Anda di halaman 1dari 4

Analisis Penghawaan Bangunan

1. Penghawaan Alami
Penghawaan Alami dapat dilakukan melalui perletakkan bukaan-bukaan dengan
memanfaatkan sistem ventilasi silang, kanopi, void, pelat beton dan penempatan vegetasi tanaman
sebagai buffer agar tercipta suatu kondisi penghawaan dalam bangunan yang stabil pada daerah
tropis lembab sangat efektif untuk memperbaiki iklim ruangan dan menurunkan kelembaban
dengan proses penguapan dan mengurangi radiasi panas ke dalam ruangan.
2. Penghawaan Buatan
Untuk ruang-ruang yang membutuhkan temperatur dan kelembaban tertentu, dapat
digunakan penghawaan buatan dengan sistem Air Conditioner (AC). Dasar pertimbangan dalam
pemilihan sistem penghawaan buatan yang sesuai dengan perancangan markas pemadam
kebakaran yaitu mudah dalam pemakaian dan perawatan, biaya pemasangan, operasi dan
perawatan murah, dapat melayani semua ruang dengan kondisi yang diinginkan, persyaratan dan
standar suhu ideal sesuai dengan fungsi ruang dan tuntutan kenyamanan aktivitas. Dari alternatif
sistem AC yang ada, sistem AC Split merupakan sistem penghawaan buatan yang paling sesuai
untuk markas pemadam kebakaran.
Analisis Pencahayaan Bangunan
Dalam pencahayaan alami, besarnya iluminasi yang dihasilkaan tidak dapat diprediksi
dengan baik, sedangkan dalam pencahayaan buatan besarnya iluminasi akan dapat kita ketahui,
sehingga ruang-ruang yang membutuhkan iluminasi tertentu dapat ditentukan.
1. Pencahayaan Alami
Pada bangunan, pencahayan alami dapat dilakukan dengan penggunaan kaca pada
jendela/pintu atau pada bukaan pelat beton dan penggunaan void (bukaan pada pelat
lantai) yang berfungsi meneruskan dan menyebarkan cahaya dari luar (atap atau jendela)
ke dalam ruangan pada lantai yang ada di bawahnya. Sedangkan untuk mengantisipasi
silau, maka digunakan material dinding dan penempatan vegetasi yang dapat berfungsi
untuk mengurangi/meredam silau.
2. Pencahayaan Buatan
Dalam merencanakan pencahayaan buatan, hal yang paling penting adalah tidak
menimbulkan kesilauan kepada pengguna bangunan di dalamnya. Kesilauan dapat terjadi
oleh sebab-sebab: luminasi dari sumber cahaya, luminasi dari latar belakang, ukuran
sumber cahaya, posisi sumber cahaya dalam ruang pandangan, pemantulan cahaya oleh
langit-langit, dinding dan permukaan lainnya dan perimbangan cahaya yang dipancarkan ke

bawah dan ke atas oleh lampu. Dasar pertimbangan dalam merencanakan suatu sistem
pencahayaan buatan dalam suatu markas pemadam kebakaran adalah sebagai berikut:
Kenyamanan dari pelaku kegiatan
Suasana dan "kepribadian ruang yang dihasilkan
Besarnya luminasi dari tiap-tiap ruang sesuai dengan tuntutan kegiatan
Standar kebutuhan penerangan yang ditetapkan
Kemudahan dalam pemasangan, penggantian dan pemeliharaan lampu
Efisiensi biaya pemasangan, pemeliharaan dan pemakaian.
Analisis Sistem Utilitas
1. Sistem Jaringan Listrik
Ketersediaan aliran listrik sangat berpengaruh bagi sebuah markas pemadam
kebakaran karena banyak kegiatan yang akan terganggu apabila terjadinya pemutusan
aliran listrik. Oleh karena itu, maka sumber aliran listrik diusahakan tidak hanya dari PLN
saja, tetapi juga ada sumber cadangannya, yaitu dari generator. Apabila aliran listrik dari
PLN lancar, maka semua kegiatan-kegiatan dalam markas akan menggunakan aliran listrik
dari PLN, namun jika terjadi pemadaman aliran listrik dari PLN maka aliran listrik akan
diupayakan berasal dari generator. Untuk sistem jaringan kabel, pasokan daya listrik pada
markas pemadam kebakaran disalurkan melalui jaringan kabel bawah tanah dan yang
dimasukkan dalam saluran kabel atau pipa yang terbuat dari bahan plastik jenis HDPE
(high-density polyethylene). Hal ini dimaksudkan agar sistem jaringan listrik/kabel tidak
menggangu sirkulasi yang terjadi, sekaligus sebagai pertimbangan estetika dan keamanan
serta penggunaan pipa plastik lebih ekonomis.
2. Sistem Jaringan Komunikasi
Dalam suatu markas pemadam kebakaran terdapat 2 jenis jaringan komunikasi, yaitu
jaringan komunikasi ke dalam (internal) dan jaringan komunikasi keluar (eksternal). Untuk
jaringan ke luar menggunakan telepon (dua arah), sedangkan jaringan ke dalam
menggunakan sound system (satu arah). Jaringan ke luar berfungsi untuk komunikasi
dengan pihak luar (eksternal), dan dijumpai pada semua kelompok ruang, yaitu kelompok
ruang administrasi, operasional, pelatihan dan pelayanan masyarakat. Pada masing-masing
kelompok ruang mempunyai saluran telepon tersendiri. Sedangkan jaringan ke dalam
berfungsi sebagai alat komunikasi satu arah untuk pihak dalam (internal) dan dijumpai pada
kelompok ruang operasional dan pelatihan.
3. Sistem Jaringan Air Bersih

