Anda di halaman 1dari 12

HIRA ASYIFA

175060100111019
ABSEN 7

1. Sistem utilitas pada bangunan sederhana (rumah tinggal dua lantai)

1. Instalasi Air Bersih dan Air Kotor


2. Instalasi Listrik (Lampu, Stop Kontak)
3. Instalasi CCTV
4. Instalasi Pemadam Kebakaran
5. Instalasi Penangkal Petir
6. Instalasi Pembuangan Sampah
7. Instalasi AC

1. Instalasi Air Bersih dan Kotor

a. Instalasi Air Bersih

Sumber air bersih berasal dari jaringan air PDAM dengan sumber cadangan dari sumur
artesis. Air dari jaringan PDAM dialirkan ke ground water tank yang diletakkan di bawah muka
air tanah, kemudian dipompakan ke roof tank yang letaknya lebih tinggi, terdapat dua jenis roof
tank yang pertama untuk penggunaan sehari-hari, yang kedua untuk pencegahan kebakaran.
Dengan mengandalkan gaya gravitasi, air dari roof tank kemudian didistribusikan ke tiap titik
pengambilan air seperti keran wastafel, keran bak air mandi, sprinkler dan hidrant dengan sistem
shaft. Meskipun dengan pemakaian roof tank membutuhkan ruang tersendiri serta beban struktur
yang lebih namun dibandingkan dengan menggunakan pompa yang langsung dialirkan ke titik-
titik pendistribusian air akan lebih efektif karena rusunawa yang memiliki banyak ruang akan
mebutuhkan tenaga atau daya dari pompa dalam jumlah besar.

b. Instalasi Air Kotor

Jaringan air kotor dalam bangunan terbagi menjadi tiga kelompok, yaitu :

 Limbah cair, berupa air kotor yang berasal dari floor drain kamar mandi, wastafel, dll.,
 Limbah padat, yang berasal dari kloset kamar mandi,
 Air hujan.

Pada penanganan limbah cair, air kotor yang berasal dari floor darain kamar mandi,
wastafel, tempat cuci piring dsb pada tiap lantai disalurkan ke bawah melalui pipa menuju ke
lantai dasar, lalu disalurkan menuju bak kontrol. Kemudian air dialirkan menuju sumur resapan
sebelum dibuang ke saluran kota.

Pada penanganan limbah padat, kotoran yang berasal dari kloset tiap lantai disalurkan
melalui pipa limbah padat secara vertikal menuju ke lantai dasar yang kemudian langsung
disalurkan ke dalam septic tank. Pipa limbah padat yang melintang secara horizontal harus
memiliki kemiringan minimal 5% tiap 1 meter untuk meminimalkan resiko tersumbat. Karena
hal ini, penempatan septic tank juga perlu diperhatikan, apabila jaraknya semakin jauh dari letak
kloset lantai dasar, maka penempatan septic tank akan membutuhkan kedalaman yang semakin
HIRA ASYIFA
175060100111019
ABSEN 7
besar. Pada septic tank, limbah kemudian ditampung dan diendapkan, lalu air yang tersisa
dialirkan ke sumur resapan. Untuk penempatan septic tank beserta resapannya, sebaiknya
diletakkan berjauhan dengan sumur artesis maupun gorund water tank, minimal berjarak 15
meter. Hal ini dilakukan agar jaringan air bersih tidak tercemar limbah dari septic tank.

Untuk penanganan air hujan, digunakan talang yang disesuaikan dengan bentuk atap, yang
kemudian dialirkan secara vertikal melalui pipa menuju ke bak kontrol yang sama dengan yang
digunakan pada penanganan limbah cair di lantai dasar.

2. Instalasi Listrik

Sumber listrik pada bangunan ini berasal dari jaringan listrik PLN dan memiliki cadangan
listrik yang bersumber dari genset yang dapat digunakan apabila terjadi pemadaman listrik dari
jaringan PLN.  Rusunawa ini memiliki beberapa fasilitas yang membutuhkan daya listrik seperti
lampu, stopkontak, CCTV, pompa air, serta pemadam kebakaran. Untuk mewadahi instalasi
listrik diperlukan Main Distribution Panel dan ruang genset. Automatic Transfer Switch atau
ATS bekerja mengalirkan listrik dari genset ketika terjadi pemadaman listrik dari PLN. Listrik
yang berasal dari Main Distribution Panel kemudian dialirkan ke Sub Distribution Panel pada
tiap-tiap lantai Rusunawa kemudia dialirkan ke fasilitas yang membutuhkan daya listrik tersebut.

