Anda di halaman 1dari 3

BAB 1.

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Karakter profil pelajar Pancasila merupakan karakter perwujudan pelajar Indonesia sebagai pelajar
sepanjang hayat yang memiliki kompetensi global dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila,
Terdapat enam ciri utama karakter profil pelajar Pancasila, yaitu beriman bertakwa kepada Tuhan
yang maha esa, dan berakhlak mulia, berkebhinekaan global, bergotong royong, mandiri, bernalar
kritis, dan kreatif (Kemendikbudristek, 2020). Hal ini Berdasarkan UU No. 20 tahun 2003, Pasal 3
tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) yang bertujuan untuk mengembangkan potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan taat kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi warga negara yang demokratis dan
bertanggungjawab. Merujuk Ki Hadjar Dewantara, (dalam Musyadad, 2022) bahwa, pendidikan
yang di jadikan sebagai proses pembudayaan bukan hanya diorientasikan untuk mengembangkan
pribadi yang baik, tetapi juga untuk mengadaptasi masyarakat yang lebih baik. Rujukan tersebut
didukung oleh Fardiansyah (2022) bahwa, Seharusnya pendidikan karakter sendiri inti tujuannya
adalah untuk mendorong lahirnya Manusia baik yang memiliki kepribadian menarik, beretika,
bersahaja, jujur, cerdas, peduli, dan tangguh. Program profil pelajar Pancasila sebagai pendidikan
karakter di kurikulum merdeka merupakan sebuah inovasi untuk menguatkan pendidikan karakter
pada kurikulum sebelumnya, profil pelajar Pancasila harus dijadikan sebagai simbol peserta didik
dalam berbudaya dan berkarakter yang berpedoman pada nilai-nilai Pancasila (Rosmana dkk., 2022).

Di era society 5.0, Masalah yang timbul di lingkungan Pendidikan akhir-akhir ini adalah masalah sikap
dan perilaku intoleransi yang tidak sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Faruqi (2019) mengatakan,
Society 5.0 merupakan perkembangan konsep dari Revolusi Industri 4.0 untuk mengimplementasikan
teknologi atau masyarakat informasi dengan mempertimbangkan aspek humaniora dalam
mengakses layanan yang berbasis data di internet untuk memecahkan permasalahan sosial dan
menciptakan keberlanjutan. Salah satu contoh sikap dan perilaku intoleransi pelajar disekolah
adalah diskriminasi. Bentuk diskriminasi yang sering terjadi disekolah adalah perundungan dan
kekerasan anak secara fisik maupun seksual. Berdasarkan hasil penelitian tentang evaluasi sistem
pendidikan dunia atau PISA (Programme for International Student Assessment) menunjukkan bahwa
di Indonesia sebanyak 41,1% kasus perundungan yang tercatat sepanjang tahun 2018 dan Indonesia
menduduki posisi kelima tertinggi dari 78 negara sebagai negara dengan perundungan anak
terbanyak. Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) merilis data tentang pelanggaran hak anak
sepanjang tahun 2022 didominasi kekerasan fisik, psikis, termasuk perundungan yang tercatat
berjumlah 266 kasus, Adapun data tahun Sebelumnya menyatakan pada tahun 2018 data yang
ditangani KPAI menunjukkan sebanyak 445 kasus atau sekitar 51,20% merupakan kasus kekerasan
baik secara fisik, seksual, maupun verbal yang terjadi di lingkungan sekolah. Kemudian pada tahun
2019 ada 46 kasus kekerasan pada anak disekolah (perundungan) dan meningkat menjadi 76 kasus
ditahun 2020 (bank data KPAI). Penelitian tersebut tentu mengundang keprihatinan penulis secara
kolektif. Sekolah seharusnya menjadi tempat untuk mewujudkan tujuan pendidikan untuk
mengubah atau membangun karakter dan watak seseorang agar menjadi lebih baik,
mempunyai kecakapan yang mumpuni, lebih sopan dalam tataran etika dan estetika, serta yang
lebih penting adalah perilaku dalam kehidupan sehari-hari (Sofyan, 2020).
Oleh karena itu sekolah perlu mengetahui nilai-nilai kepribadian yang akan dikembangkan pada diri
siswa. Untuk menumbuhkan nilai-nilai karakter pada siswa memerlukan strategi dan keterampilan
belajar yang khusus, yakni program yang menerapkan nilai-nilai karakter yang dapat dicapai melalui
pembelajaran, pengembangan pribadi dan budaya sekolah. Salah satunya ialah membudayakan etika
tenggang rasa untuk mengembangkan kepribadian luhur Pancasila dan mencegah sikap maupun
perilaku intoleransi agar siswa dapat saling menghormati, saling menghargai, menumbuhkan rasa
simpati, dan empati dalam kehidupan harmoni kebhinekaan Pancasila. Sikap tenggang rasa ialah
salah satu pewujudan modal sosial pada aspek kognitif yang diartikan sebagai suatu sikap untuk mau
menerima dan menghargai perbedaan di antara individu-individu masyarakat (Prakoso & Dewa
2021). Menilik masalah penyimpangan toleransi tersebut, peneliti mengembangkan sebuah inovasi
aplikasi edukasi berbasis mission based learning sebagai sarana membantu pembelajaran karakter
profil pelajar Pancasila dengan memanfaatkan inovasi kolaborasi dengan teknologi di bidang
pendidikan berupa media aplikasi edukasi bernama BHINNEKA (Bangun Harmoni Kebhinekaan
Pancasila). Dengan adanya inovasi aplikasi BHINNEKA sebagai aplikasi edukasi diharapkan dapat
membantu pembelajaran penguatan profil pelajar Pancasila kelas X di SMA NEGERI 2 UNGGULAN
TALANG UBI untuk mewujudkan sekolah anti diskriminasi.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut:

