Anda di halaman 1dari 14

SEJARAH PERKEMBANGAN

SOSIOANTROPOLOGI KESEHATAN

NAMA : SITTI NURHASNINA


NIM : 70200122044
PRODI : KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN
ILMU KESEHATAN UIN ALAUDDIN MAKASSAR

A. SEJARAH SOSIOLOGI KESEHATAN


Definisi sosiologi kesehatan menurut para ahli, yaitu;
1. Ruderman (1981), Pengertian sosiologi kesehatanadalah studi ilmu
pengetahuan mengenai perawatan kesehatan dengan lembaga-
lembaga sosial dalam masyarakat. Hal ini didasari pada
pemahamannya bahwa kesehatan erat kaitannya dengan faktor-
faktor sosial yang menjadi pengaruhnya.
2. ASA (American Sociological Association (1986), Definisi
sosiologi kesehatan adalah bidang kajian sosiologi yang
memberikan pemahaman mengenai perspektif, konsep, teori dalam
menelaah paradigma fakta sosial melalui fenomena penyakit dan
kesehatan masyarakat.
3. Mechanic, Sosiologi kesehatan adalah cabang ilmu sosiologis
dengan kesehatan manusia, sosiologis disini penting untuk
dipelajari lantaran berpengaruh besar pada penyakit seseorang
yang sedang dialamianya. Tentusaja selain hal tersebut dalam
sosiologi kesehatan juga melakukan instrumen penelitian terhadap
peran sosial-budaya dalam keberhasilan para petugas medis.

Sosiologi kesehatan muncul awalnya karena bidang kedokteran


memerlukan pemahaman tentang faktor-faktor sosial yang berhubungan
dengan pola penyebaran penyakit (epidemiologi) dalam kelompok-
kelompok masyarakat tertentu sehingga muncul disiplin keilmuan yang
dinamakan sosiologi kedokteran.

Seiring perkembangan ilmu pengetahuan paradigma sehat mengubah


pusat perhatian dari penyakit menjadi kesehatan (yang awalnya pusat
perhatian mengobati setelah terjadinya penyakit akhirnya berkembang
kepada lebih mencegah sebelum terjadinya penyakit). Berdasarkan hal
tersebut muncul disiplin keilmuan baru yaitu sosiologi kesehatan. Seperti
halnya ilmu-ilmu yang lain, sosiologi kesehatan juga memiliki konsep
dasar yang bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai apa yang
akan dipelajari.
Fungsi konsep dasar itu sendiri, diantaranya:
1. Sebagai alat kognitif agar seseorang menjadi lebih tahu dan
mengerti mengenai apa yang mereka pelajari
2. Sebagai alat evaluatif agar seseorang dapat membedakan serta
memisahkan mengenai pokok bahasan yang mereka pelajari
3. Sebagai alat pragmatik yang memberikan pengetahuan tentang
bagaimana penerapan ilmu tersebut dalam kehidupan sehari-hari
4. Sebagai alat komunikatif agar terjalin komunikasi yang baik antar
yang belajar dengan yang mengajar.

Sosiologi kesehatan dikatakan sebagai ilmu karena memang memiliki


sifat-sifat keilmuan, diantaranya:
1. Bersifat empiris artinya sosiologi kesehatan mempelajari apa yang
benar-benar terjadi di masyarakat dan apa yang dipelajari dapat
dibuktikan dalam kehidupan sehari-hari.
2. Bersifat teoretis artinya sosiologi kesehatan menggunakan teori-
teori dalam pembelajarannya dimana teori tersebut dikemukakan
oleh para ahli yang berdasarkan pada apa yang terjadi di
masyarakat.
3. Bersifat kumulatif artinya ilmu sosiologi kesehatan yang sekarang
dipelajari tidak lain adalah pengembangan dari ilmu sosiologi
kesehatan yang telah ada sebelumnya. Sehingga ilmu sosiologi
kesehatan bersifat dinamis dalam artian dapat berubah sesuai
dengan kondisi sosial yang terjadi saat ini.
4. Tidak bersifat menilai artinya ilmu sosiologi kesehatan tidak dapat
membenarkan dan menyalahkan tindakan atau perilaku
individu/kelompok masyarakat karena tiap daerah memiliki norma
tersendiri sehingga apa yang dianggap salah di satu daerah bisa
dianggap benar di daerah lain, begitu juga sebaliknya.

Sejarah Sosiologi
Istilah sosiologi sebagai cabang ilmu sosial dicetuskan pertama kali
oleh ilmuwan Prancis yang bernama August Comte tahun 1842 dan
kemudian dikenal sebagai Bapak Sosiologi. Istilah sosiologi sebagai ilmu
yang mempelajari tentang masyarakat lahir di Eropa karena ilmuwan
Eropa pada abad ke-19 mulai menyadari perlunya secara khusus
mempelajari kondisi perubahan sosial.
Comte membedakan antara sosiologi statis, dimana perhatian
dipusatkan pada hukum-hukum statis yang menjadi dasar adanya
masyarakat dan sosiologi dinamis, dimana perhatian dipusatkan tentang
perkembangan masyarakat dalam arti pembangunan.

Rintisan Comte tersebut disambut hangat oleh masyarakat luas,


tampak dari munculnya sejumlah ilmuwan besar di bidang sosiologi.
Mereka antara lain Herbert Spencer (Inggris), Karl Marx (Jerman),
Vilfredo Pareto (Italia) Emile Durkheim, Ferdinand Tönnies, Georg
Simmel, Max Weber (Jerman) dan Pitirim Sorokin (Rusia). Masing-
masing berjasa besar menyumbangkan beragam pendekatan dalam
mempelajari masyarakat yang berguna untuk perkembangan Sosiologi.
Tahun 1876 di Inggris Herbert Spencer mempublikasikan sosiologi dan
memperkenalkan pendekatan analogi organik yang memahami
masyarakat seperti tubuh manusia sebagai suatu organisasi yang terdiri
atas bagian-bagian yang tergantung satu sama lain.

Karl Marx memperkenalkan pendekatan materialisme dialektis yang


menganggap konflik antar kelas sosial menjadi intisari perubahan dan
perkembangan masyarakat.

Max Weber memperkenalkan pendekatan versthen (pemahaman) yang


berupaya menelusuri nilai, kepercayaan, tujuan dan sikap yang menjadi
penuntun perilaku manusia.

Sosiologi kesehatan merupakan cabang sosiologi yang relatif baru. Di


masa lalu dalam sosiologi telah lama dikenal cabang sosiologi, sosiologi
medis, yang merupakan pendahulu sosiologi kesehatan dan terkait erat
dengannya.

Pertumbuhansosiologi medis berlangsung melalui enam tahap ;


1. Tahun 1920-an dan 1930-an tumbuh kajian medika sosial, yaitu
kajian bersama antara ilmuwan sosial dan medis terhadap masalah
yang menjadi perhatian bersama mereka.
2. Tahun 1940-an dan 1950-an berkembang kajian-kajian terhadap
masalah epidemiologi social.
3. Sosiolog mulai ditempatkan pada berbagai lembaga pendidikan
medis dan keperawatan.
4. Berbagai lembaga donor swasta mulai menyediakan dana
penelitian dan pelatihan.
5. Pada tahun 1959 terbentuk seksi sosiologi medis dalam Ikatan
Sosiologi Amerika (American Sociological Association).
6. Jurnal dan buletin sosiologi medis diterbitkan.
Mechanic berpendapat tugas medis hanya dapat dilaksanakan secara
efektif manakala yang dipertimbangkan baik faktor biologis maupun faktor
sosial dan psikologis. Mulai dikajinya peran faktor sosial-budaya dalam
keberhasilan pelaksanaan tugas medis menjadi dasar bagi tumbuh dan
berkembangnya sosiologi medis.

Straus membedakan antara sosiologi mengenai bidang medis dan


sosiologi dalam bidang medis. Menurutnya sosiologi mengenai bidang
medis terdiri atas kajian sosiologis terhadap faktor di bidang medis yang
dilaksanakan oleh ahli sosiologi yang menempati posisi mandiri di luar
bidang medis dan bertujuan mengembangkan sosiologi serta untuk
menguji prinsip dan teori sosiologi. Menurut Straus, sosiologi dalam
bidang medis merupakan penelitian dan pengajaran bersama yang sering
melibatkan pengintegrasian konsep, teknik dan personalia dari berbagai
disiplin, dimana sosiologi digunakan sebagai pelengkap bidang medis.

Dalam perkembangan selanjutnya perhatian sosiologi medis meluas ke


berbagai masalah kesehatan di luar bidang medis. Dengan demikian,
berkembanglah bidang sosiologi kesehatan.

Para ahli pun membedakan antara sosiologi mengenai kesehatan dan


sosiologi dalam kesehatan. Menurut Wilson sosiologi mengenai kesehatan
terdiri atas pengamatan dan analisis dengan mengambil jarak, yang
terutama dimotivasi oleh suatu masalah sosiologis (detached observation,
and analysis, motivated primarily by a sense of sociological problem). S
Sedangkan sosiologi dalam kesehatan mempelajari penelitian dan
pengajaran yang lebih bercirikan keintiman, terapan dan kebersamaan
yang terutama didorong oleh adanya masalah kesehatan (more intimate,
applied ang conjoint research and teaching, motivated primarily by a
sense of health problem). Artinya rumusan sosiologi mengenai kesehatan
oleh Wilson mengacu pada kepentingan para sosiolog dalam
pengembangan teori dan konsep sosiologi, sedangkan rumusan
mengenai sosiologi dalam kesehatan jelas mengacu pada kepentingan
bidang kesehatan.

Sunarto (2014) memberikan contoh perbedaan antara sosiologi


mengenai kesehatan dan sosiologi dalam kesehatan sebagai berikut:
 Apabila dalam rangka upaya penanggulangan HIV/AIDS
Departemen Kesehatan RI menugaskan sosiolog dan ahli ilmu
sosial lain (seperti antropolog, psikolog dan ahli kesehatan
masyarakat) untuk melakukan suatu telaah cepat (rapid
assessment) di tempat-tempat prostitusi dimana telah ditemukan
sejumlah kasus HIV/AIDS untuk mengetahui faktor sosial-budaya
yang mendorong penyebarluasan HIV/AIDS. Agar temuannya
dapat dijadikan masukan bagi kebijakan pemerintah maka kegiatan
ini termasuk dalam bidang sosiologi dalam kesehatan. Namun,
bilamana penelitian terhadap orang yang berperilaku berisiko tinggi
terhadap penularan HIV/AIDS serta jaringan sosial yang terjalin
antara mereka dengan berbagai pihak yang terlibat di dunia
prostitusi tersebut dilakukan dengan tujuan memberikan
sumbangan bagi pengembangan konsep dan teori sosiologi
mengenai organisasi sosial atau mobilitas sosial maka kegiatan ini
merupakan kegiatan sosiologi mengenai kesehatan.

Setelah mempelajari 90 makalah sosiologi kesehatan yang diterbitkan


dalam jurnal sosiologi kesehatan di Amerika Serikat (antara 1975 dan
1977) serta buku-buku sosiologi kesehatan yang diterbitkan di sana dalam
periode yang sama, Wolinsky sampai pada kesimpulan bahwa orientasi
para sosiolog kesehatan lebih tertuju pada masalah kesehatan, bukan
pada masalah sosiologi sehingga sosiologi kesehatan cenderung miskin
teori.
Sosiologi kesehatan adalah studi tentang perawatan kesehatan sebagai
suatu sistem yang telah terlembaga dalam masyarakat, kesehatan (health)
dan kondisi rasa sakit (illness) hubungannya dengan faktor-faktor sosial (
Ruderman : 1981).

Orang yang sering disebut sebagai tokoh kunci sejarah yang


membangun jalan untuk sosiologi kesehatan adalah Rudolf Virchow,
dokter terkenal pada pertengahan abad ke 19 (dan pendiri patologi
modern).