3. Instalasi CCTV

Instalasi CCTV dalam bangunan diperlukan sebagai alat pengawasan keamanan baik di
dalam bangunan maupun di sekitar rumah. Namun, tidak setiap rumah memiliki utilitas ini.
Komponen – komponen dalam sistem CCTV terdiri dari :

 Kamera pengawas, yang diletakkan di titik tertentu yang dianggap strategis dan memiliki
jangkauan jarak pandang yang luas.
 Digital Video Recording (DVR), sebagai alat perekam dari tiap – tiap kamera yang ada
dan diletakkan pada control room.
 Monitor CCTV, yaitu monitor yang menampilkan gambar dari setiap kamera yang ada
untuk diawasi oleh para pengawas di control room
 Jaringan kabel, yang menjadi penghubung antara kamera, DVR Unit, dan monitor CCTV.

4. Instalasi Penangkal Petir

Penangkal petir yang digunakan adalah penangkal petir Faraday. Penangkal petir sangkar
Faraday terdiri dari :
HIRA ASYIFA
175060100111019
ABSEN 7
 Batang penangkal petir, berupa batang – batang logam berujung runcing yang diletakkan
pada bagian teratas atap bangunan,
 Kabel konduktor, yang merupakan kabel penyalur petir yang dipasang pada sisi luar
bangunan dan diberi lapisan pelindung / isolator,
 Tempat pembumian / grounding, berupa batang elektroda tembaga yang ditanam di
dalam tanah.

5. Sistem penghawaan

Sistem penghawaan pada rumah tinggal dapat berupa system penghawaan alami (angin), kipas
angin, serta AC. Disini, dicontohkan dalam rumah tinggal 2 lantai menggunakan system
penghawaan berupa AC. Jenis AC yang digunakan adalah AC split wall dengan daya ± ½ s.d. ¾
PK. Pada masing – masing ruangan hanya diletakkan 1 indoor unit.

2. Sebutkan sistem komunikasi minimum yang harus ada di rumah sakit dan fungsinya !

Persyaratan komunikasi dalam rumah sakit dimaksudkan sebagai penyediaan sistem


komunikasi baik untuk keperluan internal bangunan maupun untuk hubungan ke luar, pada saat
terjadi kebakaran dan/atau kondisi darurat lainnya. T ermasuk antara lain: sistem telepon, sistem
tata suara, sistem voice evacuation, dan sistem panggil perawat.

Penggunaan instalasi tata suara pada waktu keadaan darurat dimungkinkan asal memenuhi
pedoman dan standar teknis yang berlaku.

- Sistem Telepon dan Tata Suara.

 Sistem instalasi komunikasi telepon dan sistem tata komukasi gedung, penempatannya
harus mudah diamati, dioperasikan, dipelihara, tidak membahayakan, mengganggu dan
merugikan lingkungan dan bagian bangunan serta sistem instalasi lainnya, serta
direncanakan dan dilaksanakan berdasarkan standar, normalisasi teknik dan peraturan
yang berlaku.
 Peralatan dan instalasi sistem komunikasi harus tidak memberi dampak, dan harus
diamankan terhadap gangguan seperti interferensi gelombang elektro magnetik, dan lain-
lain.
 Secara berkala dilakukan pengukuran/pengujian terhadap EMC (Electro Magnetic
Campatibility). Apabila hasil pengukuran terhadap EMC melampaui ambang batas yang
ditentukan, maka langka penanggulangan dan pengamanan harus dilakukan.
 Dalam hal masih ada persyaratan lainnya yang belum mempunyai SNI, dapat digunakan
standar baku dan pedoman teknis yang diberlakukan oleh instansi yang berwenang

Persyaratan Teknis Instalasi Telepon.


