175060100111019
ABSEN 7
Sumber air bersih berasal dari jaringan air PDAM dengan sumber cadangan dari sumur
artesis. Air dari jaringan PDAM dialirkan ke ground water tank yang diletakkan di bawah muka
air tanah, kemudian dipompakan ke roof tank yang letaknya lebih tinggi, terdapat dua jenis roof
tank yang pertama untuk penggunaan sehari-hari, yang kedua untuk pencegahan kebakaran.
Dengan mengandalkan gaya gravitasi, air dari roof tank kemudian didistribusikan ke tiap titik
pengambilan air seperti keran wastafel, keran bak air mandi, sprinkler dan hidrant dengan sistem
shaft. Meskipun dengan pemakaian roof tank membutuhkan ruang tersendiri serta beban struktur
yang lebih namun dibandingkan dengan menggunakan pompa yang langsung dialirkan ke titik-
titik pendistribusian air akan lebih efektif karena rusunawa yang memiliki banyak ruang akan
mebutuhkan tenaga atau daya dari pompa dalam jumlah besar.
Jaringan air kotor dalam bangunan terbagi menjadi tiga kelompok, yaitu :
Limbah cair, berupa air kotor yang berasal dari floor drain kamar mandi, wastafel, dll.,
Limbah padat, yang berasal dari kloset kamar mandi,
Air hujan.
Pada penanganan limbah cair, air kotor yang berasal dari floor darain kamar mandi,
wastafel, tempat cuci piring dsb pada tiap lantai disalurkan ke bawah melalui pipa menuju ke
lantai dasar, lalu disalurkan menuju bak kontrol. Kemudian air dialirkan menuju sumur resapan
sebelum dibuang ke saluran kota.
Pada penanganan limbah padat, kotoran yang berasal dari kloset tiap lantai disalurkan
melalui pipa limbah padat secara vertikal menuju ke lantai dasar yang kemudian langsung
disalurkan ke dalam septic tank. Pipa limbah padat yang melintang secara horizontal harus
memiliki kemiringan minimal 5% tiap 1 meter untuk meminimalkan resiko tersumbat. Karena
hal ini, penempatan septic tank juga perlu diperhatikan, apabila jaraknya semakin jauh dari letak
kloset lantai dasar, maka penempatan septic tank akan membutuhkan kedalaman yang semakin
HIRA ASYIFA
175060100111019
ABSEN 7
besar. Pada septic tank, limbah kemudian ditampung dan diendapkan, lalu air yang tersisa
dialirkan ke sumur resapan. Untuk penempatan septic tank beserta resapannya, sebaiknya
diletakkan berjauhan dengan sumur artesis maupun gorund water tank, minimal berjarak 15
meter. Hal ini dilakukan agar jaringan air bersih tidak tercemar limbah dari septic tank.
Untuk penanganan air hujan, digunakan talang yang disesuaikan dengan bentuk atap, yang
kemudian dialirkan secara vertikal melalui pipa menuju ke bak kontrol yang sama dengan yang
digunakan pada penanganan limbah cair di lantai dasar.
2. Instalasi Listrik
Sumber listrik pada bangunan ini berasal dari jaringan listrik PLN dan memiliki cadangan
listrik yang bersumber dari genset yang dapat digunakan apabila terjadi pemadaman listrik dari
jaringan PLN. Rusunawa ini memiliki beberapa fasilitas yang membutuhkan daya listrik seperti
lampu, stopkontak, CCTV, pompa air, serta pemadam kebakaran. Untuk mewadahi instalasi
listrik diperlukan Main Distribution Panel dan ruang genset. Automatic Transfer Switch atau
ATS bekerja mengalirkan listrik dari genset ketika terjadi pemadaman listrik dari PLN. Listrik
yang berasal dari Main Distribution Panel kemudian dialirkan ke Sub Distribution Panel pada
tiap-tiap lantai Rusunawa kemudia dialirkan ke fasilitas yang membutuhkan daya listrik tersebut.
3. Instalasi CCTV
Instalasi CCTV dalam bangunan diperlukan sebagai alat pengawasan keamanan baik di
dalam bangunan maupun di sekitar rumah. Namun, tidak setiap rumah memiliki utilitas ini.
Komponen – komponen dalam sistem CCTV terdiri dari :
Kamera pengawas, yang diletakkan di titik tertentu yang dianggap strategis dan memiliki
jangkauan jarak pandang yang luas.
Digital Video Recording (DVR), sebagai alat perekam dari tiap – tiap kamera yang ada
dan diletakkan pada control room.
Monitor CCTV, yaitu monitor yang menampilkan gambar dari setiap kamera yang ada
untuk diawasi oleh para pengawas di control room
Jaringan kabel, yang menjadi penghubung antara kamera, DVR Unit, dan monitor CCTV.
Penangkal petir yang digunakan adalah penangkal petir Faraday. Penangkal petir sangkar
Faraday terdiri dari :
HIRA ASYIFA
175060100111019
ABSEN 7
Batang penangkal petir, berupa batang – batang logam berujung runcing yang diletakkan
pada bagian teratas atap bangunan,
Kabel konduktor, yang merupakan kabel penyalur petir yang dipasang pada sisi luar
bangunan dan diberi lapisan pelindung / isolator,
Tempat pembumian / grounding, berupa batang elektroda tembaga yang ditanam di
dalam tanah.
5. Sistem penghawaan
Sistem penghawaan pada rumah tinggal dapat berupa system penghawaan alami (angin), kipas
angin, serta AC. Disini, dicontohkan dalam rumah tinggal 2 lantai menggunakan system
penghawaan berupa AC. Jenis AC yang digunakan adalah AC split wall dengan daya ± ½ s.d. ¾
PK. Pada masing – masing ruangan hanya diletakkan 1 indoor unit.
2. Sebutkan sistem komunikasi minimum yang harus ada di rumah sakit dan fungsinya !
Penggunaan instalasi tata suara pada waktu keadaan darurat dimungkinkan asal memenuhi
pedoman dan standar teknis yang berlaku.
Sistem instalasi komunikasi telepon dan sistem tata komukasi gedung, penempatannya
harus mudah diamati, dioperasikan, dipelihara, tidak membahayakan, mengganggu dan
merugikan lingkungan dan bagian bangunan serta sistem instalasi lainnya, serta
direncanakan dan dilaksanakan berdasarkan standar, normalisasi teknik dan peraturan
yang berlaku.
Peralatan dan instalasi sistem komunikasi harus tidak memberi dampak, dan harus
diamankan terhadap gangguan seperti interferensi gelombang elektro magnetik, dan lain-
lain.
Secara berkala dilakukan pengukuran/pengujian terhadap EMC (Electro Magnetic
Campatibility). Apabila hasil pengukuran terhadap EMC melampaui ambang batas yang
ditentukan, maka langka penanggulangan dan pengamanan harus dilakukan.
Dalam hal masih ada persyaratan lainnya yang belum mempunyai SNI, dapat digunakan
standar baku dan pedoman teknis yang diberlakukan oleh instansi yang berwenang
Setiap bangunan rumah sakit dengan ketinggian 4 lantai atau 14 m keatas, harus dipasang
sistem tata suara yang dapat digunakan untuk menyampaikan pengumuman dan instruksi
apabila terjadi kebakaran atau keadaan darurat lainnya.
Sistem peralatan komunikasi darurat sebagaimana dimaksud pada butir 1) di atas harus
menggunakan sistem khusus, sehingga apabila sistem tata suara umum rusak, maka
sistem telepon darurat tetap dapat bekerja.
Kabel instalasi komunikasi darurat harus terpisah dari instalasi lainnya, dan dilindungin
terhadap bahaya kebakaran, atau terdiri dari kabel tahan api.
Harus dilengkapi dengan sumber/pasokan daya listrik untuk kondisi normal maupun pada
kondisi daya listrik utama mengalami gangguan, dengan kapasitas dan dapat melayani
dalam waktu yang cukup sesuai ketentuan yang berlaku.
Persyaratan sistem komunikasi dalam gedung harus memenuhi:
o UU No. 32 tahun 1999, tentang Telekomunikasi.
o PP No. 52/2000, tentang Telekomunikasi Indonesia.
Persyaratan Teknis
3. Pada bangunan bertingkat yang difungsikan sebagai perkantoran, jelaskan secara singkat
system transportasi yang harus ada sebagai bagian dari sistem utilitas!
- Tangga (stairs)
HIRA ASYIFA
175060100111019
ABSEN 7
Tangga merupakan alat tranportasi dalam gedung yang paling konvensional. Dalam
merencanakan tangga terdapat beberapa unsur yang paling penting dan patut dicermati, yakni
kenyamanan, keamanan dan keindahan.
Aman dalam hal ini tangga yang direncanakan dibuat dengan konstruksi yang kokoh
sehingga mampu menampung beban manusia saat menapaki tangga. Disebut nyaman apabila,
tangga mudah dilalui dan tidak membuat orang mudah lelah maupun bosan saat menapakinya.
Tangga selain aman dan nyaman, semestinya dibuat mendukung tampilan ruang secara
keseluruhan, baik itu proposi ukuran maupun dimensi tangga terhadap sebuah ruang.
Tangga adalah jalur bergerigi (mempuyai trap – trap) yang menghubungkan satu lantai
dengan lantai di atasnya, sehingga berfungsi sebagai jalan untuk naik dan turun antar lantai
tingkat.
Syarat – syarat peletakan tangga :
Ø Letak tangga harus dibuat mudah dilihat dan dicari oleh orang yang akan menggunakannya.
Ø Ruang tangga sebaiknya terpisah dengan ruang lain, agar orang yang naik turun tangga tidak
mengganggu aktifitas penghuni yang lain.
Ø Apabila tangga ditujukan sebagai jalan darurat, pada perencanaannya harus diletakan dekat
pintu keluar, agar bila terjadi bencana, penghuni lantai atas dapat turun langsung menuju
halaman luar.
- Elevator ( Lift )
Elevator sering disebut lift adalah kereta alat angkut untuk mengangkut orang atau barang
dalam suatu gedung tinggi. Lift dapat dipasang pada bangunan – bangunan yang tingginya lebih
dari 4 lantai karena kemampuan orang untuk naik turun menjalankan tugas atau keperluannya
dalam bangunan tersebut hanya mampu dilakukan sampai 4 lantai.
Untuk menentukan kriteria perancangan lift penumpang, yang menjadi pokok perhatian
antara lain tipe dan fungsi bangunan, banyaknya lantai, luas tiap lantai, dan intervalnya. Selain
itu perlu juga dibedakan kapasitas (car/kg), jumlah muatan dan kecepatan.
Ukuran berat tergantung besar dan jumlah penumpang yang dapat ditampung :
4 orang – berat 320 kg
8 orang – berat 630 kg
13 orang – berat 1000 kg
HIRA ASYIFA
175060100111019
ABSEN 7
4. Untuk menghindari dari bahaya kebakaran akibat listrik ataupun petir, maka perlu dibuat
system keamanan dan keselamatan pada bangunan. Jelaskan secara skematis distribusi
jaringan listrik dan system penangkal petir yang perlu dibuat !
Distribusi jaringan listrik berawal dari PLN yang menyalurkan listrik melalui meteran.
Dari meteran, listrik tersalurkan ke panel induk / mdp yang selanjutnya akan disalurkan ke
dalam bangunan , baik secara vertical maupun horizontal. Listrik dalam bangunan dapat
dimanfaatkan untuk kegiatan-kegiatan yang memerlukan listrik seperti penerangan dan
menyalakan barang elektronik.
HIRA ASYIFA
175060100111019
ABSEN 7
Splitzen (Batang Penangkal petir), sebuah alat berbentuk tiang yang menyerap aliran
listrik dari petir yang menyambar
Konduktor (sistem pengkabelan), kabel yang digunakan sebagai penghantar aliran listrik
dari Splitzer menuju ke tanah (pembumian). Untuk kabel yang jauh dari jangkauan
biasanya menggunakan kabel BC, sedangkan yang dekat dengan jangkauan biasa
menggunakan kabel BCC dan NYY seperti Federal kabel atau Supreme Kabel
Terminal, sebuah sistem bawah tanah yang bertugas meneruskan hantara listrik ke dalam
tanah. Biasanya berupa pipa tembaga yang berdiameter setengah inch dan memiliki
panjang 3 sampai 4 meter.
Seperti yang terlihat pada penjelasan gambar diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
fungsi kerja dari Grounding system adalah:
1. pemasangan splitzen atau tiang penyangga yang berfungsi menyerap aliran listrik petir
diletakkan di tempat tertinggi dari suatu bangunan. Bentuk dari Splitzen terbagi dua jenis,
yaitu tunggal dan trisula dengan bahan utama adalah batang tembaga dan langsung
dihubungkan langsung ke terminal atua pipa tembaga dengan menggunakan kabel BC 50
mm dari Supreme kabel ataupun Federal kabel
2. memasang instalasi sub terminal berbahan plat tembaga 5cm x 20 cm yang memiliki
integrasi dengan terminal di dalam rumah, untuk menghindari korsleting pada perangkat
elektronik.
3. memasang sebuah arester pada sistem instalasi listrik yang dihubungkan langsung ke
dalam terminal grounding menggunakan kabel BC/ NYY ukuran 15 mm yang berfungsi
untuk menurunkan tegangan lebih pada jaringan listrik.
4. Pemasangan terminal, sebagi tempat terhubungnya beberapa kabel dari Splitzer menuju
ke bawah tanah dengan menggunakan sebuah kabel BC berukuran 50 mm.
5. nilai tahanan dari sistem pembumian atau pentanahan sekitar 3 ohm. Untuk itu jangan
menanam pipa sistem pembumian di wilayah yang berpasir ataupun berbatu, karena nilai
tahanannya sedikit. Usahakan pemasangan dilakukan di tanah yang memiliki kekedapan
tanah tinggi.
5. Hal hal apa saja yang menjadi pertimbangan dalam perawatan dan pemeliharaan suatu
bangunan ? beirkan contoh singkat aplikasinya dalam bentuk diagram alir pada salah satu
system utilitas bangunan yang ada di Pusat Perbelanjaan atau Mal!
a. Aspek persyarakan kinerja bangunan Gedung
1. Kualitas desain
2. Ketersediaan spesifikasi material
3. Kesalahan pekerja selama konstruksi
4. Kerusakan elemen
5. Usia pakai Gedung
6. Kesulitan melakukan aktivitas pemeliharaan
b. Aspek biaya
1. Anggaran biaya pemeliharaan terbatas
2. Pengawasan anggaran biaya pemeliharaan
3. Biaya Tindakan pemeliharaan berulang
c. Aspek pengguna atau penghuni
1. Harapan pengguna / penghuni
2. Keluhan dari pengguna / penghuni
3. Penggunaan dan pelayanan geudng
4. Menjaga property layak huni
d. Aspek manajemen dan organisasi pemeliharaan geudung
1. Pemahaman pentingnya pemleiharaan
HIRA ASYIFA
175060100111019
ABSEN 7
2. Adanya SOP
3. Adanya kebijakan pemeliharaan preventif
4. Ketersediaan pekerja atau staf pemeliharaan yang terampil
5. Keberadaan perusahaan jasa pemeliharaan bangunan geudng
6. Struktur organisasi yang efektid pada manajemen pemeliharaan
e. Aspek hukum dan regulasi
1. Adanya peraturan untuk pelaksanaan system manajemen pemeliharaan
2. Penerapan prinsip dan persyaratan K3 pada aktivitas pemeliharaan