Tujuan pembangunan kesehatan adalah untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal (Indonesia Sehat 2010). Selanjutnya lebih khusus dikatakan bahwa satu tujuan utama dari pembangunan dibidang kesehatan adalah pembangunan keluarga sejahtera termasuk meningkatkan keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera. (SKN 2005) Upaya peningkatan jumlah keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera perlu adanya penekanan keinginan jumlah anak yang berlebihan. Penekanan ini secara resmi melalui Gerakan Keluarga Berencana Nasional, yaitu dengan cara memakai alat kontrasepsi untuk pencegahan kehamilan. Untuk menekan keinginan jumlah anak yang berlebihan tersebut perlu diadakan analisi secara statistic terhadap factor-faktor yang mungkin terkait. Hasil analisi tersebut dapat dipakai untuk menentukan keijaksanaan. (BKKBN 2002) Upaya pelembagaan dan pembudayaan NKKBS dengan slogan “dua anak cukup, laki-laki perempuan sama saja”, terus digalakkan. Hal ini untuk mereka jumlah anak yang diinginkan secara berlebihan, ini berarti juga mereka keinginan tambah anak yang secara langsung mempengaruhi lagi pertumbuhan penduduk. Secara langsung keinginan tambah anak yang terealisasi tanpa terkendali secara tidak langsung akan mempengaruhi program-program yang mengendalikan pertumbuhan penduduk. Misalnya mempengaruhi penerimaan Gerakan Keluarga Berencana dan Kelestarian Akseptor yang berarti bebas dari pengendalian Kelahiran. (BKKBN 2002). Sebenarnya program KB telah lama dilaksanakan yaitu sejak empat puluh tahun yang lalu dan menunjukkan hasil yang sangat positif. Data hasil survey demografi dan data kesehatan Indonesia tahun 2005 menggambarkan bahwa hamper semua wanita menikah telah mengetahui sedikitnya satu jenis alat kontrasepsi modern maupun tanpa pelayanannya. (BPS. 2005). Meskipun implementasi program pada tingkat Nasional telah mencapai target yang telah direncanakan, namun tujuan utama untuk menurunkan fertilitas melalui keluarga berencana. Berkaitan dengan hal ini Pasangan Usia Subur (PUS) merupakan sasran utama gerakan KB (Dinas Kependudukan dan KB 2004). Di Indonesia data sensus penduduk tahun 2002, memberikan informasi bahwa penduduk umur muda (0-20 tahun) sebesar 53% dari seluruh penduduk. Fertilisasi dikalangan responden berusia 15-19 tahun menunjukkan sebesar 4,5% telah mengalami kehamilan pertama kali dan sebesar 18% sudah memiliki anak. Ditinjau menurut jumlah anak yang dimiliki sebesar 1,43% kelompok adolescent ini telah mempunyai anak lahir hidup dua orang atau lebih (BPS 2001). Gambaran ini menunjukkan bahwa adanya peningkatan fertilisasi yang berpotensi besar dalam struktur kependudukan Indonesia. Keadaan diatas juga terdapat pada masyarakat Tapanuli Utara yang mempunyai laju pertumbuhan pendudukan 2005 sebanyak 0,41% per tahun, (BPS 2005) melihat kenyataan yang ada bahwa factor keinginan tambah anak lagi merupaka salah satu penyebab laju pertumbuhan anak. Factor ini sebenarnya berada dalam lingkup jumlah anak ideal yang diinginkan. Sedangkan factor lainnya adalah jumlah anak yang dimiliki saat ini. Untuk mengetahui hubungan kedua factor tersebut keterkaitannya dengan factor lain, mak perlu diadakan analisis secara statistic. Analisis mengenai keeratan hubungan ini adalah koefisien asosiaso atau korelasi. Dari hasil analisis statistic dapat diukur kuatnya statistic secara numeric. Semakin besar angka yang dihasilkan, semakin erat hubungan kedua factor yang dianalisis. Dalam penelitian ini dicoba dimanfaatkan rumus koefisien asosiasi C untuk mengambil hubungan jumlah anak hidup dengan keinginan tambah anak.
1.2 Perumusan Masalah
Bertitik tolak dari latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : Bagaimana hubungan antara jumlah anak hidup dengan keinginan anak? Bagimana peranan factor lain terhadap hubungan antara jumlah anak hidup dengan keinginan anak? Bagaimana ukuran harga yang dihasilkan dari tiap rumus koefisien asosiasi dalam menganalisi hubungan antara jumlah anak hidup dengan keinginan anak?
1.3 Tujuan penelitian
1.3.1. Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan jumlah anak hidup ditinjau dari beberapa faktor dengan keinginan tambah anak pada Akseptor di wilayah kerja puskesmas Hutabaginda Kecamatan Tarutung Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2011.
1.3.2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui hubungan jumlah anak hidup dengan keinginan anak pada setiap keluarga Akseptor. b. Mengetahui hubungan jumlah anak laki-laki hidup dengan keinginan anak. c. Mengetahui hubungan jumlah anak wanita hidup dengan keinginan anak. d. Mengetahui keinginan tambah anak dengan jenis alat kontrasepsi yang dipakai. 1.4 Manfaat 1.4.1. Memberikan sumbangan pemikiran ilmiah dalam mengetahui hubungan antara jumlah anak hidup dengan keinginan tambah anak serta keterkaitannya variable- variabel lainnya. 1.4.2. Sebagai bahan masukan kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Tapanuli Utara dalam pengambilan kebijaksanaan.