1. Bagaimana peran aplikasi BHINNEKA dalam penerapan profil pelajar Pancasila di SMA
NEGERI 2 UNGGULAN TALANG UBI?
2. Bagaimana internalisasi nilai-nilai Pancasila dalam pembelajaran melalui Penerapan Profil
Pelajar Pancasila Di SMA NEGERI 2 UNGGULAN TALANG UBI menggunakan Aplikasi
BHINNEKA?
3. Bagaimana aplikasi BHINNEKA dapat membudayakan etika tenggang rasa dalam harmoni
kebhinekaan Pancasila di SMA NEGERI 2 UNGGULAN TALANG UBI?
4. Bagaimana aplikasi BHINNEKA dapat mensosialisasikan dampak negatif intoleransi di SMA
NEGERI 2 UNGGULAN TALANG UBI?

1.3 Tujuan penelitian

Berdasarkan rumusan masalah dan pertanyaan penelitian, maka dirumuskan tujuan penelitian
sebagai berikut:

1. Mengedukasi Pentingnya Pendidikan moral dan pengamalan nilai-nilai Pancasila dalam


kehidupan sehari-hari di SMA NEGERI 2 UNGGULAN TALANG UBI melalui aplikasi BHINNEKA.
2. Menggunakan strategi mission based learning dan reward sebagai apresiasi untuk
menciptakan suasana menyenangkan dan interaktif dalam proses pembelajaran profil
pelajar Pancasila di SMA NEGERI 2 UNGGULAN TALANG UBI.
3. Mengedukasi tentang perilaku budaya etika tenggang rasa dan menghargai setiap
perbedaan di SMA NEGERI 2 UNGGULAN TALANG melalui aplikasi BHINNEKA.
4. Mensosialisasikan dampak negatif yang ditimbulkan akibat sikap dan perilaku intoleransi
melalui aplikasi BHINNEKA.
1.4 Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoretis

Dari penelitian ini diharapkan mampu menambah wawasan peneliti terkait pentingnya pendidikan
karakter dan menjadikan Pancasila sebagai pedoman bertingkah laku. Serta mencintai kebhinekaan
bangsa sebagai bentuk warisan dan kekayaan yang sangat berharga.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan mampu mencegah masalah intoleransi di kalangan remaja khususnya kelas
X di SMA NEGERI 2 UNGGULAN TALANG UBI. Serta, mengajak semua siswa dan guru Di SMA NEGERI
2 UNGGULAN TALANG UBI untuk berkolaborasi menciptakan suasana sekolah anti intoleransi
sebagai upaya menangkal diskriminasi, Perundungan dan kekerasan disekolah. Serta, mampu
membantu pemerintah untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional dan menjaga keharmonisan
kehidupan bermasyarakat dalam bingkai kebhinekaan Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai