Makalah Studi Fiqih B - Kelompok 1
Makalah Studi Fiqih B - Kelompok 1
Disusun oleh :
StudiFiqihkelas B
TEKNIK ARSITEKTUR
2022
KATA PENGANTAR
Rasa syukur kami haturkankepadaTuhan Yang MahaEsa, karena berkat karunianya kami dapat
Menyusun makalah ini dengan baik dan selesai tepat pada waktunya. Makalahini berjudul
“Fondasi Tekstual dan Kontekstual Fiqih Arsitektur”.
Makalah ini dibuat bertujuan untuk memenuhi tugas studi fiqih dari dosen pengampu mata
kuliah. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk memberikan tambahan wawasan bagi kami
sebagai penulis dan bagi para pembaca.
Kami selaku penulis tidak lupa untuk mengucapkan terima kasih kepada Bapak Yulianto, M.Pi
selaku Dosen Pengampu mata kuliah Studi Fiqih. Tidak lupa bagi pihak-pihak lain yang telah
mendukung penulisan makalah ini kami juga mengucapkan terima kasih.
Terakhir, kami sebagai penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Makadari itu kami membutuhkan kritik dan saran yang bisa membangun kemampuan kami,
agar kedepannya bisa menulis makalah dengan baik lagi. Semoga makalah ini bermanfaat bagi
para pembaca, dan bagi kami khususnya sebagai penulis.
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Fikih arsitektur merupakan kumpulan berbagai prinsip fikih yang berakibat pada mobilitas
sebuah kota sebagai efek persinggungan setiap anggota masyarakat, kecenderungan bentuk
arsitektur bangunan, dan berbagai persoalan seputar bangunan yang di ketengahkan oleh
para ulama fikih sebagai fatwa hukum fikih berdasarkan ilmu usul fikih. Secara umum
sumber pengambilan hukum (istinbath al-ahkam) dalam fikih arsitektur ada tiga, yaitu Al-
Quran, sunah nabawiyah, dan kaidah fikih.
2. RUMUSAN MASALAH
3. TUJUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
1. AL-QUR’AN
1.1.Surah Al-A’rof(199)
Pada lafadzal-urfu di dalam ayat ini, para ulama fikih mengartikan sebagai desain
yang berlaku dan disukai oleh khalayak luas dan tidak ada yang menentangnya.
Berdasarkan sudut pandang arsitektur bangunan, lafadz al-‘urfu mempunyai tiga
makna.
Pertama, yakni setiap permasalahan yang bersifat umum dan berpengaruh terhadap
lingkungan bangunan.
Contohnya:
a. Seperti kebiasaan yang dipilih, dilakukan, dan dioperasionalkan oleh sebuah
penduduk suatu daerah dalam mendirikan bangunan.
Kedua, pemaknaan al-‘urfu mempunyai pengaruh yang lebih banyak terhadap model
sebuah kota dalam Islam. Makna tersebut yaitu, pengakuan syariat terhadap norma-
norma yang berlaku di antara tetangga dalam menentukan batas kepemilikan dan hak.
Contohnya:
a. Ketika Raja Dzohir Baybars( raja dinasti Mamluk Mesir) memberlakukan
kewajiban lapor dokumen kepemilikan tanah bagi setiap pemilik tanah.
Penerapannya, jika mereka tidak mampu menunjukkan dokumen yang dimaksud
maka secara otomatis status kepemilikan atas tanah akan dicabut dari mereka.
Namun, menurut Ibnu Abidin, Syaikhi al-Islam, seorang tokoh agamawan. Beliau
paling lantang menolak kebijakan tersebut. Karena, menurut ulama Islam, tidak
2
halal bagi seseorang menggugat kepemilikan sah seorang terhadap suatu barang.
Setelah terus menerus memberitahu dan menasehati kesalahan sang sultan, akhirnya
Sang sultan meniadakan kebijakannya.
Ketiga, pola atau struktur bangunan. Pemaknaan al-‘urfu yang ketiga ini lah yang
paling berpengaruh pada lingkungan perkotaan. Yaitu, Ketika suatu masyarakat
menggunakan metode yang serupa secara terus-menerus dalam membangun suatu
bangunan karena adanya suatu tradisi atau pola khusus dalam membangun.
Contohnya :
a. Penduduk Qohiroh menggunakan bebatuan yang dipadatkan untuk membangun
konstruksi bangunan mereka sedangkan di sisi lain penduduk Kota Rasyid
menggunakan batu bata dari tanah.
b. Sebagaian penduduk kota Rasyid yang berprofesi sebagai pedagang menjadikan
lantai dasar rumah mereka sebagai pertokoan atau agen perdagangan.
c. Di antara tradisi yang bisa kita lihat di permukiman Kota Rasyid adalah: jika suatu
rumah punya dua arah yang menghadap dua jalan yang berbeda, maka pintu rumah
pasti diletakkan menghadap jalan yang paling khusus. Hal ini dipilih untuk
menghindari terlihatnya pejalan kaki yang ada di luar atau di dalam rumah.
2. SUNAH NABAWIYAH
Hadis Nabawi yang dijadikan pedoman oleh para ahli fikih dalam konteks hukum seputar
bangunan adalah sebagai berikut.
3
2.2.Hadis Nabawi Anas
Artinya: diriwayatkan dari Anas bahwa Nabi SAW bersabda: kalian semua lebih
mengetahui urusan dunia kalian.
3. KAIDAH FIQIH
3.1.KaidahPertama
Kaidah kaidah ini dianalisis landasan normatif dan diinterpretasi
3.1.1. kaidah (Bahaya ditolak semampunya) maksut dari kaidah ini, maka
setiap bahaya harus dihilangkan. Dihilangkan seratus persen jika mampu.Jika tidak
demikian, maka harus dihilangkan semampunya.
4
Contoh ketika sebuah bahaya masih dalam kadar potensi adalah membangun
ulang gapura yang retak-retak (rusak). Mengukur dengan pasti, teliti, dan
cermat ketinggian sebuah bangunan
3.2.KaidahKedua
5
a. Jika telah berlaku sebagai kebiasaan bahwa seorang teman yang bertamu ke
rumah temannya untuk masuk tanpa izin, makan tanpa izin, dan mandi tanpa
izin, maka orang tersebut boleh melakukan ketiganya tanpa izin.
b. Jika di suatu daerah berlaku kebiasaan boleh mengambil buah yang jatuh ke
tanah di kebun, taman, atau perumahan tanpa izin pemiliknya terlebih
dahulu, maka boleh mengambil buah tersebut tanpa izin terlebih dahulu.
6
BAB III
PENUTUP
1. KESIMPULAN
Pencetus fikih arsitektur adalah ulama madzhab Maliki dan Madzhab Hanafi pokok kajian
Fikih Arsitektur adalah hukum fikih sebagai charging legal low atau correlative law dalam
konteks sebuah bangunan. Epistimologi Islam fikih arsitektur merupakan bagian dari
metodologi nalar bayani sekaligus burhani. Strategi istinbath al-ahkam dalam fikih
arsitektur adalah al-Quran, sunah nabawiyah, dan kaidah fikih.
2. SARAN
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, Kedepannya penulis akan lebih
focus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber-sumber yang
lebih banyak yang tentunya dapat dipertanggung jawabkan.
7
DAFTAR PUSTAKA
Yulianto. (2019, Desember). M.Pi. Hakikat, Epistimologi Islam, dan Strategi Istinbath, 4
No.2, 159-167. Retrieved from http://repository.uin-malang.ac.id/9592/