HIRA ASYIFA
175060100111019
ABSEN 7
 Saluran masuk sistem telepon harus memenuhi persyaratan :
o Tempat pemberhentian ujung kabel harus terang, tidak ada genangan air, aman
dan mudah dikerjakan.
o Ukuran lubang orang (manhole) yang melayani saluran masuk ke dalam gedung
untuk instalasi telepon minimal berukuran 1,50 m x 0,80 m dan harus diamankan
agar tidak menjadi jalan air masuk ke rumah sakit pada saat hujan dll.
 Diupayakan dekat dengan kabel catu dari kantor telepon dan dekat dengan jalan besar.
 Penempatan kabel telepon yang sejajar dengan kabel listrik, minimal berjarak 0,10 m atau
sesuai ketentuan yang berlaku.
 Ruang PABX/TRO sistem telepon harus memenuhi persyaratan:
o Ruang yang bersih, terang, kedap debu, sirkulasi udaranya cukup dan tidak boleh
kena sinar matahari langsung, serta memenuhi persyaratan untuk tempat
peralatan.
o Tidak boleh digunakan cat dinding yang mudah mengelupas.
o Tersedia ruangan untuk petugas sentral dan operator telepon.
 Ruang batere sistem telepon harus bersih, terang, mempunyai dinding dan lantai tahan
asam, sirkulasi udara cukup dan udara buangnya harus dibuang ke udara terbuka dan
tidak ke ruang publik, serta tidak boleh kena sinar matahari langsung.

Persyaratan Teknis Instalasi Tata Suara

 Setiap bangunan rumah sakit dengan ketinggian 4 lantai atau 14 m keatas, harus dipasang
sistem tata suara yang dapat digunakan untuk menyampaikan pengumuman dan instruksi
apabila terjadi kebakaran atau keadaan darurat lainnya.
 Sistem peralatan komunikasi darurat sebagaimana dimaksud pada butir 1) di atas harus
menggunakan sistem khusus, sehingga apabila sistem tata suara umum rusak, maka
sistem telepon darurat tetap dapat bekerja.
 Kabel instalasi komunikasi darurat harus terpisah dari instalasi lainnya, dan dilindungin
terhadap bahaya kebakaran, atau terdiri dari kabel tahan api.
 Harus dilengkapi dengan sumber/pasokan daya listrik untuk kondisi normal maupun pada
kondisi daya listrik utama mengalami gangguan, dengan kapasitas dan dapat melayani
dalam waktu yang cukup sesuai ketentuan yang berlaku.
 Persyaratan sistem komunikasi dalam gedung harus memenuhi:
o UU No. 32 tahun 1999, tentang Telekomunikasi.
o PP No. 52/2000, tentang Telekomunikasi Indonesia.

- Sistem Panggil Perawat (Nurse Call)

 Peralatan sistem panggil perawat dimaksudkan untuk memberikan pelayanan kepada


pasien yang memerlukan bantuan perawat, baik dalam kondisi rutin atau darurat.
HIRA ASYIFA
175060100111019
ABSEN 7
 Sistem panggil perawat bertujuan menjadi alat komunikasi antara perawat dan pasien
dalam bentuk visual dan audible (suara), dan memberikan sinyal pada kejadian darurat
pasien.

Persyaratan Teknis

- Peralatan Sistem Panggil Perawat (SPP).

1. Panel Kontrol SPP.

Panel kontrol SPP harus :

 jenis audio dan visual.