Virchow mengidentifikasi kondisi sosial dan ekonomi sebagai


penyebab utama epidemi penyakit demam typhoid pada tahun 1847 dan
mengadakan lobi untuk memperbaiki kondisi kehidupan bagi orang miskin
sebagai teknik pencegahan yang utama. Dengan membantah paham
reduksi biomedis (biomedical reductionism) usaha untuk mereduksi setiap
penyakit dan sakit karena penyebab biologis Virchow berpendapat bahwa
kedokteran adalah sebagian dari ilmu sosial yang perlu
mempertimbangkan pengaruh struktur sosial dalam menciptakan sehat
dan sakit. Sosiologi kesehatan dikatakan sebagai ilmu karena memang
memiliki sifat-sifat

Keilmuan diantaranya: Bersifat empiris artinya sosiologi kesehatan


mempelajari apa yang benar-benar terjadi di masyarakat dan apa yang
dipelajari dapat dibuktikan dalam kehidupan sehari-hari. Bersifat teoritis
artinya sosiologi kesehatan menggunakan teori-teori dalam
pembelajarannya dimana teori tersebut dikemukakan oleh para ahli yang
berdasarkan pada apa yang tarjadi di masyarakat. Bersifat komulatif
artinya ilmu sosiologi kesehatan yang sekarang dipelajari tidak lain adalah
pengembangan dari ilmu sosiologi kesehatan yang telah ada
sebelumnnya. Sehingga ilmu sosiologi kesehatan bersifat dinamis dalam
artian dapat berubah sesuai dengan kondisi sosial yang terjadi saat
ini.Tidak bersifat menilai artinya ilmu sosiologi kesehatan tidak dapat
membenarkan dan menyalahkan tindakan atau perilaku individu/kelompok
masyarakat karena tiap daerah memiliki norma tersendiri sehingga apa
yang dianggap salah di satu daerah bisa dianggap benar di daerah lain,
begitu sebaliknya. Perkembangan Sosiologi Kesehatan;

1) Rudolf Virchow (1847) mengidentifikasi faktor sosial dan ekonomi


sebagai penyebab penyebaran typhus dan menyarankan untuk
melakukan perbaikan kondisi ekonomi sebagai tindakan preventive
penyakit typhus. Pengaruh struktur sosial besar dalam kaitan health
dan illness.
2) Alfred Grotjan (1915) mendokumentasikan peran faktor sosial
erhadap health dan illness. Saran yang diberikan : perlu ada
peningkatan peran ilmu sosial di lingkungan masyarakat dan
provider untuk menangani health problem.
3) Lawrence Henderson (1935) studi tentang interaksi dokter dan
pasien sebagai suatu system

Hal penting dalam perubahan sosiologi kesehatan

a. Adanya legitimasi eksternal. Terjadinya perubahan dalam hal


kesehatan, penyembuhan dan sakit (health, healing and illness).
b. Pengakuan secara kelembagaan medical sociology Terjadinya
perubahan dalam hal kesehatan, penyembuhan dan sakit
(health, healing and illness).
1) Analisis Rodney Coe (1970) dkk. Perkembangan sosiologi
kesehatan di fasilitasi oleh 4 perubahan yang terjadi dalam dunia
medis, antara lain:
a. Perubahan Pola Mortalitas dan Morbiditas.
b. Dampak Pengobatan yang Bersifat Preventif dan Meningkatnya
Kesehatan Masyarakat (public health)
c. Dampak Perkembangan Bidang Psychiatry
d. Dampak Administrasi Kesehatan

Perubahan Pola Mortalitas dan Morbiditas.

 Dari penyakit yang bersifat akut dan infeksi (influensa dan


tuberculosis) ke yang bersifat chronic, dan penyakit degeneratif
(hati, kanker dan sebagainya). Penyebabnya : social pattern
and life style.
 Dampak Pengobatan yang Bersifat Preventif dan Meningkatnya
Kesehatan Masyarakat (public health)

Tahun 1800 sampai 1900 public health lebih focus ke


bacteriology dan imunologi (preventing disease occurrence).
Setelah tahun 1900 fokus lebih pada upaya protection untuk
public health dan menitikberatkan masalah kemiskinan,
malnutrisi, kondisi tempat tinggal yang kumuh dsb. (kajian
sosiologi) kaitannya dengan kesehatan dan illness.

 Dampak Perkembangan Bidang Psychiatry Ada perkembangan


lebih ke arah psychopsysiological kaitannya dengan diseases
dan illness. Misalnya interaksi yang efektive antara pasien dan
dokter. Penggunaan lingkungan sosial pasien sebagai bagian
dari terapi.

 Dampak Administrasi Kesehatan Perkembangan di bidang


kesehatan sangat nampak seperti; organisasi kian kompleks,
fasilitas kesehatan kian berkembang, birokrasi dan kondisi
financial serta berbagai aturan yang menyertainya juga semakin
beragam.
Adanya Legitimasi Eksternal

a. Sekolah kedokteran kian banyak yang meng “hire” sosiologi dalam


fakultas atau universitas. Tidak sedikit yang menyertakan sosiologi
dalam kurikulum pendidikan kedokteran.
b. Banyak government agencies dan private foundation yang
memperhatikan bidang sosiologi kesehatan. MisalnyaThe National
Institute of Health and the National Institute of Mental Health
mensponsori peneliti (sosiolog) untuk meneliti bidang kesehatan.
Banyak juga pelatihan bidang sosiologi diberikan di bidang
kesehatan. Pengakuan Secara Kelembagaan Kontribusi sosiologi
dalam memahami health.

Pada tahun 1959 secara formal sosiologi kesehatan Kontribusi terletak


pada : diakui sebagai seksi di American Sociological

a. Perspektif dalam bidang sosiologi Association (ASA). Pada tahun


1965 ASA.
b. Pendekatan teoritik di bidang sosiologi mengembangkan jurnal
Kesehatan dan Perilaku
c. Ketrampilan dan keahlian melakukan riset kualitatif Sosial.

Pada tahun sekitar 1996 anggota ASA yang dan kuantitatif


memfokuskan perhatian pada sosiologi kesehatan telah berjumlah sekitar
1.000 orang dari sekitar 13.000 anggota ASA.

Perspektif Sosiologi Peter Berger (1963): perspektif sosiologi sebagai


pencarian terhadap Sosiologi di definisikan sebagai studi ilmiah tentang
pola umum dan memahami bagaimana fakta yang terbatas atau “human
society” dan interaksi sosial. perilaku individu sebagai refleksi dari pola
sosial (social patterns).
Menurut Robertson (1987) dalam ilmu pengetahuan hal penting adalah
interaksi sosial yang terjadi dalam mengetahui pola umum dan
generalisasi serta melakukan analisis (Robertson ; 1987).

B. SEJARAH ANTROPOLOGI KESEHATAN


Antropologi kesehatan adalah studi tentang pengaruh unsur-unsur
budaya terhadap penghayatan masyarakat tentang penyakit dan
kesehatan (Solita Sarwono, 1993). Definisi yang dibuat Solita ini
masih sangat sempit karena antropologi sendiri tidak terbatas hanya
melihat penghayatan masyarakat dan pengaruh unsur budaya saja.
Antropologi lebih luas lagi kajiannya dari itu seperti Koentjaraningrat
mengatakan bahwa ilmu antropologi mempelajari manusia dari aspek
fisik, sosial, budaya (1984;76). Pengertian Antropologi kesehatan yang
diajukan Foster/Anderson merupakan konsep yang tepat karena
termakutub dalam pengertian ilmu antropologi seperti disampaikan
Koentjaraningrat di atas. Menurut Foster/Anderson, Antropologi
Kesehatan mengkaji masalah-masalah kesehatan dan penyakit dari dua
kutub yang berbeda yaitu kutub biologi dan kutub sosial budaya.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Antropologi Kesehatan


