktu
30 (tiga puluh) hari sejak diterimanya bahan/produk pengganti lengkap
139

dengan seluruh bahan-bahan pertimbangannya.


e) Untuk bahan/produk yang bersifat peralatan/perlengkapan ataupun
produk lain yang karena sifat/jumlah/harga pengadaannya tidak
memungkinkan untuk diberikan contoh dalam bentuk bahan/produk jadi,
permintaan persetujuan bisa diajukan berdasarkan brosur dari produk
tersebut, yang mana harus dilengkapi dengan:
 Spesifikasi teknis lengkap yang dikeluarkan oleh pabrik/produsen
 Surat-surat seperlunya dari agen/importir, sesuai keagenan, surat
jaminan suku cadang dan jasa purna penjualan (after sales service)
dan lain-lain.
 Katalog untuk warna, pekerjaan penyelesaian (finishing) dan lain-lain.
 Sertifikat pengujian, penetapan kelas dan dokumen-dokumen lain
sesuai petunjuk Direksi/Pengawas
f) Apabila setelah melewati waktu yang ditetapkan diatas, keputusan atas
contoh dari bahan/produk yang diajukan belum diperoleh tanpa
pemberitahuan tertulis apapun dari Direksi/Pengawas, maka dengan
sendirinya dianggap bahwa contoh yang diajukan telah disetujui oleh
Direksi/Pengawas.

7. Penyimpanan Bahan.
a. Persetujuan atas sesuatu bahan/produk harus diartikan sebagai perijinan
untuk memasukkan bahan/produk tersebut dengan tetap berada dalam
kondisi layak untuk dipakai. Apabila selama waktu penyimpanan ternyata
ditemukan bahwa bahan/produk tersebut menjadi tidak lagi layak untuk
dipakai dalam pekerjaan, Direksi/Pengawas berhak untuk memerintahkan
agar:
a) Bahan/Produk tersebut segera diperbaiki sehingga kembali menjadi
layak untuk dipakai.
b) Dalam hal dimana perbaikan tidak lagi mungkin dilaksanakan, maka
bahan/produk tersebut harus segera dikeluarkan dari lokasi pekerjaan
dalam jangka waktu 2 x 24 jam untuk diganti dengan yang memenuhi
persyaratan.
b. Untuk bahan/produk yang mempunyai umur pemakaian tertentu
penyimpanannya harus dikelompokkan menurut umur pemakaian yang mana
harus dinyatakan dengan tanda pengenal dengan ketentuan sebagai berikut:
a) Terbuat dari kaleng atau kertas karton yang tidak akan rusak selama
proses penyimpanan
b) Berukuran minimal 40 x 60 cm
c) Huruf berukuran minimum 10 cm dengan warna merah
d) Diletakkan ditempat yang mudah terlihat
c. Penyusunan bahan sejenis selama penyimpanan harus diatur sedemikian
rupa, sehingga bahan yang terlebih dulu masuk akan pula terlebih dulu
dikeluarkan untuk dipakai dalam pekerjaan.

IV. PELAKSANAAN
1. Rencana Pelaksanaan
a. Dalam waktu 7 (tujuh) hari sejak ditanda-tanganinya Surat Perintah Kerja
(SPK) oleh kedua belah pihak, Penyedia Jasa harus menyerahkan kepada
Direksi/Pengawas sebuah Network Planning mengenai seluruh kegiatan
yang akan dilakukan untuk melaksanakan pekerjaan dalam bentuk diagram
urutan kegiatan yang logis serta menunjukkan kaitan/hubungan antara
seluruh kegiatan-kegiatan tersebut.
b. Meliputi kegiatan-kegiatan Penyedia Jasa untuk/selama masa
pengadaan/pembelian serta waktu pengiriman/pengangkutan dari:
140

a) Bahan, elemen, komponen dari pekerjaan maupun pekerjaan


persiapan/pembantu.
b) Peralatan dan perlengkapan untuk pekerjaan
c. Kegiatan-kegiatan Penyedia Jasa untuk/selama waktu fabrikasi,
pemasangan dan pembangunan.
d. Pembuatan gambar-gambar kerja.
e. Permintaan persetujuan atas bahan, gambar kerja, dan rencana kerja.
f. Jadwal untuk seluruh kegiatan tersebut.
g. Direksi/Pengawas akan memeriksa rencana kerja Penyedia Jasa dan
memberikan tanggapan dalam waktu 2 (dua) minggu.
h. Penyedia Jasa harus memasukkan kembali perbaika atas rencana kerja jika
Direksi/Pengawas meminta diadakannya perbaikan/penyempurnaan atas
rencana kerja tadi paling lambat 4 (empat) hari sebelum dimulainya waktu
pelaksanaan.
i. Penyedia Jasa tidak dibenarkan memulai sesuatu pelaksanaan atas
pekerjaan sebelum adanya persetujuan dari Direksi/Pengawas atas rencana
kerja ini.
j. Kecuali dapat dibuktikan bahwa Direksi/Pengawas telah melalaikan
kewajibannya untuk memeriksa rencana kerja Penyedia Jasa pada
waktunya, maka kegagalan Penyedia Jasa untuk memulai pekerjaan
sehubungan dengan belum adanya rencana kerja yang disetujui Direksi,
sepenuhnya merupakan tanggung jawab dari Penyedia Jasa bersangkutan.

2. Tempat Kerja
a. Bilamana diperlukan tempat kerja dan tempat kerja tersebut di luar daerah
pengawasan proyek, dimana harus membayar sewa/dikeluarkan biaya ganti
rugi, maka Penyedia Jasa harus menyelesaikannya tanpa membebani PPK
dengan pembiayaan tambahan.
b. Penyedia Jasa dilarang menimbun atau menempatkan bahan-bahan
bangunan di tepi jalan umum kecuali ada pertimbangan khusus dan
persetujuan dari Direksi/Pengawas
c. Apabila tidak terdapat tempat kosong yang sesuai untuk menimbun atau
menyimpan bahan-bahan bangunan di sekitar lokasi proyek, maka bahan
bangunan harus didatangkan Penyedia Jasa setiap hari dengan jumlah yang
cukup untuk pekerjaan satu hari.
d. Di dalam pelaksanaan pekerjaan, Penyedia Jasa harus berkoordinasi
dengan instansi yang terkait sehubungan dengan jaringan utilitas yang ada.

3. Pemeriksaan Desain
a. Sebelum pelaksanaan pekerjaan, Penyedia Jasa wajib memeriksa kekuatan
kontruksi yang akan dilaksanakan dan harus mengkonsultasikan dengan
Konsultan Supervisi dan Direksi/Pengawas. Untuk memastikan kondisi
lapangan, Penyedia Jasa wajib melakukan pengukuran topografi dan kondisi
lapangan detail, serta soil test (sondir dan boring) untuk bangunan intake,
reservoir, jembatan pipa dan bangunan lainnya yang dianggap perlu
berdasarkan kondisi lapangan, serta melakukan review terhadap
perencanaan awal. Segala sesuatu kerusakan yang timbul akibat kelalaian
Penyedia Jasa tidak melaksanakan pemeriksaan kekuatan struktur konstruksi
menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa. Pada Keadaan apapun, dimana
pekerjaan-pekerjaan yang dilaksanakan telah mendapat persetujuan
Direksi/Pengawas tidak berarti membebaskan Penyedia Jasa atas tanggung
jawab pada pekerjaan sesuai dengan isi kontrak.
b. Sebelum pelaksanaan pekerjaan, Penyedia Jasa wajib melakukan analisis
hidrolis untuk memastikan bahwa aliran dan tekanan air sesuai dengan
ketentuan dan standar yang berlaku. Untuk memastikan kondisi lapangan,
141

Penyedia Jasa wajib melakukan pengukuran jarak dan elevasi serta


melakukan review terhadap perencanaan awal.
c. Sebelum pelaksanaan pekerjaan, Penyedia Jasa wajib memeriksa desain
pekerjaan elektrikal terhadap peralatan panel yang digunakan sesuai
fungsinya masing-masing: Sistem Panel Pompa yang digunakan, LV-MDP
(SDP dan PP), Kapasitas Spare.
d. Penyedia Jasa wajib memeriksa kapasitas kabel yang digunakan dan
jaringan yang tersedia
e. Untuk kondisi-kondisi khusus yang ditemukan di lapangan di mana pada
daerah-daerah tertentu diperlukan desain tambahan, Penyedia Jasa harus
membuat desain tambahan tersebut dan mendapat persetujuan dari
Direksi/Pengawas.
f. Desain tambahan harus berdasar pada keterangan umum yang terdapat
pada gambar perencanaan dan spesifikasi teknis.
g. Timbulnya penambahan ataupun pengurangan volume pekerjaan akibat
desain tambahan akan di akomodasi dalam addendum perubahan volume
pekerjaan.
h. Direksi/Pengawas harus memeriksa dan memutuskan untuk menerima atau
tidak desain tambahan tersebut dalam waktu maksimal 2 (Dua) minggu
setelah diterimanya gambar desain tambahan. Jika dalam waktu maksimal 2
(Dua) minggu Direksi Teknis/Supervisi Lapangan tidak memberikan
keputusan maka dianggap menerima desain tambahan tersebut.

4. Gambar Kerja (Shop Drawings).


a. Penyedia Jasa wajib membuat Gambar Kerja (Shop Drawings) yang
disahkan oleh Konsultan Supervisi, Direksi Teknis, dan Pejabat Pembuat
komitmen (PPK) sebelum pelaksanaan pekerjaan.
b. Format dari gambar kerja harus sesuai dengan petunjuk yang diberikan oleh
Direksi Teknis/Pengawas.
c. Gambar kerja harus diajukan kepada Direksi/Pengawas untuk mendapatkan
persetujuan, gambar-gambar tersebut harus diserahkan dalam rangkap 3
(tiga).
d. Pengajuan gambar kerja tersebut paling lambat 14 (empat belas) hari
sebelum pemesanan bahan atau pelaksanaan pekerjaan dimulai.

5. Pengadaan Bahan dan Material


a. Sebelum melakukan pemesanan bahan dan metrial, Penyedia Jasa wajib
mengajukan request for approval/pengajuan untuk persetujuan terhadap
daftar bahan dan material sesuai dengan spesifikasi teknis.
b. Setelah persetujuan didapatkan dari Konsultan Supervisi dan Direksi Teknis,
Penyedia Jasa baru dapat melaksanakan pemesanan, pengadaan bahan
dan material.

6. Metode Pelaksanaan Pekerjaan


a. Penyedia Jasa wajib membuat metode pelaksanaan masing-masing jenis
pekerjaan untuk menjelasakan proses dan cara pelaksanaan suatu
pekerjaan sesuai dengan kondisi di lapangan.
b. Penyedia Jasa dalam menyiapkan metode kerja harus merencanakan,
memperhatikan dan melaksanakan K3 di lapangan (persyaratan penggunaan
APD dan APK sesuai dengan jenis pekerjaan).

7. Ijin Pelaksanaan.
a. Penyedia Jasa harus mengajukan ijin pelaksanaan secara tertulis dengan
dilampiri gambar kerja yang sudah disetujui kepada Direksi/Pengawas paling
142

lambat 7 (tujuh) hari sebelum pelaksanaan bagian pekerjaan dimulai. Ijin


pelaksanaan yang disetujui adalah sebagai pegangan Penyedia Jasa untuk
melaksanakan bagian dari suatu pekerjaan. Suatu konsekuensi yang akan
ditentukan lebih lanjut akan diberikan, jika Penyedia Jasa melaksanakan
pekerjaan tanpa ijin tertulis yang disetujui oleh Direksi/Pengawas.
b. Direksi/Pengawas harus memberikan tanggapan atas pengajuan ijin
pelaksanaan tersebut dan jika dalam waktu paling lambat 5 (lima) hari
sebelum pelaksanaan tidak memberikan tanggapan dianggap telah
menyetujui ijin pelaksanaan tersebut.

8. Rencana Mingguan dan Bulanan.


a. Selambat-lambatnya pada setiap hari Sabtu dalam masa dimana
pelaksanaan pekerjaan berlangsung, Penyedia Jasa wajib untuk
menyerahkan kepada Direksi/Pengawas suatu rencana mingguan yang berisi
rencana pelaksanaan dari berbagai bagian pekerjaan yang akan
dilaksanakan dalam minggu berikutnya.
b. Selambat-lambatnya pada minggu terakhir dari setiap bulan, Penyedia Jasa
wajib menyerahkan kepada Direksi/Pengawas rencana bulanan yang
menggambarkan secara garis besar berbagai rencana pelaksanaan dari
berbagai bagian pekerjaan yang direncanakan untuk dilaksanakan dalam
bulan berikutnya.
c. Kelalaian Penyedia Jasa untuk menyusun dan menyerahkan rencana
mingguan maupun bulanan dinilai sama dengan kelalaian dalam
melaksanakan perintah Direksi/Pengawas dalam pelaksanaan pekerjaan.
suatu konsekuensi yang akan ditentukan lebih lanjut akan diberikan atas
kelalaian tersebut.

9. Kualitas Pekerjaan
Pekerjaan harus dikerjakan dengan kwalitas pengerjaan yang terbaik untuk jenis
pekerjaan bersangkutan.

10. Pengujian Hasil Pekerjaan


a. Kecuali dipersyaratkan lain secara khusus, maka semua pekerjaan akan diuji
dengan cara dan tolok ukur pengujian yang dipersyaratkan dalam referensi
yang ditetapkan dalam Pasal II dari Persyaratan Teknis Umum ini.
b. Kecuali dipersyaratkan lain secara khusus, maka Badan/Lembaga yang akan
melakukan pengajuan dipilih atas persetujuan Direksi/Pengawas dari
Lembaga/Badan Penguji milik Pemerintah atau yang diakui Pemerintah atau
Badan lain yang oleh Direksi/Pengawas dianggap memiliki obyektivitas dan
integritas yang menyakinkan. Atas hal yang terakhir ini Penyedia Jasa tidak
berhak mengajukan sanggahan.
c. Semua biaya pengujian dalam jumlah seperti yang dipersyaratkan menjadi
beban Penyedia Jasa.
d. Dalam hal dimana Penyedia Jasa tidak dapat menyetujui hasil pengujian dari
Badan Penguji yang ditunjuk oleh Direksi/Pengawas, Penyedia Jasa berhak
mengadakan pengujian tambahan pada Lembaga/Badan lain yang
memenuhi persyaratan sebagai Badan Penguji seperti tersebut diatas dan
seluruh pembiayaannya ditanggung sendiri oleh Penyedia Jasa.
e. Apabila ternyata bahwa kedua hasil pengujian dari kedua Badan tersebut
memberikan kesimpulan yang berbeda, maka dapat dipilih untuk:
a) Memilih Badan/Lembaga Penguji ketiga atas kesepakatan bersama.
b) Melakukan pengujian ulang pada Badan/Lembaga Penguji pertama atau
kedua dengan ketentuan tambahan sebagai berikut:
 Pelaksanaan pengujian ulang harus disaksikan oleh Direksi/Pengawas
dan Penyedia Jasa maupun wakil-wakilnya.
143

 Pada pengujian ulang harus dikonfirmasikan penerapan dari alat- alat


penguji.
c) Hasil dari pengujian ulang harus dianggap final.
d) Semua akibat langsung maupun tidak langsung dari adanya semua
pengulangan pengujian menjadi tanggungan Penyedia Jasa.
e) Apabila hasil pengujian ulang menunjukkan ketidak tepatan kesimpulan dari
hasil pengujian yang pertama dan membenarkan kesimpulan dari hasil
pengujian yang kedua, maka:
 2 (dua) dari 3 (tiga) penguji yang bersangkutan, atas pilihan Penyedia
Jasa akan diperlakukan sebagai pekerjaan tambah.
 Atas segala penundaan pekerjaan akibat adanya
penambahan/pengulangan pengujian akan diberikan tambahan waktu
pelaksanaan pada bagian pekerjaan bersangkutan dan bagian- bagian
lain yang terkena akibatnya, selama waktu penundaan yang terjadi.

11. Penutupan Hasil Pelaksanaan Pekerjaan


a. Sebelum menutup suatu bagian pekerjaan dengan bagian pekerjaan yang
lain yang mana akan secara visual menghalangi Direksi/Pengawas untuk
memeriksa bagian pekerjaan yang terdahulu, Penyedia Jasa wajib
melaporkan secara tertulis kepada Direksi/Pengawas mengenai rencananya
untuk melaksanakan bagian pekerjaan yang akan menutupi bagian
pekerjaan tersebut, sedemikian rupa sehingga Direksi/Pengawas
berkesempatan secara wajar melakukan pemeriksaan pada bagian yang
bersangkutan untuk dapat disetujui kelanjutan pengerjaannya.
b. Kelalaian Penyedia Jasa untuk menyampaikan laporan diatas, memberikan
hak kepada Direksi/Pengawas untuk dibelakang hari menuntut
pembongkaran kembali bagian pekerjaan yang menutupi tersebut, guna
memeriksa hasil pekerjaan yang terdahulu yang mana akibatnya sepenuhnya
akan ditanggung oleh Penyedia Jasa.
c. Dalam hal dimana laporan telah disampaikan dan Direksi tidak mengambil
langkah-langkah untuk menyelesaikan pemeriksaan yang dimaksudkan,
maka setelah lewat dari 2 (dua) hari kerja sejak laporan disampaikan,
Penyedia Jasa berhak melanjutkan pelaksanaan pekerjaan dan menganggap
bahwa Direksi telah menyetujui bagian pekerjaan yang ditutup tersebut.
d. Pemeriksaan dan persetujuan oleh Direksi/Pengawas atas suatu pekerjaan
tidak melepaskan Penyedia Jasa dari kewajibannya untuk melaksanakan
pekerjaan sesuai dengan Surat Perjanjian Kerja (SPK).
e. Walapun telah diperiksa dan disetujui kepada Penyedia Jasa masih dapat
diperintahkan untuk membongkar bagian pekerjaan yang menutupi bagian
pekerjaan lain guna pemeriksaan bagian pekerjaan yang tertutupi.

12. Perlindungan Terhadap Bangunan/Sarana Yang Ada


a. Segala kerusakan yang timbul pada bangunan/konstruksi dan peralatan
sekitar lokasi pekerjaan menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa untuk
memperbaikinya, bila kerusakan tersebut jelas akibat pelaksanaan
pekerjaan.
b. Penyedia Jasa diwajibkan mengidentifikasikan keadaan bangunan ataupun
prasarana lain di sekitar lokasi sebelum memulai pekerjaan.

13. Kebersihan Lokasi Pekerjaan


a. Penyedia Jasa bertanggung jawab untuk menjaga agar area kerja senantiasa
berada dalam keadaan rapih dan bersih.
b. Penyedia Jasa harus berusaha menanggulangi kotoran-kotoran debu yang
ditimbulkan akibat pelaksanaan pekerjaan.
144

c. Setelah pekerjaan selesai dilaksanakan, sisa bahan yang tidak digunakan,


bahan-bahan bekas bongkaran dan kotoran-kotoran lain harus dibersihkan
dan dikeluarkan dari lokasi tersebut selambat-Iambatnya 7x24 jam.
Konsekuensi atas tidak dilaksanakannya ketentuan ini akan ditentukan lebih
lanjut.

V. PENYELESAIAN DAN PENYERAHAN


1. Dokumen Terlaksana (As Built Documents).
a. Pada penyelesaian dari setiap pekerjaan Penyedia Jasa wajib menyusun
Dokumen Terlaksana yang terdiri dari:
a) Gambar-gambar terlaksana (as built drawing)
b) Persyaratan teknis terlaksana dari pekerjaan, sebagaimana yang telah
dilaksanakan
b. Dikecualikan dari kewajiban diatas adalah untuk pekerjaan:
a) Pekerjaan Persiapan
b) Supply bahan, perlengkapan/peralatan kerja
c. Dokumen terlaksana bisa disusun dari:
a) Dokumen pelaksanaan
b) Gambar-gambar perubahan
c) Perubahan persyaratan teknis
d) Brosur teknis yang diberi tanda pengenal khusus berupa cap sesuai
petunjuk Direksi/Pengawas
d. Dokumen terlaksana ini harus diperiksa dan disetujui oleh Konsultan
Supervisi, Direksi Teknis, dan Pejabat Pembuat komitmen (PPK).
e. Kecuali dengan ijin khusus dari Direksi/Pengawas dan PPK, Penyedia Jasa
harus membuat dokumen terlaksana hanya untuk diserahkan kepada PPK.
Kontraktor tidak dibenarkan membuat/menyimpan salinan ataupun copy dari
dokumen terlaksana tanpa ijin khusus tersebut.

2. Penyerahan.
Pada waktu penyerahan pekerjaan, Penyedia Jasa wajib menyerahkan kepada
PPK:
a. 2 (dua) set dokumen terlaksana.
b. Dokumen-dokumen resmi (seperti surat ijin, tanda pembayaran cukai, surat
fiskal pajak, dan lain-lain).

3. Masa Pemeliharaan
Pada masa pemeliharaan, Penyedia Jasa harus membuat laporan secara
periodik setiap bulan tentang kondisi hasil pekerjaan selama masa pemeliharaan
dan diketahui oleh Direksi/Pengawas. Segala kerusakan yang terjadi selama
masa pemeliharaan menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa untuk
memperbaikinya hingga masa pemeliharaan berakhir dan pekerjaan diserahkan
kepada PPK dalam kondisi dan berfungsi baik.

VI. PELAPORAN PELAKSANAAN PEKERJA


1. Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan.
Dalam waktu 7 (tujuh) hari sejak ditanda-tanganinya Surat Perintah Kerja (SPK)
oleh kedua belah pihak, Penyedia Jasa harus menyerahkan kepada
Direksi/Pengawas Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan sesuai dengan waktu yang
disepakati dalam kontrak untuk dievaluasi dan disetujui. Jadwal Pelaksanaan
Pekerjaan harus disusun secara logis dan realistis yang akan memberikan
145

jaminan bahwa pelaksanaan pekerjaan akan selesai tepat waktu.


Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan harus dilengkapi dengan bobot pekerjaan yang
nantinya dijadikan dasar untuk mengevaluasi kemajuan pelaksanaan pekerjaan.
2. Buku Harian Lapangan
Penyedia Jasa harus menyediakan buku harian di lapangan selama waktu
pelaksanaan pekerjaan. Buku harian lapangan digunakan untuk mencatat
berbagai informasi dan instruksi baik dari Direksi/Pengawas, Penyedia Jasa, dan
pihak-pihak lain yang berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan mengenai
berbagai peristiwa yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan di lapangan.
Buku harian lapangan harus diserahkan kepada Pemberi Tugas setelah
berakhinya pelaksanaan pekerjaan di lapangan.
3. Buku Tamu.
Penyedia Jasa harus menyediakan buku tamu di lapangan untuk mencatat setiap
orang yang berkunjung ke lokasi pekerjaan meliputi waktu kedatangan dan pergi
serta keperluan dating ke lokasi pekerjaan. Buku tamu harus diserahkan kepada
Pemberi Tugas setelah berakhinya pelaksanaan pekerjaan di lapangan.
4. Laporan Harian
Untuk kepentingan pengendalian dan pengawasan pelaksanaan pekerjaan,
Penyedia Jasa harus mencatat seluruh aktivitas kegiatan pekerjaan di lokasi
pekerjaan di dalam laporan harian pekerjaan yang berisi rencana dan realisasi
pekerjaan harian. Laporan harian berisi:
a. Waktu mulai dan selesainya pekerjaan
b. Jenis dan kuantitas bahan yang berada di lokasi pekerjaan;
c. Penempatan tenaga kerja untuk tiap macam tugasnya;
d. Jenis, jumlah dan kondisi peralatan;
e. Jenis dan kuantitas pekerjaan yang dilaksanakan;
f. Keadaan cuaca termasuk hujan, banjir dan peristiwa alam lainnya yang
berpengaruh terhadap kelancaran pekerjaan; dan
g. Catatan-catatan lain yang berkenaan dengan pelaksanaan.
Laporan harian harus diserahkan kepada Direksi/Pengawas setiap hari untuk
diperiksa dan disetujui. Laporan harian diserahkan secara berkala satu minggu
sekali kepada Pemberi Tugas sebagai laporan pelaksanaan pekerjaan.

5. Laporan Mingguan.
Penyedia Jasa harus membuat laporan mingguan yang berisi rangkuman laporan
harian, berisi hasil kemajuan fisik pekerjaan dalam periode satu minggu,
masalah-masalah yang timbul dilapangan serta pemecahannya, hal-hal penting
yang perlu ditonjolkan dan rencana kerja minggu berikutnya. Laporan mingguan
minggu lalu harus diserahkan kepada Direksi/Pengawas pada hari pertama
minggu ini untuk dievaluasi dan disetujui. Laporan mingguan diserahkan secara
berkala satu minggu sekali kepada Pemberi Tugas sebagai laporan pelaksanaan
pekerjaan.
6. Laporan Bulanan
Penyedia Jasa harus membuat laporan bulanan yang merupakan rangkuman
laporan mingguan dan berisi hasil kemajuan fisik pekerjaan dalam periode satu
bulan, serta berbagai Kendala dan permasalahan yang terjadi berikut
penyelesaiannya. Laporan bulanan bulan lalu harus diserahkan kepada
Direksi/Pengawas pada hari pertama bulan ini untuk dievaluasi dan disetujui.
Laporan bulanan diserahkan secara berkala satu bulan sekali kepada Pemberi
Tugas sebagai laporan pelaksanaan pekerjaan.
146

7. Dokumentasi
Sejak akan mulai melaksanakan pekerjaan, selama masa pelaksanaan pekerjaan
dan pada akibat pelaksanaan pekerjaan, Penyedia Jasa diwajibkan membuat
dokumentasi kegiatan pelaksanaan pekerjaan yang diwujudkan dalam bentuk
Foto dokumentasi. Foto dokumentasi kegiatan pelaksanaan pekerjaan tersebut,
harus bisa memberikan gambaran secara lengkap dan menyeluruh mengenai
kegiatan pelaksanaan pekerjaan sejak dari awal sampai akhir pelaksanaan
pekerjaan, sehingga secara kronologi bisa merupakan satu gambaran tujuan
yang akan dicapai oleh kegiatan tersebut.
Foto dokumentasi dilaksanakan pengambilannya dari tiga titik tetap yang berbeda
atau sesuai dengan pengarahaan Direksi/Pengawas, dan sudah harus bisa
memberikan gambaran secara garis besar kegiatan pelaksanaan seluruh
pekerjaan.
Foto dokumentasi tersebut, pelaksanaan pengambilannya dilakukan pada kondisi
tahap kegiatan pelaksanaan pekerjaan:
a. Saat awal sebelum mulai kegiatan pelaksanaan pekerjaan 0 %
b. Saat kegiatan pelaksanaan pekerjaan mencapai prestasi 25 %
c. Saat kegiatan pelaksanaan pekerjaan mencapai prestasi 50 %
d. Saat kegiatan pelaksanaan pekerjaan mencapai prestasi 75 %
e. Saat selesai pelaksanaan pekerjaan atau prestasi 100 %
Di samping dokumentasi utama tersebut, atas permintaan Direksi/Pengawas,
Penyedia Jasa bisa melaksanakan pengambilan Foto dokumentasi kegiatan
pelaksanaan pekerjaan lainnya yang dianggap berguna dan cukup mempunyai
nilai penting untuk didokumentasikan. Pada saat penyerahan Foto dokumentasi,
Penyedia Jasa juga harus menyerahkan negatif film/soft copy Semua biaya yang
timbul akibat pembuatan Foto dokumentasi tersebut sepenuhnya menjadi beban
dan tanggung jawab Penyedia Jasa, serta sudah harus diperhitungkan termasuk
“Overhead” pada analisa harga satuan pekerjaan.

VII. KEAMANAN / PENJAGAAN


1. Penyedia Jasa bertanggung jawab atas keamanan, bukan saja terhadap
pekerjaannya, tetapi juga atas bangunan-bangunan, jalan-jalan, pagar, pohon-
pohon dan taman-taman yang telah ada.
2. Jika diperlukan Penyedia Jasa diwajibkan menyediakan tenaga, peralatan atau
tanda-tanda khusus untuk menjaga keamanan tersebut.
3. Penyedia Jasa berkewajiban menyelamatkan bangunan yang telah ada, apabila
bangunan yang telah ada terjadi kerusakan akibat pekerjaan ini, maka Penyedia
Jasa berkewajiban untuk memperbaiki/membetulkan sebagaimana mestinya.
4. Penyedia Jasa harus menyediakan penerangan yang cukup di lapangan pada
waktu lembur.
5. Segala operasi yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan
ketentuan kontrak harus dilaksanakan sedemikian rupa sehingga tidak
menimbulkan gangguan terhadap ketentraman penduduk atau jalan-jalan yang
harus digunakan untuk jalan perorangan atau umum. Penyedia Jasa harus
membebaskan PPK dari segala tuntutan ganti rugi sehubungan dengan hal
tersebut diatas.

VIII. KESELAMATAN KERJA


1. Penyedia Jasa harus mematuhi syarat-syarat dan undang-undang yang berlaku
147

di dalam negara Republik Indonesia selama masa berlakunya kontrak, yang


menyangkut syarat-syarat keselamatan kerja, kesehatan dan kesejahteraan dari
karyawan Penyedia Jasa dan Direksi/Pengawas.
2. Penyedia jasa wajib menyediakan peralatan K3 standar untuk personil pelaksanaan
pekerjaan berupa sepatu boot, helm kerja dan kacamata. Penyedia jasa juga
berkewajiban menyediakan peralatan K3 tersebut untuk tamu pada waktu
peninjauan lapangan.
3. Penyedia Jasa harus memastikan bahawa semua orang yang melaksanakan,
mengunjungi atau memeriksa sesuatu bagian dari pekerjaan memakai peralatan
K3 yang diperlukan sesuai dengan syarat-syarat keselamatan kerja .
4. Penyedia Jasa harus mematuhi semua petunjuk-petunjuk dan rekomendasi-
rekomendasi pabrik untuk penggunaan, aplikasi atau pemanfaatan dari sesuatu
material atau bagian dari peralatan atau mesin-mesin.
5. Penyedia Jasa harus menyediakan, melengkapi, dan menjaga suatu Pusat
Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (First Aid Treatment Centre) di lokasi
pekerjaan, dan menyediakan seorang ahli pertolongan pertama yang siap sedia
setiap saat selama pekerjaan berlangsung. Tenaga ahli pertolongan pertama ini
harus telah mengikuti pelatihan formal pertolongan pertama. Layanan Medis ini
harus tersedia bagi semua orang yang terkait dengan pekerjaan.

IX. GANGGUAN KONSTRUKSI


1. Istilah "Gangguan Konstruksi" (Construction Interference) hendaknya diartikan
sebagai gangguan terhadap:
a. segala utilitas atau bangunan yang berada dalam batas-batas galian maupun
penggalian yang berlebihan dari yang diperlukan untuk pekerjaan dalam
kontrak sebagaimana yang ditunjukkan atau diperintahkan oleh
Direksi/Pengawas.
b. bangunan atau utilitas yang berlokasi pada tempat yang diperlukan untuk
pelaksanaan semua pekerjaan dalam kontrak.
2. Dalam hal utilitas atau bangunan tersebut harus dibongkar atau dipindahkan
untuk pelaksanaan pekerjaan, maka pembongkaran atau pemindahan itu harus
dilakukan dengan izin dari Direksi/Pengawas dan selanjutnya diberitahukan
kepada pemilik bahwa utilitas atau bangunan yang dimiliki akan dibongkar.
3. Pekerjaan penggalian harus dilakukan secara cermat dan hati-hati agar
bangunan/struktur yang ada di permukaan dan/atau di dalam tanah tidak rusak,
terutama terhadap bangunan/struktur yang ada di dalam tanah (yang harus
diselamatkan) yang tidak diketahui lokasi dan posisinya dengan tepat. Penyedia
Jasa harus bertanggung jawab untuk memperbaiki kerusakan yang terjadi akibat
kelalaiannya atas beban biaya sendiri.
4. Utilitas atau bangunan eksisting yang dibongkar dan akan ditempatkan/dibangun
kembali, hasil pembongkarannya harus disimpan dan dijaga agar kondisinya
tetap baik.
5. Semua bangunan dan utilitas tersebut di atas harus diperbaiki (dibangun
kembali) secepat mungkin seperti keadaan semula setelah pekerjaan selesai
dilaksanakan atau dipindahkan ke lokasi lain dalam keadaan yang sekurang-
kurangnya sama dengan keadaan semula, untuk bangunan atau utilitas yang
berada di dalam tanah penimbunan baru boleh dilaksanakan setelah pemilik
memeriksa dan memastikan bahwa kondisi bangunan atau utilitas tersebut telah
sesuai dengan kondisi semula.
148

6. Bila sebuah bangunan didirikan secara tidak sah/resmi, dan hal ini dinyatakan
oleh pihak pejabat yang terkait, maka kemungkinan rekonstruksi tidak perlu
dilaksanakan setelah mendapat izin Direksi/Pengawas.
7. Selama pelaksanaan pekerjaan dalam kontrak ini, pemilik bangunan yang
terpengaruh oleh pelaksanaan pekerjaan ini memiliki hak untuk masuk ke
lapangan pekerjaan demi kepentingan pemilik untuk melaksanakan perubahan
atau perbaikan terhadap utilitas atau bangunan tersebut.

Pejabat Pembuat Komitmen


Satker …………………………

.....................................................
NIP….........................................
149

BAB X.1 PERSYARATAN UMUM

A. KUALITAS MATERIAL
1. Penyedia Jasa menjamin bahwa semua material yang diserahkan oleh Penyedia Jasa
berdasarkan Kontrak, harus bai k dan baru serta memenuhi spesifikasi teknis, kecuali
bila disyaratkan lain atau ditentukan lain oleh Direksi / Pengguna Jasa dan Konsultan
Pengawas. Direksi / Pengguna Jasa dan Konsultan Pengawas dapat meminta pada
Penyedia Jasa agar menyerahkan sertifikat pabrik mengenai material tersebut.
2. Selanjutnya Penyedia Jasa menjamin bahwa material yang diserahkan berdasarkan
Kontrak tidak mengandung cacat yang timbul karena bahan dan pengerjaan (kecuali jika
disain dan bahannya diharuskan sesuai dengan yang ditetapkan oleh Direksi /
Pengguna Jasa dalam Spesifikasi Teknis) atau oleh karena kelalaian Penyedia Jasa.
3. Direksi / Pengguna Jasa dan Konsultan Pengawas akan memberitahukan secara tertulis
kepada Penyedia Jasa apabila ada tuntutan yang timbul berdasarkan jaminan material
ini, segera setelah menerima pemberitahuan tersebut, Penyedia Jasa harus
memperbaiki atau mengganti material atau bagian material yang cacat dengan biaya
yang sepenuhnya ditanggung Penyedia Jasa.
4. Jika setelah menerima pemberitahuan tersebut diatas, Penyedia Jasa lalai memperbaiki
atau mengganti material atau bagian material yang cacat dalam waktu yang wajar, maka
Direksi / Pengguna Jasa dapat mengambil tindakan perbaikan yang perlu, dengan biaya
yang sepenuhnya ditanggung Penyedia Jasa tanpa mengurangi hak-hak Direksi /
Pengguna Jasa terhadap Penyedia Jasa berdasarkan kontrak.

B. PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN

1. Direksi / Pengguna Jasa dan Konsultan Pengawas berwenang untuk meminta


keterangan mengenai asal barang/material yang bersangkutan.
2. Sebelum barang / material / pipa dikirim ke lapangan terlebih dahulu diadakan
pemeriksaan pabrik oleh Direksi / Pengguna jasa, untuk memeriksa barang di pabrik
dan mengadakan test kualitas pipa di pabrik. Hasil test di pabrik dituangkan dalam
Berita Acara Test di Pabrik dan diberikan Sertifikat Test Pabrik. Jika pipa memenuhi
spek teknik yang telah ditetapkan maka pipa bisa dikirim ke lapangan.
3. Direksi / Pengguna Jasa dan Konsultan Pengawas berhak dan mempunyai keleluasaan
memasuki seluruh tempat pekerjaan, termasuk bengkel yang membuat perakitan
material. Penyedia Jasa bawahan dan Penyedia Jasa harus menyediakan bahan,
informasi dan bantuan yang diperlukan dalam pemeriksaan dan pengujian, sehingga
Direksi / Pengguna Jasa dan Konsultan Pengawas dapat melakukan pemeriksaan
terinci dan lengkap dengan semestinya.
4. Direksi / Pengguna Jasa dan Konsultan Pengawas berhak memeriksa dan atau menguji
barang/meterial yang akan diserahkan, apakah sesuai dengan ketentuan dalam kontrak.
5. Sebelum melakukan pemeriksaan material, Penyedia Jasa harus memberitahukannya
kepada Direksi / Pengguna Jasa dan Konsultan Pengawas, agar Direksi / Pengguna
Jasa dan Konsultan Pengawas dapat menyaksikan pemeriksaan atau pengujian
barang/ material.
6. Metoda pemasangan perpipaan sesuai SOP (Standart Operasional Pemasangan).
7. Pengajuan spesifikasi material dan alat harus sesuai dengan pengajuan penawaran
kontraktor (Sesuai spek yang di ajukan).
8. Pemeriksaan dan pengujian dapat dilakukan di tempat Penyedia Jasa/sesuai
kebutuhan, di tempat penyerahan/lapangan atau di tempat tujuan akhir barang/material.
Penyedia Jasa harus menyiapkan segala fasilitas untuk pemeriksaan tersebut di atas,
dan segala biaya yang berkaitan dengan pemeriksaan barang/material ditanggung
sepenuhnya oleh Penyedia Jasa.
150

9. Setelah barang / material / pipa sampai di lapangan, diambil sampling pipa secara acak
untuk dilakukan test kualitas pipa pada laboratorium independent yang telah mempunyai
sertifikasi untuk melakukan test kualitas pipa. Hasil test kualitas pipa dituangkan dalam
sertifikat kualitas pipa.
10. Apabila hasil pemeriksaan barang/material tidak sesuai dengan Spesifikasi Teknis yang
ditetapkan, Direksi / Pengguna Jasa dan Konsultan Pengawas dapat menolak
barang/material tesebut dan Penyedia Jasa harus mengganti barang.material yang tidak
sesuai tersebut, atau mengadakan perbaikan yang diperlukan agar memenuhi
persyaratan Spesifikasi Teknis, dengan biaya sepenuhnya ditanggung Penyedia Jasa.
Apabila ada barang/material yang ditolak oleh Direksi / Pengguna Jasa dan Konsultan
Pengawas, Penyedia Jasa diwajibkan segera memindahkan barang/material itu keluar
tempat pekerjaan atas perintah pertama Direksi / Pengguna Jasa dan Konsultan
Pengawas.
11. Apabila terdapat perselisihan paham mengenai hasil pemeriksaan barang/material, atau
Direksi / Pengguna Jasa dan Konsultan Pengawas meragukan kualitasnya, maka
Direksi / Pengguna Jasa dan Konsultan Pengawas berhak mengirimkan contoh
barang/material tersebut kepada Laboratorium Penelitian Bahan yang dibenarkan. Biaya
pemeriksaan ini sepenuhnya menjadi tanggungan Penyedia Jasa.
12. Perubahan dari spesifikasi harus ada justifikasi dan keterangan penguat untuk
perubahan dari spesifikasi teknis material yang diajukan, dan mendapat persetujaan dari
supervisi dan Tenaga Ahli.

C. PENGEPAKAN DAN PEMBUNGKUSAN PIPA DAN AKSESORIS

1. Penyedia Jasa harus mengepak atau membungkus material untuk mencegah


kerusakan sewaktu pengangkutan sampai tempat tujuan akhir sesuai dengan standar
pabrik dan/atau petunjuk Direksi / Pengguna Jasa dan Konsultan Pengawas.
2. Bila tidak disebutkan lain, seluruh material harus diberi lapisan pelindung yang standard
dengan pabrik. Permukaan yang membutuhkan pengecatan atau pelapisan untuk
mencegah korosi harus halus dan bebas dari kotoran.
3. Garansi Pompa yang diajukan harus mempunya keterangan garansi pabrikan Pompa.
4. Metoda pemasangan pompa sesuai SOP (Standart Oprasional Pemasangan Pompa)

D. PENGANGKUTAN, PEMBONGKARAN DAN PENIMBUNAN

1. Sikap hati-hati harus diberikan selama pemuatan, transportasi dan pembongkaran.


Setiap kerusakan lapisan pipa harus diperbaiki sesuai dengan perintah Direksi /
Pengguna Jasa dan Konsultan Pengawas. Penanganan material harus mengikuti
instruksi yang diberikan oleh pabrik.
2. Material harus dikirim, dibongkar dan ditimbun oleh Penyedia Jasa di lokasi gudang
yang ditunjuk oleh Direksi / Pengguna Jasa dan Konsultan Pengawas. Material
ditempatkan pada penyangga yang cukup untuk memungkinkan isolasi dari tanah.
Selain itu penimbunan material harus dapat mencegah kerusakan selama penyimpanan
yang lama pada kondisi tropis.
3. Segala hal terkait dengan pengangkutan, pembongkaran, dan penimbunan material
harus memperhatikan keamanannya dan menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa.
4. Hal-hal tersebut diatas harus mendapat perijinan terlebih dahulu dari Direks/Konsultan
Pengawas
5. Pengangkutan, pembongkaran dan penimbunan pipa HDPE.
Instruksi umum penyimpanan:
- Jangan dilempar atau dibanting dari ketinggian.
- Jangan diseret.
151

- Lokasi penyimpanan juga harus bebas atau berada jauh dari sumber panas serta
hindari kontak dengan lem, oli dan sebagainya.
- Penyimpanan pipa Batangan.
Pipa harus disangga per 1 meter dengan landasan kayu, pipa disusun dalam
tumpukan berbentuk piramid sampai ketinggian 1 meter serta penyangga samping
pipa tidak boleh sampai tergelincir jatuh. Pipa harus disimpan dan disusun pada level
kerataan tanah yang bagus serta tutup bagian ujung pipa untuk menghindari kotoran
dan benda tajam masuk dan merusak permukaan dalam pipa.
- Penyimpanan pipa gulungan
Pipa dengan diameter kecil harus di-pallet-kan di atas tanah dengan level kerataan
yang bagus. Pipa dengan diameter kecil dapat ditumpuk dengan ketinggian maksimum
2.5 meter dan diberikan pembatas kayu pada tiap gulungan untuk mempermudah
forklift dalam melakukan penanganan. Pipa dengan diameter gulungan besar (> 180
mm) sangat rawan terjadi kecelakaan maka dari itu prosedur penyimpanan dan
penanganan harus dilakukan dengan benar.

Piipa HDPE

6. Pengangkutan, pembongkaran dan penimbunan pipa Galvanis.


Instruksi umum penyimpanan:
- Jaga tempat penyimpanan agar pipa terhindar dari karat dan kerusakan lainnya yang
membuat pipa menjadi tidak tahan lama.
- Selalu jaga pipa dari air yang dapat membuat karat jika dibiarkan terus menerus.
- Pipa dan aksesoris yang sudah dikirim ke lapangan disimpan dulu di gudang sebelum
dipasang, untuk menjaga keamanan.
- Pipa dikirim ke lapangan untuk dipasang sesuai dengan kebutuhan.
- Pencatatan pipa dan accessories yang masuk dan keluar harus diadministrasikan
dengan baik, sehingga pada akhir pekerjaan bisa diketahui dengan pasti pipa yang
sudah dipasang dan belum dipasang.

Foto Pipa Galvanis


152

E. MATERIAL YANG RUSAK/CACAT

1. Barang/material yang rusak/cacat sebagai akibat apapun harus segera diganti atau
diperbaiki, sehingga dapat disetujui oleh Direksi / Pengguna Jasa dan Konsultan
Pengawas.
2. Bila Direksi / Pengguna Jasa dan Konsultan Pengawas belum mengesahkan bahwa
barang/material sudah diganti atau diperbaiki oleh Penyedia Jasa, pembayaran tidak
akan dilakukan oleh Direksi / Pengguna Jasa, dan bila dalam jangka waktu tertentu,
perbaikan/penggantian barang/material yang rusak belum dilakukan, Direksi / Pengguna
Jasa dan Konsultan Pengawas berhak memerintahkan Pihak Ketiga untuk memperbaiki
atau mengganti barang/material yang cacat/rusak atas biaya Penyedia Jasa.
3. Adanya pemeriksaan oleh Direksi / Pengguna Jasa dan Konsultan Pengawas terhadap
barang/material dan perlengkapan yang disediakan oleh Penyedia Jasa di lapangan
tidak akan melepaskan tanggung jawab Penyedia Jasa. Walaupun semua
barang/material yang diperlukan seperti tercantum dalam Surat Perjanjian Kontrak
sudah diperiksa, diterima dan dinilai untuk dibayar, Penyedia Jasa harus mengganti
atau memperbaiki barang/material yang ternyata rusak atau tidak memenuhi
persyaratan sampai pada saat penyerahan kedua.
4. Semua penggantian dan perbaikan tersebut diatas harus mendapat persetujuan
Direksi / Pengguna Jasa dan Konsultan Pengawas dan biayanya ditanggung oleh
Penyedia Jasa.

F. RESIKO DAN KEAMANAN BARANG DAN PEKERJAAN

1. Segala resiko kebakaran, kerusakan dan pencurian di lapangan atas segala material,
alat, perlengkapan dan benda-benda lain menjadi tanggungan Penyedia Jasa
sepenuhnya. Penyedia Jasa harus mempertanggungkan dalam bentuk asuransi atas
segala resiko ini.
2. Yang dimaksud dengan pasal ini adalah pipa, perlengkapannya, dan pekerjaannya yang
belum diserahkan kepada Direksi / Pengguna Jasa dengan Berita Acara. Asuransi disini
tidak hanya asuransi untuk kerusakan saja, tetapi termasuk asuransi untuk resiko
lainnya, seperti asuransi kehilangan, asuransi terhadap pekerjaan yang dilaksanakan
termasuk segala resiko yang terjadi di dalamnya, dan lain sebagainya.
3. Penyedia Jasa harus menempatkan penjaga keamanan (Satpam) di lapangan, selama
pekerjaan berlangsung.
4. Penyedia Jasa harus melindungi semua material terhadap kehilangan dan kerusakan
yang disebabkan oleh kejahatan orang yang tak bertanggung jawab, sampai pada saat
penyerahan pekerjaan. Hal tersebut di atas menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa
sepenuhnya.

G. PENGALIHAN.

1. Penyedia Jasa dilarang dan tidak dibenarkan untuk memindahtangankan atau


menyerahkan kepada Pihak Ketiga sebagian atau seluruh kepentingan, hak dan
kewajibannya dalam Kontrak tanpa izin tertulis dari Direksi / Pengguna Jasa.
2. Bila Penyedia Jasa malanggar pasal 7 butir 1. tersebut di atas, Direksi / Pengguna Jasa
berhak memutuskan Kontrak, sesuai peraturan yang berlaku dan segala akibat
pemutusan Kontrak menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa.

H. PENYEDIA JASA BAWAHAN/SUB KONTRAK.


153

1. Berkenaan dengan sebagian atau seluruh pekerjaan yang tercantum dalam Kontrak,
Penyedia Jasa dilarang mengadakan sub kontrak dengan pihak lain, tanpa terlebih
dahulu mendapat persetujuan tertulis dari Direksi / Pengguna Jasa.
2. Penyedia Jasa tetap bertanggung jawab sepenuhnya atas hasil pekerjaan Penyedia
Jasa Bawahan/Sub Penyedia jasa (apabila ada).
3. Aturan sub kontrak mengikuti aturan yang berlaku.

I. PENUNDAAN PEKERJAAN.

Direksi / Pengguna Jasa dan Konsultan Pengawas dapat memberitahukan secara tertulis
kepada Penyedia Jasa mengenai penundaan sebagian atau seluruh pekerjaan yang
dianggapnya perlu kerena keadaan yang tidak menguntungkan Direksi / Pengguna Jasa, atau
kerena Penyedia Jasa tidak dapat memenuhi persyaratan yang ditentukan dalam Kontrak.
Penundaan pekerjaan harus dilakukan dalam jangka waktu 10 (sepuluh) hari setelah Penyedia
Jasa menerima pemberitahuan Direksi / Pengguna Jasa dan Konsultan Pengawas. Penyedia
Jasa tidak dibenarkan mengajukan ganti rugi karena penundaan pekerjaan tersebut diatas.

J. KETERLAMBATAN PELAKSANAAN OLEH PENYEDIA JASA.

1. Penyerahan material dan pelaksanaan jasa harus diselesaikan oleh Penyedia Jasa
dalam jangka waktu yang telah ditetapkan dalam Kontrak.
2. Apabila Penyedia Jasa terlambat dalam melaksanakan kewajiban penyerahan
pekerjaan melebihi jangka waktu kontrak yang sudah ditetapkan, maka Penyedia Jasa
dapat dikenakan salah satu dan/atau semua sanksi berikut: dibebani denda sebagai
ganti rugi, penyitaan jaminan pelaksanaan dan atau pemutusan kontrak karena
kelalaian. Hal-hal yang terkait dengan keterlambatan pelaksanaan pekerjaan sesuai
dengan kontrak.
3. Apabila dalam jangka waktu pelaksanaan kontrak, Penyedia Jasa atau subpenyedia
jasanya mengalami gangguan dalam menepati waktu penyerahan material dan
pelaksanaan jasanya, Penyedia Jasa harus segera memberitahukan secara tertulis
kepada Direksi / Pengguna Jasa tentang adanya kelambatan, penyebab dan lamanya
keterlambatan.

K. PERUBAHAN PEKERJAAN/KONTRAK.

1. Bila dipandang perlu, Direksi / Pengguna Jasa dan Konsultan Pengawas dapat
mengadakan perubahan, pekerjaan tambah atau kurang tanpa membatalkan kontrak.
Perintah perubahan tersebut diatas, akan disampaikan kepada Penyedia Jasa secara
tertulis dengan uraian tentang perubahan pekerjaan tersebut, sekaligus dengan
penyesuaian harga dan waktu penyelesaiannya. Setiap pekerjaan yang dilaksanakan
sesuai dengan perintah perubahan harus mengikuti semua ketentuan yang tertera
dalam kontrak, Jaminan pelaksanaan Penyedia Jasa tetap mengikat dengan nilai
seperti yang tercantum dalam kontrak dan perubahannya.
2. Setiap perubahan harga harus didasarkan pada aturan yang berlaku pada kontrak

L. KERJA LEMBUR.

1. Penyedia Jasa tidak akan menerima tambahan biaya untuk kerja lembur dan tambahan
jumlah tenaga kerja, walaupun hal tersebut mungkin diperlukan dalam keadaan darurat
sebagaimana diperintahkan dengan surat oleh Direksi / Pengguna Jasa dan Konsultan
Pengawas, kecuali bila ditentukan lain dalam Kontak.
154

2. Biaya-biaya yang terjadi akibat adanya kerja lembur dan penambahan jumlah tenaga
kerja menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa, seperti misalnya biaya pengawasan kerja
lembur yang disebabkan oleh kerja lembur.
3. Terkait dengan penyelesaian pekerjaan, Penyedia Jasa wajib melakukan kerja lembur
dan menambah jumlah tenaga kerja.

M. KEADAAN KAHAR

1. Keadaan kahar adalah keadaan sesuai dengan yang tercantum dalam kontrak.
2. Apabila terjadi keadaan kahar, Penyedia Jasa harus segera memberitahukan secara
tertulis kepada Direksi / Pengguna Jasa tentang keadaan tersebut paling lambat 14
(empat belas) hari kalender dan dilengkapi dengan bukti keadaan kahar sesuai yang
berlaku dalam kontrak.
3. Segala hal mengenai keadaan kahar telah diatur dalam kontrak.

N. ALAMAT RESMI PENYEDIA JASA DAN PEMBERITAHUAN

1. Alamat resmi Penyedia Jasa adalah alamat yang dicantumkannya pada Dokumen
Penawaran. Segala petunjuk, surat dan komunikasi lainnya untuk Penyedia Jasa akan
ditujukan kepada alamat tesebut diatas dengan surat tercatat. Perubahan alamat
Penyedia Jasa harus segera diberitahukan secara tertulis kepada Direksi / Pengguna
Jasa dan Konsultan Pengawas.

2. Pemberitahuan yang disampaikan oleh salah satu pihak kepada pihak lainnya
sehubungan dengan kontrak ini harus disampaikan secara tertulis atau dengan
pengiriman faximile, telegram atau telex dan ditegaskan secara tertulis ke alamat yang
ditetapkan untuk keperluan itu.

Pejabat Pembuat Komitmen


Satker …………………………

.....................................................
NIP….........................................
155

BAB X.2 SPESIFIKASI TEKNIS UMUM

A. PENDAHULUAN

Spesifikasi teknis ini merupakan ketentuan yang harus dibaca bersama dengan gambar-
gambar yang keduanya menguraikan pekerjaan yang harus dilaksanakan. Istilah
pekerjaan mencakup suplai dan instalasi seluruh peralatan dan material yang harus
dipadukan dalam pelaksanaan konstruksi serta semua tenaga kerja yang dibutuhkan
untuk memasang dan menjalankan peralatan dan material tersebut. Spesifikasi
pelaksanaan dan material yang disepakati harus diterapkan.

B. LOKASI PEKERJAAN

Lokasi pekerjaan sebagaimana ditunjukkan oleh Direksi Teknis/ Lapangan dan dapat
dilihat pada gambar-gambar rencana terlampir.

C. MANAJEMEN LALU LINTAS

1. Umum
Kontraktor harus menjaga seluruh panjang dari lokasi kegiatan dalam kondisi
sedemikian hingga lalu lintas dapat ditampung dengan aman dan karyawan Kontraktor,
Direksi Pekerjaan, dan pengguna jalan dapat dilindungi
Sebelum memulai pekerjaan apapun, Kontraktor harus menyiapkan dan mengajukan
kepada Direksi Pekerjaan, Rencana Manajemen dan Keselamatan Lalu Lintas (RMKL)
untuk pengoperasiannya selama periode pelaksanaan. RMKL harus berdasarkan
analisa aliran lalu lintas tingkat makro dan juga mikro dan tidak hanya terfokus di daerah
konstruksi.
RMKL harus dimutakhirkan secara regular berdasarkan pengalaman dan kondisi tempat
pekerjaan. RMKL harus memperhitungkan Prosedur Keselamatan. RMKL harus
memperhitungkan dan menyediakan fasilitas khusus untuk pejalan kaki dan kendaraan
tidak bermotor jika berada di sekitar daerah kerja.
Ruang lingkup dari manajemen lalu lintas mencakup aktivitas berikut namun tidak
terbatas pada:
a) Kontraktor harus menyediakan perlengkapan dan pelayanan lalu lintas untuk
mengendalikan dan melindungi karyawan Kontraktor, Direksi Pekerjaan, dan
pengguna jalan yang melalui daerah konstruksi, termasuk lokasi sumber bahan dan
rute pengangkutan, sesuai dengan seksi ini dan memenuhi detil dan lokasi yang
ditunjukkan dalam denah atau yang diterbitkan oleh Direksi Pekerjaan.
b) Kontraktor harus menyediakan, memasang rambu lalu lintas yang diperlukan,
barikade, rel pengaman lentur atau kaku, lampu, sinyal, marka jalan, road barrier
beton atau dari plastic yang diisi air dan perlengkapan lalu lintas lainnya dan harus
menyediakan bendera dan petunjuk lalu lintas dengan cara lain sepanjang ZONA
kerja pada setiap saat selama Periode Pelaksanaan. Manajemen lalu lintas harus
dilakukan sesuai dengan perundangan dan peraturan yang berlaku.
c) Semua pengaturan lalu lintas yang disediakan dan dipasang oleh Kontraktor harus
dikaji oleh Direksi Pekerjaan agar sesuai dengan ukuran, lokasi, reflektifitas (daya
pantul), visibilitas (daya penglihatan), kecocokan, dan penggunaan yang
sebagaimana mestinya sesuai dengan kondisi kerja yang khusus.
d) Pada lokasi dimana secara umum kondisi jalan padat sepanjang hari, kontraktor
hanya akan diijinkan untuk menggali parit dan memasang pipa selama malam hari
dari jam 20:00 PM sampai 04:00 PM pada hari berikutnya. Operasi atau kegiatan
komersial normal pada area tersebut tidak terganggu.
156

2. Hal-Hal Yang Harus Diperhatikan


a) Penutupan Jalan yang Diperbolehkan.
Daerah konstruksi dibagi dalam daerah kerja dimana daerah kerja ini dibagi lagi
dalam zona kerja. Pekerjaan diperbolehkan dilaksanakan secara simultan dengan
daerah kerja dan zona kerja dalam jumlah tertentu.

b) Implementasi Pekerjaan Manajemen dan Keselamatan Lalu Lintas.


Jika pada setiap saat, Direksi Pekerjaan menetapkan bahwa ketentuan yang
sebagaimana mestinya untuk pengendalian lalu lintas yang aman tidak disediakan,
tidak dipelihara atau tidak dilaksanakan sesuai lingkup dari RMKL, Direksi Pekerjaan
dapat membatasi operasi Kontraktor yang mempengaruhi situasi semacam ini
sampai penyesuaian yang diperlukan telah dilaksanakan. Direksi Pekerjaan dapat
juga menangguhkan seluruh pekerjaan sampai penyesuaian tersebut dicapai.
Bilamana keselamatan umum atau karyawan Kontraktor diabaikan secara serius dan
dengan sengaja oleh Kontraktor, Direksi Pekerjaan dapat melakukan tindakan
perbaikan yang sepadan dan memotong biaya dari hak Kontraktor sebagai
kompensasi kerugian dari jumlah yang dibayarkan kepada Kontraktor.
Semua personil paling sedikit berusia 18 tahun, dan Personil harus mengenakan baju
yang reflektif, sepatu safety boot dan helm kerja pada setiap saat selama jam kerja di
dalam daerah kerja. Dalam pelaksanaan pekerjaan harus berkoordinasi dengan
pihak kepolisian.
Operasi pada malam hari harus diterangi dengan lampu dan atau sistem reflektif
yang disetujui Direksi Pekerjaan. Sistem penerangan harus ditempatkan dan
dioperasikan sedemikian agar dapat menghindarkan sorot cahaya terhadap
pengguna jalan yang mendekati lokasi tersebut. Lampu pijar tidak diperkenankan.
Kontraktor harus menyediakan personil untuk melakukan pengawasan
berkesinambungan terhadap operasi pengendalian lalu lintasnya. Personil tersebut
harus tersedia baik siang maupun malam untuk menanggapi panggilanjika ada
kerusakan antara lain terhadap barikade, lampu, rambu-rambu,baik karena
vandalisme atau kecelakaan lalu lintas. Kontraktor harus memberitahu identitas
personil tersebut kepada Direksi Pekerjaanmaupun pejabat lalu lintas setempat
(termasuk polisi) di tempat kerja.

c) Bahan dan Peralatan


Semua bahan dan peralatan yang disediakan untuk implementasi kegiatan-kegiatan
manajemen dan keselamatan lalu lintas harus disediakan oleh Kontraktor dan tetap
menjadi miliknya pada akhir periode kontrak.
Pengaturan lalu lintas harus dibuat sedemikian hingga perlengkapan tersebut tidak
boleh merusak atau melukai kendaraan atau pengguna jalan jika tertabrak atau
terjungkal dan harus tetap stabil dan berdiri di tempat ketika diterpa angin.

d) Koordinator Manajemen dan Keselamatan Lalu Lintas (KMKL)


Kontraktor harus menyediakan tenaga Koordinator Manajemen dan Keselamatan
Lalu Lintas (KMKL) yang memenuhi syarat dan memadai, dengan pengalaman
yangsesuai minimum 3 tahun dalam tugas-tugas semacam ini dan staf yang
diperlukan (jumlah minimum 2 orang) yang dibawahinya untuk seluruh pengendalian
dari manajemen dan keselamatan lalu lintas, termasuk koordinasi dengan pejabat
lalu lintas setempat yang bertanggung jawab sesuai yuridiksi Daerah Kerja,
sedemikian hingga dapat memperkecil halangan, resiko keselamatan dan
memperlancar aliran lalu lintas yang melalui daerah konstruksi dan melalui jalan-jalan
pengalihan yang sesuai dan disetujui. Pemilihan KMKL harus disetujui oleh Direksi
Pekerjaan.
KMKL harus secara aktif berpartisipasi dalam semua rapat reguler maupun khusus
dengan Direksi Pekerjaan. KMKL harus siap sedia pada setiap saat (24 jam per
hari,7 hari per minggu) melalui komunikasi bergerak untuk kesulitan-kesulitan,
157

keadaan darurat, dan hal-hal lain dari lalu lintas dan manajemen keselamatan dalam
seluruh waktu dari pekerjaan.
KMKL adalah individu yang akan ditujuk oleh Direksi Pekerjaan atas semua
permintaan yang berhubungan dengan hal-hal manajemen dan keselamatan lalu
lintas. KMKL mempunyai wewenang untuk mengambil keputusan dan berkoordinasi
dengan personil Kontraktor untuk hal-hal manajemen dan keselamatan lalu lintas.
Tugas-tugas KMKL harus mencakup berikut ini:
1) Memahami persyaratan kontraktual, termasuk denah, spesifikasi, dan lingkungan di
mana pekerjaan sipil akan dilaksanakan;
2) Menginspeksi rutin terhadap kondisi dan keefektifan dari pengaturan lalu lintas
yang digunakan dalam kegiatan dan memastikan bahwa perlengkapan tersebut
berfungsi sebagaimana mestinya, bersih, dapat dilihat dan memenuhi spesifikasi,
denah, serta peraturan-peraturan setempat;
3) Meninjau dan mengantisipasi kebutuhan atas pengaturan lalu lintas yang sesuai,
memberi pendapat kepada Direksi Pekerjaan tentang hal-hal terkait, dan
memastikan bahwa RMKL telah diimplementasikan untuk pergerakan lalu lintas
yang aman dan efisien;
4) Mengkoordinasikan pemeliharaan dari pengoperasian lalu lintas dengan Direksi
Pekerjaan;
5) Melakukan rapat keselamatan lalu lintas dengan kepolisian setempat sebelum
pelaksanaan pekerjaan dan rapat berkala yang dianggap perlu atau sebagaimana
diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan. Direksi Pekerjaan harus diberitahu
sebelumnya untuk menghadiri rapat-rapat ini.
6) Penutupan Jalan yang Tidak Sah
Semua penutupan dini atas jalan atau lajur di luar waktu yang ditetapkan dapat
dikategorikan sebagai penutupan jalan yang tidak sah.
Semua penutupan total jalan tanpa suatu jalan pengalihan yang pantas harus
dipandang sebagai penutupan jalan yang tidak sah dan Kontraktor harus
menanggung segala tuntutan yang timbul dari pihak ketiga.
7) Akses Menuju Daerah Kerja
Kontraktor harus menggunakan sebuah Kendaraan Penghantar ketika memasuki
atau meninggalkan daerah kerja sampai jalan tersebut dibuka untuk lalu lintas.
Kontraktor harus menyediakan fasilitas yang sama untuk Personil Direksi
Pekerjaan dan Pemilik Proyek.
Manuver ini (memasuki dan meninggalkan daerah kerja) harus dilaksanakan
dengan aman sehingga memperkecil resiko terhadap para pekerja dan pengguna
jalan.
8) Kejadian Khusus dan Hari Libur
Direksi Pekerjaan mencadangkan haknya untuk tidak mengijinkan penutupan jalan.
Kontraktor harus mempertimbangkan kejadian semacam ini dalam rencana
kerjanya.
Bilamana terjadi Kejadian Kahar, Direksi Pekerjaan dapat juga membatalkan
penutupan jalan.
9) Penutupan Lajur/Jalan dengan Menggunakan Tanda Visual
Penutupan lajur dengan menggunakan tanda visual harus dilakukan sesuai dengan
detil-detil dalam Gambar atau sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi
Pekerjaan.
10) Penutupan Jalan Keluar/Masuk pada Jalan Raya
Penutupan jalan keluar/masuk pada jalan raya harus dilakukan sesuai dengan
detil- detil dalam Gambar atau sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi
Pekerjaan.
11) Penutupan Jalan Keluar/Masuk pada Jalan dalam Kota
Penutupan jalan keluar/masuk pada jalan dalam kota harus dilakukan sesuai
dengan detil-detil dalam Gambar atau sebagaimana yang diperintahkan oleh
Direksi Pekerjaan.
158

12) Rambu-rambu untuk Pekerjaan Jalan


Kontraktor harus menyediakan rambu jalan atau perlengkapan penanganan lalu
lintas. Penyediaan dan penempatan rambu ini sekurang-kurangnya harus sesuai
dengan pedoman Perambuan Sementara untuk Pekerjaan Jalan No. Pd-T-12-
2003. Kontraktor harus menyediakan peralatan tersebut dalam waktu 48 jam dan
memasang serta memelihara peralatan tersebut selama Periode Pelaksanaan.

3. Pekerjaan Jalan Atau Jembatan Sementara


a) Umum.
Kontraktor harus menyediakan memelihara, dan membongkar semua jalan,
jembatan, jalan masuk dan sejenisnya yang diperlukan oleh Kontraktor untuk
menghubungkan Kontraktor dengan jalan umum pada saat Penyelesaian
Pekerjaan.
Jalan sementara ini harus dibangun sampai diterima Direksi Pekerjaan, meskipun
demikian Kontraktor tetap harus bertanggung jawab terhadap setiap kerusakan
yang terjadi atau disebabkan oleh jalan sementara ini.
b) Lahan yang Diperlukan
Sebelum membuat jalan atau jembatan sementara, Kontraktor harus melakukan
semua pengaturan yang diperlukan, bila diperlukan termasuk pembayaran kepada
pemilik tanah yang bersangkutan atas pemakaian tanah itu dan harus memperoleh
persetujuan dari pejabat yang berwenang dan Direksi Pekerjaan. Setelah
pekerjaan selesai, Kontraktor harus membersihkan dan mengembalikan kondisi
tanah itu ke kondisi semula sampai diterima oleh Direksi Pekerjaan dan pemilik
tanah yang bersangkutan.
c) Peralatan Kontraktor Lain yang Lewat
Kontraktor harus melakukan semua pengaturan agar Pekerjaan yang sudah dilak-
sanakan dapat dilewati dengan aman oleh Peralatan Konstruksi, bahan dan
karyawan Kontraktor lain yang melaksanakan pekerjaan di dekat lokasi kegiatan.
Untuk keperluan ini, Kontraktor dan Kontraktor lain yang melaksanakan pekerjaan
di dekat lokasi kegiatan, harus menyerahkan suatu jadwal transportasi yang
demikian kepada Direksi Pekerjaan untuk mendapat persetujuannya, paling sedikit
15 (limabelas) hari sebelumnya.
d) Jalan Alih Sementara atau Detour
Jalan alih sementara atau detour harus dibangun sebagaimana yang diperlukan
untuk kondisi lalu lintas yang ada, dengan memperhatikan ketentuan keselamatan
dan kekuatan struktur. Semua jalan alih yang demikian tidak boleh dibuka untuk
lalu lintas umum sampai alinyemen, pelaksanaan, drainase dan pemasangan
rambu lalu lintas sementara telah disetujui Direksi Pekerjaan. Selama digunakan
untuk lalu lintas umum Kontraktor harus memelihara pekerjaan yang telah
dilaksanakan, drainase dan rambu lalu lintas sampai diterima oleh Direksi
Pekerjaan.
e) Jalan Samping (Ramp) Sementara untuk Lalu Lintas
Kontraktor harus membangun dan memelihara jembatan dan jalan samping
sementara untuk jalan masuk umum dari dan ke jalan raya pada semua tempat
bilamana jalan masuk tersebut sudah ada sebelum Pekerjaan dimulai dan pada
tempat lainnya yang diperlukan atau diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.

4. Pemeliharaan Untuk Keselamatan Lalu Lintas


a) Jalan Alih Sementara dan Pengendalian Lalu Lintas
Semua jalan alih sementara dan pemasangan pengendali lalu lintas yang disiapkan
oleh PenyediaJasa selama pelaksanaan Pekerjaan harus dipelihara agar tetap
aman dan dalam kondisi pelayanan yang memenuhi ketentuan dan dapat diterima
Direksi Pekerjaaan sehingga menjamin keselamatan lalu lintas dan bagi pemakai
jalan umum.
b) Pembersihan Penghalang
159

Selama pelaksanaan, Kontraktor harus menjamin bahwa perkerasan, bahu jalan


lokasi yang berdekatan dengan Daerah Milik Jalan harus dijaga agar bebas dari
bahan pelaksanaan, kotoran dan bahan yang tidak terpakai lainnya yang dapat
mengganggu atau membahayakan lalu lintas yang lewat. Pekerjaan juga harus
dijaga agar bebas dari setiap parkir liar atau kegiatan perdagangan kaki lima
kecuali untuk daerah-daerah yang digunakan untuk maksud tersebut
c) Perkerasan sementara.
Pada area yang dapat diakses kendaraan, semua parit galian yang telah
dikembalikan setelah pemasangan pipa air limbah harus ditutup dengan lapisan
permukaan bata beton. Hal ini akan mengijinkan lalu lintas untuk menggunakan
area baru lebih cepat. Lapisan bata paving tetap dalam posisi sampai tidak ada
penurunan tanah (sub soil). Bata beton diletakkan dalam pola pada lapisan pasir
yang dipadatkan paling sedikit 0,15 m. Setelah 4 minggu, kontraktor diijinkan untuk
memindahkan bata beton untuk digunakan kembali.
Hanya kemudian permukaan jalan bisa dikembalikan sesuai aslinya, contoh beton
atau aspal.

5. Pengukuran Dan Pembayaran.

Besarnya biaya Manajemen dan Keselamatan Lalu Lintas sudah diperhitungkan dalam
penawaran dan termasuk dalam nilai kontrak.

D. PAPAN NAMA PROYEK

1. Pemasangan
Penyedia diwajibkan memasang papan nama proyek untuk memberikan informasi secara
umum kepada pihak-pihak yang berkepentingan dalam rangka memudahkan identifikasi.
Dimensi/ukuran Papan Nama Proyek mengacu pada analisa harga satuan pekerjaan
Papan Nama Proyek.
Papan nama proyek diletakkan pada tempat yang mudah dilihat umum dan memuat
antara lain :
a) Nama Proyek
b) Direksi Teknis/Supervisi Lapangan/ Lapangan
c) Lokasi Proyek
d) Jumlah Biaya (Kontrak)
e) Nama Pelaksana (Penyedia)
f) Masa pelaksanaan proyek bulan, tanggal dan tahun

2. Pengukuran dan Pembayaran


Pengukuran dan pembayaran untuk Papan Nama Proyek dibuat dalam harga Lump Sum
yang terdapat dalam Daftar Kuantitas item Pekerjaan Persiapan.
Harga lump sum untuk Papan Nama Proyek dibayar berdasarkan sertifikat yang
dikeluarkan oleh Direksi Pekerjaan.
Total seluruh pembayaran tidak boleh lebih besar dari harga lump sum yang terdapat
dalam Daftar Kuantitas dan Harga.

E. PERIZINAN

1. Pelaksanaan.
160

Penyedia harus segera mengurus dan memperhitungkan biaya untuk membuat izin-izin
yang diperlukan yang berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan, antara lain: izin
penerangan, izin pengambilan material, izin pembuangan, izin trayek dan pemakaian
jalan, izin penggunaan bangunan serta izin-izin lain yang diperlukan sesuai dengan
ketentuan/ peraturan daerah setempat.
2. Pengukuran dan Pembayaran
Besarnya biaya perizinan sudah diperhitungkan dalam penawaran dan termasuk dalam
nilai kontrak.

F. PENANGGUNG JAWAB TEKNIS

1. Penyedia wajib menetapkan dan menempatkan seorang Kepala Pelaksana (Manajer


Proyek) berpendidikan S1 Teknik Lingkungan/Penyehatan/Teknik Sipil yang memiliki
SKA yang cakap untuk memimpin dan bertanggung jawab penuh terhadap pelaksanaan
pekerjaan dan memiliki pengalaman sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun dalam
pelaksanaan pekerjaan sejenis. Penetapan ini harus dikuatkan dengan surat
pengangkatan resmi dari Penyedia ditujukan kepada Direksi Teknis/Supervisi
Lapangan/Lapangan.
2. Selain Kepala Pelaksana Penyedia harus menempatkan beberapa tenaga ahli yang
diperlukan sesuai dengan lingkup pekerjaan dan memiliki SKA dan berpengalaman
dalam pelaksanaan pekerjaan sejenis sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun.
3. Selain pelaksanaan, Penyedia diwajibkan pula memberitahu secara tertulis kepada
Direksi Teknis/Supervisi Lapangan/ Lapangan susunan Organisasi Lapangan lengkap
dengan nama dan jabatannya masing-masing.
4. Bila dikemudian hari menurut tim Direksi Teknis/Supervisi Lapangan/Lapangan,
Pelaksana kurang mampu melaksanakan tugasnya, maka Penyedia akan diberitahu
secara tertulis untuk mengganti pelaksananya.
5. Dalam waktu 7 (tujuh) hari setelah dikeluarkannya surat pemberitahuan, Penyedia sudah
harus menunjuk pelaksana baru sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan.

G. KEAMANAN KERJA

1. Pelaksanaan
a. Penyedia diwajibkan menjaga keamanan terhadap barang-barang milik Proyek,
Direksi Teknis/Supervisi Lapangan/Lapangan dan milik pihak ketiga yang ada di
lapangan baik terhadap pencurian maupun pengrusakan.
b. Untuk maksud-maksud tersebut Penyedia diharuskan membuat pagar
pengamanan.
c. Bila terjadi kehilangan atau kerusakan barang-barang atau pekerjaan, tetap
menjadi tanggung jawab Penyedia dan tidak dapat diperhitungkan dalam biaya
pekerjaan tambah atau pengunduran waktu pelaksanaan.
d. Apabila terjadi kebakaran, Penyedia bertanggung jawab atas akibatnya, untuk itu
Penyedia harus menyediakan alat-alat pemadam kebakaran yang siap pakai,
ditempatkan di tempat-tempat yang strategis dan mudah dicapai.
2. Pengukuran dan Pembayaran
Besarnya biaya Keamanan sudah diperhitungkan dalam penawaran dan termasuk dalam
nilai kontrak.

H. PENGELOLAAN LINGKUNGAN

1. Penyedia wajib melaksanakan upaya pengelolaan lingkungan selama masa konstruksi


berlangsung, sesuai dengan matrik dampak dan pemantauan lingkungan yang tertera
161

di dalam dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Pemantauan Lingkungan (UKL


– UPL) Pengolahan Air Bersih Kab. Bekasi.
2. Pengelolaan lingkungan yang harus dilakukan oleh penyedia, antara lain adalah:
a. Penyedia wajib melakukan penyiraman area kerja dan sekitarnya minimal 1 hari
sekali, untuk mengurangi debu akibat pekerjaan konstruksi
b. Memastikan sampah, baik dari kegiatan konstruksi maupun kegiatan domestik,
dibuang di tempat yang aman. Pembuangan sampah ini bisa dilakukan dengan
bekerjasama dengan pihak lain seperti Dinas Kebersihan
c. Penyedia harus membuat sistem drainase sementara di sekitar area konstruksi
untuk menghindari terjadinya genangan.
d. Memastikan air limbah yang dihasilkan dari kegiatan domestik para pekerja,
dikelola dengan baik dan tidak mencemari lingkungan.
e. Memastikan tanah sisa galian dibuang ke tempat yang aman dan tidak
menimbulkan dampak negative terhadap lingkungan dan sosial.
3. Penyedia wajib mendokumentasikan kegiatan pengelolaan lingkungan yang telah
dilakukan dan melaporkan secara berkala kepada pemberi tugas

I. UKURAN – UKURAN

Ukuran-ukuran yang tertera pada gambar adalah ukuran sebenarnya dan gambar tersebut
adalah gambar berskala. Jika terdapat perbedaaan antara ukuran dan gambarnya, maka
Penyedia harus segera meminta pertimbangan dan persetujuan dari Direksi Teknis/Supervisi
Lapangan/ Lapangan untuk menetapkan mana yang benar.

J. PENYEDIAAN AIR, TENAGA LISTRIK DAN LAMPU PENERANGAN

1. Pelaksanaan
a. Untuk kepentingan pelaksanaan pekerjaan selama proyek berlangsung, Penyedia
harus memperhitungkan biaya penyediaan air bersih guna keperluan air kerja, air
minum untuk pekerja dan air kamar mandi.
b. Air yang dimaksud adalah bersih, baik yang berasal dari PAM atau sumber air,
serta pengadaan dan pemasangan pipa distribusi air tersebut bagi keperluan
pelaksanaan pekerjaan dan untuk keperluan Kantor Proyek, kantor Penyedia,
kamar mandi/ WC atau tempat-tempat lain yang dianggap perlu.
c. Penyedia juga harus menyediakan sumber tenaga listrik untuk keperluan
pelaksanaan pekerjaan, kebutuhan kantor Proyek dan penerangan proyek pada
malam hari sebagai keamanan selama proyek berlangsung selama 24 jam penuh
dalam sehari.
d. Pengadaan penerangan dapat diperoleh dari sambungan PLN dan Generator Set,
dan semua perijinan untuk pekerjaan tersebut menjadi tanggung jawab Penyedia.
Pengadaan fasilitas penerangan tersebut termasuk pengadaan dan pemasangan
instalasi dan armatur, stop kontak serta saklar/ panel.
2. Pengukuran dan Pembayaran
Besarnya biaya Air Kerja, Tenaga Listrik dan Penerangan sudah diperhitungkan dalam
penawaran dan termasuk dalam nilai kontrak.

K. GAMBAR – GAMBAR KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS

1. Penyedia wajib meneliti semua Gambar dan RKS/spesifikasi teknis termasuk tambahan
dan perubahannya yang tercantum dalam Berita Acara Penjelasan Pekerjaan
(Aanwijzing).
162

2. Bilamana ada ketidak sesuaian antara Gambar dan RKS, maka yang mengikat adalah
RKS. Bilamana suatu gambar tidak cocok dengan gambar yang lain, maka harus
berkonsultasi dengan Direksi Teknis/Supervisi Lapangan/Lapangan untuk
dikoordinasikan dengan Konsultan Perencana.
3. Tidak dibenarkan untuk menarik keuntungan dari kesalahan-kesalahan, kekurangan-
kekurangan pada gambar atau perbedaan ketentuan antara gambar rencana dan
spesifikasi teknis. Apabila ternyata terdapat kesalahan, kekurangan, perbedaan dan
hal-hal lain yang meragukan, Penyedia harus mengajukannya kepada Direksi
Teknis/Supervisi Lapangan/Lapangan secara tertulis, dan Direksi Teknis/Supervisi
Lapangan/ Lapangan akan mengoreksi atau menjelaskan gambar-gambar tersebut
untuk kelengkapan yang telah disebutkan dalam spesifikasi teknis. Koreksi akibat
penyimpangan keadaan lapangan terhadap gambar rencana akan ditentukan oleh
Direksi Teknis/Supervisi Lapangan/Lapangan dan disampaikan secara tertulis kepada
Penyedia.
4. Paling lambat 7 (tujuh) hari sebelum pelaksanaan pekerjaan, Penyedia harus
menyerahkan gambar kerja (shop drawing) kepada pihak Direksi Teknis/Supervisi
Lapangan/ Lapangan sebanyak 3 (tiga) rangkap, termasuk perhitungan-perhitungan
yang berhubungan dengan gambar tersebut.
5. Gambar kerja untuk semua pekerjaan harus senantiasa disimpan di lapangan. Gambar-
gambar tersebut harus berada dalam kondisi baik, dapat dibaca dan merupakan hasil
revisi terkahir. Penyedia juga harus menyiapkan gambar-gambar yang menunjukan
perbedaan antara gambar rencana dan gambar kerja. Semua biaya untuk itu menjadi
tanggung jawab Penyedia.

L. MOBILISASI DAN DEMOBILISASI PERALATAN

1. Pelaksanaan
a. Semua alat-alat untuk pelaksanaan pekerjaan baik berupa alat-alat kecil maupun
besar, harus disediakan oleh Penyedia dalam keadaan baik dan siap pakai,
sebelum pekerjaan fisik yang bersangkutan dimulai antara lain:
 Mesin pengaduk beton dan mesin penggetar
 Mesin pemadat/compactor
 Peralatan pengelasan dan pendukungnya
 Crane
 Perlengkapan penerangan untuk keamanan dan kerja lembur
 Peralatan lainnya yang nyata-nyata diperlukan dalam pelaksanaan
pekerjaan
b. Penyedia harus menjaga ketertiban dan kelancaran selama perjalanan alat-alat
berat yang menggunakan jalanan umum agar tidak mengganggu lalu-lintas.
c. Direksi Teknis/Supervisi Lapangan/Lapangan berhak memerintahkan untuk
menambah peralatan atau menolak peralatan yang tidak sesuai atau tidak
memenuhi persyaratan.
d. Bila pekerjaan telah selesai, Penyedia diwajibkan untuk segera menyingkirkan
alat alat tersebut, memperbaiki kerusakan yang diakibatkannya dan
membersihkan bekas-bekasnya.
e. Disamping untuk menyediakan alat-alat yang diperlukan seperti dimaksudkan
pada butir 12.1.a penyedia harus menyediakan alat-alat bantu sehingga dapat
bekerja pada kondisi apapun, seperti : tenda-tenda untuk bekerja pada waktu hari
hujan, perancah (scafolding) pada sisi luar bangunan atau tempat lain yang
memerlukan, serta peralatan lainnya.
2. Pengukuran dan Pembayaran
a. Mobilisasi.
163

Pengukuran dan pembayaran untuk mobilisasi dibuat dalam harga Lump Sum
yang terdapat dalam Daftar Kuantitas item Pekerjaan Persiapan.
Harga lump sum untuk mobilisasi dibayar berdasarkan sertifikat yang dikeluarkan
oleh Direksi Pekerjaan bahwa mobilisasi telah lengkap untuk setiap jenis
peralatan dan perlengkapan yang diajukan kontraktor dalam penawarannya.
Perkiraan bulanan tentang kemajuan pekerjaan untuk pembayaran mobilisasi
harus didukung oleh salinan dan dokumen yang sesuai, yang menunjukkan
bahwa mobilisasi untuk setiap peralatan yang disebutkan di atas sudah lengkap
dalam bulan yang direncanakan.
Total seluruh pembayaran tidak boleh lebih besar dari harga lump sum yang
terdapat dalam Daftar Kuantitas dan Harga.

b. Demobilisasi.
Pengukuran dan pembayaran untuk demobilisasi dibuat dalam harga Lump Sum
yang terdapat dalam Daftar Kuantitas item Pekerjaan Persiapan.
Harga lump sum untuk demobilisasi dibayar berdasarkan sertifikat yang
dikeluarkan oleh Direksi Pekerjaan bahwa demobilisasi telah lengkap untuk setiap
jenis peralatan dan perlengkapan yang termasuk dalam demobilisasi.
Perkiraan bulanan tentang kemajuan pekerjaan untuk pembayaran demobilisasi
harus didukung oleh salinan dan dokumen yang sesuai, yang menunjukkan
bahwa demobilisasi untuk setiap peralatan yang disebutkan di atas sudah
lengkap dalam bulan yang direncanakan.
Total seluruh pembayaran tidak boleh lebih besar dari harga lump sum yang
terdapat dalam Daftar Kuantitas dan Harga.

M. PENYEDIAAN MATERIAL

1. Penyedia harus menyediakan sendiri semua material seperti yang disebutkan dalam
daftar kuantitas (daftar rencana anggaran biaya) kecuali ditentukan lain di dalam
dokumen kontrak.
2. Semua peralatan dan material yang disediakan dan pekerjaan yang dilaksanakan harus
sesuai dengan spesifikasi teknis yang ditentukan dalam dokumen kotrak.
3. Nama produsen material dan peralatan yang digunakan, termasuk cara kerja,
kemampuan, laporan pengujian dan informasi penting lainnya mengenai hal ini harus
disediakan bila diminta untuk dipertimbangkan oleh Direksi Teknis/Supervisi
Lapangan/Lapangan. Bila menurut pendapat Direksi Teknis/Supervisi Lapangan/
Lapangan hal-hal tersebut tidak memuaskan atau tidak sesuai dengan spesifikasi teknis
yang ditentukan dalam dokumen kontrak, maka harus diganti oleh Penyedia tanpa
biaya tambahan.
4. Semua peralatan dan material harus disuplai dengan urutan dan waktu sedemikian
rupa sehingga dapat menjamin kelancaran pelaksanaan pekerjaan dengan
memperhitungkan jadwal untuk pekerjaan lainnya.

N. DOKUMEN DAN JAMINAN KUALITAS

1. Penyedia diharuskan untuk menyerahkan jaminan kualitas dari bahan – bahan utama
yang akan dipasang dari instansi yang berwenang untuk mengeluarkan jaminan.
2. Penyedia harus melampirkan gambar serta brosur asli dari pabrik dalam dokumen
penawarannya, yang menggambarkan ukuran dan spesifikasi teknis dari material yang
digunakan pada pemasangan pipa.

O. CONTOH – CONTOH MATERIAL


164

1. Contoh-contoh material harus segera ditentukan dan diambil dengan cara pengambilan
contoh menurut Acuan Normatif yang disetujui Direksi Teknis/Supervisi
Lapangan/Lapangan. Contoh-contoh harus menggambarkan secara nyata kualitas
material yang akan dipakai pada pelaksanaan pekerjaan.
2. Contoh-contoh yang telah disetujui Direksi Teknis/Supervisi Lapangan/ Lapangan harus
disimpan terpisah dan tidak tercampur atau terkotori yang dapat mengurangi kualitas
material tersebut. Penawaran Penyedia harus sudah termasuk biaya yang diperlukan
untuk pengujian material.
3. Jika dalam pelaksanaan pekerjaan barang/ material yang disetujui sesuai dengan
spesifikasi yang ditentukan tidak tersedia di pasaran maka penyedia dapat mengajukan
alternatif barang/ material dengan kualitas yang sama dengan spesifikasi yang
ditentukan, dengan persetujuan Direksi Teknis/Supervisi Lapangan/ Lapangan.

P. PERLINDUNGAN TERHADAP CUACA

Penyedia dengan tanggungan sendiri dan dengan diketahui Direksi Teknis/Supervisi


Lapangan/ Lapangan harus mengusahakan langkah-langkah dan peralatan yang diperlukan
untuk melindungi pekerjaan dan bahan-bahan serta peralatan yang digunakan agar tidak
rusak atau berkurang mutunya karena pengaruh cuaca.

Q. PENGUKURAN DAN PEMATOKAN JALUR PIPA

1. Pelaksanaan
1.1. Pengukuran
a. Penyedia harus melakukan pengukuran kembali di lapangan, dan
menggambarkan kembali sesuai kondisi real di lapangan (shop drawing).
b. Pengukuran harus dilakukan oleh tenaga ahli dalam bidangnya dan
berpengalaman.
c. Hasil pengukuran harus dilaporkan kepada Direksi Teknis/Supervisi Lapangan/
Lapangan agar dapat ditentukan sebagai pedoman atau referensi dalam
melaksanakan pekerjaan sesuai dengan gambar rencana dan persyaratan teknis.
d. Jika pada saat pengukuran terjadi keraguan, maka hal ini harus ditanyakan
kepada Direksi Teknis/Supervisi Lapangan/ Lapangan.
1.2. Pematokan
a. Penyedia harus mengerjakan pematokan untuk menentukan posisi jalur pipa dan
peil/elevasi pipa sesuai dengan gambar rencana. Pekerjaan ini seluruhnya harus
mendapat persetujuan Direksi Teknis/Supervisi Lapangan/ Lapangan terlebih
dahulu sebelum memulai pekerjaan selanjutnya. Direksi Teknis/Supervisi
Lapangan/ Lapangan dapat melakukan revisi pemasangan patok tersebut bila
dipandang perlu. Penyedia harus mengerjakan revisi tersebut sesuai dengan
petunjuk Direksi Teknis/Supervisi Lapangan/Lapangan.
b. Sebelum memulai pekerjaan pemasangan patok, Penyedia harus
memberitahukan kepada Direksi Teknis/Supervisi Lapangan/Lapangan sekurang-
kurangnya 2 (dua) hari sebelumnya,sehingga Direksi Teknis/Supervisi
Lapangan/Lapangan dapat mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan
untuk melakukan pengawasan.
c. Pekerjaan pematokan yang telah selesai, diukur oleh Penyedia untuk mendapat
persetujuan Direksi Teknis/Supervisi Lapangan/Lapangan. Hanya hasil
pengukuran yang telah disetujuiDireksi Teknis/Supervisi Lapangan/Lapangan
yang dapat digunakan sebagai dasar untuk pembayaran pekerjaan. Penyedia
wajib menyediakan alat-alat ukur dengan perlengkapannya, juru ukur serta
165

pekerjaan lain yang diperlukan oleh Direksi Teknis/Supervisi Lapangan/Lapangan


untuk melakukan pemeriksaan/ pengujian hasil pengukuran.
d. Semua tanda-tanda di lapangan yang diberikan oleh Direksi Teknis/Supervisi
Lapangan/ Lapangan atau dipasang sendiri oleh Penyedia harus tetap dipelihara
dan dijaga dengan baik oleh Penyedia. Apabila ada yang rusak harus segera
diganti dengan yang baru dan meminta kembali persetujuan dari Direksi
Teknis/Supervisi Lapangan/Lapangan. Bila terdapat penyimpangan dari gambar
rencana, Penyedia harus mengajukan 3 (tiga) rangkap gambar penampang dari
daerah yang dipatok tersebut. Direksi Teknis/Supervisi Lapangan/Lapangan akan
membubuhkan tanda tangan persetujuan dari pendapat/revisi pada satu copy
gambar tersebut dan mengembalikannya kepada Penyedia. Setelah diperbaiki
Penyedia harus mengajukan kembali gambar hasil revisinya. Gambar-gambar
tersebut harus dibuat agar memungkinkan untuk direproduksi. Semua gambar
gambar yang telah disetujui harus diserahkan kepada Direksi Teknis/Supervisi
Lapangan/ Lapangan dalam bentuk asli dan 2 (dua) copy. Ukuran dan huruf yang
digunakan pada gambar tersebut harus sesuai dengan ketentuan Direksi
Teknis/Supervisi Lapangan/ Lapangan.

2. Pengukuran dan Pembayaran


Besarnya biaya Pengukuran dan Pematokan Jalur Pipa sudah diperhitungkan dalam
penawaran dan termasuk dalam nilai kontrak.

R. JADWAL PELAKSANAAN

1. Penyedia harus menyiapkan jadwal pelaksanaan secara detail dan harus diserahkan
kepada Direksi Teknis/Supervisi Lapangan/ Lapangan paling lambat 7 (tujuh) hari
sebelum pelaksanaan suatu tahapan pekerjaan dimulai. Program kerja tersebut harus
sudah mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Direksi Teknis/Supervisi
Lapangan/Lapangan. Jadwal pelaksanaan tersebut harus mencakup:
a. Usulan waktu untuk pengadaan, pembuatan dan suplai berbagai bagian
pekerjaan.
b. Usulan waktu untuk pengadaan dan pengangkutan bagian-bagian lain ke
lapangan.
c. Usulan waktu dimulainya serta rencana selesainya setiap bagian pekerjaan
dan/atau pemasangan berbagai bagian pekerjaan termasuk pengujiannya.
d. Usulan jumlah jam kerja bagi tenaga-tenaga yang disediakan oleh Penyedia.
e. Jumlah tenaga kerja yang dipakai pada setiap tahapan pekerjaan dengan disertai
latar belakang pendidikan, pengalaman serta penugasannya.
f. Jenis serta jumlah mesin-mesin dan peralatan yang akan dipakai pada
pelaksanaan pekerjaan.
g. Cara pelaksanaan pekerjaan
2. Jadwal pelaksanaan tersebut antara lain dituangkan dalam bentuk Kurva-S beserta
lampiran penjelasan.
3. Penyedia wajib memberikan salinan jadwal pelaksanaan yang telah disahkan oleh
Direksi Teknis/Supervisi Lapangan/Lapangan dalam 5 (lima) rangkap kepada Direksi
Teknis/Supervisi Lapangan/Lapangan, dan satu salinan harus ditempel di kantor
lapangan (direksi keet) yang dilengkapi dengan grafik kemajuan pelaksanaan
pekerjaan.
4. Direksi Teknis/Supervisi Lapangan/Lapangan akan menilai prestasi pekerjaan Penyedia
berdasarkan grafik rencana kerja dan kemajuan pelaksanaan pekerjaan tersebut.

S. METODE KERJA

Sebelum pelaksanaan pekerjaan penyedia harus mengajukan metode pelaksanaan


166

pekerjaan untuk disetujui oleh Konsultan Supervisi, Direksi Teknis, dan Pejabat Pembuat
komitmen (PPK). Metode kerja sekurang-kurangnya berisi:
1. Metode pelaksanaan pekerjaan,
2. Untuk komponen pekerjaan tertentu (beton, baja/besi, pipa, manhole) harus dilengkapi
dengan gambar yang menjelaskan pelaksanaannya.
3. Bahan/ material yang akan digunakan
4. Peralatan pendukung
5. Jumlah tenaga kerja yang akan digunakan
6. Rincian penerapan K3 di lapangan (persyaratan penggunaan APK dan APD sesuai
dengan jenis pekerjaan)

T. PEMBERITAHUAN UNTUK MEMULAI PEKERJAAN

1. Penyedia diharuskan untuk memberikan penjelasan tertulis selengkapnya apabila


Direksi Teknis/Supervisi Lapangan/Lapangan memerlukan penjelasan tentang tempat-
tempat asal mula material yang didatangkan untuk suatu tahap pekerjaan sebelum
mulai pelaksanaan tahapan tersebut. Dalam keadaan apapun, Penyedia tidak
dibenarkan untuk memulai pekerjaan yang sifatnya permanen tanpa mendapat
persetujuan terlebih dahulu dari Direksi Teknis/Supervisi Lapangan/ Lapangan.
2. Pemberitahuan yang jelas dan lengkap harus terlebih dahulu disampaikan kepada
Direksi Teknis/Supervisi Lapangan/ Lapangan sebelum memulai pekerjaan, agar
Direksi Teknis/Supervisi Lapangan/Lapangan mempunyai waktu yang cukup untuk
mempertimbangkan persetujuannya.
3. Pelaksanaan pekerjaan-pekerjaan yang menurut Direksi Teknis/Supervisi Lapangan/
Lapangan penting, harus dihadiri dan diawasi langsung oleh Direksi Teknis/Supervisi
Lapangan/ Lapangan atau wakilnya.
Untuk itu maka Penyedia harus menyampaikan permohonan ijin pelaksanaan (request)
yang harus sudah diterima oleh Direksi Teknis/Supervisi Lapangan/ Lapangan
selambat-lambatnya 2(dua) hari sebelum pekerjaan dilaksanakan.

U. RAPAT – RAPAT

1. Apabila dipandang perlu, Direksi Teknis/Supervisi Lapangan/ Lapangan dapat


mengadakan rapat-rapat dengan mengundang Penyedia dan pihak-pihak tertentu yang
berkaitan dengan pembahasan dan permasalahan pelaksanaan pekerjaan. Semua
hasil/ risalah rapat merupakan ketentuan yang bersifat mengikat bagi Penyedia.
2. Keputusan rapat yang disepakati dituangkan dalam berita acara dan ditandatangani
oleh seluruh pihak yang berkepentingan.

V. PRESTASI KEMAJUAN PEKERJAAN

1. Prestasi kemajuan pekerjaan ditentukan dengan jumlah prosentasi pekerjaan yang


telah diselesaikan Penyedia dan disetujui oleh Direksi Teknis/Supervisi
Lapangan/Lapangan. Prosentase pekerjaan ini dihitung dengan membandingkan nilai
volume pekerjaan yang telah diselesaikan terhadap nilai kontrak keseluruhan.
2. Pembayaran akan dilakukan sesuai dengan prestasi kemajuan pekerjaan berdasarkan
ketentuan yang tercantum dalam kontrak.

W. PENYELESAIAN PEKERJAAN
167

1. Pekerjaan harus mencakup seluruh elemen yang diperlukan walaupun tidak diuraikan
secara khusus dalam spesifikasi teknis dan gambar-gambar, namun tetap diperlukan
agar hasil pelaksanaan pekerjaan dapat berfungsi dengan baik secara keseluruhan
sesuai dengan kontrak.
2. Penyedia harus menguji hasil pekerjaan setiap tahap dan/ atau secara keseluruhan
sesuai dengan ketentuan spesifikasi teknisnya. Apabila dari hasil pengujian terdapat
bagian pekerjaan yang tidak memenuhi syarat, Penyedia dengan biaya sendiri harus
melaksanakan perbaikan sampai dengan hasil pengujian ulang berhasil dan dapat
diterima oleh Direksi Teknis/Supervisi Lapangan/ Lapangan.

X. LAPORAN – LAPORAN

Penyedia harus menyusun dan menyerahkan laporan pelaksanaan pekerjaan, yang terdiiri
dari:
1. Laporan harian yang berisi laporan yang mencatat seluruh rencana dan realisasi
aktivitas pekerjaan harian.

Laporan harian berisi:


a. Tugas, penempatan dan jumlah tenaga kerja di lapangan;
b. Jenis dan kuantitas bahan di lapangan;
c. Jenis, jumlah, dan kondisi peralatan di lapangan;
d. Jenis dan kuantitas pekerjaan yang dilaksanakan;
e. Cuaca dan peristiwa alam lainnya yang mempengaruhi pelaksanaan pekerjaan;
f. Hasil inspeksi/ pengawasan/ patroli K3 dan lingkungan;
g. Kejadian insiden/kecelakaan atau penyakit akibat kerja, jika ada, dan tindak
lanjutnya;
h. Catatan lain yang dianggap perlu.
2. Laporan Mingguan, yang berisi terdiri dari rangkuman laporan harian dan berisi hasil
kemajuan fisik pekerjaan mingguan, hasil inspeksi K3, mutu, dan lingkungan termasuk
tindak lanjutnya, serta catatan lain yang dianggap perlu.
3. Laporan bulanan dibuat oleh Penyedia, terdiri dari rangkuman laporan mingguan dan
berisi hasil kemajuan fisik pekerjaan bulanan, termasuk hasil pelaksanaan RK3K,
program mutu dan lingkungan.
4. Untuk kelengkapan laporan, Penyedia dan Direksi Teknis/Supervisi Lapangan wajib
membuat foto-foto dan video dokumentasi pelaksanaan pekerjaan dan evaluasi
pencapaian sasaran K3, mutu dan lingkungan, termasuk rekomendasi untuk
peningkatan kinerja K3, mutu dan lingkungan.
5. Dokumentasi pelaksanaan pekerjaan minimal pada kondisi 0%, 25%, 50%, 75% dan
100% atau sesuai dengan ketentuan yang dikeluarkan Direksi Teknis/Supervisi
Lapangan/Lapangan.
6. Dalam pembuatan dokumentasi harus berisi informasi mengenai jenis pekerjaan, lokasi
dan kondisi kemajuan pekerjaan.
7. Tidak ada item tersendiri untuk pembiayaan pembuatan laporan termasuk rekaman
video proyek. Biaya pembuatan laporan sudah diperhitungkan dalam penawaran dan
termasuk dalam nilai kontrak.

Y. SHOP DRAWING

1. Penyedia wajib membuat shop drawing yang terdiri dari gambar kerja lengkap sesuai
dengan kondisi lapangan untuk semua pekerjaan serta detail khusus yang belum
tercakup lengkap dalam gambar rencana atau yang diminta Direksi Teknis/Supervisi
Lapangan/Lapangan. Shop drawing ini harus jelas mencantumkan dan
menggambarkan semua data yang diperlukan.
2. Semua dokumen gambar harus dibuat dengan menggunakan software CAD.
168

3. Shop drawing harus disetujui dahulu oleh Direksi Teknis/Supervisi Lapangan/Lapangan


sebelum pelaksanaan pekerjaan.
4. Biaya pembuatan shop drawing sudah diperhitungkan dalam penawaran dan termasuk
dalam nilai kontrak.

Z. AS BUILT DRAWING

1. Setelah pekerjaan selesai Penyedia diharuskan menyerahkan As Built Drawing yang


menunjukan gambar yang terpasang disertai perubahannya bila ada, paling lambat 14
(empat belas) hari sebelum penyerahan akhir pekerjaan.
2. Semua dokumen gambar harus dibuat dengan menggunakan software CAD.
3. Dokumen pekerjaan terlaksana/terpasang (as built documents) yang diserahkan
kepada pengguna pekerjaan konstruksi pada saat serah terima akhir pekerjaan adalah
termasuk dokumen hasil proses manajemen risiko K3 Perancangan dan Pelaksanaan
serta SOP K3 Pemanfaatan Bangunan/ Konstruksi.
4. Apabila penyedia terlambat menyerahkan gambar pelaksanaan, maka PPK dapat
menahan sejumlah uang sesuai ketentuan dalam syarat-syarat khusus kontrak.
5. Apabila penyedia tidak menyerahkan gambar pelaksanaan, maka PPK dapat
memperhitungkan pembayaran kepada penyedia sesuai dengan ketentuan dalam
syarat-syarat khusus kontrak.
6. Biaya pembuatan as built drawing sudah diperhitungkan dalam penawaran dan
termasuk dalam nilai kontrak.

AA. DIREKSI KEET, STOCK YARD, GUDANG SEMEN & PERALATAN, BEDENG
PEKERJA

1. Pelaksanaan.
a. Penyedia harus membuat Direksi Keet/kantor proyek tempat bagi pelaksana dan
Direksi Teknis/Supervisi Lapangan/Lapangan bekerja, dengan luas yang memadai
dan dilengkapi dengan peralatan kantor yang dibutuhkan.
b. Penyedia juga harus menyediakan halaman/stock yard dengan luas yang cukup
untuk menyimpan material yang besar seperti alat berat dan perlatan lapangan
lainnya.
c. Penyedia juga harus menyediakan gudang dengan luas yang cukup untuk
menyimpan bahan-bahan bangunan dan peralatan-peralatan agar terhindar dari
gangguan cuaca dan pencurian.
d. Penempatan kantor dan gudang harus diatur sedemikian rupa, agar mudah
dijangkau dan tidak menghalangi pelaksanaan pekerjaan.
e. Penyedia harus membuat bedeng pekerja/los kerja dan bangunan tempat untuk
istirahat (bedeng) dan tempat ibadah bagi pekerja penyedia.
f. Los kerja merupakan bangunan dengan luas yang cukup untuk tempat bekerja bagi
tukang/ pekerja Penyedia dan mempunyai kondisi yang cukup baik, terlindung dari
pengaruh cuaca yang dapat menghambat kelancaran pekerjaan.
g. Bangunan-bangunan ini harus dibongkar setelah pekerjaan selesai dilaksanakan.
h. Penyedia Jasa harus menyediakan secara penuh waktu tenaga pengamanan dan
pesuruh kantor.
i. Penyedia Jasa harus selalu menjaga bahwa kantor lapangan Direksi setiap waktu
terpelihara dengan baik berikut layanan fasilitasnya.
2. Pengukuran dan Pembayaran.
Pengukuran dan pembayaran untuk item ini dibuat dalam harga Lump Sum yang
terdapat dalam Daftar Kuantitas item Pekerjaan Persiapan.
Harga lump sum untuk item ini dibayar berdasarkan sertifikat yang dikeluarkan oleh
Direksi Pekerjaan bahwa Direksi Keet, Stock Yard, Gudang Semen & Peralatan dan
Bedeng Pekerja telah lengkap dibangun dengan segala jenis perlengkapannya.
169

Total seluruh pembayaran tidak boleh lebih besar dari harga lump sum yang terdapat
dalam Daftar Kuantitas dan Harga.

AB. PENYIAPAN STANDAR OPERASI DAN PEMELIHARAAN DAN PELATIHAN

1. Pelaksanaan.
a. Penyedia harus menyerahkan kepada Direksi Proyek 6 set Manual Operasi dan
Pemeliharaan (O & M) sedini mungkin,atau dalam waktu 28 hari setelah selesai
menginstal dan memasok peralatan di lapangan.
b. Manual harus mencakup diagram diagramatik peralatan yang mudah dibaca.
Penyedia dalam mempersiapkan Manual harus mempertimbangkan
kekurangan pengalaman personil pengelola dalam operasi dan pemeliharaan.
c. Manual harus mencakup seperti nama dan lokasi pabrikan, kantor perwakilan
pabrik pembuat, pemasok terdekat, daftar lengkap semua gambar yang berlaku,
daftar suku cadang, dan daftar komponen untuk setiap komponen dari salah satu
item.
d. Daftar bagian komponen harus mencakup kode, nomor seri dan instruksi lainnya
dan sejauh mungkin harus dirinci untuk semua peralatan yang disediakan.
e. Pemeliharaan yang dilakukan untuk barang-barang ini harus dijelaskan secara
rinci termasuk frekuensi inspeksi dan pelumasan yang direkomendasikan.
2. Pengukuran dan Pembayaran.
Pengukuran dan pembayaran untuk penyiapan SOP dan Pelatihan dibuat dalam harga
Lump Sum yang terdapat dalam Daftar Kuantitas item Pekerjaan Persiapan.
Harga lump sum untuk item ini dibayar berdasarkan sertifikat yang dikeluarkan oleh
Direksi Pekerjaan bahwa dokumen SOP dan pelatihan telah dibuat dan dijalankan
dengan baik dan benar sesuai dengan arahan Direksi Pekerjaan.
Total seluruh pembayaran tidak boleh lebih besar dari harga lump sum yang terdapat
dalam Daftar Kuantitas dan Harga.

AC. SOSIALISASI KEPADA MASYARAKAT

1. Umum
Sebelum dimulainya pelaksanaan pekerjaan, dilakukan terlebih dahulu koordinasi dan
sosialisasi dengan instansi atau pihak-pihak terkait. Selain koordinasi dan sosialisasi
dengan pihak terkait juga dilakukan sosialisasi kepada masyarakat sesuai rencana
lokasi pekerjaan. Setelah pelaksanaan koordinasi dan sosialisasi tersebut dilaksanakan
maka diharapkan masyarakat dapat mengerti dan sekaligus mendukung pelaksanaan
pekerjaan sejak awal hingga selesai.
Penyelenggaraan koordinasi dan sosialisasi tersebut akan dilaksanakan oleh pemilik
proyek dibantu oleh kontraktor dan konsultan pengawas.

2. Pengukuran dan Pembayaran


Besarnya biaya Sosialisasi Kepada Masyarakat sudah diperhitungkan dalam
penawaran dan termasuk dalam nilai kontrak.

AD. PENGAMANAN UTILITAS EKSISTING (BAWAH TANAH)

1. Umum.
Dalam melaksanakan pekerjaan, Kontraktor harus mempertimbangkan dengan
cermat keberadaan utilitas bawah tanah seperti kabel listrik, pipa gas, kabel telpon,
drainase dll, dengan melakukan koordinasi dengan instansi terkait untuk memperoleh
data awal sepanjang lokasi pekerjaan dan melakukan.
Apabila dalam pelaksanaannya terdapat utilitas bawah tanah yang rusak akibat
170

penggalian dan utilitas tersebut tidak diketahui keberadaan sebelumnya dan dianggap
penting untuk diperbaiki atau dipindahkan (relokasi) maka Direksi Pekerjaan dapat
mempertimbangkan biaya akibat pekerjaan tersebut dengan melampirkan bukti-bukti
yang dapat dipertanggung jawabkan.
2. Pengukuran dan Pembayaran.
Besarnya biaya Pengamanan Utilitas Eksisting (bawah tanah) sudah diperhitungkan
dalam penawaran dan termasuk dalam nilai kontrak.

A.E. PRE-COMMISIONING DAN COMMISIONING

1. Umum.
Kontraktor harus menyerahkan rencana pengujian, komisioning dan verifikasi yang
akan digunakan untuk menunjukkan/mendemontrasikan bahwa fasilitas terpasang,
peralatan, proses dan sistem, mampu berkinerja dengan baik secara individu maupun
sebagai bagian dari jaringan terpadu. Kontraktor harus menyampaikan rencana final
kepada Direksi Pekerjaan/Lapangan untuk review paling tidak 14 hari sebelum
dimulainya pekerjaan komisioning.
Pengujian pra-komisioning dan komisioning harus mencakup semua prosedur dan
fungsi, keselamatan, keadaan darurat serta prosedur normal.
Kontraktor harus menetapkan, dalam dokumentasi konstruksinya, daftar lengkap dari
uji komisioning yang akan dilakukan berdasar Kontrak untuk membuktikan
kesesuaian dengan Spesifikasi Teknis. Pengujian semacam itu harus mencakup,
tetapi tidak harus terbatas pada: -
Uji struktur dan pipa
 Pengujian kebocoran dan tekanan;
 Pengujian pemadatan untuk bahan perlapisan dan penimbunan kembali;
 Pengujian bahan konstruksi (termasuk pengujian beton);
 Pengujian operasi otomatis;
 Pengujian operasi manual;
 Pengujian kualitas bahan.
Semua pengujian yang dilakukan harus diselesaikan untuk kepuasan Engineer
sesuai dengan program uji.
2. Pengukuran dan Pembayaran.
Pengukuran dan pembayaran untuk pra-komisioning dan komisioning dibuat dalam
harga Lump Sum yang terdapat dalam BOQ.
Harga lump sum untuk item ini dibayar berdasarkan sertifikat yang dikeluarkan oleh
Direksi Pekerjaan bahwa persiapan commissioning dan pelaksanaan commissioning
telah dilaksanakan dan berjalan lancar tidak ada kendala dan permasalahan.
Total seluruh pembayaran tidak boleh lebih besar dari harga lump sum yang terdapat dalam
BOQ.

AF. PENGECATAN

1. Ketentuan-Ketentuan Pengecatan.
171

Untuk mendapatkan hasil pengecatan yang baik maka pengecatan perlu memenuhi
ketentuan-ketentuan pengecatan, jika menginginkan hasil yang memuaskan.
Sedangkan ketentuan-ketentuan pengecatan mempunyai tujuan dan fungsi
pengecatan yaitu :
a. Tujuan dan fungsi pengecatan.
 Untuk memberikan warna yang indah.
 Untuk melindungi dan menjaga agar benda tersebut tidak mengalami proses
pelapukan atau menjadi rusak.
 Untuk melindungi strukturdari pengaruh negatif alam cuaca.
 Untuk menambah ketahanan kontruksi dari pengaruh panas.

b. Syarat-syarat bahan cat.


Sebagai bahan bangunan, cat harus memenuhi syarat-syarat didalam
penggunaannya, antara lain adalah:
 Cat harus kering dalam waktu 15-20 menit.
 Pengecatan harus dapat menghasilkan lapisan yang lengket, rata, kenyal,
melekat dengan baik, tidak menyerap debu, dan harus melekat dan
menutup dengan baik benda yang dicat.
c. Mutu cat.
Cat didalam pasaran telah diketahui mutunya oleh para pemakai. Cat yang baik
adalah cat yang setelah dipakai :
 Tidak menimbulkan pecah-pecah.
 Warnanya tidak luntur.
 Harus dapat kering maksimum 20 menit.
 Dapat menghasilkan lapisan cat yang lengket.
 Bila diulaskan daapt menutup dengan rata.
 Kenyal.
 Melekat dengan baik.
 Tidak menyerap debu.
 Tahan terhadap iklim.
2. Pekerjaan Pengecatan
a. Benda yang akan dicat harus dipastikan sudah kering sebelum pengecatan
dilaksanakan.
b. Haluskan benda yang akan dicat menggunakan amplas.
c. Bila benda yang akan di cat adalah tembok yang masih sedikit basah, lapiskan
satu lapis isolasi vernis, tunggu sampai kering.
d. Lapiskan plamur dengan menggunakan pisau plamir (kafe), tunggu sampai
kering.
e. Haluskan tembok dengan amplas sampai halus.
f. Lapiskan beberapa lapis cat tembok
g. Pengecatan tembok lama :
 Hilangkan sebagian besar cat tembok yang lama, dengan cara dikerok atau
diampelas.
 Bersihkan tembok dengan air, tunggu sampai kering.
 Lapiskan plamur menggunakan kafe untuk meratakan, tunggu sampai
kering.
 Haluskan dengan ampelas sampai halus.
 Lapiskan cat tembok sampai rata.
3. Pengukuran dan Pembayaran.
Pengukuran untuk pekerjaan Pengecatan diukur dalam satuan meter persegi (m²)
yang terdapat dalam Daftar Kuantitas dan Harga Pekerjaan Struktur Baja dan Atap.
Pembayaran dilakukan berdasarkan harga satuan dalam Daftar Kuantitas dan Harga
dan hasil pekerjaan dapat diterima oleh Direksi Pekerjaan.
172

Pejabat Pembuat Komitmen


Satker …………………………

.....................................................
NIP….........................................
173

BAB X.3 SPESIFIKASI TEKNIS KHUSUS

A. PEKERJAAN SIPIL

A.1. REFERENSI DAN STANDAR


Semua pekerjaan sipil mengacu kepada acuan normatif yang telah ada, antara lain:
SNI 07-0076-1987 Tali kawat baja
SNI 03-0349-1989 Bata beton untuk pasangan dinding
SNI 03-1738-1989 Panduan pengujian CBR lapangan
SNI 03-1742-1989 Metode pengujian kepadatan ringan untuk tanah
SNI 03-1743-1989 Metode pengujian kepadatan berat untuk tanah
SNI 03-1744-1989 Metode pengujian CBR laboratorium
SNI 05-0820-1989 Baja profil I, C dan L
SNI 03-1749-1990 Cara penentuan besar butir agregat untuk adukan dan beton
SNI 03-1750-1990 Mutu dan cara uji agregat beton
SNI 03-1753-1990 Cara penentuan butir halus lebih kecil dari 70 mikron agregat kasar
untuk beton
SNI 03-1754-1990 Cara penentuan butir halus lebih kecil dari 50 mikron agregat kasar
untuk beton
SNI 03-1756-1990 Cara penentuan kadar zat organik agregat halus untuk beton
SNI 03-1765-1990 Cara uji butiran pipih dan panjang agregat untuk beton
SNI 03-1964-1990 Metode pengujian berat jenis tanah
SNI 03-1965-1990 Metode pengujian kadar air tanah
SNI 03-1966-1990 Metode pengujian tentang analisis saringan agregat halus dan
kasar
SNI 03-1969-1990 Metode pengujian berat jenis dan penyerapan air agregat kasar
SNI 03-1970-1990 Metode pengujian berat jenis dan penyerapan air agregat halus
SNI 03-1971-1990 Metode pengujian tentang kadar air agregat
SNI 03-1972-1990 Metode pengujian slump beton
SNI 03-1974-1990 Metode pengujian kuat tekan beton
SNI 03-2417-1991 Metode pengujian keausan agregat dengan mesin los angeles
SNI 03-2458-1991 Metode pengambilan contoh untuk campuran beton segar
SNI 03-2493-1991 Pembuatan dan perawatan benda uji beton di laboratorium
SNI 03-2495-1991 Spesifikasi bahan tambahan untuk beton
SNI 15-2530-1991 Metoda pengujian kehalusan Semen Portland
SNI 15-2531-1991 Metode pengujian berat jenis Semen Portland
SNI 03-2647-1992 Tata cara perhitungan struktur beton untuk bangunan gedung
SNI 03-2816-1992 Metode pengujian kotoran organik dalam pasir untuk
campuran mortar dan beton
SNI 03-2819-1992 Metode pengukuran debit sungai dan saluran terbuka dengan alat
ukur tipe baling-banling
SNI 03-2828-1992 Metode pengujian kepadatan lapangan dengan alat konus pasir
174

SNI 03-2832-1992 Metode pengujian untuk mendapatkan kepadatan tanah maksimum


dengan kadar air optimum.
SNI 03-2914-1992 Spesifikasi beton bertulang kedap air
SNI 03-3402-1994 Metode pengujian berat isi beton ringan struktural
SNI 03-3407-1994 Sifat kekekalan bentuk agregat terhadap larutan sodium sulfat
SNI 03-3422-1994 Metode pengujian batas susut tanah
SNI 03-3423-1994 Metode pengujuan analisis ukuran butir tanah dengan alat
hydrometer
SNI 15-2049-1994 Semen Portland
SNI 03-3976-1995 Tata cara pengadukan dan pengecoran beton
SNI 15-3758-1995 Semen adukan pasangan
SNI 03-4804-1998 Metode pengujian berat isi rongga udara dalam agregat.
SNI 03-2094-2000 Bata merah pejal untuk pasangan dinding
SNI 03-2834-2000 Tata cara pembuatan rencana campuran beton normal
SNI 03-6477-2000 Metode penentuan nilai 10% kehalusan untuk agregat.
SNI 07-6401-2000 Spesifikasi kawat baja dengan proses kanal dingin untuk tulangan
beton
SNI 03-1729-2002 Tata cara perencanaan struktur baja untuk bangunan Gedung
SNI 03-2491-2002 Metode pengujian kuat tarik belah beton.
SNI 03-2835-2002 Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan tanah
SNI 03-3449-2002 Tata cara perancangan campuran beton ringan dengan agregat
ringan.
SNI 03-6762-2002 Metode pengujian tiang pancang terhadap bahan lateral
SNI 03-6796-2002 Metode pengujian untuk menentukan daya dukung tanah dengan
beban statis pada pondasi dangkal
SNI 03-6806-2002 Tata cara perhitungan beton tidak bertulang struktural
SNI 03-6812-2002 Anyaman kawat baja polos yang dilas untuk tulangan beton
SNI 03-6814-2002 Tata cara pelaksanaan sambungan mekanis untuk tulangan beton
SNI 03-6817-2002 Metode pengujian mutu air untuk digunakan dalam beton
SNI 03-6820-2002 Spesifikasi agregat halus untuk pekerjaan adukan dan plesteran
dengan bahan dasar semen
SNI 03-6861.2-2002 Spesifikasi bahan bangunan bagian B (bahan bangunan dari besi/
baja)
SNI 03-6880-2002 Spesifikasi beton struktural
SNI 03-6882-2002 Spesifikasi motar untuk pekerjaan pasangan
SNI 03-6889-2002 Tata cara pengambilan contoh agregat

A.2. PEKERJAAN TANAH


2.1. Pembersihan Tanah

1) Seluruh pepohonan, semak belukar dan akar-akar pohon di dalam daerah batas
pekerjaan harus dibersihkan dan ditebang, termasuk setiap pohon di luar batas-
batas ini yang diperkirakan dapat jatuh dan menghalangi bangunan, kecuali ada
175

pernyataan lain yang tertera di dalam syarat-syarat khusus dan gambar rencana.
2) Bagian atas tanah tanaman harus tersendiri digali sampai kira-kira kedalaman 20
cm dan ditimbun di satu tempat yang layak, agar dapat digunakan lagi.
3) Pembersihan dan pengupasan di luar batas daerah pekerjaan tidak diberikan
pembayaran kepada Penyedia, kecuali pekerjaan tersebut atas permintaan dari
Direksi Teknis/ Lapangan.
4) Bila dinyatakan dalam syarat-syarat khusus atau diperintahkan oleh Direksi Teknis/
Lapangan bahwa pepohonan rindang dan tanaman ornamen tertentu akan
dipertahankan, maka pepohonan/ tanaman tersebut harus dijaga betul dari
kerusakan atas biaya Penyedia.
5) Pepohonan yang harus disingkirkan, harus ditebang sedemikian rupa dengan tidak
merusak pepohonan/ tanaman lain yang dipertahankan, semua pohon, batang
pohon, akar dan sebagainya harus dibongkar dengan kedalaman minimal 20 cm di
bawah permukaan tanah asli dari permukaan akhir (ditentukan oleh permukaan
mana yang lebih rendah). Bersama-sama dengan seluruh jenis sampah dalam
segala bentuknya harus dibuang pada tempat yang tidak terlihat dari tempat
pekerjaan menurut cara yang praktis atau dikubur.
6) Seluruh kerusakan termasuk pagar, yang terjadi pada saat pembersihan, harus
diperbaiki oleh Penyedia atas tanggungannya sendiri. Bila akan dilakukan
pembakaran hasil penebangan, Penyedia harus memberitahukan kepada penghuni
terhadap milik-milik yang berbatasan dengan pekerjaan minimal 48 jam
sebelumnya. Penyedia akan selalu bertindak sesuai dengan peraturan pemerintah
yang berlaku mengenai pembakaran di tempat terbuka.
7) Pada pelaksanaan pembersihan, Penyedia harus berhati-hati untuk tidak
mengganggu setiap patok-patok pengukuran, pipa-pipa atau tanda-tanda lainnya.
Perhitungan pembiayaan untuk pekerjaan ini mencakup penyediaan peralatan,
tenaga dan pembuangan bahan-bahan sisa dibebankan kepada Penyedia dan
dikerjakan sesuai dengan petunjuk Direksi Teknis/ Lapangan.

2.2. Galian Tanah

1) Penyedia dapat memulai penggalian setelah mendapat persetujuan dari Direksi


Teknis/ Lapangan.
2) Sebelum penggalian dimulai, Penyedia wajib mengajukan usulan penggalian yang
akan ditempuh minimal menyebutkan:
a. Urut-urutan pekerjaan penggalian.
b. Metode atau skema penggalian.
c. Peralatan yang digunakan.
d. Jadwal waktu pelaksanaan.
e. Pembuangan galian.
f. Dan lain-lain yang berhubungan dengan pekerjaan galian.
3) Penggalian harus dilaksanakan sampai mencapai kedalaman sebagaimana
ditentukan dalam gambar-gambar. Dalam pelaksanaan galian harus sesuai rencana
176

dan terlebih dahulu mendapat persetujuan dari Direksi Teknis/ Lapangan.


4) Pada daerah galian yang mengandung air, Penyedia harus membuat saluran
penampung air, di dasar galian yang meliputi areal galian. Air yang terkumpul harus
dapat dipompa keluar ke tempat yang aman agar tanah dasar galian tetap kering,
oleh karenanya Penyedia wajib mempersiapkan pompa lengkap dengan
perlengkapannya untuk keperluan penyedotan air tersebut.

2.3. Penyangga Galian

1) Stabilitas dari permukaan selama galian semata-mata adalah tanggung jawab dari
Penyedia; yang harus memperbaiki semua kelongsoran-kelongsoran. Penyedia
harus membuat penyangga-penyangga/ penahan tanah yang diperlukan selama
pekerjaan dan galian tambahan atau urugan bila diperlukan.
2) Penyedia diharuskan untuk melaksanakan dan merawat semua tebing dan galian
yang termasuk dalam kontrak, memperbaiki longsoran-longsoran tanah selama
masa Kontrak dan Masa Perawatan.

2.4. Perlindungan Hasil Galian

Penyedia baru boleh melaksanakan pekerjaan selanjutnya, setelah ia mencapai sesuatu


tahap dimana penggalian yang dihasilkannya disetujui oleh pihak Direksi Teknis/
Lapangan pekerjaan termasuk perlindungan permukaan-permukaan galian itu secara
efektif terhadap kerusakan oleh sebab apapun. Bila pihak Penyedia tidak memberikan
perlindungan yang baik, maka ia menggali kembali daerah yang bersangkutan sampai
ke suatu tahap/ tingkat lanjutan yang disetujui oleh pihak Direksi Teknis/ Lapangan,
dimana untuk selanjutnya tidak diberikan tambahan oleh pihak Direksi Teknis/
Lapangan.

2.5. Coffer Dam

1) Untuk galian di bawah air atau di bawah permukaan air tanah, harus digunakan
coffer dam. Sebelum dimulainya pekerjaan, Penyedia harus memberikan gambar
rencana coffer dam yang akan dikerjakan kepada Direksi Teknis/ Lapangan untuk
disetujui.
2) Coffer dam untuk galian pondasi harus dibuat cukup dalam di bawah
permukaan dasar pondasi yang cukup kedap air, dan diperkuat dengan silang-
silang penguat yang cukup kuat, agar keselamatan kerja terjamin. Luas coffer dam
harus direncanakan cukup untuk penempatan perancah atau acuan pondasi serta
besi untuk keperluan pemompaan air keluar acuan beton.
3) Coffer dam harus direncanakan sedemikian rupa agar cukup memenuhi syarat
untuk melindungi beton muda dari arus air deras atau erosi, silang- silang penguat
dan atau bagian-bagian lain dari coffer dam tidak diperbolehkan masuk ke dalam
dan menjadi bagian permanen dari pondasi tanpa persetujuan Direksi Teknis/
Lapangan, jadi harus dibongkar dengan hati-hati agar tidak merusak konstruksi.

2.6. Urugan Tanah/ Penimbunan Kembali


177

1) Semua pekerjaan pengurugan harus dilaksanakan lapis demi lapis secara horizontal
dan dipadatkan.
2) Tebal dari tiap lapis timbunan maksimal 15 cm dan selama proses pemadatan,
harus dijaga agar kadar air dalam kondisi optimum untuk mendapatkan hasil
pemadatan yang maksimum.
3) Pemadatan harus dilakukan dengan alat pemadat mekanis (compactor) dan untuk
pekerjaan yang besar dapat dipakai roller dan sebagainya, dengan kapasitas yang
sesuai.
4) Tanah harus dipisahkan terlebih dahulu dari bahan-bahan yang dapat
membahayakan, misalnya dapat merusak permukaan beton, pipa ataupun lapisan
finishing yang lain.
5) Pengurugan dilaksanakan sampai mencapai peil yang ditetapkan dan diratakan
sampai nantinya tidak akan timbul cacat-cacat seperti turunnya permukaan,
bergelombang, dan sebagainya.

2.7. Penggunaan Material Bekas Galian

1) Penyedia harus menjamin bahwa semua material bekas galian yang akan
dipergunakan kembali ditempatkan secara terpisah dan dilindungi dari segala
pengotoran-pengotoran seperti bahan-bahan yang dapat merusak beton atau pipa,
akar dari pohon, kayu dan sebagainya.
2) Berbagai jenis material sebaiknya diletakkan terpisah, misalnya material yang
sifatnya keras dipisahkan dari yang sifatnya lembek, seperti lempung dan
sebagainya. Penggunaan jenis-jenis material yang akan dipakai untuk keperluan
penggunaan harus ada persetujuan dari Direksi Teknis/ Lapangan.

2.8. Urugan Pasir

1) Material pasir urug harus pasir yang bersih dari akar-akar, kotoran-kotoran, tidak
mengandung tanah dan tidak mengandung kimia yang dapat merusak bahan
bangunan lainnya.
2) Lapisan urugan pasir disirami air dan dipadatkan dengan menggunakan stemper
sampai terbentuk lapisan pasir setebal 10 cm atau sesuai gambar dan harus
mendapatkan persetujuan dari Direksi Teknis/ Lapangan sebelum pekerjaan
lanjutan.

2.9. Pengurugan Dengan Bahan Material Lain

Pengurugan dengan bahan-bahan lain, misalnya dengan gravel, pecahan batu merah,
dan sebagainya harus dilaksanakan menurut gambar rencana. Bahan- bahan tersebut
harus bersih, bebas dari kotoran-kotoran, serta mempunyai gradasi yang sesuai dengan
yang diperuntukan.

2.10. Pengembalian Ke Kondisi Awal

1) Penyedia harus melaksanakan pengembalian ke kondisi awal sebelum


pelaksanaan galian.
178

2) Pengembalian lapisan permukaan seperti lapis permukaan jalan harus sesuai


dengan kualitas perkerasan sebelumnya.

2.11. Cara Pengukuran Hasil Kerja dan Dasar Pembayaran

1) Jumlah yang akan dibayar, adalah jumlah kubikasi dalam m3 dari tanah galian
yang diukur dalam keadaan asli dengan cara luas ujung rata-rata atau kubikasi
dalam m3 dari tanah yang dipadatkan pada pekerjaan urugan.
2) Pengukuran volume tidak diperhitungkan untuk galian yang dilakukan di bawah
bidang dasar pondasi atau di bawah bidang batas bawah yang ditentukan oleh
Direksi Teknis/Lapangan. Juga tidak diperhitungkan untuk galian yang diakibatkan
oleh pengembangan tanah, pemancangan, longsor, bergeser, runtuh atau karena
sebab-sebab lain.
3) Kedudukan dasar pondasi yang tercantum pada gambar rencana, hanya bersifat
pendekatan dan perubahan-perubahan sesuai dengan ketentuan Direksi Teknis/
Lapangan dapat diadakan tanpa tambahan pembiayaan.
4) Volume galian konstruksi untuk tanah-tanah di bawah muka air tanah, akan dibayar
tersendiri, yaitu untuk volume tanah galian yang terletak minimum 20 cm di bawah
muka air tanah konstan pada lubang galian.
5) Jumlah yang diukur dengan cara seperti tersebut di atas tanpa mempertimbangkan
cara dimana material tersebut akan dibuang, dibayar menurut harga satuan sesuai
dengan mata pembayaran.
6) Harga tersebut harus telah mencakup semua pekerjaan yang perlu dan hal-hal
lain yang umum dikerjakan untuk menyelesaikan pekerjaan dengan sebaik-baiknya.

A.3. PEKERJAAN BETON


3.1. Lingkup Pekerjaan

1) Pekerjaan meliputi penyediaan dan pendaya-gunaan semua tenaga kerja, bahan-


bahan, instalasi konstruksi dan perlengkapan-perlengkapan untuk semua
pembuatan dan mendirikan semua baja tulangan, bersama dengan semua
pekerjaan pertukangan/ keakhlian lain yang ada hubungannya dengan itu, lengkap
sebagaimana diperlihatkan, dispesifikasikan atau sebagaimana diperlukan.
2) Ukuran-ukuran (dimensi) dari bagian-bagian beton bertulang yang tidak termasuk
pada gambar-gambar rencana pelaksanaan arsitektur adalah ukuran-ukuran dalam
garis besar. Ukuran-ukuran yang tepat, begitu pula besi penulangannya ditetapkan
dalam gambar-gambar struktur konstruksi beton bertulang. Jika terdapat selisih
dalam ukuran antara kedua macam gambar itu, maka ukuran yang berlaku harus
dikonsultasikan terlebih dahulu dengan Direksi Teknis/ Lapangan, guna
mendapatkan ukuran yang sesungguhnya.

3.2. Persyaratan Bahan

1) Mutu Semen
179

a. Semen harus berupa semen portland (PC) biasa yang sesuai dengan Acuan
Normatif SNI 15-2049-1994.
b. Semua semen yang berasal dari pabrikan yang sudah disetujui oleh Direksi
Teknis/ Lapangan dan harus dikirim ke lapangan dalam kantong yang tertutup
atau dalam tempat lain dari pabrikan yang sudah disetujui.
c. Bilamana dikehendaki oleh Direksi Teknis/ Lapangan, Penyedia harus
memberikan pada Direksi Teknis/ Lapangan, satu faktur untuk tiap pengiriman
semen, dimana tertera nama pabrikan, jenis dan jumlah semen yang dikirim,
bersama dengan sertifikat pengujian dari pabrikan yang menyatakan bahwa
semen yang dikirim sudah diuji dan dianalisa dalam segala hal sesuai dengan
Acuan Normatif.
d. Semua semen harus diangkut dan disimpan dalam tempat yang tidak tembus air
serta dilindungi dari kelembaban sampai saat pemakaian, semen yang membatu
atau menggumpal atau yang rusak kantongnya akan ditolak.
e. Semen harus menjalani pengujian tambahan yang sesuai dengan Acuan Normatif
bila dianggap perlu oleh Direksi Teknis/ Lapangan. Direksi Teknis/ Lapangan
berhak untuk menolak semen yang tidak memuaskan, sekalipun sudah terdapat
sertifikasi dari pabrikan.
f. Semua semen yang ditolak harus segera disingkirkan dari lapangan atas biaya
Penyedia. Penyedia harus menyediakan semua contoh pengujian dan
memberikan bantuan yang mungkin diperlukan oleh Direksi Teknis/ Lapangan
untuk melakukan pengujian.
g. Penyedia harus menjamin agar setiap saat terdapat persediaan semen dalam
jumlah yang cukup di lapangan sehingga kemajuan kerja tidak terganggu dan
memberikan waktu yang cukup untuk pelaksanaan pengujian.
2) Penyimpanan Semen
a. Penyedia harus menyediakan dan mendirikan gudang-gudang di tempat yang
sesuai untuk menyimpan dan menangani semen, gudang- gudang tersebut harus
benar-benar kering, berventilasi baik, tidak tembus air dan berkapasitas cukup.
b. Ketika diangkut ke lapangan dengan lori/ gerobak, semen harus ditutup dengan
terpal atau bahan penutup lain yang tidak tembus air, semen harus sesegera
mungkin digunakan setelah dikirim dan setiap semen yang menurut pendapat
Direksi Teknis/ Lapangan sudah rusak atau tidak sesuai lagi akibat penyerapan
air dari udara atau dari manapun, harus ditolak dan disingkirkan dari lapangan
atas biaya Penyedia.
c. Semen-semen yang berlainan jenis harus disimpan dalam gudang terpisah,
semen-semen harus disimpan menurut pengiriman sedemikian sehingga yang
dikirim dahulu dapat dipakai lebih dahulu.
3) Pasir (agregat halus) dan batu pecah (agregat kasar)
a. Mutu agregat halus : butir-butir tajam, keras, bersih, dan tidak mengandung
lumpur dan bahan-bahan organis.
b. Ukuran agregat halus : Sisa diatas ayakan 4 mm harus minimum 2 % berat;
180

sisa diatas ayakan 2 mm harus minimum 10 % berat; sisa ayakan 0,25 mm harus
berkisar antara 80 % dan 90 % berat.
c. Mutu agregat kasar : butir-butir keras, bersih dan tidak berpori, batu pecah
jumlah butir-butir pipih maksimum 20 % bersih, tidak mengandung zat-zat aktif
alkali.
d. Ukuran agregat kasar : sisa diatas ayakan 31,5 mm, harus 0 % berat; sisa
diatas ayakan 4 mm, harus berkisar antara 90 % dan 98 % berat, selisih antara
sisa-sisa kumulatif diatas dua ayakan yang berurutan,adalah maksimum 60 %
dan minimum 10 % berat.
e. Penyimpanan : pasir dan kerikil atau batu pecah harus disimpan sedemikian rupa
sehingga terlindung dari pengotoran oleh bahan- bahan lain.
f. Bila agregat yang disetujui oleh Direksi Teknis/ Lapangan sudah terpilih,
Penyedia harus mengusahakan agar seluruh pemasukan untuk tiap bahan
berasal dari satu sumber yang disetujui untuk menjaga agar mutu gradasi dapat
dipertahankan pada seluruh pekerjaan.
g. Pengujian lebih lanjut untuk menentukan variasi kemurnian atas gradasi bahan
harus dilakukan sekurang-kurangnya satu kali untuk tiap 25 m3 yang dipasok.
h. Harus disediakan kapasitas penyimpanan yang mencukupi, baik di sumber
pemasokan atau dilapangan untuk agregat halus dan kasar yang mutu serta
gradasinya sudah disetujui guna menjaga kesinambungan kerja.

4) Mutu Air

Air untuk pembuatan dan perawatan beton tidak boleh mengandung minyak, asam
alkali, garam-garam, bahan organis atau bahan-bahan lain yang dapat merusak
beton serta baja tulangan atau jaringan kawat baja. Untuk mendapatkan kepastian
kelayakan air yang akan dipergunakan, maka air harus diteliti pada laboratorium
yang disetujui oleh Direksi Teknis/ Lapangan.

5) Mutu/ Kekuatan Beton

Kecuali ditentukan lain pada gambar kerja, kekuatan dan penggunaan beton
adalah sebagai berikut:

Tabel Kelas Beton

Kuat Tekan
Penggunaan
Kg/cm2 MPa
Lantai kerja beton pengisi 125 10,4
Pondasi telapak, pondasi pelat, 300 24
bor pile, reservoir, sdb

3.3. Manajemen pelaksanaan pengadukan dan pengecoran beton

1) Penyedian barang/ jasa wajib mengajukan permohonan (request) pelaksanaan


pengecoran setelah ketersedian material, peralatan, tenaga kerja, pemasangan
bekisting dan pembesian sudah selesai dilaksanakan.
181

2) Dalam pengajuan permohonan tersebut Penyedia wajib menyertakan shop drawing


dan rencana kerja lengkap meliputi metode dan jadwal pelaksanaan, penanggung
jawab kegiatan dan sub-sub kegiatan serta rencana penggunaan peralatan dan
tenaga kerja.
3) Direksi Teknis/ Lapangan melaksanakan inspeksi atas kesiapan pelaksanaan
pengecoran tersebut untuk kemudian menyetujui atau tidak menyetujui rencana
pelaksanaan pengecoran.
4) Seluruh pelaksanaan kegiatan pengecoran harus dipimpin oleh seorang
penanggung jawab pelaksanaan yang mempunyai keahlian dan
pengalaman yang cukup dalam pelaksanaan pengecoran.
5) Setiap sub-sub kegiatan yang terdiri dari pekerjaan pengadukan, pengecoran dan
pemadatan harus dipimpin oleh seorang kepala tukang yang akan mengarahkan
pekerja dalam pelaksanaan pengecoran.
6) Semua pekerjaan pengecoran harus dilakukan oleh tenaga-tenaga pekerja yang
terlatih, yang jumlahnya harus mencukupi untuk menangani pekerjaan pengecoran
yang dilakukan.
7) Selama pelaksanaan pengecoran penyedia harus menunjuk seorang pengawas
yang khsusus mengawasi kondisi bekisting dan pembesian agar selama
pelaksanaan pengecoran tidak mengalami perubahan sesuai gambar rencana
pembetonan.
8) Penyedia wajib menyediakan peralatan cadangan seperti beton moln, pompa dan
vibrator agar apabila terjadi kerusakan peralatan tidak mengganggu pelaksanaan
pengecoran.
9) Penyedia harus mengatur setting-time pelaksanaan pengecoran sedemikian
sehingga adukan beton tidak melewati batas waktu yang disyaratkan sebelum
pengecoran.

3.4. Adukan

1) Adukan beton harus didasarkan pada trial mix dan mix design masing-masing untuk
umur 3, 7, 14, 21 dan 28 hari yang didasarkan pada minimum 20 hasil pengujian
atau lebih sedemikian rupa sehingga hasil uji tersebut dapat disetujui oleh Direksi
Teknis/ Lapangan. Hasil uji yang disetujui tersebut sudah harus diserahkan
selambat-lambatnya 6 minggu sebelum pekerjaan dimulai.
2) Pekerjaan tidak boleh dimulai sebelum diperiksa Direksi Teknis/ Lapangan tentang
kekuatan/ kebersihannya. Semua pembuatan dan pengujian trial mix dan design mix
serta pembiayaanya adalah sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penyedia. Trial
mix dan design mix harus diadakan lagi bila agregat yang dipakai diambil dari
sumber yang berlainan, merk semen yang berbeda atau supplier beton yang lain.
3) Beton harus diaduk ditempat yang sedekat mungkin dengan tempat pengecor,
pengadukan harus menggunakan mixer yang digerakkan dengan daya yang
kontinyu serta mempunyai kapasitas minimal 1 m 3. Jenisnya harus disetujui oleh
Direksi Teknis/ Lapangan dan dijalankan dengan kecepatan sebagaimana
182

dianjurkan oleh pabrikan.


4) Pengadukan beton dengan tangan tidak diijinkan, kecuali jika sudah disetujui oleh
Direksi Teknis/ Lapangan untuk mutu beton tertentu.
5) Pengadukan harus sedemikian sehingga beton tersebar merata ke seluruh massa,
tiap partikel terbungkus mortar dan mampu menghasilkan beton padat yang
homogen tanpa adanya air yang berlebihan.

3.5. Pengujian/ Pemeriksaan

1) Pengujian mutu beton ditentukan melalui pengujian sejumlah benda uji kubus
beton 15 x 15 x 15 cm.
2) Kekentalan adukan beton diperiksa dengan pengujian slump, dimana nilai slump
harus dalam batas-batas yang disyaratkan dalam PBI 1971, kecuali ditentukan lain
oleh Direksi Teknis/ Lapangan.
3) Benda uji dari satu adukan dipilih acak yang mewakili suatu volume rata-rata tidak
lebih dari 10 m3 atau 10 adukan atau 2 truck dump (diambil yang volumenya
terkecil). Disamping itu jumlah maksimum dari beton yang dapat terkena penolakan
akibat setiap satu keputusan adalah 30 m3, kecuali bila ditentukan lain oleh Direksi
Teknis/ Lapangan.
4) Hasil uji untuk setiap pengujian dilakukan masing-masing untuk umur 7, 14 dan 28
hari.
5) Hasil pengujian beton harus diserahkan sesaat sebelum tahapan
pelaksanaan akan dilakukan, yaitu khususnya untuk pekerjaan yang berhubungan
dengan pelepasan perancah dan penarikan baja prategang. Sedangkan untuk
pengujian di luar ketentuan pekerjaan tersebut, harus diserahkan kepada Direksi
Teknis/ Lapangan dalam jangka waktu tidak lebih dari 3 hari setelah pengujian
dilakukan.
6) Pembuatan benda uji harus mengikuti ketentuan PBI 71, dilakukan di lokasi
pengecoran dan harus disaksikan oleh Direksi Teknis/ Lapangan. Untuk
pengecoran di lokasi yang tinggi atau sulit dijangkau digunakan metoda
pembetonan dengan menggunakan pompa (concrete pump), maka pengambilan
contoh segala macam jenis pengujian lapangan harus dilakukan dari hasil adukan
yang diperoleh dari ujung pipa "concrete- pump" pada lokasi yang akan
dilaksanakan.
7) Pengujian kekuatan beton dilakukan pada laboratotrium independen yang
ditentukan oleh Direksi Teknis/ Lapangan.

3.6. Tebal Minimum Penutup Beton

1) Bila tidak disebutkan lain tebal penutup beton harus sesuai dengan persyaratan PBI
1971.
2) Perhatian khusus perlu dicurahkan terhadap ketebalan penutup beton, untuk itu
tulangan harus dipasang dengan penahan jarak yang terbuat dari beton dengan
mutu paling sedikit sama dengan mutu beton yang akan dicor.
3) Bila tidak ditentukan lain, maka penahan-penahan jarak dapat berbentuk blok-blok
183

persegi atau gelang-gelang yang harus dipasang sebanyak minimum 8 buah setiap
meter cetakan atau lantai kerja. Penahan-penahan jarak tersebut harus tersebar
merata.

3.7. Pengontrolan Mutu Beton dan Pengujian Lapangan

Penyedia bertanggung jawab sepenuhnya untuk menghasilkan beton yang seragam


yang memiliki kekuatan serta sifat-sifat lain sebagaimana ditetapkan. Untuk ini Penyedia
harus menyediakan dengan biaya sendiri serta menggunakan alat penimbang yang
akurat, sistem volumetrik yang akurat untuk mengukur air, peralatan yang sesuai untuk
mengaduk dan mengecor beton serta peralatan dan fasilitas lain yang diperlukan untuk
pengujian sebagaimana yang diuraikan di sini atau menurut petunjuk Direksi Teknis/
Lapangan.

3.8. Penolakan Beton

1) Jika pengujian kekuatan tekan dari suatu kelompok kubus uji gagal mencapai
standar yang ditetapkan, maka Direksi Teknis/ Lapangan berwenang untuk menolak
seluruh pekerjaan beton dimana kubus-kubus tersebut diambil.
2) Direksi Teknis/ Lapangan juga berwenang untuk menolak beton yang berongga,
porous atau yang permukaan akhirnya tidak baik. Dalam hal Penyedia harus
menyingkirkan beton yang ditolak tersebut dan menggantinya menurut instruksi dari
Direksi Teknis/ Lapangan sehingga hasilnya menurut penilaian Direksi Teknis/
Lapangan sudah memuaskan.
3) Pembayaran pekerjaan beton dilakukan setelah hasil pengujian 14 hari diketahui.