 penempatannya diatas meja.
 perlengkapan yang ada pada panel kontrol SPP sebagai berikut :
o mempunyai mikrofon. speaker dan handset. Handset dilengkapi kabel dengan
panjang 910 mm (3 ft). Handset harus mampu menghubungkan dua arah
komunikasi antara perawat dan pos pemanggil yang dipilih. Mengangkat handset
akan mematikan mikrofon/speaker.
o Tombol penunjuk atau layar sentuh dengan bacaan digital
 secara visual memberitahu lokasi panggilan dan menempatkannya dalam sistem,
meliputi:
o Nomor ruang.
o
o Tempat tidur.
 Prioritas panggilan.
 Panggilan dari pos darurat yang ditempatkan di dalam toilet atau kamar mandi.
o Mampu menampilkan sedikitnya 4 (empat) panggilan yang datang.
o Modul mengikuti perawat. Apabila module mengikuti perawat ditempatkan di
bedside ruang rawat inap pasien diaktifkan, semua panggilan yang ditempatkan
dalam sistem secara visual atau audible diteruskan ke bedside yang dikunjungi.
o Berfungsi menjawab secara otomatis atau selektif.
o Fungsi prioritas panggilan yang datang. Sinyal visual atau audible akan menandai
adanya suatu panggilan rutin atau darurat dan akan menerus sampai panggilan itu
dibatalkan. Panggilan darurat harus dibatalkan hanya di pos darurat setempat.
o Fungsi pengingat (memory). Dapat menyimpan sementara suatu panggilan yang
ditempatkan dan menghasilkan sinyal visual berupa nyala lampu dome di koridor
yang dihubungkan dengan bedside dengan cara mengaktifkan fungsi/sirkit
pengingat. Sinyal visual ini akan mati dan panggilan yang tersimpan terhapus dari
memory ketika panggilan itu dibatalkan di pos setempat.
o Kemampuan menghasilkan sinyal audible dan visual untuk menandai adanya
panggilan yang datang dari pos yang terhubung :
 dapat menghentikan atau melemahkan sinyal audible melalui rangkaian rangkaian
mematikan/melemahkan saat panel kontrol sedang digunakan untuk menjawab atau
menempatkan suatu panggilan. Sinyal audible untuk panggilan yang datang dan tidak
HIRA ASYIFA
175060100111019
ABSEN 7
terjawab harus secara otomatis disambungkan kembali ketika panel kontrol SPP
dikembalikan ke modus siaga.
 Sinyal visual untuk panggilan yang datang harus tetap ditampilkan pada setiap saat
sampai panggilan terjawab atau dibatalkan pada pos pemanggilan.
 Sinyal audible dan sinyal visual untuk panggilan rutin dan darurat harus jelas berbeda.
 Tampilan visual untuk menunjukkan lokasi pos panggilan harus muncul pada panel
kontrol SPP.
o Tombol sentuh, atau serupa membolehkan perawat memilih pos panggilan dan
melakukan komunikasi suara dua arah. Tombol sentuh juga harus memberikan
program status prioritas dan kemampuan fungsi lain yang ada, yaitu :
 Kemampuan memonitor bedside.
 Kemampuan berhubungan minimum 10 pos beside secara serempak.
 Mampu menerima panggilan dari 10 pos panggilan terkait secara serempak. Kemampuan
untuk menjawab dengan cara :
o Dengan mengangkat handset atau mengaktifkan satu fungsi panggilan untuk
menjawab, berikutnya akan secara otomatis mengizinkan perawat untuk
berkomunikasi dengan pos berikutnya di dalam urutan prioritas panggilan, atau
o Dengan memilih jawaban dari setiap pos panggilan yang ditempatkan di dalam
urutan.
 Sedikitnya ditambahkan 10% untuk mengakomodasi tambahan pasien, dan pos darurat
didalam setiap panel kontrol SPP.
 Panel Kontrol SPP yang menggunakan daya listrik arus bolak balik haruslah
disambungkan ke panel daya listrik darurat arus bolak balik. Suatu UPS harus disediakan
di lokasi panel kontrol SPP untuk menyediakan daya darurat.

- Peralatan Komunikasi pada Kabinet Bedside (Beside Communication


Equipment).

 Setiap bedside harus menyediakan :


o microphone/speaker.
o lampu pos pemanggil.
o tombol reser
o kotak kontrol untuk cordset.
 Setiap microphone/speaker harus mati jika handset disambungkan ke bedside.
 Panggilan dari bedside harus menghasilkan sinyal panggilan visual rutin pada lampu
dome di koridor.

