Disusun Untuk Memenuhi Tugas Terstruktur Mata Kuliah Etika Bisnis Islam
Disusun Oleh:
1. Fathonah (2108202041)
2. Ayu Sri Rahayu (2108202071)
FAKULTAS SYARIAH
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta inayahnya kepada
kami atas petunjuk-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini.
Shalawat serta salam tidak henti-hentinya kami sampaikan kepada Nabi Agung junjungan
kita Nabi Muhammad SAW, keluarga,sahabat dan para pengikutnya yang senantiasa
mengikuti dan mengamalkan sunnah-sunnahnya. Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk
memenuhi tugas mata kuliah Etika Bisnis Islam yang berjudul “MEMAHAMI SECARA
MENDALAM KEGIATAN KEGIATAN YANG DILARANG DALAM PERSAINGAN
USAHA 1”. Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu
sehingga makalah ini dapat tersusun dengan baik.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................3
BAB I.........................................................................................................................................4
A. Latar Belakang...................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah..............................................................................................................4
C. Tujuan Penulisan................................................................................................................4
D. Metode Penulisan..............................................................................................................5
BAB II........................................................................................................................................5
A. Pengertian..........................................................................................................................5
B. Dasar Hukum Monopoli (Ihtikar)......................................................................................6
C. Definisi Pasar Monopsoni..................................................................................................7
D. Ciri-ciri Pasar Monopsoni.................................................................................................8
E. Kelebihan.........................................................................................................................10
F. Kelemahan........................................................................................................................11
H. Rasionalitas Pelarangan Penguasaan Pasar.....................................................................13
BAB III.....................................................................................................................................14
A. Kesimpulan......................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................14
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pasar adalah tempat bertemunya pembeli dan penjual untuk melakukan transaksi jual
beli barang atau jasa. Menurut ilmu ekonomi, pasar berkaitan dengan kegiatannya bukan
tempatnya. Ciri khas sebuah pasar adalah adanya kegiatan transaksi atau jual beli. Para
konsumen datang ke pasar untuk berbelanja dengan membawa uang untuk membayar
harganya.
Jika kita membahas pasar banyak sekali jenis-jenis pasar yang ada di sekitar kita ini,
di dorong oleh keadaan dan situasi perekonomian masyarakat maka aka nada dua jenis cirri
pasar yang terbagi menjadi dua yaitu pasar persaingan sempurna dan persaingan tidak
sempurna. Pasar persaingan sempurna adalah suatu struktur pasar dimana terdapat banyak
penjual dan pembeli dimana masing-masing tidak dapat mempengaruhi keadaan pasar atau
pasar yang saling menguntungkan antara penjual dan pembeli sehingga bias disebut pasar
ideal. Sedangkan persaingan tidak sempurna adalah struktur pasar yang didalam nya tidak
seimbang ada pihak yang dirugikan dan ada yang diuntungkan, sehingga banyak sekali pro
dan kontra di struktur pasar jenis ini.
Pada struktur pasar persaingan tidak sempurna ini terbagi menjadi beberapa bagian
yaitu pasar monopoli, oligopoly, monopsoni, oligopsoni. Pada makalah kami kali ini akan
membahas mengenai kegiatan yang dilarang dalam persaingan usaha.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, kami akan membahas beberapa rumusan masalah
antara lain sebagai berikut:
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penulisan ini adalah sebagai
berikut:
D. Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penyusunan makalah ini yaitu metode deskriptif
dengan menerapkan pendekatan kualitatif. Sedangkan jenis penelitian yang digunakan adalah
library research (penelitian kepustakaan) yang merupakan penelitian yang dilaksanakan
dengan menggunakan literatur (kepustakaan) baik berupa buku, ensiklopedi, kamus, jurnal,
majalah, dokumen maupun laporan hasil penelitian terdahulu dan lain sebagainya yang ada
hubungannya dengan masalah yang ingin dipecahkan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Para ulama berbeda pendapat tentang hukum monopoli (ihtikar), dengan perincian
sebagai berikut:
1) Haram secara mutlak (tidak dikhususkan bahan makanan saja), hal ini didasari oleh
sabda Nabi SAW:
“Barangsiapa menimbun maka dia telah berbuat dosa.” (HR. Muslim 1605)
2) Makruh secara mutlak, Dengan alasan bahwa larangan Nabi SAW berkaitan dengan
ihtikar adalah terbatas kepada hukum makruh saja, lantaran hanya sebagai peringatan
bagi umatnya.