3.9. Pengukuran Bahan-Bahan Beton

1) Semua bahan untuk beton harus ditetapkan proporsinya menurut berat, kecuali air
yang boleh diukur menurut volume. Agregat halus dan kasar harus diukur menurut
volume terpisah dengan alat penimbang yang disetujui, yang memenuhi ketepatan ±
1 %. Pengukuran volume dapat diijinkan asal disetujui oleh Direksi Teknis/
Lapangan.
2) Peralatan yang dipakai untuk menimbang semua bahan dan mengukur air yang
ditambahkan serta metoda penentuan kadar air harus sudah disetujui oleh Direksi
Teknis/ Lapangan sebelum beton di cor.

3.10. Pengangkutan

1) Adukan beton dari tempat pengaduk harus secepatnya diangkut ke tempat


pengecoran dengan cara sepraktis mungkin yang metodenya harus mendapat
persetujuan Direksi Teknis/ Lapangan terlebih dahulu. Metode yang dipakai harus
menjaga jangan sampai terjadi pemisahan bahan- bahan campuran beton
(segregation), kehilangan unsur-unsur betonnya dan harus dapat menjaga tidak
timbulnya hal-hal negatif yang diakibatkan naiknya temperatur ataupun berubahnya
kadar air pada adukan. Adukan yang diangkut harus segera dituangkan pada
184

formwork (bekisting) yang sedekat mungkin dengan tujuan akhirnya untuk menjaga
pengangkutan lebih lanjut.
2) Alat-alat yang digunakan untuk mengangkut adukan beton harus terbuat dari
bahan dengan permukaan halus dan kedap air.
3) Adukan beton harus sampai ditempat dituangkan dengan kondisi benar- benar
merata (homogen). Slump test yang dilakukan untuk sample yang diambil pada saat
adukan dituangkan kebekisting harus tidak melewati batas-batas toleransi yang
ditentukan.

3.11. Pengecoran

1) Sebelum adukan dituangkan pada bekisting, kondisi permukaan dalam dari


bekisting harus benar-benar bersih dari segala macam kotoran. Semua bekas-
bekas beton yang tercecer pada baja tulangan dan bagian dalam bekisting harus
dibersihkan.
2) Air tergenang pada acuan beton atau pada tempat beton akan dicor harus segera di
hilangkan. Aliran air yang dapat mengalir ketempat beton dicor, harus dicegah
dengan mengadakan drainase yang baik atau dengan metode lain yang disetujui
oleh Direksi Teknis/ Lapangan, untuk mencegah jangan sampai beton yang baru
dicor menjadi terkikis pada saat atau setelah proses pengecoran.
3) Pengecoran tidak boleh dimulai sebelum kondisi bekisting tempat beton dicor,
kondisi pemukaan beton yang berbatasan dengan daerah yang akan dicor, dan juga
keadaan pembesian selesai diperiksa dan disetujui oleh Direksi Teknis/ Lapangan.
4) Beton yang akan dicorkan harus pada posisi sedekat mungkin dengan acuan
atau tempat pengecoran untuk mencegah terjadinya segregasi yang disebabkan
pemuatan kembali atau dapat mengisi dengan mudah keseluruhan acuan.
5) Selama pelaksanaan pengecoran harus diawasi secara ketat mengenai kualitas
adukan beton, kondisi bekisting dan posisi tulangan.
6) Tidak diperkenankan melakukan pengecoran untuk suatu bagian dari pekerjaan
beton yang bersifat permanen tanpa dihadiri Direksi Teknis/ Lapangan.
7) Penyedia harus mengatur kecepatan kerja dalam menyalurkan adukan beton
agar didapat suatu rangkaian kecepatan baik mengangkut, meratakan dan
memadatkan adukan beton dengan suatu kecepatan yang sama dan menerus agar
beton selalu dalam keadaan plastis dan dapat mengisi dengan mudah kedalam
sela-sela diantara tulangan.
8) Adukan beton pada umumnya sudah harus dicor dalam waktu 1 (satu) jam setelah
pengadukan dengan air dimulai. Jangka waktu tersebut dapat diperpanjang sampai
2 jam, apabila adukan beton digerakkan terus menerus secara mekanis. Apabila
diperlukan jangka waktu yang lebih panjang lagi, maka harus dipakai bahan-bahan
penghambat pengikatan yang berupa bahan pembantu yang disetujui Direksi
Teknis/Lapangan. Beton harus dicor sedekat-dekatnya ketujuannya yang terakhir
untuk mencegah pemisahan bahan-bahan akibat pemindahan adukan didalam
cetakan.
185

9) Adukan beton tidak boleh dijatuhkan melalui pembesian atau ke bekisting yang
dalam, yang dapat menyebabkan dalam papan terlepasnya koral dari adukan beton
karena berulang kali mengenai batang pembesian atau tepi bekisting ketika adukan
beton itu dijatuhkan, beton juga tidak boleh dicor dalam bekisting sehingga
mengakibatkan penimbunan adukan pada permukaan bekisting di atas beton yang
dicor. hal ini, harus disiapkan corong atau saluran vertikal untuk pengecoran agar
adukan beton dapat mencapai tempatnya tanpa terlepas satu sama lain.
Bagaimanapun juga tinggi jatuh dari adukan beton tidak boleh melampaui 1,5 m di
bawah ujung corong.
10) Beton yang telah mengeras sebagian atau seluruhnya atau beton yang telah
terkotori oleh bahan lain tidak boleh dipergunakan dalam pengecoran.
11) Mengencerkan adukan yang sudah diangkut atau adukan beton yang sudah
terlanjur agak mengeras tapi belum dicorkan sama sekali tidak diperkenankan.
12) Pengecoran beton harus dilakukan secara terus menerus tanpa berhenti hingga
selesainya pengecoran suatu panel atau penampang yang dibentuk oleh batas-
batas elemennya atau batas penghentian pengecoran yang ditentukan untuk siar
pelaksanaan.
13) Dalam hal terjadi kerusakan alat pada saat pengecoran, atau dalam hal
pelaksanaan suatu pengecoran tidak dapat dilaksanakan dengan menerus,
Penyedia harus segera memadatkan adukan yang sudah dicor sampai batas
tertentu dengan kemiringan yang merata dan stabil saat beton masih dalam
keadaan plastis. Bidang pengakhiran ini harus dalam keadaan bersih dan harus
dijaga agar berada dalam keadaan lembab sebagaimana juga pada kondisi untuk
construction joint, sebelum nantinya dituangkan adukan yang masih baru. Bila
terjadi penyetopan pekerjaan pengecoran yang lebih lama dari satu jam, pekerjaan
harus ditangguhkan sampai suatu keadaan dimana beton sudah dinyatakan mulai
mengeras yang di tentukan oleh pihak Direksi Teknis/ Lapangan.
14) Beton yang baru selesai dicor, harus dilindungi terhadap rusak atau terganggu
akibat sinar matahari ataupun hujan. Juga air yang mungkin mengganggu beton
yang sudah dicorkan harus ditanggulangi sampai suatu batas waktu yang disetujui
Direksi Teknis/ Lapangan terhitung mulai pengecorannya.
15) Tidak sekalipun diperkenankan melakukan pengecoran beton dalam kondisi cuaca
yang tidak baik untuk proses pengerasan beton tanpa suatu upaya perlindungan
terhadap adukan beton, hal ini bisa terjadi baik dalam keadaan cuaca yang panas
sekali atau dalam keadaan hujan. Perlindungan yang dilakukan untuk mencegah
hal-hal ini harus mendapat persetujuan Direksi Teknis/ Lapangan.
16) Beton dan penulangan yang menonjol tidak boleh diganggu dengan cara apapun
sekurang-kurangnya 48 jam sesudah beton dicor, kecuali jika diperoleh ijin tertulis
dari Direksi Teknis/ Lapangan. Semua beton harus dicorkan pada siang hari,
pengocoran bagian manapun tidak boleh dimulai jika dapat diselesaikan pada siang
hari kecuali jika sudah diperoleh ijin dari Direksi Teknis/ Lapangan untuk pengerjaan
malam hari, ijin demikian tidak akan diberikan jika Penyedia tidak menyediakan
186

sistem penerimaan yang memadai, yang disetujui oleh Direksi Teknis/ Lapangan.
17) Penyedia harus membuat catatan lengkap mengenai tanggal, waktu dan kondisi
pengecoran beton pada tiap bagian pekerjaan, catatan ini harus tersedia untuk
diperiksa oleh Direksi Teknis/ Lapangan.

3.12. Pemadatan Beton

1) Beton yang dicorkan harus dipadatkan secara sempurna dengan memakai vibrator
mekanis yang sesuai dan dioperasikan oleh tenaga berpengalaman dan terlatih
agar dapat mengisi sepenuhnya daerah sekitar tulangan, alat konstruksi dan alat
instalasi yang akan tertanam dalam beton dan daerah sudut acuan.
2) Hasil pekerjaan beton berupa masa yang seragam, bebas dari rongga dan
segregasi serta memperlihatkan permukaan yang merata ketika bekisting dibuka
dan mempunyai kepadatan yang mendekati kepadatan uji kubus.
3) Harus diperhatikan agar semua bagian beton terkena vibrasi tanpa timbul segregasi
akibat vibrasi yang berlebihan.
4) Lama penggetaran untuk setiap titik harus dilakukan sekurang-kurangnya 5 detik
dan maksimal 15 detik.
5) Batang penggetar tidak boleh mengenai cetakan atau bagian beton yang sudah
mengeras dan tidak bole dipasang lebih dekat 100 mm dari cetakan atau dari beton
yang sudah mengeras serta diusahakan agar tulangan tidak terkena oleh batang
penggetar.
6) Lapisan yang digetarkan tidak boleh lebih tebal dari panjang batang penggetar dan
tidak bole lebih tebal dari 500 mm. Untuk bagian konstruksi yang sangat tebal harus
dilakukan lapis demi lapis.
7) Jumlah vibrator yang dipakai didalam suatu pengecoran harus sesuai dengan laju
pengecoran. Penyedia harus juga menyediakan sekurang- kurangnya 1 vibrator
cadangan untuk dipakai bila terjadi kerusakan.

3.13. Lantai Kerja

Beton bertulang tidak boleh diletakkan langsung di permukaan tanah, kecuali jika
ditetapkan lain, maka harus dibuat lantai kerja minimal 5 cm dengan mutu beton Bo (K-
125) di atas tanah sebelum tulangan beton ditempatkan.

3.14. Spesi Semen

Spesi harus terdiri dari satu bagian semen sebanding sejumlah bagian agregat halus
yang ditetapkan dan ditambah air bersih sedemikian sehingga dihasilkan campuran
akhir yang konsistensi plastisnya disetujui oleh Direksi Teknis/ Lapangan. Spesi harus
diaduk pada satu landasan kayu atau logam dalam jumlah kecil menurut keperluan dan
setiap spesi yang sudah mulai mengeras atau telah dicampur dalam waktu lebih dari 30
menit tidak boleh dipakai dalam pekerjaan. Spesi yang sudah mengeras sebagian tidak
boleh diolah lagi untuk dipakai.

3.15. Perataan Permukaan Beton


187

Bila dilaksanakan perataan permukaan atas dari beton yang dicor setempat,
permukaan yang dihasilkan harus datar dengan nilai akhir yang rata tetapi bertesktur
kasar sebelum pengerasan pertama dimulai, permukaan tersebut harus diratakan lagi
dengan sendok dimana perlu untuk menutupi keretakan dan mencegah timbulnya
lelehan yang berlebihan pada permukaan beton yang terbuka.

3.16. Siar-siar Konstruksi

1) Semua siar kontruksi beton harus dibentuk rata horizontal atau vertikal. Siar-siar
tersebut harus berakhir pada bekisting yang kokoh yang dipasang dengan baik, jika
perlu dibor guna melewati penulangan. Bila pengecoran ditunda sampai
pengecoran beton mulai mengeras, maka dianggap terdapat siar konstruksi.
Pengecoran beton harus dilaksanakan menerus dari satu siar ke siar berikutnya,
tanpa memperhatikan jam-jam istirahat.
2) Jika umur beton kurang dari 3 hari, permukaan tersebut harus disiapkan dengan
penyikatan seluruhnya, tetapi jika umurnya sudah lebih dari 3 hari atau sudah terlalu
keras, permukaan tersebut harus dicetak secara ringan untuk memperlihatkan
agregat. Setelah permukaan tersebut dibersihkan dan disetujui oleh Direksi Teknis/
Lapangan bekisting akan diperiksa dan dikencangkan. Siar-siar konstruksi harus
dikerjakan sebagaimana ditetapkan pada gambar atau spesifikasi.

3.17. Beton Kedap Air

1) Beton untuk tangki air, dinding penahan tanah dan pekerjaan beton lainnya yang
berhubungan dengan air harus dibuat kedap air, antara lain dengan menambahkan
bahan aditif yang sesuai dan atas persetujuan Direksi Teknis/ Lapangan.
Penggunaan bahan aditive tersebut harus sesuai petunjuk dari pabrik pembuat
serta adanya jaminan bahwa bahan aditif tersebut tidak akan mempengaruhi
kekuatan maupun ketahanan beton.
2) Penyedia harus mendapatkan persetujuan Direksi Teknis/ Lapangan dalam hal cara
pengadukan, campuran beton, pengangkutan, pengecoran dan perawat beton untuk
mendapatkan sifat-sifat kedap air pada bagian pekerjaan itu.
3) Nilai Slump beton yang diperlukan adalah minimum untuk menjamin pengecoran
dan pemadatan beton yang sesuai untuk dilaksanakan.
4) Penyedia bertanggung jawab atas pekerjaan beton tersebut terhadap sifat kedap
airnya. Apabila terjadi kebocoran atau rembesan air maka semua biaya perbaikan
untuk mengembalikan sifat kedap air tersebut adalah menjadi tanggung jawab
Penyedia.
5) Penyedia harus memberikan jaminan untuk jangka waktu 10 (sepuluh) tahun
terhadap sifat kedap air hasil pekerjaannya terhitung sejak selesainya masa
pelaksanaan pekerjaan.
6) Apabila terjadi kebocoran atau kerusakan-kerusakan lain selama jangka waktu
pemelihaan, Penyedia atas biaya sendiri harus segera memperbaiki bagian yang
mengalami kerusakan tersebut.
188

3.18. Beton Massa

1) Sebelum pekerjaan dilaksanakan Penyedia harus menentukan metoda dari


perbandingan adukan, cara pengadukan, pengangkutan, pengecoran serta
pengontrolan temperatur dan cara perawatan, yang harus diserahkan kepada
Direksi Teknis/ Lapangan untuk mendapatkan persetujuan.
2) Setelah beton dicor, permukaan harus dibasahi serta dilindungi terhadap pengaruh
langsung dari sinar matahari, pengeringan yang mendadak dan lain-lain.
3) Untuk mengetahui kenaikan temperatur beton serta pemeriksaan dalam proses
perawatan beton maka temperatur permukaan dan temperatur di dalam beton harus
diukur bilamana perlu setelah pengecoran beton dilaksanakan.
4) Apabila temperatur di bagian dalam beton mulai meningkat, maka perawatan beton
harus sedemikian sehingga tidak mempercepat kenaikan temperatur tersebut.
Perhatian harus dicurahkan agar temperatur pada permukaan beton menjadi tidak
terlalu rendah dibandingkan dengan temperatur di dalam beton.
5) Setelah temperatur didalam beton mencapai maksimum, maka permukaan beton
harus ditutupi dengan kanvas atau bahan penyekat lainnya untuk mempertahankan
panas sedemikian rupa sehingga tidak timbul perbedaan panas mencolok antara
bagian dalam dan luar beton atau penurunan temperatur yang mendadak di bagian
dalam beton. Selanjutnya sesudah bahan penutup tersebut diatas dibuka
permukaan beton tetap harus dilindungi terhadap pengeringan yang mendadak.
6) Campuran beton yang direncanakan untuk adukan beton yang dibuat harus
didasarkan pada kekuatan beton umur 28 hari.
7) Bila campuran beton yang direncanakan tersebut sudah dibuat maka perkiraan
kekuatan tekan beton dalam struktur harus dilaksanakan sesuai dengan
persyaratan khusus. Untuk itu atau sesuai instruksi Direksi Teknis/ Lapangan.
8) Cara perawatan dari benda uji untuk pengujian kekuatan tekan beton guna dapat
menentukan waktu yang sesuai untuk pembongkaran cetakan beton harus sesuai
dengan persyaratan khusus untuk itu atau sesuai persetujuan Direksi Teknis/
Lapangan.

3.19. Waterproofing

1) Bahan dan pengujian


a. Bahan harus sesuai dengan standard yang ditentukan oleh pabrik dan standard-
standard lainnya, seperti NI-3, ASTM-828, ASTNLE, TAPP-I-083 dan 407.
Penyedia tidak dibenarkan merubah standard dengan cara apapun tanpa ijin
dari Direksi Teknis/ Lapangan.
b. Apabila tidak ditentukan lain, jenis bahan yang digunakan Waterproofing adalah
tipe coating system atau setara dengan ketebalan 4 mm.
c. Memiliki karakteristik fisik, kimiawi dan kepadatan yang merata serta konstan.
Kedap air dan uap termasuk pada bagian yang overlap.
d. Perlindungan terhadap waterproofing menggunakan screed dengan ketebalan 3
cm (perbandingan 1 PC : 3 PSR).
189

2) Syarat-syarat Pelaksanaan
a. Sebelum memulai pelaksanaan pemasangan, Penyedia agar meneliti gambar-
gambar dan kondisi di lapangan. Dikoordinasikan dahulu pada Direksi Teknis/
Lapangan.
b. Penyedia agar terlebih dahulu membuat shop drawing lengkap dengan petunjuk
dari Direksi Teknis/ Lapangan meliputi gambar-gambar denah lokasi, ukuran,
bentuk dan kualitas.
c. Persiapan pelaksanaan:
o Permukaan plat beton yang akan diberi lapisan waterproofing harus benar-
benar bersih, bebas dari minyak, debu serta tonjolan-tonjolan tajam yang
permanen dari tumpahan atau cipratan aduk dan dalam kondisi kering (baik
dalam arti kata kering leveling screed maupun kering permukaan).
o Semua pertemuan 90 atau sudut yang lebih tajam harus dibuat tumpul,
yaitu menutup sepanjang sudut tersebut dengan aduk kedap air 1 PC : 3 PSR
atau seperti tercantum dalam gambar kerja.
o Dalam leveling screed digunakan campuran kedap air 1PC : 3PSR dibentuk
menggunakan benang waterpass arah kemiringan (arah kemiringan menuju
ke lubang-lubang pipa.
o Screed dipasang mengikuti pola-pola yang sudah tertentu dan diratakan
permukaannya (dihaluskan) dengan menggunakan roskam, digosok
sedemikian rupa dengan roskam tadi sehingga gelembung-gelembung udara
yang terperangkap dalam adukan screed dapat keluar.
o Dalam kondisi setengah kering, screed tadi langsung ditaburi semen sambil
digosok lagi dengan roskam best sehingga merata, setelah lapisan screed
kering tidak boleh diaci.
o Setelah kering udara ± 24 jam, screed baru ini harus dilindungi dari
kemungkinan pecah-pecah rambut dengan jalan menutupi permukaan
atasnya dengan goni-goni rami yang sudah dibasahi air terlebih dahulu dan
dijaga kondisi basahnya.
o Waktu yang diperlukan untuk keringnya screed ini minimal 7 (tujuh) hari dalam
kondisi cuaca cerah (35º) dan pengeringan maksimal 5 hari. Untuk cuaca
buruk (hujan tidak termasuk dalam perhitungan waktu pengeringan screed).
d. Pekerjaan primer coating dilakukan dengan system kuas/ Roll.
e. Pemasangan waterproofing dimulai dari titik terendah.
f. Pada pelaksanaan Waterproofing ini harus dilindungi dari sengatan matahari
dengan menggunakan tenda-tenda.
g. Waterproofing yang sudah terpasang tidak boleh terinjak-injak apalagi oleh
sepatu atau alas kaki yang tajam. Penyedia harus melindungi dan melokalisir
daerah yang sudah terpasang waterproofing ini.
h. Penyedia harus menghentikan pekerjaan apabila terjadi hujan dan melanjutkan
kembali setelah lokasi benar-benar kering.
i. Setelah waterproofing terpasang, maka di atas permukaannya diberikan
190

perlindungan screed (perbandingan 1PC : 3 PSR) setebal 3 cm dengan


menggunakan tulangan susut firemesh yang terletak di tengah-tengah adukan
screed.
j. Setelah semua pemasangan lapisan waterproofing dan sebelum pelaksanaan
lapisan pelindung, Penyedia harus melakukan pengujian kebocoran.
k. Cara pengujian adalah dengan menuangkan air ke area yang tertutup lapisan
waterproofing hingga ketinggian air minimum 50 mm dan dibiarkan selama 3x24
jam.
l. Penyedia wajib mengadakan pengamanan dan perlindungan terhadap
pemasangan yang telah dilakukan, terhadap kemungkinan pergeseran, lecet
permukaan atau kerusakan lainnya.
m. Apabila terdapat kerusakan yang disebabkan oleh kelalaian Penyedia baik pada
waktu pekerjaan ini dilakukan/ dilaksanakan maupun pada saat pekerjaan telah
selesai, maka Penyedia harus memperbaiki/ mengganti bagian yang rusak
tersebut sampai dinyatakan dapat diterima oleh Direksi Teknis/ Lapangan. Biaya
yang timbul untuk pekerjaan perbaikan ini adalah tanggung jawab Penyedia.

3.20. Perawatan dan Perlindungan Beton

1) Beton setelah dicor harus dilindungi terhadap proses pengeringan yang belum
saatnya dengan cara mempertahankan kondisi dimana kehilangan kelembaban
adalah minimal dan suhu yang konstan dalam jangka waktu yang diperlukan untuk
proses hidrasi semen serta pengerasan beton.
2) Perawatan beton dimulai segera setelah pengecoran beton selesai dilaksanakan
dan harus berlangsung terus-menerus selama paling sedikit dua minggu. Jika tidak
ditentukan lain, suhu beton pada awal pengecoran harus dipertahankan tidak
melebihi 32°C.
3) Dalam jangka waktu tersebut cetakan dan acuan beton harus tetap dalam keadaan
basah. Apabila cetakan dan acuan beton dibuka sebelum selesai masa perawatan
maka selama sisa waktu tersebut pelaksanaan perawatan beton tetap dilakukan
dengan membasahi permukaan beton terus menerus atau dengan menutupinya
dengan karung-karung basah atau dengan cara lain yang disetujui Direksi Teknis/
Lapangan.
4) Penyedia harus menjaga agar pekerjaan beton yang baru selesai tidak diberi
beban yang intensitasnya dapat menimbulkan kerusakan. Setiap kerusakan yang
timbul akibat pembebanan yang terlalu dini atau pembebanan berlebih harus
diperbaiki oleh Penyedia atas biaya sendiri.

3.21. Cacat Pada Beton

1) Meskipun hasil pengujian benda-benda uji memuaskan, Direksi Teknis/ Lapangan


mempunyai wewenang untuk menolak konstruksi beton yang cacat seperti berikut:
a. Konstruksi beton yang keropos.
b. Konstruksi beton yang tidak sesuai dengan bentuk yang direncanakan atau
posisinya tidak sesuai dengan gambar.
191

c. Konstruksi beton yang tidak tegak lurus atau rata seperti yang direncanakan.
d. Konstruksi beton yang berisikan kayu atau benda lain.
2) Semua pekerjaan yang dianggap cacat tersebut pada dasarnya harus dibongkar
dan diganti dengan yang baru, kecuali Direksi Teknis/ Lapangan menyetujui untuk
diadakan perbaikan atau perkuatan dari cacat yang ditimbulkan tersebut. Untuk itu
Penyedia harus mengajukan usulan-usulan perbaikan yang kemudian akan diteliti/
diperiksa dan disetujui bila perbaikan tersebut dianggap memungkinkan.

A.4. BETON READY MIX

4.1. Beton Ready Mix harus berasal dari suatu sumber yang disetujui oleh Direksi Teknis/
Lapangan dan harus memenuhi persyaratan yang ditentukan, Penyedia harus
bertanggung jawab untuk mengusahakan agar beton memenuhi persyaratan dalam
spesifikasi ini termasuk pengontrolan mutu, keteraturan pengiriman serta pemasukan
beton secara berkesinambungan. Jika salah satu dari persyaratan dalam spesifikasi ini
tidak dipenuhi, Direksi Teknis/ Lapangan akan menarik kembali persetujuannya dan
mengharuskan Penyedia mengganti pemasok.

4.2. Penyedia harus menyediakan di batching plant 1 timbangan dan saringan-saringan


standar dengan penggetar (shaker) untuk mengecek secara teratur campuran yang
sudah direncanakan.

4.3. Penyedia harus mengatur agar Direksi Teknis/ Lapangan dapat memeriksa alat
pembuat beton ready mix bila mana diperlukan.

4.4. Penyedia harus membuat catatan-catatan yang diperlukan, catatan-catatan mengenai


semen, agaregat dan kadar air kedap tiap adukan harus diserahkan kepada Direksi
Teknis/ Lapangan setiap hari. Berat semen dan agregat kasar serta halus harus terus
dicatat dalam dokumen pengiriman, serta dilakukan pengujian secara periodik untuk
menentukan kadar air agregat dan jumlah air yang ditambahkan pada setiap adukan
harus disesuaikan menurut hasil tes tersebut.

4.5. Penyedia atau pemasok readymix harus mengatur setting time sedemikian rupa
sehingga beton yang akan dicorkan tidak mengalami setting (penggumpalan).

4.6. Pada dokumen pengiriman harus dicantumkan catatan waktu pengadukan dan
penambahan air, dikirimkan bersama dengan pengemudi truk diparaf oleh pencatat
waktu yang bertanggung jawab di tempat pengadukan.

4.7. Di lapangan dibuat catatan yang meliputi hal-hal berikut ini:

a. Waktu kedatangan truk


b. Waktu registrasi truk dan nama depot
c. Waktu ketika beton telah dicorkan dan dibiarkan tanpa gangguan
d. Mutu beton atau kekuatan yang ditentukan oleh ukuran agregat maksimum.
e. Posisi dimana beton dicorkan
f. Tanda-tanda referensi dari kubus uji yang diambil dari pengiriman tersebut
g. Slump (atau faktur kompaksi)
192

4.8. Beton harus ditempatkan dan dibiarkan tanpa gangguan, dalam posisi akhirnya dalam
waktu maksimal 2 jam, dengan menggunakan truk mixer dan tidak menggunakan aditif,
dari saat semen pertama kali bertemu dengan air pengaduk. Buku catatan harus selalu
tersedia untuk diperiksa oleh Direksi Teknis/ Lapangan.

4.9. Apabila menggunakan bahan aditif waktu maksimal yang diijinkan sesuai dengan
spesifikasi aditif yang digunakan.

4.10. Jenis dan bahan

Pengambilan sampel untuk pembuatan kubus uji dilakukan oleh penyedia di tempat
pengecoran dengan disaksikan oleh Direksi Teknis/ Lapangan.

A.5 BETON SITE MIXED

a. Bilamana beton yang digunakan adalah berupa beton site mixed, maka beton tersebut
harus didapatkan dari sumber yang disetujui oleh Direksi / Konsultan Pengawas, dengan
takaran, adukan serta cara pengiriman/pengangkutan yang memenuhi syarat-syarat
yang tercantum pada ASTM C94-78a. Untuk site mixed harus sesuai dengan job mixed
design yang sudah disetujui.

b. Adukan beton harus dibuat sesuai dengan perbandingan campuran yang telah diuji di
Laboratorium serta secara konsisten harus dikontrol bersama-sama oleh
Direksi/Konsultan Pengawas dan Supplier beton site mixed. Kekuatan beton minimum
yang dapat diterima adalah berdasarkan hasil pengujian yang diadakan di Laboratorium.

A.6. PEKERJAAN BEKISTING


a. Penyedia harus menyerahkan kepada Direksi Teknis/ Lapangan semua perhitungan
dan gambar rencana bekistingnya untuk mendapat persetujuan bilamana diminta
Direksi Teknis/ Lapangan, sebelum pekerjaan dilapangan dimulai. Dalam hal bekisting
ini, walaupun Direksi Teknis/ Lapangan telah menyetujui untuk digunakannya suatu
rencana bekisting dari penyedia, segala sesuatunya yang diakibatkan oleh bekisting
tadi tetap sepenuhnya menjadi tanggung jawab penyedia.

b. Bekisting harus direncanakan untuk dapat memikul beban-beban konstruksi dan


getaran-getaran yang ditimbulkan oleh peralatan penggetar. Defleksi maksimum dari
Cetakan dan Acuan antara tumpuannya harus lebih kecil dari 1/400 bentang antara
tumpuan tersebut.

c. Bekisting untuk pekerjaan kolom dan lain-lain pekerjaan beton harus


menggunakan multiplek 18 mm, papan tebal minimum 2,5 cm, balok 5/7, 6/10, 8/10
dolken 8-12 cm atau bahan lain yang disetujui oleh Direksi Teknis/ Lapangan.

d. Semua bekisting harus diperkuat dengan klem dari balok kecil dan harus yang kuat
193

serta cukup jumlahnya untuk menjaga agar tidak terjadi distorsi ketika beton dicorkan,
dipadatkan dan mengeras. Bekisting dari kayu harus dibuat dari kayu yang sudah
diolah dengan baik, semua sambungan harus cukup kencang agar tidak terjadi
kebocoran.

e. Tiang penyangga baik yang vertikal/ miring harus dibuat sebaik mungkin untuk
memberikan penunjang yang dibutuhkan tanpa menimbulkan perpindahan tempat,
kerusakan dan overstress pada beberapa bagian konstruksi. Struktur dari tiang-tiang
penyangga harus ditempatkan pada posisi sedemikian rupa sehingga konstruksi
bekisting benar-benar kuat dan kaku untuk menunjang berat sendiri dari beban-beban
lain yang berada diatasnya selama pelaksanaan, bila perlu Penyedia membuat
perhitungan besar lendutan dan kekuatan dari bekisting tersebut.

f. Untuk bekisting dinding vertikal diharuskan menggunakan alat (plastic cone) untuk
memastikan bahwa bekisting tersebut tidak mengalami lendutan.

g. Pembongkaran cetakan dan acuan harus dilaksanakan sedemikian rupa agar


keamanan konstruksi tetap terjamin dan disesuaikan dengan persyaratan P.B.I. 1971
NI-2.

h. Semua permukaan beton yang terbuka harus licin dan halus, maka bekisting harus
dilapisi dengan triplek bermutu tinggi yang sudah disetujui oleh Direksi Teknis/
Lapangan.

i. Bekisting yang sudah selesai dibuat dan sudah disiapkan untuk pengecoran beton,
akan diperiksa oleh Direksi Teknis/ Lapangan, beton tidak boleh dicor sebelum
bekisting disetujui oleh Direksi Teknis/ Lapangan. Untuk menghindari kelambatan
dalam mendapatkan persetujuan, sekurang-kurangnya 24 jam sebelumnya, penyedia
harus memberitahukan Direksi Teknis/ Lapangan.

A.7. BAJA TULANGAN


7.1. Kelas dan Mutu baja tulangan

1) Sesuai dengan PBI 1971 klasifikasi dan mutu baja tulangan harus seperti yang
ditunjukan pada tabel berikut;

Tabel Derajat-Kualitas Baja Tulangan dan Tegangan yang di Izinkan

Tegangan
Tegangan Ijin
Luluh
Jenis Macam Sementara
Karakteristik
(0,83 kg/cm2)
(kg/cm2)
U22 Baja lemah 2.200 1.800
U24 Baja lemah 2.400 2.000
U32 Baja 3.200 2.650
sedang
U39 Baja keras 3.900 3.200
U48 Baja keras 4.800 4.000
194

2) Untuk mendapatkan jaminan atas kualitas atau mutu baja tulangan, maka pada saat
pemesanan baja tulangan Penyedia harus menyerahkan sertifikat resmi dari
laboratorium resmi.
3) Batang-batang baja yang digunakan untuk tulangan harus bersih, bebas dari
karat, kotoran, material lepas, gemuk, cat, lumpur, kulit giling serta bahan lain
yang melekat. Batang-batang baja tulangan harus disimpan ditempat yang
terlindung, ditumpuk dan tidak bolehmenyentuh tanah dan dilindungi terhadap karat
atau rusak karena cuaca.

7.2. Pengujian

1) Setiap jumlah pengiriman 20 ton baja tulangan harus diadakan pengujian periodik
minimal 4 contoh yang terdiri dari 3 benda uji untuk uji tarik, dan 1 benda uji untuk
uji lengkung untuk setiap diameter batang baja tulangan. Pengambilan contoh baja
tulangan, akan ditentukan oleh Direksi Teknis/ Lapangan.
2) Semua pengujian tersebut di atas meliputi uji tarik dan lengkung, harus dilakukan
di laboratorium yang direkomendasi oleh Direksi Teknis/ Lapangan dan minimal
sesuai dengan SII-0136-84. Semua biaya pengetesan tersebut ditanggung oleh
Penyedia.

7.3. Penyimpanan

Bila baja tulangan harus disimpan, maka tempat penyimpanan yang beratap tahan air
dan diberi alas dari muka tanah atau air yang tergenang serta harus dilindungi dari
kemungkinan kerusakan dan karat.

7.4. Penekukan

1) Pada tahap awal pekerjaan, Penyedia harus mempersiapkan daftar tekukan


(Bending Schedule) untuk disetujui oleh Direksi Teknis/ Lapangan. Semua baja
tulangan harus ditekuk secara tepat menurut bentuk dan dimensi yang
memperlihatkan dalam gambar dan sesuai peraturan yang berlaku. Baja harus
ditekuk dengan alat yang sudah disetujui oleh Direksi Teknis/ Lapangan.
2) Tulangan tidak boleh ditekuk atau diluruskan dengan cara yang dapat
menimbulkan kerusakan. Tulangan yang mempunyai lengkungan atau tekukan yang
tidak sesuai dengan gambar tidak boleh dipakai.
3) Bila diperlukan suatu radius untuk tekukan atau lengkungan maka dikerjakan
dengan sebuah per yang mempunyai diameter 4 kali lebih besar dengan diameter
batang yang ditekuk.

7.5. Kawat Pengikat

Kawat pengikat harus terbuat dari baja lunak dengan diameter minimun 1 mm yang
telah dipijarkan terlebih dahulu dan tidak tersepuh seng.

7.6. Pemasangan
195

1) Tulangan harus dipasang dengan tepat sesuai posisi yang diperlihatkan pada
gambar dan harus ditahan jaraknya dari bekisting dengan memakai dudukan beton
atau gantungan logam menurut kebutuhan. Pada persilangan diikat dengan kawat
baja pada pilar dinding dengan diameter tidak kurang dari 2,6 mm, ujung-ujung
kawat harus diarahkan kebagian tubuh utama beton.
2) Tulangan yang untuk sementara dibiarkan menonjol keluar dari beton pada siar
kontruksi atau lainnya tidak boleh ditekuk selama pengecoran ditunda kecuali
diperoleh persetujuan dari Direksi Teknis/ Lapangan.
3) Sebelum pengecoran, seluruh tulangan harus dibersihkan dengan teliti dari beton
yang sudah mengering atau mengering sebagian yang mungkin menempel dari
pengecoran sebelumnya. Sebelum pengecoran tulangan yang sudah dipasang
pada tiap pekerjaan harus disetujui oleh Direksi Teknis/ Lapangan. Pemberitahuan
kepada Direksi Teknis/ Lapangan untuk melakukan pemeriksaan harus disampaikan
dalam tenggang waktu pekerjaan. Jarak minimal dari permukaan suatu batang
termasuk sengkang ke permukaan beton terdekat dengan gambar untuk tiap bagian
pekerjaan.
4) Toleransi pembuatan dan pemasangan tulangan disesuaikan dengan persyaratan
P.B.I. 1971.

Toleransi Baja Tulangan

Diamater, ukuran
sisi atau jarak
Variasi dalam berat
antara dua Toleransi diamater
yang diperbolehkan
permukaan yang
berlawanan
< 10 mm 7% 0, 44
10 < d < 16 mm 5% 0,4 mm
16-28 mm 5% 0,5 %
29-32 mm 4% -

7.7. Penyambungan

1) Batang-batang tulangan tidak boleh dipotong jika tidak perlu dan harus
ditempatkan pada seluruh panjangnya. Apabila ini tidak memungkinkan maka
potongan dapat diijinkan apabila panjang batang yang disediakan melebihi
panjang yang ditunjukkan pada gambar-gambar.
2) Sambungan-sambungan harus dibuat pada tempat-tempat dan dengan cara-cara
seperti ditunjukkan pada gambar-gambar kecuali jika dengan cara lain yang
disetujui oleh Direksi Teknis/ Lapangan. Sambungan-sambungan tidak diijinkan
pada tempat-tempat yang terdapat tegangan maksimun dan harus ditempatkan
berselang-seling sehingga tidak lebih dari 1/3 dari batang-batang yang disambung
pada satu tempat.
3) Pada tempat-tempat batang-batang tulangan saling melewati (overlap) satu
sama lain, maka batang-batang harus didukung sehingga batang- batang itu tidak
berhubungan satu sama lain jika ruang mengijinkan. Batang-batang itu hanya diikat
196

dengan aman minimun pada dua tempat persambungan.


4) Panjang sambungan harus dibuat seperti yang ditunjukkan pada Gambar Rencana.

A.8. PEKERJAAN PASANGAN


8.1. Bahan-bahan

1) Semen Portland

Semen yang dipakai disini adalah dari jenis kualitas seperti yang dipakai pada
beton dan secara umum harus memenuhi syarat-syarat yang tertera pada
Peraturan Semen Portland Indonesia NI-8.

2) Pasir

Pasir untuk adukan pasangan harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

a. Butir-butir pasir harus tajam dan keras dan tidak dapat dihancurkan dengan
tangan.
b. Kadar lumpur tidak boleh lebih dari 5 %.
c. Warna larutan pada pengujian dengan 3 % natrium hidroksida, akibat
adanya zat-zat organik tidak boleh lebih tua dari larutan normal atau lariutan
teh yang sedang kepekatannya.
d. Bagian yang hancur pada penggergajian dengan larutan jernih natrium sulfat
tidak boleh lebih dari 10 %.
e. Jika dipergunakan untuk adukan dengan semen yang mengandung lebih dari
0,6 % alkali, dihitung sebagai natrium oksida pada pengujian tidak boleh
menunjukan sifat reaktif terhadap alkali.
f. Keteguhan adukan percobaan dibandingkan dengan adukan pembanding
yaitu yang menggunakan semen sama dengan pasir normal tidak boleh
kurang dari 65 % pada pengujian 7 hari.
g. Pasir laut untuk adukan tidak diperkenankan.
h. Butir-butirnya harus dapat melalui ayakan berlubang 3 mm.
3) Batu Alam

Pada umumnya untuk pasangan batu bisa dipakai batu bulat (dari gunung), batu
belah atau batu karang asalkan harus memenuhi syarat-syarat sebagi berikut:

a. Harus cukup keras, bersih, dan sesuai besarnya serta bentuknya.


b. Batu, bulat ataupun belah, tidak boleh memperlihatkan tanda-tanda lapuk.
c. Batu karang harus sebagian besar berwarna putih atau kuning muda dan
tidak hitam, biru atau kecoklat-coklatan tanpa garis-garis kelapukan,
mempunyai keteguhan yang tinggi serta bidang patahnya harus mempunyai
kepadatan dan warna putih yang merata.
4) Bata Merah
a. Bata merah harus batu biasa dari tanah liat melalui proses
pembakaran, dapat digunakan produksi lokal dengan ukuran normal 6 cm x
197

12 cm x 24 cm dan ukuran diusahakan tidak jauh menyimpang.


b. Bata merah yang dipakai harus bata kualitas nomor 1 berwarna merah tua
yang merata tanpa cacat atau mengandung kotoran. Bata merah minimum
harus mempunyai daya tekan ultimate 30 kg/cm².
c. Apabila blok-blok tersebut dibuat sendiri maka campurannya harus terdiri dari
1 bagian Portland Cemen dan 5 bagian pasir dan batuan yang dihaluskan.
d. Blok-blok semen yang baru dicetak harus dilindungi dari panas matahari dan
dirawat selama tidak kurang dari 10 hari dengan jalan membasahi atau
menutupi dengan memakai karung basah.
5) Air

Untuk keperluan membuat adukan maka air yang disyaratkan dan boleh
dipakai semua seperti yang dipakai untuk pekerjaan beton

6) Kapur

Kapur yang dipakai harus kapur aduk yang bermutu tinggi yang telah
disetujui Direksi Teknis/ Lapangan

7) Lain-Lain

Bahan-bahan lain yang dipakai untuk pelaksanaan seperti tegel-tegel teraso,


keramik dan lain-lain harus sesuai dengan yang disyaratkan oleh Direksi Teknis/
Lapangan atau seperti yang disyaratkan pada saat rapat penjelasan.

8.2. Adukan

1) Mencampur
a. Adukan dicampur di tempat tertentu yang bersih dari kotoran, mempunyai
alas yang rata dan keras, tidak menyerap air yang sebelumnya harus ada
persetujuan dari Direksi Teknis/ Lapangan.
b. Apabila tidak ditentukan lain, mencampur dan mengaduk boleh dilakukan
dengan tangan (dengan memakai cangkul dan sebagainya) sampai
diperlihatkan warna adukan yang merata.
2) Komposisi

Jenis adukan berikut harus dipakai dengan yang disebutkan dalam gambar atau
dalam uraian dan syarat-syarat ini.

Tabel Komposisi Adukan

Jenis Spesi

M1 1 pc : 1 kpr : 6 psr atau


1 pc : 3 psr
M2 1 pc : 2 psr
M3 1 pc : 4 psr

Blok-blok Beton
198

3) Tipe dari blok-blok

Karena tidak adanya kesamarataan produksi daerah yang satu dengan daerah
lainnya maka tidak diadakan penentuan mengenai ukuran asalkan tidak
melampaui batas dan disetujui oleh Direksi Teknis/ Lapangan. Blok- blok beton
tersebut harus bersih, tidak menunjukan tanda-tanda retak ataupun cacat lain
yang dapat mengurangi mutu dari blok-blok tersebut.

4) Campuran adukan
a. Apabila blok-blok tersebut dibuat sendiri maka campurannya harus terdiri dari
1 bagian portland cement dan 5 bagian pasir dan batuan yang dihaluskan.
b. Tegangan tekan minimum dari blok beton tidak boleh lebih kecil dari 30
kg/cm² pada umur 40 hari.
5) Perawatan blok-blok beton

Blok-blok beton yang baru saja dibuat harus dilindungi dari matahari dan dirawat
untuk jangka waktu paling tidak 10 hari dengan jalan membasahi atau menutupi
dengan memakai karung basah.

6) Tembok-tembok ventilasi
a. Blok-blok yang khusus ventilasi dapat dibuat dari campuran M1. Pasangan
ventilasi tersebut harus cukup baik dan antara satu dengan yang lain harus
lurus, seragam dengan menarik garis lurus di antara kedua ujungnya.
b. Ventilasi tersebut nantinya harus dicat dengan cat tembok sesuai dengan
yang ditetapkan oleh Direksi Teknis/ Lapangan.
c. Pasangan Batu Bata.

7) Bahan

Persyaratan bahan yang digunakan adalah sebagai berikut:

a. Batu bata/ hollowbrick harus memenuhi NI-10


b. Semen portland harus memenuhi NI-8
c. Pasir harus memenuhi NI-3 pasal 14 ayat 2
d. Air harus memenuhi PUBBI-1982 pasal 9 Pemasangan
8) Syarat-syarat pelaksanaan
a. Batu bata/hollowbrick yang digunakan adalah batu bata setempat dengan
kualitas terbaik yang disetujui Direksi Teknis/Lapangan, yaitu siku dan sama
ukurannya.
b. Sebelum digunakan batu bata/hollowbbrick harus direndam dalam bak air
atau drum hingga jenuh.
c. Setelah bata terpasang dengan adukan, naad/siar-siar harus dikerok sedalam
1 cm dan dibersihkan dengan sapu lidi dan kemudian disiram air.
d. Pemasangan dinding bata dilakukan bertahap, setiap tahap terdiri dari
(maksimal) 24 lapis setiap hari, diikuti dengan cor kolom praktis.
199

e. Bidang dinding bata 1/2 (setengah) batu yang luasnya lebih besar dari 12 m3
harus ditambah kolom dan balok penguat (kolom praktis) dengan ukuran 15 x
15 cm, dengan 4 buah tulangan pokok berdiameter 12 mm, beugel diameter 8-
20 cm, jarak antara kolom maksimal 4 m.
f. Bagian pasangan bata yang berhubungan dengan setiap bagian pekerjaan
beton (kolom) harus diberi penguatan stek-stek besi beton diameter 8 mm.
jarak 40 cm, yang terlebih dahulu ditanam dalam pasangan bata minimal 30
cm, kecuali ditentukan lain.
g. Pasangan batu bata merah untuk dinding 1/2 (setengah) batu harus
menghasilkan dinding finish setebal 15 cm dan untuk dinding 1 (satu) batu
finish adalah 25 cm. Pelaksanaan pasangan harus cermat, rapi dan benar-
benar tegak lurus.
h. Lubang untuk alat-alat listrik dan pipa yang ditanam di dalam dinding, harus
dibuat pahatan yang secukupnya pada pasangan bata (sebelum diplester).
Pahatan tersebut setelah dipasang pipa/ alat, harus ditutup dengan adukan
plesteran yang dilaksanakan secara sempurna, dikerjakan bersama-sama
dengan plesteran seluruh bidang tembok.

8.3. Plesteran

1) Bahan
a. Pasir

Pasir yang dipakai harus kasar, tajam, bersih dan bebas dari tanah liat,
lumpur atau campuran-campuran lain.

b. Semen Portland

Semen portland yang dipakai harus baru, tidak ada bagian-bagian yang
membatu dan dalam sak yang tertutup seperti disyaratkan dalam NI-8.

c. Air

Air harus bersih, jernih dan bebas dari bahan-bahan yang merusak seperti
minyak, asam atau unsur-unsur organik lainnya.

2) Perbandingan campuran plesteran


a. Plesteran dengan campuran 1 Pc : 4 Ps digunakan pada dinding, sedangkan
untuk daerah basah digunakan plesteran dengan campuran 1 Pc : 2 Ps.
b. Apabila diperlukan, acian dibuat dengan bahan PC dicampur air sampai
mencapai hasil kekentalan yang sempurna.
3) Pelaksanaan
a. Permukaan dinding batu bata atau permukaan beton harus dibersihkan dari
noda debu, minyak cat, bahan-bahan lain yang dapat mengurangi daya ikat
plesteran.
b. Untuk mendapatkan permukaan yang rata dan ketebalan sesuai dengan yang
diisyaratkan, maka dalam memulai pekerjaan plesteran harus dibuat terlebih
200

dahulu "kepala plesteran" untuk dipergunakan sebagai acuan.


c. Pasangkan lapisan plesteran setebal yang disyaratkan (ñ 20 mm) dan
diratakan dengan roskam kayu/besi dari kayu halus tersebut dan rata
permukaannya ataupun dengan profil aluminium dengan panjang minimal
1,5, kemudian basahkan terus selama 3 (tiga) hari untuk menghindarkan
terjadinya retak akibat penyusutan yang mendadak.
d. Untuk plesteran pada permukaan beton, mula-mula permukaan beton harus
dikasarkan dengan pahat besi untuk mendapatkan daya ikat yang kuat antara
permukaan beton dengan plesteran. Bilamana perlu permukaan beton yang
telah dikasarkan diberi bahan additive, misalnya "Calbon".
e. Permukaan beton harus dibasahi air hingga jenuh.
f. Dalam pelaksanaan plesteran permukaan beton dengan ketebalan minimal 2
cm, tidak diperbolehkan melakukan plesteran sekaligus, tetapi harus
dilakukan secara bertahap yaitu dengan cara menempelkan adukan semen
pada bagian yang akan diplester, kemudian setelah mengering, dilakukan
plesteran berikutnya dengan adukan semen pasir hingga mencapai ketebalan
yang dikehendaki.
g. Apabila terdapat bagian plesteran pada permukaan beton dengan ketebalan
lebih dari 3 cm, sebagai akibat dari kesalahan pada waktu pengecoran atau
yang lainnya, maka plesteran tersebut harus dilapis dengan kawat ayam yang
ditempelkan pada permukaan beton yang akan diplester. Biaya penambahan
kawat ayam tersebut menjadi tanggungan Penyedia.
h. Apabila ada pekerjaan plesteran yang harus dibongkar atau diperbaiki, maka
hasil akhir (finishing) dari pekerjaan tersebut harus dapat menyamai
pekerjaan yang telah disetujui oleh Direksi Teknis/ Lapangan.
8.4. Pasangan Batu

1) Bahan
a. Batu harus terdiri dari batu alam atau batu dari sumber bahan yang tidak
terbelah, yang utuh (sound), keras, awet, padat, tahan terhadap udara dan
air, dan cocok dalam segala hal untuk fungsi yang dimaksud.
b. Mutu dan ukuran batu harus disetujui oleh Direksi Teknis/ Lapangan
Pekerjaan sebelum digunakan. Batu untuk pelapisan selokan dan saluran air
sedapat mungkin harus berbentuk persegi.
c. Kecuali ditentukan lain oleh Gambar atau Spesifikasi, maka semua batu
yang digunakan untuk pasangan batu dengan mortar harus tertahan ayakan
10 cm.
2) Adukan

Bila tidak ditentukan lain, adukan yang dipakai adalah 1 PC : 4 Pasir

3) Syarat pelaksanaan
a. Pekerjaan pemasangan batu kali dilaksanakan sesuai dengan ukuran dan
bentuk-bentuk yang ditunjuk dalam gambar.
201

b. Tiap-tiap batu harus dipasang penuh dengan adukan sehingga hubungan


semua batu melekat satu sama lain dengan sempurna. Setiap batu harus
dipasang di atas lapisan adukan dan diketok ke tempatnya hingga teguh.
Adukan harus mengisi penuh rongga.

B. PEKERJAAN PIPA

B.1. PENGADAAN PIPA


B.1.1. PIPA HDPE
1. Jenis pipa yang akan disuply dan dipasang adalah HDPE PE-100 deangan
masa jenis minimum 955 kg/cm dan berwarna hitam. Didefinisikan dalam
spesifikasi ini adalah untuk mendistribusikan air minum. Pipa PE adalah pipa
yang dibuat secara extrusi dari bahan polyethylene yang terdiri dari
antioksidan, stabilitas UV dan pigmen. Temperatur air dan temperatur dalam
tanah pada kedalaman pipa akan berkisar 20˚C-30˚C pada sebagian besar
lokasi. Semua pipa dan alat penyambung harus didesain untuk menerima
tekanan kerja minimum sebesar 0.98 Mpa (10.0 kg/cm2). Pipa yang akan
digunakan pada pekerjaan ini adalah (HDPE PE-100 SDR 13,6 PN 12,5 dan
SDR 17 PN 10).
2. High Density Polyethiline (HDPE) yang lebih dikenal dengan pipa plastis berisi
PE merupakan plastis yang dibuat melalui temperature tingggi, artinya
pembuatan pipa baik bentuk maupun dimensi dilakukan selama tahap
pelelehan metarial resin.
3. Bahan utama pipa ini terbuat dari HDPE resin minimal 92,5 % (SII) ditambah
bahan pembantu.
4. Penyedia barang/ jasa harus menyediakan perpipaan dari semua material
sebagaimana dirinci dan ditunjukkan dalam daftar kuantitas bahan. Semua
pipa, fitting, valve dan perlengkapan lainnya harus sesuai dengan pemakaian
di daerah tropis, beriklim lembab dan bersuhu udara 32°C.
5. Penyedia barang/jasa harus menyediakan Sertifikat Jaminan Barang dari
pabrik pembuat yang menyatakan bahwa barang tersebut sesuai dengan
kebutuhan yang dirinci dalam spesifikasi teknis. Penyedia barang/ jasa juga
harus menyampaikan tentang laporan hasil uji kimiawi dan fisik yang telah
dilakukan di pabrik, serta melakukan pengujian setelah pipa dikirim dan sampai
di lokasi.
6. Standar :
a. Semua material yang ditawarkan harus produksi dalam negeri dengan
standar SNI 06-4829-2015. Bila ternyata belum ada SNI atau SII untuk
produk tertentu atau belum dibuat di dalam negeri, maka yang ditawarkan
dapat menggunakan standard lain, dengan syarat bahwa kualitas
keseluruhan sekurang-kurangnya sama dengan apa yang ditetapkan
dalam dokumen lelang ini.
b. Semua material yang dikirim harus seratus persen baru (bukan material
bekas), dalam keadaan baik dan memenuhi syarat spesifikasi teknis yang
ditentukan.
c. Penyedia barang/ jasa harus menyediakan dan menyertakan semua pipa
dan fitting, valve, coupling, meter, mur, baut, gasket, material penyambung
dan bahan pelengkap sebagaimana dirinci dalam Daftar Kualitas dan
Bahan atau dalam gambar/ drawing.
202

7. Untuk menjaga kualitas dan keseragaman produk, Pipa HDPE harus disuplai
oleh satu pabrikan. Original Enggineering Manufacturing (OEM) dapat
dilakukan pada satu pabrikan dan dalam produksinya diawasi oleh Original
Manufacture. Kecuali dinyatakan berbeda dalam spesifikasi ini, spesifikasi dan
standar pipa HDPE harus mengacu pada:
a. SNI 06-4829-2005 : Pipa Polyetylene untuk air minum
b. SNI 19-6779-2002 : Metode pengujian perubahan dimensi pipa PE
untuk air minum
c. SNI 06-4821-1988 : Pipa PE untuk spesifikasi SPAM
d. ISO 4427 : Polyethylene pipes for water supply-spesifications
e. ISO 1872 : Density (Mean Value)
f. ISO 1183 : Polyethylene-Measurement of density
g. ISO R527 : Tensile strength at yield and flexural modules
h. ISO 527 : Elongation at break
i. ASTM D696 : Liner Thermal Expansion
j. DIN 52612 : Thermal Conductivity
k. ISO 161-1 : Thermoplastic pipes for the transport of fluids
nominal outside diameter and nominal pressure
l. ISO 3126 : Measurement of dimension
m. ISO 3607 : PE- toleransi on outside diameter and wall
thickness
n. ISO 3636 : PE pressure pipe and fitting-dimension of flanges
o. ISO 9784 : Brittleness temperatur

8. Sertifikat Analisys Pipa


Pastikan pipa sudah sesuai dengan spesifikasi yang disyaratkan, yaitu dengan
cara memeriksa sertifikat analisis pipa yang antara lain meliputi :
a. Sertifikat Food Grade dari lembaga independen yang diakui kredibilitasnya
untuk produk pipa terbebas dari toxicology (tidak beracun) untuk
mengalirkan air minum yang meliputi:
 Material, bahan dan compound
 Sistem produksi
 Peralatan produksi
 Produk (Pipa HDPE)
b. Sertifikat of Analysis yang dikeluarkan oleh produsen polymer (produsen
bahan baku PE 100) yang mencantumkan :
 Tanggal produksi
 Jumlah raw material dalam kg/ton
 Melt flow rate (190˚C/5 kg) dengan rentang ukur 0,2-1,7 g/10 min (SNI
06-4829-2005 5.2 d)
 Polyetylene berdensitas tinggi (HDPE) dengan tingkat kepadatan
0,95-0,96 g/m3 (SNI 06-4829-2005 5.2 c)
 Bahan baku sudah tercampur karbon hitam sesuai B 184 (ASTM D
1603) dan SNI 5.1.2 sebesar 2,3%.
 Mengandung antioksidan sesuai B 162 (ASTM D 3895) nilai 38 min
dan sesuai cara prosedur pengujian SNI 06-4829-3005 9.9.1.4.2
pengukuran waktu induksi oksidasi.
c. Produsen juga melampirkan bill of loading dan packing list bahan baku PE.
100 sesuai dengan yang tertera pada sertifikat of analysis
d. Dari data tersebut maka ada jaminan bahwa nilai kekuatan/tegangan
minimum yang diizinkan (MRS = minimum required strength) untuk PE 100
pada temperatus 20˚C selama 50 tahun sebesar ± 10 Mpa (N/m2) sesuai
203

ISO 9080:2003 (E), didukung dengan lampiran Bodycole certificate dengan


metode pengelasan sesuai ISO 12162 : 1995 (E)
e. Produsen pipa harus melampirkan mill certificate hasil hydrostatic test long
term, yaitu pengelasan pipa pada temperatu 20˚C serta ditahan sampai
100 Jam, tegangan induksi/hoopstress mencapai 12,4 Mpa dengan hasil
bocor/tidak pecah.
9. Diameter Pipa.
a. Diameter pipa yang dipakai sesuai dengan yang dirinci dan ditunjukkan
dalam daftar kuantitas bahan.
b. Ovalitas pipa di pabrik setelah ekstrusi namun sebelum digulung harus
sesuai dengan kelas N.
c. Untuk diameter luar nominal ≤ 75, toleransi sama dengan (0,008dn + 1)
mm, dibulatkan menjadi 0,1 mm, dengan angka minimum 1,2 mm.
d. Untuk diameter luar nominal > 75 tetapi ≤ 250, toleransi sama dengan
0,02dn, dibulatkan menjadi 0,1 mm.
e. Untuk diameter luar nominal > 250, toleransi sama dengan 0,035dn,
dibulatkan menjadi 0,1 mm.
f. Garis tengah minimum sebuah drum bagi pipa yang digulung harus 18 dn
dan pipa jangan sampai menjadi kaku. Bagi pipa yang digulung, diperlukan
peralatan untuk penggulungan ulang.
10. Tekanan Kerja
Pipa PE 100 PN 12,5 Bar SDR-13,6 harus dilakukan pengetesan dilapangan
dengan cara memberikan tekanan hidrostatik 1,5 kali dari tekanan rencana
(Pressure Design) yang diijinkan. Tekanan kerja yang terjadi pada pipa min. 10
bar.
11. Kelas Pipa.
a. Panjang pipa bentuk batangan lurus atau gulungan tidak boleh kurang dari
persetujuan antara pemasok dan pengguna barang dengan toleransi ±
0,05 m. Diameter drum gulungan minimum harus 18 x dn.
b. Ketebalan diameter luar pipa harus mengacu kepada SNI 06- 4829-2005
tentang pipa PE untuk air minum.
c. Pipa harus memenuhi persyaratan uji hidrostatik yang diberikan
sebagaimana tabel dibawah ini.
 Ketahanan Hidrostatik
Pipa harus memenuhi persyaratan uji hidrostatik yang diberikan sebagai
disajikan dibawah ini:
Tegangan Uji (Mpa)
Jenis 100 jam 165 jam 1000 jam
Bahan pada pada pada
suhu 20˚C suhu 80˚C suhu 80˚C
PE 100 12,4 5,5 5,0
PE 80 9,0 4,6 4,0
Catatan: Hanya kegagalan rapuh yang diperhitungkan.

 Pecah karena rapuh (britle failure) pada kurang dari 165 jam adalah
merupakan kegagalan. Jika pengujian dilaksanakan pada 165 jam
ternyata gagal dalam bentuk kenyal (ductile), uji ulang supaya
dilaksanakan pada tegangan yang lebih rendah. Tegangan uji yang
baru, dan waktu kegagalan minimum yang baru supaya dipilih
sebagaimana terlihat di bawah ini:

PE 80 PE 100
Teganga Waktu Tegangan Waktu
n Mpa kegagalan Mpa kegagalan
204

minimum minimum
(jam) (jam)
4,6 165 5,5 165
4,5 219 5,4 233
4,4 283 5,3 332
4,3 394 5,2 476
4,2 533 5,1 866
4,1 727 5,0 1.000
4,0 1.000

 Kuat Tarik
Nilai kuat Tarik minimum harus 20 Mpa dan perpanjang minimum harus
400%, bila di uji pada suhu 20˚C.
12. Sifat Fisik
Sifat fisik pipa PE perlu diperhatikan yaitu :
a. Stabilitas Panas
Waktu induksi untuk pengujian contoh yang diambil dari pipa PE
minimum harus 20 menit jika diuji pada suhu 200˚C. Contoh yang diuji
supaya diambil dari permukaan sebelah dalam pipa.
b. Nilai perubahan arah penjang
Nilai perubahan arah panjang minimum 3%.
13. Dimensi Pipa
Sesuai standar SNI 06-4829-2005 tentang pipa PE untuk air minum, dimensi
pipa PE harus memenuhi persyaratan seperti diuraikan dibawah ini :
205
206
207

14. Jenis dan Macam Sambungan


a. Sambungan mekanis Mechanical-joint : sambungan plastik, injection( 20
mm-63 mm) imulded, tipe push-in dengan O-ring dan ulir.
b. Welding (heat fusion)
 Butt welding ( 63 mm – 250 mm)
 Socket welding (20 mm – 125 m)
 Saddle welding
 Electro welding (25 mm – 125 mm)
c. Las otomatis dari fitting PE yang sudah ada kumparan pemanas.
15. Fitting
a. Fitting sambungan harus sesuai dengan pipa yang akan dipasang seperti
yang tercantum dalam Bill of Quantity.
b. Semua fitting harus dari jenis injection molded atau heat process
(pencetakan atau proses panas) dan didesain dengan karakteristik dan
kekuatan yang sama dengan pipa yang disambung.
c. Semua fitting yang dapat digunakan harus sesuai dengan rekomendasi
dari pabrik pipa yang digunakan.

B.1.2. PIPA GALVANIS


1. Persyaratan bahan/material Galvanized Iron Pipe (GIP) dan alat Bantu sebagai berikut:
a. Pipa galvanized dirancang pada tekanan kerja minimum 10 kg/cm (medium klas),
sesuai dengan standar SII 0161 (Pipa Baja Lapis Seng) dengan toleransi dimensi
diameter luar pipa ± 1,2% dan tebal dinding pipa ± 10%. Sistim sambungan
menggunakan socket berulir dan disupply secara integral. Semua fiting yang
disupply dengan klas tekanan minimum 10 bar.
b. Pipa-pipa dan alat bantunya dibuat dari baja yang menurut analisa harus
mengandung sulfur tidak lebih dari 0,06% dan phosphor tidak melebihi dari
0,07%.
c. Semua pipa dan alat bantunya harus dilakukan penyepuhan pada bidang dalam
maupun luar, menurut proses lebur atau hot DIP Galvanishing. Hasil penyepuhan
dengan ketebalan yang merata sekitar 25 micron permukaan yang licin, tanpa
serpih-serpih/rengat-rengat, tonjolan-tonjolan dan cacat-cacat lainnya. Bahan
untuk penyepuhan tersebut harus tidak membahayakan bagi kesehatan dan
harus mempunyai daya tahan yang tinggi terhadap korosi (karat).
d. Kemampuan uji untuk Pipa GIP dan alat bantunya harus memenuhi syarat-syarat
untuk tensile strength minimum 42 kgf/mm2 dan tahan terhadap pengujian
tekanan hidrostatis sebesar 50 kgt/cm2.
e. Galvanized Iron Pipe (GIP) dan alat bantunya diberi ulir serta dilengkapi dengan
socket sebagai alat sambungannya, dengan standart “SII 0161- 80” kecuali
ditentukan lain sesuai dengan kebutuhan dan keperluannya seperti dalam daftar
material antara lain: sambungan Plange, Dresser Joint, Giboult joint dan lain-lain.
f. Tebal dinding pipa GIP untuk Bend, tee dan alat-alat Bantu lainnya minimum
harus sama dengan tebal dinding pipa galvanis iron lurus, sedangkan reducer
pipa galvanized iron (Raper) harus 3 (tiga) kali beda diameter terbesar dan
diameter terkecil, persyaratan lainnya harus sesuai dengan SII 0161-80.
Dalam pengadaan pipa GIP termasuk alat bantunya, Kontraktor harus sudah
memperhitungkan penyediaan bahan-bahan penghubung seperti socket pipa
GIP Mur dan Baut dan Packing untuk bahan sambungan dengan flange yang
berhubungan dengan pengadaan pipa GIP dan alat bantunya lengkap dan
cukup. Bahan-bahan pembantu untuk penghubung tersebut harus tidak
menimbulkan bau, rasa atau warna disamping tidak mempengaruhi kesehatan.
208

B.1.3. PIPA PVC


1. Umum
Kontraktor harus menyediakan dan menyertakan semua pipa dan fitting, valve,
coupling, meter, mur, baut, gasket, material penyambung dan bahan pelengkap
sebagaimana dirinci dalam Daftar Kualitas dan Bahan atau dalam
gambar/drawing.
Kontraktor harus menyediakan perpipaan dari semua material sebagaimana
dirinci disini dan ditunjukkan dalam daftar kuantitas bahan. Semua pipa, fitting,
valve dan perlengkapan lainnya harus sesuai dengan untuk pemakaian di
daerah tropis, beriklim lembab dan bersuhu udara 32oC. Tekanan kerja normal
tidak akan lebih dari 8 bar dan uji tekanan di lapangan tidak lebih dari 10 bar.
Kontraktor harus menyediakan suatu affidavit (Sertifikat Jaminan Barang) dari
pabrik pembuat yang menyatakan bahwa barang tersebut sesuai dengan
kebutuhan yang dirinci dalam spesifikasi teknis. Kontraktor juga harus
menyampaikan tentang laporan hasil uji kimiawi dan fisik yang telah dilakukan
di pabrik dan berlaku untuk semua jenis barang.
2. Referensi Standar
Referensi pada standard dalam dokumen lelang ini dimaksudkan untuk
memberikan gambaran mengenai jenis dan kualitas material yang diminta.
Semua material yang ditawarkan harus produksi dalam negeri dengan standar
SII. Bila ternyata belum ada SII untuk produk tertentu atau belum dibuat di
dalam negeri, maka yang ditawarkan dapat menggunakan standard lain,
dengan syarat bahwa kualitas keseluruhan sekurang-kurangnya sama dengan
apa yang ditetapkan dalam dokumen lelang ini.
Semua material yang dikirim harus seratus persen baru (bukan material bekas),
dlam keadaan baik dan memenuhi syarat spesifikasi teknis yang ditentukan.
Material yang digunakan adalah yang memenuhi standard dengan panjang
efektif tidak lebih dari 6 meter.
Standar lain yang digunakan adalah :
 SNI 06-2548-1991 Metode Pengujian Diameter Luar Pipa PVC untuk Air
Minum dengan Jangka Sorong.
 SNI 06-2549-1991 Metode Pengujian Kekuatan Pipa PVC untuk Air
Minum terhadap Hidrostatik.
 SNI 06-2550-1991 Metode Pengujian Ketebalan Dinding Pipa PVC
untuk Air Minum.
 SNI 06-2551-1991 Metode Pengujian Bentuk dan Sifat Tampak Pipa PVC
untuk Air Minum
 SNI 06-2552-1991 Metode Pengambilan Contoh Uji Pipa PVC untuk Air
Minum
 SNI 06-2553-1991 Metode Pengujian Perubahan Panjang Pipa PVC
untuk Air Minum dengan Uji Tungku
 SNI 06-2554-1991 Metode Pengujian Ketahanan Pipa PVC untuk Air
Minum terhadap Metilen Khlorida
 SNI 06-2555-1991 Metode Pengujian Kadar PVC pada Pipa PVC Air
Minum dengan THF
 SNI 06-2556-1991 Metode Pengujian Diameter Luar Pipa PVC untuk Air
Minum dengan Pita Meter
 SNI 06-2557-1991 Spesifikasi Pipa PVC bertekanan berdiameter 110 –
315 mm untuk Air Bersih
 SNI 06-2558-1991 Spesifikasi Simbol Gambar Sistem Penyediaan Air
dan Sistem Drainase di dalam tanah.
209

Ketebalan minimum dinding pipa dan outside mengikuti tabel berikut :


DIAMETER LUAR PIPA POLYVINYL CHLORIDE (PVC)
Rata-rata Diameter
Nominal Diameter (mm)
Luar ( mm )
50 63
65 75
80 90
100 110
125 140
150 160
200 200
250 250
300 315

DIAMETER LUAR PIPA POLYVINYL CHLORIDE (PVC)


Seri Pipa
Nominal Diameter
Tebal Dinding Nominal (mm)
(mm)
S 10 S 12,5
50 2.4 2.0
75 3.6 2.9
90 3.6 2.9
90 4.3 3.5
110 5.3 4.2
125 6.0 4.8
160 7.7 6.2
200 9.6 7.7
250 11.9 9.9
315 15.0 12.1

3. Bahan Pipa Dan Fitting


Untuk pipa dan fitting yang telah dapat dibuat di dalam negeri maka rekanan
harus melampirkan surat dari pabrik untuk izin penggunaan SII/SNI yang
dikeluarkan oleh Departemen Perindustrian dan dapat menunjukkan
pengalaman minimnal 3 (tiga) tahun.
Bahan pipa yang ditawarkan dapat berlainan dengan bahan pipa yang
tercantum dalam dokumen lelang ini, dengan syarat bahwa pipa yang
ditawarkan mempunyai kualitas keseluruhan yang sekurang-kurangnya sama
210

dengan apa yang tercantum dalam dokumen lelang ini.


Dalam hal bahan pipa yang ditawarkan berbeda dengan apa yang tercantum
dalam dokumen lelang ini, peserta pelelangan harus menyertakan gambar-
gambar detail junction (gambar detail penyembungan pipa) disertai dengan
jumlah dan spesifikasi dari tiap material yang ditawarkan.
Seluruh pipa dan fitting yang ditawarkan harus dapat digunakan di daerah tropis
dengan temperatur air yang mengalir antara 15-35° Celcius dan pH antara 6
sampai dengan 8.
Seluruh pipa dan fitting pipa akan ditanam didalam tanah kecuali untuk hal-hal
khusus yang membutuhkan lain.

4. Tekanan Kerja/Working Pressure


Tekanan kerja dari pipa minimal 100 m kolom air atau 10 kg/cm2 (SNI 06-
0084-1987 dan SNI 03-6419-200) dan tekanan pengujian minimal 2 (dua) kali
tenanan kerja pipa. Rekanan harus menyertakan tanda bukti hasil pemeriksaan
tekanan kerja dari pipa/fitting pipa yang ditawarkan.
Bila dianggap perlu, atas permintaan Direksi Pengawas Rekanan harus
dilakukan pengujian kekuatan tekanan kerja pipa/fitting pipa di lapangan pada
pipa/fitting pipa yang dikirim ke lapangan atas biaya Rekanan.
Jumlah pipa/fitting pipa yang akan diuji di lapangan akan ditentukan kemudian
oleh Direksi Pengawas. Bilan ternyata hasil pengujian tersebut tidak sesuai
dengan spesifikasi ini, maka Rekanan harus menggantinya dengan yang baru
sampai memenuhi persyaratan spesifikasi yang ditentukan.