adalah disiplin yang memberi perhatian pada aspek-aspek biologis dan
sosio-budya dari tingkahlaku manusia, terutama tentang cara-cara
interaksi antara keduanya disepanjang sejarah kehidupan manusia,
yang mempengaruhi kesehatan dan penyakit pada manusia
(Foster/Anderson, 1986; 1-3).
Membicarakan sejarah munculnya dan perkembangan Antropologi
Kesehatan, maka saya harus melihat dari awal mula munculnya istilah
ini dan penelitian-penelitian mengenai hal ini. Uraian sejarah muncul
dan perkembangan antropologi kesehatan dibuat menurut urutan
waktu cetusannya:
Tahun 1849 Rudolf Virchow, ahli patologi Jerman terkemuka, yang
pada tahun 1849 menulis apabila kedokteran adalah ilmu mengenai
manusia yang sehat maupun yang sakit, maka apa pula ilmu yang
merumuskan hukum-hukum sebagai dasar struktur sosial, untuk
menjadikan efektif hal-hal yang inheren dalam manusia itu sendiri
sehingga kedokteran dapat melihat struktur sosial yang mempengaruhi
kesehatan dan penyakit, maka kedokteran dapat ditetapkan sebagai
antropologi. Namun demikian tidak dapat dikatakan bahwa Vichrow
berperan dalam pembentukan asal-usul bidang Antropologi Kesehatan
tersebut., munculnya bidang baru memerlukan lebih dari sekedar cetusan
inspirasi yang cemerlang.
Tahun 1953 Sejarah pertama tentang timbulnya perhatian Antropologi
Kesehatan terdapat pada tulisan yang ditulis Caudill berjudul “Applied
Anthropology in Medicine”. Tulisan ini merupakan tour the force yang
cemerlang , tetapi meskipun telah menimbulkan antusiasme, tulisan itu
tidaklah menciptakan suatu subdisiplin baru.
Tahun 1963,Sepuluh tahun kemudian, Scoth memberi judul
“Antropologi Kesehatan” dan Paul membicarakan “Ahli Antropologi
Kesehatan” dalam suatu artikel mengenai kedokteran dan kesehatan
masyarakat. Setelah itu baru ahli-ahli antropologi Amerika benar-benar
menghargai implikasi dari penelitian-penelitian tentang kesehatan dan
penyakit bagi ilmu antropologi.
Pengesahan lebih lanjut atas subdisiplin Antropologi Kesehatan ini
adalah dengan munculnya tulisan yang dibuat Pearsall (1963) yang
berjudul Medical Behaviour Science yang berorientasi antropologi,
sejumlah besar (3000 judul) dari yang terdaftar dalam bibliografi tersebut
tak diragukan lagi menampakan pentingnya sistem medis bagi Antropologi

Perkembangan Antropologi Kesehatan


Atropologi kesehatan mempelajari sosio-kultural dari semua
masyarakat yang berhubungan dengan sakit dan sehat sebagai pusat
dari budaya, di antaranya objek yang menjadi kajian disiplin ilmu ini
adalah:
1. Penyakit yang berhubungan dengan kepercayaan (misfortunes).
2. Beberapa masyarakat misfortunes disebabkan oleh kekuatan
supranatural maupun supernatural atau penyihir.
3. Kelompok healers ditemukan dengan bentuk yang berbeda disetiap
kelompok masyarakat.
4. Healers yang mempunyai peranan sebagai penyembuh.
5. Perhatian terhadap suatu keberadaan sakit atau penyakit tidak
secara individual, terutama illness dan sickness pada keluarga ataupun
masyarakat.
Jauh sebelum apa yang disimpulkan ahli-ahli antropologi pada akhir
abad 20, pada tahun 1924 W.H. R. River, seorang dokter, menyebutkan
bahwa kepercayaan medis dan prakteknya tidak dapat dipisahkan dari
aspek budaya dan organisasi sosial yang lain. Ia menyatakan “praktek
medis primitif mengikuti dari dan membuat pengertian dalam syarat-
syarat yang mendasari kepercayaan medis. Ia juga menyatakan
keberadaan 3 padangan dunia yang berbeda (gaib, religi, dan
naturalistik) dan menghubungkan sistem-sistem kepercayaan, dan tiap-
tiap pandangan memilki model perilaku medis yang sesuai.
Ackerkencht, seorang dokter dan ahli antropologi, orientasi teoritisnya
diungkapkan dalam bentuk lima generalisasi yaitu:
1. Studi signifikan dalam antropologi medis bukanlah sifat tunggal
melainkan konfigurasi budaya secara keseluruhan dai masyarakat dan
temapt dimana pola medis berada dalam totalitas tersebut,
2. Ada begitu banyak pengobatan primitif,
3. Bagian dari pola medis, seperti yang ada pada keseluruhan budaya,
secara fungsional saling berkaitan,
4. Pengobatan primitif paling baik dipahami dalam kaitan
kepercayaan dan definisi budaya,
5. Manifestasi pengobatan primitif yang bervariasi seluruhnya
merupakan pengobatan gaib.

Anda mungkin juga menyukai