3) Haram apabila berupa bahan makanan saja, adapun selain bahan makanan, maka
dibolehkan, dengan alasan hadits riwayat Muslim di atas, dengan melanjutkan riwayat
tersebut yang dhohirnya membolehkan ihtikar selain bahan makanan, sebagaimana
riwayat lengkapnya, ketika Nabi SAW bersabda:
”Barangsiapa menimbun maka dia telah berbuat dosa. Lalu Sa'id ditanya,"Kenapa
engkau lakukan ihtikar?" Sa'id menjawab, "Sesungguhnya Ma'mar yang
meriwayatkan hadits ini telah melakukan ihtikar!” (HR. Muslim 1605).
4) Haram ihtikar disebagian tempat saja, seperti di kota Makkah dan Madinah,
sedangkan tempat-tempat lainnya, maka dibolehkan ihtikar di dalamnya, hal ini
lantaran Makkah dan Madinah adalah dua kota yang terbatas lingkupnya, sehingga
apabila ada yang melakukan ihtikar salah satu barang kebutuhan manusia, maka
perekonomian mereka akan terganggu dan mereka akan kesulitan mendapatkan
barang yang dibutuhkan, sedangkan tempat-tempat lain yang luas, apabila ada yang
menimbun barang dagangannya, maka biasanya tidak mempengaruhi perekonomian
manusia, sehingga tidak dilarang ihtikar di dalamnya.
5) Boleh ihtikar secara mutlak, Mereka menjadikan hadits-hadits Nabi SAW yang
memerintahkan orang yang membeli bahan makanan untuk membawanya ke tempat
tinggalnya terlebih dahulu sebelum menjualnya kembali sebagai dalil dibolehkahnya
ihtikar.1
Monopoli adalah komponen utama yang akan membuat kekayaan terkonsentrasi ditangan
segelintir kelompok sehingga dapat menciptakan kesenjangan sosial dan ekonomi.
Kepemilikan dan penguasaan aset kekayaan ditangan individu adalah sesuatu yang
diperbolehkan. Namun demikian ketika kebebasan tersebut. Pada persaingan ini terdapat
undang undang dimana terdapat pada Undang-undang No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan
Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat yang bertujuan untuk memelihara pasar
kompetitif dari pengaruh kesepakatan dan konspirasi yang cenderung mengurangi dan atau
menghilangkan persaingan.2
Untuk mengawasi Undang-undang Larangan Praktek Monopoli, Pasal 35 menyatakan
bahwa Komisi memiliki tugas-tugas tertentu. Secara umum tugas-tugas Komisi dapat
diuraikan sebagai berikut:
1) melakukan penilaian terhadap tindakantindankan yang dilarang berdasarkan tiga
katagori yang ada (perjanjian yang dilarang, kegiatan yang dilarang dan posisi
dominan);
2) mengambil tindakan sesuai dengan kewenangan komisi;
3) memberi saran dan pertimbangan terhadap competition policy pemerintah;
4) menyusun pedoman dan atau publikasi yang berkaitan dengan undang-undang ini;
5) melaporkan hasil kerja komisi secara berkala kepada DPR dan Presiden.3
Pasar Monopsoni adalah pasar yang di dalamnya terdapat satu konsumen atau satu
pelaku usaha biasanya merupakan yang menjadi pembeli tunggal dan menguasai pasar
komoditas. Monopsoni merupakan kebalikan dari pasar monopoli yang dimana pasar
monopoli dikuasai oleh satu penjual besar. Pasar monopsoni terdapat di daerah- daerah
industri ternak dan perkebunan yang dimana petani atau peternak yang jumlahnya lebih
banyak daripada penjual tidak berada pada posisi yang baik dalam hal tawar menawar.
1
Muh.Barid Nizarudin Wajni, “Monopoli Dagang Dalam Kajian Fiqih Islam” AT-Tahdzib: Jurnal Studi Islam
Dan Muamalah vol.4 No.2 (2016), 3-5.
2
Mashur Malaka, “praktek monopoli dan persaingan usaha”, Jurnal Al-‘Adl Vol. 7 No. 2 (2014), 39-40.
3
Ketut Karmi Nurjaya, “Peranan Kppu Dalam Menegakkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang
Larangan Praktek Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat”, jurnal dinamika hukum vol. 9 No.1 (2009), 84-85.
Pasar monopsoni memiliki ciri khas tersendiri yaitu satu pembeli yang menguasai
pasar dan banyak penjual dalam pasar tersebut, sehingga para penjual sangat bergantung pada
pembeli tunggal tersebut dengan beberapa alasan seperti kondisi ekonomi dan situasi pasar
yang tidak ada pembeli lain. Jadi dengan terpaksa mau tidak mau semua penjual menjual
hasil produksinya pada pihak pembeli tunggal tersebut atau pembeli yang menguasai pasar
karena tuntutan ekonomi mereka dan beberapa hal lain yang mungkin mereka butuhkan.