5. Sambungan
a. Push On Rubber Point
Kecuali ditentukan lain, sambungan harus dari jenis push-on rubber ring.
Pipa tersebut harus mempunyai beil pada satu ujungnya dan polos pada
ujung yang lain dibavel dengan sudut kurang lebih 15 derajat. Pipa harus
diberi tanda garis petunjuk pemasangan pada permukaan luarnya. Fitting
harus dari jenis yang dispesifikasikan dan mempunyai ujung jenis beil.
b. Sleeve Coupling
Sleeve coupling dan adaptor harus didesain khusus untuk penyambungan
pipa PVC dan cocok dengan diameter luar pipa PVC.
c. Ring Karet Dan Gasket
Ring karet yang digunakan untuk sambungan push-on dan gasket untuk
penyembungan mekanikal fitting dari ductile iron atau besi tuang dan untuk
sambungan flange harus dari styrene butadiene rubber atau karet sintetis
lain yang tepat untuk pipa air minum.
d. Sambungan Colvent Cement
Kecuali ditentukan lain, pipa PVC dengan diameter nominal 40 mm dan lebih
kecil dapat disambung dengan menggunakan pelarut sebagai perekat sesuai
dengan standar pabrik. Bila digunakan sambungan solven cement ini,
rekanan harus menyediakan solvent cement sesuai dengan rekomendasi
pabrik ditambah dengan imbuhan 10%.
Sambungan tersebut harus mampu menahan resultante pergerakan
memanjang akibat dari perubahan suhu pipa sebesar 50oC tanpa
mengganggu kekedapan terhadap air.
e. Adaptor
Adaptor harus terbuat dari ductile iron atau dari besi tuang dan terdiri atas
flange pada satu ujungnya dan socket (atau beil) pada sambungan fleksibel
baik dengan mekanikal maupun push-on.

6. Fitting
Fitting sambungan harus sesuai dengan standar SNI-0084-1987 dan bila tidak
211

disebutkan dalam Volume Pekerjaan (Bill of Quantity) maka sistem sambungan


menggunakan sistem rubber ring joint.
Semua fitting direncanakan mempunyai tekanan kerja 1.23 mpa (12.4 kg/cm2)
Kecuali ditentukan lain, semua fitting harus dari jenis injection molded atau
hjeat process (pencetakan atau proses panas) dan didesain dengan
karakteristik dan kekuatan yang sama dengan pipa yang disambung.
Bila fitting yang dispesifikasikan bukan terbuat dari PVC maka harus dari besi
tuang ductile (Ductile Cast Iron). Bell and Flange yang dispesifikasikan harus
mempunyai flange pada satu ujungnya dan push-on bell satu sambungan jenis
mekanikal pad ujung yang lain. Tee dengan cabang flange, jika
dispesifikasikan, harus berupa ujung-ujung dengan push-on dan ujung pipa
cabang dengan flange. Permukaan luar fitting tersebut harus dilapisi lapisan
pelindung dari bahan bitumen, yaitu coal tar atau aspheltic base, yang
mempunyai ketebalan kering tidak kurang dari 0,3 mm. permukaan dalam dari
fitting tersebut harus dilapisi epoxy atau coal tar epoxy yang dipakai untuk lining
harus dari bahan yang tepat untuk pipa air minum dan dilengkapi sertifikati dari
instansi yang berwenang (public health authorities).
Baut dan mur yang akan dipakai untuk flange dan sambungan mekanikal harus
dari baja yang digalvanis.
a. Pengujian “Quality Assurance” (Jaminan Kualitas)
Pengujian quality assurance sesuai dengan persyaratan berikut harus cukup
mewakili unit yang disuplai sesuai kontrak. Engineer harus diijinkan untuk
mengunjungi tempat pembuatan untuk menyaksikan test/pengujian tersebut.
b. Pengujian Tekanan Hidrostatis
Pengujian tekanan harus dilakukan pada semua pipa dan fitting dan
memenuhi standar SNI 0084-187 dan SNI 06-2549-1991.
Setiap pipa harus diuji untuk dapat menahan tekanan pengujian hidrostatis
pada tekanan paling sedikit 42 N/mm1).
c. Pengujian Lain
Pengujian lainnya seperti flattering test, toksisitas, tekanan terus menerus
dan lain-lain harus dilakukan sesuai dengan standar yang berlaku.

B.1.4. PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN


1. Pipa HDPE
Pengukuran pipa HDPE yang didatangkan oleh Penyedia/Kontraktor diukur
dalam satuan linear meter (m) sesuai dengan panjang dan diameter nominal
yang tertera pada Daftar Harga dan Kuantitas pengadaan dan pemasangan
pipa masing-masing diameter pipa, sedangkan accessories diukur dalam
satuan buah yang tertera pada Daftar Harga dan Kuantitas pengadaan dan
pemasangan asesories.

Pembayaran pengadaan Pipa HDPE yang menjadi bagian dari pekerjaan harus
memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. Pipa sudah berada di lokasi pekerjaan sebagaimana tercantum dalam
kontrak dan perubahanya.
b. Sudah menyampaikan sertifikat uji mutu dari pabrikan / produsen.
c. Sudah menyampaikan sertifikat garansi dari produsen / agen resmi yang
ditunjuk oleh produsen.
d. Disetujui oleh PPK sesuai dengan capaian fisik yang diterima.
e. Dilarang dipindahkan dari area lokasi pekerjaan, dan / atau dipindah
tangankan oleh pihak manapun.
212

f. Keamanan penyimpanan dan resiko kerusakan merupakan tanggungjawab


penyedia jasa, sampai dengan terjadi serah terima pekerjaan dari penyedia
jasa kepada PPK (FHO).
Besaran yang akan dibayarkan berkisar antara 50% sampai dengan 70%
terhadap harga pipa yang ada di lapangan.

Tidak ada pembayaran terpisah yang dilakukan untuk pekerjaan pengadaan


aksesoris. Biaya untuk pengadaan aksesoris ini dianggap sudah termasuk
dalam harga satuan pekerjaan pemasangan asesories sesuai dengan yang
terdapat dalam gambar dan Daftar Kuantitas dan Harga.
Apabila Penyedia atas kelalaiannya mendatangkan pipa berlebih dari
kebutuhan yang sesungguhnya, maka atas kelebihan tersebut tidak akan dapat
dilakukan pembayaran.

2. Pipa Galvanis
Pengukuran pipa Galvanis yang didatangkan oleh Penyedia/Kontraktor diukur dalam
satuan linear meter (m) sesuai dengan panjang dan diameter nominal yang tertera
pada Daftar Harga dan Kuantitas pengadaan dan pemasangan pipa masing-masing
diameter pipa, sedangkan accessories diukur dalam satuan buah yang tertera pada
Daftar Harga dan Kuantitas pengadaan dan pemasangan asesories.

Tidak ada pembayaran terpisah yang dilakukan untuk pekerjaan pengadaan pipa
Steel. Biaya untuk pengadaan pipa ini dianggap sudah termasuk dalam harga
satuan pekerjaan pemasangan pipa Steel sesuai dengan yang terdapat dalam
gambar dan Daftar Kuantitas dan Harga.

Tidak ada pembayaran terpisah yang dilakukan untuk pekerjaan pengadaan


asesories Biaya untuk pengadaan asesories ini dianggap sudah termasuk dalam
harga satuan pekerjaan pemasangan asesories sesuai dengan yang terdapat dalam
gambar dan Daftar Kuantitas dan Harga.

Apabila Penyedia atas kelalaiannya mendatangkan pipa berlebih dari


kebutuhan yang sesungguhnya, maka atas kelebihan tersebut tidak akan dapat
dilakukan pembayaran.

3. Pipa PVC
Pengukuran pipa PVC yang didatangkan oleh Penyedia/Kontraktor diukur dalam
satuan linear meter (m) sesuai dengan panjang dan diameter nominal yang tertera
pada Daftar Harga dan Kuantitas pengadaan dan pemasangan pipa masing-masing
diameter pipa, sedangkan accessories diukur dalam satuan buah yang tertera pada
Daftar Harga dan Kuantitas pengadaan dan pemasangan asesories.

Tidak ada pembayaran terpisah yang dilakukan untuk pekerjaan pengadaan pipa
PVC. Biaya untuk pengadaan pipa ini dianggap sudah termasuk dalam harga satuan
pekerjaan pemasangan pipa PVC sesuai dengan yang terdapat dalam gambar dan
Daftar Kuantitas dan Harga.

Tidak ada pembayaran terpisah yang dilakukan untuk pekerjaan pengadaan


asesories Biaya untuk pengadaan asesories ini dianggap sudah termasuk dalam
harga satuan pekerjaan pemasangan asesories sesuai dengan yang terdapat dalam
gambar dan Daftar Kuantitas dan Harga.

Apabila Penyedia atas kelalaiannya mendatangkan pipa berlebih dari kebutuhan


213

yang sesungguhnya, maka atas kelebihan tersebut tidak akan dapat dilakukan
pembayaran.

Pejabat Pembuat Komitmen ………


Satker …………………………….

.....................................................
NIP….........................................
214

B.2. GEO LISTRIK / GEOLOGI TEKNIK

Geolistrik adalah salah satu metode Geofisika untuk mengetahui perubahan tahanan
jenis lapisan batuan dibawah permukaan tanah dengan cara mengalirkan arus listrik DC
(Direct Current) yang mempunyai tegangan tinggi kedalam tanah. Metode geolistrik yang
umum digunakan adalah metode resistivitas, yang digunakan untuk mengetahui sifat
resistivitas / konduktivitas listrik lapisan batuan di dalam bumi.
Tujuan utama penelitian geolistrik pada kegiatan ini adalah untuk untuk mengetahui dan
menafsirkan :
1. Jenis batuan pada lokasi yang akan dibor menggunakan sistem BORING MANUAL ;
2. Kedalaman batuan ;
3. Nilai tahanan jenis batuan.

Ketentuan Umum Pelaksanaan Survai Geolistrik


1. Peralatan diletakkan diatas tanah dan dialasi papan, tidak bersentuhan langsung dengan
tanah.
2. Apabila pengukuran geolistrik dilaksanakan didalam kendaraan bermotor harus
memenuhi persayaratan yaitu sekitar 20 m dari jalur pengukuran untuk mencegah jika
terjadi kebocoran pada elektroda potensial, tidak akan mempengaruhi pembacaan nilai
potensial.
3. Kabel potensial selalu diletakkan diatas permukaan tanah dan kabel arus harus diatas
kabel potensial.
4. Pemindahan elektroda arus dan elektroda potensial dilakukan pada saat yang
bersamaan dan memakai jarak yang telah ditentukan dari titik nol.
5. Batang elektroda arus dan elektroda potensial harus ditanam sekitar 20 cm kedalam
tanah dengan baik dan hubungan kabel ke alat harus baik, jangan ada kabel yang luka
karena akan terjadi kebocoran.
6. Peralatan geolistrik sebaiknya mempergunakan komputerisasi, penafsiran data dengan
perangkat lunak akan mempermudah dan mempercepat pelaksanaan pendugaan
geoliustrik.
7. Arah bentangan kabel elektroda pendugaan harus sejajar dengan jurus lapisan.
Faktor – faktor yang harus diperhatikan sehingga pendugaan geolistrik dapat mencapai
hasil maksimal :
1. Peralatan duga yang memadai, mudah dibawa & dioperasikan
2. Tenaga operator yang handal, paham mengoperasikan peralatan
3. Tersedia ahli Geofisika / Hidrogeologi yang berpengalaman
4. Kabel arus dan kabel potensial yang baik tidak luka / lecet
5. Alat komunikasi yang cukup untuk mempercepat operasional
6. Tenaga ahli hidrogeologi / geofisika yang dapat menafsirkan data
215

7. Alat pengukur daya hantar listrik (Electric Conductivity Meter), GPS, peta topo & geologi-
hidrogeologi
8. Palu, kompas geologi dan peralatan lain yang perlu.
Peralatan survai yang dipergunakan harus memenuhi syarat antara lain adalah :
1. Alat Pengukur Resistivity
 Transmitter
o output current : 1 - 200 mA
o opening potensial : 12 V DC
 Receiver
o input impedance : 1 M-ohm
o measurement potential : 0 - 0,6 V; 0 - 6 V (auto range)
o resolution : 20 microV
o noise reduction ratio : 90 dB
 Power : DC 12V
2. Kabel Arus : 2 x 1.000 m
3. Kabel Potensial : 2 x 100 m
4. Elektroda anti karat 4 buah (panjang 0,50 m)
5. Handy Talky 3 - 5 buah
6. Kompas & palu
7. Pita ukur 100 - 500 m
8. Patok kayu / bambu / beton secukupnya
9. Peta Topo, GPS

Cara penafsiran geolisrik tahanan jenis dapat dilakukan dengan :


1. Cara Manual yaitu menggunakan Kurva Baku dan Kurva Tambahan dengan melakukan
pencocokan lengkungan (”matching curve”). Penafsiran geolistrik dilakukan untuk
memperoleh nilai tahanan jenis sebenarnya dan prakiraan ketebalan lapisan.

2. Perhitungan dan pencocokan Kurva Baku dari dua macam lapisan (two type layer), tiga
macam atau empat macam pada keadaan nilai tahanan jenis dan ketebalan lapisan yang
berbeda.

3. Kurva baku (Two layer curves) dan Kurva Tambahan (K, Q, A dan H) yang digunakan
adalah Kurva Orellana dan Mooney (1966), Bhattacharya P.K. dan Patra H.P. (1968),
Rijkswaterstaat (1969).

4. Cara komputerisasi yaitu dengan mempergunakan perangkat lunak yang beredar


dipasaran seperti RESINT 53, VESPC, GRIVEL, RESIXv3 dan Program FMIPA ITB dll.

5. Perangkat lunak digunakan dengan memasukan data lapangan dan memasukkan nilai
tahanan jenis (Ω). Untuk memilih tahanan jenis dan ketebalan lapisan dapat dilakukan
dengan cara ”trial and error” dengan memilih ”root mean square” (RMS) dibawah 5%.
216

Hubungan antara besaran nilai tahanan jenis dengan jenis batuan dapat dipengaruhi
oleh beberapa hal antara lain :
•Batuan sedimen yang lepas (unconsolidated material) mempunyai nilai tahanan jenis yang
lebih rendah dibandingkan dengan batuan sedimen yang kompak.
•Jika batuan mengandung air akan mempunyai nilai tahanan jenis yang lebih rendah
dibandingkan dengan yang kering & dibandingkan dengan yang mengandung kadar garam
yang tinggi.
•pH air yang terkandung pada rongga batuan.
•Tahanan jenis batuan akan bervariasi dari satu tempat ketempat lain dan tergantung pada
keadaan setempat.
Tabel Tahanan Jenis beberapa jenis batuan, mineral dan cairan kimiawi
Nilai Tahanan Daya Hantar
No Bahan/Material Jenis Listrik/Conductivity
Ρ (ohm-m) (Siemen/m)

1. Batuan Beku/metamorf
- Granit 5 x 103 - 106 10-6 - 2 x 10-4
- Basalt 103 - 106 10-6 - 10-3
- Sabak 6 x 102 - 4 x 107 2,5 x 10-8 - 1,7 x 10-3
- Marmer 102 - 2,5 x 108 4 x 10-9 - 10-2
- Kuarsit 102 - 2 x 108 2,5 x 10-9 - 10-2
2. Batuan Sedimen
- Batu Pasir 8 - 4 x 103 2,5 x 10-4 - 0,125
- Serpih 20 - 2 x 103 5 x 10-4 - 0,05
- Batu Gamping 50 - 4 x 102 2,5 x 10-3 - 0,02
3. Tanah dan Air
- Lempung 1 - 100 0,01 - 1
- Alluvium 10 - 800 1,25 x 10-3 - 0,1
- Air Tanah (segar) 10 - 100 0,01 - 0,1
- Air Laut 0,2 5
4. Cairan Kimiawi
- Besi (Fe) 9,07 x 10-8 1,102 x 107
- 0,01 M KCl 0,708 1,413
- 0,01 M NaCl 0,843 1,183
- 0,01 M Asam Acetic 6,13 0,163
- Xylene 6,998 x 1016 1,429 x 10-17
217

Contoh Penampang Resistivity 3D :


218

B.3. PEMASANGAN PIPA


B.3.1. PEMASANGAN PIPA HDPE
1. Pelaksana pekerjaan harus mempekerjakan beberapa pekerja gali urug yang
memiliki keahlian melakukan pekerjaan boring (pengeboran) secara manual
disamping pekerja gali urug biasa. Semua pemasangan pipa dan accessories dan
bangunan pelengkap termasuk dalam pekerjaan. Ukuran-ukuran pokok dan
pembagian-pembagian seluruhnya telah dinyatakan dalam gambar pelaksanaan.
Tinggi Peil pada setiap unit pekerjaan yang memerlukan bowplank ditentukan
terhadap tinggi peil setempat yang disetujui oleh PPK.
2. Pipa yang sudah dipasang harus dicegah jangan sampai kemasukan segala
macam jenis kotoran umpamanya bekas puing-puing/batu, alat-alat, bekas
pakaian dan lain-lain kotoran yang dapat mengganggu kebersihan dan kelancaran
aliran air didalam pipa.
3. Setiap pipa yang sudah dimasukan kedalam galian harus langsung dipasang dan
distel sambungannya dan kemudian diurug dengan bahan-bahan yang disetujui
Direksi Lapangan/Teknis serta dipadatkan dengan sempurna kecuali pengurugan
pada tempat-tempat sambungan pipa harus diperiksa terlebih dahulu dan disetujui
oleh Direksi Lapangan/Teknis. Setelah diperiksa dan disetujui oleh Direksi
Lapangan/Teknis baru diperbolehkan untuk diurug.
4. Semua ujung pipa yang terakhir yang pada saat pemasangannya berhenti, harus
ditutup sehingga kotoran maupun air buangan tidak masuk kedalam pipa. Cara-
cara penutupan pada ujung pipa tersebut harus disetujui oleh Direksi
Lapangan/Teknis.
5. Perubahan arah perletakan pipa (belokan/tikungan) harus dilaksanakan dengan
penyambung bend/elbow yang sesuai. Begitu pula untuk percabangan harus
dengan tee cross (sesuai dengan kebutuhan).
6. Membengkokkan atau merubah bentuk pipa dengan cara apapun tidak
diperbolehkan (secara mekanis maupun dengan cara pemanasan) tanpa
persetujuan Direksi Lapangan/Teknis.
7. Peil dari perletakan pipa serta dalamnya terhadap muka jalan/tanah asal harus
diperiksa dengan teliti dan disaksikan dan mendapat persetujuan oleh Direksi
Lapangan/Teknis.
8. Pada waktu pemasangan pipa harus diperhatikan benar-benar mengenai
kedudukan pipa agar yang dipasang betul-betul lurus serta pada peil yang benar
dan dasar pipa harus terletak rata, tidak boleh ada benda keras yang
memungkinkan rusaknya pipa dikemudian hari
9. Pada waktu pemasangan pipa, galian untuk perletakan pipa harus kering, tidak
boleh ada air sama sekali dan bagian dalam pipa harus bersih. Penyambungan
pipa hanya dilakukan dalam keadaan kering.
10. Semua pemasangan fitting penyambungan pipa seperti tee, elbow/bend dan
sebagainya harus diberi blok-blok penahan dari beton (beton K-175).
11. Setiap pekerjaan pemasangan pipa yang dihentikan pada waktu diluar jam-jam
kerja, ujung-ujung pipa yang terakhir harus ditutup rapat air untuk mencegah
masuknya kotoran/benda-benda asing/air kotor kedalam pipa. Material yang
digunakan untuk tutup ujung pipa tersebut harus bersih dan bebas dari minyak/oli,
aspal atau bahan-bahan minyak pelumas lainnya.
12. Semua ujung pipa yang terakhir dan tidak dilanjutkan lagi harus ditutup
(didop/plug) dan diberi beton penahan (beton K-175).
13. Setiap pekerjaan pemasangan pipa yang dihentikan pada waktu diluar jam-jam
kerja, ujung-ujung pipa yang terakhir harus ditutup rapat air untuk mencegah
masuknya kotoran/benda-benda asing/air kotor kedalam pipa. Material yang
digunakan untuk tutup ujung pipa tersebut harus bersih dan bebas dari minyak/oli,
aspal atau bahan-bahan minyak pelumas lainnya.
219

14. Semua ujung pipa yang terakhir dan tidak dilanjutkan lagi harus ditutup
(didop/plug) dan diberi beton penahan (beton K-175).
15. Penyedia jasa harus melaksanakan dan menyelesaikan pekerjaan pemasangan
pipa sesuai dengan dokumen pelelangan dan syarat-syarat yang tercantum dalam
syarat-syarat teknis pekerjaan ini.
a. Pemeriksaan Sebelum Pemasangan
- Semua pipa dan sambungan-sambungan harus diperiksa dengan teliti terhadap
retak-retak dan kerusakan-kerusakan lainnya ketika pipa berada di atas galian,
segera sebelum pemasangannya pada posisi terakhir.
- Ujung pipa harus diperiksa secara seksama karena bagian ini yang paling mudah
rusak pada waktu pengangkutan. Pipa atau peralatan yang rusak harus diletakkan
dekat galian untuk diperiksa oleh Direksi Lapangan/Teknis, yang akan
menentukan perbaikan atau dibuang.
b. Pembersihan Pipa
- Semua kotoran, gumpalan dan bahan lain yang tak berguna harus disingkirkan
dari ”bell”, ujung spigot setiap pipa dan bagian luar ujung spigot, dan sebelum
pipa dipasang bagian dalam ”bell” harus diseka sampai bersih, kering dan bebas
dari lemak.
- Semua bagian dalam semua pipa yang terpasang, valve dan fitting yang telah
terpasang harus dijaga agar tetap bersih dan bebas dari benda asing dan kotoran.
Tindakan pencegahan harus berupa pengguna kain pembersih selama
pemasangan dan penyumbatan kedap air semua bukaan/celah di setiap akhir
pekerjaan setiap hari.
- Seluruh kotoran dan sisa lapisan (coating) harus dihilangkan dari akhiranakhiran
bell dan spigot. Tiap pipa, bagian luar, akhiran spigot dan bagian dalam dari bell
harus dibersihkan, kering dan bebas dari lemak dan minyak sebelum pipa
dipasang.
c. Penurunan Pipa Kedalam Galian
- Peralatan seperti Crane 20-30 ton digunakan untuk memindahkan pipa dari truk.
- Semua pipa, ”Fitting, dan Valve” harus diturunkan kedalam galian satu persatu
dengan menggunakan tripod/tackle, handle crane & hoist atau dengan perkakas
atau peralatan lainnya yang sesuai, sedemikian rupa untuk mencegah kerusakan
pada bahan tersebut maupun lapisan pelindung luar dan dalamnya.
- Bahan tersebut dengan alasan apapun tidak boleh dijatuhkan atau dilemparkan
kedalam galian.
- Jika terjadi kerusakan pada pipa, fitting, valve, atau perlengkapan lain dalam
penanganannya, kerusakan tersebut harus segera diberitahukan kepada Direksi
Lapangan/Teknis. Direksi Lapangan/Teknis akan menetapkan perbaikan atau
penolakan bahan yang rusak tersebut.
- Pipa PE diameter kecil diproduksi dalam bentuk roll. Penurunan kedalam
galiannya dapat dengan 2 cara: baik dilepas dulu dari gulungannya baru
diturunkan atau diturunkan dulu kedalam galian dalam bentuk roll baru dilepas.
Pipa PE diameter besar diproduksi dalam bentuk batang.
- Semua pipa, ”Fitting” dan ”Valve” harus diturunkan kedalam galian satu persatu,
dengan menggunakan derek, tali/tambang, atau dengan perkakas atau peralatan
lainnya yang sesuai sedemikian rupa untuk mencegah kerusakan pada bahan
tersebut maupun lapisan pelindung luar dan dalamnnya. Bahan tersebut dengan
alasan apapun tidak boleh dijatuhkan atau dilemparkan ke dalam galian.
d. Pemotongan Pipa
- Pemotongan pipa diusahakan seminimum mungkin. Bila perlu pemotongan harus
dilakukan tegak lurus terhadap sumbu pipa dan rata. Pemotongan harus
dilakukan dengan peralatan yang sesuai dengan rekomendasi pabrik.
- Ujung potongan dan tepian yang kasar harus diperhalus dan dipotong dengan alat
yang khusus dibuat untuk keperluan tersebut. Ujung potongan serong harus sama
degnan yang dibuat dipabrik.
220

- Perkakas bagi keperluan pemotongan pipa dan membuat ujung potongan serong
harus sesuai denga rekomendasi pabrik. Tanda kedalaman (garis melingkar yang
jelas) harus dibuat diujung spigot pipa yang dipotong dilapangan untuk
menandakan kedalaman penetrasi spigot yang benar kedalam sambungan pipa.

B.3.1.1 PIPA HDPE DENGAN METODE GALIAN TERBUKA


B.3.1.1.1 PEKERJAAN GALIAN
a) Pekerjaan ini harus mencakup penggalian, penanganan, pembuangan atau
penumpukan tanah atau batu atau bahan lain dari jalan atau sekitarnya yang
diperlukan untuk penyelesaian dari pekerjaan dalam Kontrak ini.
b) Pekerjaan ini umumnya diperlukan untuk pembuatan saluran air dan selokan, untuk
formasi galian atau fondasi pipa, gorong-gorong, pembuangan atau struktur lainnya,
untuk pekerjaan stabilisasi lereng dan pembuangan bahan longsoran, untuk galian
bahan konstruksi dan pembuangan sisa bahan galian, untuk pengupasan dan
pembuangan bahan perkerasan beraspal dan /atau perkerasan beton pada
perkerasan lama, dan umumnya untuk pembentukan profil dan penampang yang
sesuai dengan Spesifikasi ini dan memenuhi garis, ketinggian dan penampang
melintang yang ditunjukkan dalam Gambar atau sebagaimana yang diperintahkan
oleh Pengawas Pekerjaan.
c) Pekerjaan yang diperlukan untuk pembuangan bahan yang tak terpakai dan tanah
humus akan dicakup oleh Spesifikasi ini.
d) Kecuali untuk keperluan pembayaran, ketentuan dari Spesifikasi ini berlaku untuk
semua jenis galian yang dilakukan sehubungan dengan Kontrak, dan pekerjaan galian
dapat berupa:
i) Galian Biasa
ii) Galian Batu Lunak
iii) Galian Batu
iv) Galian Struktur
v) Galian Perkerasan Beraspal
vi) Galian Perkerasan Berbutir
vii) Galian Perkerasan Beton
e) Galian Biasa harus mencakup seluruh galian yang tidak diklasifikasi sebagai
galian batu lunak, galian batu, galian struktur, galian sumber bahan (borrow
excavation), galian perkerasan beraspal, galian perkerasan berbutir, dan galian
perkerasan beton, serta pembuangan bahan galian biasa yang tidak terpakai seperti
yang ditunjukkan dalam Gambar atau sebagaimana yang diperintahkan oleh
Pengawas Pekerjaan.
f) Galian Batu Lunak harus mencakup galian pada batuan yang mempunyai kuat tekan
uniaksial 0,6 – 12,5 MPa (6 – 125 kg/cm2) yang diuji sesuai dengan SNI 2825:2008.
g) Galian batu harus mencakup galian bongkahan batu yang mempunyai kuat tekan
uniaksial > 12,5 MPa (> 125 kg/cm2) yang diuji sesuai dengan SNI 2825:2008,
dengan volume 1 meter kubik atau lebih dan seluruh batu atau bahan lainnya yang
menurut Pengawas Pekerjaan adalah tidak praktis menggali tanpa penggunaan alat
bertekanan udara atau pemboran (drilling). Galian ini tidak termasuk galian yang
menurut Pengawas Pekerjaan dapat dibongkar dengan penggaru (ripper) tunggal
yang ditarik oleh traktor dengan berat maksimum 15 ton dan daya neto maksimum
sebesar 180 HP atau PK (Paar de Kraft = Tenaga Kuda).
h) Galian Struktur mencakup galian pada segala jenis tanah dalam batas pekerjaan yang
disebut atau ditunjukkan dalam Gambar untuk Struktur. Setiap galian yang
didefinisikan sebagai Galian Biasa atau Galian Batu atau Galian Perkerasan Beton
221

tidak dapat dimasukkan dalam Galian Struktur.


i) Galian Struktur terbatas untuk galian lantai beton fondasi jembatan, tembok penahan
tanah beton, dan struktur beton pemikul beban lainnya selain yang disebut dalam
Spesifikasi ini. Pekerjaan galian struktur juga meliputi: penimbunan kembali dengan
bahan yang disetujui oleh Pengawas Pekerjaan; pembuangan bahan galian yang
tidak terpakai; semua keperluan drainase, pemompaan, penimbaan, penurapan,
penyokong; pembuatan tempat kerja atau cofferdam beserta pembongkarannya.
j) Galian Perkerasan Beraspal mencakup galian pada perkerasan beraspal lama dan
pembuangan bahan perkerasan beraspal dengan maupun tanpa Cold Milling Machine
(mesin pengupas perkerasan beraspal tanpa pemanasan) seperti yang ditunjukkan
dalam Gambar atau sebagaimana yang diperintahkan oleh Pengawas Pekerjaan.
k) Galian Perkerasan Berbutir mencakup galian pada perkerasan berbutir eksisting
dengan atau tanpa tulangan dan pembuangan bahan perkerasan berbutir yang tidak
terpakai seperti yang ditunjukkan dalam Gambar atau sebagaimana yang
diperintahkan oleh Pengawas Pekerjaan.
l) Galian Perkerasan Beton mencakup galian pada perkerasan beton lama dan
pembuangan bahan perkerasan beton yang tidak terpakai seperti yang ditunjukkan
dalam Gambar atau sebagaimana yang diperintahkan oleh Pengawas Pekerjaan.
m) Pemanfaatan kembali bahan galian ini harus mendapat persetujuan terlebih dahulu
oleh Pengawas Pekerjaan sebelum bahan ini dipandang cocok untuk proses daur
ulang. Material lama bekas galian harus diatur penggunaan/ penempatannya oleh
Pengawas Pekerjaan.

Toleransi Dimensi
a. Elevasi akhir, garis dan formasi sesudah galian selain galian perkerasan beraspal
dan/atau perkerasan beton tidak boleh berbeda lebih tinggi dari 2 cm atau lebih
rendah 3 cm pada setiap titik, dan 1 cm pada setiap titik untuk galian bahan
perkerasan lama.
b. Pemotongan permukaan lereng yang telah selesai tidak boleh berbeda dari garis
profil yang disyaratkan melampaui 10 cm untuk tanah dan 20 cm untuk batu di
mana pemecahan batu yang berlebihan tak dapat terhindarkan.
c. Permukaan galian tanah maupun batu yang telah selesai dan terbuka terhadap
aliran air permukaan harus cukup rata dan harus memiliki cukup kemiringan untuk
menjamin pengaliran air yang bebas dari permukaan itu tanpa terjadi genangan.

Pengajuan Kesiapan Kerja dan Pencatatan


a. Untuk setiap pekerjaan galian yang dibayar menurut Spesifikasi ini, sebelum memulai
pekerjaan, Penyedia Jasa harus menyerahkan kepada Pengawas Pekerjaan,
gambar detail penampang melintang yang menunjukkan elevasi tanah asli sebelum
operasi pembersihan, memasang patok – patok batas galian, dan penggalian yang
akan dilaksanakan.
b. Penyedia Jasa harus menyerahkan kepada Pengawas Pekerjaan metode kerja dan
gambar detail seluruh struktur sementara yang diusulkan atau yang diperintahkan
untuk digunakan, seperti penyokong (shoring), pengaku (bracing), cofferdam, dan
dinding penahan rembesan (cutoff wall), dan gambar-gambar tersebut harus
memperoleh persetujuan dari Pengawas Pekerjaan sebelum melaksanakan
pekerjaan galian yang akan dilindungi oleh struktur sementara yang diusulkan.
c. Penyedia Jasa harus memberitahu Pengawas Pekerjaan untuk setiap galian pada
tanah dasar, formasi atau fondasi yang telah selesai dikerjakan, dan bahan
landasan atau bahan lainnya tidak boleh dihampar sebelum kedalaman galian, sifat
dan kekerasan bahan fondasi disetujui terlebih dahulu oleh Pengawas Pekerjaan,
d. Penyedia Jasa harus menyerahkan kepada Pengawas Pekerjaan suatu catatan
222

tertulis tentang lokasi, kondisi dan kuantitas perkerasan beraspal yang akan
dikupas atau digali. Pencatatan pengukuran harus dilakukan setelah seluruh bahan
perkerasan beraspal telah dikupas atau digali.

Pengamanan Pekerjaan Galian


a) Penyedia Jasa harus memikul semua tanggung jawab dalam menjamin
keselamatan pekerja, yang melaksanakan pekerjaan galian, penduduk dan
bangunan yang ada di sekitar lokasi galian.
b) Selama pelaksanaan pekerjaan galian, lereng galian harus dijaga tetap stabil
sehingga mampu menahan pekerjaan, struktur atau mesin di sekitarnya, harus
dipertahankan sepanjang waktu, penyokong (shoring) dan pengaku (bracing) yang
memadai harus dipasang bilamana permukaan lereng galian mungkin tidak stabil.
Bilamana diperlukan, Penyedia Jasa harus menyokong atau mendukung struktur di
sekitarnya, yang jika tidak dilaksanakan dapat menjadi tidak stabil atau rusak oleh
pekerjaan galian tersebut.
c) Untuk menjaga stabilitas lereng galian dan keselamatan tenaga kerja maka
galian tanah yang lebih dari 5 meter harus dibuat bertangga dengan teras selebar 1
meter atau sebagaimana yang diperintahkan Pengawas Pekerjaan.
d) Peralatan berat untuk pemindahan tanah, pemadatan atau keperluan lainnya tidak
diijinkan berada atau beroperasi lebih dekat 1,5 m dari tepi galian parit untuk
gorong-gorong pipa atau galian fondasi untuk struktur, terkecuali bilamana pipa atau
struktur lainnya yang telah terpasang dalam galian dan galian tersebut telah ditimbun
kembali dengan bahan yang disetujui Pengawas Pekerjaan dan telah dipadatkan.
e) Cofferdam, dinding penahan rembesan (cut-off wall) atau cara lainnya untuk
mengalihkan air di daerah galian harus dirancang sebagaimana mestinya dan
cukup kuat untuk menjamin bahwa keruntuhan mendadak yang dapat membanjiri
tempat kerja dengan cepat, tidak akan terjadi.
f) Dalam setiap saat, bilamana tenaga kerja atau orang lain berada dalam lokasi
galiandan harus bekerja di bawah permukaan tanah, maka Penyedia Jasa harus
menempatkan seorang pengawas keamanan di lokasi kerja yang tugasnya hanya
memantau keamanan dan kemajuan. Sepanjang waktu penggalian, peralatan
galian cadangan (yang belum dipakai) serta perlengkapan P3K harus tersedia pada
tempat kerja galian.
g) Semua galian terbuka harus diberi rambu peringatan dan penghalang (barikade)
yang cukup untuk mencegah tenaga kerja atau orang lain terjatuh ke dalamnya, dan
setiap galian terbuka pada lokasi jalur lalu lintas maupun lokasi bahu jalan harus
diberi rambu tambahan pada malam hari berupa drum yang dicat putih (atau yang
sejenis) beserta lampu merah atau kuning guna menjamin keselamatan para
pengguna jalan, sesuai dengan yang diperintahkan Pengawas Pekerjaan.
h) Ketentuan yang disyaratkan dalam Spesifikasi, Manajemen dan Keselamatan Lalu
Lintas diterapkan pada seluruh galian di Ruang Milik Jalan.

Jadwal Kerja
a) Perluasan setiap galian terbuka pada setiap operasi harus dibatasi sepadan dengan
pemeliharaan permukaan galian agar tetap dalam kondisi yang mulus (sound),
dengan mempertimbangkan akibat dari pengeringan, perendaman akibat hujan dan
gangguan dari operasi pekerjaan berikutnya.
b) Galian saluran atau galian lainnya yang memotong jalan yang terbuka untuk lalu
lintas harus dilakukan dengan pelaksanaan setengah badan jalan sehingga jalan
tetap terbuka untuk lalu lintas pada setiap saat.
c) Kecuali diperintahkan lain oleh Pengawas Pekerjaan maka setiap galian
223

perkerasan beraspal harus ditutup kembali dengan campuran aspal pada hari yang
sama sehingga dapat dibuka untuk lalu lintas.

Kondisi Tempat Kerja


a) Seluruh galian harus dijaga agar bebas dari air dan Penyedia Jasa harus
menyediakan semua bahan, perlengkapan dan tenaga kerja yang diperlukan untuk
pengeringan (pemompaan), pengalihan saluran air dan pembuatan drainase
sementara, dinding penahan rembesan (cut off wall) dan cofferdam. Pompa siap
pakai di lapangan harus senantiasa dipelihara sepanjang waktu untuk menjamin
bahwa tak akan terjadi gangguan dalam pengeringan dengan pompa.
b) Bilamana Pekerjaan sedang dilaksanakan pada drainase lama atau tempat lain di
mana air tanah rembesan (ground water seepage) mungkin sudah tercemari, maka
Penyedia Jasa harus senantiasa memelihara tempat kerja dengan memasok air
bersih yang akan digunakan oleh tenaga kerja sebagai air cuci, bersama-sama
dengan sabun dan desinfektan yang memadai.

Perbaikan Terhadap Pekerjaan Galian yang Tidak Memenuhi Ketentuan


Pekerjaan galian yang tidak memenuhi toleransi yang diberikan di atas
sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa dan harus diperbaiki oleh
Penyedia Jasa sebagai berikut :
i) Lokasi galian dengan garis dan ketinggian akhir yang melebihi garis dan
ketinggian yang ditunjukkan dalam Gambar atau sebagaimana yang
diperintahkan Pengawas Pekerjaan harus digali lebih lanjut sampai memenuhi
toleransi yang disyaratkan.
ii) Lokasi dengan penggalian yang melebihi garis dan ketinggian yang
ditunjukkan dalam Gambar atau sebagaimana yang diperintahkan oleh
Pengawas Pekerjaan, atau lokasi yang mengalami kerusakan atau menjadi
lembek, harus ditimbun kembali dengan bahan timbunan pilihan atau lapis
fondasi agregat sebagaimana yang diperintahkan Pengawas Pekerjaan.
iii) Galian pada perkerasan lama dengan dimensi dan kedalaman melebihi yang
telah ditetapkan, harus diisi kembali dengan menggunakan bahan yang sama
dengan perkerasan lama sampai dimensi dan kedalaman yang ditetapkan.

Utilitas Bawah Tanah


a) Penyedia Jasa harus bertanggungjawab untuk memperoleh informasi tentang
keberadaan dan lokasi utilitas bawah tanah dan untuk memperoleh dan membayar
setiap ijin atau wewenang lainnya yang diperlukan dalam melaksanakan galian yang
diperlukan dalam Kontrak.
b) Penyedia Jasa harus bertanggungjawab untuk menjaga dan melindungi setiap
utilitas bawah tanah yang masih berfungsi seperti pipa, kabel, atau saluran bawah
tanah lainnya atau struktur yang mungkin dijumpai dan untuk memperbaiki setiap
kerusakan yang timbul akibat operasi kegiatannya.

Retribusi untuk Bahan Galian


Bilamana bahan timbunan pilihan atau lapis fondasi agregat, agregat untuk campuran
aspal atau beton atau bahan lainnya diperoleh dari galian sumber bahan di luar
ruang milik jalan, Penyedia Jasa harus melakukan pengaturan yang diperlukan dan
membayar konsesi dan restribusi kepada pemilik tanah maupun pihak yang
berwenang untuk ijin menggali dan mengangkut bahan-bahan tersebut.
224

Penggunaan dan Pembuangan Bahan Galian


a) Semua bahan galian tanah dan galian batu yang dapat dipakai dalam batas-batas
dan lingkup kegiatan bilamana memungkinkan harus digunakan secara efektif
untuk formasi timbunan atau penimbunan kembali.
b) Bahan galian yang mengandung tanah yang sangat organik, tanah gambut (peat),
sejumlah besar akar atau bahan tetumbuhan lainnya dan tanah kompresif yang
menurut pendapat Pengawas Pekerjaan akan menyulitkan pemadatan bahan di
atasnya atau yang mengakibatkan setiap kegagalan atau penurunan (settlement)
yang tidak dikehendaki, harus diklasifikasikan sebagai bahan yang tidak
memenuhi syarat untuk digunakan sebagai timbunan dalam pekerjaan permanen.
c) Setiap bahan galian yang melebihi kebutuhan timbunan, atau tiap bahan galian
yang tidak disetujui oleh Pengawas Pekerjaan untuk digunakan sebagai bahan
timbunan, harus dibuang dan diratakan oleh Penyedia Jasa di luar Ruang Milik
Jalan (Rumija) seperti yang diperintahkan Pengawas Pekerjaan.
d) Penyedia Jasa harus bertanggungjawab terhadap seluruh pengaturan dan biaya
yang diperlukan untuk pembuangan bahan galian yang tidak terpakai atau yang
tidak memenuhi syarat untuk bahan timbunan, termasuk pembuangan bahan
galian, juga termasuk pengangkutan hasil galian ke tempat pembuangan akhir dan
perolehan ijin dari pemilik atau penyewa tanah di mana pembuangan akhir tersebut
akan dilakukan.
e) Bahan hasil galian struktur yang surplus, tidak boleh diletakkan di daerah aliran
agar tidak mengganggu aliran dan tidak merusak efisiensi atau kinerja dari
struktur. Tidak ada bahan hasil galian yang boleh ditumpuk sedemikian hingga
membahayakan seluruh maupun sebagian dari pekerjaan struktur yang telah
selesai.

Pengembalian Bentuk dan Pembuangan Pekerjaan Sementara


a) Kecuali diperintahkan lain oleh Pengawas Pekerjaan, semua struktur sementara
seperti cofferdam atau penyokong (shoring) dan pengaku (bracing) harus dibongkar
oleh Penyedia Jasa setelah struktur permanen atau pekerjaan lainnya selesai.
Pembongkaran harus dilakukan sedemikian sehingga tidak mengganggu atau
merusak struktur atau formasi yang telah selesai.
b) Bahan bekas yang diperoleh dari pekerjaan sementara tetap menjadi milik
Penyedia Jasa atau bila memenuhi syarat dan disetujui oleh Pengawas Pekerjaan,
dapat dipergunakan untuk pekerjaan permanen dan dibayar menurut Mata
Pembayaran yang relevan sesuai dengan yang terdapat dalam Daftar Penawaran.
c) Setiap bahan galian yang sementara waktu diijinkan untuk ditempatkan dalam
saluran air harus dibuang seluruhnya setelah pekerjaan berakhir sedemikian rupa
sehingga tidak mengganggu saluran air.
d) Seluruh tempat bekas galian bahan atau sumber bahan yang digunakan oleh
Penyedia Jasa harus ditinggalkan dalam suatu kondisi yang rata dan rapi dengan
tepi dan lereng yang stabil dan saluran drainase yang memadai.

B.3.1.1.2 PROSEDUR PENGGALIAN


A. Prosedur Umum
a) Penggalian harus dilaksanakan menurut kelandaian, garis, dan elevasi
yang ditentukan dalam Gambar atau ditunjukkan oleh Pengawas Pekerjaan
dan harus mencakup pembuangan semua material/bahan dalam bentuk
apapun yang dijumpai, termasuk tanah, batu, batu bata, beton, pasangan
225

batu, bahan organik dan bahan perkerasan lama.


b) Pekerjaan galian harus dilaksanakan dengan gangguan yang seminimal
mungkin terhadap bahan di bawah dan di luar batas galian. Bilamana
material/bahan yang terekspos pada garis formasi atau tanah dasar atau
fondasi dalam keadaan lepas atau lunak atau kotor atau menurut pendapat
Pengawas Pekerjaan tidak memenuhi syarat, maka bahan tersebut harus
seluruhnya dipadatkan atau dibuang dan diganti dengan timbunan yang
memenuhi syarat, sebagaimana yang diperintahkan Pengawas Pekerjaan.
c) Bilamana batu, lapisan keras atau bahan yang sukar dibongkar dijumpai
pada garis formasi untuk selokan yang diperkeras, pada tanah dasar untuk
perkerasan maupun bahu jalan, atau pada dasar galian pipa atau fondasi
struktur, maka bahan tersebut harus digali 15 cm lebih dalam sampai
permukaan yang mantap dan merata. Tonjolan-tonjolan batu yang runcing
pada permukaan yang terekspos tidak boleh tertinggal dan semua
pecahan batu yang diameternya lebih besar dari 15 cm harus dibuang.
Profil galian yang disyaratkan harus diperoleh dengan cara menimbun
kembali dengan bahan yang dipadatkan sesuai persetujuan Pengawas
Pekerjaan.
d) Dalam hal apapun perlu dipahami bahwa, selama pelaksanaan
penggalian, Penyedia Jasa harus melakukan langkah-langkah berdasarkan
inisiatifnya sendiri untuk memastikan drainase alami dari air yang
mengalir pada permukaan tanah, agar dapat mencegah aliran tersebut
mengalir masuk ke dalam galian yang telah terbuka.
A. Galian pada Tanah Dasar Perkerasan dan Bahu Jalan
B.1. Galian untuk Struktur dan Pipa
a) Galian untuk pipa, gorong-gorong atau drainase beton dan
galian untuk fondasi jembatan atau struktur lain, harus cukup
ukurannya sehingga memungkinkan penempatan struktur atau
telapak struktur dengan lebar dan panjang sebagaimana
mestinya dan pemasangan bahan dengan benar, pengawasan
dan pemadatan penimbunan kembali di bawah dan di sekeliling
pekerjaan.
b) Bila galian parit untuk gorong-gorong atau lainnya dilakukan
pada timbunan baru, maka timbunan harus dikerjakan sampai
ketinggian yang diperlukan dengan jarak masing-masing lokasi
galian parit tidak kurang dari 5 kali lebar galian parit tersebut,
selanjutnya galian parit tersebut dilaksanakan dengan sisi-sisi
yang setegak mungkin sebagaimana kondisi tanahnya
mengijinkan.
c) Semua bahan fondasi batu atau strata keras lainnya yang
terekspos pada fondasi jembatan harus dibersihkan dari
semua bahan yang lepas dan digali sampai permukaan yang
keras, baik elevasi, kemiringan atau bertangga sebagaimana
yang diperintahkan oleh Pengawas Pekerjaan. Semua serpihan
dan retak-retak harus dibersihkan dan diinjeksi. Semua batu
yang lepas dan terurai dan strata yang tipis harus dibuang.
Jika fondasi telapak ditempatkan pada landasan selain batu,
galian sampai elevasi akhir fondasi untuk telapak struktur
tidak boleh dilaksanakan sampai sesaat sesudah fondasi
telapak dipastikan elevasi penempatannya.
d) Bila fondasi tiang pancang digunakan, galian setiap lubang
(pit) harus selesai sebelum tiang dipancangkan, dan
226

penimbunan kembali fondasi dilakukan setelah pemancangan


selesai. Setelah pemancangan selesai seluruhnya, semua
bahan lepas dan yang bergeser harus dibuang, sampai
diperoleh dasar permukaan yang rata danutuh untuk
penempatan telapak fondasi tiang pancangnya.
B.2 Galian Berupa Pemotongan
(a) Perhatian harus diberikan agar tidak terjadi penggalian yang
berlebihan. Metode penggalian dan pemangkasan harus
disetujui oleh Pengawas Pekerjaan. Papan pengarah profil
harus dipasang pada setiap penampang dengan interval 50
meter pada puncak dari semua pengarah untuk pemotongan
yang menunjukkan posisi dan lereng pengarah rancangan.
Papan pengarah profil harus terpasang pada tempatnya
sampai pekerjaan galian selesai dan sampai Pengawas
Pekerjaan telah memeriksa dan menyetujui pekerjaan tersebut.
(b) Galian pada tanah lebih baik dipangkas dengan grader yang
dilengkapi dengan pisau yang dapat dimiringkan atau dengan
excavator. Pekerjaan ini harus sesuai dengan garis yang
ditunjukkan oleh papan pengarah profil. Semua tindakan
harus dilakukan segera setelah penggalian selesai tanpa
menunggu selesainya seluruh pekerjaan galian, untuk
mencegah kerusakan pada permukaan hasil pemotongan.
Tindakan yang demikian dapat termasuk penyediaan
saluran penangkap, saluran lereng untuk galian, penanaman
rumput atau tindakan- tindakan lainnya.
(c) Semua permukaan pemotongan harus dibersihkan dari setiap
bahan yang lepas yang akan menjadi berbahaya setelah
pekerjaan selesai. Permukaan batu atau singkapan batu
harus dibersihkan dengan cara manual bilamana dipandang
perlu oleh Pengawas Pekerjaan.
(d) Bilamana kondisi permukaan tanah yang tak terduga
dihadapi pada lokasi manapun yang mungkin menyebabkan
ketidak-stabilan permukaan lereng hasil pemotongan,
tindakan-tindakan yang diperlukan harus dilakukan untuk
menjamin kestabilannya. Perubahan-perubahan yang perlu
harus disetujui sebelum penggalian berikutnya. Semua
perubahan akan tunduk pada perintah atau persetujuan
terlebihdahulu dari Pengawas Pekerjaan.
B.3 Galian Tanah Lunak, Tanah Ekspansif, atau Tanah Dasar Berdaya
Dukung Sedang Selain Tanah Organik atau Tanah Gambut
Tanah Lunak didefinisikan sebagai setiap jenis tanah yang
mempunyai CBR lapangan kurang dari 2,5%. Tanah Dasar
dengan daya dukung sedang didefinisikan sebagai setiap jenis
tanah yang mempunyai CBR hasil pemadatan sama atau di atas
2,5% tetapi kurang dari nilai rancangan yang dicantumkan dalam
Gambar, atau kurang dari 6% jika tidak ada nilai yang
dicantumkan. Tanah ekspansif didefinisikan sebagai tanah yang
mempunyai Pengembangan Potensial lebih dari 5%.
Bilamana tanah lunak, berdaya dukung rendah terekspos pada
tanah dasar hasil galian, atau bilamana tanah lunak berada di
bawah timbunan maka perbaikan tambahan berikut ini diperlukan:
B.4 Tanah lunak harus ditangani seperti yang ditetapkan dalam Gambar
227

antara lain:
i) dipadatkan sampai mempunyai kapasitas daya dukung
dengan CBR lapangan lebih dari 2,5% atau
ii) distabilisasi atau
iii) dibuang seluruhnya atau
iv) digali sampai di bawah elevasi tanah dasar dengan
kedalaman yang ditunjukkan dalam Gambar atau jika tidak
maka dengan kedalaman yang diberikan dalam Tabel
3.1.2.1) sesuai dengan Bagan Desain 2 - Desain Fondasi
Jalan Minimum dari Manual Desain Perkerasan Jalan No.
02/M/BM/2017. Kedalaman galian dan perbaikan untuk
perbaikan tanah dasar haruslah diperiksa atau diubah oleh
Pengawas Pekerjaan, berdasarkan percobaan lapangan.
v) Selain perbaikan tanah dasar sebagaimana yang
disebutkan dalam tabel perbaikan tanah dasar dantipikal
lapisan penopang, tanah ekspansif harus ditangani secara
khusus.
vi) Tanah dasar berdaya dukung sedang harus digali sampai
kedalaman tebal lapisan penopang seperti ditunjukkan dalam
Gambar.
Galian harus tetap dijaga agar bebas dari air pada setiap saat
terutama untuk tanah lunak, organik, gambut dan ekspansif,
untuk memperkecil dampak pengembangan. Setiap perbaikan
yang tidak disyaratkan khusus dalam Gambar harus disetujui
terlebih dahulu atau sebagaimana diperintahkan oleh Pengawas
Pekerjaan.

Tabel Perbaikan Tanah Dasar dan Tipikal Lapisan Penopang


Perkerasan Lentur Perkerasan
Kaku

Deskripsi Struktur Lalu Lintas Lajur


Kelas Fondasi Jalan Desain Umur
CBR Kekuatan (Tanah Asli dan Rencana 40 tahun
Tanah (juta CESA pangkat 5) Stabilisasi
Tanah Peningkatannya)
Dasar Tanah
Dasar
<2 2-4 >4 Dasar(5)

Tebal Minimum Perbaikan


Tanah Dasar (mm)

≥6 SG6 Tidak perlu perbaikan 150 mm


Perbaikan tanah Stabilisasi
5 SG5 - - 100 Tanah Dasar di
dasar meliputi
bahan stabilisasi atas
4 SG4 100 150 200
semen atau 150 mm
timbunan pilihan Timbunan
3 SG3 150 200 300
(pemadatan Pilihan
2,5 SG2,5 berlapis 175 250 350
≤ 200 mm
tebal lepas)
Tanah ekspansif 400 500 600
(pengem- bangan Berlaku
potensial > 5%)
228

Perkerasan SG1 Lapis penopang 1000 1100 1200 ketentuan yang


lentur di aluvial (2) (capping layer)(3)(4) sama dengan
atas tanah Perbaikan
lunak(1) atau Lapis 650 750 850 Tanah Dasar
Penopang dan Perkerasan
Geogrid(3)(4) Lentur
Tanah gambut dengan Lapis penopang
HRS atau Burda untuk berbutir(3)(4)
jalan raya minor (nilai 1000 1250 1500
minimum - ketentuan
lain digunakan)

Catatan :
1. Ditandai oleh kepadatan yang rendah dan CBR lapangan yang rendah
2. Nilai CBR lapangan karena CBR rendaman tidak relevan
3. Permukaan lapis penopang di atas tanah SG1 dan gambut diasumsikan mempunyai daya dukung
setara nilai CBR 2,5%, dengan demikian ketentuan perbaikan tanah SG2,5 berlaku. Contoh: untuk
lalu lintas rencana > 4 juta ESA (pangkat 5), tanah SG1 memerlukan lapis penopang setebal 1200 mm
untuk mencapai daya dukung setara SG2,5 dan selanjutnya perlu ditambah lagi setebal 350 mm untuk
meningkatkan menjadi setara SG6.
4. Tebal lapis penopang dapat dikurangi 300 mm jika tanah asli dipadatkan pada kondisi kering.
5. Untuk perkerasan kaku, material perbaikan tanah dasar berbutir halus (klasifikasi tanah menurut
AASHTO dari A4 sampai dengan A6) harus berupa stabilisasi tanah dasar (subgrade improvement).

B.5 Cofferdam
(a) Cofferdam yang sesuai dan praktis harus digunakan bilamana
muka air yang dihadapi lebih tinggi dari elevasi dasar dari
galian. Dalam pengajuannya, Penyedia Jasa harus
menyerahkan gambar yang menunjukkan usulannya tentang
metode pembuatan cofferdam untuk disetujui oleh Pengawas
Pekerjaan.
(b) Cofferdam atau krib untuk pembuatan fondasi, secara umum
harus dilaksanakan dengan benar sampai di bawah dasar
dari telapak dan harus diperkaku dengan benar dan sekedap
mungkin yang dapat dilakukan. Secara umum, dimensi
bagian dalam dari cofferdam haruslah sedemikian hingga
memberikan ruang gerak yang cukup untuk pemasangan
cetakan dan inspeksi pada bagain luar dari cofferdam, dan
memungkinkan pemompaan di luar cetakan. Cofferdam atau
krib yang bergeser atau bergerak ke arah samping selama
pelaksanaan penurunan fondasi harus diperbaiki atau
diperluas sedemikian hingga dapat menyediakan ruang gerak
yang diperlukan.
(c) Bilamana terdapat kondisi-kondisi yang dihadapi, sebagaimana
ditentukan oleh Pengawas Pekerjaan, dengan memandang
kondisi tersebut adalah tidak praktis untuk mengeringkan air
pada fondasi sebelum penempatan telapak, Pengawas
Pekerjaan dapat meminta pelaksanaan lapisan beton yang
kedap dengan suatu dimensi yang dipandang perlu, dan
dengan ketebalan yang sedemikian untuk menahan setiap
kemungkinan gaya angkat yang akan terjadi. Beton untuk
lapisan kedap yang demikian harus dipasang sebagaimana
yang ditunjukkan dalam Gambar atau sebagaimana
diperintahkan oleh Pengawas Pekerjaan. Fondasi ini
kemudian harus dikeringkan dan telapak dipasang. Ketika
krib pemberat digunakan dan berat tersebut dimanfaatkan
229

untuk mengatasi sebagian tekanan hidrostatis yang bekerja


pada dasar dari lapisan kedap dari fondasi, jangkar khusus
seperti dowel atau lidah-alur harus disediakan untuk
memindahkan seluruh berat dari krib ke lapisan kedap dari
fondasi tersebut. Bilamana lapisan kedap dari fondasi
diletakkan di bawah permukaan air, cofferdam harus dilepas
atau dipisah pada muka air terendah sebagaimana yang
diperintahkan.
(d) Cofferdam haruslah dibuat untuk melingdungi beton yang
masih muda terhadap kerusakan akibat naiknya aliran air
yang tiba-tiba dan untuk mencegah kerusakan fondasi akibat
erosi. Tidak ada kayu atau pengaku yang boleh ditinggal
dalam cofferdam atau krib sedemikian hingga memperluas
pasangan batu bangunan bawah, tanpa persetujuan Pengawas
Pekerjaan.
(e) Setiap pemompaan yang diperkenankan dari bagian dalam
dari setiap bagian fondasi harus dilakukan sedemikian hingga
dapat menghindarkan kemungkinan terbawanya setiap bagian
dari bahan beton tersebut. Setiap pemompaan yang diperlukan
selama pengecoran beton, atau untuk suatu periode yang
paling sedikit 24 jam sesudahnya, harus dilaksanakan
dengan pompa yang diletakkan di luar acuan beton
tersebut. Pemompaan untuk pengeringan air tidak boleh
dimulai sampai lapisan kedap tersebut telah mengeras
sehingga cukup kuat menahan tekanan hidrostatis.
(f) Jika tidak disebutkan sebaliknya, cofferdam atau krib, dengan
semua turap dan pengaku yang termasuk di dalamnya, harus
disingkirkan oleh Penyedia Jasa setelah bangunan bawah
selesai. Pembongkaran harus dilakukan sedemikian hingga
tidak mengganggu, atau menandai pasangan batu yang telah
selesai dikerjakan.
B.6 Pemeliharaan Saluran
Jika tidak disebutkan sebaliknya, tidak ada galian yang dilakukan di
luar sumuran, krib, cofferdam, atau turap pancang, dan dasar sungai
yang berdekatan dengan struktur tidak boleh terganggu tanpa
persetujuan Pengawas Pekerjaan. Jika setiap galian atau
pengerukan dilakukan di tempat tersebut atau struktur sebelum
sumuran, krib, atau cofferdam diturunkan, Penyedia Jasa haruslah,
setelah dasar fondasi terpasang, menimbun kembali semua galian ini
sampai seperti permukaan asli atau dasar sungai sebelumnya
dengan bahan yang disetujui oleh Pengawas Pekerjaan. Bahan yang
ditumpuk pada aliran sungai dari fondasi atau galian lainnya atau
dari penimbunan cofferdam harus disingkirkan dan daerah aliran
harus bebas dari segala halangan darinya.
Cofferdam, penyokong dan pengaku (bracing) yang dibuat untuk
fondasi jembatan atau struktur lainnya harus diletakkan sedemikian
hingga tidak menyebabkan terjadinya penggerusan dasar, tebing
atau bantaran sungai.
B.7 Galian pada Perkerasan Aspal yang Ada
a) Pekerjaan galian perkerasan aspal yang dilaksanakan dengan
atau t a n p a menggunakan mesin Cold Milling. Maka
penggalian terhadap material di atas atau di bawah batas
galian yang ditentukan haruslah seminimum mungkin.
230

Bilamana pembongkaran dilaksanakan tanpa mesin cold milling


maka tepi lokasi yang digali haruslah digergaji atau dipotong
dengan jack hammer sedemikian rupa agar pembongkaran
yang berlebihan dapat dihindarkan. Bilamana material pada
permukaan dasar hasil galian terlepas atau rusak akibat dari
pelaksanaan penggalian tersebut, maka material yang rusak
atau terlepas tersebut harus dipadatkan dengan merata atau
dibuang seluruhnya dan diganti dengan material yang cocok
sesuai petunjuk Pengawas Pekerjaan. Setiap lubang pada
permukaan dasar galian harus diisi dengan material yang
cocok lalu dipadatkan dengan merata sesuai dengan petunjuk
Pengawas Pekerjaan.
b) Pada pekerjaan galian pada perkerasan aspal yang ada,
material yang terdapat pada permukaan dasar galian, menurut
petunjuk Pengawas Pekerjaan, adalah material yang lepas,
lunak atau tergumpal atau hal hal lain yang tidak memenuhi
syarat, maka material tersebut harus dipadatkan dengan
merata atau dibuang seluruhnya dan diganti dengan material
yang cocok sesuai petunujuk Pengawas Pekerjaan.

B.3.1.3 PEMASANGAN PIPA HDPE DENGAN METODE BORING MANUAL


a. PEKERJAAN JACKING PIPA
Metode pemasangan pipa dapat juga dikerjakan dengan tenaga manusia, yaitu
pada pekerjaan pengeborannya. Tenaga kerja berada pada ujung depan pipa
dan melakukan penggalian dengan peralatan seperti sekop, cangkul, atau
breaker. Tanah hasil penggalian dikeluarkan secara manual dengan lori dorong.
Pekerjaan boring manual akan dilakukan untuk pipa berdiameter 200 – 250 mm,
dengan jarak antar pit maksimum 12 m.
a) Peralatan Untuk Galian Starting Pit dan Arriving Pit Peralatan yang
dibutuhkan terdiri dari:
 Cutter: berfungsi untuk memotong aspal agar hasil penggalian terlihat
rapi.
 Breaker: berfungsi untuk menghancurkan aspal.
 Blincong: berfungsi untuk menggali lapisan yang berbatu.
 Cangkul: berfungsi melakukan penggalian tanah.
b) Peralatan Untuk Pekerjaan Boring Horizontal Manual
 Alat Jacking Pipa
 Water Pumps
 Tripods
 Reamer (diameter disesuaikan dengan kebutuhan)
 Tools
 Spare Parts
 Transportation Facilities
 Safety and Medical Kits
 Bucket lumpur

b. METODA PENGEBORAN
231

Langkah-langkah pengeboran adalah :


1. Penggalian Starting Pit dan Arriving Pit, Setting Alat, Penentuan titik bor
horisontal dan kemiringan pipa. Pemasangan Pilot Pipe Drilling dari Starting
Pit. Pengeboran dengan Pipa Kecil sebagai pengukuran kemiringan dan
pembuatan lubang awal.
Starting Pit Arriving Pit

2. Setelah Pilot Pipe berhasil menembus Arriving Pit pembesaran lubang


dilanjutkan dengan menggunakan Reamer sesuai dengan kebutuhan pipa
rencana dan kemiringan rencana tercapai.

3. Membersihkan lubang pipa dan Mengukur kemiringan ulang agar sesuai


dengan kemiringan rencana.

4. Pemasangan Pipa rencana setelah lubang bersih dari bekas galian

5. Pembersihan dan pengangkutan bekas galian agar dilakukan segera


mungkin agar tidak terjadi penumpukan bekas galian dan bekas
pengeboran.

c. PENYAMBUNGAN PIPA HDPE


Jenis Cara Penyambungan :
a. Cara sambungan pipa Polyetheline adalah sebagai berikut:
- Sambungan mekanis Mechanical-joint: sambungan plastik, injection (20
mm-63 mm) imulded, tipe push-in dengan O-ring dan ulir.
- HDPE Welding Machine (heat fusion)
232

 Butt welding ( 63 mm – 250 mm)


 Socket welding (20 mm – 125 m)
 Saddle welding
- Electro welding (25 mm – 125 mm)
Las otomatis dari fitting PE yang sudah ada kumparan pemanas.
b. Cairan pembersih serta peralatan penyambungan harus disediakan
oleh Penyedia barang/jasa. Penyedia barang/jasa harus menyerahkan
data teknis dan contoh untuk persetujuan dari Direksi Lapangan/Teknis.
c. Penyambungan pipa-pipa dilaksanakan sesuai dengan petunjuk
penyambungan pipa dari pabrik pembuat pipa dan atau berdasarkan
petunjuk-petunjuk dari Direksi Lapangan/Teknis.
d. Penyambungan Pipa dengan sambungan mekanis:
- Pipa dimasukkan kedalam sambungan lalu mur penekannya
dikencangkan.
- Penyambungan sistem mekanik lainnya juga sama seperti halnya
penyambungan-penyambungan yang biasa dilakukan.
e. Penyambungan pipa dengan Welding (heat fusion)
- Butt weldding
 Pipa diklem pada alat penekan. Kedua permukaan pipa harus
dibersihkan dan diratakan dengan pengetap.
 Setelah alat pengetap dilepaskan, plat pemanas dijepit diantara
kedua permukaan pipa dengan sedikit tekanan untuk beberapa
detik.
 Kemudian plat pemanas dilepaskan. Tekan kedua pipa dengan
tekanan tertentu sampai mendapatkan lebar yang dikehendaki dari
bagian yang menyatu. Hilangkan tekanan untuk beberapa saat,
setelah dingin klem dapat dibuka.
 Peralatan yang harus disediakan unutk penyambungan ini adalah:
 Generator, digunakan untuk memberikan daya listrik kepada plat
pemanas, pemotong dan pompa hidrolik.
 Mesin butt fusion dilengkapi dengan pengencang pipa,
pemotong ,plat pemanas, pompa hidrolik dan plat pengatur waktu.
 Roda penyangga pipa.
 Tenda pengelasan.
 Alat pembersih, katun atau handuk, kertas (tissue).
 Alat ukur sambungan.
 Thermometer digital untuk memeriksa suhu plat pemanas.
 Pipa dan penutupnya.
 Papan landasan.
 Pemotong pipa.
 Thermometer temperatur udara.
 Spidol,
 Alat ukur waktu, Materan.
 Sebelum dimulai pengelasan, dilakukan pemeriksaan sebagai berikut:
 Adanya bahan bakar yang cukup digenerator dan dalam
keandalan benar-benar berfungsi sebelum dihubungkan kemesin.
 Pemakaian generator harus disesuaikan dengan kapasitas mesin
welding.
 Perlengkapan mesin dan pompa hidrolik berfungsi dengan baik
 Heatplate (plat pemanas) dalam keadaan bersih dan lakukan
pembersihan apabila sebelumnya sudah digunakan.
 Siapkan tenda untuk memberikan perlindungan selama pekerjaan
dilakukan.
 Perlengkapan mesin harus lengkap dan tidak rusak.
233

 Plat pemanas harus pada temperatur yang benar (sambungan plat


pada sumber listrik dan dibiarkan selama 20 menit pada kondisi
temperatur yang disarankan.
 Prosedur Penyambungan.
 Tempatkan pipa pada (clamp) penjepit dimana ujung pipa
berhadapan dengan pemotong dalam posisi lurus.
 Luruskan dan ratakan posisi seluruh komponen dengan roller.
 Kencangkan clamp (penjepit) untuk memegang dan membulatkan
kembali pipa.
 Tutup ujung pipa yang terbuka untuk mencegah pendinginan plat
oleh masuknya udara kebagian dalm pipa.
 Nyalakan alat pemotong dan geserkan klem pipa perlahan
sehingga ujung pipa tepat berhadapan dengannya sampai
terjadinya pemotongan permukaan pipa yang kontinyu.Jaga alat
pemotong tetap nyala sementara klem (penjepit) dibuka untuk
menghindari permukaan yang tidak rata.
 Angkat alat pemotong perlahan dan hindarkan persinggungan
dengan permukaan pipa.
 Bersihkan sisa potongan dari mesin dan pipa.
 Periksa bahwa kedua permukaan sudah rata, jika tidak, ulangi
proses pemotongan.
 Dekatkan kedua pipa dan periksa tidak adanya celah antara
permukaan potongan.
 Buka kemudian tutup clamp dan perhatikan tekanan tarik yang
dibutuhkan untuk menggerakan pipa bersama-sama secara
hidrolik.
 Pindahkan lempengan panas dari tempat pelindungnya. Periksa
bahwa plat tersebut bersih dan baik suhunya.
 Tempatkan plat pemanas pada mesin dan tutup clamp supaya
bagian permukaan yang akan disambung menyentuh lempengan.
Gunakan sistem hidrolik dengan menggunakan tekanan yang
ditentukan sebelumnya.
 Jaga tekanan yang dipakai sampai pipa mulai meleleh dan
lelehannya merata 1-6 mm terbentuk tiap ujungnya.
 Setelah lelehan awal muncul, tekananan sistem hidrolik harus
dilepas supaya pencatat tekanan tercatat nol dan tekanan tarik
sedemikian sampai pertumbuhan lelehan terkontrol selama waktu
pemanasan.
 Periksa bahwa pipa tidak bergeser posisinya di clamp dan ujung
pipa harus terus dijaga agar tetap kontak dengan plat pemanasan.
 Setelah pemanasan selesai, buka clamp dan pindahkan pemanas
pastikan bahwa tidak menyentuh permukaan yang meleleh.
 Segera tutup clamp (mengacu kepada perhitungan-perhitungan
yang ada) dan ratakan permukaan yang sudah meleleh bersama
pada tekanan yang sudah ditentukan sebelumnya.
 Jaga tekanan yang dibutuhkan untuk waktu pendinginan minimal
sesuai yang diindikasikan pada table.
 Setelah itu pipa yang sambung bisa dipindahkan dari mesin tapi
tidak boleh dipindahkan untuk periode berikutnya sama pada
waktu pendinginan diatas.
 Periksa sambungan untuk kebersihan dan keseragaman dan cek
bahwa lelehan sesuai dengan batasan yang ditentukan. Data
semua sambungan dengan mengisi Butt Welding QA Sheet.
f. Socket Welding
234

• Pipa yang dipasang untuk sambungan jenis ini umumnya mempunyai


diameter 20 mm -125 mm
• Pipa dipotong tegak lurus sumbunya;
- Permukaan luar pipa dan bagian dalam socket harus dibersihkan
dengan cairan pembersih khusus;
- Jepit bagian ujung pipa yang sebelumnya telah diukur dengan mal
yang sudah ditetapkan;
- Masukkan ujung pipa dalam socket pemanas dan socket
sambungan ke dalam spigot pemanas untuk beberapa detik;
- Keluarkan alat pemanas dan bagian pipa harus segera
dimasukkan ke dalam socket sambungan;
- Biarkan beberapa saat sampai dingin
g. Electro welding
 Pipa yang dipasang untuk sambungan jenis ini umumnya mempunyai
diameter 20 mm -125 mm.
 Las las otomatis dari fitting PE yang sudah ada kumparan
pemanasnya.
 Cairan pembersih serta peralatan penyambungan harus disediakan.
 Kontrol box khusus dengan tegangan yang harus sama dengan
tegangan dari spesifikasi sambungan yang ditetapkan oleh produsen
sambungan harus sudah disediakan.
 Mula-mula kedua permukaan yang akan disambung harus
dibersihkan dengan cairan pembersih.
 Sambung pipa dengan sambungan yang akan dilas;
 Kemudian kabel dari Kontrol box disambung ke dalam sambungan
yang tersedia.
 Hidupkan Kontrol box dan secara otomatis akan berhenti sendiri bila
proses penyambungan selesai;
 Sebagai kontrol material dari dalam akan ke luar dari lubang indikator
pada sambungan.
h. Fitting
Semua jenis fitting dipasang sesuai dengan fungsi dan jenisnya seperti
yang tercantum dalam Bill of Quantity dan gambar, sesuai dengan jenis
pipanya.
i. Thrust Block
 Thrust block berfungsi untuk meningkatkan kemampuan fitting dan
aksesoris dalam menahan pergerakan dan terbuat dari beton fc 20
MPa (≈ 200 kg/cm2) dan diletakkan langsung pada tanah stabil
dengan pondasi agregat dengan ketebalan minimum 200 mm.
 Bila daya dukung tanah pada lokasi blok penahan tidak sesuai
dengan rencana, maka perkuatan daya dukung dilakukan dengan
menggunakan cerucuk bambu atau dengan cara lain yang disetujui
Direksi Lapangan/Teknis.