3. Pada bangunan bertingkat yang difungsikan sebagai perkantoran, jelaskan secara singkat
system transportasi yang harus ada sebagai bagian dari sistem utilitas!
- Tangga (stairs)
HIRA ASYIFA
175060100111019
ABSEN 7
Tangga merupakan alat tranportasi dalam gedung yang paling konvensional. Dalam
merencanakan tangga terdapat beberapa unsur yang paling penting dan patut dicermati, yakni
kenyamanan, keamanan dan keindahan.
Aman dalam hal ini tangga yang direncanakan dibuat dengan konstruksi yang kokoh
sehingga mampu menampung beban manusia saat menapaki tangga. Disebut nyaman apabila,
tangga mudah dilalui dan tidak membuat orang mudah lelah maupun bosan saat menapakinya.
Tangga selain aman dan nyaman, semestinya dibuat mendukung tampilan ruang secara
keseluruhan, baik itu proposi ukuran maupun dimensi tangga terhadap sebuah ruang.
Tangga adalah jalur bergerigi (mempuyai trap – trap) yang menghubungkan satu lantai
dengan lantai di atasnya, sehingga berfungsi sebagai jalan untuk naik dan turun antar lantai
tingkat.
Syarat – syarat peletakan tangga :
Ø  Letak tangga harus dibuat mudah dilihat dan dicari oleh orang yang akan menggunakannya.
Ø  Ruang tangga sebaiknya terpisah dengan ruang lain, agar orang yang naik turun tangga tidak
mengganggu aktifitas penghuni yang lain.
Ø  Apabila tangga ditujukan sebagai jalan darurat, pada perencanaannya harus diletakan dekat
pintu keluar, agar bila terjadi bencana, penghuni lantai atas dapat turun langsung menuju
halaman luar.

- Elevator ( Lift )
Elevator sering disebut lift adalah kereta alat angkut untuk mengangkut orang atau barang
dalam suatu gedung tinggi. Lift dapat dipasang pada bangunan – bangunan yang tingginya lebih
dari 4 lantai karena kemampuan orang untuk naik turun menjalankan tugas atau keperluannya
dalam bangunan tersebut hanya mampu dilakukan sampai 4 lantai.
Untuk menentukan kriteria perancangan lift penumpang, yang menjadi pokok perhatian
antara lain tipe dan fungsi bangunan, banyaknya lantai, luas tiap lantai, dan intervalnya. Selain
itu perlu juga dibedakan kapasitas (car/kg), jumlah muatan dan kecepatan.

Kapasitas (car/kg) Jumlah Muatan Kecepatan

900 13 org 40 m/mnit


1000 15 org 60 m/mnit
1150 17 org 90 m/ mnit
1350 20 org 105 m/mnit
HIRA ASYIFA
175060100111019
ABSEN 7
Makin tinggi bangunannya, makin tinggi pula kecepatanya. Kapasitas, jumlah muatan dan
kecepatan untuk masing – masing lift berbeda, tergantung pabrik pembuatnya.

KECEPATAN & BERAT LIFT


Dalam peraturan bangunan khususnya untuk lift, ketepatan berangkat dan berhentinya lift
harus tanpa sentakan yang mengganggu penumpang, sehingga kecepatan dan berat akan
menentukan kenyamanan dalam menggunakan lift.

JUMLAH LANTAI KECEPATAN LIFT (m/menit)


4 s/d 10 60 – 150
10 s/d 15 180 – 210
15 s/d 20 210 – 240
20 s/d 50 270 – 360

Ukuran berat tergantung besar dan jumlah penumpang yang dapat ditampung :
      4 orang – berat 320 kg
      8 orang – berat 630 kg
      13 orang – berat 1000 kg
HIRA ASYIFA
175060100111019
ABSEN 7
4. Untuk menghindari dari bahaya kebakaran akibat listrik ataupun petir, maka perlu dibuat
system keamanan dan keselamatan pada bangunan. Jelaskan secara skematis distribusi
jaringan listrik dan system penangkal petir yang perlu dibuat !

Distribusi jaringan listrik berawal dari PLN yang menyalurkan listrik melalui meteran.
Dari meteran, listrik tersalurkan ke panel induk / mdp yang selanjutnya akan disalurkan ke
dalam bangunan , baik secara vertical maupun horizontal. Listrik dalam bangunan dapat
dimanfaatkan untuk kegiatan-kegiatan yang memerlukan listrik seperti penerangan dan
menyalakan barang elektronik.
HIRA ASYIFA
175060100111019
ABSEN 7

Berikut adalah bagian-bagian dari sistem Grounding, penangkal petir

 Splitzen (Batang Penangkal petir), sebuah alat berbentuk tiang yang menyerap aliran
listrik dari petir yang menyambar
 Konduktor (sistem pengkabelan), kabel yang digunakan sebagai penghantar aliran listrik
dari Splitzer menuju ke tanah (pembumian). Untuk kabel yang jauh dari jangkauan
biasanya menggunakan kabel BC, sedangkan yang dekat dengan jangkauan biasa
menggunakan kabel BCC dan NYY seperti Federal kabel atau Supreme Kabel
 Terminal, sebuah sistem bawah tanah yang bertugas meneruskan hantara listrik ke dalam
tanah. Biasanya berupa pipa tembaga yang berdiameter setengah inch dan memiliki
panjang 3 sampai 4 meter.

Seperti yang terlihat pada penjelasan gambar diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
fungsi kerja dari Grounding system adalah:

1. Membawa muatan listrik petir langsung menuju kedalam tanah .


HIRA ASYIFA
175060100111019
ABSEN 7
2. Mengurangi kerusakan sistem pada perangkat elektronik rumah, karena adanya penyeimbang
arus yang sudah di integrasikan ke grounding system.

Skema pemasangan Instalasi Ground System pada bangunan rumah

1. pemasangan splitzen atau tiang penyangga yang berfungsi menyerap aliran listrik petir
diletakkan di tempat tertinggi dari suatu bangunan. Bentuk dari Splitzen terbagi dua jenis,
yaitu tunggal dan trisula dengan bahan utama adalah batang tembaga dan langsung
dihubungkan langsung ke terminal atua pipa tembaga dengan menggunakan kabel BC 50
mm dari Supreme kabel ataupun Federal kabel
2. memasang instalasi sub terminal berbahan plat tembaga 5cm x 20 cm yang memiliki
integrasi dengan terminal di dalam rumah, untuk menghindari korsleting pada perangkat
elektronik.
3. memasang sebuah arester pada sistem instalasi listrik yang dihubungkan langsung ke
dalam terminal grounding menggunakan kabel BC/ NYY ukuran 15 mm yang berfungsi
untuk menurunkan tegangan lebih pada jaringan listrik.
4. Pemasangan terminal, sebagi tempat terhubungnya beberapa kabel dari Splitzer menuju
ke bawah tanah dengan menggunakan sebuah kabel BC berukuran 50 mm.
5. nilai tahanan dari sistem pembumian atau pentanahan sekitar 3 ohm. Untuk itu jangan
menanam pipa sistem pembumian di wilayah yang berpasir ataupun berbatu, karena nilai
tahanannya sedikit. Usahakan pemasangan dilakukan di tanah yang memiliki kekedapan
tanah tinggi.

5. Hal hal apa saja yang menjadi pertimbangan dalam perawatan dan pemeliharaan suatu
bangunan ? beirkan contoh singkat aplikasinya dalam bentuk diagram alir pada salah satu
system utilitas bangunan yang ada di Pusat Perbelanjaan atau Mal!
a. Aspek persyarakan kinerja bangunan Gedung
1. Kualitas desain
2. Ketersediaan spesifikasi material
3. Kesalahan pekerja selama konstruksi
4. Kerusakan elemen
5. Usia pakai Gedung
6. Kesulitan melakukan aktivitas pemeliharaan
b. Aspek biaya
1. Anggaran biaya pemeliharaan terbatas
2. Pengawasan anggaran biaya pemeliharaan
3. Biaya Tindakan pemeliharaan berulang
c. Aspek pengguna atau penghuni
1. Harapan pengguna / penghuni
2. Keluhan dari pengguna / penghuni
3. Penggunaan dan pelayanan geudng
4. Menjaga property layak huni
d. Aspek manajemen dan organisasi pemeliharaan geudung
1. Pemahaman pentingnya pemleiharaan
HIRA ASYIFA
175060100111019
ABSEN 7
2. Adanya SOP
3. Adanya kebijakan pemeliharaan preventif
4. Ketersediaan pekerja atau staf pemeliharaan yang terampil
5. Keberadaan perusahaan jasa pemeliharaan bangunan geudng
6. Struktur organisasi yang efektid pada manajemen pemeliharaan
e. Aspek hukum dan regulasi
1. Adanya peraturan untuk pelaksanaan system manajemen pemeliharaan
2. Penerapan prinsip dan persyaratan K3 pada aktivitas pemeliharaan

Anda mungkin juga menyukai