Jaringan air bersih terdiri atas jaringan air untuk kebutuhan sehari-hari dan jaringan
air untuk kebutuhan operasional kegiatan. Kedua jaringan di atas membutuhkan persediaan
air yang sangat banyak terutama untuk kegiatan operasional Untuk itu, jaringan air bersih
yang digunakan sumber airnya hendaknya tidak hanya berasal dari air PDAM saja.
Dikarenakan oleh jumlah distribusi sumber air/hidran kota yang sangat minim di Kota
Halmahera Timur, maka air untuk kebutuhan kegiatan operasional dapat menggunakan
sumber air alternatif, seperti sumber yang berasal dari air laut yang diolah menjadi air tawar
dengan sistem teknologi reverse osmosis kemudian ditampung pada tangki bawah dengan
sistem down feed distribution dan ditambah dengan bak penampung atas sebagai
cadangan dengan sistem up feed distribution untuk mengantisipasi apabila kebutuhan air
tidak terpenuhi.
4. Sistem Jaringan Air Kotor
Untuk jaringan air kotor, dipisah menjadi empat jaringan yaitu jaringan untuk air
hujan, jaringan untuk disposal cair sabun, jaringan untuk disposal berlemak/berminyak, dan
jaringan untuk disposal air kotoran ikan.
5. Sistem Pembuangan Sampah
Pembuangan sampah dilakukan dengan Carry Out System, dengan pengertian
sampah yang ada pada objek nantinya dikumpulkan secara bersamaan untuk dibuang ke
tempat lain (Tempat Pembuangan Akhir).
Analisis Sistem Pengamanan Bangunan
1. Sistem Penanggulangan Kebakaran
Dengan cara pada bangunan diberi bahan pelapis tahan api atau material yang
tahan api seperti penggunaan plafon dan kusen alumunium. Dikarenakan bangunan bukan
bangunan tinggi/berlantai banyak, maka digunakan peralatan kebakaran seperti hidran
halaman yang letaknya < 60 m dari bangunan. Untuk tiap-tiap ruangan yang rawan
kebakaran seperti ruang bermesin/elektronik dilengkapi dengan 1 tabung CO2 dengan
perletakan yang mudah dijangkau.

Sedangkan untuk ruang-ruang yang tidak rawan

kebakaran (seperti ruang lobi, kantor, asrama, dll) dilengkapi dengan pendeteksi asap dan
panas (smoke/hot detector) yang dengan secara otomatis dapat memberikan sinyal/tanda
bahaya apabila terjadi kebakaran. Jarak antara detektor 12,00 meter di dalam ruang aktif
dan 18,00 meter untuk ruang sirkulasi. Dalam analisis pengamanan bangunan ini, sistem

sprinkler tidak digunakan dikarenakan faktor minimnya distribusi air/hidran kota dan faktor
biaya serta dikarenakan penggunaan sistem ini dapat merusak perlatan mesin dan
elektronik.
2. Sistem Penangkal Petir
Atas atas pertimbangan faktor keamanan secara teknis tanpa mengabaikan
keserasian pada bangunan (estetika), pertimbangan biaya serta bangunan yang sebagian
besar hanya terdiri dari 2 lantai saja, (kecuali pada ruang komunikasi dan menara pantau
yang berada pada lantai 4 dan 5), maka penangkal petir yang digunakan yaitu sistem
penangkal petir Thomson yang diletakkan/dipasang pada ujung atap pada menara pantau.
3. Sistem Keamanan
Sistem

pencegahan

dan

penanggulangan

terhadap

bahaya

kriminalitas dilakukan dengan:


a) Pos Penjagaan (security)
Penempatan pos jaga (satpam) berada pada entrance dan ruang
lobi dan atau dekat ruang-ruang yang dianggap rawan terjadi
pencurian/kejahatan.
b) Sistem Alarm (alarm system)
Sistem tanda bahaya yang digunakan pada markas pemadam
kebakaran yaitu alarm untuk siaga/panggilan tugas pemadaman, alarm
apabila terjadi kebakaran, dan alarm untuk evakuasi ketika terjadi teror.
Sebagai alat pemberi tanda jika terjadi kebakaran, di mana tanda
bahaya kebakaran dihubungkan dengan sistem detektor (detektor asap
atau panas).

Anda mungkin juga menyukai