Bila terjadi celah antara dinding tanah galian dan lengkung luar dinding blok penahan
sebagai akibat penggalian yang melampaui ukuran yang ditetapkan, maka celah
tersebut harus diisi dengan kerikil yang dipadatkan dengan merata

B.3.2 Pengukuran dan Pembayaran

Pengukuran untuk pemasangan pipa HDPE diukur dalam satuan linear meter
panjang (m¹) sebagaimana terdapat dalam Daftar Kuantitas dan Harga
Pekerjaan Pengadaan dan Pemasangan Pipa.
235

Pembayaran dilakukan berdasarkan harga satuan dalam Daftar Kuantitas dan


Harga dari pipa terpasang dan diterima oleh Direksi Pekerjaan.
Pengukuran untuk pemasangan asesories diukur dalam satuan buah
sebagaimana terdapat dalam Daftar Kuantitas dan Harga Pekerjaan Pengadaan
dan Pemasangan Asesories.
Pembayaran dilakukan berdasarkan harga satuan dalam Daftar Kuantitas dan
Harga dari asesories terpasang dan diterima oleh Direksi Pekerjaan.

Pejabat Pembuat Komitmen


Satker ……………..………….

.....................................................
NIP….........................................
236

B.2.4 PENYAMBUNGAN PIPA HDPE


Jenis Cara Penyambungan :
a. Cara sambungan pipa Polyetheline adalah sebagai berikut:
- Sambungan mekanis Mechanical-joint: sambungan plastik, injection (20
mm-63 mm) imulded, tipe push-in dengan O-ring dan ulir.
- HDPE Welding Machine (heat fusion)
 Butt welding ( 63 mm – 250 mm)
 Socket welding (20 mm – 125 m)
 Saddle welding
- Electro welding (25 mm – 125 mm)
Las otomatis dari fitting PE yang sudah ada kumparan pemanas.
b. Cairan pembersih serta peralatan penyambungan harus disediakan
oleh Penyedia barang/jasa. Penyedia barang/jasa harus menyerahkan
data teknis dan contoh untuk persetujuan dari Direksi Lapangan/Teknis.
c. Penyambungan pipa-pipa dilaksanakan sesuai dengan petunjuk
penyambungan pipa dari pabrik pembuat pipa dan atau berdasarkan
petunjuk-petunjuk dari Direksi Lapangan/Teknis.
d. Penyambungan Pipa dengan sambungan mekanis:
- Pipa dimasukkan kedalam sambungan lalu mur penekannya
dikencangkan.
- Penyambungan sistem mekanik lainnya juga sama seperti halnya
penyambungan-penyambungan yang biasa dilakukan.
e. Penyambungan pipa dengan Welding (heat fusion)
- Butt weldding
 Pipa diklem pada alat penekan. Kedua permukaan pipa harus
dibersihkan dan diratakan dengan pengetap.
 Setelah alat pengetap dilepaskan, plat pemanas dijepit diantara
kedua permukaan pipa dengan sedikit tekanan untuk beberapa
detik.
 Kemudian plat pemanas dilepaskan. Tekan kedua pipa dengan
tekanan tertentu sampai mendapatkan lebar yang dikehendaki dari
bagian yang menyatu. Hilangkan tekanan untuk beberapa saat,
setelah dingin klem dapat dibuka.
 Peralatan yang harus disediakan unutk penyambungan ini adalah:
 Generator, digunakan untuk memberikan daya listrik kepada plat
pemanas, pemotong dan pompa hidrolik.
 Mesin butt fusion dilengkapi dengan pengencang pipa,
pemotong ,plat pemanas, pompa hidrolik dan plat pengatur waktu.
 Roda penyangga pipa.
 Tenda pengelasan.
 Alat pembersih, katun atau handuk, kertas (tissue).
 Alat ukur sambungan.
 Thermometer digital untuk memeriksa suhu plat pemanas.
 Pipa dan penutupnya.
 Papan landasan.
 Pemotong pipa.
 Thermometer temperatur udara.
 Spidol,
 Alat ukur waktu, Materan.
 Sebelum dimulai pengelasan, dilakukan pemeriksaan sebagai berikut:
 Adanya bahan bakar yang cukup digenerator dan dalam
keandalan benar-benar berfungsi sebelum dihubungkan kemesin.
 Pemakaian generator harus disesuaikan dengan kapasitas mesin
welding.
237

 Perlengkapan mesin dan pompa hidrolik berfungsi dengan baik


 Heatplate (plat pemanas) dalam keadaan bersih dan lakukan
pembersihan apabila sebelumnya sudah digunakan.
 Siapkan tenda untuk memberikan perlindungan selama pekerjaan
dilakukan.
 Perlengkapan mesin harus lengkap dan tidak rusak.
 Plat pemanas harus pada temperatur yang benar (sambungan plat
pada sumber listrik dan dibiarkan selama 20 menit pada kondisi
temperatur yang disarankan.
 Prosedur Penyambungan.
 Tempatkan pipa pada (clamp) penjepit dimana ujung pipa
berhadapan dengan pemotong dalam posisi lurus.
 Luruskan dan ratakan posisi seluruh komponen dengan roller.
 Kencangkan clamp (penjepit) untuk memegang dan membulatkan
kembali pipa.
 Tutup ujung pipa yang terbuka untuk mencegah pendinginan plat
oleh masuknya udara kebagian dalm pipa.
 Nyalakan alat pemotong dan geserkan klem pipa perlahan
sehingga ujung pipa tepat berhadapan dengannya sampai
terjadinya pemotongan permukaan pipa yang kontinyu.Jaga alat
pemotong tetap nyala sementara klem (penjepit) dibuka untuk
menghindari permukaan yang tidak rata.
 Angkat alat pemotong perlahan dan hindarkan persinggungan
dengan permukaan pipa.
 Bersihkan sisa potongan dari mesin dan pipa.
 Periksa bahwa kedua permukaan sudah rata, jika tidak, ulangi
proses pemotongan.
 Dekatkan kedua pipa dan periksa tidak adanya celah antara
permukaan potongan.
 Buka kemudian tutup clamp dan perhatikan tekanan tarik yang
dibutuhkan untuk menggerakan pipa bersama-sama secara
hidrolik.
 Pindahkan lempengan panas dari tempat pelindungnya. Periksa
bahwa plat tersebut bersih dan baik suhunya.
 Tempatkan plat pemanas pada mesin dan tutup clamp supaya
bagian permukaan yang akan disambung menyentuh lempengan.
Gunakan sistem hidrolik dengan menggunakan tekanan yang
ditentukan sebelumnya.
 Jaga tekanan yang dipakai sampai pipa mulai meleleh dan
lelehannya merata 1-6 mm terbentuk tiap ujungnya.
 Setelah lelehan awal muncul, tekananan sistem hidrolik harus
dilepas supaya pencatat tekanan tercatat nol dan tekanan tarik
sedemikian sampai pertumbuhan lelehan terkontrol selama waktu
pemanasan.
 Periksa bahwa pipa tidak bergeser posisinya di clamp dan ujung
pipa harus terus dijaga agar tetap kontak dengan plat pemanasan.
 Setelah pemanasan selesai, buka clamp dan pindahkan pemanas
pastikan bahwa tidak menyentuh permukaan yang meleleh.
 Segera tutup clamp (mengacu kepada perhitungan-perhitungan
yang ada) dan ratakan permukaan yang sudah meleleh bersama
pada tekanan yang sudah ditentukan sebelumnya.
 Jaga tekanan yang dibutuhkan untuk waktu pendinginan minimal
sesuai yang diindikasikan pada table.
238

 Setelah itu pipa yang sambung bisa dipindahkan dari mesin tapi
tidak boleh dipindahkan untuk periode berikutnya sama pada
waktu pendinginan diatas.
 Periksa sambungan untuk kebersihan dan keseragaman dan cek
bahwa lelehan sesuai dengan batasan yang ditentukan. Data
semua sambungan dengan mengisi Butt Welding QA Sheet.
f. Socket Welding
• Pipa yang dipasang untuk sambungan jenis ini umumnya mempunyai
diameter 20 mm -125 mm
• Pipa dipotong tegak lurus sumbunya;
- Permukaan luar pipa dan bagian dalam socket harus dibersihkan
dengan cairan pembersih khusus;
- Jepit bagian ujung pipa yang sebelumnya telah diukur dengan mal
yang sudah ditetapkan;
- Masukkan ujung pipa dalam socket pemanas dan socket
sambungan ke dalam spigot pemanas untuk beberapa detik;
- Keluarkan alat pemanas dan bagian pipa harus segera
dimasukkan ke dalam socket sambungan;
- Biarkan beberapa saat sampai dingin
g. Electro welding
 Pipa yang dipasang untuk sambungan jenis ini umumnya mempunyai
diameter 20 mm -125 mm.
 Las las otomatis dari fitting PE yang sudah ada kumparan
pemanasnya.
 Cairan pembersih serta peralatan penyambungan harus disediakan.
 Kontrol box khusus dengan tegangan yang harus sama dengan
tegangan dari spesifikasi sambungan yang ditetapkan oleh produsen
sambungan harus sudah disediakan.
 Mula-mula kedua permukaan yang akan disambung harus
dibersihkan dengan cairan pembersih.
 Sambung pipa dengan sambungan yang akan dilas;
 Kemudian kabel dari Kontrol box disambung ke dalam sambungan
yang tersedia.
 Hidupkan Kontrol box dan secara otomatis akan berhenti sendiri bila
proses penyambungan selesai;
 Sebagai kontrol material dari dalam akan ke luar dari lubang indikator
pada sambungan.
h. Fitting
Semua jenis fitting dipasang sesuai dengan fungsi dan jenisnya seperti
yang tercantum dalam Bill of Quantity dan gambar, sesuai dengan jenis
pipanya.
i. Thrust Blok
 Thrust block berfungsi untuk meningkatkan kemampuan fitting dan
aksesoris dalam menahan pergerakan dan terbuat dari beton fc 20
MPa (≈ 200 kg/cm2) dan diletakkan langsung pada tanah stabil
dengan pondasi agregat dengan ketebalan minimum 200 mm.
 Bila daya dukung tanah pada lokasi blok penahan tidak sesuai
dengan rencana, maka perkuatan daya dukung dilakukan dengan
menggunakan cerucuk bambu atau dengan cara lain yang disetujui
Direksi Lapangan/Teknis.
 Bila terjadi celah antara dinding tanah galian dan lengkung luar
dinding blok penahan sebagai akibat penggalian yang melampaui
ukuran yang ditetapkan, maka celah tersebut harus diisi dengan
kerikil yang dipadatkan dengan merata
239

B.2.6. PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN

A. Galian yang Tidak Diukur untuk Pembayaran


Beberapa kategori pekerjaan galian dalam Kontrak tidak akan diukur
dan dibayar menurut Spesifikasi ini, pekerjaan tersebut dipandang
telah dimasukkan ke dalam harga penawaran untuk berbagai macam
bahan konstruksi yang dihampar di atas galian akhir, seperti
pasangan batu (stone masonry) dan gorong-gorong pipa. Jenis
galian yang secara spesifik tidak dimasukkan untuk pengukuran
dalam Spesifikasi ini adalah:
a) Galian di luar garis yang ditunjukkan dalam profil dan penampang
melintang yang disetujui tidak akan dimasukkan dalam volume
yang diukur untuk pembayaran kecuali bilamana:
i) Galian yang diperlukan untuk membuang bahan yang lunak
atau tidak memenuhi syarat di atas, atau untuk membuang
batu atau bahan keras lainnya seperti yang disyaratkan;
ii) Pekerjaan tambah sebagai akibat dari longsoran lereng yang
sebelumnya telah diterima oleh Pengawas Pekerjaan secara
tertulis asalkan tindakan atau metode kerja Penyedia Jasa
yang tidak sesuai dengan spesifikasi ini tidak memberikan
kontribusi yang penting terhadap kelongsoran tersebut.
b) Pekerjaan galian untuk selokan drainase dan saluran air, kecuali
untuk galian batu, tidak akan diukur untuk pembayaran menurut
Spesifikasi ini. Pengukuran dan Pembayaran harus dilaksanakan
menurut dari Spesifikasi ini.
c) Pekerjaan galian yang dilaksanakan untuk pemasangan gorong-
gorong pipa dan kotak, tidak akan diukur untuk pembayaran,
kompensasi dari pekerjaan ini dipandang telah dimasukkan ke
dalam berbagai harga satuan penawaran untuk masing-masing
bahan tersebut, sesuai dengan Spesifikasi ini.
d) Pekerjaan galian yang dilaksanakan untuk memperoleh bahan
konstruksi dari sumber bahan (borrow pits) atau sumber lainnya
di luar batas-batas daerah kerja tidak boleh diukur untuk
pembayaran, biaya pekerjaan ini dipandang telah dimasukkan
dalam harga satuan penawaran untuk timbunan atau bahan
perkerasan.
e) Pekerjaan galian dan pembuangan selain untuk tanah, batu,
perkerasan berbutir, tanah organik dan bahan perkerasan
aspal lama, tidak akan diukur untuk pembayaran, kompensasi
untuk pekerjaan ini telah dimasukkan dalam berbagai harga
satuan penawaran yang untuk masing-masing operasi
pembongkaran struktur lama sesuai dari Spesifikasi ini.
f) Pekerjaan galian untuk pembuatan gigi bertangga untuk
landasan suatu timbunan atau untuk penyiapan saluran-saluran
untuk penimbunan, yang dilaksanakan sesuai spesifikasi, tidak
boleh diukur untuk pembayaran, biaya untuk pekerjaan ini telah
dianggap termasuk dalam harga satuan penawaran.

B. Pengukuran Galian untuk Pembayaran


a) Pekerjaan galian di luar ketentuan seperti di atas harus diukur
240

untuk pembayaran sebagai pembayaran dalam meter kubik


bahan yang dipindahkan.
b) Dasar perhitungan kuantitas galian ini haruslah gambar
penampang melintang profil tanah asli sebelum digali yang telah
disetujui dan gambar pekerjaan galian akhir dengan garis,
kelandaian dan elevasi yang disyaratkan atau diterima. Metode
perhitungan haruslah metode luas ujung rata-rata,
menggunakan penampang melintang pekerjaan secara umum
dengan jarak tidak lebih dari 25 meter atau dengan jarak 50
meter untuk medan yang datar.
c) Bilamana bahan dari hasil galian dinyatakan secara tertulis oleh
Pengawas Pekerjaan dapat digunakan sebagai bahan timbunan,
namun tidak digunakan oleh Penyedia Jasa sebagai bahan
timbunan, maka volume bahan galian yang tidak terpakai ini
dan terjadi semata-mata hanya untuk kenyamanan Penyedia
Jasa dengan exploitasi sumber bahan (borrow pits) tidak akan
dibayar.
d) Pekerjaan galian struktur yang diukur adalah volume dari prisma
yang dibatasi oleh bidang-bidang sebagai berikut:
▪ Bidang atas adalah bidang horisontal seluas bidang dasar
fondasi yang melalui titik terendah dari terain tanah asli. Di
atas bidang horisontal ini galian tanah diperhitungkan
sebagai galian biasa atau galian batu sesuai dengan
sifatnya.
▪ Bidang bawah adalah bidang dasar fondasi.
▪ Bidang tegak adalah bidang vertikal keliling fondasi.
e) Pengukuran volume tidak diperhitungkan di luar bidang-bidang
yang diuraikan di atas atau sebagai pengembangan tanah
selama pemancangan, tambahan galian karena kelongsoran,
bergeser, runtuh atau karena sebab-sebab lain.
f) Galian yang bahannya digunakan untuk timbunan, tanah
gambut, tanah organik, tanah lunak, tanah ekspansif, tanah
yang tidak dikehendaki, tanah tergumpal dan tanah dengan
daya dukung sedang, jika tidak disebutkan lain dalam pasal-
pasal yang sebelumnya, harus diukur untuk pembayaran
sebagai Galian Biasa.

C. Dasar Pembayaran
Kuantitas galian yang diukur menurut ketentuan di atas, akan
dibayar menurut satuan pengukuran dengan harga yang dimasukkan
dalam Daftar Kuantitas dan Harga untuk masing-masing pekerjaan:
Satuan
Uraian
Pengukuran
Galian Biasa Meter Kubik

Galian Batu Lunak Meter Kubik

Galian Batu Meter Kubik

Galian Struktur dengan Kedalaman 0 - 2 M Meter Kubik


241

Galian Struktur dengan Kedalaman 2 - 4 M Meter Kubik

Galian Struktur dengan Kedalaman 4 - 6 M Meter Kubik

Galian Perkerasan Beraspal dengan Cold


Meter Kubik
Milling Machine
Galian Perkerasan Beraspal tanpa Cold
Meter Kubik
Milling Machine

Galian Perkerasan Berbutir Meter Kubik

Galian Perkerasan Beton Meter Kubik


242

B.2.7. PEKERJAAN URUGAN


A. Umum
a) Pekerjaan ini mencakup pengadaan, pengangkutan, penghamparan
dan pemadatan tanah atau bahan berbutir yang disetujui untuk
pembuatan timbunan, untuk penimbunan kembali galian pipa atau
struktur dan untuk timbunan umum yang diperlukan untuk membentuk
dimensi timbunan sesuai dengan garis, kelandaian, dan elevasi
penampang melintang yang disyaratkan atau disetujui oleh Pengawas
Pekerjaan.
b) Timbunan yang dicakup oleh ketentuan dalam Spesifikasi ini harus
dibagi menjadi empat jenis, yaitu Timbunan Biasa, Timbunan Pilihan,
Timbunan Pilihan Berbutir di atas Tanah Rawa, dan Penimbunan
Kembali Bahan Berbutir (Granular Backfill).
c) Timbunan Pilihan harus digunakan untuk meningkatkan kapasitas
daya dukung tanah dasar pada lapisan penopang (capping layer)
dan jika diperlukan di daerah galian. Timbunan pilihan dapat juga
digunakan untuk stabilisasi lereng atau pekerjaan pelebaran
timbunan jika diperlukan lereng yang lebih curam karena
keterbatasan ruangan, dan untuk pekerjaan timbunan lainnya di
mana kekuatan timbunan adalah faktor yang kritis.
d) Timbunan Pilihan harus digunakan sebagai lapisan penopang
(capping layer) pada tanah lunak yang mempunyai CBR lapangan
kurang 2,5% yang tidak dapat ditingkatkan dengan pemadatan atau
stabilisasi.
e) Timbunan Pilihan Berbutir harus digunakan di atas tanah rawa,
daerah berair dan lokasi-lokasi serupa di mana bahan Timbunan
Pilihan dan Biasa tidak dapat dipadatkan dengan memuaskan.
f) Tanah Rawa adalah permukaan tanah yang secara permanen berada
di bawah permukan air, menurut pendapat Pengawas Pekerjaan, tidak
dapat dialirkan atau dikeringkan dengan metoda yang dapat
dipertimbangkan dalam Spesifikasi ini.
g) Penimbunan Kembali Bahan Berbutir (Granular Backfill) harus
digunakan untuk penimbunan kembali di daerah pengaruh dari
struktur seperti abutmen dan dinding penahan tanah serta daerah
kritis lainnya yang memiliki jangkauan terbatas untuk pemadatan
dengan alat sebagaimana ditunjukkan dalam Gambar.
h) Pekerjaan yang tidak termasuk bahan timbunan yaitu bahan yang
dipasang sebagai landasan untuk pipa atau saluran beton, maupun
bahan drainase porous yang dipakai untuk drainase bawah permukaan
atau untuk mencegah hanyutnya partikel halus tanah akibat proses
penyaringan. Bahan timbunan jenis ini telah diuraikan dalam
Spesifikasi ini.
i) Pengukuran tambahan terhadap yang telah diuraikan dalam
Spesifikasi ini mungkin diperlukan, ditujukan terhadap dampak
khusus lapangan termasuk konsolidasi dan stabilitas lereng.
Pekerjaan Lain yang Berkaitan tetapi tidak terbatas berikut ini
a) Transportasi dan Penanganan
b) Manajemen dan Keselamatan Lalu Lintas
c) Kajian TeknisLapangan
d) Bahan dan Penyimpanan
e) Pemeliharaan Jalan Samping dan Bangunan Pelengkapnya
243

f) Pengamanan Lingkungan Hidup


g) Keselamatan dan Kesehatan Kerja
h) Manajemen Mutu
i) Drainase Porous
j) Galian
k) Penyiapan Badan Jalan
l) Beton dan Beton Kinerja Tinggi
m) Pasangan Batu

B. Toleransi Dimensi
a) Elevasi dan kelandaian akhir setelah pemadatan harus tidak lebih tinggi
dari 2 cm atau lebih rendah 3 cm dari yang ditentukan atau disetujui.
b) Seluruh permukaan akhir timbunan yang terekspos harus cukup rata
dan harus memiliki kelandaian yang cukup untuk menjamin aliran air
permukaan yang bebas.
c) Permukaan akhir lereng timbunan tidak boleh bervariasi lebih dari 10
cm dari garis profil yang ditentukan.
d) Timbunan selain dari Lapisan Penopang di atas tanah lunak tidak boleh
dihampar dalam lapisan dengan tebal padat lebih dari 20 cm atau
dalam lapisan dengan tebal padat kurang dari 10 cm.

C. Standar Rujukan
Standar Nasional Indonesia (SNI) :
SNI 1966:2008 : Cara uji penentuan batas plastis dan indeks plastisitas
tanah. SNI 1967:2008: Cara uji penentuan batas cair tanah.
SNI 1742:2008 : Cara uji kepadatan ringan untuk tanah.
SNI 1743:2008 : Cara uji kepadatan berat untuk tanah.
SNI 1744:2012 : Metode uji CBR laboratorium.
SNI 2828:2011 : Metode uji densitas tanah di tempat (lapangan) dgn konus
pasir. SNI 3423:2008: Cara uji analisis ukuran butir tanah.
SNI 6371:2015 : Tata cara pengklasifikasian tanah untuk keperluan teknik
dengan sistem klasifikasi unifikasi tanah (ASTM D2487-06,
MOD).
SNI 03-6795-2002 : Metode pengujian untuk menentukan tanah ekspansif
SNI 03-6797-2002 : Tata cara klasifikasi tanah dan campuran tanah agregat
untuk konstruksi jalan.

D. Pengajuan Kesiapan Kerja


a) Untuk setiap timbunan yang akan dibayar menurut ketentuan
Spesifikasi dari Spesifikasi ini, Penyedia Jasa harus menyerahkan
pengajuan kesiapan di bawah ini kepada Pengawas Pekerjaan
sebelum setiap persetujuan untuk memulai pekerjaan disetujui oleh
Pengawas Pekerjaan:
i) Gambar detail penampang melintang yang menunjukkan
permukaan yang telah dipersiapkan untuk penghamparan
timbunan;
ii) Hasil pengujian kepadatan yang membuktikan bahwa pemadatan
pada permukaan yang telah disiapkan untuk timbunan yang akan
dihampar cukup memadai, bilamana diperlukan di bawah ini.
b) Penyedia Jasa harus menyerahkan hal-hal berikut ini kepada Pengawas
244

Pekerjaan paling lambat 14 hari sebelum tanggal yang diusulkan untuk


penggunaan pertama kalinya sebagai bahan timbunan:
i) Dua contoh masing-masing 50 kg untuk setiap jenis bahan, satu
contoh harus disimpan oleh Pengawas Pekerjaan untuk rujukan
selama Periode Kontrak;
ii) Pernyataan tentang asal dan komposisi setiap bahan yang
diusulkan untuk bahan timbunan, bersama-sama dengan hasil
pengujian laboratorium yang menunjukkan bahwa sifat-sifat bahan
tersebut memenuhi ketentuan yang disyaratkan.

c) Penyedia Jasa harus menyerahkan hal-hal berikut ini dalam bentuk


tertulis kepada Pengawas Pekerjaan segera setelah selesainya setiap
ruas pekerjaan, dan sebelum mendapat persetujuan dari Pengawas
Pekerjaan, tidak diperkenankan menghampar bahan lain di atas
pekerjaan timbunan sebelumnya :
i) Hasil pengujian kepadatan seperti yang disyaratkan.
ii) Hasil pengukuran permukaan dan data survei yang menunjukkan
bahwa toleransi permukaan yang disyaratkan dipenuhi.

E. Jadwal Kerja
a) Timbunan badan jalan pada jalan lama harus dikerjakan dengan
menggunakan pelaksanaan setengah lebar jalan sehingga setiap saat
jalan tetap terbuka untuk lalu lintas.
b) Untuk mencegah gangguan terhadap pelaksanaan abutment dan
tembok sayap jembatan, Penyedia Jasa harus menunda sebagian
pekerjaan timbunan pada oprit setiap jembatan di lokasi-lokasi yang
ditentukan oleh Pengawas Pekerjaan, sampai waktu yang cukup
untuk mendahulukan pelaksanaan abutment dan tembok sayap,
selanjutnya dapat diperkenankan untuk menyelesaikan oprit dengan
lancar tanpa adanya resiko gangguan atau kerusakan pada
pekerjaan jembatan.

F. Kondisi Tempat Kerja


a) Penyedia Jasa harus menjamin bahwa pekerjaan harus dijaga tetap
kering segera sebelum dan selama pekerjaan penghamparan dan
pemadatan, dan selama pelaksanaan timbunan harus memiliki lereng
melintang yang cukup untuk membantu drainase badan jalan dari
setiap curahan air hujan dan juga harus menjamin bahwa pekerjaan
akhir mempunyai drainase yang baik. Bilamana memungkinkan, air
yang berasal dari tempat kerja harus dibuang ke dalam sistem
drainase permanen. Cara menjebak lanau yang memadai harus
disediakan pada sistem pembuangan sementara ke dalam sistim
drainase permanen.
b) Penyedia Jasa harus selalu menyediakan pasokan air yang
cukup untuk pengendalian kadar air timbunan selama operasi
penghamparan dan pemadatan.

G. Perbaikan Terhadap Timbunan yang Tidak Memenuhi Ketentuan atau


Tidak Stabil
a) Timbunan akhir yang tidak memenuhi penampang melintang yang
245

disyaratkan atau disetujui atau toleransi permukaan yang disyaratkan


harus diperbaiki dengan menggemburkan permukaannya dan
membuang atau menambah bahan sebagaimana yang diperlukan
dan dilanjutkan dengan pembentukan kembali dan pemadatan
kembali.
b) Timbunan yang terlalu kering untuk pemadatan, dalam hal batas-
batas kadar airnya yang disyaratkan atau seperti yang diperintahkan
Pengawas Pekerjaan, harus diperbaiki dengan menggaru bahan
tersebut, dilanjutkan dengan penyemprotan air secukupnya dan
dicampur seluruhnya dengan menggunakan "motor grader" atau
peralatan lain yang disetujui.
c) Timbunan yang terlalu basah untuk pemadatan, seperti dinyatakan
dalam batas- batas kadar air yang disyaratkan atau seperti yang
diperintahkan Pengawas Pekerjaan, harus diperbaiki dengan
menggaru bahan tersebut dengan penggunaan motor grader atau alat
lainnya secara berulang-ulang dengan selang waktu istirahat selama
penanganan, dalam cuaca cerah. Alternatif lain, bilamana pengeringan
yang memadai tidak dapat dicapai dengan menggaru dan membiarkan
bahan gembur tersebut, Pengawas Pekerjaan dapat memerintahkan
agar bahan tersebut dikeluarkan dari pekerjaan dan diganti dengan
bahan kering yang lebih cocok.
d) Timbunan yang telah dipadatkan dan memenuhi ketentuan yang
disyaratkan dalam Spesifikasi ini, menjadi jenuh akibat hujan atau banjir
atau karena hal lain, biasanya tidak memerlukan pekerjaan perbaikan
asalkan sifat-sifat bahan dan kerataan permukaan masih memenuhi
ketentuan dalam Spesifikasi ini.
e) Perbaikan timbunan yang tidak memenuhi kepadatan atau ketentuan
sifat-sifat bahan dari Spesifikasi ini haruslah seperti yang
diperintahkan oleh Pengawas Pekerjaan dan dapat meliputi
pemadatan tambahan, penggemburan yang diikuti dengan
penyesuaian kadar air dan pemadatan kembali, atau pembuangan
dan penggantian bahan.
f) Perbaikan timbunan yang rusak akibat gerusan banjir atau menjadi
lembek setelah pekerjaan tersebut selesai dikerjakan dan diterima
oleh Pengawas Pekerjaan haruslah seperti yang disyaratkan dari
Spesifikasi ini.

H. Pengembalian Bentuk Pekerjaan Setelah Pengujian


Semua lubang pada pekerjaan akhir yang timbul akibat pengujian kepadatan
atau lainnya harus secepatnya ditutup kembali oleh Penyedia Jasa dan
dipadatkan sampai mencapai kepadatan dan toleransi permukaan yang
disyaratkan oleh Spesifikasi ini.

I. Cuaca yang Diijinkan untuk Bekerja


Timbunan tidak boleh ditempatkan, dihampar atau dipadatkan sewaktu
hujan, dan pemadatan tidak boleh dilaksanakan setelah hujan atau
bilamana kadar air bahan berada di luar rentang yang disyaratkan. Semua
permukaan timbunan yang belum terpadatkan harus digaru dan dipadatkan
dengan cukup untuk memperkecil penyerapan air atau harus ditutup
dengan lembaran plastik pada akhir kerja setiap hari dan juga ketika akan
turun hujan lebat.
246

J. Pengendalian Lalu Lintas


Pengendalian Lalu Lintas harus sesuai dengan ketentuan Spesifikasi,
Manajemen dan Keselamatan Lalu Lintas.

K. Bahan
1) Sumber Bahan
Bahan timbunan harus dipilih dari sumber bahan yang disetujui sesuai
dengan Spesifikasi "Bahan dan Penyimpanan" dari Spesifikasi ini.
2) Timbunan Biasa
a) Timbunan yang diklasifikasikan sebagai timbunan biasa harus terdiri
dari bahan galian tanah atau bahan galian batu yang disetujui
oleh Pengawas Pekerjaan sebagai bahan yang memenuhi syarat
untuk digunakan dalam pekerjaan permanen seperti yang diuraikan
dalam i Spesifikasi ini.
b) Bahan yang dipilih sebaiknya tidak termasuk tanah yang
berplastisitas tinggi, yang diklasifikasikan sebagai A-7-6 menurut
SNI-03-6797-2002 (AASHTO M145-91(2012)) atau sebagai CH
menurut "Unified atau Casagrande Soil Classification System".
Bila penggunaan tanah yang berplastisitas tinggi tidak dapat
dihindarkan, bahan tersebut harus digunakan hanya pada bagian
dasar dari timbunan atau pada penimbunan kembali yang tidak
memerlukan daya dukung atau kekuatan geser yang tinggi. Tanah
plastis seperti itu sama sekali tidak boleh digunakan pada 30 cm
lapisan langsung di bawah bagian dasar perkerasan atau bahu
jalan atau tanah dasar bahu jalan. Sebagai tambahan, timbunan
untuk lapisan ini bila diuji dengan SNI 1744:2012, harus memiliki
nilai CBR tidak kurang dari karakteristik daya dukung tanah
dasar yang diambil untuk rancangan dan ditunjukkan dalam
Gambar atau tidak kurang dari 6% jika tidak disebutkan lain (CBR
setelah perendaman 4 hari bila dipadatkan 100 % kepadatan
kering maksimum (MDD) seperti yang ditentukan oleh SNI
1742:2008).
c) Tanah sangat ekspansif yang memiliki nilai aktif lebih besar dari
1,25, atau derajat pengembangan yang diklasifikasikan oleh
AASHTO T258-81 (2013) sebagai "very high" atau "extra high"
tidak boleh digunakan sebagai bahan timbunan. Nilai aktif adalah
perbandingan antara Indeks Plastisitas / PI - (SNI 1966:2008) dan
persentase kadar lempung (SNI 3423:2008).
d) Bahan untuk timbunan biasa tidak boleh dari bahan galian tanah
yang mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:
(i) Tanah yang mengadung organik seperti jenis tanah OL, OH
dan Pt dalam sistem USCS serta tanah yang mengandung
daun – daunan, rumput-rumputan, akar, dan sampah.
(ii) Tanah dengan kadar air alamiah sangat tinggi yang tidak
praktis dikeringkan untuk memenuhi toleransi kadar air pada
pemadatan (melampaui Kadar Air Optimum + 1%).
(iii) Tanah ekspansif yang mempunyai sifat kembang susut tinggi
dan sangat tinggi dalam klasifikasi Van Der Merwe (Lampiran
3.2.A) dengan ciri- ciri adanya retak memanjang sejajar tepi
perkerasan jalan.
247

L. Timbunan Pilihan
a) Timbunan hanya boleh diklasifikasikan sebagai Timbunan Pilihan bila
digunakan pada lokasi atau untuk maksud di mana bahan-bahan ini
telah ditentukan atau disetujui secara tertulis oleh Pengawas Pekerjaan.
Seluruh timbunan lain yang digunakan harus dipandang sebagai
timbunan biasa (atau drainase porous bila ditentukan atau disetujui
sebagai hal tersebut sesuai dengan Spesifikasi ini).
b) Timbunan yang diklasifikasikan sebagai timbunan pilihan harus terdiri dari
bahan tanah atau batu yang memenuhi semua ketentuan di atas untuk
timbunan biasa dan sebagai tambahan harus memiliki sifat-sifat tertentu
yang tergantung dari maksud penggunaannya, seperti diperintahkan atau
disetujui oleh Pengawas Pekerjaan. Dalam segala hal, seluruh
timbunan pilihan harus, bila diuji sesuai dengan SNI 1744:2012, memiliki
CBR paling sedikit 10% setelah 4 hari perendaman bila dipadatkan
sampai 100% kepadatan kering maksimum sesuai dengan SNI
1742:2008.
c) Bahan timbunan pilihan yang digunakan pada lereng atau pekerjaan
stabilisasi timbunan atau pada situasi lainnya yang memerlukan kuat
geser yang cukup, bilamana dilaksanakan dengan pemadatan kering
normal, maka timbunan pilihan dapat berupa timbunan batu atau kerikil
lempungan bergradasi baik atau lempung pasiran atau lempung
berplastisitas rendah. Jenis bahan yang dipilih, dan disetujui oleh
Pengawas Pekerjaan akan tergantung pada kecuraman dari lereng yang
akan dibangun atau ditimbun, atau pada tekanan yang akan dipikul.

M. Timbunan Pilihan Berbutir di atas Tanah Rawa


Bahan timbunan pilihan di atas tanah rawa dan untuk keadaan di mana
penghamparan dalam kondisi jenuh atau banjir tidak dapat dihindarkan
haruslah batu, pasir atau kerikil atau bahan berbutir bersih lainnya dengan
Index Plastisitas maksimum 6 % (enam persen).
N. Penimbunan Kembali Bahan Berbutir (Granular Back Fill)
Bahan timbunan berbutir daerah oprit harus terdiri dari kerikil pecah, batu,
timbunan batu atau pasir alam atau campuran yang baik dari kombinasi
bahan-bahan ini dengan bergradasi bukan menerus dan mempunyai Indeks
Plastisitas maksimum 10%. Gradasi timbunan berbutir daerah oprit
haruslah sebagaimana yang ditunjukkan Tabel 3.2.2.1) berikut :
Tabel 3.2.2.1) Gradasi Penimbunan Kembali Bahan Berbutir
Ukuran Ayakan Persen Berat Yang
Lolos
ASTM (mm)
4” 100 100
No.4 4,75 25 - 90
No.200 0,075 0 - 10

B.2.7.1 Penghamparan Dan Pemadatan Timbunan


A. Penyiapan Tempat Kerja
a) Sebelum penghamparan timbunan pada setiap tempat, semua
248

bahan yang tidak diperlukan harus dibuang sebagaimana


diperintahkan oleh Pengawas Pekerjaan.
b) Kecuali untuk daerah tanah lunak atau tanah yang tidak dapat
dipadatkan atau tanah rawa, dasar fondasi timbunan harus
dipadatkan seluruhnya (termasuk penggemburan dan
pengeringan atau pembasahan bila diperlukan) sampai 15 cm
bagian permukaan atas dasar fondasi memenuhi kepadatan
yang disyaratkan untuk Timbunan yang ditempatkan di atasnya.
c) Bilamana timbunan akan dibangun di atas permukaan tanah
dengan kelandaian lereng lebih dari 10%, ditempatkan di atas
permukaan lama atau pembangunan timbunan baru, maka
lereng lama akan dipotong sampai tanah yang keras dan
bertangga dengan lebar yang cukup sehingga memungkinkan
peralatan pemadat dapat beroperasi. Tangga-tangga tersebut
tidak boleh mempunyai kelandaian lebih dari 4% dan harus
dibuatkan sedemikian dengan jarak vertikal tidak lebih dari 30
cm untuk kelandaian yang kurang dari 15% dan tidak lebih dari
60 cm untuk kelandaian yang sama atau lebih besar dari 15%.
d) Dasar saluran yang ditimbun harus diratakan dan dilebarkan
sedemikian hingga memungkinkan pengoperasian peralatan
pemadat yang efektif.

B. Penghamparan Timbunan
a) Timbunan harus ditempatkan ke permukaan yang telah
disiapkan dan disebar dalam lapisan yang merata yang bila
dipadatkan akan memenuhi toleransi tebal lapisan yang
disyaratkan. Bilamana timbunan dihampar lebih dari satu lapis,
lapisan-lapisan tersebut sedapat mungkin dibagi rata sehingga
samatebalnya.
b) Tanah timbunan umumnya diangkut langsung dari lokasi
sumber bahan ke permukaan yang telah disiapkan pada saat
cuaca cerah dan disebarkan. Penumpukan tanah timbunan
untuk persediaan biasanya tidak diperkenankan, terutama
selama musim hujan.
c) Timbunan di atas atau pada selimut pasir atau bahan drainase
porous, harus diperhatikan sedemikian rupa agar kedua bahan
tersebut tidak tercampur. Dalam pembentukan drainase sumuran
vertikal diperlukan suatu pemisah yang menyolok di antara kedua
bahan tersebut dengan memakai acuan sementara dari pelat baja
tipis yang sedikit demi sedikit ditarik saat pengisian timbunan dan
drainase porous dilaksanakan.
d) Penimbunan kembali di atas pipa dan di belakang struktur harus
dilaksanakan dengan sistematis dan secepat mungkin segera
setelah pemasangan pipa atau struktur. Akan tetapi, sebelum
penimbunan kembali, diperlukan waktu perawatan tidak kurang
dari 3 jam setelah pemberian adukan pada sambungan pipa
atau pengecoran struktur beton gravity, pemasangan pasangan
batu gravity atau pasangan batu dengan mortar gravity. Sebelum
penimbunan kembali di sekitar struktur penahan tanah dari
beton, pasangan batu atau pasangan batu dengan mortar, juga
diperlukan waktu perawatan tidak kurang dari 14 hari.
e) Bilamana timbunan badan jalan akan diperlebar, lereng
249

timbunan lama harus disiapkan dengan membuang seluruh


tetumbuhan yang terdapat pada permukaan lereng dan harus
dibuat bertangga (atau dibuat bergerigi) sehingga timbunan baru
akan terkunci pada timbunan lama sedemikian sampai diterima
oleh Pengawas Pekerjaan. Selanjutnya timbunan yang diperlebar
harus dihampar horizontal lapis demi lapis sampai dengan
elevasi tanah dasar, yang kemudian harus ditutup secepat
mungkin dengan lapis fondasi bawah dan atas sampai elevasi
permukaan jalan lama sehingga bagian yang diperlebar dapat
dimanfaatkan oleh lalu lintas secepat mungkin, dengan demikian
pembangunan dapat dilanjutkan ke sisi jalan lainnya bilamana
diperlukan.
f) Lapisan penopang di atas tanah lunak harus dihampar
sesegera mungkin dan tidak lebih dari tiga hari setelah
persetujuan setiap penggalian atau pembersihan dan
pengupasan oleh Pengawas Pekerjaan. Lapisan penopang
dapat dihampar satu lapis atau beberapa lapis dengan tebal
antara 0,5 sampai 1,0 meter sesuai dengan kondisi lapangan
dan sebagimana diperintahkan atau disetujui oleh Pengawas
Pekerjaan.

C. Pemadatan Timbunan
a) Segera setelah penempatan dan penghamparan timbunan,
setiap lapis harus dipadatkan dengan peralatan pemadat yang
memadai dan disetujui Pengawas Pekerjaan sampai mencapai
kepadatan yang disyaratkan.
b) Pemadatan timbunan tanah harus dilaksanakan hanya bilamana
kadar air bahan berada dalam rentang 3 % di bawah kadar air
optimum sampai 1% di atas kadar air optimum. Kadar air
optimum harus didefinisikan sebagai kadar air pada kepadatan
kering maksimum yang diperoleh bilamana tanah dipadatkan
sesuai dengan SNI 1742:2008.
c) Seluruh timbunan batu harus ditutup dengan satu lapisan atau
lebih setebal 20 cm dari bahan bergradasi menerus dan tidak
mengandung batu yang lebih besar dari 5 cm serta mampu
mengisi rongga-rongga batu pada bagian atas timbunan batu
tersebut. Lapis penutup ini harus dilaksanakan sampai
mencapai kepadatan timbunan tanah yang disyaratkan di bawah.
d) Setiap lapisan timbunan yang dihampar harus dipadatkan
seperti yang disyaratkan, diuji kepadatannya dan harus diterima
oleh Pengawas Pekerjaan sebelum lapisan berikutnya dihampar.
e) Timbunan harus dipadatkan mulai dari tepi luar dan bergerak
menuju ke arah sumbu jalan sedemikian rupa sehingga setiap
ruas akan menerima jumlah usaha pemadatan yang sama.
Bilamana memungkinkan, lalu lintas alat-alat konstruksi dapat
dilewatkan di atas pekerjaan timbunan dan lajur yang dilewati
harus terus menerus divariasi agar dapat menyebarkan pengaruh
usaha pemadatan dari lalu lintas tersebut.
f) Dalam membuat timbunan sampai pada atau di atas gorong-
gorong dan bilamana disyaratkan dalam Kontrak sampai pada
jembatan, Penyedia Jasa harus membuat timbunan tersebut
sama tinggi pada kedua sisinya. Jika kondisi-kondisi
250

memerlukan penempatan penimbunan kembali atau timbunan


pada satu sisi jauh lebih tinggi dari sisi lainnya, penambahan
bahan pada sisi yang lebih tinggi tidak boleh dilakukan sampai
persetujuan diberikan oleh Pengawas Pekerjaan dan tidak
melakukan timbunan sampai struktur tersebut telah berada di
tempat dalam waktu 14 hari, dan pengujian-pengujian yang
dilakukan di laboratorium di bawah pengawasan
Pengawas Pekerjaan menetapkan bahwa struktur tersebut
telah mencapai kekuatan yang cukup untuk menahan tekanan
apapun yang ditimbulkan oleh metoda yang digunakan dan
bahan yang dihampar tanpa adanya kerusakan atau regangan
yang di luar faktor keamanan.
g) Untuk menghindari gangguan terhadap pelaksanaan abutmen
jembatan, tembok sayap dan gorong-gorong persegi, Penyedia
Jasa harus, untuk tempat- tempat tertentu yang ditetapkan oleh
Pengawas Pekerjaan, menunda pekerjaan timbunan yang
membentuk oprit dari setiap struktur semacam ini sampai saat
ketika pelaksanaan selanjutnya boleh didahulukan untuk
penyelesaian oprit tanpa resiko mengganggu atau merusak
pekerjaan jembatan. Biaya untuk penundaan pekerjaan harus
termasuk dalam harga satuan Kontrak untuk masing-masing
mata pembayaran yang relevan.
h) Bahan untuk timbunan pada tempat-tempat yang sulit
dimasuki oleh alat pemadat normal harus dihampar dalam
lapisan mendatar dengan tebal gembur tidak lebih dari 10 cm
dan seluruhnya dipadatkan dengan menggunakan pemadat
mekanis.
i) Timbunan pada lokasi yang tidak dapat dicapai dengan peralatan
pemadat mesin gilas, harus dihampar dalam lapisan horizontal
dengan tebal gembur tidak lebih dari 10 cm dan dipadatkan
dengan penumbuk loncat mekanis atau timbris (tamper)
manual dengan berat statis minimum 10 kg. Pemadatan di
bawah maupun di tepi pipa harus mendapat perhatian khusus
untuk mencegah timbulnya rongga-rongga dan untuk menjamin
bahwa pipa terdukung sepenuhnya.
D. Penyiapan Tanah Dasar pada Timbunan
Pekerjaan penyiapan tanah dasar pada timbunan baru dilaksanakan
bila pekerjaan lapis fondasi agregat atau perkerasan sudah akan
segera dilaksanakan.
B.2.7.2 Jaminan Mutu
A. Pengendalian Jaminan Mutu
a) Jumlah data pendukung hasil pengujian yang diperlukan untuk
persetujuan awal mutu bahan akan ditetapkan oleh Pengawas
Pekerjaan, tetapi bagaimanapun juga harus mencakup seluruh
pengujian yang disyaratkan dengan paling sedikit tiga contoh yang
mewakili sumber bahan yang diusulkan, yang dipilih mewakili
rentang mutu bahan yang mungkin terdapat pada sumber bahan.
b) Setelah persetujuan mutu bahan timbunan yang diusulkan,
menurut pendapat Pengawas Pekerjaan, pengujian mutu bahan
dapat diulangi lagi agar perubahan bahan atau sumber bahannya
dapat diamati.
c) Suatu program pengendalian pengujian mutu bahan rutin harus
251

dilaksanakan untuk mengendalikan perubahan mutu bahan yang


dibawa ke lapangan. Jumlah pengujian harus seperti yang
diperintahkan oleh Pengawas Pekerjaan tetapi untuk setiap 1000
meter kubik bahan timbunan yang diperoleh dari setiap sumber
bahan paling sedikit harus dilakukan suatu pengujian Nilai Aktif,
seperti yang disyaratkan Pengawas Pekerjaan setiap saat dapat
memerintahkan dilakukannya uji ke-ekspansifan tanah sesuai SNI
03-6795-2002.
B. Ketentuan Kepadatan untuk Timbunan
a) Lapisan tanah yang lebih dalam dari 30 cm di bawah elevasi tanah
dasar harus dipadatkan sampai 95 % dari kepadatan kering
maksimum yang ditentukan sesuai SNI 1742:2008. Untuk tanah
yang mengandung lebih dari 10 % bahan yang tertahan pada
ayakan 19 mm, kepadatan kering maksimum yang diperoleh harus
dikoreksi terhadap bahan yang berukuran lebih (oversize) tersebut
sebagaimana yang diperintahkan oleh Pengawas Pekerjaan.
b) Lapisan tanah pada kedalaman 30 cm atau kurang dari elevasi
tanah dasar harus dipadatkan sampai dengan 100 % dari
kepadatan kering maksimum yang ditentukan sesuai dengan SNI
1742:2008.
c) Pengujian kepadatan harus dilakukan pada setiap lapis timbunan
yang dipadatkan sesuai dengan SNI 2828:2011 dan keseragaman
kepadatan diuji dengan Light Weight Deflectometer (LWD) sesuai
dengan Pd 03-2016-B (prosedur LWD ditunjukkan dalam
Lampiran 3.2.B), bilamana diperintahkan oleh Pengawas
Pekerjaan dan bila hasil setiap pengujian menunjukkan kepadatan
kurang dari yang disyaratkan maka Penyedia Jasa harus
memperbaiki pekerjaan. Pengujian harus dilakukan sampai
kedalaman penuh pada lokasi yang diperintahkan oleh Pengawas
Pekerjaan, tetapi harus tidak boleh berselang lebih dari 200 m.
Untuk penimbunan kembali di sekitar struktur atau pada galian
parit untuk gorong-gorong, paling sedikit harus dilaksanakan satu
pengujian untuk satu lapis penimbunan kembali yang telah selesai
dikerjakan. Untuk timbunan, paling sedikit satu rangkaian
pengujian bahan yang lengkap harus dilakukan untuk setiap 1000
meter kubik bahan timbunan yang dihampar.
C. Kriteria Pemadatan untuk Timbunan Batu
Pemadatan timbunan batu harus dilaksanakan dengan menggunakan
penggilas berkisi (grid) atau pemadat bervibrasi atau peralatan berat
lainnya yang serupa. Pemadatan harus dilaksanakan dalam arah
memanjang sepanjang timbunan, dimulai pada tepi luar dan bergerak
ke arah sumbu jalan, dan harus dilanjutkan sampai tidak ada
gerakan yang tampak di bawah peralatan berat. Setiap lapis harus
terdiri dari batu bergradasi menerus dan seluruh rongga pada
permukaan harus terisi dengan pecahan-pecahan batu sebelum lapis
berikutnya dihampar. Batu tidak boleh digunakan pada 15 cm
lapisan teratas timbunan dan batu berdimensi lebih besar dari 10 cm
tidak diperkenankan untuk disertakan dalam lapisan teratas ini.
D. Kriteria Pemadatan untuk Lapisan Penopang
Timbunan Pilihan digunakan sebagai lapis penopang untuk perbaikan
tanah dasar dapat dihampar dalam satu atau beberapa lapis yang
harus dipadatkan dengan persetujuan khusus tergantung kondisi
lapangan. Tingkat pemadatan harus cukup agar dapat memungkinkan
252

pemadatan sepenuhnya pada timbunan pilihan lapis selanjutnya dan


lapisan perkerasan.
E. Kriteria Pemadatan untuk Penimbunan Kembali Bahan Berbutir
(Granular Backfill)
Penimbunan kembali bahan berbutir harus ditempatkan sebagai
lapisan tidak lebih dari 15 cm, dan dipadatkan sampai kepadatan 95
% dari kepadatan kering maksimum menurut ketentuan SNI
1743:2008.
F. Percobaan Pemadatan
Penyedia Jasa harus bertanggungjawab dalam memilih metode
dan peralatan untuk mencapai tingkat kepadatan yang disyaratkan.
Bilamana Penyedia Jasa tidak sanggup mencapai kepadatan yang
disyaratkan, prosedur pemadatan berikut ini harus diikuti.
Percobaan lapangan harus dilaksanakan dengan variasi jumlah
lintasan peralatan pemadat dan kadar air sampai kepadatan yang
disyaratkan tercapai sehingga dapat diterima oleh Pengawas
Pekerjaan. Hasil percobaan lapangan ini selanjutnya harus digunakan
dalam menetapkan jumlah lintasan, jenis peralatan pemadat dan
kadar air untuk seluruh pemadatan berikutnya.

B.2.7.3 Pengukuran dan Pembayaran


A. Pengukuran Timbunan
a) Timbunan harus diukur sebagai jumlah kubik meter bahan
terpadatkan yang diperlukan, diselesaikan di tempat dan
diterima. Volume yang diukur harus berdasarkan gambar
penampang melintang profil tanah asli yang disetujui atau profil
galian sebelum setiap timbunan ditempatkan dan gambar
dengan garis, kelandaian dan elevasi pekerjaan timbunan akhir
yang disyaratkan dan diterima. Metode perhitungan volume
bahan haruslah metode luas bidang ujung, dengan
menggunakan penampang melintang pekerjaan yang berselang
jarak tidak lebih dari 25 m, dan berselang tidak lebih dari 50
meter untuk daearah yang datar.
b) Timbunan yang ditempatkan di luar garis dan penampang
melintang yang disetujui, termasuk setiap timbunan tambahan
yang diperlukan sebagai akibat penggalian bertangga pada
atau penguncian ke dalam lereng eksisting, atau sebagai
akibat dari penurunan fondasi, tidak akan dimasukkan ke dalam
volume yang diukur untuk pembayaran kecuali bila :
i) Timbunan yang diperlukan untuk mengganti bahan tidak
memenuhi ketentuan atau bahan yang lunak dari
Spesifikasi ini, atau untuk mengganti batu atau bahan keras
lainnya yang digali menurut Spesifikasi ini.
ii) Timbunan tambahan yang diperlukan untuk memperbaiki
pekerjaan yang tidak stabil atau gagal bilamana
Penyedia Jasa tidak dianggap bertanggung-jawab.
iii) Bila timbunan akan ditempatkan di atas tanah rawa yang
dapat diperkirakan terjadinya konsolidasi tanah asli,maka
pembayaran akan dilakukan tergantung apakah timbunan
biasa atau pilihan yang digunakan:
iv) Jika bahan Timbunan Biasa digunakan, pengukuran
253

akan dilakukan:
▪ Dengan pemasangan pelat dan batang pengukur
penurunan (settlement) yang harus ditempatkan dan
diamati bersama oleh Pengawas Pekerjaan dengan
Penyedia Jasa. Kuantitas timbunan dapat ditentukan
berdasarkan elevasi tanah asli setelah penurunan
(settlement). Pengukuran dengan cara ini akan dibayar
menurut Mata Pembayaran 3.2.1 dan hanya diijinkan
jika catatan penurunan (settlement) yang
didokumentasikan dipelihara dengan baik.
v) Jika bahan Timbunan Pilihan digunakan, pengukuran
akan dilakukan dengan salah satu cara yang ditentukan
menurut pendapat Pengawas Pekerjaan berikut ini:
▪ Dengan pemasangan pelat dan batang pengukur
penurunan (settlement) yang harus ditempatkan dan
diamati bersama oleh Pengawas Pekerjaan dengan
Penyedia Jasa. Kuantitas timbunan dapat ditentukan
berdasarkan elevasi tanah asli setelah penurunan
(settlement). Pengukuran dengan cara ini akan dibayar
menurut Mata Pembayaran 3.2.2 dan hanya diijinkan
jika catatan penurunan (settlement) yang
didokumentasikan dipelihara dengan baik..
▪ Dengan volume gembur yang diukur pada kendaraan
pengangkut sebelum pembongkaran muatan di lokasi
timbunan. Kuantitas timbunan kemudian dapat
ditentukan berdasarkan penjumlahan kuantitas bahan
yang dipasok, yang diukur dan dicatat oleh Pengawas
Pekerjaan, setelah bahan di atas bak truk diratakan
sesuai dengan bidang datar horisontal yang sejajar
dengan tepi-tepi bak truk. Pengukuran dengan cara ini
akan dibayar menurut Mata Pembayaran 3.2.3 dan
hanya akan diperkenankan bilamana kuantitas tersebut
telah disahkan oleh Pengawas Pekerjaan.
c) Timbunan yang dihampar untuk mengganti tanah yang dibuang
oleh Penyedia Jasa untuk dapat memasang pipa, drainase beton,
gorong-gorong, drainase bawah tanah atau struktur, tidak akan
diukur untuk pembayaran dalam Spesifikasi ini, dan biaya untuk
pekerjaan ini dipandang telah termasuk dalam harga satuan
penawaran untuk bahan yang bersangkutan, sebagaimana
disyaratkan menurut Spesifikasi dari Spesifikasi ini. Akan tetapi,
timbunan tambahan yang diperlukan untuk mengisi bagian
belakang struktur penahan akan diukur dan dibayar menurut
Spesifikasi ini.
d) Timbunan yang digunakan di mana saja di luar batas Kontrak
pekerjaan, atau untuk mengubur bahan sisa atau yang tidak
terpakai, atau untuk menutup sumber bahan, tidak boleh
dimasukkan dalam pengukuran timbunan.
e) Drainase porous akan diukur menurut Spesifikasi ini dan tidak
akan termasuk dalam pengukuran.
f) Bahan galian dinyatakan secara tertulis oleh Pengawas Pekerjaan
dapat digunakan sebagai bahan timbunan, namun tidak digunakan
oleh Penyedia Jasa sebagai bahan timbunan, maka pekerjaan
timbunan biasa atau pilihan berasal dari sumber galian akan
254

diukur untuk pembayaran sebagai timbunan biasa atau pilihan


berasal dari galian.
B. Dasar Pembayaran
Kuantitas timbunan yang diukur seperti diuraikan di atas, dalam jarak
angkut berapapun yang diperlukan, harus dibayar untuk per satuan
pengukuran dari masing-masing harga yang dimasukkan dalam
Daftar Kuantitas dan Harga untuk pekerjaan.

Uraian Satuan
Pengukuran

Timbunan Biasa dari Sumber Galian Meter Kubik


Timbunan Biasa dari Hasil Galian Meter Kubik

Timbunan Pilihan dari Sumber Galian Meter Kubik

Timbunan Pilihan dari Galian Meter Kubik

Timbunan Pilihan Berbutir (diukur di atas bak truk) Meter Kubik

Timbunan Pilihan Berbutir (diukur dengan rod & Meter Kubik


plate)
Penimbunan Kembali Bahan Berbutir (Granular Meter Kubik
Backfill)

B.2.8. PEMASANGAN PIPA GALVANIS


1. Pipa baja harus dibuat dari pelat atau lembaran baja dan sambungannya
menggunakan pengelasan tumpul (arc-welded) atau pengelasan listrik, dikerjakan di
pabrik, dites dan dibersihkan.
2. Mutu pelat-pelat baja
Lembaran atau pelat-pelat baja harus mempunyai batas keruntuhan minimum tidak
kurang dari 226 N/mmz (2300kg/cm² ).
3. Penyedia jasa harus melaksanakan dan menyelesaikan pekerjaan pemasangan pipa
sesuai dengan dokumen pelelangan dan syarat-syarat yang tercantum dalam syarat-
syarat teknis pekerjaan ini.
1. Pemeriksaan Sebelum Pemasangan
- Semua pipa dan sambungan-sambungan harus diperiksa dengan teliti terhadap
retak-retak dan kerusakan-kerusakan lainnya ketika pipa berada di atas galian,
segera sebelum pemasangannya pada posisi terakhir.
- Ujung pipa harus diperiksa secara seksama karena bagian ini yang paling mudah
rusak pada waktu pengangkutan. Pipa atau peralatan yang rusak harus diletakkan
dekat galian untuk diperiksa oleh Direksi Lapangan/Teknis, yang akan menentukan
perbaikan atau dibuang.

2. Pembersihan Pipa
- Semua lepuhan, gumpalan dan bahan lain yang tak berguna harus disingkirkan dari
spigot setiap pipa dan bagian luar ujung spigot, dan sebelum pipa dipasang bagian
dalam harus diseka sampai bersih, kering dan bebas dari lemak.
255

- Semua bagian dalam semua pipa yang terpasang, valve dan fitting yang telah
terpasang harus dijaga agar tetap bersih dan bebas dari benda asing dan kotoran.
Tindakan pencegahan harus berupa pengguna kain pembersih selama pemasangan
dan penyumbatan kedap air semua bukaan/celah di setiap akhir pekerjaan setiap
hari.

3. Penurunan Pipa Kedalam Galian


- Peralatan seperti Crane 20-30 ton digunakan untuk memindahkan pipa dari truk.
- Semua pipa, ”Fitting, dan Valve” harus diturunkan kedalam galian satu persatu
dengan menggunakan tripod/tackle, handle crane & hoist atau dengan perkakas
atau peralatan lainnya yang sesuai, sedemikian rupa untuk mencegah kerusakan
pada bahan tersebut maupun lapisan pelindung luar dan dalamnya.
- Bahan tersebut sama sekali tidak diperkenankan dijatuhkan atau dilemparkan
kedalam galian.
- Bahan tersebut dengan alasan apapun tidak boleh dijatuhkan atau dilemparkan
kedalam galian.
- Jika terjadi kerusakan pada pipa, fitting, valve, atau perlengkapan lain dalam
penanganannya, kerusakan tersebut harus segera diberitahukan kepada Direksi
Lapangan/Teknis. Direksi Lapangan/Teknis harus menetapkan perbaikan atau
penolakan bahan yang rusak tersebut.

4. Pemotongan Pipa
- Pemotongan pipa untuk menyisipkan ”Tee”, ”Bend” atau ”Valve” atau tujuan lainnya,
harus dilakukan dengan mesin potong yang sesuai dengan cara yang rapih dan baik,
tanpa menyebabkan kerusakan pada pipa maupun lapisan pelindung dalamnya dan
menghasilkan ujung yang halus pada sudut yang tepat terhadap sumbu pipa.
- Pemotongan pipa baja harus dikerjakan dengan mesin pemotong yang sesuai
menghasilkan potongan yang halus pada sudut yang benar atau sudut yang diminta
terhadap sumbu pipa.
- Pemotongan perlu dijaga agar jangan sampai merusak lapisan pelindung luar
maupun lapisan pelindung pipa dalam. Ujung potongan pipa yang dipotong tersebut,
harus dipotong serong (Beveled) dengan ukuran yang sama sebagaimana yang
ditentukan dalam spesifikasi.
- Tidak boleh ada ”fitting” seperti ”Bend”, ”Tee”, dan ”flange dan spigot” dipotong untuk
pekerjaan pemasangan pipa, sejauh tidak ada instruksi tertulis yang diberikan
kepada penyedia barang/jasa dari Direksi Lapangan/Teknis.

4. Pemasangan Pipa
a. Harus dijaga agar bahan-bahan lain tidak masuk ke dalam pipa ketika pipa
diletakkan. Selama pekerjaan berlangsung tidak boleh ada bahan-bahan, peralatan,
pakaian atau barang-barang lain yang diletakkan di dalam pipa.
b. Pada waktu peralatan pipa dalam galian, letak akhiran spigot harus tepat dengan
bell dan dipasang dengan sudut yang benar. Pipa harus terletak dengan betul dan
timbunan harus dipadatkan kecuali pada bagian bell. Harus dijaga agar kotoran tidak
masuk ke dalam ruang antara sambungan.
c. Jika pasangan pipa berhenti pada suatu saat, ujung pipa harus ditutup dengan
bahan yang disetujui oleh Direksi Lapangan/Teknis.

5. Jenis dan Macam Sambungan.


Penyambungan pipa baja dan aksesoris untuk sambungan secara mekanis
dilaksanakan sesuai dengan SNI 19-6782-2002, dan penyambungan dengan cara
sambungan las dilaksanakan sesuai dengan SNI 03-6405-2000;
a. Flange
256

• Sebelum dipasang flanges pipa dibersihkan permukaannya, kemudian dipasang dan


dibaut dengan putaran secukupnya.
• Sebelum pekerjaan pembautan, semua baut dan mur harus diberi gemuk dengan
sempurna.
• Baut-baut harus dikunci dengan kunci-kunci khusus sehingga dapat menjamin Baut-
baut harus dikunci dengan kunci-kunci khusus sehingga dapat menjamin
kesamarataan baut-baut pipa dengan kedudukan flens pipa, sehingga terdapat
tekanan yang sama pada seluruh permukaan dari flens
b. Pengelasan
• Sebelum pengerjaan pengelasan, permukaan alur harus dibersihkan dari debu,
tanah dan karat dengan menyikat dan mengasah (grinding).
• Bilaa pipa akan dipotong di lapangan, lapisan pelindung dalam maupun lapisan
pelindung luar pada kedua ujung pipa, harus dikupas minimum 10 cm, kemudian
ujung pipa dibuat alur sebagaimana yang ditentukan.
• Fitting tidak boleh dipotong di lapangan.
• Alas pengelasan dan kecepatan harus dijaga selama pekerjaan pengelasan, harus
terus menerus (berlanjut) dari bagian dasar ke bagian atas pinggiran pipa.
• Bila pengelasan dilakukan di lapangan, Penyedia barang/ jasa harus memperhatikan
keadaan cuaca seperti hujan, temperatur, kelembaban dan angin.
• Pekerjaan tidak boleh dilakukan dalam kondisi hujan tanpa perlindungan atau
persetujuan dari Direksi Lapangan/ Teknis.
• Permukaan hasil pengelasan harus seragam tanpa ada sempalan yang berlebihan,
tumpang tindih dan ketidak rataan
• Pengelasan pipa baja di lapangan harus disesuai dengan persyaratan yang
ditentukan berikut ini. Hal-hal yang tidak dijelaskan dalam spesifikasi ini, mengacu
pada standar ataupun pedoman (code) berikut ini.
- Codes of Japanese Waterworks Steel Pipes Manufactures Association (WSP).
- Codes of Welding Engineering Standard (WES), Japan
• Bila pengelasan dilakukan dalam galian, galian harus dilebarkan dan dibuat lebih
dalam agar memungkinkan pengelasan sebagaimana diminta.
• Pengelasan yang diminta oleh pengguna barang/ jasa harus diuji dengan cara
pengujian hasi pengelasan yang umum dipakai.
• Untuk jembatan pipa, harus diuji sepanjang seluruh pinggiran setiap sambungan,
dengan cara pengujian radiografi kecuali ditentukan lain.
• Penyambungan dengan pengelasan harus dilakukan baik dengan sambungan
dengan las tumpul tunggal (singgle-welded butt joint) atau las-tumpul ganda (double-
welded butt joint) sesuai yang ditentukan.
• Penyedia Jasa harus memasukkan pengalaman dan kualifikasi juru las yang
diusulkan untuk persetujuan pengguna barang/ jasa atau konsultan pengawas.
• Juru las tersebut harus memiliki pengalaman dan kualifikasi yang cukup bagi
pekerjaan pengelasan, dan memegang sertifikat atau ijazah yang dikeluarkan oleh
badan berwenang.
• Batang las harus sesuai persyaratan yang ditentukan dalam JIS Z 3211 dan 3212
atau yang memiliki kuat tarik yang setara atau lebih baik dari logam dasar bahan
pipa.
• Batang las yang menyerap lengas (moisture) tidak boleh digunakan dan tingkat
lengas harus lebih kecil dari 2,5 % untuk batang yang diiluminasi (illuminated rod)
dan 0,5 % untuk batang yang hydrogennya rendah (low hydrogenous rod).
• Mesin las, harus mesin pengelasan busur nyala (Arc Welding Machine) dengan arus
AC atau pengelasan busur nyala DC, sebagaimana yang ditentukan dalamJIS C
9301 atau pada standar yang lain yang ditentukan oleh pengguna barang/jasa atau
konsultan pengawas.
• Ujung pipa seluruhnya harus mempunyai alur menyudut/ serong (bewel) yang sesuai
sebelum pengelasan. Kecuali ditentukan lain atau disetujui oleh pengguna barang/
257

jasa atau konsultan pengawas, alur tersebut harus dibuat pada bagian permukaan
luar (exterior) untuk pipa dengan diameter 700 mm dan yang lebih kecil dan pada
permukaan dalam (interior) untuk pipa dengan diameter 800 mm dan yang lebih
besar.

PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN


Pengukuran untuk pemasangan pipa Galvanis diukur dalam satuan linear meter
panjang (m¹) sebagaimana terdapat dalam Daftar Kuantitas dan Harga
Pekerjaan Pengadaan dan Pemasangan Pipa.
Pembayaran dilakukan berdasarkan harga satuan dalam Daftar Kuantitas dan
Harga dari pipa terpasang dan diterima oleh Direksi Pekerjaan.
Pengukuran untuk pemasangan aksesories diukur dalam satuan buah
sebagaimana terdapat dalam Daftar Kuantitas dan Harga Pekerjaan Pengadaan
dan Pemasangan Aksesories.
Pembayaran dilakukan berdasarkan harga satuan dalam Daftar Kuantitas dan
Harga dari asesories terpasang dan diterima oleh Direksi Pekerjaan.

Pejabat Pembuat Komitmen


Satker ……………..………….

C. AKSESORIS .....................................................
NIP….........................................
1. Ruang Lingkup Pekerjaan

Pekerjaan Assesories dimaksud adalah pengadaan dan pemasangan pada IPA struktur
baja yang meliputi:

1) Pengadaan
2) Pengangkutan ke lapangan
3) Pemasangan di lapangan

2. Penyedia barang/ jasa harus menyediakan assesories dari semua material sebagaimana
dirinci disini dan ditunjukkan dalam daftar kuantitas bahan. Semua pipa, fitting, valve dan
perlengkapan lainnya harus sesuai untuk pemakaian di daerah tropis, beriklim lembab
dan bersuhu udara 32 oC.
3. Penyedia barang/ jasa harus menyediakan Sertifikat Jaminan Barang dari pabrik
pembuat yang menyatakan bahwa barang tersebut sesuai dengan kebutuhan yang
dirinci dalam spesifikasi teknis. Penyedia barang/ jasa juga harus menyampaikan tentang
laporan hasil uji kimiawi dan fisik yang telah dilakukan di pabrik, serta melakukan
pengujian setelah pipa dikirim dan sampai di lokasi.
4. Type dan jenis assesories:
1) Spesifikasi flange, blind flange, elbow/ reducer/ tee dan flange adaptor sesuai
tabel dibawah ini:

Spesifkasi
Assesories
Flange
➢ Material flange Steel
258

➢ Standard Presssure Rating PN 10 atau PN 16


Blind Flange
➢ Material Blind Flange Steel
➢ Standard Presssure Rating PN 10 atau PN 16
Elbow/Reducer/Tee
➢ Material Steel
➢ Standard ASTM A-53
Flange Adaptor
➢ Material Cast Iron atau Ductile Iron
➢ Standard Pressure Rating PN 10 atau PN 16

Flange

o Sebelum dipasang flanges pipa harus sudah bersih permukaannya, kemudian


dipasang dan dibaut dengan putaran secukupnya.
o Sebelum pekerjaan pembautan, semua baut dan mur harus diberi gemuk
dengan sempurrna.
o Baut-baut harus dikunci dengan kunci-kunci khusus sehingga dapat menjamin
kesamarataan baut-baut pipa dengan kedudukan flens pipa, sehingga terdapat
tekanan yang sama pada seluruh permukaan dari flens.
2) Gate Valve

Spesifikasi Gate Valve sesuai tabel dibawah ini:

General Specifications
- Name Gate valve
- Type
Resilient seated gate valve
- Connection Flanged
- Design standard EN 1074 – 2 Annex B (BSS 163/Type B)
- Face to face
EN 558 table 2 basic series 3
- Standard flange
drilling EN1092-2 (ISO 7005-2)

Description
- Use For water and neutral liquids to max. 70 oC
Seat: 1.1 x PN Body: 1.5 x PN (PN16)
- Hydraulic tests BS 5163-18.3 Type B
- Strength test Design to EN 1074 Pt.1&2
- Applicable standard Flange cast to EN 1092-2 PN16
Drilling to EN 1092-2: PN16
WRAS approved
Handwheel
Extension spindle
- Options Flange adaptor
Stemcap

Materials
- Body and bonnet Ductile iron, GGG-50, to DIN 1693 (BS 2789 grade
gland flange 500 - 7)
Zinc coated steel 8.8 sealed with hot melt
259

- Gland flange bolts Electrostatically applied epoxy resin – internally and


externally WIS 4-52-01 class B WRAS Stainless steel,
EN100088, No 1.4021
NBR wiper ring, 2 EPDM O-rings WRAS
- Coating Ductile iron, GGG-50, core fully encapsulated with EPDM
rubber ESW to WRAS and having integral wedge nut of
- Stem dezincification resistant brass, CZ 132 to BS 2874
- Stem sealing Dezincification resistant brass, CZ 132 to BS
2874
Zinc coated steel 8.8 sealed with hot melt
- Wedge EPDM rubber ESW to WRAS

Polyamid PA6.6
- Stem collar
- Bonnet bolts
- Bonnet gasket DN 50
– 300
- Bushing

3) Air Valve

Spesifikasi Air Valve sesuai tabel dibawah ini:

Range Size and pressure


DN 40-200, 16 bar
Product description
- General The valve shall be designed to automatically vent,
release and take in air in closed, liquid filled systems.
The medium can be drinking water or other neutral fluids.
The design shall be based on an automatic self-
- Basic Design operating float that opens an escape valve every time air
enters into the float chamber.
End connections shall be flanges PN 16.
The complete valve shall consist of two systems in
parallel – a small for venting and a large for
release/intake.
- Function The small venting float shall be a sphere in ABS
attached to an arm hinged to the side of the valve
chamber. On the arm shall be a resilient rubber
pad that will cover a small hole to the surroundings when
the float rises to shut off level.
The large release and intake float shall be a cylinder in
ABS. When rising with the liquid level it shall make
contact with a seal ring in the top of the chamber shutting
off the air flow.
Large orifice flow rates at free outlet shall be at least:
- DN 50: release: 40 std.m³/min @ 0,9 bar, intake: 20
std.m³/min @ 0,45 bar
- DN 80: release: 90 std.m³/min @ 0,9 bar, intake: 45
std.m³/min @ 0,45 bar
260

- DN 100+150: release: 160 std.m³/min @ 0,9 bar,


intake: 90 std.m³/min @ 0,45 bar
Small orifice shall allow for continuous air venting with
min. 0.4 std.m³/min @ 10 bar.
Internal and external corrosion protection shall be
250 µm fusion bonded epoxy coating, approved for
drinking water and complying with DIN 30677-2 and
GSK.
Colour shall be blue RAL 5017.
No uncoated parts of the iron surfaces may be in contact
with the fluid or the environment.
Surface preparation, coating material, application
process and final result shall be quality checked and
- Coating documented by the valve manufacturer, approved by the
GSK and frequently supervised through notified body
inspectio ns.

D. JEMBATAN PIPA

1. UMUM
Kontraktor harus menyediakan tenaga, bahan, perkakas, peralatan lainnya yang diperlukan,
diluar yang disediakan atau dipinjamkan oleh pemilik untuk pekerjaan konstruksi jembatan
pipa sebagaimana diperlihatkan dalam gambar dan/atau ditentukan disini. Batas konstruksi
setiap jembatan pipa adalah pada kedua ujung sambungan “fitting” sebagaimana
diperlihatkan dalam gambar. Dikarenakan perbedaan dan ketinggian alignment jembatan
dan jalur pipa, diperlukan bentang transisi guna menghubungkannya sebagaimana
diperlihatkan dalam gambar dan harus dilaksanakan sesuai dengan perintah Direksi sesuai
dengan kondisi lapangan. Penyambungan jalur pipa pada jembatan dengan jalur pipa biasa
harus dilakukan setelah penyelesaian pekerjaan pipa dan setelah persetujuan Direksi.
Kontraktor harus melaksanakan pekerjaan konstruksi jembatan pipa dengan benar sesuai
dengan ketentuan butir-butir yang dapat diterapkan dalam spesifikasi teknik ini. Kontraktor
atas biayanya sendiri memeriksa semua ukuran jembatan pipa yang diperlihatkan dalam
gambar dengan melakukan survey sendiri di lokasi pekerjaan. Kontraktor harus melakukan,
mengkoordinasikan dengan instansi terkait, dan membantu pemilik mendapatkan ijin dari
instansi pemeritah yang terkait dalam pelaksanaan pekerjaan perlintasan ini.
2. GAMBAR KERJA DAN JADWAL PELAKSANAAN
Kontraktor berdasarkan pemeriksaan lapangan hasil sondir, dan pengukuran detail tersebut,
harus menyusun jadwal pelaksanaan dan gambar kerja jembatan pipa yang
memperlihatkan semua ukuran, rincian pipa, bangunan bawah, pilar, pancang, pekerjaan
sementara termasuk penurapan, perancah dan lain-lain, perbaikan kembali atau, membuat
lapis lindung (revetment) pada sungai atau saluran dimana diperlukan, termasuk
perhitungan yang diperlukan serta menyerahkannya kepada Direksi untuk persetujuannya,
sebelum memulai pekerjaan pembangunannya.
261

D.1. FONDASI TIANG BOR (BORE PILE)

1) Uraian

a) Yang dimaksud dengan Fondasi Tiang Bore Pile adalah elemen utama struktur berupa
tiang berbentuk tabung yang berinteraksi langsung dengan tanah, berfungsi sebagai
penopang akhir dan menyalurkan beban dari struktur bangunan atas dan bawah
jembatan pipa ke tanah keras di bawahnya.
b) Fondasi tiang bor (bored pile) adalah pondasi tiang yang pemasangannya
dilakukan dengan mengebor tanah pada awal pengerjaannya, kemudian diisi
tulangan dan dicor beton. Tiang ini biasanya dipakai pada tanah yang stabil dan
kaku, sehingga memungkinkan untuk membentuk lubang yang stabil dengan alat
bor. Jika tanah mengandung air, pipa besi dibutuhkan untuk menahan dinding
lubang dan pipa ini ditarik ke atas pada waktu pengecoran beton. Pada tanah yang
keras atau batuan lunak, dasar tiang dapat dibesarkan untuk menambah tahanan
dukung ujung tiang.
c) Pekerjaan yang diatur dalam Spesifikasi ini harus mencakup tiang bor yang
disediakan dan ditempatkan sesuai dengan spesifikasi ini, dan sedapat mungkin
mendekati Gambar menurut penetrasi atau kedalamannya sebagaimana yang
diperintahkan oleh Pengawas Pekerjaan. Tiang uji dan/atau pengujian pembebanan
diperlukan untuk menentukan daya dukung fondasi tiang, jumlah dan panjang bore
pile yang akan dilaksanakan.

2) Load Test Tekan Dan Lateral


Pelaksana Pekerjaan harus melaksanakan Pile load test Tekan (statik load test)
pada titik bore pile dan test statik lateral cm yang lokasinya akan ditentukan oleh
Konsultan Pengawas dan Konsultan Perencana dari hasil pengamatan pelaksanaan
dan data tanah.
a) Load test dilaksanakan sesuai dengan Progres pekerjaan bore pile
dilapangan.
b) Sistem loading test yang digunakan adalah sistim kentledge test sesuai
standard ASTM, dengan menggunakan Blok beton.
c) Manometer/dial gauge load test harus ditera yang dilakukan oleh
laboratorium yang disetujui Pengawas Lapangan sebelum pelaksanaan load
test (Paling lambat 4 bulan sebelumnya). Dan hasilnya harus
memperlihatkan ketelitian minimal 95 %.
d) Bore pile yang ditest harus kuat terhadap beban 200% dari beban Tekan dan
Lateral rencana. Dan untuk test tarik besi harus cukup panjang hingga dapat
di-las pada balok Baja yang menumpu blok beton.
e) Beban untuk load test tarik dan tekan harus sentris terhadap tiang dengan
urutan peningkatan beban 0 - 25 % - 50 % - 75 % - 100 % - 125 % - 150 % -
175 % - 200 % dan setelah minimal 12 jam dan maksimal 24 jam beban
diturunkan juga secara bertahap hingga 0 % rate of settlement ke atas harus
kurang 0.25 mm dalam 1 jam.
f) Kenaikan elevasi pile dan rebound dicatat pada permulaan dan akhir waktu
setiap tahap pembebanan dan setiap selang 15 menit.
g) Hasil load test dianggap berhasil bila pada beban 200 % nett penurunan
elevasi atas pile 12 mm dan max 25 mm.
h) Semua hasil pencatatan dimasukkan dalam satu grafik evaluasi hubungan
262

antara beban - waktu dan kenaikan elevasi atas pile.

Tabel Jumlah Titik Statik Loading test Tarik


Statik Loading test Tarik Keterangan
No
Bentang Jembatan Jumlah Titik
- 1% dari tiang yang mengalami tarik Apabila dalam
1 Pendek (6-20 m) perencanaan ada tiang
dengan gaya tarik
- 1 Titik Apabila dalam perencanaan
2 Sedang (20-100 m) ada tiang dengan gaya tarik
1% dari tiang yang mengalami
- 1-2 Titik Apabila dalam
3 Panjang (>100 m) perencanaan ada tiang
- 1% dari tiang yang mengalami tarik
dengan gaya tarik

Tabel Jumlah Titik Statik Loading test Lateral


Statik Loading test Lateral Keterangan
No
Bentang Jembatan Jumlah Titik
- 0 Titik Menyesuaikan dengan
1 Pendek (6-20 m) kebutuhan
- 10% dari statik loading test tekan
- 0,1 - 0,15% dari jumlah
- 1 Titik Menyesuaikan dengan
2 Sedang (20-100 m) kebutuhan
- 10% dari statik loading test tekan
- 0,1 - 0,15% dari jumlah
- 1-2 Titik Menyesuaikan dengan
3 Panjang (>100 m) kebutuhan
- 10% dari statik loading test tekan
- 0,1 - 0,15% dari jumlah

Tabel Jumlah Titik Statik Loading test Tekan


Statik Loading test Tekan Keterangan
No
Bentang Jembatan Jumlah Titik
- 0-1 Titik - Berdasarkan kecurigaan
- 1-1.5% dari jumlah tiang pada pelaksanaan
pekerjaan pondasi
1 Pendek (6-20 m) - Setiap lokasi abutment dan pilar
- Menyesuaikan dengan
kebutuhan
- Menyesuaikan
- 1 Titik - Berdasarkan kecurigaan
- 1-1.5% dari jumlah tiang pada pelaksanaan
pekerjaan pondasi
2 Sedang (20-100 m) - Setiap lokasi abutment dan pilar
- Menyesuaikan dengan
kebutuhan
- Menyesuaikan
3 Panjang (>100 m) - 1-2 Titik - Berdasarkan kecurigaan
- 1-1.5% dari jumlah tiang pada pelaksanaan
pekerjaan pondasi
- Setiap lokasi abutment dan pilar
- Menyesuaikan dengan
kebutuhan
263

- Menyesuaikan

i) Laporan load test harus mencangkup :


1) Lokasi test pile
2) Posisi titik-titik boring terdekat
3) Panjang tiang bore pile, diameter pile
4) Kuat tekan kubus atau silinder umur 7 hari dan 28 hari dan pada saat
dimulainya pembebanan
5) Data-data waktu pemasangan, pembebanan tiang dan mulainya load
test.
6) Laporan teraan dial gauge dan alat ukur lainnya
7) Evaluasi kapasitas pile.

3) Pekerjaan Lain Yang Berkaitan:

a) Pengamanan Lingkungan Hidup


b) Keselamatan dan Kesehatan Kerja
c) Manajemen Mutu
d) Galian
e) Timbunan
f) Beton dan Beton Kinerja Tinggi
g) Beton Pratekan
h) Baja Tulangan
i) Baja Struktur

4) Jaminan Mutu
Mutu bahan yang dipasok, kecakapan kerja dan hasil penyelesaian harus dipantau dan
dikendalikan seperti yang ditetapkan dalam Standar Rujukan dari Spesifikasi ini.

Gambar Contoh Pelaksanaan Bore Pile

a. PENGEBORAN DAN PEMBERSIHAN LUBANG BORE PILE


1. Lingkup Pekerjaan
264

Pekerjaan ini termasuk pembuatan lubang pondasi bor pile dan pembersihan lubang
seperti yang disyaratkan dalam spesifikasi ini. Penyedia jasa harus menyediakan
semua peralatan, material, tenaga kerja pengawas, alat-alat pengangkutan, alat-alat
Bor dan alat-alat lain yang diperlukan untuk terlaksananya pekerjaan ini.

2. Pekerjaan persiapan
a) Jalan akses masuk dan keluar pada saat proses pengerjaan mulai.
b) Ukur dan tentukan posisi titik – titik bored pile di site.
c) Buat format untuk monitoring laporan bored pile

3. Penyedia Jasa Harus Menyerahkan Kepada Direksi Lapangan :


a) Gambar kerja yang mencakup detail tiang pondasi Bore Pile .
b) Hasil pengukuran dan penggambaran titik lokasi pengeboran

4. Material

Bahan-bahan harus memenuhi syarat-syarat yang tercantum dalam spesifikasi


teknis dan gambar.

5. Alat Pondasi Tiang Bor


Alat pemasangan tiang bor yaitu terdiri dari:
a) Escavator
b) Mesin Bor & Auger,
Pada umumnya, setiap kontraktor mempunyai peralatan bor yang berbeda.
Alat-alat bantu pemboran di antaranya adalah:
 Bucket auger, berfungsi untuk mengumpul hasil galian dalam keranjang
(bucket) berbentuk spiral dengan cara mengambil tanah dari lubang bor ke
atas dan dibuang
 Belling bucket atau under-reamer, alat ini mampu membuat lubang bor
dengan ukuran yang lebih besar pada bagian dasarnya. Pembesaran
volume ini disebut bells atau underreams
 Core barrels, alat pemotong berbentuk lingkaran, membuat dan menggali
bentuk silinder. Alat ini biasanya dipakai pada tanah dan batuan keras.
 Multiroller, alat ini hanya digunakan untuk memecah batuan keras
 Cleanout bucket, untuk memindahkan hasil galian akhir dari lubang bor
dan membuat dasar lubang bor menjadi lebih bersih
c) Casing
d) Mixer,
e) Pompa Air.

6. Pengeboran dan Pembersihan Lubang Bor


a) Pelaksana Pekerjaan harus melampirkan usulan teknis pelaksanaan
pembuatan Bore Pile . Usulan teknis harus mencangkup :
1) Cara penanganan pekerjaan
2) Pengaturan lokasi kerja
3) Metode kerja dan urutan pelaksanaan
4) Cara/metode quality control dan pengukuran kedalaman bor yang
akan diterapkan.
5) Cara pembersihan lubang bor
6) Cara pengontrolan adanya necking
265

7) Cara pengontrolan homogenitas pile


8) Cara mengatasi adanya Blow up dan ground loss akibat pengeboran
9) Cara pengontrolan dimensi pile
10) Cara mengatasi adanya lumpur yang terjebak di ujung bawah lubang
11) Cara mengatasi bila terjadi kemacetan tremi
12) Batasan-batasan toleransi pelaksanaan.
b) Sebelum pengeboran dilakukan titik pengeboran harus dicek kembali
ketepatannya
c) Vertikalitas dari auger/kelly bar/guide wall harus dicek dengan theodolite
dari dua arah yang saling tegak lurus.
d) Dari data-data karakteristik tanah yang ada, dicari kedalaman bearing layer
untuk Bore pile dimana bore pile yang diperhitungkan adalah bore pile
Tekan, Tarik dan lateral
e) Set alat pada posisi titik yang akan di bor
f) Bila kondisi lapisan tanah baik, bor sampai kedalaman 6 m saja dan pasang
casing 6 m
g) Bila kondisi lapisan tanah jelek, menggunakan full casing untuk mencegah
kelongsoran tanah pada saat proses boring
h) Kemudian dilanjutkan dengan proses pengeboran sampai kedalaman yang
dikehendaki
i) Check apakah kedalaman yang dikehendaki sudah tercapai
j) Bersihkan lumpur pada dasar lubang bor dengan bucket cleaning
k) Selama proses berlangsung, catat :
1) Kedalaman muka air tanah
2) Jenis lapisan tanah berikut kedalaman dan ketebalan.
l) Buat laporan harian bored pile
m) Penyedia jasa harus memberikan jaminan dengan cara yang meyakinkan
bahwa ketentuan tersebut diatas telah dipenuhi, antara lain dengan
memberikan contoh hasil pengeboran yang diambil masing-masing pada :
1) Setiap perubahan lapisan tanah
2) Ujung pengeboran
3) 0.5 meter sebelum ujung
4) 1 meter sebelum ujung
5) 1.5 meter sebelum ujung
n) Penghentian pengeboran dilakukan pada kedalaman yang meyakinkan
Tenaga Ahli Konsultan Pengawas berdasarkan data tanah yang
diberikan dan data tanah tambahan jika ada. Jika pengeboran belum
meyakinkan , pengeboran harus diteruskan.
o) Sebelum Pembesian dimasukkan dasar lubang harus dibersihkan dari
endapan lumpur/sedimen. Pembersihan harus dilakukan dengan alat
pembersih kusus dengan ukuran yang sesuai dengan diameter lubang bor.

7. Verifikasi kedalaman bored pile


a) Periksa kedalaman lubang-lubang yang dibor sampai kedalaman yang
ditunjukkan dalam gambar atau ditentukan berdasarkan pengujian hasil
pengeboran.
b) Periksa diameter dasar lubang, bila kurang dari ½ diameter yang ditentukan,
pekerjaan ditolak.
266

c) Pastikan semua lubang ditutup sehingga keutuhan lubang dapat terjamin.


d) Periksa dasar selubung (casing) dimana tidak lebih dari 1,5 m dan tidak
kurang dari 300 m di bawah permukaan beton selama penarikan dan
operasi penempatan.
e) Pastikan sampai kedalaman 3 m dari permukaan beton yang dicor harus
digetarkan dengan alat penggetar.
f) Pastikan semua lubang bor bersih dari bahan lepas.
g) Pastikan lubang tidak digenangi air atau lakukan pemompaan air keluar jika
diperlukan.
h) Pastikan selubung (casing) digetarkan pada saat pencabutan untuk
menghindari menempelnya beton pada dinding casing.
i) Pastikan Lubang dibor sampai kedalaman sesuai Gambar.
j) Pastikan Pengujian Penetrometer di lapangan dilakukan selama penggalian
dan dasar tiang.

8. Pengukuran dan pembayaran


a) Cara Pengukuran
1) Periksa pengukuran pengeboran harus merupakan jumlah aktual
dalam meter panjang tiang bor sampai elevasi bagian dasar tiang.
2) Periksa pengukuran untuk biaya tambahan terhadap panjang tiang bor
yang dilaksanakan di bawah air dihitung dalam meter panjang, dari
ujung bawah tiang bor yang dirancang atau disetujui sampai elevasi
bagian atas tiang bor.
b) Cara pembayaran
Periksa pembayaran sesuai dengan Pengukuran Hasil Pekerjaan dibayar
dengan Harga Kontrak untuk Mata Pembayaran dalam Daftar Kuantitas dan
Harga.

b. PEMBESIAN BORE PILE


1. Lingkup Pekerjaan

Pekerjaan ini termasuk adalah pembesian dan pemasangan pembesian pada lubang
bor hingga siap untuk di cor seperti yang disyaratkan dalam spesifikasi ini. Penyedia
jasa harus menyediakan semua peralatan, material, tenaga kerja pengawas, alat-alat
pengangkutan dan alat-alat lain yang diperlukan untuk terlaksananya pekerjaan ini.

2. Penyedia Jasa Harus Menyerahkan Kepada Direksi Lapangan :


a) Gambar kerja yang mencakup detail pembesian tiang pondasi Bore Pile.
b) Daftar bengkok dan potong dari penulangan
c) Sertifikat dari laboratorium yang telah disetujui Direksi Lapangan untuk
semen, air, batu pecah (split), test celinder beton dan material-material lain
yang digunakan sesuai spesifikasi teknis ini dan atau permintaan Direksi

3. Material dan Pekerjaan Pembesian

Bahan-bahan, material dan pekerjaan pembesian harus memenuhi syarat-syarat


yang tercantum dalam spesifikasi teknis ini pada D. 2. BAJA TULANG A N

4. Pelaksanaan Pekerjaan Pembesian Bore Pile


267

a) Segera setelah dilakukan cleaning, pembesian harus dimasukkan pada


posisi yang tepat, jika panjang lubang lebih besar dari panjang besi, harus
disiapkan besi penggantung. Untuk menjaga sentrisnya pembesian harus
disiapkan giude yang dipasang pada sisi luar keranjang besi.
b) Kerangka baja tulangan yang telah di instal diangkat dengan bantuan diesel
dan power winch da lam posisi tegak lurus terhadap lubang bor dan
diturunkan dengan hati-hati agar tidak terjadi banyak singgungan dengan
lubang bor. Baja tulangan yang telah dimasukan dalam lubang bor ditahan
dengan potongan tulangan melintang lubang bor. Bila kebutuhan baja
tulangan lebih dari 12 meter bisa dilakukan penyambungan dengan diikat
dengan kawat beton dengan panjang overlap 50-60 cm atau sesuai pada
gambar yang di sediakan.
c) Setelah rangka baja tulangan terpasang, maka pipa tremi harus di masukkan
kedalam lubang dengan panjang sesuai kedalaman lubang bor. Bila pada
waktu pemasangan baja tulangan terjadi singgungan dan terjadi keruntuhan
di dalam lubang bor, maka diperlukan pembersihan ulang dengan
memasang head kombinasi diameter 6 "ke diameter 2". Dengan memompa
air kedalam stang bor dan pipa tremi,maka reruntuhan dan tanah yang
menempel pada besi tulangan dapat dibersihkan kembali.
d) Sebelum Pengecoran dilaksanakan perlu dicek kembali ketebalan endapan
lumpur/sedimen pada dasar lubang. Jika ketebalan endapan melampaui 20
cm maka harus dicleaning kembali.
e) Kedudukan Bore pile harus vertikal dengan toleransi sbb:
1) Toleransi lokasi maksimum 5 cm dari lokasi yang ditentukan pada
posisi cut of level.
2) Toleransi lokasi maksimum untuk bore pile adalah maksimal 1 cm
3) Toleransi vertikal maksimum 1 : 150
4) Toleransi Vertikal maksimum untuk Contigious bore pile maksimum 2
cm

5. Pengukuran dan pembayaran


a) Cara Pengukuran
1) Baja tulangan akan diukur dalam jumlah kilogram terpasang dan
diterima oleh Pengawas Pekerjaan. Jumlah kilogram yang dipasang
harus dihitung dari panjang aktual yang dipasang, atau luas anyaman
baja yang dihampar, dan satuan berat dalam kilogram per meter
panjang untuk batang atau kilogram per meter persegi luas anyaman.
Satuan berat yang disetujui oleh Pengawas Pekerjaan akan
didasarkan atas berat nominal yang disediakan oleh pabrik baja, atau
bila Pengawas Pekerjaan memerintahkan, atas dasar pengujian
penimbangan yang dilakukan Penyedia Jasa pada contoh yang dipilih
oleh Pengawas Pekerjaan.
2) Penjepit, pengikat, pemisah atau bahan lain yang digunakan untuk
penempatan atau pengikatan baja tulangan pada tempatnya tidak
akan dimasukkan dalam berat untuk pembayaran.
3) Penulangan yang digunakan untuk gorong-gorong beton bertulang
atau struktur lain di mana pembayaran terpisah untuk struktur yang
lengkap telah disediakan dalam Spesifikasi lain dari Spesifikasi ini,
tidak boleh diukur untuk pembayaran menurut Spesifikasi ini.
b) Dasar Pembayaran
268

Jumlah baja tulangan yang diterima, yang ditentukan seperti yang diuraikan di
atas, harus dibayar pada Harga Penawaran Kontrak.

c. PENGECORAN BETON BORE PILE


1. Lingkup Pekerjaan

Pekerjaan ini adalah pengecoran beton bore pile seperti yang disyaratkan dalam
spesifikasi ini. Penyedia jasa harus menyediakan semua peralatan, material, tenaga
kerja pengawas, alat-alat pengangkutan, alat cor dan alat-alat lain yang diperlukan
untuk terlaksananya pekerjaan ini.

2. Penyedia Jasa Harus Menyerahkan Kepada Direksi Lapangan :


a) Gambar kerja yang mencakup detail Bore Pile;
b) Daftar kuantitas dan kualitas beton beserta hasil pengetesannya;
c) Sertifikat dari laboratorium yang telah disetujui Direksi Lapangan untuk
material-material lain yang digunakan sesuai spesifikasi teknis ini dan atau
permintaan Direksi

3. Material dan Pekerjaan Pembesian

Bahan-bahan, material dan pekerjaan pembesian harus memenuhi syarat-syarat


yang tercantum dalam spesifikasi teknis ini pada Er r or: Ref er ence sour ce
not f ound , Er r or : Ref er ence sour ce not f ound
4. Pelaksanaan Pengecoran Beton Bore Pile
a) Sebelum pembetonan dimulai dasar lubang harus dibersihkan dari lumpur
dan sisa-sisa pengeboran serta mendapat persetujuan tertulis dari Konsultan
Pengawas. Lubang yang telah dibersihkan harus segera di cor 20 menit
setelah lubang di cleaning, untuk memperkecil terjadinya endapan lumpur
b) Kualitas Beton yang digunakan untuk Bore pile adalah Beton f’c = 30 Mpa
(K350) Ready Mix komposisi non fly ash didalamnya dan harus readymix.
Pelaksana harus melakukan design mix dan disampaikan kepada Konsultan
Pengawas.
c) Kedudukan ujung pipa tremi maximum 5 cm diatas dasar galian sebelum
beton dilepaskan dari dasar tremi. Kedudukan tremi terhadap muka beton
pada setiap
d) fase pembetonan minimum 200 cm. Pembetonan harus dilaksanakan tanpa
interupsi (dilakukan Kontinyu) hingga selesai. Pembetonan dan
pembesian harus ditambah minimal 1,00 m diatas cut out of level (lihat Detail
Gambar Bore Pile).
e) Jika pada pelaksanaan pembetonan terjadi kemacetan pada tremi dan pipa
tremi tidak bisa dicabut, maka pile tersebut dianggap gagal. Dan sebagai
pengganti titik pile perlu ditentukan oleh perencana dan dengan persetujuan
Konsultan Pengawas.
f) Pelaksana harus menjamin kesempurnaan pembetonan dan menjamin
tercapainya kapasitas tiang yang diinginkan.
g) Untuk memisahkan adukan beton dari lumpur limbah pengeboran di awal
pengecoran,maka di gunakan kantong plastik yang diisi adukan beton dan
diikat dengan kawat beton kemudian digantung di bagian dalam lubang tremi
269

satu meter kebawah dari corong pipa tremi.


h) Setelah persiapan pengecoran selesai, beton slump 18±2cm ditampung di
dalam corong tremi dan ditahan oleh bola plastik yang berisi adukan beton
setelah cukup penuh bola kantong plastik dilepas sehingga beton
mendorong lumpur yang ada di dalam lubang tremi.
i) Pengecoran dilakukan secara terus-menerus untuk menghidari kemacetan
pada pipa tremi. Dengan sistem tremi ini pengecoran dimulai dari dasar
lubang dengan mendorong air I lumpur da ri bawah menuju keluar lubang.
j) Setelah pipa tremi penuh dan ujung pipa tremie tertanam beton sehingga
beton tidak dapat mengalir karena ada tekanan dari bawah. Untuk
memperlancar adukan beton didalam pipa tremi, maka harus dilakukan
hentakan-hentakan pada pipa tremi. Pipa tremi harus selalu tertanam di
dalam adukan beton dan pengisian di dalam corong harus dijaga terus
menerus agar corong tidak kosong.
k) Pipa tremi dilepas setiap 3 meter akan tetapi ujung pipa di dalam harus
dalam keadaan tertanam di dalam beton. Pengecoran dihentikan setelah
adukan beton yang naik ke permukaan telah bersih dari lumpur.
l) Setelah pekerjaan pengecoran selesai, semua peralatan pengecoran
dibersihkan dari sisa beton dan lumpur dan disiapkan kembali untuk dipakai
pada titik bor selanjutnya.
m) 5 jam setelah pengecoran lubang atas bore pile di urug kembali dengan
tanah yang ada
n) Tanah dan lumpur bekas pengeboran harus dibuang keluar proyek oleh
pelaksana.

5. Verifikasi penulangan & pengecoran


a) Pastikan pekerjaan pemasangan baja tulangan telah mendapatkan
persetujuan Direksi Pekerjaan.
b) Pastikan pekerjaan pengecoran beton telah mendapatkan persetujuan
Direksi Pekerjaan.
c) Pastikan pengecoran beton harus dilaksanakan sesuai dengan ketentuan.
d) Pastikan lubang dalam keadaan kering dan bersih sebelum pengecoran.
e) Pastikan beton dicor melalui sebuah corong dengan pipa (tremie).
f) Periksa arah pengaliran sehingga beton tidak menimpa baja tulangan atau
sisi – sisi lubang.
g) Pastikan beton dicor secepat mungkin setelah pengeboran, dimana kondisi
tanah kemugkinan besar akan memburuk akibat terekspos.
h) Periksa ketahanan tekanan beton yang belum mengeras agar sama dengan
atau lebih besar dari tekanan air tanah, sampai beton tersebut selesai
mengeras, bila elevasi akhir pemotongan berada di bawah elevasi muka air
tanah.
i) Pastikan dasar lubang bersih dari bahan lunak dan bahan lepas, bila
pengecoran beton di dalam air atau lumpur pengeboran.
j) Periksa apakah cara tremie yang digunakan telah disetujui.
k) Pastikan cara tremie harus mencakup sebuah pipa yang diisi dari sebuah
corong di atasnya.
270

l) Pastikan pipa diperpanjang sedikit di bawah permukaan beton baru dalam


tiang bor sampai di atas elevasi air/lumpur.
m) Periksa bila beton mengalir keluar dari pipa, maka corong harus diisi lagi
dengan beton sehingga pipa selalu penuh dengan beton baru.
n) Periksa pipa tremie, dimana harus kedap air dan harus berdiameter paling
sedikit 15 cm.
o) Pastikan sebuah sumbat ditempatkan di depan beton yang dimasukkan
pertama kali dalam pipa, untuk mencegah pencampuran beton dan air.

6. Verifikasi penanganan kepala tiang bor


a) Pastikan tiang bor yang dicor sampai kira-kira 1 m di atas elevasi yang akan
dipotong.
b) Pastikan semua beton yang lepas, kelebihan dan lemah harus dikupas dari
bagian puncak tiang bor.
c) Pastikan baja tulangan yang tertinggal mempunyai panjang yang cukup
untuk pengikatan yang sempurna ke dalam pur atau struktur di atasnya.

7. Verifikasi check
a) Periksa tiang yang tidak sempurna dan keluar dari toleransi, dimana
Kontraktor harus memperbaiki pekerjaan.
b) Periksa pelaksanaan tiang bor beton cor langsung di tempat dilaksanakan di
bawah air, dimana pengukuran untuk biaya tambahan dari ujung bor sampai
elevasi permukaan air normal.

8. Verifikasi perbaikan
c) Pastikan pekerjaan tiang bor lain tidak menimbulkan kerusakan pada tiang
bor yang dibentuk sebelumnya.
d) Tiang bor yang cacat dan di luar toleransi harus diperbaiki

9. Laporan
Laporan dari pelaksanaan pembetonan harus meliputi :
a) Nomor tiang, dimensi tiang
b) Jenis alat, dimensi alat bor
c) Dalamnya lubang , dalamnya Casing
d) Dimulainya dan selesainya pembetonan
e) Pembesian yang terpasang
f) Ketebalan lumpur sebelum pengecoran
g) Slump dan kwalitas beton
h) Jam keberangkatan Truk mixer
i) Volume adukan yang masuk untuk setiap truk mixer
j) Tinggi pembetonan yang dicapai tiap satu truk mixer
k) Posisi besi sebelum dan sesudah pembetonan
l) Warna air yang keluar dari lubang bor saat pembetonan
m) Elevasi permukaan beton setelah pembetonan
n) Jumlah dan nomor kubus yang diambil
o) Photo pelaksanaan/kegiatan penting
271

p) Catatan dari kejadian-kejadian penting.

10. Ganguan – Gangguan


a) Jika terjadi kerusakan pada bangunan sekitarnya sebagai akibat
pelaksanaan bore-piles, seluruhnya menjadi tanggung jawab Penyedia jasa.
b) Jika ada gangguan dalam pelaksanaan Bore Pile yang dari segi pelaksanaan
tidak bisa diatasi menurut pertimbangan Direksi Lapangan, maka dimintakan
satu atau lebih bore pile tambahan berdasarkan evaluasi konsultan
perencana. Penambahan ini akan diperhitungkan sebagai kerja tambah.

11. Pengambilan Dan Pengujian Celinder Beton

Dari pelaksanaan pembetonan harus diambil minimum 1 (satu) sample untuk


setiap satu truk mixer. Setiap Celinder harus diberi tanggal, nomor yang jelas
antara lain mencangkup nomor pile, nomor pengecoran. Tata cara pengambilan,
pembuatan dan perawatan kubus percobaan harus mengikuti ketentuan yang
tercantum dalam spesifikasi teknis ini. Laporan hasil pengujian beton harus dapat
dilaporkan kepada Konsultan Pengawas segera setelah hasil dari laboratorium
diterima.
12. Tanggung Jawab Pelaksana Pekerjaan/Penyedia Jasa
a) Penyedia jasa/Pelaksana Pekerjaan bertanggung jawab atas tercapainya
kualitas dan kapasitas bore pile seperti yang disyaratkan didalam spesifikasi
ini yang tidak terbatas pada masa pemeliharaan.
b) Semua tiang yang dinyatakan gagal oleh Konsultan Pengawas, harus diganti
dengan tiang baru atas biaya pelaksana. Posisi tiang pengganti harus
mendapat persetujuan Konsultan Perencana.
c) Jika setelah pengecoran Contigious bore pile terjadi adanya pembengkakan
permukaan beton, maka kewajiban kontraktor untuk memperbaiki dengan di
bobok dan diratakan kembali berikut pemasangan waterproofing.
d) Jika setelah diadakan ekskavasi dan pembobokan bore pile ternyata :
1) Posisi as Bore pile melebihi batas toleransi yang diperkenankan.
2) Sampai pada elevasi Cut off level belum ditemukan beton yang masif.
3) Sampai pada elevasi Cut off level jumlah besi yang ditemukan kurang
dari jumlah sebelumya.
4) Maka segala konsekuensi biaya untuk mengatasi hal tersebut diatas
tetap menjadi tanggung jawab Pelaksana.

13. Pengukuran dan pembayaran


a) Cara Pengukuran
 Pengukuran material beton diukur dalam satuan meter kubik (m³) yang
terdapat dalam Daftar Kuantitas dan Harga Pekerjaan 'Beton f’c = 30
Mpa (K350) Ready Mix.
 Periksa pengukuran tiang bor beton cor langsung di tempat harus
merupakan jumlah aktual dalam meter kubik (m³) tiang bor sampai
elevasi bagian atas tiang bor yang dipotong.
 Periksa pengukuran untuk biaya tambahan terhadap beton tiang bor
beton cor langsung di tempat yang dilaksanakan di bawah air dihitung
dalam meter kubik (m³), dari ujung tiang bor yang dirancang atau
disetujui sampai elevasi bagian atas tiang bor yang akan dipotong bila
272

kepala tiang bor berada di bawah permukaan air normal, dan bila
elevasi bagian atas tiang bor yang dipotong di atas permukaan air
normal, yang dihitung dari ujung tiang bor sampai elevasi permukaan air
normal.
b) Cara Pembayaran
Pembayaran dilakukan sesuai dengan harga satuan dalam Daftar Kuantitas
dan Harga dari Rabat Beton terpasang dan diterima oleh Direksi Pekerjaan.

D.2. BAJA TULANGAN

a. Umum

1) Uraian
Pekerjaan ini harus mencakup pengadaan dan pemasangan baja tulangan sesuai
dengan Spesifikasi dan Gambar, atau sebagaimana yang diperintahkan oleh
Pengawas Pekerjaan.
2) Gambar Kerja
Sebelum memulai pekerjaan, Penyedia Jasa harus menyiapkan dan menyerahkan
Gambar Kerja daftar penulangan (bar schedule) untuk beton untuk mendapat
persetujuan dari Pengawas Pekerjaan
3) Pekerjaan lain yang berkaitan:
a) Kajian Teknis Lapangan
b) Pengamanan Lingkungan Hidup
c) Keselamatan dan Kesehatan Kerja
d) Manajemen Mutu
e) Beton dan Beton Kinerja Tinggi

4) Standar Rujukan
Standar Nasional Indonesia:
SNI 2052:2017 : Baja tulangan beton
SNI 07-6401-2000 : Spesifikasi kawat baja dengan proses canai dingin untuk
tulangan beton.
SNI 03-6812-2002 : Spesifikasi anyaman kawat baja polos yang dilas untuk
tulangan beton.
SNI 03-6816-2002 : Tata cara pendetailan penulangan beton. American

Welding Society (AWS)

AWS D1.4/D1.4M:2011 : Structural Welding Code – Reinforcing Steel.


5) Toleransi
a) Toleransi untuk fabrikasi harus seperti yang disyaratkan dalam SNI 03-6816-
2002.
b) Baja tulangan harus dipasang sedemikian sehingga selimut beton yang
menutup bagian luar baja tulangan adalah sebagai berikut :
Tabel 7.3.1.1) Selimut Beton untuk Acuan dan Pemadatan Standar

Tebal selimut beton nominal (mm) untuk beton dengan


Klasifikasi kuat tekan f'c yang tidak kurang dari
Lingkungan
20 MPa 25 MPa 30 MPa 35 MPa 40 MPa
A 3 30 25 25 25
5
273

B (65) 45 40 35 25
1 - (75) 55 45 35
B - - (90 70 60
)
2
C

Catatan:
Tanda kurung menunjukkan tebal selimut untuk lingkungan di luar batas
koridor jika terpaksa digunakan

Tabel 7.3.1.2) Selimut Beton untuk Acuan dan Pemadatan Intensif

Tebal selimut beton nominal (mm) untuk beton dengan


Klasifikasi kuat tekan f'c yang tidak kurang dari
Lingkungan
20 MPa 25 MPa 30 MPa 35 40 MPa
A 2 25 25 MPa
25 25
B 5
(50 35 30 25 25
) (60 45 35 25
1
- ) (65)
B 50 40
- -
2
C

Catatan:
Tanda kurung menunjukkan tebal selimut untuk lingkungan di luar batas
koridor jika terpaksa digunakan

Tabel 7.3.1.3) Selimut Beton untuk Komponen yang Dibuat dengan Cara
Diputar

Klasifikasi Lingkungan Kuat Tekan Beton f’c Selimut beton (mm)


(MPa)
A, B1 35 20
B2 40 25
50 20
C 40 35

Persyaratan ini berlaku untuk struktur dan komponen beton bertulang dan
beton pratekan dengan umur rencana 50 tahun atau lebih. Persyaratan ini
diberlakukan sehubungan dengan kondisi dan klasifikasi lingkungan.
Klasifikasi lingkungan yangberpengaruh terhadap struktur beton seperti
berikut:
Tabel 7.3.1.4) Klasifikasi Lingkungan

Keadaan permukaan dan lingkungan Klasifikasi


lingkungan
1. Komponen struktur yang berhubungan langsung
dengan tanah:
274

a. Bagian komponen yang dilindungi lapisan A


tahan lembab atau kedap air.
b. Bagian komponen lainnnya di dalam tanah yang A
tidak agresif
c. Bagian komponen di dalam tanah yang agresif U
(tanah permeable dengan pH<4, atau dengan
air tanah yang mengandung ion sulfat >
2. 1gr/liter) struktur di dalam ruangan tertutup di
Komponen A
dalam bangunan, kecuali untuk keperluan
pelaksanaan dalam waktu yang singkat.
3. Komponen struktur di atas permukaan tanah
dalam lingkungan terbuka:
a. Daerah di pedalaman (>50 km dari pantai) di
mana lingkungan adalah :
(i) bukan daerah industri dan berada dalam A
iklim yang sejuk
(ii) bukan daerah industri namun beriklim B1
(iii) daerah industri dalam iklim sembarang B1
b. Daerah dekat pantai (1 km sampai 50 km dari B1
garis pantai), iklim sembarang)
c. Daerah pantai (<1 km dari garis pantai tetapi B2
tidak dalam daerah pasang surut), iklim
4. Komponen struktur di dalam air
a. Air tawar B1
b. Air laut
(i) terendam secara permanen B2
(ii) berada di daerah pasang surut C
c. Air yang mengalir U
5. Komponen struktur di dalam lingkungan lainnya U
yang tidak terlindung dan tidak termasuk dalam
kategori yang disebutkan di atas.
Khusus untuk klasifikasi lingkungan “U”, mutu dan karakteristik beton
harus ditentukan secara khusus agar dapat menjamin keawetan jangka
panjang komponen struktur dalam lingkungan tidak terlindung yang
khusus.

6) Penyimpanan dan Penanganan


a) Penyedia Jasa harus mengangkut tulangan ke tempat kerja dalam ikatan,
diberi label, dan ditandai dengan label logam yang menunjukkan ukuran
batang, panjang dan informasi lainnya sehubungan dengan tanda yang
ditunjukkan pada diagram tulangan.
b) Penyedia Jasa harus menangani serta menyimpan seluruh baja tulangan
sedemikian untuk mencegah distorsi, kontaminasi, korosi, atau kerusakan.

7) Pengajuan Kesiapan Kerja


a) Sebelum memesan bahan, seluruh daftar pesanan dan diagram
pembengkokan harus disediakan oleh Penyedia Jasa untuk mendapatkan
persetujuan dari Pengawas Pekerjaan, dan tidak ada bahan yang boleh
dipesan sebelum daftar tersebut serta diagram pembengkokan disetujui.
b) Sebelum memulai pekerjaan baja tulangan, Penyedia Jasa harus
menyerahkan kepada Pengawas Pekerjaan daftar yang disahkan pabrik
baja yang memberikan berat satuan nominal dalam kilogram untuk setiap
ukuran dan mutu baja tulangan atau anyaman baja dilas yang akan
275

digunakan dalam pekerjaan.

8) Mutu Pekerjaan dan Perbaikan Atas Pekerjaan Yang Tidak Memenuhi


Ketentuan
a) Persetujuan atas daftar pesanan dan diagram pembengkokan dalam
segala hal tidak membebaskan Penyedia Jasa atas tanggung jawabnya
untuk memastikan ketelitian dari daftar dan diagram tersebut. Revisi bahan
yang disediakan sesuai dengan daftar dan diagram, untuk memenuhi
rancangan dalam Gambar, harus atas biaya Penyedia Jasa.
b) Baja tulangan yang cacat sebagai berikut tidak akan diizinkan dalam
pekerjaan:
i) Panjang batang, ketebalan dan bengkokan yang melebihi toleransi
pembuatan yang disyaratkan dalam SNI 03-6816-2002;
ii) Bengkokan atau tekukan yang tidak ditunjukkan pada Gambar atau
Gambar Kerja Akhir (Final Shop Drawing);
iii) Batang dengan penampang yang mengecil karena karat yang berlebih
atau oleh sebab lain.
c) Bilamana terjadi kesalahan dalam membengkokkan baja tulangan, batang
tulangan tidak boleh dibengkokkan kembali atau diluruskan tanpa
persetujuan Pengawas Pekerjaan atau yang sedemikian sehingga akan
merusak atau melemahkan bahan. Pembengkokan kembali dari batang
tulangan harus dilakukan dalam keadaan dingin terkecuali disetujui lain
oleh Pengawas Pekerjaan. Dalam segala hal batang tulangan yang telah
dibengkokkan kembali lebih dari satu kali pada tempat yang sama tidak
diizinkan digunakan pada Pekerjaan. Kesalahan yang tidak dapat diperbaiki
oleh pembengkokan kembali, atau bilamana pembengkokan kembali tidak
disetujui oleh Pengawas Pekerjaan, harus diperbaiki dengan mengganti
seluruh batang tersebut dengan batang baru yang dibengkokkan dengan
benar dan sesuai dengan bentuk dan dimensi yang disyaratkan.
d) Penyedia Jasa harus menyediakan fasilitas di tempat kerja untuk
pemotongan dan pembengkokan tulangan, baik jika melakukan pemesanan
tulangan yang telah dibengkokan maupun tidak, dan harus menyediakan
persediaan (stok) batang lurus yang cukup di tempat, untuk pembengkokan
sebagaimana yang diperlukan dalam memperbaiki kesalahan atau kelalaian.

9) Penggantian Ukuran Batang


Penggantian batang dari ukuran berbeda akan hanya diizinkan bila secara jelas
disahkan oleh Pengawas Pekerjaan. Bilamana baja tulangan diganti, maka
luas penampang yang dipasang harus sama atau lebih besar daripada ukuran
yang tertera pada Gambar.

b. Bahan

1) Baja Tulangan
a) Baja tulangan harus baja polos atau sirip dengan mutu yang sesuai
dengan Gambar dan memenuhi Tabel 7.3.2.1) berikut ini :

Tabel 7.3.2.1) Sifat Mekanis Baja Tulangan

Uji Tarik
Kelas Kuat luluh/leleh Kuat Regangan
Baja (YS) Tarik dalam 200
Tulanga MPa MPa %
n
276

BjTP 280 Min.280 Maks.405 Min.350 11 (d ≤ 10 mm)


12 (d ≥ 12 mm)
BjTS 280 Min.280 Maks.405 Min.350 11 (d ≤ 10 mm)
12 (d ≥ 13 mm)
BjTS 420A Min.420 Maks.545 Min.525 9 (d ≤ 19 mm)
8 (22 ≤ d ≤ 25 mm)
7 (d ≥ 29 mm)
BjTS 420B Min.420 Maks.545 Min.525 14 (d ≤ 19 mm)*
12 (22 ≤ d ≤ 36
10 (d > 36 mm)*
BjTS 520 Min.520 Maks.645 Min.650 7 (d ≤ 25 mm)
6 (d ≥ 29 mm)
BjTS 550 Min.550 Maks.675 Min.687,5 7 (d ≤ 25 mm)
6 (d ≥ 29 mm)
BjTS 700 Min.700 Maks.825 Min.805 7 (d ≤ 25 mm)
6 (d ≥ 29 mm)
Catatan:
d : diameter nominal baja tulangan beton
* : digunakan untuk seismik (sumber: ASTM A706-09 atau AASHTO
M31M/M31-19)
b) Bila anyaman baja tulangan diperlukan, seperti untuk tulangan pelat,
anyaman tulangan yang di las yang memenuhi SNI 03-6812-2002 dapat
digunakan.

2) Tumpuan untuk Tulangan


Tumpuan untuk tulangan harus dibentuk dari batang besi ringan atau bantalan
beton pracetak dengan mutu fc’ 20 MPa seperti yang disyaratkan terkecuali
disetujui lain oleh Pengawas Pekerjaan. Kayu, bata, batu atau bahan lain tidak
boleh diizinkan sebagai tumpuan.

3) Pengikat untuk Tulangan


Kawat pengikat untuk mengikat tulangan harus kawat baja lunak yang memenuhi
SNI 07- 6401-2000 yang dipasang bersilangan

a. PEMBUATAN DAN PENEMPATAN

1) Pembengkokan
a) Terkecuali ditentukan lain oleh Pengawas Pekerjaan, seluruh baja tulangan
harus dibengkokkan secara dingin dan sesuai dengan prosedur SNI 03-
6816-2002, menggunakan batang yang pada awalnya lurus dan bebas dari
lekukan-lekukan, bengkokan-bengkokan atau kerusakan. Bila
pembengkokan secara panas di lapangan disetujui oleh Pengawas
Pekerjaan, tindakan pengamanan harus diambil untuk menjamin bahwa sifat-
sifat fisik baja tidak terlalu berubah banyak.
b) Batang tulangan dengan diameter 2 cm dan yang lebih besar harus
dibengkok-kan dengan mesin pembengkok.

2) Penempatan dan Pengikatan

a) Tulangan harus dibersihkan sesaat sebelum pemasangan untuk


menghilangkan kotoran, lumpur, oli, cat, karat dan kerak, percikan adukan
277

atau lapisan lain yang dapat mengurangi atau merusak pelekatan dengan
beton.
b) Tulangan harus ditempatkan akurat sesuai dengan Gambar dan dengan
kebu-tuhan selimut beton minimum yang disyaratkan.
c) Batang tulangan harus diikat kencang dengan menggunakan kawat
pengikat sehingga tidak tergeser pada saat pengecoran. Pengelasan
tulangan pembagi atau pengikat (stirrup) terhadap tulangan baja tarik utama
tidak diperkenankan.
d) Seluruh tulangan harus disediakan sesuai dengan panjang total yang
ditunjukkan pada Gambar. Penyambungan (splicing) batang tulangan,
terkecuali ditunjukkan pada Gambar, tidak akan diizinkan tanpa
persetujuan tertulis dari Pengawas Pekerjaan. Setiap penyambungan yang
dapat disetujui harus dibuat sedemikian hingga penyambungan setiap
batang tidak terjadi pada penampang beton yang sama dan harus
diletakkan pada titik dengan tegangan tarik minimum.
e) Bilamana penyambungan dengan tumpang tindih disetujui, maka panjang
tumpang tindih minimum haruslah 40 diameter batang dan batang tersebut
harus diberikan kait pada ujungnya.
f) Pengelasan pada baja tulangan tidak diperkenankan, terkecuali terinci
dalam Gambar atau secara khusus diizinkan oleh Pengawas Pekerjaan
secara tertulis. Bilamana Pengawas Pekerjaan menyetujui pengelasan
untuk sambungan, maka sambungan dalam hal ini adalah sambungan
dengan panjang penyaluran penuh yang memenuhi ketentuan dari AWS
D1.4/D1.4M:2011. Pendinginan terhadap pengelasan dengan air tidak
diperkenankan.
g) Simpul dari kawat pengikat harus diarahkan membelakangi permukaan
beton sehingga tidak akan terekspos.
h) Anyaman baja tulangan yang dilas harus dipasang sepanjang mungkin,
dengan bagian tumpang tindih dalam sambungan paling sedikit satu kali
jarak anyaman. Anyaman harus dipotong untuk mengikuti bentuk pada
kerb dan bukaan, dan harus dihentikan pada sambungan antara pelat.
i) Bilamana baja tulangan tetap dibiarkan terekspos untuk suatu waktu yang
cukup lama, maka seluruh baja tulangan harus dibersihkan dan diolesi
dengan pasta semen (semen dan air saja).
j) Tidak boleh ada bagian baja tulangan yang telah dipasang boleh digunakan
untuk memikul perlengkapan pemasok beton, jalan kerja, lantai untuk
kegiatan bekerja atau beban konstruksi lainnya.

b. PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN

1) Cara Pengukuran
a) Baja tulangan akan diukur dalam jumlah kilogram terpasang dan diterima oleh
Pengawas Pekerjaan. Jumlah kilogram yang dipasang harus dihitung dari
panjang aktual yang dipasang, atau luas anyaman baja yang dihampar, dan
satuan berat dalam kilogram per meter panjang untuk batang atau kilogram per
meter persegi luas anyaman. Satuan berat yang disetujui oleh Pengawas
Pekerjaan akan didasarkan atas berat nominal yang disediakan oleh pabrik
baja, atau bila Pengawas Pekerjaan memerintahkan, atas dasar pengujian
penimbangan yang dilakukan Penyedia Jasa pada contoh yang dipilih oleh
Pengawas Pekerjaan.
b) Penjepit, pengikat, pemisah atau bahan lain yang digunakan untuk penempatan
atau pengikatan baja tulangan pada tempatnya tidak akan dimasukkan dalam
berat untuk pembayaran.
278

c) Penulangan yang digunakan untuk gorong-gorong beton bertulang atau struktur


lain di mana pembayaran terpisah untuk struktur yang lengkap telah disediakan
dalam Spesifikasi lain dari Spesifikasi ini, tidak boleh diukur untuk
pembayaran menurut Spesifikasi ini.

2) Dasar Pembayaran
Jumlah baja tulangan yang diterima, yang ditentukan seperti yang diuraikan di atas,
harus dibayar pada Harga Penawaran Kontrak.

Uraian Satuan
Pengukuran

Baja Tulangan Polos BjTP 280 Kilogram


Baja Tulangan Sirip BjTS 280 Kilogram

Baja Tulangan Sirip BjTS 420A Kilogram

Baja Tulangan Sirip BjTS 420B Kilogram

Baja Tulangan Sirip BjTS 520 Kilogram

Baja Tulangan Sirip BjTS 550 Kilogram

Baja Tulangan Sirip BjTS 700 Kilogram

Anyaman Kawat Yang Dilas (Welded Wire Mesh) Kilogram

D.3 BAJA STRUKTUR JEMBATAN PIPA

a. Umum
1) Uraian
a) Yang dimaksud dengan Baja Struktur adalah bahan struktur jembatan baja
seperti jembatan rangka baja, gelagar baja, gelagar baja komposit termasuk
elemen baja seperti gelagar, pelat, baut, mur, ring, diafragma yang digunakan
sebagai suatu komponen struktur jembatan baja pipa.
b) Pekerjaan yang diatur harus mencakup struktur baja dan elemen baja dari
struktur baja komposit, yang dilaksanakan memenuhi garis, kelandaian dan
dimensi yang ditunjukkan dalam Gambar atau yang ditetapkan oleh Pengawas
Pekerjaan. Pekerjaan ini terdiri atas pelaksanaan struktur baja baru.
c) Pekerjaan ini juga akan mencakup penyediaan, fabrikasi, pengangkutan,
pemasangan dan pengecatan baja struktur sebagaimana yang disyaratkan
dalam Spesifikasi ini atau sebagaimana yang ditunjukkan dalam Gambar.
Baja struktur harus meliputi baja struktur, baut, pengelasan, baja khusus
dan campuran, elektroda logam dan penempaan dan pengecoran baja.
Pekerjaan ini harus juga terdiri atas setiap pelaksanaan baja tambahan yang
tidak disyaratkan lain, semua sesuai dengan Spesifikasi ini dan dengan
Gambar.
d) Pekerjaan dalam Spesifikasi ini juga termasuk pemasangan struktur jembatan
baja hasil rancangan patent, seperti jembatan rangka (truss) baja, gelagar
komposit atau sistem rancangan lainnya yang dibeli sebelumnya oleh
279

Pengguna Jasa, di atas fondasi yang telah dipersiapkan. Pekerjaan


pemasangan akan mencakup sebagaimana yang diperlukan, penanganan,
pemeriksaan, identifikasi dan penyimpanan semua bahan pokok lepas,
pemasangan landasan, pra-perakitan, peluncuran dan penempatan posisi
akhir struktur jembatan pipa, pencocokan elemen utama jembatan dan operasi
lainnya yang diperlukan untuk pemasangan struktur jembatan pipa rangka
baja sesuai dengan ketentuan dalam Spesifikasi ini.
2) Pekerjaan Lain Yang Berkaitan:
a. Manajemen Lalu Lintas
b. Kajian Teknis Lapangan
c. Pengamanan Lingkungan Hidup
d. Keselamatan dan Kesehatan Kerja
e. Manajemen Mutu
f. Beton dan Beton Kinerja Tinggi
g. Baja Tulangan
h. Landasan
3) Pengendalian Mutu Baja Struktur yang Disediakan oleh Penyedia Jasa
a) Penerimaan Bahan
Bahan yang diterima harus diperiksa oleh pengawas penerimaan bahan
dengan mengecek/memeriksa bukti tertulis yang menunjukkan bahwa
bahan-bahan yang telah diterima harus sesuai dengan ketentuan persyaratan
bahan.
b) Mutu Bahan
Mutu bahan yang dipasok, kecakapan kerja dan hasil akhir harus dipantau dan
dikendalikan sebagaimana yang disyaratkan dalam Standar Rujukan.
4) Toleransi Baja Struktur yang disediakan Penyedia Jasa
a) Diameter Lubang
i. Lubang pada elemen utama : - 0,4 mm , + 1,2 mm
ii. Lubang pada elemen sekunder : - 0,4 mm , + 1,8 mm
b) Alinyemen Lubang
i. Elemen utama, dibuat di bengkel : - 0,4 mm , + 0,4 mm
ii. Elemen sekunder, dibuat di lapangan : - 0,6 mm , + 0,6 mm
c) Gelagar Lendutan Balik :
Penyimpangan dari lendutan balik (camber) yang disyaratkan (- 0,2 mm , + 0,2
mm) per meter panjang gelagar atau (- 6 mm , + 6 mm) dipilih mana yang lebih
kecil.
Penyimpangan lateral dari garis lurus di antara pusat-pusat landasan 0,1 mm
per meter panjang gelagar sampai suatu maksimum sebesar 3 mm.
Penyimpangan lateral antara sumbu badan (web) dan sumbu flens dalam
gelagar susun : maksimum 3 mm.
Kombinasi kelengkungan dan kemiringan flens pada gelagar atau balok yang
dilas akan ditentukan dengan pengukuran penyimpangan kepala jembatan
flens terhadap bidang badan (web) pada pertemuan sumbu badan (web)
dengan permukaan luar dari pelat flens. Penyimpangan ini tidak boleh
melebihi 1/200 dari lebar flens total atau 3 mm, dipilih mana yang lebih besar.
Ketidakrataan dari landasan atau dudukan :
(i) Ditempatkan pada penyuntikan (grouting) : maksimum 3,0 mm
(ii) Ditempatkan di atas baja, adukan mortar khusus : maksimum 0,25 mm.
280

Penyimpangan maksimum dari ketinggian yang disyaratkan untuk balok dan


gelagar yang di las, diukur pada sumbu badan (web), harus sebagaimana
berikut ini :
(i) Untuk ketinggian hingga 900 mm : - 3 mm , + 3 mm
(ii) Untuk ketinggian di atas 900 mm hingga 1,8 m : - 5 mm , + 5 mm
(iii) Untuk ketinggian di atas 1,8 m : - 5 mm , + 8 mm
d) Batang Sambungan Geser (Struts)
Penyimpangan maksimum terhadap garis lurus, termasuk dari masing-masing
flens ke segala arah : panjang / 1000 atau 3 mm, dipilih mana yang lebih besar.
e) Permukaan Yang Dikerjakan Dengan Mesin
Penyimpangan permukaan bidang kontak yang dikerjakan dengan mesin tidak
boleh lebih dari 0,25 mm untuk permukaan yang dapat dipahat dalam suatu
segiempat dengan sisi 0,5 m.
5) Standar Rujukan
Standar Nasional Indonesia (SNI) :
SNI ASTM A325:2012 : Spesifikasi baut baja hasil perlakuan panas dengan kuat
tarik minimum 830 Mpa (ASTM A325M-04, IDT)
SNI 07-0722-1989 : Baja canai untuk konstruksi umum
SNI 07-3015-1992 : Baja canai panas untuk konstruksi dengan pengelasan
SNI 6764:2016 : Spesifikasi baja karbon struktural (ASTM A36/A36M-
12,IDT)
SNI 8458:2017 : Metode uji pengencangan baut mutu tinggi
SE No.14/SE/M/2015 : Pedoman Pemasangan Baut Jembatan.
SE No.26/SE/M/2015 : Perlindungan Komponen Baja Jembatan dengan Cara
Pengecatan.

AASHTO :
AASHTO M169-15 : Steel Bars, Carbon, Cold Finished, Standard Quality
AASHTO M270M/M270-15 : Carbon And High-strength Low-Alloy Structural Steel
Shapes, Plates, and Bars and Quenched-and-
Tempered Alloy Structural Steel Plates for Bridges.
ASTM :
ASTM A307-14e1 : Standard Specification for Carbon Steel Bolts, Studs,
and Threaded Rod 60,000 PSI Tensile Strength
ASTM F3125/F3125M-15a : Standard Specification for High Strength Structural
Bolts, Steel and Alloy Steel, Heat Treated, 120 ksi
(830 MPa) and 150 ksi (1040 MPa) Minimum
Tensile Strength, Inch and Metric Dimensions.
American Welding Society (AWS):
AWS D1.1/D1.1M:2015 : Structural Welding Code – Steel
AWS D1.5M/D1.5:2015 : Bridge Welding Code.
281

6) Pengajuan Kesiapan Kerja


a) Sebelum memproduksi struktur baja jembatan pipa Penyedia Jasa
diharuskan menyerahkan gambar struktur (ukuran, dimensi, dll) untuk
mendapatkan persetujuan dari Pengawas Pekerjaan.
b) Struktur baja jembatan pipa yang diajukan oleh Penyedia Jasa harus bisa
dibuktikan memenuhi persyaratan teknis baik melalui pemodelan dan
pengujian.
c) Penyedia Jasa harus menyerahkan laporan pengujian pabrik yang
menunjukkan kadar bahan kimia dan pengujian fisik untuk setiap mutu baja
yang digunakan dalam pekerjaan. Bilamana laporan pengujian pabrik ini tidak
tersedia maka Pengawas Pekerjaan harus memerintahkan Penyedia Jasa
untuk melaksanakan pengujian yang diperlukan untuk menetapkan mutu dan
sifat-sifat lain dari baja pada suatu lembaga pengujian yang disetujui.
Laporan pengujian ini harus diserahkan dengan atau sebagai pengganti
sertifikat pabrik.
d) 3 (tiga) salinan dari semua Gambar Kerja terinci yang disiapkan oleh atau atas
nama Penyedia Jasa harus diserahkan kepada Pengawas Pekerjaan untuk
disetujui. Persetujuan ini tidak membebaskan tanggung jawab Penyedia Jasa
terhadap pekerjaan dalam Kontrak ini.
e) Penyedia Jasa harus menyerahkan program dan metode pelaksanaan
yang diusulkan termasuk semua Gambar Kerja dan rancangan untuk pekerjaan
sementara yang diperlukan. Data yang diserahkan sebagaimana yang
diperlukan harus meliputi tanggal untuk kunjungan bengkel, pengiriman dan
pemasangan, usulan pembongkaran struktur eksisting, metode
pemasangan, penunjang dan pengaku sementara untuk gelagar selama
pemasangan, detail sambungan dan penghubung, pengalihan lalu lintas dan
setiap keterangan yang berkaitan lainnya untuk menyelesaikan pekerjaan
tersebut.
f) Penyedia Jasa harus memberitahu kepada Pengawas Pekerjaan secara
tertulis sekurang-kurangnya 24 jam sebelum memulai pemasangan struktur
baja yang baru.
g) Untuk jembatan pipa struktur baja yang disediakan oleh Pengguna Jasa,
Penyedia Jasa harus menyerahkan rincian jadwal pekerjaan dan
perlengkapan pengendalian lalu lintas untuk semua jembatan yang akan
dipasang dan harus mendapat persetujuan dari Pengawas Pekerjaan
sebelum memulai operasi pemasangan.
7) Penyimpanan dan Perlindungan Bahan Baja Struktur yang disediakan Penyedia Jasa
a) Penyimpanan Bahan
Pekerjaan baja, baik fabrikasi di bengkel dan di lapangan, harus ditumpuk di
atas balok pengganjal atau landasan sedemikian rupa sehingga tidak
bersentuhan dengan tanah dan dengan suatu cara yang disetujui oleh
Pengawas Pekerjaan. Bilamana pekerjaan baja ditumpuk dalam beberapa
lapis, maka pengganjal untuk semua lapis harus berada dalam satu garis.
b) Perlindungan Bahan
Bahan harus dilindungi dari korosi, dan kerusakan lainnya dan harus tetap
bebas dari kotoran, minyak, gemuk, dan benda-benda asing lainnya.
Perlindungan korosi dapat dilakukan dengan anti karat dan atau pengecatan
pada permukaannya
(1) Pengecatan
Permukaan yang akan dicat harus bersih dan bebas dari lemak, debu,
produk korosi, residu garam, dan sebagainya.
282

Jenis, komposisi dan tebal cat harus sesuai dengan Manual SE


No.26/SE/M/2015 (Perlindungan Komponen Baja Jembatan dengan
Cara Pengecatan).
Apabila ditentukan lain maka sistem proteksi dapat dilakukan dengan cara
pengecatan dengan bahan cat yang telah terlebih dahulu disetujui jenis
dan ketebalannya oleh Pengawas Pekerjaan di lokasi pekerjaan.
Pemasok harus memberikan lapisan pelindung awal (primer coating) yang
berupa cat dasar untuk menghindari terjadinya karat sebelum
pengecatan.
8) Perbaikan Terhadap Pekerjaan Yang Tidak Memenuhi Ketentuan
Komponen struktur jembatan pipa yang menurut pendapat Pengawas Pekerjaan
tidak dirakit dan/atau dipasang sesuai ketentuan dari Spesifikasi ini atau
dianggap tidak memenuhi ketentuan dalam hal lainnya, harus diperbaiki
sebagaimana yang diperintahkan oleh Pengawas Pekerjaan. Perbaikan dapat
termasuk penggantian komponen yang rusak atau hilang dan pemasangannya,
pelurusan pelat yang bengkok, perbaikan pelapisan permukaan yang rusak atau
hal-hal lainnya yang dianggap perlu oleh Pengawas Pekerjaan.
Beban pekerjaan perbaikan yang diperintahkan oleh Pengawas Pekerjaan
sebagai akibat adanya komponen yang rusak atau hilang karena kelalaian
Penyedia Jasa menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa.
Pekerjaan baja yang rusak selama penyimpanan, penanganan atau pemasangan
harus diperbaiki sampai disetujui oleh Pengawas Pekerjaan. Setiap bahan atau
sambungan yang rusak sebelum diperbaiki harus ditolak dan segera disingkirkan
dari pekerjaan.
Elemen baja dengan dimensi di luar toleransi yang disyaratkan tidak akan diterima
untuk digunakan dalam pekerjaan.
Untuk jembatan pipa struktur baja yang disediakan oleh Pengguna Jasa,
elemen struktur jembatan yang menurut pendapat Pengawas Pekerjaan tidak
dirakit dan/atau dipasang sesuai ketentuan dari Spesifikasi ini atau dianggap tidak
memenuhi ketentuan dalam hal lainnya, harus diperbaiki sebagaimana yang
diperintahkan oleh Pengawas Pekerjaan. Perbaikan dapat termasuk penggantian
elemen yang rusak atau hilang dan pemasangannya, pelurusan pelat yang
bengkok, perbaikan lapisan permukaan yang rusak atau hal-hal lainnya yang
dianggap perlu oleh Pengawas Pekerjaan.

b. Bahan
1) Baja Struktur
Kecuali ditunjukkan lain dalam Gambar, baja karbon untuk paku keling, baut
atau las harus sesuai dengan ketentuan AASHTO M270M/M270-15.
Kecuali ditunjukkan lain dalam Gambar, baja karbon struktur untuk, baut atau las
harus sesuai dengan persyaratan SNI 6764:2016 atau ASTM A36/A36M-14.
Baja struktur harus memiliki mutu minimum sesuai dengan ketentuan kekuatan
minimum baja struktur.
Ketentuan Kekuatan Minimum Baja Struktur
Kuat Leleh Kuat Tarik Putus
Mutu Baja Struktur
Minimum (MPa)
Grade 250 25 40
Grade 345 0
34 0
45
Grade 485 5
48 0
58
5 5
283

Tebal Pelat ≤ 63,5 mm 69 76


Grade 690 0 0
Tebal Pelat > 63,5 mm 62 69
0 0
Mutu baja, dan data yang berkaitan lainnya harus ditandai dengan jelas pada
unit-unit yang menunjukkan identifikasi selama fabrikasi dan pemasangan.
2) Baut, Mur dan Ring
a) Baut dan mur harus memenuhi ketentuan dari ASTM A307-14e1 Mild Steel
Bolts and Nuts (Grade A), dan mempunyai kepala baut dan mur berbentuk segi
enam (hexagonal)
b) Baut, Mur dan Ring dari Baja Geser Mutu Tinggi
Baut, mur dan ring dari baja mutu tinggi harus difabrikasi dari baja karbon yang
dikerjakan secara panas memenuhi ketentuan dari ASTM F3125/F3125M-15a
dengan kekuatan leleh minimum 92 ksi (634 MPa) dan 130 ksi (896 MPa)
masing-masing untuk tipe A320 dan A490 dan elongasi (elongation) minimum
14%. Baut mutu tinggi boleh digunakan bila memenuhi ketentuan berikut:
i) Sifat mekanisnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku
ii) Diameter batang, luas tumpu kepala baut, dan mur atau penggantinya
harus lebih besar dari nilai nominal yang ditetapkan dalam ketentuan yang
berlaku. Ukuran lainnya boleh berbeda
iii) Cara penarikan baut dan prosedur pemeriksaan untuk alat sambung
boleh berbeda dari ketentuan yang berlaku selama persyaratan gaya tarik
minimum alat sambung pada tabel ketentuan beban tarik baut untuk tipe
Critical Slip Joint terpenuhi dan prosedur penarikannya dapat diperiksa.
Ketentuan Beban Tarik Baut untuk tipe Critical Slip Joint

Ukuran Nominal Beban Tarik Minimum dengan Metoda Pengukuran


(mm) dan Nilai Panjang (kN)
Putaran Ulir- pitch
(mm) Tipe A325 Tipe A490

M12 x 1,75 50,6 70


M16 x 2,0 94,2 130
M20 x 2,5 147 203
M22 x 2,5 182 251
M24 x 3,0 212 293
M27 x 3,0 275 381
M30 x 3,5 337 466
M36 x 4,0 490 678

Keterangan : M12 x 1,75 adalah baut dengan diameter 12 mm (termasuk ulir) dan pitch
adalah pergerakan dalam 1 putaran 360° baut sebesar 1,75 mm.
Baut dengan standar mutu yang lain dapat digunakan apabila produsen dapat
memberikan data kekuatan material (proof load dan gaya tarik putus) dan gaya
tarik minimum baut.
Kunci torsi harus diverifikasi terhadap beban tarik minimum baut dengan
menggunakan alat ukur.
Penggunaan metode kunci torsi harus dilakukan dengan teliti dan memerlukan
perhatian yang lebih detail. Verifikasi kunci torsi di lapangan harus dilakukan
setiap hari atau:
▪ Ketika lot dari komponen rangkaian baut (baut, ring dan mur) diganti;
284

▪ Ketika lot dari komponen rangkaian baut (baut, ring dan mur) diberi pelumas
kembali;
▪ Ketika terdapat perbedaan yang signifikan pada permukaan baut, ulir, mur
atau ring;
▪ Ketika mengganti kunci torsi atau komponen utama dari kunci torsi diubah
(diberi pelumas).
▪ Pengencangan baut dapat dilakukan dengan menggunakan pedoman
pemasangan baut jembatan.
c) Baut dan mur harus ditandai untuk identifikasi sesuai dengan ketentuan dari
ASTM F3125/F3125M-15a. Ukuran baut harus sebagaimana ditunjukkan dalam
Gambar.
3) Paku Penghubung Geser Yang Dilas
Paku penghubung geser (shear connector studs) harus memenuhi ketentuan
dari AASHTO M169-15 Steel Bars, Carbon, Cold Finished, Standard Quality.
Grade 1015, 1018 atau 1020, baik baja "semi-killed" maupun "fully killed".
4) Bahan Untuk Keperluan Pengelasan
Bahan untuk keperluan pengelasan yang digunakan dalam pengelasan logam
dari kelas baja yang memenuhi ketentuan dari SNI 03-6764-2002 harus
memenuhi ketentuan dari AWS D1.5M/D1.5:2015. Diameter kawat las
(electrode) las harus sesuai dengan posisi pengelasan dan ketebalan pelat.
5) Bahan Kayu
Bilamana diperlukan, kayu untuk balok dudukan pipa pada jembatan harus
memenuhi syarat minimum kelas I mutu A.
6) Sertifikat
Semua bahan baku atau acuan yang dipasok untuk pekerjaan, bilamana
diminta oleh Pekerjaan, harus disertai sertifikat dari pabrik pembuatnya yang
menyatakan bahwa bahan tersebut telah di produksi sesuai dengan formula
standar dan memenuhi semua ketentuan dalam pengendalian mutu dari pabrik
pembuatannya. Sertifikat harus menunjukkan semua hasil pengujian sifat-sifat
fisik bahan baku, dan diserahkan kepada Pengawas Pekerjaan tanpa biaya
tambahan.
Ketentuan ini harus digunakan, tetapi tidak terbatas pada produk-produk atau
bagian-bagian yang di rol, baut, bahan dan pembuatan jembatan dan
pengecatan.
Bila diperlukan Pengawas Pekerjaan dapat meminta pengujian tambahan
berupa pengujian bahan, pengujian baut, pengujian las, pengukuran dimensi,
loading test dan lain-lain yang dilakukan oleh lembaga pengujian independen.
7) Khusus Bahan Jambatan Struktur Baja yang disediakan oleh Pengguna Jasa
a) Umum
Semua bahan atau elemen baja untuk pemasangan struktur jembatan baja yang
telah dibeli sebelumnya oleh Pengguna Jasa dan disimpan dalam satu gudang
penyimpanan berbagai peralatan Pengguna Jasa atau lebih. Bahan untuk setiap
struktur jembatan yang diberikan dapat baru atau pernah dipasang sebelumnya
pada lokasi lain.
Ketentuan bahan dan prosedur pemasangan untuk setiap struktur jembatan pipa
yang diberikan dapat berbeda-beda menurut sumber sistem patent bahan yang
285

telah dibeli sebelumnya oleh Pengguna Jasa. Sistem tersebut dapat termasuk
atau tidak termasuk elemen lantai jembatan dan dapat dipasang dengan salah
satu cara pelaksanaan kantilever berikut ini :
i) Perakitan awal seluruh elemen utama struktur jembatan pipa termasuk
beban pengimbang (counter-balance) yang cocok, pada penyangga
sementara yang telah disiapkan, dengan demikian struktur yang
terpasang dapat secara bertahap diluncurkan dari satu ujung jembatan ke
ujung jembatan lainnya.
ii) Perakitan bertahap elemen utama struktur jembatan pipa dimulai dari
struktur rangka ankur yang telah dipersiapkan sebelumnya pada satu ujung
jembatan.
b) Elemen Struktur Jembatan Rangka Baja
Elemen Struktur Jembatan Pipa Rangka Baja yang disediakan oleh
Pengguna Jasa akan mencakup seluruh elemen, sub elemen, landasan,
perkakas dan peralatan yang memungkinkan Penyedia Jasa untuk merakit
dan memasang struktur jembatan pipa rangka baja menurut prosedur
yang disarankan oleh pabrik pembuatnya.
Bahan-bahan yang disediakan untuk jembatan pipa akan dipasang
dengan dua prosedur pokok pemasangan jembatan akan termasuk, tapi
tidak boleh dibatasi, seperti berikut ini :
i) Pemasangan Dengan Cara Peluncuran
Seluruh panel rangka utama termasuk batang-batang penulangan jika
diperlukan, semua gelagar melintang (trasom), ikatan angin, pengaku
vertikal, alat penggaru, patok dan landasan bersama dengan semua
perlengkapan pengaku, pengangkat, penyambung, perangkat
penyambung antar struktur rangka (linking steel), perkakas kecil untuk
merakit dan komponen peluncuran tambahan seperti rol perakitan, rol
peluncur, rol pendaratan, peralatan dongkrak hidrolik dan bahan untuk
perakitan kerangka pengimbang dan ujung peluncuran (launching nose).
ii) Pemasangan Dengan Perakitan Bertahap
Seluruh kerangka utama termasuk bagian elemen-elemen batang, diagonal,
gelagar melintang, pengaku (bracing), patok, balok memanjang (stringer),
pelat buhul, pelat sambung, , landasan, bersama dengan seluruh
penyambung yang diperlukan, perangkat penyambung antar struktur
rangka, dongkrak hidrolik, perkakas kecil untuk merakit dan bahan untuk
perakitan struktur rangka ankur.
Tergantung pada rancangan dari struktur jembatan pipa rangka baja yang
akan dipasang, Pengguna Jasa juga dapat menyediakan bahan untuk
pemasangan seluruh klem, baut dan perlengkapan lainnya, atau dapat
menyediakan semua balok memanjang (stringer) baja yang diperlukan,
landasan dan perlengkapan untuk pelaksanaan acuan lantai untuk
penempatan balok kayu sebagai landasan pipa/baja melintang.
c) Pemeriksaan, Pengumpulan, Pengangkutan dan Pengiriman Bahan Jembatan
Seluruh bahan yang disediakan oleh Pengguna Jasa akan diperoleh
Penyedia Jasa pada satu depot penyimpanan peralatan atau lebih yang
telah ditentukan dan disebutkan dalam dokumen pemilihan.
Penyedia Jasa harus membuat seluruh pengaturan yang diperlukan untuk
serah terima yang tepat pada waktunya, pengangkutan dan pengiriman yang
aman ke lokasi pekerjaan atas seluruh bahan yang disediakan oleh
Pengguna Jasa. Penyedia Jasa harus memeriksa dan mengawasi kuantitas
dan kondisi seluruh bahan yang akan disediakan oleh Pemilik terhadap
286

daftar pengiriman dari pabrik pembuatnya sebelum menerima bahan


tersebut dan harus melaporkan dan mendapatkan kepastian dari wakil
Pengguna Jasa di gudang penyimpanan bahan atas setiap kerusakan atau
kehilangan setiap bahan yang ditemukan. Penyedia Jasa harus
menandatangani surat pengiriman begitu selesai pemeriksaan dan
pencatatan, dan selanjutnya harus bertanggung jawab atas kehilangan
setiap bahan dalam penanganannya.
Bahan yang disediakan oleh Pengguna Jasa yang hanya digunakan
untuk sementara selama operasi pemasangan, seperti bahan untuk
struktur rangka pemberat (anchor frame), struktur rangka pengimbang
(counter-balance frame), perancah ujung peluncuran (launching nose
framework), rol perakitan, rol peluncuran, rol pendaratan, peralatan dongkrak
hidrolik dan perkakas perakitan lainnya, harus diinventarisasikan secara
terpisah pada saat diserahterimakan kepada Penyedia Jasa. Penyedia Jasa
harus mengembalikan semua bahan tersebut pada Pengguna Jasa dalam
keadaan baik setelah operasi pemasangan selesai.
d) Penanganan dan Penyimpanan
Seluruh bahan harus disimpan sesuai dengan ketentuan Bab Spesifikasi ini
dengan ketentuan tambahan berikut :
i) Seluruh bagian struktur baja dan bentuk lainnya harus ditempatkan di atas
penyangga kayu atau penahan gelincir di atas lantai gudang atau tempat
penyimpanan yang mempunyai drainase yang memadai.
ii) Bagian struktur berbentuk gelagar I atau profil kanal harus disimpan
dengan bagian badan (web) balok dalam posisi tegak untuk mencegah
tergenangnya air dan tertahannya kotoran pada bagian badan (web)
gelagar tersebut.
iii) Semua elemen sejenis harus disimpan di suatu tempat untuk
kemudahan pengenalan dan selama penyimpanan semua elemen harus
diletakkan sedemikian rupa sehingga semua tanda pengiriman pada
elemen tersebut dapat ditemukan tanpa menggeser atau memindah
elemen yang bersebelahan.
iv) Seluruh baut dan perlengkapan kecil harus disimpan dalam wadah atau
kaleng di lokasi yang kering dan tidak terekspos cuaca.
e) Penggantian Elemen Yang Hilang Atau Rusak Berat
Bilamana diperintahkan oleh Pengawas Pekerjaan, elemen yang hilang
atau rusak berat seperti yang dicatat belum diterima dari Pengguna Jasa,
maka harus disediakan oleh Penyedia Jasa. Dalam hal ini, Penyedia Jasa
harus menjamin bahwa semua elemen baru yang dipasok terdiri dari bahan
yang setara atau lebih baik dari spesifikasi pabrik aslinya, dan semua elemen
fabrikasi dibuat, diselesaikan dan ditandai dengan teliti sesuai dengan
dimensi dan toleransi seperti ditunjukkan dalam gambar kerja dari pabrik
aslinya.
Penggantian elemen harus dilaksanakan sesuai dengan hasil pemeriksaan
dan diterima oleh Pengawas Pekerjaan. Sebagai tambahan, Pengawas
Pekerjaan dapat meminta sertifikat bahan atau bukti pendukung lainnya
atas sifat-sifat bahan yang dipasok bila dianggap perlu.
f) Perbaikan Elemen Yang Agak Rusak
Bilamana diperintahkan oleh Pengawas Pekerjaan, maka elemen yang
dicatat di atas dalam keadaan rusak/agak rusak saat diterima dari Pengguna
287

Jasa harus diperbaiki oleh Penyedia Jasa. Perbaikan yang diperintahkan oleh
Pengawas Pekerjaan harus dibatasi pada pelurusan pelat- pelat yang
bengkok dan elemen minor lainnya, perbaikan retak yang bukan karena
kelelahan di bengkel dengan pengelasan dan pengembalian kondisi lapisan
permukaan yang rusak. Pekerjaan perbaikan tersebut harus dilaksanakan
pada bengkel yang disetujui sesuai dengan petunjuk dari Pengawas
Pekerjaan dengan ketentuan berikut ini:
i) Pelurusan Bahan Yang Bengkok
Pelurusan pelat dan elemen minor dari bentuk-bentuk lainnya harus
dilak-sanakan menurut cara yang tidak akan menyebabkan keretakan
atau kerusakan lainnya. Logam tidak boleh dipanaskan kecuali kalau
diizinkan oleh Pengawas Pekerjaan. Bilamana dilakukan pemanasan
maka temperatur tidak boleh lebih tinggi dari warna “merah cherry tua”
yang dihasilkan.
Bilamana pemanasan telah disetujui untuk pelurusan elemen yang
melengkung atau bengkok, logam harus didinginkan selambat
mungkin setelah pekerjaan pelurusan selesai. Setelah pendinginan
selesai permukaan logam harus diperiksa dengan teliti apakah terjadi
keretakan akibat pelurusan tersebut. Bahan yang retak tidak boleh
digunakan dan seluruh bahan harus diganti sampai diterima oleh
Pengawas Pekerjaan.
ii) Perbaikan Hasil Pengelasan Yang Retak
Hasil pengelasan yang retak atau rusak pada elemen yang dilas di
bengkel harus dikupas, disiapkan dan dilas ulang dengan teliti menurut
standar pengelasan yang ditentukan pabrik pembuatnya sesuai dengan
mutu atau mutu-mutu bahan yang akan dilas. Prosedur pengelasan
yang akan dipakai untuk pekerjaan perbaikan harus dirancang
sedemikian hingga dapat memperkecil setiap distorsi pada elemen
elemen yang sedang diperbaiki, agar toleransi fabrikasi yang ditentukan
pabrik pembuatnya dapat dipertahankan.
iii) Perbaikan Lapisan Permukaan Yang Rusak
Sebagian besar elemen baja yang disediakan oleh Pengguna Jasa
mempunyai penyelesaian akhir pada permukaan dengan pengecatan.
Bilamana permukaan bahan yang dipasok terdapat lapisan yang dalam
keadaan rusak, maka pengembalian kondisi pada tempat- tempat yang
rusak harus dilaksanakan sesuai dengan ketentuan penyiapan
permukaan dan pengecatan.
g) Pemasokan Bahan Kayu
Jika disebutkan dalam gambar pembuat jembatan atau diperintahkan oleh
Pengawas Pekerjaan, Penyedia Jasa harus melengkapi semua bahan kayu
seperti balok penunpu.
Kayu yang digunakan secara umum harus memenuhi ketentuan bahan,
penyimpanan dan kecakapan kerja untuk batang kayu (lumber) dan kayu
(timber) sebagaimana yang disyaratkan dari Spesifikasi ini. Semua kayu
harus dipasok dalam keadaan sudah dipotong dan sudah dilubangi
menurut ukuran yang diberikan dalam gambar kerja.

c. KECAKAPAN KERJA
288

1) Umum
Semua elemen yang dirakit harus cocok dan tepat dalam toleransi yang
disyaratkan. Sambungan dengan baut harus dilengkapi dengan ring, jika
diperlukan, untuk menjamin agar celah yang mungkin timbul antar permukaan
bidang yang segaris dan berdampingan tidak melampaui 1 mm untuk baut geser
mutu tinggi dan 2 mm untuk jenis sambungan lainnya.
Untuk sambungan las, maka setiap penyimpangan yang tidak dikehendaki akibat
kesalahan penjajaran bagian-bagian yang akan disambung tidak melampaui 0,15
kali ketebalan pada bagian yang lebih tipis atau 3 mm. Akan tetapi, baik perbedaan
ketebalan yang timbul dari toleransi akibat proses rolling maupun kombinasi
toleransi akibat proses rolling dan kesalahan penjajaran yang diizinkan di atas,
maka penyimpangan yang melampaui 3 mm harus diperhalus dengan suatu
kelandaian 1:4.
2) Pemotongan
Pemotongan harus dilaksanakan secara akurat, hati-hati dan rapi. Setiap deformasi
yang terjadi akibat pemotongan harus diluruskan kembali. Sudut tepi-tepi potongan
pada elemen utama yang merupakan tepi bebas setelah selesai dikerjakan, harus
dibulatkan dengan suatu radius kira-kira 0,5 mm atau ditumpulkan. Pengisi, pelat
penyambung, batang pengikat dan pengaku lateral dapat dibentuk dengan
pemotongan cara geser (shearing), tetapi setiap bagian yang tajam seperti duri
akibat pemotongan harus dibuang. Setiap kerusakan yang terjadi akibat
pemotongan harus diperbaiki. Sudut- sudut ini umumnya dibulatkan dengan suatu
radius 1,0 mm.
3) Lubang Untuk Baut
a) Lubang untuk Baut Tidak Terbenam (counter-sunk) dan Baut Hitam (tidak
termasuk toleransi rapat, Baut Silinder (turned barrel bolt) dan Baut Geser
Mutu Tinggi): Diameter lubang tidak boleh lebih besar 2 mm dari diameter
nominal baut. Semua lubang harus dibor atau dibor kecil dahulu kemudian
diperbesar atau dilubangi kecil dengan alat pons kemudian diperbesar.
Bilamana beberapa pelat atau elemen membentuk suatu elemen majemuk,
pelat-pelat tersebut harus digabung menjadi satu dengan menggunakan klem
atau baut penyetel dan lubang harus dibor sampai seluruh ketebalan dalam
satu kali operasi, atau sebagai alternatif, pada pekerjaan yang sama dan
dikerjakan berulang-ulang, pelat atau elemen dapat dilubangi secara
terpisah dengan menggunakan jig atau mal. Semua bagian tepi lubang yang
tajam seperti duri akibat pelubangan harus dihaluskan/dibuang.
b) Lubang Untuk Baut Pas dan Baut Silinder.
Diameter lubang harus sama dengan diameter nominal Baut Batang
(shank)atau Silinder (barrel), memenuhi toleransi – 0,0 mm , dan + 0,15 mm.
Bagian-bagian yang akan dihubungkan dengan baut toleransi rapat atau
silinder harus digabung menjadi satu dengan baut penyetel atau klem dan
lubang harus dibor sampai seluruh ketebalan dalam satu kali operasi dan
selanjutnya diperbesar setelah perakitan. Bilamana cara ini tidak dapat
dilakukan maka bagian-bagian yang terpisah harus dibor melalui jig baja dan
diperbesar jika diperlukan. Semua bagian tepi lubang yang tajam seperti
duri akibat pelubangan harus dibuang.
c) Lubang Untuk Baut Geser Mutu Tinggi
Lubang harus silindris dan tegak lurus pada permukaan pelat kecuali
disyaratkan lain.
Pada umumnya diameter lubang 1 mm lebih besar dari diamater nominal untuk
baut sampai diameter 16 mm dan 1,5 mm lebih besar dari diameter nominal
untuk baut yang lebih besar.
289

Jarak dari pusat lubang ke tepi pelat tergantung pada ketebalan pelat. Jarak
dari pusat lubang sampai tepi pelat hasil pemotongan cara geser harus
minimum 1,7 kali diameter nominal baut, sedangkan untuk tepi pelat yang di
rol atau dipotong dengan las, harus minimum 1,5 kali diameter nominal baut.
Lubang persiapan harus di bor terlebih dahulu, kemudian bagian-bagian baja
dirakit dan lubang diperbesar sampai diameter yang ditentukan. Bagian tepi
lubang yang tajam seperti duri akibat pelubangan harus dibuang dengan alat
pengupas (scraper). Tepi lubang harus ditumpulkan sampai 0,5 mm. Setiap
bekas tanda pada tepi permukaan bidang kontak dari ring, baut dan mur yang
kasar harus dihilangkan. Pasak pengungkit (drift) dapat dimasukkan ke dalam
lubang untuk memudahkan pengaturan posisi dari elemen-elemen baja, tetapi
tenaga yang berlebihan tidak boleh digunakan selama operasi tersebut dan
perhatian khusus harus diberikan agar lubang-lubang tersebut tidak rusak.
4) Pengaku
Pengaku ujung pada gelagar dan pengaku yang dimaksudkan sebagai penunjang
beban terpusat harus mempunyai bidang kontak sepenuhnya (baik yang dirakit di
pabrik, di lapangan atau baja yang dapat dilas dan terletak di daerah tekan
dari flens, dilas sebagaimana yang ditunjukkan dalam rancangan atau
disyaratkan) pada flens di mana beban tersebut diteruskan atau dari mana
diterimanya beban. Pengaku yang tidak dimaksudkan untuk menunjang beban
terpusat, kecuali ditunjukkan atau disyaratkan lain, dipasang dengan cukup rapat
untuk menahan air.
c. PELAKSANAAN
1) Perakitan di Bengkel
Bilamana diperintahkan oleh Pengawas Pekerjaan maka unit-unit harus dirakit di
bengkel sebelum dikirim ke lapangan.
2) Sambungan Dengan Baut Standar (selain Baut Geser Mutu Tinggi)
Baut yang tidak dikencangkan terhadap beban tarik sebelum baut mengalami
deformasi permanen (proof load - sekitar 65% terhadap kuat leleh mutu baut)
harus mempunyai mur tunggal yang dapat mengunci sendiri. Ring serong harus
digunakan di mana bidang kontak mempunyai sudut lebih dari 1 : 20 dengan
salah satu bidang yang tegak lurus sumbu baut. Baut harus mempunyai
panjang sedemikian hingga seluruh mur dapat dimasukkan ke dalam baut
tetapi panjang baut tidak boleh melebihi 6 mm di luar mur.
Baut harus dimasukkan ke dalam lubang tanpa adanya kerusakan pada uliran.
Suatu "snap" harus digunakan untuk mencegah kerusakan kepala baut.
Kepala baut dan mur harus dikencangkan sampai rapat pada pekerjaan dengan
tenaga manusia yang menggunakan sebuah kunci yang cocok dengan
panjang tidak kurang dari 380 mm untuk diameter nominal baut 19 mm atau
lebih. Kepala baut harus diketuk dengan palu pada saat mur sedang
dikencangkan.
Seluruh uliran baut harus berada di luar lubang. Ring harus digunakan kecuali
ditentukan lain.
3) Baut Geser Mutu Tinggi
a) Umum
Kelandaian permukaan bidang kontak dengan kepala baut dan mur tidak
boleh melebihi 1 : 20 terhadap suatu bidang yang tegak lurus sumbu baut.
Bagian-bagian yang akan dibaut harus dijadikan satu bilamana dirakit dan
tidak boleh diberi gasket (lem paking mesin) atau setiap bahan yang dapat
didesak lainnya. Bilamana dirakit, maka semua permukaan yang akan
disambung, termasuk yang berdekatan dengan kepala baut, mur, atau ring
290

harus bebas kerak kecuali kerak pabrik yang keras dan juga harus bebas
dari bagian yang tajam seperti duri akibat pemotongan atau pelubangan dan
benda-benda asing lainnya, yang menghambat elemen-elemen tersebut
untuk dapat duduk sebagaimana mestinya.
b) Penyelesaian Permukaan Bidang Kontak
Permukaan bidang kontak dan tempat-tempat yang berdekatan dengan
sekeliling elemen-elemen baja harus dibersihkan dari semua karat, kerak
pabrik, cat, gemuk, cat dasar, dempul atau benda-benda asing lainnya.
Setiap bagian yang tajam seperti duri akibat pemotongan atau
pelubangan, atau kerusakan lain yang akan menghambat elemen-elemen
tersebut untuk duduk sebagaimana mestinya atau akan mempengaruhi gaya
geser di antara elemen-elemen tersebut harus dibersihkan.
Permukaan bidang kontak harus dikerjakan sampai mencapai suatu
kekasaran yang cocok. Tidak ada sambungan yang akan dibuat sampai
permukaan yang akan dihubungkan telah diperiksa dan diterima oleh
Pengawas Pekerjaan.
c) Baut Tarik
Perhatian khusus harus diberikan bilamana terdapat perbedaan ketebalan
pelat pada elemen-elemen yang akan dipasang untuk menjamin bahwa tidak
terjadi pembengkokan dan bahwa elemen dasar dan pelat penyambung
mempunyai bidang kontak yang rapat.
Setiap peralatan yang digunakan untuk pengencangan baut harus
dikalibrasi secara teratur dan dibuktikan dengan sertifikat kalibrasi sebelum
pekerjaan pengencangan baut dilaksanakan. Nilai torsi yang diberikan
pemasok harus disesuaikan sebelum setiap baut digunakan sesuai dengan
diameter dan mutu baut dalam pekerjaan.
Pengencangan dapat dilaksanakan baik dengan cara putar separuh maupun
cara pengendalian dengan torsi sebagaimana yang disetujui oleh
Pengawas Pekerjaan atau sesuai dengan manual pengencangan baut yang
diterbitkan oleh pemasok bahan struktur baja yang akan dipasang, baik
jenis struktur gelagar baja, gelagar baja komposit atau rangka baja.
4) Kekencangan Baut
Persyaratan kekencangan baut mengacu Surat Edaran Menteri PUPR
No.14/SE/M/2015 dan/atau SNI 8458:2012.
5) Pengelasan
Prosedur pengelasan baik di bengkel maupun di lapangan, termasuk keterangan
tentang persiapan pemukaan-permukaan yang akan disambung harus
diserahkan secara tertulis, untuk persetujuan dari Pengawas Pekerjaan
sebelum memulai fabrikasi. Tidak ada prosedur pengelasan yang disetujui
atau detail yang ditunjukkan dalam Gambar yang harus dibuat tanpa
persetujuan dari Pengawas Pekerjaan.
Cara menandai setiap pelengkap sementara harus disetujui terlebih dahulu
oleh Pengawas Pekerjaan. Setiap goresan pada pelengkap sementara harus
diperbaiki sampai diterima oleh Pengawas Pekerjaan. Bilamana perbaikan
dengan pengelasan diperlukan, maka perbaikan ini harus dilaksanakan atas
persetujuan Pengawas Pekerjaan.
Permukaan las yang tampak harus dibersihkan dari residu kerak. Semua
percikan pengelasan yang mengenai permukaan harus dibersihkan.
Agar dapat memperoleh ketebalan elemen baja yang penuh pada sambungan
dengan pengelasan maka harus digunakan pelat penyambung “run-on”dan
“run-off”pada bagian ujung elemen.
291

6) Pengecatan
Manual sesuai dengan SE No.26/SE/M/2015: Perlindungan Komponen Baja
Jembatan dengan Cara Pengecatan.
Semua permukaan baja lainnya harus dicat sesuai dengan desain ketebalan
cat yang telah ditentukan sesuai lokasi di mana struktur baja tersebut akan
dipasang dan/atau disetujui oleh Pengawas Pekerjaan. Untuk semua elemen
struktur baja termasuk elemen Gelagar Baja Komposit termasuk balok, pelat,
baut, mur, ring, dan sejenisnya harus dicat.
7) Pengangkutan
Setiap elemen harus dicat atau ditandai dengan suatu tanda pemasangan
untuk identifikasi dan Penyedia Jasa harus memberikan suatu diagram
pemasangan atau manual pemasangan dengan tanda-tanda pemasangan yang
ditunjukkan di dalamnya.
Elemen struktur harus diangkat dengan cara sedemikian rupa sehingga elemen
struktur pada waktu diangkut dan dibongkar di tempat tujuannya tidak
mengalami tegangan, deformasi yang berlebihan, atau kerusakan lainnya.
Baut dengan panjang dan diameter yang sama, serta mur dan ring harus
dijadikan satu set (mur dan ring dimasukkan dalam uliran baut) dan sudah diberi
pelumas Molibdenum Disulfida (MoS2) untuk dikemas dalam tempat/kemasan.
Pen (pin), bagian-bagian yang kecil, harus dikirim dalam wadah yang dapat
berupa kotak, krat atau tong, dan berat kotor dari setiap kemasan tidak boleh
melebihi 150 kg. Daftar dan uraian dari bahan- bahan yang terdapat di dalam
setiap kemasan harus tertulis dan disebutkan pada bagian luar kemasan dan
diusahakan tidak mudah hilang atau tersobek pada waktu pengiriman.
8) Peralatan dan Perancah
Penyedia Jasa harus menyediakan setiap peralatan dan perancah yang
diperlukan untuk pemasangan struktur baja. Perlengkapan pemasangan ini
termasuk pengaku sementara, semua perkakas, mesin, dan peralatan
termasuk pasak pengungkit (drift) dan baut penyetel.
Perancah dan pengaku sementara harus dirancang, dibuat dan dipelihara
sebagaimana mestinya agar dalam tahap pemasangan semua perancah dan
pengaku-pengaku berfungsi dan dapat menahan semua gaya dan beban
struktur baja selama pemasangan.
9) Perakitan dan Pemasangan Jembatan Pipa Baja
a) Umum
Yang dimaksud dengan pemasangan jembatan pipa baja adalah pekerjaan
perakitan elemen struktur jembatan pipa baja seperti jembatan rangka
baja, gelagar baja komposit, jembatan rangka baja yang berada dalam
Kontrak pekerjaan ini.
Pekerjaan pemasangan ini akan mencakup sebagaimana yang diperlukan,
penanganan, landasan, identifikasi dan penyimpanan semua bahan elemen
baja, pemasangan landasan, perakitan, dan penempatan posisi akhir
struktur jembatan baja, pencocokan elemen dan sistem lainnya yang
diperlukan untuk pemasangan struktur jembatan baja sesuai dengan
ketentuan dalam Spesifikasi ini.
Perakitan dan pemasangan struktur jembatan baja, baik dengan
peluncuran maupun dengan prosedur pelaksanaan pemasangan
bertahap, harus dilaksanakan oleh Penyedia Jasa dengan teliti sesuai
dengan prosedur yang ditetapkan oleh masing-masing buku petunjuk
perakitan dan pemasangan dari pabrik pembuat jembatan dan ketentuan
umum yang disyaratkan di sini.
Atas permintaan Penyedia Jasa, dukungan teknis tambahan oleh personil
292

Pengguna Jasa yang berpengalaman, dapat dikirim ke lapangan dalam


periode terbatas, untuk memberi pengarahan kepada insinyur dan teknisi
pemasangan dari Penyedia Jasa tentang prinsip-prinsip perakitan dan
pemasangan struktur jembatan baja yang disediakan oleh Pengguna Jasa.
Struktur jembatan baja yang disediakan oleh Pengguna Jasa dirancang
untuk dirakit dan dipasang di lapangan hanya dengan menggunakan baut
penghubung. Pengelasan di lapangan yang tidak diizinkan kecuali secara
jelas diperintahkan oleh Pengawas Pekerjaan.
b) Tahap Pekerjaan
Setelah Penyedia Jasa menyerahkan Gambar Kerja (Shop Drawing) untuk
tiap jembatan baja yang termasuk dalam cakupan Kontrak, Penyedia
Jasa harus menjadwalkan program pekerjaannya sedini mungkin dalam
Masa Pelaksanaan. Urutan dan waktu yang sangat terinci dari operasi
pemasangan untuk setiap jembatan harus digabungkan dalam jadwal
pelaksanaan Penyedia Jasa, revisi harus diserahkan kepada Pengawas
Pekerjaan untuk mendapat persetujuan resmi sesuai Spesifikasi ini.
Untuk jembatan baja yang disediakan oleh Pengguna Jasa :
i) Pekerjaan Sipil
Pekerjaan sipil untuk pelaksanaan pekerjaan jembatan baja yang
disediakan oleh Pengguna Jasa dan terbuat dari pasangan batu atau
beton sesuai dengan Gambar Rencana harus dikerjakan sesuai dengan
dengan Spesifikasi ini. Semua pekerjaan sipil harus selesai di tempat
dan diterima oleh Pengawas Pekerjaan sebelum operasi perakitan
dimulai.
ii) Penentuan Titik Pengukuran dan Pekerjaan Sementara
Penyedia Jasa harus menyiapkan dan menentukan titik pengukuran pada
salah satu oprit /dudukan jembatan yang cocok untuk merakit suatu
rangka pemberat untuk pengimbang di mana pemasangan dengan cara
perakitan bertahap akan dikerjakan, atau, bilamana pemasangan dengan
cara peluncuran, struktur jembatan rangka baja yang telah lengkap
bersama dengan struktur rangka pengimbang dan ujung peluncur.
Semua penyangga dan kumpulan balok-balok kayu sementara dan/atau
fondasi beton yang disediakan oleh Penyedia Jasa untuk pemasangan
rol perakit, rol peluncuran, rol pendaratan atau pemberat (kentledge) dan
penyangga struktur rangka pemberat harus ditentukan titik
pengukurannya dengan akurat dan dipasang pada garis dan elevasi yang
benar sebagaimana yang ditunjukkan dalam gambar pemasangan dari
pabrik pembuatnya. Perhatian khusus harus diberikan untuk memastikan
bahwa seluruh rol dan penyangga sementara terpasang pada elevasi
yang benar agar sesuai dengan bidang peluncuran yang telah dihitung
sebelumnya dan/atau karakteristik lendutan untuk panjang bentang
jembatan yang akan dipasang.
iii)Pemasangan Landasan Jembatan
Landasan jembatan yang terpasang pada pelat landasan dan balok kisi-
kisi. Tiap jenis landasan harus dipasang pada elevasi dan posisi yang
benar dan harus pada landasan yang rata dan benar di atas seluruh
bidang kontak. Untuk landasan jembatan yang dipasang di atas adukan
mortar semen, tidak boleh terdapat beban apapun yang diletakkan di
atas landasan setelah adukan mortar semen terpasang dalam periode
293

paling sedikit 96 jam, perlengkapan yang memadai harus diberikan untuk


menjaga agar adukan mortar semen dapat dipelihara kelembabannya
selama periode ini. Adukan mortar semen harus terdiri dari satu bagian
semen portland dan satu bagian pasir berbutir halus.
c) Perakitan Pekerjaan Jembatan Baja
Setiap bagian harus dirakit dengan akurat sebagaimana yang ditunjukkan
dalam Gambar atau manual pemasangan yang disediakan oleh Penyedia
Jasa serta mengikuti semua tanda yang telah diberikan. Bahan struktur
baja harus dikerjakan dengan hati-hati sedemikian rupa sehingga tidak
terjadi kerusakan seperti terdapat bagian-bagian yang bengkok, patah,
atau kerusakan lainnya. Tidak boleh digunakan palu yang dapat melukai
atau mengubah posisi elemen- elemen. Permukaan bidang kontak dan
permukaan yang akan berada dalam kontak permanen harus dibersihkan
sebelum bagian-bagian tersebut dirakit.
Sebelum perakitan semua bidang kontak harus dibersihkan, bebas dari
kotoran, minyak, kerak yang lepas, bagian yang tajam seperti duri akibat
pemotongan atau pelubangan, bintik-bintik, dan cacat lainnya yang akan
menghambat pemasangan yang rapat atas elemen-elemen yang dirakit.
Pada elemen struktur baja yang akan dipasang dengan cara kantilever,
harus dipastikan bahwa semua elemen struktur baja sudah tersedia dan
dipasang dengan seksama sehingga akan didapat lendutan balik
(camber) yang sebagaimana mestinya sesuai dengan desain atau yang
tertulis dalam manual pemasangan. Perlu diperhatikan bahwa pada cara
pemasangan dengan cara kantilever ini, apabila telah selesai
penyambungan atau perakitan pada titik buhul, maka baut pada bagian titik
buhul tersebut harus dikencangkan dengan kekencangan 100% sesuai
dengan kekencangan baut yang disyaratkan.
Setiap pengencangan baut sementara harus dibiarkan sampai sambungan
tarik telah dibaut dan semua lubang pada titik buhul telah dijepit dan
dibaut. Baut permanen untuk sambungan elemen-elemen tekan tidak boleh
dimasukkan atau dikencangkan sampai seluruh bentangan berayun.
Sambungan (splices) dan penyambungan di lapangan (field connections)
harus mempunyai setengah jumlah lubang yang diisi dengan baut dan pen
(pin) silindris untuk pemasangan (setengah baut dan setengah pin) sebelum
dibaut dengan baut tegangan tinggi. Sambungan dan penyambung yang
akan dilewati pipa JDU/transmisi selama pemasangan, lubang baut harus
telah terisi semuanya.
Untuk jembatan baja yang disediakan oleh Pengguna Jasa, baut
penyambung harus dipasang dengan panjang dan diameter sesuai dengan
manual dan sebagaimana yang ditunjukkan dalam daftar baut dari pabrik
pembuat jembatan/sesuai desain. Ring harus ditempatkan di bawah
elemen-elemen (mur atau kepala baut) yang berputar dalam
pengencangan. Bilamana permukaan luar bagian yang dibaut mempunyai
kelandaian 1 : 20 terhadap bidang tegak lurus sumbu baut, maka ring
serong yang halus harus dipakai untuk mengatasi ketidaksejajarannya.
Dalam segala hal, hanya boleh terdapat satu permukaan tanpa kelandaian,
elemen yang diputar harus berbatasan dengan permukaan ini.
d) Prosedur Pemasangan untuk Jembatan Pipa Rangka Baja yang Disediakan oleh
Pengguna Jasa
i) Untuk jembatan yang dirakit dengan prosedur peluncuran, Penyedia
Jasa harus mengambil seluruh langkah pengamanan yang diperlukan
untuk memastikan bahwa selama seluruh tahap pemasangan struktur
jembatan aman dari pergerakan bebas pada rol. Pergerakan melintasi
294

rol selama operasi peluncuran harus dikendalikan setiap saat.


ii) Seluruh bahan struktur rangka baja pengimbang (counterweight) dan
perancah sementara pekerjaan baja atau kayu untuk rangka pendukung
pengimbang harus dipasok oleh Penyedia Jasa. Beban pada rangka
pengimbang harus diletakkan dengan berat sedemikian rupa sehingga
faktor keamanan untuk stabilitas yang benar seperti yang diasumsikan
dalam perhitungan pemasangan dari pabrik pembuat jembatan dan
dicapai pada tiap tahap perakitan dan pemasangan.
iii) Pelaksanaan pemasangan dengan cara peluncuran atau perakitan
bertahap harus dilaksanakan sampai struktur jembatan rangka baja
terletak di atas posisi l andasan akhir. Penyedia Jasa kemudian harus
memulai operasi pendongkrakan dengan menggunakan peralatan
dongkrak hidrolik dan kerangka dongkrak yang disediakan oleh
Pengguna Jasa. Struktur jembatan harus didongkrak sampai elevasi
yang cukup untuk memungkinkan penyingkiran seluruh balok-balok
kayu sementara, rol penyangga dan penyambung antar struktur rangka
(link sets) sebelum diturunkan sampai kedudukan akhir jembatan.
iv) Operasi pendongkrakan harus dilaksanakan denagn teliti sesuai
dengan prosedur pemasangan dari pabrik pembuat jembatan dan
Penyedia Jasa harus mengikuti urutan dengan benar dari pemasangan
dan penggabungan elemen-elemen khusus selama operasi ini.

d. PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN


1) Cara Pengukuran
a) Pemasangan Struktur Jembatan Baja
Pemasangan struktur jembatan baja harus diukur untuk pembayaran dalam
jumlah total kilogram struktur baja yang selesai dikerjakan di tempat dan
diterima oleh Pengawas Pekerjaan. Berat masing-masing elemen harus
diambil dari gambar kerja dan daftar elemen dari pabrik pembuat jembatan.
Berat total struktur yang diukur untuk pembayaran harus dihitung sebagai
berat total semua elemen masing-masing baja yang digunakan dalam
pemasangan struktur akhir, termasuk bagian-bagian baja fabrikasi, pelat,
landasan, baut, mur, ring dan pengencang lainnya. Berat elemen baja yang
digunakan selama operasi pemasangan yang bukan berasal dari bagian
struktur akhir, termasuk elemen dan perlengkapan untuk struktur rangka
pengimbang, rangka pengankuran, kerangka pendongkrak, ujung peluncur,
rol perakit dan sejenisnya tidak boleh dimasukkan dalam berat yang diukur
untuk pembayaran.
b) Perakitan dan Pemasangan Struktur Jembatan Baja dan Jembatan Rangka
Baja Standar
Pemasangan struktur jembatan baja harus diukur untuk pembayaran
dalam jumlah total kilogram struktur baja yang selesai dipasang di tempat
dan diterima oleh Pengawas Pekerjaan. Berat masing-masing elemen harus
diambil dari Gambar Kerja dan daftar elemen dari pabrik pembuat jembatan.
Berat total struktur yang diukur untuk pembayaran harus dihitung sebagai
berat total semua elemen baja yang digunakan dalam pemasangan struktur
akhir, termasuk bagian-bagian baja fabrikasi, pelat, landasan, baut, mur, ring
dan pengencang lainnya, dan lainnya. Berat elemen baja yang digunakan
selama operasi pemasangan yang bukan berasal dari bagian struktur akhir,
termasuk elemen dan perlengkapan untuk struktur rangka pengimbang,
rangka pemberat, ujung peluncur, rol perakit dan sejenisnya tidak termasuk
dalam berat yang diukur untuk pembayaran.
295

Pemasangan jembatan rangka baja standar harus diukur untuk pembayaran


dalam jumlah jembatan rangka baja standar yang selesai dipasang di tempat
dan diterima oleh Pengawas Pekerjaan.
c) Pengangkutan dan Pengiriman Bahan
Pengangkutan dan pengiriman dari semua bahan yang disediakan oleh
Pengguna Jasa harus diukur dan dibayar dalam jumlah total kilogram.
Pengukuran dan pembayaran tersebut harus merupakan kompensasi
penuh kepada Penyedia Jasa untuk pemeriksaan dan pencatatan seluruh
bahan pada gudang penyimpanan yang disebutkan dalam dokumen lelang,
untuk pengangkutan dan pengiriman bahan ke lokasi pekerjaan, termasuk
semua operasi pemuatan dan penanganan selama pengangkutan, dan
untuk pengembalian elemen jembatan baja yang hanya digunakan untuk
sementara dalam kondisi yang baik ke gudang penyimpanan yang
ditentukan oleh Pengawas Pekerjaan setelah pemasangan struktur
jembatan rangka baja selesai.
d) Pemasokan Elemen Pengganti
Penggantian elemen yang hilang atau yang rusak berat, jika ditentukan oleh
Pangawas Pekerjaan, tidak boleh diukur untuk pembayaran. Kompensasi
untuk pemasokan setiap elemen pengganti harus dibuat berdasarkan mutu
Baja Struktur sesuai dengan ketentuan dari Spesifikasi ini.
e) Perbaikan Elemen Yang Rusak
Perbaikan elemen yang rusak, bilamana ditentukan oleh Pengawas
Pekerjaan sesuai dengan spesifikasi teknis ini,tidak boleh diukur untuk
pembayaran. Penyedia Jasa akan menerima kompensasi untuk setiap
pekerjaan perbaikan elemen yang rusak sesuai dengan ketentuan
pengukuran dan pembayaran untuk pengembalian kondisi elemen baja
sebagaimana yang diuraikan dalam Spesifikasi ini.
2) Dasar Pembayaran
a) Kuantitas pekerjaan baja struktur akan ditentukan sebagaimana disyaratkan
di atas, akan dibayar pada Harga Penawaran per satuan pengukuran untuk
Mata Pembayaran yang terdaftar di bawah dan ditunjukkan dalam Daftar
Kuantitas dan Harga. Harga dan pembayaran ini harus dianggap sebagai
kompensasi penuh untuk pemasokan, fabrikasi, pengangkutan dan
pemasangan bahan, termasuk semua tenaga kerja, peralatan, perkakas,
pengujian dan biaya tambahan lainnya yang diperlukan atau biasa untuk
penyelesaian pekerjaan yang sebagaimana mestinya.
b) Pemasangan struktur baja mencakup pekerjaan untuk perlengkapan dan
penentuan titik pengukuran pekerjaan sementara, pemasangan landasan
jembatan permanen atau semi permanen, perakitan dan pemasangan
elemen baja untuk struktur jembatan, pembongkaran kembali struktur
pembantu dan pengembalian ke tempat penyimpanan Penyedia Jasa pada
pekerjaan pemasangan struktur baja sementara, rol, dongkrak dan perkakas
khusus dan untuk penyediaan semua pekerja, peralatan, perkakas lain dan
keperluan lainnya yang diperlukan atau yang biasa untuk penyelesaian
pekerjaan pemasangan sebagaimana mestinya sesuai dengan manual yang
telah ditentukan sesuai dengan Gambar.
c) Kuantitas untuk pengangkutan dan pemasangan struktur jembatan baja
yang disediakan Pengguna Jasa sebagaimana yang ditentukan di atas
harus dibayarkan menurut Harga Kontrak per satuan pengukuran untuk
Mata Pembayaran yang terdaftar di bawah dan ditunjukkan dalam Daftar
Kuantitas dan Harga, di mana harga dan pembayaran harus merupakan
kompensasi penuh untuk pemeriksaan, pencatatan, pengangkutan,
296

pengiriman, pembongkaran, penanganan dan penyimpanan semua bahan


yang dipasok oleh Pengguna Jasa, untuk perlengkapan dan penentuan titik
pengukuran pekerjaan sementara, pemasangan landasan jembatan semi
permanen, perakitan dan pemasangan elemen baja untuk struktur
jembatan, pembongkaran kembali dan pengembalian ke tempat
penyimpanan Pengguna Jasa untuk pemasangan pekerjaan baja sementara,
rol, dongkrak dan perkakas khusus dan untuk penyediaan semua pekerja,
peralatan, perkakas lain dan keperluan lainnya yang diperlukan atau yang
biasa untuk penyelesaian pekerjaan pemasangan yang sebagaimana
mestinya sesuai dengan ketentuan dari Spesisfikasi ini.
297

D.4 PENGECATAN JEMBATAN PIPA

D.4.1. PENGECATAN STRUKTUR BAJA


a. Umum
1) Uraian
a) Pekerjaan pengecatan ini bertujuan untuk mencegah dan melindungi
struktur baja terhadap karat. Pencegahan karat ini dilakukan pada
struktur baja yang berada didarat maupun yang terkena atau di dalam
air tawar atau di daerah pasang surut, dengan bahan yang sesuai
karakteristiknya serta memiliki keawetan sesuai tingkat korosifitas suatu
tempat.
b) Pekerjaan ini terdiri atas persiapan permukaan dan pengecatan dengan
jenis cat yang sesuai dengan kategori dan kondisi serta lingkungannya
yang mempunyai tingkat proteksi pendek dan sedang.
c) Kategori tingkat keawetan umur proteksi cat ditentukan sesuai dengan SNI
ISO 12944-5-2012, yaitu pendek (perkiraan keawetan rendah) dengan
umur proteksi 2 – 5 tahun, sedang (tingkat kewetan menengah) dengan
umur 5 – 15 tahun serta panjang (tingkat keawetan tinggi) dengan umur
lebih dari 15 tahun.
d) Pengecatan untuk elemen utama jembatan seperti batang tepi atas,
diagonal, batang tepi bawah, gelagar melintang atau gelagar pada
jembatan baja komposit diberi lapisan pelindung dengan tingkat
keawetan sedang dan untuk elemen sekunder seperti sandaran dan/atau
pagar pengaman (guardrail) dapat diberi lapisan pelindung dengan
tingkat keawetan pendek, masing-masing sesuai dengan kondisi
lingkungannya.
e) Ketebalan lapisan pelindung sesuai dengan masa tingkat keawetan dan
disesuaikan dengan kondisi lingkungan di mana struktur jembatan baja
berada.

2) Pekerjaan Lain Yang Berkaitan :

a) Mobilisasi
b) Manajemen dan Keselamatan Lalu Lintas
c) Kajian Teknis Lapangan
d) Pengamanan Lingkungan Hidup
e) Keselamatan dan Kesehatan Kerja
f) Manajemen Mutu
g) Baja Struktur

3) Standar Rujukan

Standar Nasional Indonesia (SNI)


SNI ISO 12944-6:2012 : Cat dan pernis - perlindungan dari korosi pada struktur
baja dengan sistem pengecatan pelindung - Bagian
6: Metode pengujian secara laboratorium
SE No.26/SE/M/2015 : Pedoman Perlindungan Komponen Baja Jembatan
dengan
Cara Pengecatan
298

AASHTO :
AASHTO M111M/M111-15 : Zinc (Hot-dip Galvanized) Coatings on Iron and steel
Products
ASTM :
ASTM D610-08(2012) : Standard Practice for Evaluating Degree of Rusting on
Painted Steel Surfaces.
ASTM D1186-01 : Standard Test Methods for Nondestructive Measurement
of Dry Film Thickness of Nonmagnetic Coatings Applied
to a Ferrous Base (Withdrawn 2006).
ASTM D4285-83(2012) : Standard Test Method for Indicating Oil or Water in
Compressed Air.
ASTM D4414-95(2013) : Standard Practice for Measurement of Wet Film
Thickness
by Notch Gages.
ASTM D4541-17 : Standard Test Method for Pull-Off Strength of Coatings
Using Portable Adhesion Testers.
ASTM E377-08(2015) : Standard Practice for Internal Temperature
Measurements in Low-Conductivity Materials.
International Organization for Standardization (ISO):
ISO 1514:2016 : Paints and varnishes - Standard panels for testing.
ISO 2409:2013 : Paints and varnishes - Cross-cut test.
ISO 4621:1986 : Chrome oxide green pigments -- Specifications and
methods of test.
ISO 4624-2016 : Paints and varnishes - Pull-off test for adhesion.
ISO 4628-2:2016 : Paints and varnishes - Evaluation of degradation of
coatings -- Designation of quantity and size of defects,
and of intensity of uniform changes in appearance -
Part 2: Assessment of degree of blistering.
ISO 4628-3:2016 : Paints and varnishes - Evaluation of degradation of
coatings -- Designation of quantity and size of defects,
and of intensity of uniform changes in appearance -
Part 3: Assessment of degree of rusting.
ISO 4628-4:2016 : Paints and varnishes - Evaluation of degradation of
coatings -- Designation of quantity and size of defects,
and of intensity of uniform changes in appearance -
Part 4: Assessment of degree of cracking.
ISO 4628-5:2016 : Paints and varnishes - Evaluation of degradation of
coatings -- Designation of quantity and size of defects,
and of intensity of uniform changes in appearance -
Part 5: Assessment of degree of flaking
ISO 8501-1:2007 : Preparation of steel substrates before application of paints
and related products — Visual assessment of surface
cleanliness — Part 1: Rust grades and preparation
grades of uncoated steel substrates and of steel
substrates after overall removal of previous coatings.
ISO 12944-2:2017 : Paints and varnishes - Corrosion protection of steel
structures by protective paint systems - Part 2:
Classification of environments.

National Association of Corrosion Engineers (NACE):


NACE RP0188-99 : Discontinuity (Holiday) Testing of New Protective
Coatings on Conductive Substrates
299

NACE SP0394-2013 : Application, Performance, and Quality Control of Plant-


Applied Single Layer Fusion-Bonded Epoxy External Pipe
Coating
The Society for Protective Coatings (SSPC):
SSPC PA1-2016 : Shop, Field, and Maintenance Coating of Metals.
SSPC PA2-2012 : Procedure for Determining Conformance to Dry Coating
Thickness Requirements.
SSPC PA Guide 11:2008 : Guide To Methods For Protection Of Edges, Crevices,
And
Irregular Steel Surfaces.
SSPC Vis 3-1993(2000) : Visual Standard for Power- and Hand-Tool Cleaned
Steel.
SSPC SP1-1982(2004) : Solvent Cleaning.
SSPC SP2-1982(2004) : Hand Tool Cleaning.
SSPC SP3-1982(2004) : Power Tool Cleaning
SSPC SP7-2007 : Brush–off Blast Cleaning.
SSPC SP10-2007 : Near-White Metal Blast Blasting
SSPC SP11-2013 : Power Tool Cleaning To Bare Metal
SSPC WJ-1-2012 : Waterjet Cleaning of Metals—Clean to Bare Substrate.
SSPC WJ-4-2012 : Light Waterjetting

4) Pengajuan Kesiapan Kerja


a) Penyedia Jasa harus mengajukan jenis cat yang akan digunakan untuk
pengecatan ulang permukaan sesuai dengan jenis lapisan pelindung yang
disyaratkan kepada Pengawas Pekerjaan disertai dengan sertifikat yang
merupakan jaminan keaslian produk sesuai dengan spesifikasi yang
disyaratkan.
b) Penyedia Jasa memberikan penjelasan cara pelaksanaan pengecatan
yang diusulkan untuk mendapatkan ketebalan sesuai dengan
persyaratan dengan mempertimbangkan masalah lingkungan dan
keselamatan kerja
c) Penyedia Jasa harus menyediakan alat pengukur ketebalan cat dalam
kondisi basah (WFT - Wet Film Thickness) dan alat pengukur
ketebalan cat dalam kondisi kering (DFT - Dry Film Thickness). Khusus
untuk aplikasi di daerah pasang surut cukup menyediakan alat
pengukuran ketebalan cat dalam kondisi basah (WFT)
d) Sebelum pekerjaan dilaksanakan, Penyedia Jasa harus melakukan uji
pulloff untuk membuktikan tingkat kelekatan cat pada substrat (lapisan
dasar) dengan nilai minimal sebesar 3 MPa sesuai dengan tingkat
pembersihan permukaan baja sesuai dengan cara pembersihan yang
diusulkan Penyedia Jasa dengan tingkat kerusakan yang terjadi. Uji
pulloff dapat dilaksanakan minimal 3 benda uji atau lokasi dengan pelat uji
atau langsung pada struktur baja yang akan dicat.
e) Sebelum menentukan metode pengecatan yang akan digunakan,
Penyedia Jasa harus menentukan kategori korosifitas berdasarkan
korosifitas akibat udara dan akibat air atau tanah sesuai dengan ISO
12944-2:2017.
f) Penyimpanan Cat
i) Semua material harus disimpan dalam ruangan yang sesuai dan
mempunyai sirkulasi udara dan temperatur ruang yang cukup.
ii) Material tidak boleh ditempatkan langsung di atas lantai, gunakan
lembaran kayu atau papan di atas lantai untuk mencegah agar material
tidak bersentuhan langsung dengan lantai.
300

iii) Lembar keselamatan bahan seluruh produk harus ditempatkan di


dekat material dan mudah untuk di akses.
iv) Alat pemadam api atau karung pasir harus ditempatkan dengan jarak
tidak lebih 10 meter dari ruang penyimpanan untuk menanggulangi
apabila terjadi kebakaran atau tumpahan material.

g) Kualifikasi Personil
Personil yang melakukan pekerjaan persiapan permukaan dan pengecatan
harus memenuhi kualifikasi dan kompetensi personil yang dikeluarkan
oleh lembaga yang berkompeten dan telah mengikuti pelatihan
pengecatan dari pabrik cat (clinic coating).

h) Peralatan Minimum
i) Semua pekerjaan persiapan permukaan harus dilakukan dengan
menggunakan peralatan manual/power-tool dan/atau peralatan
abrasive blasting yang sesuai dengan standar yang dipersyaratkan.
ii) Kuas yang digunakan untuk pekerjaan stripe-coat harus mempunyai
ukuran yang cukup dan dibuat dari bahan yang sesuai untuk cat.
iii) Apabila digunakan alat penyemprot untuk aplikasi pengecatan, jenis,
ukuran lubang dan rasio tekanan yang dibutuhkan harus sesuai dengan
yang dipersyaratkan pada lembar data yang dikeluarkan oleh pabrikan.
iv) Peralatan pemeriksa yang dibutuhkan untuk mengontrol kualitas
pekerjaan dan lingkungan adalah:
- Sling phsycometric, kalkulator dew point dan thermometer untuk
mengukur temperatur permukaan sesuai dengan ASTM E337-15
- Pictorial standard photograph sesuai dengan ISO 8501- 1:2007
atau SSPC/NACE
- Blotter paper sesuai dengan ASTM D4285-83(2012)
- Alat ukur ketebalan cat basah sesuai dengan ASTM D4414-
95(2013)
- Alat ukur ketebalan cat kering sesuai ASTM D1186-01 Metoda
B Tipe I
- Pull-off Adhesion Tester (Self-center) sesuai dengan ISO 4624-
2016.
v) Semua peralatan harus terkalibrasi sebelum digunakan

b. Bahan
1) Cat yang digunakan harus sesuai dengan tingkat kebersihan permukaan
substrat (logam bahan dasar) struktur baja yang akan diberi lapisan pelindung
dan umur proteksi yang disyaratkan.
2) Jenis cat yang digunakan untuk struktur baja dengan tingkat proteksi sedang
dan dapat disesuaikan dengan kondisi lingkungannya sesuai dengan SNI
ISO 12944-6-2012 dengan persyaratan untuk cat dasar (yang terdiri atas
binder dan primer), di mana binder menggunakan jenis Epoksi atau
polyurethane dan primer menggunakan zinc atau moisture cured urethane
(dapat yang berupa aluminium flakes) dan lapisan akhir adalah jenis adalah
jenis epoksi, Polyurethane (EP, PUR) atau epoksi dengan aluminum flakes
yang tahan terhadap cuaca dan UV serta jamur. Jenis cat untuk cat dasar,
atau akhir dapat mempergunakan jenis yang sama.
3) Ketebalan cat untuk elemen utama struktur baja ditentukan setebal 240
mikron yang terdiri atas adalah:
a) Lapisan dasar dengan binder jenis epoksi atau polyurethane dengan
primer jenis moisture cured urethane (dapat berupa aluminium) atau zinc
adalah 80 mikron
301

b) Lapisan akhir (top coat) dengan binder jenis epoksi atau polyurethane
dengan campuran zinc atau moisture cured urethane (aluminium flakes)
adalah 160 mikron

4) Ketebalan cat untuk elemen sekunder dan sandaran baja dan pagar
pengaman (guard rail) adalah 160 mikron yang terdiri atas lapisan dasar 40
mikron dan lapisan akhir 120 mikron, dengan bahan cat epoksi atau
polyurethane.
5) Jenis cat yang digunakan sebagai cat dasar atau akhir pada daerah pasang
surut adalah jenis Epoxy polyamine dengan solid content 100% dan
mempunyai toleransi tinggi terhadap kelembaban, serta dapat diaplikasikan
langsung apada permukaan yang basah atau terendam air. Jenis cat ini harus
mempunyai ketahanan korosi yang disebabkan oleh ALWC (accelerated low
water corrosion) dan MIC (Microbiologically Influence Corrosion). Ketebalan
cat untuk daerah basah atau pasang surut adalah 500 mikron, yang terdiri
atas lapisan dasar 250 mikron dan lapisan akhir 250 mikron.
6) Jenis cat yang digunakan tersebut harus sesuai dengan spesifikasi dan disertai
sertifikat keaslian bahan cat serta garansi umur keawetan dari
pabrik/distributor dan disetujui oleh Pengawas Pekerjaan.
7) Secara umum cat harus mempunyai daya lekat yang baik dan mudah
dilapiskan pada permukaan secara merata, memiliki ketebalan dan waktu
pengeringan yang tertentu, tahan terhadap pengaruh sifat kimia dan fisik
cuaca. Uji kelekatan dilakukan dengan menggunakan pengujian Pull-off
Adhesion Tester (Self-center) sesuai dengan ISO 4624-2016 dan harus
memiliki nilai pada setiap pengujian minimum 3 MPa dengan toleransi 5%
terhadap substrat.
Berdasarkan fungsinya setiap lapisan cat harus mempunyai sifat sebagai berikut:
- Cat dasar, menjamin pelekatan yang baik pada substrat dan lapisan berikutnya.
- Cat antara, merupakan lapisan pengikat yang merata antara lapisan cat dasar
dengan lapisan cat akhir.
- Cat akhir, merupakan permukaan yang halus, licin serta mudah dibersihkan
dan tahan terhadap serangan zat-zat kimia, tahan terhadap lingkungan serta
mempunyai fungsi estetika.
8) Seluruh material cat yang akan digunakan harus mempunyai tanda atau nomor
produksi dan harus sesuai dengan lembar data teknis (Technical Data Sheet)
yang dikeluarkan oleh pabrikan serta telah melalui proses pengujian di
laboratorium sesuai SNI ISO 12944-6-2012.
9) Seluruh material cat harus dikemas dalam kemasan asli yang dikeluarkan oleh
pabrikan di mana tercantum nomor identifikasi produk dan label yang
sesuai serta tanggal kadaluwarsanya.
10) Kemasan atau wadah material harus benar-benar tertutup rapat sebelum
digunakan untuk memastikan tidak ada debu, kotoran mau pun udara yang
mengkontaminasi material.
11) Lembar data teknis terbaru yang memuat seluruh informasi tentang cat yang
digunakan termasuk di dalamnya lembar data keselamatan bahan harus
dilampirkan oleh pabrikan sebelum material digunakan.
12) Tidak diizinkan menggunakan bahan pelarut atau pengencer kecuali
ditentukan dalam lembar data produk yang dikeluarkan oleh pabrikan atau
diizinkan oleh Pengawas Pekerjaan.

c. Pelaksanaan
1) Jenis peralatan
Jenis peralatan minimal yang harus disiapkan oleh Penyedia Jasa dalam
mencapai suatu tingkat kebersihan yaitu:
 SSPC SP1 Solvent Cleaning (Chemical Cleaning)
302

 ISO-St2 (SSPC-SP2) Hand Tool Cleaning adalah sikat kawat, kape,


atau amplas,
 ISO-St3 (SSPC-SP3) Power Tool Cleaning adalah sikat kawat elektrik,
 ISO-Sa1 (SSPC-SP7) adalah Brush-off Blast Blasting,
 ISO-Sa2.5 (SSPC-SP10) adalah Near-White Metal Blast Blasting,
 SSPC SP11 adalah Power Tool Cleaning To Bare Metal
 SSPC- WJ4 adalah Light Waterjetting yang mempunyai tekanan kurang
dari 5000 psi
2) Persiapan Permukaan
a) Blast cleaning digunakan untuk pekerjaan persiapan permukaan, apabila
cat yang digunakan sebagai binder adalah epoksi atau polyurethane
dengan primer Zinc sebagai lapisan dasar.
b) Power tool atau hand tool dapat digunakan untuk pekerjaan persiapan
permukaan yang menggunakan jenis cat epoksi atau polyurethane
sebagai binder dan primer yang menggunakan jenis aluminium flakes.
c) Pembersihan permukaan dilaksanakan berdasarkan tingkat kerusakan
sesuai Tabel di bawah :

Pembersihan Pada Tingkat Kerusakan

Tingkat Kerusakan Metode Persiapan Metode Penanganan


Permukaan
Penurunan mutu cat tanpa SSPC-SP1 (solvent Bersihkan semua pengotor seperti minyak,
terlihat adanya noda karat. cleaning) gemuk, debu, tanah, garam-garam, dan
permukaan cat kotor akibat pengotor lainnya dari permukaan logam dengan
debu, lumpur, gemuk, minyak menggunakan cairan pelarut, pengemulsi,
atau oli. campuran pembersih, uap panas atau material
Grade A (ISO 8501- lain yang sesuai. Untuk persiapan permukaan
1:2007) Ri 1 (ISO 4628- yang telah di galvanis, maka digunakan larutan
asam (asam klorida atau asam sulfat).
3:2016)
Penurunan mutu cat, terdapat SSPC-SP2 / St 2 (hand Bersihkan semua karat, butiran logam, dan
noda karat permukaan dan tool cleaning) lapisan cat yang rusak sampai tingkat
lapisan cat yang kebersihan yang disyaratkan dengan
menggelembung akibat karat. menggunakan ampelas, sikat kawat, batu
Grade B (ISO 8501- gerinda, scrap dan peralatan manual lainnya.
1:2007) Ri 2 – 3 (ISO Permukaan logam harus terlihat seperti warna
logam dasarnya dan juga harus bebas dari
4628-3:2016) minyak, gemuk, debu, tanah, garam dan
Penurunan mutu cat, terlihat SSPC-SP3 / St 3 Bersihkan semua karat, butiran logam, dan
adanya titik-titik karat dangkal (power tool cleaning) lapisan cat yang rusak sampai tingkat
dan lapisan cat yang atau SSPC- SP4 kebersihan yang disyaratkan dengan
mengelupas akibat karat. (flame cleaning) menggunakan sikat kawat elektrik, alat pengerok
Grade C (ISO 8501- elektrik, gerinda listrik, ampelas elektrik atau
1:2007) Ri 4 (ISO 4628- menggunakan udara bertemperatur tinggi atau
api dari gas oksigen-asetilen di atas seluruh
3:2016) permukaan logam, kemudian dilanjutkan dengan
pembersihan menggunakan sikat kawat.
Permukaan logam harus terlihat mengkilap dan
juga harus bebas dari minyak, gemuk, debu,
tanah, garam dan pengotor lainnya
303

Lapisan cat mengelupas, Sa 2.5 / NACE 2 (near Bersihkan semua butiran karat, cat atau
terdapat karat dengan jumlah white blast cleaning) pengotor lainnya dengan menggunakan material
yang besar dan dalam, atau atau SSPC-SP5 / Sa 3 abrasiv yang disemprotkan melalui nozel atau
penggantian sistem / NACE roda sentrifugal, sampai diperoleh permukaan
pengecatan lama dengan 1 (white metal blast logam yang telah benar- benar bersih dari
sistem pengecatan baru cleaning) minyak, gemuk, debu, karat, butiran karat, cat
secara menyeluruh. dan pengotor lainnya kecuali goresan atau
Grade D (ISO 8501- sedikit bayangan perubahan warna yang
1:2007) Ri 5 (ISO 4628- disebabkan oleh noda karat, residu cat atau
lapisan pengotor yang bersifat permanen.
3:2016) Sedikitnya 95% dari setiap inci persegi luas
permukaan harus bersih dari semua residu atau
304

Metode Pembersihan Menyeluruh Menurut Standar Tingkat Persiapannya


Representativ Fitur penting untuk
Standar Metode e mempersiapkan permukaan
Bidang
tingkat persiapan Photographic Untuk keterangan lebih lanjut, Pengaplikasian
persiapa permukaa Example in termasuk perawatan sebelum dan
n n ISO 8501- setelah persiapan (colomn 2), Lihat
1:20072)3)4) ISO 8501-1:2007
A Sa Membuang terak, karat, lapisan cat dan Persiapan
2½ B benda asing dihilangkan. Beberapa bekas a) permukaan
Sa 2½ baja tidak
Sa 2½ dari kontaminasi masih dapat terlihat
C Sa seperti noda berbentuk bercak atau dilapisi
2½ guratan
B St 2D
Membuang terak, karat dan lapisan cat dan b) dilapisi
St C St 2
benda asing yang menempel dengan permukaan
2 D St 2
Hand or lemah baja, jika
Power Membuang terak, karat dan lapisan cat dan pelapis
Tool B St 3 benda asing yang menempel dengan dilepaskan
St Cleaning C St 3 lemah. Meskipun permukaan diperlakukan sampai tingkat
3 D St 3 jauh lebih teliti dari yang diberikan pada St preparasi yang
2, kilauan metal muncul dari metal substrat ditentukan
tercapai
Catatan:
1. Simbol yang
digunakan : Sa =
blast-cleaning
St = Hand tool or power tool cleaning (alat pembersih manual dan alat pembersih eletrik)
2. A,B, C dan D merupakan kondisi awal dari permukaan baja yang tidak dilapisi (lihat ISO 8501-1:2007)
3. contoh perwakilan fotografis hanya menunjukkan permukaan atau area permukaan yang sebelumnya tidak dilapisi
4. dalam kasus permukaan baja dengan lapisan logam yang dicat atau tidak dicat, penerapan standar nilai persiapan tertentu
dapat disepakati, asalkan secara teknis layak dilakukan pada kondisi tertentu.
5. skala pabrik dianggap kurang berpegang teguh jika bisa dilepas dengan mengangkat dengan pisau tumpul tumpul.
6. faktor-faktor yang mempengaruhi penilaian harus diberikan pertimbangan khusus.
7. tingkat persiapan permukaan hanya dapat dicapai dan dipelihara dalam kondisi tertentu yang tidak mungkin diproduksi di
lokasi.
305

Metode Pembersihan Sebagian (Parsial) Menurut Standar Tingkat Persiapannya


Representative Fitur penting untuk
Standar Metode Photographic mempersiapkan permukaan
Bidang
tingkat persiapan Example in ISO Untuk keterangan lebih lanjut, Pengaplikasian
persiapa permukaa 8501-1:2007 or termasuk perawatan sebelum dan
n n ISO setelah persiapan
8501-
Blast- B Sa Lapisan cat yang menempel kuat tetap
cleaning 2½ C utuh. Pada bagian lain permukaan,
lokal Sa 2½ membuang terak, karat, lapisan cat
P Sa 2½ dan benda asing dihilangkan.
D Sa
3) Beberapa bekas dari kontaminasi
2½ masih dapat terlihat seperti noda
(diterapkan berbentuk bercak atau guratan
pada bagian
Lapisan cat yang menempel kuat tetap Persiapan
C St 2 utuh. Pada bagian lain permukaan, permukaan dari baja
P St 2 yang dilapisi
D St 2 membuang terak, karat dan lapisa cat
dan benda asing yang menempel permukaannya
Hand or dengan lemah masih ada
Lapisan cat yang menempel kuat tetap
power tool utuh. Pada bagian lain permukaan,
cleaning membuang terak, karat dan lapisa cat
lokal C St 3
P St 3 dan benda asing yang menempel
D St 3 dengan lemah. Meskipun permukaan
diperlakukan jauh lebih teliti dari yang
diberikan pada P St 2, kilauan metal
muncul dari metal substrat
Catatan:
1. Simbol yang
digunakan : P Sa =
blast-cleaning
P St = Hand tool or power tool cleaning (alat pembersih manual dan alat pembersih eletrik)
2. dalam kasus permukaan baja dengan pelapis logam yang dicat atau tidak dicat, penerapan standar nilai persiapan standar
tertentu dapat disepakati, asalkan secara teknis layak dilakukan dalam kondisi tertentu.
3. P digunakan sebagai kode-kode untuk tingkat persiapan dalam kasus permukaan yang sebelumnya dilapisi dengan
pelapis cat yang menempel kuat dan harus dibiarkan tetap ada. karakteristik utama dari masing-masing dari dua area
permukaan yang disiapkan, bahwa dengan lapisan cat yang menempel dengan kuat dan tanpa lapisan cat yang tersisa,
ditentukan secara terpisah di kolom yang relevan. Pada nilai P maka selalu mengacu pada permukaan total yang akan
didaur ulang dan tidak hanya ke area permukaan yang tanpa pelapis cat setelah preparasi permukaan. Untuk perawatan
lapisan cat yang tersisa, lihat iso 8501-2:1994.
4. Tidak ada contoh fotografi khusus untuk nilai P, karena kemunculan permukaan total yang disiapkan secara signifikan
dipengaruhi oleh jenis lapisan yang ada dan kondisinya. untuk area permukaan tanpa lapisan, contoh fotografi yang
diberikan untuk nilai yang sesuai tanpa P berlaku. Sebagai klarifikasi lebih lanjut dari nilai P, berbagai contoh fotografi
diberikan dalam ISO 8501-2:1994 dari permukaan tersebut sebelum dan sesudah perawatan. dalam hal nilai P Sa 2, P St
2 dan P St 3, yang tidak ada foto fotografi, kemunculan pelapis residu akan serupa dengan nilai P Sa 2½
5. lapisan cat dianggap benar-benar menempel jika tidak dapat dilepaskan dengan cara mengangkat catmenggunakan pisau
tumpul.
6. faktor-faktor yang mempengaruhi penilaian harus diberikan pertimbangan khusus.
7. Informasi berikut sebaiknya diketahui tentang lapisan yang ada :
a) jenis pelapis cat (misalnya jenis pengikat dan pigmen) atau pelapis logam, bersama dengan ketebalan dan tanggal
pengaplikasiannya.
b) jenis pelapis cat (misalnya jenis pengikat dan pigmen) atau pelapis logam, bersama dengan ketebalan dan tanggal
pengaplikasiannya.
c) Tingkat terik (lepuh) , seperti yang didefinisikan dalam ISO 4628-2:2016;
d) informasi tambahan mengenai adhesi misalnya (misalnya setelah pengujian seperti yang dijelaskan dalam ISO
2409:2013). retak (ISO 4628-4:2016), pengelupasan (ISO 4628-5:2016), kontaminan kimia atau lainnya dan rincian
penting lainnya
Memeriksa kompatibilitas lapisan yang direncanakan dengan lapisan yang ada atau residu mereka merupakan bagian
integral dari desain sistem cat pelindung.
8. Tingkat persiapan permukaan ini hanya dapat dicapai dan dipelihara tanpa kondisi tertentu yang mungkin tidak mungkin
diproduksi di lokasi
306

3) Pengujian Kelembaban
Sebelum dilakukan pengecatan pada daerah kering, permukaan (substrat) baja
harus diperiksa dan diukur kelembabannya dengan syarat sebagai berikut:
a) Pengukuran kelembaban udara harus dilakukan pada sebelum
pengecatan dilakukan dan harus harus berada 3°C di atas di atas titik
embun (Dewpoint)
b) Maksimal kelembaban yang diperkenankan dalam aplikasi pengecatan
maksimal 83 % - 85 %
c) Apabila kelembaban melebihi batas maksimal maka seluruh kegiatan
pengecatan harus di hentikan, kecuali jenis cat yang digunakan adalah
moisture tolerant dan atas pertimbangan dari pabrik pembuat.
d) Pengukuran harus mengacu ke ASTM E337-15 Measuring Humidity with
a Psychrometer (the Measurement of Wet- and Dry-Bulb Temperatures)

4) Pengecatan
a) Pencampuran Cat (Mixing)
Pencampuran antara masing – masing komponen harus sesuai dengan
petunjuk dan persyaratan dari pabrik pembuat.

b) Pengecatan Cat Dasar


i) Pengecatan cat dasar harus dilaksanakan sesuai dengan petunjuk dan
persyaratan dari pabrik pembuat.
ii) Pengadukan cat yang akan di aplikasikan mengacu ke SSPC PA1-2016
Shop, Field, and Maintenance of Metals.
iii) Sebelum seluruh permukaan di lakukan Pengecatan harus dimulai dari
bagian yang sulit di jangkau dan sempit termasuk sudut – sudut lancip
atau runcing dengan mengacu ke SSPC PA Guide 11:2008 Guide To
Methods For Protection Of Edges, Crevices, And Irregular Steel
Surfaces.
iv) Sebelum pengecatan dimulai, harus dilakukan pengukuran kelembaban
permukaan baja yang akan dicat (ASTM E377-15 – Measuring
humidity with physicometer). Kecuali untuk aplikasi di daerah pasang
surut tidak perlu dilakukan pengukuran kelembaban.
v) Pelaksanaan pengecatan lapisan dasar menggunakan mesin semprot
dan dibantu dengan kwas untuk menjangkau bagian-bagian yang sulit.
Khusus untuk aplikasi daerah pasang surut menggunakan sikat bulat
(rounded brush).
vi) Cat yang terdiri atas 2 komponen atau lebih harus dicampur dengan
baik sehingga merata sesuai dengan spesifikasi dari pabrik pembuat.

c) Lapisan Kedua dan/atau Lapisan Akhir


i) Pelaksanaan pengecatan lapisan kedua atau akhir dilaksanakan
setelah lapisan pertama atau cat dasar mengering dan mempunyai
ketebalan kering sesuai dengan petunjuk dan persyaratan dari pabrik
pembuat
ii) Pengecatan lapisan ini dilaksanakan dengan cara disemprotkan
menggunakan alat khusus, kwas atau roller sampai ketebalan cat
sesuai dengan petunjuk dan persyaratan dari pabrik pembuat.
iii) Pengukuran ketebalan cat yang telah diaplikasikan diperiksa dengan
alat sesuai dengan kondisinya yaitu dengan alat untuk pengukuran
pada saat cat sudah mengering. Untuk memastikan hasil akhir, maka :
- Pada aplikasi daerah kering harus dilakukan pengukuran ketebalan
cat pada waktu cat setelah mengering. Pengukuran tersebut
307

dimaksudkan untuk memastikan kondisi solid content cat yang


diaplikasikan pada permukaan baja. Pengukuran tebal kering pada
aplikasi di daerah kering harus mengacu pada SSPC PA2-2012.
- Pengukuran ketebalan cat basah ( WFT – Wet FilmThickness )
dilakukan secara acak dengan menggunakan alat pengukur
ketebalan cat basah atau yang setara dari setiap lapisan (shift) atau
setiap aplikasi pada masing – masing batch number ataupun setiap
perubahan. Alat pemeriksaan ketebalan cat harus sesuai dengan
rekomendasi ASTM D 4414-95(2013).

d. Pengendalian Mutu
1) Untuk memastikan hasil akhir yang dapat diterima, maka harus dilakukan
pemeriksaan akhir terhadap semua permukaan yang telah dicat terhadap
kerusakan serta dilakukan juga pengukuran ketebalan cat dengan
menggunakan alat pengukur ketebalan cat kering.

2) Penerimaan Hasil Pekerjaan


a) Penerimaan Bahan Cat
Bahan cat harus memenuhi persyaratan yang ditentukan.
b) Penerimaan mutu pembersihan permukaan
Permukaan baja harus memenuhi Standar Tingkat Persiapan.
c) Tebal cat harus memenuhi persyaratan ketebalan yang ditentukan
d) Warna hasil pengecatan harus dipastikan merata dan tidak ada indikasi akan
timbulnya bercak-bercak dan semua permukaan sudah tertutup oleh bahan cat
dengan ketebalan sesuai dengan persyaratan.

3) Pengujian pada Aplikasi Daerah Kering (Selain Aplikasi Daerah Pasang Surut)
Pengujian yang tidak Merusak:
a) Penerimaan mutu dari uji tidak merusak pada ketebalan cat dengan acuan
SSPC PA2-2012 uji tebal kering harus mencapai minimum 80% dari tebal
yang dipersyaratkan, dan maksimum 120% dari tebal kering yang
dipersyaratkan.
b) Jumlah titik uji mengikuti persyaratan yang telah diatur dalam SSPC PA2-2012
c) Jika terdapat perbedaan pendapat, dapat dilakukan pengujian yang
bersifat merusak dengan cara pull off pada lapisan yang mempunyai
ketebalan di atas 150 µm dengan nilai minimal 3 MPa (30 kg/cm2)

4) Perbaikan untuk Hasil Akhir yang Tidak Memenuhi Syarat


Pekerjaan pengecatan struktur baja yang tidak memenuhi syarat dari Spesifikasi
ini. harus diperbaiki tanpa adanya kompensasi apapun dan hasil perbaikan harus
mendapat persetujuan dari Pengawas Pekerjaan.

e. Pengukuran Dan Pembayaran

1) Cara Pengukuran
Pengukuran hasil akhir pengecatan dilakukan berdasarkan luasan meter
persegi permukaan yang telah memenuhi syarat.

2) Dasar Pembayaran
Pembayaran dilaksanakan berdasarkan kuantitas pekerjaan pengecatan yang
308

memenuhi persyaratan, dengan kompensasi penuh termasuk persiapan


pemukaan, pengadaan bahan cat, peralatan, tenaga kerja, peraca dan lain-lain
untuk penyelesaian pekerjaan dengan mempertimbangkan tingkat kesulitan
kerja.

Uraian Satuan
Pengukuran
Pengecatan struktur baja pada daerah kering tebal 80 mikron Meter
Persegi
Pengecatan struktur baja pada daerah kering tebal 240 Meter
mikron Persegi
Pengecatan struktur baja pada daerah basah/pasang Meter
surut 360 mikron Persegi

Pengecatan struktur baja pada daerah basah/pasang Meter


surut 500 mikron Persegi
Pengecatan pada elemen sandaran dan/atau pagar Meter Persegi
pengaman (guard rail) 80 mikron

Pengecatan pada elemen sandaran dan/atau pagar Meter Persegi


pengaman (guard rail) 160 mikron

D.4.2 PENGECATAN STRUKTUR BETON

a. Umum
1) Uraian
a) Pekerjaan pengecatan ini adalah untuk mencegah dan melindungi
elemen struktur beton termasuk bagian pelengkap jembatan dari
kerusakan yang diakibatkan oleh faktor lingkungan dan menambah nilai
estetika jembatan.
b) Pengecatan struktur beton dibagi dua yaitu pengecatan dengan maksud
proteksi dan pengecatan untuk dekoratif.
c) Pengecatan untuk proteksi dilaksanakan pada elemen utama beton
seperti elemen bangunan atas jembatan beton dan bangunan bawah
yang terdampak oleh kondisi lingkungan seperti di daerah pantai dan di
daerah padat lalu lintas (polusi tinggi), dan berfungsi sebagai anti
karbonasi serta mempunyai umur proteksi sedang dengan umur
keawetan minimal 5 tahun.Pengecatan yang bersifat dekoratif
dilaksanakan pada elemen jembatan dengan tujuan untuk menambah
nilai estika, dan mempunyai umur keawetan 3 tahun.
d) Pengecatan ini dimaksudkan untuk mencegah terjadinya kerusakan
beton akibat karbonasi akibat porositas, kelembaban, kadar air di
udara dan lingkungan struktur jembatan beton.
e) Pekerjaan ini mencakup pekerjaan pelapisan permukaan beton dengan
lapisan pelindung untuk mencegah terjadinya karbonasi yang
menyebabkan korosi dini pada baja tulangan atau strand pada
lingkungan yang korosif, dan serangan asam.
f) Jenis cat yang digunakan pada pengecatan beton adalah jenis cat yang
tahan terhadap bahan kimia, air, chloride, CO2, tahan terhadap UV,
kelembaban udara, tidak mudah retak, mempunyai penampilan yang
menarik, estetika, daya lekat yang tinggi serta tahan terhadap abrasi.
309

g) Sebelum dilakukan pengecatan, harus dipastikan permukaan beton telah


bebas dari kerusakan seperti retak, gompal, keropos, dll. Bila terdapat
kerusakan pada beton, maka harus diperbaiki.

2) Pekerjaan Lain Yang Berkaitan :


a) Mobilisasi
b) Manajemen dan Keselamatan Lalu Lintas
c) Kajian Teknis Lapangan
d) Keselamatan dan Kesehatan Kerja
e) Manajemen Mutu
f) Beton dan Beton Kinerja Tinggi
g) Beton Pratekan
h) Perbaikan Retak dengan Bahan Epoksi
i) Perbaikan Dimensi Struktur Beton

3) Standar Rujukan
ACI
ACI 515.1R-85 : Guide to the Use of Waterproofing, Dampproofing,
Protective, and Decorative Barrier Systems for Concrete.
ACI 515.2R-13 : Guide to Selecting Protective Treatments for Concrete.
AASHTO:
AASHTO T259-02(2012) : Resistance of Concrete to Chloride Ion Penetration.
AASHTO T260-97(2011) : Sampling and Testing for Chloride Ion in Concrete
and Concrete Raw Materials.
ASTM:
ASTM C642-13 : Standard Test Method for Density, Absorption, and Voids
in Hardened Concrete.
ASTM D4258-05(2017) : Standard Practice for Surface Cleaning
Concrete for Coating.
ASTM D4259-88(2002) : Standard Practice for Abrading Concrete.
ASTM D4260-05(2017) : Standard Practice for Liquid and Gelled Acid
Etching of Concrete.
ASTM D4262-05(2012) : Standard Test Method for pH of Chemically
Cleaned or Etched Concrete Surfaces.
ASTM D4263-83(2012) : Standard Test Method for Indicating Moisture in
Concrete by the Plastic Sheet Method.
ASTM D4414-95(2013) : Standard Practice for Measurement of Wet Film
Thickness by Notch Gages.
ASTM D4541-17 : Standard Test Method for Pull-Off Strength of Coatings
Using Portable Adhesion Testers.
ASTM D6132-13(2017) : Standard Test Method for Nondestructive
Measurement of Dry Film Thickness of Applied Organic Coatings Using an
Ultrasonic Coating Thickness Gage.
ASTM E337-15 Standard Test Method for Measuring Humidity with a
Psychrometer (the Measurement of Wet- and Dry-Bulb Temperatures).

International Concrete Repair Institute (ICRI) :


ICRI No. 310.2R-2013 : Technical Guideline – Selecting and Specifying
Concrete Surface Preparation for Sealers, Coatings, Polymer Overlays,
and Concrete Repair
The Society for Protective Coatings (SSPC) / National Association of
Corrosion Engineers (NACE) :
310

SSPC PA2-2012 : Procedure for Determining Conformance to Dry


Coating Thickness Requirements.
SSPC SP13/NACE 6 : Surface Preparation of Concrete

4) Kesiapan Kerja
a) Penyedia Jasa harus mengajukan jenis cat yang akan digunakan untuk
pengecatan kepada Pengawas Pekerjaan disertai dengan sertifikat
yang merupakan jaminan keaslian produk sesuai dengan spesifikasi
yang disyaratkan di atas.
b) Penyedia Jasa melakukan uji pulloff dan harus memenuhi nilai minimal
1,4 MPa untuk jenis cat protektif.
c) Penyedia Jasa juga harus menyediakan alat pengukur ketebalan cat
(elcometer atau yang setara) dalam kondisi basah (WFT - Wet Film
Thickness) dan alat pengukur ketebalan cat dalam kondisi kering (DFT
- Dry Film Thickness). Khusus untuk aplikasi di daerah pasang surut
cukup menyediakan alat pengukuran ketebalan cat dalam kondisi basah
(WFT).
d) Penyimpanan Cat
i) Semua material harus disimpan dalam ruangan yang sesuai dan
mempunyai sirkulasi udara dan temperatur ruang yang cukup.
ii) Material tidak boleh ditempatkan langsung di atas lantai, gunakan
lembaran kayu atau papan di atas lantai untuk mencegah agar
material tidak bersentuhan langsung dengan lantai.
iii) Lembar keselamatan bahan seluruh produk harus ditempatkan di
dekat material dan mudah untuk di akses.
iv) Alat pemadam api atau karung pasir harus ditempatkan dengan
jarak tidak lebih 10 meter dari ruang penyimpanan untuk
menanggulangi apabila terjadi kebakaran atau tumpahan material.

e) Kualifikasi personil
Personil yang melakukan pekerjaan persiapan permukaan dan
pengecatan harus memenuhi kualifikasi dan kompetensi personil yang
dikeluarkan oleh lembaga yang berkompeten atau yang telah
mengikuti pelatihan sistem pengecatan (clinic coating).

f) Pengujian Percobaan Sebelum Pengecatan


Penyedia jasa harus melakukan pengujian percobaan minimum 1 meter
persegi sebelum pelaksanaan pekerjaan. Satu benda uji yang disiapkan
untuk kondisi pengukuran kelembaban permukaan sesuai dengan
persyaratan dari pabrik pembuat, kondisi lingkungan, kelekatan cat pada
permukaan.

g) Peralatan minimum
i) Semua pekerjaan persiapan permukaan harus dilakukan dengan
menggunakan peralatan manual/power-tool dan peralatan abrasive
blasting yang sesuai dengan standar yang dipersyaratkan.
ii) Kuas yang digunakan untuk pekerjaan stripe-coat harus mempunyai
ukuran yang cukup dan dibuat dari bahan yang sesuai untuk cat.
iii) Apabila digunakan alat penyemprot untuk aplikasi pengecatan,
jenis, ukuran lubang dan rasio tekanan yang dibutuhkan harus
sesuai dengan yang dipersyaratkan pada lembar data yang
dikeluarkan oleh pabrikan.
iv) Peralatan pemeriksa yang dibutuhkan untuk mengontrol kualitas
pekerjaan dan lingkungan adalah:
311

- Sling phsycometric atau elektronik hygrometer, kalkulator dew


point dan thermometer untuk mengukur temperatur permukaan
sesuai dengan ASTM E337-15.
- Blotter paper sesuai dengan ASTM D4258-05(2017).
- Alat ukur ketebalan cat basah sesuai dengan ASTM D4414-
95(2013).
- Alat ukur ketebalan cat kering sesuai ASTM D6132-13(2017).
- Pull-off Adhesion Tester (Self-center) sesuai dengan ASTM D
4541-17.
v) Semua peralatan harus terkalibrasi sebelum digunakan.

b. Bahan

1) Jenis bahan cat yang akan digunakan pada permukaan harus sesuai
(kompatibel) dengan bahan dasar struktur beton yang akan diberi lapisan
pelindung dan tujuan perlindungan beton.
2) Jenis cat harus sesuai dengan persyaratan dan harus dilaksanakan
sesuai dengan persyaratan dari pabrik pembuat berdasarkan spesifikasi serta
sertifikat yang menjamin keaslian bahan cat yang digunakan dan disetujui oleh
Pengawas Pekerjaan.
3) Cat yang digunakan harus tahan terhadap cuaca (UV), tahan terhadap
alkali, tahan terhadap karbonasi.
4) Untuk memastikan hasil akhir yang dapat diterima, maka harus dilakukan
pemeriksaan akhir terhadap semua permukaan yang telah dicat terhadap
kerusakan serta dilakukan juga pengukuran ketebalan cat dengan
menggunakan alat pengukur ketebalan cat dalam kondisi basah maupun
kering.
5) Untuk pengecatan dekoratif dapat menggunakan jenis cat : Water-based
Portland cement, Water-based polymer latex, Single-component polymer dan
Two-component polymer.
6) Untuk pengecatan protektif dapat menggunakan jenis cat : Methyl
methacrylate, Alkyl- alkoxysilane, Polyvinyl butyral, Acrylics, Epoxy,
Polyurethane, Chlorinated rubber, Asphalt, Coal tar dan polyvinyl chloride.
7) Seluruh material cat yang akan digunakan harus mempunyai tanda atau nomor
produksi dan harus sesuai dengan lembar data yang dikeluarkan oleh pabrikan
serta telah melalui proses pengujian di laboratorium.
8) Seluruh material cat harus dikemas dalam kemasan asli yang dikeluarkan oleh
pabrikan di mana tercantum nomor identifikasi produk dan label yang sesuai.
9) Kemasan atau wadah material harus benar-benar tertutup sebelum
digunakan untuk memastikan tidak ada debu, kotoran maupun udara yang
mengkontaminasi material.
10) Lembar data terbaru yang memuat seluruh informasi tentang cat yang
digunakan termasuk di dalamnya lembar data keselamatan bahan harus
dilampirkan oleh pabrikan sebelum material digunakan.
11) Bahan pelarut atau pengencer yang digunakan harus sesuai lembar data
produk yang dikeluarkan oleh pabrikan.
12) Pencampuran cat dengan bahan pelarut mengikuti petunjuk pabrikan.

c. Pelaksanaan
1) Sebelum melaksanakan persiapan permukaan, harus dipastikan beton telah
bebas dari segala kerusakan (cacat) beton.
2) Persiapan Permukaan
Metode persiapan permukaan tergantung pada sistem pengecatan yang akan
312

digunakan yang mengacu pada SSPC-SP13/NACE 6, ICRI guideline No.


310.2R-2013 dan ASTM
Metode persiapan permukaan mengikuti standar SSPC-SP13, yang terdiri atas
2 jenis metode pembersihan yaitu :
 Pembersihan secara mekanik mengikuti ASTM D4259-88(2002)
 Pembersihan secara kimia mengikuti ASTM D4260-05(2017)
 Sebelum dilakukan pengecatan, permukaan struktur beton yang
mengalami retak > 0,15 mm sampai 1 mm harus diperbaiki.

Setiap sebelum dan sesudah dilakukan metode pembersihan di atas,


permukaan beton harus dibersihkan dengan alat pembersih bertekanan tinggi
(sesuai ASTM D4258- 05(2017)) agar permukaan bebas dari debu, material
lepasan, minyak dan lain-lain.
Apabila digunakan pembersihan dengan menggunakan blasting dengan
penyemprotan udara dapat dilakukan, tetapi harus dikontrol sedemikian rupa
dengan adanya air yang mengurangi masalah debu pada lingkungan.
Pengecatan tidak diizinkan apabila masih terdapat permukaan yang kering.
Partikel agregat lepas yang masih tersisa tidak boleh lebih dari agregat dengan
saringan No. 16 (1,18 mm).
Pelayanan ringan (Light service) digunakan untuk permukaan dan pelapis yang
mengalami paparan minimal terhadap lalu lintas, bahan kimia, dan perubahan
suhu serta yanag bersifat dekoratif. Pelayanan yang berbahaya (severe
service) digunakan pada permukaan dan pelapis yang akan memiliki paparan
signifikan terhadap lalu lintas, bahan kimia, dan perubahan suhu yaitu
pengecatan yang sifatnya protektif.

Hasil Persiapan Permukaan.

Sifat-sifat Metode Pengujian Dekorat if - Li ght Se rvic Protektif- Severe Ser


e1) v i c e 2)
Minimum Fine (150) abrasive Minimum Coarse (60)
Profil permukaan Perbandingan visual
paper abrasive paper.
Kebersihan
Debu yang terlihat Tidak ada debu signifikan Tidak ada debu signifikan
permukaan
Kontaminan Sisa Water drop 0° contact angle 0° contact angle

pH ASTM D4262-05 (2012) (pH of rinse water) -1, +2(C) (pH of rinse water) -1, +2(C)

3)
Moisture content ASTM D4263-83 (2012) Tidak terlihat kelembaban Tidak terlihat kelembaban

2 2
3)
Moisture content Uji Kalsium Klorida 2 2
(3 lb/24 hr/1,000 ft ) (3 lb/24 hr/1,000 ft )

Moisture Higrometer Maks. 80%. Maks. 80%.


3)
conten*
Keterangan :
1) Light service mengacu pada permukaan dan pelapis yang akan memiliki paparan
minimal terhadap lalu lintas, bahan kimia, dan perubahan suhu
2) Severe service mengacu pada permukaan dan pelapis yang akan memiliki paparan
signifikan terhadap lalu lintas, bahan kimia, dan perubahan suhu
3) cukup memenuhi salah satu dari tiga tes ini.
313

3) Pengecatan
a) Pencampuran Cat (Mixing)
Pencampuran antara masing – masing komponen harus sesuai dengan
petunjuk dan persyaratan dari pabrik pembuat.
b) Pengecatan Cat Dasar
i) Pengecatan cat dasar harus dilaksanakan sesuai dengan petunjuk
dan persyaratan dari pabrik pembuat.
ii) Cat yang terdiri atas 2 komponen (binder dan primer) harus dicampur
dengan baik sehingga merata sesuai dengan spesifikasi dari pabrik
pembuat.
c) Lapisan Kedua dan/atau Lapisan Akhir
i) Pelaksanaan pengecatan lapisan kedua atau akhir dilaksanakan
setelah lapisan pertama atau cat dasar mengering dan mempunyai
ketebalan kering yang diukur dengan alat DFT dan sesuai dengan
petunjuk dan persyaratan dari pabrik pembuat
ii) Pengecatan lapisan ini dilaksanakan dengan cara disemprotkan
menggunakan alat khusus, kuas atau roller sampai ketebalan cat
sesuai dengan petunjuk dan persyaratan dari pabrik pembuat.
iii) Pengukuran ketebalan cat yang telah diaplikasikan diperiksa dengan
alat sesuai dengan kondisinya yaitu dengan alat untuk pengukuran
pada saat cat sudah mengering. Untuk memastikan hasil akhir, maka :
- Pada aplikasi daerah kering harus dilakukan pengukuran
ketebalan cat pada waktu cat setelah mengering. Pengukuran
tersebut dimaksudkan untuk memastikan kondisi solid content cat
yang diaplikasikan pada permukaan beton. Pengukuran tebal
kering pada aplikasi di daerah kering harus mengacu pada ASTM
D6132-13(2017).
- Pengukuran ketebalan cat basah ( WFT – Wet FilmThickness )
dilakukan secara acak dengan menggunakan alat pengukur
ketebalan cat basah atau yang setara dari setiap lapisan (shift)
atau setiap aplikasi pada masing – masing batch number ataupun
setiap perubahan. Alat pemeriksaan ketebalan cat harus sesuai
dengan rekomendasi ASTM D4414-95(2013) Standard Practice for
Measurement of Wet Film Thickness by Notch Gages.

d) Untuk pengecatan dekoratif, jumlah pelapisan dan ketebalan cat


mencapai keseragaman (uniformity) dalam warna dan teksture. Tanpa
merusak/menurunkan kualitas/mutu struktur beton.
e) Untuk pengecatan protektif, jumlah pelapisan dan ketebalan cat
tergantung pada bahan cat yang digunakan dan mengikuti ACI 515.2R-13.
f) Pengecatan harus mempertimbangkan kondisi cuaca sesuai dengan bahan
cat digunakan.

d. Pengendalian Mutu
1) Untuk memastikan hasil akhir yang dapat diterima, maka harus dilakukan
pemeriksaan akhir terhadap semua permukaan yang telah dicat terhadap
kerusakan serta dilakukan juga pengukuran ketebalan cat dengan
menggunakan alat pengukur ketebalan cat kering.
2) Semua material cat harus dalam kemasan tertutup rapat dan mempunyai
label resmi pabrik pembuat yang menyatakan nama pabrik, jenis produk,
nomor batch, tanggal kadaluwarsa.
314

3) Penyedia Jasa harus menyerahkan sertifikat keaslian produk yang


menyatakan:
a) Nama dan alamat pabrik pembuat
b) Referensi produk
c) Identifikasi nomor batch
d) Jumlah produksi dalam batch
e) Tanggal pembuatan.
4) Penerimaan Hasil Pekerjaan
a) Penerimaan Bahan Cat
Bahan cat harus memenuhi persyaratan.
b) Penerimaan Mutu Pembersihan Permukaan
Permukaan beton harus memenuhi Standar Tingkat Persiapan.
c) Tebal cat harus memenuhi persyaratan ketebalan yang ditentukan
d) Warna hasil pengecatan harus dipastikan merata dan tidak ada indikasi akan
timbulnya bercak-bercak dan semua permukaan sudah tertutup oleh bahan cat
dengan ketebalan sesuai dengan persyaratan.

5) Pengujian pada Aplikasi Daerah Kering (bukan Aplikasi Daerah Pasang Surut)
Pengujian yang tidak Merusak

a) Penerimaan mutu dari uji tidak merusak pada ketebalan cat dengan acuan
SSPC PA2-2012 uji tebal kering harus mencapai minimum 80% dari tebal
yang dipersyaratkan, dan maksimum 120% dari tebal kering yang
dipersyaratkan.
b) Jumlah titik uji mengikuti persyaratan yang telah diatur dalam SSPC PA2-2012

6) Jika terdapat perbedaan pendapat, dapat dilakukan pengujian yang bersifat


merusak dengan cara pull off pada lapisan yang mempunyai ketebalan di atas 150
µm dengan nilai Minimal 1,4 MPa (untuk permukaan dan pelapis yang akan
memiliki paparan minimal terhadap lalu lintas, bahan kimia, dan perubahan suhu
dilakukan 14 hari setelah selesai curing) dan 2,1 MPa (untuk permukaan dan
pelapis yang akan memiliki paparan signifikan terhadap lalu lintas, bahan kimia, dan
perubahan suhu). Analisa interpretasi dari hasil uji daya Tarik perlu dicantumkan
berkaitan dengan kerusakan adhesi atau kohesi dari lapisan permukaan beserta
antar lapisan permukaan cat dengan acuan ASTM D4541-17.
7) Ketebalan cat yang dapat diterima, apabila ketebalan cat pada luasan yang
ditentukan mempunyai ketebalan tidak lebih dari 15% dengan ketebalan tidak
kurang dari 90% terhadap ketebalan cat yang disyaratkan.
8) Perbaikan untuk Hasil Akhir yang Tidak Memenuhi Syarat
Pekerjaan pengecatan struktur beton yang tidak memenuhi syarat harus diperbaiki
tanpa adanya kompensasi apapun dan hasil perbaikan harus mendapat persetujuan
dari Pengawas Pekerjaan.

e. PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN


1) Cara Pengukuran

Pengukuran hasil akhir pengecatan dilakukan berdasarkan luasan meter


persegi permukaan yang telah memenuhi syarat.

2) Dasar Pembayaran
Pembayaran dilaksanakan berdasarkan kuantitas pekerjaan pengecatan yang
memenuhi persyaratan, dengan kompensasi penuh termasuk persiapan
pemukaan, pengadaan bahan cat, peralatan, tenaga kerja, dan lain-lain untuk
penyelesaian pekerjaan dengan mempertimbangkan kompleksitas pekerjaan.

Uraian Satuan Pengukuran


Pengecatan protektif pada elemen struktur Meter Persegi
beton, tebal 200 µm

Pengecatan dekoratif pada elemen struktur Meter Persegi


beton, tebal 100 µm

E. PEMASANGAN PIPA PELINTAS JEMBATAN

Kontraktor harus memasang dan menyambung semua pipa “fitting” sesuai dengan
jalur dan ketinggian yang diperlihatkan dalam gambar.
1. Anti Lendutan (cambering) Pada setiap bentang jembatan pipa, pipa harus
dipasang dalam bentuk bekisting lengkung. Besarnya anti lendutan ini harus
1/1250 persatuan pancang bentang di bagian garis tengah bentang sebagaimana
diperlihatkan dalam gambar. Kontraktor harus menyiapkan gambar kerja yang
memperlihatkan susunan rinci bahan pipa dan juga garis pemotongan dari sudut
masing-masing pipa untuk anti lendutan dan harus menyerahkan ke Direksi untuk
persetujuannya setelah pekerjaan pemasangan pipa.
2. Pendukung Berbentuk Cincin (ring support) “Fixed Type Ring Support” yang
ditunjukan dalam gambar harus dianggap pendukung berbentuk cincin yang di
pasang di bantalan pilar. “Sliding Type Ring Support” harus dianggap sebagai
pendukung berbentuk cincin yang didapat digeser secara horizontal di bantalan
pilar ke sumbu dalam pipa. Pendukung harus terbuat dari baja yang memenuhi
standard yang ditentukan Direksi atau dianggap setara, dan dibuat sebagaimana
diperlihatkan dalam gambar. Demikian pula dengan baut, angker dan sekrup harus
terbuat dari baja yang memnuhi standard yang sesuai seperti tersebut diatas.
Pendukung berbentuk cincin harus dilas merata melingkari pipa baja.
3. Pengujian Pengecatan
a. Umum Semua sambungan yang di las pada jembatan pipa harus diuji secara
radiografi sebagaimana dinyatakan dibawah ini. Setelah disetujui oleh Direksi,
semua permukaan bagian dalam (interior), sambungan las, dan permukaan
bagian luar (exterior) harus dicat.
b. Pengujian Radiografi untuk Hasil Pengelasan Kontraktor harus menyediakan
tenaga kerja, peralatan dan pengujian radiografi hasil pengelasan. Pengujian
radiografi harus dilakukan penguji yang mampu, memiliki pengalaman dan
kualifikasi yang cukup untuk pekerjaan pengujian. Kontraktor harus
menyerahkan pengalaman dan kualifikasi yang dimilikinya untuk persetujuan
Direksi. Semua pelaksanaan pengujian harus dikerjakan dan dihadiri oleh
Direksi atau Wakilnya. Pengujian hasil pengelasan harus dilakukan sesuai JIS
Z 3104 “Method of Radiografic Test and Clasificataion of (Radiographs)” cara
pengujian radiografi dan klasifikasi radiograf untuk pengelasan baja, atau
standar lain yang dapat diterima oleh Direksi.

Hasil pengujian radiografi diklasifiksikan dalam standar sebagai berikut:


Kelas 1 2 3

Tingkat an 1 sampai 4 1 sampai 4 Tidak ada tingkatan

Kelas dan tingkatan yang diterima harus kelas 1, tingkat 1, sampai tingkat 3
dan kelas 2, tingkat 1 sampai 3. Jika hasil pengujian memperlihatkan kelas
dan tingkat lain dari pada yang disebutkan diatas, Kontraktor harus mengulas
dan menguji ulang atas beban biaya sendiri sampai hasil yang diperoleh
diterima oleh Direksi.
c. Lapisan Pelindung Luar dan LapisanPelindung Dalam Semua pipa baja yang
terekpos, “fitting”, sambungan dan pipa yang akan di pendam dalam tanah
harus dilindungi.

F. PEMBUATAN BAK DAN PEMASANGAN MAGNETIC FLOW METER

F.1. PEMBUATAN BAK DAN PERPIPAAN


Pekerjaan pembuatan bak mengacu pada item pekerjaan Error: Reference source not found
Pekerjaan perpipaan mengacu pada item pekerjaan Error: Reference source not found

F.2. MAGNETIC FLOW METER


 Meteran air untuk air mentah, air bersih, dan air minum
 Dapat dipasang di bawah tanah dan/atau di bawah permukaan air (IP68)
 Dapat mengukur volume total (m3) dan tingkat aliran (l/s dan m3/jam)
 Dapat mengukur dua arah aliran dengan tingkat akurasi yang sama, pembacaan 0,2%
 Menunjukan informasi arah aliran (aliran maju dan sebaliknya), nilai pengukuran, satuan
pengukuran, indikator umur pakai baterai
 Nilai pengukuran, tingkat aliran, dan volume totalizer
 Satuan pengukuran m3, tingkat aliran m3/jam dan l/s
 Interval pengukuran, minimal 15 detik
 Tampilan LCD 8 digit jarak jauh; dengan kabel 10 meter
 Kompatibel dengan AMR
 Dapat dihubungkan ke data logger
 Dapat mengirim sinyal dan/atau frekuensi output
 Memori back up internal SD Card
 Temperatur kerja -5oC hingga +50oC
 Tekanan kerja maksimum 16 bar
 Suplai daya: Baterai
 Penggantian baterai: tidak kehilangan data totalizer
 Umur pakai baterai minimal 3 tahun
 Sambungan pipa (flange): minimal PN 10 dilengkapi dengan counter flange
 Dikalibrasi secara legal (pabrik/metrologi)

F.2. DATA LOGGER


 Terdapat pada meteran aliran atau dapat juga terpisah
 Jenis komunikasi: SMS dan GPRS
 Kanal minimal untuk aliran dan totalizer, dengan pilihan untuk tekanan atau yang lain
 Dapat menerima data dari lebih dari 2 meteran air
 Dapat mengirim alarm ke 8 nomer telepon seluler (cellphone)
 Dapat membaca dua arah aliran dengan 1 port
 Kompatibel dengan merk tertentu meteran air yang dapat mengirim sinyal
 Kabel sambungan 30 meter
 Data Format Output dalam bentuk data base file SQL
G. PENGETESAN DAN PENCUCIAN PIPA

Seluruh pipa induk bertekanan yang dipasang oleh Kontraktor harus diuji di bawah tekanan
hidrolis untuk tekanan uji 800 kPa atau seperti yang ditentukan. Di mana ketinggian/tingkat
bagian pipa yang berbeda atau bagian yang diuji bervariasi, titik di mana tekanan uji harus
diadakan untuk diukur akan menjadi titik terendah dalam profil dari bagian tersebut.
Kontraktor harus menyediakan semua tenaga kerja dengan semua pompa, mesin, pipa, valve
sementara, plug dan flens yang mungkin diperlukan. Peralatan tersebut harus meliputi alat
pengukur yang mampu dibaca untuk 10 kPa dan harus disertai dengan sertifikat kalibrasi yang
terbaru. Permukaan gauge harus memiliki diameter minimal 150 mm. Peralatan tersebut akan
tetap menjadi milik Kontraktor.
Semua pengujian harus dilakukan di bawah pengawasan dan kehadiran Engineer. Panjang
bagian pyang diuji harus nominal antara Bagian Valve yang dipasang seperti yang ditunjukkan
pada gambar desain. Dalam situasi apapun panjang pengujian tidak melebihi 1500 m.
Kontraktor harus membuat pengaturan sendiri untuk pengadaan air yang diperlukan dengan
biaya sendiri untuk melaksanakan tes ini. Pengujian harus dilakukan sesegera mungkin setelah
selesainya setiap bagian dari pipa utama.
Selama pengisian, Kontraktor harus melepaskan udara dari seluruh valve pelepas udara (air
release valve) dan air valve. Setelah mengisi dengan air, bagian uji harus bertahan untuk periode
awal sekitar 24 jam di bawah tekanan statis dari tekanan kerja yang dimaksud pada bagian
tersebut. Akan kegagalan yang terjadi dan beberapa atau semua air hilang, prosedur pengisian
dan menaikan tekanan harus diulang setelah pekerjaan perbaikan telah dilakukan. Standing
period akan dimulai dari waktu di mana tekanan terakhir berhasil dicapai. Bagian uji harus
diperiksa secara visual setelah standing period lebih lanjut sekitar 24 jam.
Jika tidak ada gerakan yang cukup dari pipa atau kebocoran apapun telah ditemukan selama
inspeksi visual tersebut, bagian tersebut harus dikenai uji tekanan yang tepat. Sementara
tekanan sedang dinaikan, perawatan harus diambil/harus diperhatikan untuk memungkinkan
pelepasan jumlah udara lebih lanjut. Durasi pengujian pada tekanan penuh harus tidak kurang
dari tiga jam untuk setiap pengujian. Akan penurunan tekanan selama pengujian, sejumlah
tambahan air harus dipompa ke bagian yang diuji untuk mengembalikan tekanan pengujian yang
dibutuhkan.
Pemulihan tekanan uji harus dilakukan pada interval setengah jam. Jumlah air yang ditambahkan
setiap waktu, disebut kemudian sebagai air makeup, harus diukur, dicatat dan ditotal di akhir
pengujian.
Selama 3 jam pengujian jumlah air make up ditambahkan untuk menjaga tekanan pengujian yang
ditentukan tidak boleh melebihi jumlah yang diberikan oleh rumus berikut:

Q = .5 DLH

Dimana Q = jumlah make up lebih dari 3 jam (liter) yang diperbolehkan,


D = Nominal diameter pipa (m),
L = Panjang pipa yang diuji (km),
H = Rata rata tekanan pada bagian yang diuji (m)

- Ada atau tidaknya cacat dalam pekerjaan kontraktor harus tampak/jelas.


- Pengujian pada jalur pipa harus dilakukan setelah pemasangan pipa induk, valve, bangunan
khusus jembatan pipa, penembusan pipa (pipe driving), perlintasan pipa dan perlengkapan
lainnya, sesuai dengan standar ini.
- Pengujian tekanan air (hydrostatic-pressure test) pada jalur pipa harus dilakukan untuk
menjamin bahwa sambungan pipa dan perlengkapannya dalam keadaan baik, kuat dan tidak
bocor serta blok-blok penahan (thrust block permanen) sanggup menahan tekanan sesuai
dengan tekanan kerja pipa.
- Tenaga kerja, peralatan dan bahan untuk pengujian tekanan air dan pengujian kebocoran,
serta peralatan meter yang diperlukan untuk penguatan tekanan dan kebocoran harus
disediakan.
- Bagian jaringan pipa yang diuji harus diisi penuh dengan air. Pengisian air dilakukan dengan
pemompaan (an electric piston type test pump) yang dilengkapi meteran air dan harus
dicegah terjadinya gelombang-gelombang tekanan, semua udara didalam pipa dilepas, serta
sebuah manometer dengan kran penutupnya harus dihubungkan pada cabang jaringan pipa
yang diuji. Apabila bagian dari pipa yang diuji tidak terdapat valve udara, tenaga ahli harus
menetapkan cara pengeluaran udara.

G.1 Pengujian Tekanan


- Semua pengujian harus dilakukan pada jalur pipa per bagian setelah galian diurug, tetapi
sebelum perbaikan kembali lantai keras. Sambungan sedapat mungkin harus
ditempatkan selama pengujian berlangsung.
- Sebelum pengujian, seluruh pipa harus digelontor secara merata dengan air bersih.
- Jalur pipa harus disiapkan untuk pengujian dengan menutup semua valve, memasang
sumbat yang memadai pada bukaannya, dan membuka valve udara sepanjang jalur
pipa.
- Bila di titik puncak tidak dipasang valve pelepas udara, maka harus dipasang valve
penguapan (evaporation) pembantu.
- Bila tidak tersedia bangunan permanen seperti ruang/bak valve, ujung bidang pipa yang
diuji harus dilindungi terhadap air yang bertekanan 0,75 MPa (≈7,5 kg/cm2).
- Jalur pipa harus diisi dengan air bersih secara perlahan agar kantong-kantong udara
dapat dilepaskan, sampai seluruhnya diisi dan berada dalam tekanan ringan yang harus
dipertahankan untuk jangka waktu 24 jam. Kerusakan yang timbul pada jalur pipa pada
tahap ini harus segera diperbaiki.
- Tekanan air harus dinaikkan ke pengujian tekanan. Jangka waktu pengujian tekanan
dilakukan selama 2 (dua) jam. Pipa, fitting sambungan, atau valve yang rusak harus
disingkirkan dan diganti. Pengujian harus diulang sampai memuaskan.
- Bila pengujian pipa yang terpasang memperlihatkan kebocoran yang lebih besar dari
yang ditetapkan dalam Tabel I.3, lokasi kebocoran harus ditetapkan, lalu bahan atau
sambungan yang rusak segera diperbaiki atau diganti.
- Pengujian harus diulang sampai kebocoran berada dalam kisaran yang diijinkan.
- Kebocoran yang diijinkan bagi pipa dengan 100 sambungan

CATATAN : L/jam = Liter per jam.


Pengukuran dan Pembayaran
Pengukuran pekerjaan tes hidrolis dalam satuan meter panjang (m1) dan disetujui
Direksi Pekerjaan dan pembayarannya sesuai dengan harga satuan dalam Daftar
Kuantitas dan Harga.
G.2 Penggelontoran pipa
- Semua pipa yang terpasang harus dibersihkan dengan penggelontoran memakai air
bersih. Penggelontoran dilakukan dengan membuka/ menguras cabang pembuang
(drainase branch), mulai dari hulu dan secara bertahap ke arah hilir.
- Jangka waktu pengurasan cabang pembuang harus ditetapkan.
- Selain itu lokasi harus dengan segera ditetapkan dan diperbaiki apabila ditemukan
kebocoran selama penggelontoran, walaupun hasil pengujian dinyatakan telah disetujui.

G.3 Pencucian Pipa


- Setelah pengujian tekanan hidrostatis dinyatakan selesai dan berhasil, kotoran dalam
pipa harus dibersihkah dengan membuka semua valve penguras (washout), membilas
dan memberi desinfektan pada jaringan pipa.
- Pembersihan bagian dalam pipa dilakukan dengan mengalirkan air bersih yang
mempunyai kecepatan tinggi yaitu di atas 0,75 cm/detik dan dalam jangka waktu sampai
air yang keluar dari valve penguras secara visual bersih dan tidak mengandung
sedimen.
- Setelah itu, dengan aliran air tetap dipertahankan, pada kecepatan yang lebih rendah, air
ditambah dengan larutan chlor dengan kadar sekurangnya 10 mg/l, dengan cara
dipompakan melalui lubang berdiameter kecil diujung pipa.
- Volume air dan jangka waktunya sekurang-kurangnya 24 jam harus sedemikian
sehingga air yang dikeluarkan mengandung sekurangnya 5 mg klorin/liter.
- Jika air ini tidak mengandung khlorin bebas setelah perioda kontak selama 24 jam dalam
pemberian desinfektan, maka proses harus diulangi.
- Sebelum pemberian desinfektan pada tiap bagian pipa dengan cairan yang mengandung
khlorin diatas, Kontraktor harus mendapat persetujuan dari Tenaga Ahli untuk
menggunakannya.

G.4 PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN


Pengukuran pekerjaan tes hidrolis dalam satuan meter panjang (m1) dan disetujui Direksi
Pekerjaan dan pembayarannya sesuai dengan harga satuan dalam Daftar Kuantitas dan
Harga.

Pejabat Pembuat Komitmen ……………………….


Satker ……………………………………………..

.....................................................
NIP….........................................
H. SPESIFIKASI TEKNIK PERLENGKAPAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
(K3)

H.1 UMUM
Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 5/PRT/M/2014 tentang Rencana
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (RK3) serta Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat Nomor 2/PRT/M/2018 tentang Pengganti Permen PU No 5/2018.
Maka Pelaksana Konstruksi wajib menyelenggarakan Program K3 untuk pembangunan
rumah susun ini dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Setiap pekerjaan konstruksi harus memiliki petugas K3 yang memiliki lisensi Ahli K3
Konstruksi sesuai dengan Permenaker R.I Nomor: PER.04/MEN/ 1987 tentang P2K3
serta Tata cara penunjukan Ahli K3 dan Surat Dirjen Binwasnaker RI No. Kep.
20/DJPPK/VI/2004 tentang Sertifikat Kompetensi K3 bidang Konstruksi Bangunan
dengan ketentuan sebagai berikut:
 Proyek dengan tenaga kerja > 100 orang atau pelaksanaan > 6 bulan harus memiliki
1 Ahli Utama K3, 1 AK3 Muda dan 2 AK3 Muda Konstruksi;
 Proyek dengan tenaga kerja < 100 orang atau pelaksanaan < 6 bulan harus memiliki
1 AK3 Madya dan 1 AK3 Muda Konstruksi;
 Proyek dengan tenaga kerja < 25 orang atau pelaksanaan < 3 bulan harus memiliki
1 orang AK3 Muda Konstruksi.
2. Memastikan Rencana K3 Proyek sudah dibuat sesuai dengan standar dan dikirimkan
kepada pihak yang berkepentingan. Rencana K3 proyek harus disetujui Pimpinan
dan dimutakhirkan setiap ada perubahan;
3. Memastikan seluruh alat berat dan peralatan yang digunakan memiliki sertifikasi yang
masih berlaku.
 Harus dilakukan inspeksi pramobilisasi sebelum diizinkan memasuki lokasi
kegiatan;
 Alat harus diinspeksi oleh instansi pemerintah yang berwenang sebelum
digunakan (riksa uji);
 Pastikan umur alat sesuai dengan persyaratan.
4. Memastikan perlindungan terhadap pihak ke-3 dan lingkungan sekitar sudah
direncanakan dengan aman. Seluruh area konstruksi harus tertutup jaring
pengaman selama masa konstruksi, dipastikan tidak ada potensi benda jatuh keluar
area.
5. Memastikan seluruh alat berat dioperasikan oleh operator yang memiliki SIO (Surat
Izin Operasi) dan masih berlak. Hanya operator yang memiliki SIO (Surat Izin
Operasi) yang boleh mengoperasikan alat berat.
6. Dalam kondisi berbahaya harus mampu menghentikan pekerjaan. Lapor kepada
penanggung jawab pekerjaan atau departemen terkait dan lakukan rapat
persiapan (TBM) kembali.
7. Melaksanakan inspeksi alat berat dan peralatan setiap akan digunakan dan
melaksanakan inspeksi rutin K3.
8. Membuat laporan berkala Kinerja K3 dan dilaporkan kepada pihak yang berwenang
dan pihak yang berkepentingan. Laporan ke instansi pemerintah yang berwenang
dan unit K3 setiap minggu, memuat Kinerja K3, daftar alat berat dan operator,
rencana, dan aktual K3.
9. Penyedia Jasa wajib menyediakan APD (alat pelindung diri) dan APK (Alat Pengaman
Kerja) yang memenuhi standard dan harus dipakai oleh pekerja pada semua pekerjaan
sesuai dengan jenis pekerjaannya. Dalam Pekerjaan Sistem Penyediaan Air Bersih
secara Umum peralatan APD yang umunya digunakan adalah sebagai berikut:
(1) Baju kerja (Protective overall)

(2) Topi pelindung (safety helmet) harus sesuai standar ANSIZ.89.1-201 atau
standar SNI

(3) Pelindung mata harus sesuai dengan ANSI Z.87.1-2010

(4) Pelindung pekerjan las atau gerinda

(5) Pelindung tangan sesuai dengan SNI0-0652-2015


(6) Pelindung Pernapasan (masker/dust mask)

(7)Pelindung Telinga
(8) Pelindung jatuh dari ketinggian sesuai dengan standar ANSI Z.359.1-2016 atau
standar SNI

(9) APAR (alat pemadam api ringan)

(10) Rambu-rambu kerja seperti traffic cone, pita penghalang (barricade tape), lampu
pengaman di jalan (traffic warning lamp) yang digunakan pada pekerjaan galian
pada crossing jalan atau bahu jalan
Safety net

(11) Bendera K3, bendera merah putih dan bendera perusahaan pada lokasi strategis
sesuai dengan Kepmenaker 1135 tahun 1987
(12) Spanduk dan poster

(13)
(13)
(13)
(13)
(13)
(13)
Ra
mbu-rambu K3
Contoh rambu-rambu yang digunakan pekerjaan galian
No Simbol Keterangan
1
Dilarang Masuk

2 Rambu
Penyempitan
Jalan
3
Rambu Galian

4
Traffic cone

5
Barikade

6
Rambu
Penunjuk
Arah

7
Lampu Rotary

8
Rambu
Peringatan
Hati-Hati

9
Rambu Kurangi
Kecepatan

10
Safety Line

11
Rambu Pejalan
Kaki

12
Flag Man
10. Obat P3K yang disediakan adalah obat yang diperlukan untuk pertolongan pertama
diantaranya anti infeksi, perban, kasa, kapas, tabung oksigen dsbnya.

11. Papan Informasi K3

Semua proyek harus membuat papan informasi K3 yang berisi kinerja K3 dan
informasi K3 lainnya, papan informasi pekerjaan dan potensi bahaya pada setiap
lokasi kerja, memasang rambu dan banner sesuai dengan potensi bahaya pada
lokasi kerja.

Papan informasi ditempatkan di dua sisi yaitu pada bagian depan proyek dan bagian
belakang proyek. Pada bagian depan proyek dengan rincian sebagai berikut:
 Bagian Depan
- Statistik kecelakaan kerja, FR, SR, safe manhour, total manhour, LTI terakhir;
- Pekerjaan hari ini dan JSA;
- Pekerjaan hari ini, penggunaan alat berat, lisensi dan nama penanggung
jawab;
- Alur proses prosedur kerja aman setiap item pekerjaan;
- Sisa waktu pelaksanaan proyek dan progress;
- Alur proses tanggap darurat dan no. telepon penting;

 Bagian Belakang
Monitoring izin kerja dan dokumen dan asuransi BPJS Proyek.

12. Fasilitas Minimal Bahaya Keselamatan Kerja

Proyek konstruksi harus merencanakan, menganggarkan, dan membuat fasilitas


proteksi bahaya nyata yang ada di setiap pekerjaan konstruksi baik proyek bangunan
maupun pekerjaan renovasi. Standar yang dibuat ini adalah standar minimum,
setiap kontraktor dapat melakukan improvisasi atau menerapkan standar yang lebih
tinggi. Pengelola Proyek akan melakukan inspeksi secara berkala dan mendadak
untuk memastikan fasiltas proteksi bahaya dibuat dan dipelihara hingga memenuhi
standar keselamatan kerja.

 Proteksi Area Galian


Area galian merupakan area yang sangat berbahaya jika tidak diberi rambu-
rambu, sehingga akan mengurangi resiko kecelakaan di daerah ini.
 Proteksi Bahaya Jatuh Dari Ketinggian
Untuk bangunan lebih dari 2 lantai, resiko jatuh dari ketinggian bangunan
menjadi perhatian yang sangat serius dalam penerapan K3. Untuk
menghindari hal tersebut, maka harus dilakukan hal-hal sebagai berikut:
- Pemasangan Pipa Pagar Tangga Darurat Perancah
- Pemasangan Pipa Pagar Perancah
- Pemasangan Tali Keselamatan
- Pemasangan Pipa Pagar Tangga Darurat Area Gedung
- Pemasangan Pipa Area Bekisting
 Proteksi Bahaya Benda Jatuh
Material yang digunakan adalah jaring pengaman (polinet). Dipasang di seluruh
perancah yang digunakan sebagai platform (perancah tetap)/kemungkinan ada
material yang jatuh atau material yang terbawa angin dari dalam gedung.
Ukuran jaring disesuaikan dengan kebutuhan lapangan. Pada area-area yang
menjadi akses masuk, harus dibuat kanopi yang melindungi pekerja dari
kejatuhan benda dari area perancah. Pemasangan jaring pengaman ini
ditempatkan pada lokasi-lokasi seperti:
- Perancah Eksternal
- Jaring Vertikal pada Bekisting Atas
- Jaring Vertikal pada Area Lift
- Jaring Pengaman di Perimeter Gedung
- Jaring Pengaman di Terminal Material
- Jaring Pengaman Sisi Luar Gedung
 Menyediakan akses yang aman bagi pelaksana dan pengawas dalam pelaksanaan
pekerjaan dan pengawasan serta untuk warga yang terganggu oleh galian
perpipaan
Material yang digunakan adalah plat besi atau beton yang cukup kuat untuk bisa
dilalui oleh motor. Ukuran plat disesuaikan dengan kebutuhan lapangan.
Pemasangan plat ini ditempatkan pada lokasi-lokasi yang menjadi akses masuk
bagi publik, seperti:
- Mulut gang
- Akses masuk rumah warga atau pertokoan
- Persimpangan jalan kecil

13. Pelaporan
a. Penyedia melapor ke Dinas Tenaga Kerja dan Jamsostek setempat sesuai
ketentuan yang berlaku.
b. Penyedia wajib membuat Laporan Rutin Kegiatan P2K3 ke Dinas Tenaga Kerja
setempat dan tembusannya disampaikan kepada PPK.
c. Penyedia wajib melaksanakan Audit Internal K3 Konstruksi Bidang Pekerjaan
Umum.
d. Penyedia wajib membuat rangkuman aktifitas pelaksanaan SMK3K bidang
pekerjaan umum sebagai bagian dari dokumen serah terima kegiatan pada akhir
pekerjaan.
e. Penyedia wajib melaporkan kepada PPK dan Dinas Tenaga Kerja setempat tentang
kejadian berbahaya, kecelakaan kerja konstruksi dan penyakit akibat kerja
kosntruksi yang telah terjadi pada kegiatan yang dilaksanakan.
f. Penyedia wajib menindaklanjuti surat peringatan yang diterima dari PPK.

14. Penyedia bertanggung jawab atas terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat
kerja apabila tidak menyelenggarakan SMK3 Konstruksi Bidang PU sesuai dengan
RK3K;

H.2 PERSYARATAN KHUSUS PENANGANAN WABAH


Mengacu pada Instruksi Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No
02/IN/M/2020 Tentang Protokol Pencegahan Penyebaran CORONA VIRUS DISEASE
2019 (COVID 19) Dalam Penyelenggaraan Jasa Konstruksi, maka penyedia jasa
diharuskan:
A. Membentuk Satgas Pencegahan COVID 19 bersama Pengguna Jasa
B. Menyediakan fasilitas pencegahan COVID 19 dilapangan antara lain:
a. Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi wajib menyediakan ruang klinik kesehatan di
lapangan yang dilengkapi dengan sarana kesehatan yang memadai, antara lain
tabung oksigen, pengukur suhu badan nir-sentuh (thermoscan), pengukur tekanan
darah, obat-obatan dan petugas medis;
b. Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi wajib memiliki kerjasama operasional
perlindungan kesehatan dan pencegahan COVID 19 dengan rumah sakit dan/atau
pusat kesehatan masyarakat terdekat untuk tindakan darurat (emergency);
c. Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi wajib menyediakan fasilitas tambahan antara
lain: pencuci tangan ( air, sabun dan hand sanitizer), tisu, masker dikantor dan
dilapangan bagi seluruh pekerja dan tamu; dan
d. Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi wajib menyediakan vaksin, vitamin dan nutrisi
tambahan guna peningkatan imunitas pekerja.
C. Mengukur suhu semua orang setiap pagi, siang dan sore.
D. Membuat kerjasama penanganan suspect covid 19 dengan rumah sakit dan puskemas
setempat.
E. Menghentikan sementara pekerjaan jika terindikasi ada tenaga kerja yang terpapar
covid 19 bersama Pengguna Jasa.
F. Melakukan tindakan isolasi dan penyemprotan disinfektan sarana dan prasarana kantor
dan lapangan.
Perlengkapan APD harus disediakan oleh Penyedia Jasa sesuai dengan Instruksi
Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat Nomor: 02/IN/M/2020 Tentang
Protokol Pencegahan Penyebaran Corona virus Disease 2019 (Covid – 19) dalam
penyelengaraan Jasa Konstruksi. Dapat dilihat pada Lampiran 3.
Spesifikasi Teknis perlengkapan APD harus sesuai dengan ketentuan dalam Standar
Pelindung Diri (APD) dalam manajemen penanganan Covid – 19 yang diterbitkan oleh
Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Kementerian Kesehatan, bulan
April 2020. Dapat dilihat pada Lampiran 4.

H.3. PERSYARATAN KHUSUS PENANAGANAN KEKERASAN BERBASIS GENDER


Pengawasan dan upaya pencegahan terkait Kekerasan Berbasis Gender (Gender Based
Violence/GBV) maupun Kekerasan Terhadap Anak (Violence against Children/VAC), antara
lain pencegahan terhadap: i. Pelecehan Seksual (misalnya melarang penggunaan bahasa
atau perilaku yang tidak pantas, melecehkan, kasar, pornoaksi, provokatif, merendahkan
atau tidak pantas, khususnya terhadap wanita dan anak-anak); ii. Kekerasan atau
pemaksaan (misalnya pelarangan segala bentuk kegiatan seks komersial termasuk
didalamnya imbalan secara seksual, atau bentuk perilaku lain yang memalukan,
merendahkan atau ada unsur pemaksaan); iii. Perlindungan terhadap anak- anak (termasuk
larangan terhadap pelecehan, menodai, atau perilaku menyimpang terhadap anak-anak,
membatasi interaksi dengan anak-anak, dan memastikan keselamatan anak-anak disekitar
lokasi kerja).
Sosialisasi prosedur aduan formal dan informal terhadap tindak kekerasan terhadap anak-
anak dan wanita, pelecehan seksual, penyebaran informasi atau selebaran pelarangan tindak
kekerasan dan pelecehan seksual di lokasi kerja, pengaduan yang diterima dan pengaduan
yang ditangani serta sanksi yang dijatuhkan kepada pelaku tindak kekerasan maupun
pelecehan.
Contoh spanduk anti kekerasan terhadap anak-anak dan Wanita, untuk pemenuhan aspek
KBG/KES dan/atau KTA;
H.4. PEMBAYARAN
Pengukuran dan pembayaran untuk Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3), dibuat
dalam harga satuan yang terdapat dalam Daftar Kuantitas Peralatan APD dan K3.
Total seluruh pembayaran tidak boleh lebih besar dari harga lump sum yang
terdapat dalam Daftar Kuantitas dan Harga.

Pejabat Pembuat Komitmen


Satker …………………………

.....................................................
NIP….........................................
335

BAB XII. BENTUK-BENTUK DOKUMEN STANDAR LAIN

1. Bentuk Surat Penunjukan Penyedia Pekerjaan (SPPBJ)


2. Bentuk Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK)
3. Bentuk Jaminan Pelaksanaan dari Bank
4. Bentuk Jaminan Pelaksanaan dari perusahaan asuransi/penjaminan
5. [Bentuk Jaminan Uang Muka dari Bank (apabila diperlukan)]
6. [Bentuk Jaminan Pemeliharaan dari bank (apabila diperlukan)]
7. [Bentuk Jaminan Pemeliharaan dari perusahaan asuransi/penjaminan]
336

1. BENTUK SURAT PENUNJUKAN PENYEDIA PEKERJAAN (SPPBJ)

[kop surat K/L/D/I]

Nomor : , 20
Lampiran :

Kepada Yth.

di

Perihal : Penunjukan Penyedia untuk Pelaksanaan Paket Pekerjaan

Dengan ini kami beritahukan bahwa penawaran Saudara nomor


tanggal perihal dengan [nilai penawaran/penawaran
terkoreksi] sebesar Rp ( ) kami nyatakan
diterima/disetujui.

Sebagai tindak lanjut dari Surat Penunjukan Penyedia Pekerjaan (SPPBJ) ini Saudara
diharuskan untuk menyerahkan Jaminan Pelaksanaan dan menandatangani
Kontrak/Surat Perjanjian paling lambat 14 (empat belas) hari kerja setelah
diterbitkannya SPPBJ. Kegagalan Saudara untuk menerima penunjukan ini yang
disusun berdasarkan evaluasi terhadap penawaran Saudara, akan dikenakan sanksi
sesuai ketentuan dalam Peraturan Presiden No. 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah yang terakhir diubah dengan Peraturan Presiden No. 4 Tahun
2015.

Satuan Kerja Pejabat


Pembuat Komitmen

[tanda tangan]

[nama lengkap]
[jabatan]
NIP.

Tembusan Yth. :
1. [PA/KPA K/L/D/I]
2. [APIP K/L/D/I]
3. [Pokja Pemilihan]
......... dst
337
2. BENTUK SURAT PERINTAH MULAI KERJA (SPMK)

[kop surat satuan kerja K/L/D/I]

SURAT PERINTAH MULAI KERJA (SPMK)

Nomor: Paket
Pekerjaan:

Yang bertanda tangan di bawah ini:

[nama Pejabat Pembuat Komitmen]


[jabatan Pejabat Pembuat Komitmen]
[alamat satuan kerja Pejabat Pembuat Komitmen]

selanjutnya disebut sebagai Pejabat Pembuat Komitmen;

berdasarkan Surat Perjanjian nomor tanggal ,


bersama ini memerintahkan:

[nama Penyedia Pekerjaan Konstruksi]


[alamat Penyedia Pekerjaan Konstruksi]
yang dalam hal ini diwakili oleh:

selanjutnya disebut sebagai Penyedia;

untuk segera memulai pelaksanaan pekerjaan dengan memperhatikan


ketentuan-ketentuan sebagai berikut:

1. Macam pekerjaan: ;

2. Tanggal mulai kerja: ;

3. Syarat-syarat pekerjaan: sesuai dengan persyaratan dan ketentuan


Kontrak;

4. Waktu penyelesaian: selama ( ) hari kalender/bulan/tahun dan


pekerjaan harus sudah selesai pada tanggal

5. Denda: Terhadap setiap hari keterlambatan pelaksanaan/penyelesaian pekerjaan


Penyedia akan dikenakan Denda Keterlambatan sebesar 1/1000 (satu per seribu)
dari Nilai Kontrak atau bagian tertentu dari Nilai Kontrak sebelum PPN sesuai
dengan Syarat-Syarat Khusus Kontrak.

, 20

Untuk dan atas nama


Pejabat Pembuat Komitmen

[tanda tangan]

[nama lengkap]
[jabatan]
NIP:

Menerima dan menyetujui: Untuk

dan atas nama

[tanda tangan]

[nama lengkap wakil sah badan usaha]


[jabatan]
177
3. JAMINAN PELAKSANAAN DARI BANK

[Kop Bank Penerbit Jaminan]

GARANSI BANK
sebagai JAMINAN
PELAKSANAAN
No.

Yang bertanda tangan dibawah ini: dalam


jabatan selaku dalam hal ini bertindak untuk dan
atas nama _ [nama bank] berkedudukan di
[alamat]

untuk selanjutnya disebut: PENJAMIN

dengan ini menyatakan akan membayar kepada:


Nama : [nama PPK]
Alamat :

selanjutnya disebut: PENERIMA JAMINAN

sejumlah uang Rp
(terbilang ) dalam bentuk
garansi bank sebagai Jaminan Pelaksanaan atas pekerjaan
berdasarkan Surat Penunjukan Penyedia Pekerjaan/Jasa (SPPBJ) No.
tanggal , apabila:
Nama : [nama Penyedia]
Alamat :

selanjutnya disebut: YANG DIJAMIN

ternyata sampai batas waktu yang ditentukan, namun tidak melebihi tanggal batas
waktu berlakunya Garansi Bank ini, lalai/tidak memenuhi kewajibannya kepada
Penerima Jaminan:
a. Yang dijamin tidak menyelesaikan pekerjaan tersebut pada waktunya dengan baik
dan benar sesuai dengan ketentuan dalam Kontrak;
b. Pemutusan kontrak akibat kesalahan Yang Dijamin.
sebagaimana ditentukan dalam Dokumen Pengadaan yang diikuti oleh Yang Dijamin.

Garansi Bank ini dikeluarkan dengan ketentuan sebagai berikut:


1. Berlaku selama ( ) hari kalender, dari tanggal
s.d.
2. Tuntutan pencairan atau klaim dapat diajukan secara tertulis dengan melampirkan
Surat Pernyataan Wanprestasi dari Penerima Jaminan
339

paling lambat 14 (empat belas) hari kalender setelah tanggal jatuh tempo Garansi
Bank sebagaimana tercantum dalam butir 1.
3. Penjamin akan membayar kepada Penerima Jaminan sejumlah nilai jaminan
tersebut di atas dalam waktu paling lambat 14 (empat belas) hari kerja tanpa
syarat (Unconditional) setelah menerima tuntutan pencairan dari Penerima
Jaminan berdasar Surat Pernyataan Wanprestasi dari Penerima Jaminan
mengenai pengenaan sanksi akibat Yang Dijamin cidera janji/lalai/tidak memenuhi
kewajibannya.
4. Penjamin melepaskan hak-hak istimewanya untuk menuntut supaya benda-benda
yang diikat sebagai jaminan lebih dahulu disita dan dijual untuk melunasi hutang
Yang Dijamin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1831 Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata.
5. Garansi Bank ini tidak dapat dipindahtangankan atau dijadikan jaminan kepada
pihak lain.
6. Segala hal yang mungkin timbul sebagai akibat dari Garansi Bank ini, masing-
masing pihak memilih domisili hukum yang umum dan tetap di Kantor Pengadilan
Negeri .

Dikeluarkan di :
Pada tanggal :

[Bank]

Materai Rp. 10.000,00


Sebagai konfirmasi, pemegang Garansi
Bank disarankan untuk menghubungi
[bank]

[Nama dan Jabatan]


340
4. JAMINAN PELAKSANAAN DARI ASURANSI/PERUSAHAAN PENJAMINAN

[Kop Penerbit Jaminan]

JAMINAN PELAKSANAAN

Nomor Jaminan: Nilai:

1. Dengan ini
dinyatakan, bahwa kami: [nama],
[alamat] sebagai Penyedia, selanjutnya disebut TERJAMIN, dan
[nama penerbit jaminan], [alamat]
sebagai Penjamin, selanjutnya disebut sebagai PENJAMIN, bertanggung jawab
dan dengan tegas terikat pada [nama PPK],
[alamat] sebagai Pemilik Pekerjaan, selanjutnya disebut
PENERIMA JAMINAN atas uang sejumlah Rp
(terbilang )

2. Maka kami, TERJAMIN dan PENJAMIN dengan ini mengikatkan diri untuk
melakukan pembayaran jumlah tersebut di atas dengan baik dan benar bilamana
TERJAMIN tidak memenuhi kewajibannya dalam melaksanakan pekerjaan
sebagaimana ditetapkan berdasarkan Surat
Penunjukan Penyedia Pekerjaan (SPPBJ) No. tanggal
untuk pelaksanaan pelelangan pekerjaan
yang diselenggarakan oleh PENERIMA JAMINAN.

3. Surat Jaminan ini berlaku selama ( ) hari kalender dan efektif


mulai dari tanggal sampai dengan tanggal

4. Jaminan ini berlaku apabila:


a. TERJAMIN tidak menyelesaikan pekerjaan tersebut pada waktunya dengan baik
dan benar sesuai dengan ketentuan dalam Kontrak;
b. Pemutusan kontrak akibat kesalahan TERJAMIN.

5. PENJAMIN akan membayar kepada PENERIMA JAMINAN sejumlah nilai jaminan


tersebut di atas dalam waktu paling lambat 14 (empat belas) hari kerja tanpa syarat
(Unconditional) setelah menerima tuntutan pencairan secara tertulis dari
PENERIMA JAMINAN berdasarkan Keputusan PENERIMA JAMINAN mengenai
pengenaan sanksi akibat TERJAMIN cidera janji.

6. Menunjuk pada Pasal 1832 KUH Perdata dengan ini ditegaskan kembali bahwa
PENJAMIN melepaskan hak-hak istimewa untuk menuntut supaya harta benda
TERJAMIN lebih dahulu disita dan dijual guna dapat melunasi hutangnya
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1831 KUH Perdata.

7. Tuntutan pencairan terhadap PENJAMIN berdasarkan Jaminan ini harus sudah


diajukan selambat-lambatnya dalam waktu 30 (tiga puluh) hari kalender sesudah
berakhirnya masa berlaku Jaminan ini.

Dikeluarkan di _
pada tanggal _

TERJAMIN PENJAMIN
Sebagai konfirmasi, pemegang Jaminan
disarankan untuk menghubungi Materai Rp. 10.000,00
[Penerbit Jaminan]

[Nama dan Jabatan] [Nama dan Jabatan]


341
5. BENTUK JAMINAN UANG MUKA DARI BANK

[Kop Bank Penerbit Jaminan]

GARANSI BANK
sebagai JAMINAN
UANG MUKA
No.

Yang bertanda tangan dibawah ini: dalam


jabatan selaku dalam hal ini bertindak untuk dan
atas nama [nama bank] berkedudukan di
[alamat]

untuk selanjutnya disebut: PENJAMIN

dengan ini menyatakan akan membayar kepada:


Nama : [nama PPK]
Alamat :

selanjutnya disebut: PENERIMA JAMINAN

sejumlah uang Rp
(terbilang ) dalam bentuk
garansi bank sebagai Jaminan Uang Muka atas pekerjaan
berdasarkan Kontrak No. tanggal , apabila:
Nama : [nama Penyedia]
Alamat :

selanjutnya disebut: YANG DIJAMIN

ternyata sampai batas waktu yang ditentukan, namun tidak melebihi tanggal batas
waktu berlakunya Garansi Bank ini, Yang Dijamin lalai/tidak memenuhi kewajibannya
dalam melakukan pembayaran kembali kepada Penerima Jaminan atas uang muka
yang diterimanya, sebagaimana ditentukan dalam Dokumen Kontrak.

Garansi Bank ini dikeluarkan dengan ketentuan sebagai berikut:


1. Berlaku selama ( ) hari kalender, dari tanggal
s.d.
2. Tuntutan pencairan atau klaim dapat diajukan secara tertulis dengan melampirkan
Surat Pernyataan Wanprestasi dari Penerima Jaminan paling lambat 14 (empat
belas) hari kalender setelah tanggal jatuh tempo Garansi Bank sebagaimana
tercantum dalam butir 1.
3. Penjamin akan membayar kepada Penerima Jaminan sejumlah nilai jaminan
tersebut di atas atau sisa Uang Muka yang belum dikembalikan Yang Dijamin
dalam waktu paling lambat 14 (empat belas) hari kerja tanpa syarat
(Unconditional) setelah menerima tuntutan pencairan dari
342

Penerima Jaminan berdasarkan Surat Pernyataan Wanprestasi dari Penerima


Jaminan mengenai pengenaan sanksi akibat Yang Dijamin cidera janji/lalai/tidak
memenuhi kewajibannya.
4. Penjamin melepaskan hak-hak istimewanya untuk menuntut supaya benda-benda
yang diikat sebagai jaminan lebih dahulu disita dan dijual untuk melunasi hutang
Yang Dijamin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1831 Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata.
5. Garansi Bank ini tidak dapat dipindahtangankan atau dijadikan jaminan kepada
pihak lain.

6. Segala hal yang mungkin timbul sebagai akibat dari Garansi Bank ini, masing-
masing pihak memilih domisili hukum yang umum dan tetap di Kantor Pengadilan
Negeri .

Dikeluarkan di :
Pada tanggal :

[Bank]

Materai Rp. 10.000,00

Sebagai konfirmasi, pemegang Garansi


Bank disarankan untuk menghubungi
[bank]

[Nama dan Jabatan]


343
6. JAMINAN PEMELIHARAAN DARI BANK

[Kop Bank Penerbit Jaminan]

GARANSI BANK
sebagai JAMINAN
PEMELIHARAAN
No.

Yang bertanda tangan dibawah ini: dalam


jabatan selaku dalam hal ini bertindak untuk dan
atas nama [nama bank] berkedudukan di
[alamat]

untuk selanjutnya disebut: PENJAMIN

dengan ini menyatakan akan membayar kepada:


Nama : [nama PPK]
Alamat :

selanjutnya disebut: PENERIMA JAMINAN

sejumlah uang Rp
(terbilang ) dalam bentuk
garansi bank sebagai Jaminan Pemeliharaan atas pekerjaan
berdasarkan Kontrak No. tanggal , apabila:
Nama : [nama Penyedia]
Alamat :

selanjutnya disebut: YANG DIJAMIN

ternyata sampai batas waktu yang ditentukan, namun tidak melebihi tanggal batas
waktu berlakunya Garansi Bank ini, lalai/tidak memenuhi kewajibannya kepada
Penerima Jaminan untuk melakukan pemeliharaan sebagaimana ditentukan dalam
Dokumen Kontrak.

Garansi Bank ini dikeluarkan dengan ketentuan sebagai berikut:


1. Berlaku selama ( ) hari kalender, dari tanggal
s.d.
2. Tuntutan pencairan atau klaim dapat diajukan secara tertulis dengan melampirkan
Surat Pernyataan Wanprestasi dari Penerima Jaminan paling lambat 14 (empat
belas) hari kalender setelah tanggal jatuh tempo Garansi Bank sebagaimana
tercantum dalam butir 1.
3. Penjamin akan membayar kepada Penerima Jaminan sejumlah nilai jaminan
tersebut di atas dalam waktu paling lambat 14 (empat belas) hari kerja tanpa
syarat (Unconditional) setelah menerima tuntutan pencairan dari Penerima
Jaminan berdasarkan Surat Pernyataan
344
Wanprestasi dari Penerima Jaminan mengenai pengenaan sanksi akibat Yang
Dijamin cidera janji/lalai/tidak memenuhi kewajibannya.
4. Penjamin melepaskan hak-hak istimewanya untuk menuntut supaya benda-benda
yang diikat sebagai jaminan lebih dahulu disita dan dijual untuk melunasi hutang
Yang Dijamin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1831 Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata.
5. Garansi Bank ini tidak dapat dipindahtangankan atau dijadikan jaminan kepada
pihak lain.
6. Segala hal yang mungkin timbul sebagai akibat dari Garansi Bank ini, masing-
masing pihak memilih domisili hukum yang umum dan tetap di Kantor Pengadilan
Negeri .

Dikeluarkan di :
Pada tanggal :

[Bank]

Materai Rp. 10.000,00


Sebagai konfirmasi, pemegang Garansi
Bank disarankan untuk menghubungi
[bank]

[Nama dan Jabatan]


7. JAMINAN PEMELIHARAAN DARI ASURANSI/PERUSAHAAN PENJAMINAN
345

[Kop Penerbit Jaminan]

JAMINAN PEMELIHARAAN

Nomor Jaminan: Nilai:

1. Dengan ini
dinyatakan, bahwa kami: [nama],
[alamat] sebagai Penyedia, selanjutnya disebut TERJAMIN, dan
[nama penerbit jaminan], [alamat]
sebagai Penjamin, selanjutnya disebut sebagai PENJAMIN, bertanggung jawab
dan dengan tegas terikat pada [nama PPK],
[alamat] sebagai Pemilik Pekerjaan, selanjutnya disebut
PENERIMA JAMINAN atas uang sejumlah Rp
(terbilang )
2. Maka kami, TERJAMIN dan PENJAMIN dengan ini mengikatkan diri untuk
melakukan pembayaran jumlah tersebut di atas dengan baik dan benar bilamana
TERJAMIN tidak memenuhi kewajiban dalam melaksanakan pekerjaan
sebagaimana ditetapkan berdasarkan Kontrak No. tanggal dari
PENERIMA JAMINAN.
3. Surat Jaminan ini berlaku selama ( ) hari kalender dan efektif
mulai dari tanggal sampai dengan tanggal
4. Jaminan ini berlaku apabila:
TERJAMIN tidak memenuhi kewajibannya melakukan pemeliharaan
sebagaimana ditentukan dalam Dokumen Kontrak.
5. PENJAMIN akan membayar kepada PENERIMA JAMINAN sejumlah nilai jaminan
tersebut di atas dalam waktu paling lambat 14 (empat belas) hari kerja tanpa syarat
(Unconditional) setelah menerima tuntutan pencairan secara tertulis dari
PENERIMA JAMINAN berdasar Keputusan PENERIMA JAMINAN mengenai
pengenaan sanksi akibat TERJAMIN cidera janji.
6. Menunjuk pada Pasal 1832 KUH Perdata dengan ini ditegaskan kembali bahwa
PENJAMIN melepaskan hak-hak istimewa untuk menuntut supaya harta benda
TERJAMIN lebih dahulu disita dan dijual guna dapat melunasi hutangnya
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1831 KUH Perdata.
7. Tuntutan pencairan terhadap PENJAMIN berdasarkan Jaminan ini harus sudah
diajukan selambat-lambatnya dalam waktu 30 (tiga puluh) hari kalender sesudah
berakhirnya masa berlaku Jaminan ini.
Sebagai konfirmasi, pemegang Jaminan
disarankan untuk menghubungi
[Penerbit Jaminan]
Dikeluarkan di _
pada tanggal

TERJAMIN PENJAMIN
Materai Rp.10.000,00

[Nama & Jabatan] [Nama & Jabatan]

Anda mungkin juga menyukai