Adapun beberapa faktor yang membuat pasar monopsoni terbentuk adalah sebagai
berikut:
Contoh pasar monopsoni adalah pasar hasil bumi dan peternakan yang berada di
daerah terpencil yang sulit mendistribusikan hasilnya ke tempat lain untuk menjual
produknya ke konsumen. Kesulitan dalam hal distribusi produk membuat para petani dan
peternak menjual produk mereka kepada satu pembeli tunggal secara borongan dengan harga
yang relatif murah. Contoh lain di suatu peternakan susu sapi di daerah yang sulit dijangkau
yang hanya mampu menjual susunya ke koperasi desa terdekat. Sehingga koperasi tersebut
yang menguasai pembelian susu sapi karena hanya koperasi yang memiliki fasilitas untuk
pengolahan susu maupun relasi distribusi dan dana yang cukup. Alasan tersebut yang
menjadikan koperasi menjadi pembeli satu-satunya.
Pada pasar ini hanya terdapat satu pembeli saja biasa disebut pembeli tunggal.
Sehingga pembeli memiliki banyak keuntungan dari segi harga dan kualitas produk yang
dibeli. Para produsen umumnya berada pada posisi menerima penawaran dari pembeli agar
produknya dapat terjual, meskipun seringkali harga yang ditawarkan murah. Di pasar ini para
penjual harus mau menerima keputusan dari sang pembeli, karena hanya pihak tersebut satu-
satunya yang mampu dan mau membeli hasil produk mereka, tidak jarang harga yang
diberikan cukup murah sehingga para penjual tidak mendapat keuntungan banyak.
Selain itu pembeli tunggal ini menjadi pihak yang mendapatkan keuntungan banyak
karena mereka mengambil produk para penjual dengan harga yang murah kemudian
didistribusikan ke tempat lain dengan harga lebih mahal. Inilah salah satu ciri yang dimiliki
oleh pasar monopsoni.
Pembeli memiliki kekuasaan dalam kegiatan jual beli di pasar ini. Terutama pada
pembentukan harga. Harga yang menentukan adalah pembeli (pricesetter), jika saat itu
penjual dihargai dengan harga yang murah maka penjual harus menerima, karena jika penjual
menolak atau protes mereka akan kesulitan untuk mencari pembeli lagi.
Meskipun pembeli bebas menentukan harga, namun tetap memiliki ketentuan, tidak
bisa seenaknya sendiri harus ada sebuah pertimbangan. Seperti menyesuaikan dengan harga
pasaran, memiliki perjanjian harga antara pembeli dan penjual. Poin pentingnya ialah
pembentukan harga ditentukan oleh pembeli.
Sebagian besar produk yang diperjual belikan dalam pasar monopsoni ini adalah
produk mentah atau produk belum jadi, karena proses kegiatan di pasar ini semacam
distribusi dari penjual ke pihak lain melalui pembeli. Jadi pembeli membeli produk dari
penjual dan menjualnya lagi ke pihak lain. Ada juga beberapa produk jadi yang tinggal
menyalurkan, tapi sangat kecil dibandingkan produk mentah.
Dengan adanya sistem tersebut, penjual tidak bisa menuntut produknya dengan harga
yang sedikit mahal, karena akan menyebabkan produk yang dijualnya tidak laku alias tidak
diterima oleh pembeli. Dengan hal tersebut jelas bahwa pendapatan dalam pasar monopsoni
berat sebelah, karena memang para penjual hanya bergantung pada pembeli tunggal tersebut.
Dalam pasar monopsoni sering terjadi perselihan antara pembeli dan penjual, ketika
harga yang ditetapkan oleh pembeli tidak sesuai ekspetasi penjual, maka di sini sering terjadi
konflik antara keduanya.
Peran orang ketiga sangat dibutuhkan dalam masalah ini, di pasar monopsoni ini bisa
terjadi perselisihan karena tidak adanya pihak ketiga seperti pemerintah yang mampu menjadi
pengatur penentuan harga agar sama-sama menguntungkan, namun dalam pasar monopsoni
tidak ada pihak lain selain penjual dan pembeli tunggal jadi potensi timbulnya perselisihan
sangat besar.
E. Kelebihan
Dalam pasar monopsoni kualitas dan mutu produk terjamin, karena pembeli tunggal
hanya mau hasil produksi yang dibeli memiliki kualitas yang bagus, otomatis ketika pembeli
tunggal tidak membeli, sang penjual tersebut akan mengalami kerugian secara besar. Inilah
yang membuat para penjual harus konsisten dalam menjaga kualitas dan mutu dari produk
yang mereka lakukan.
Adanya tuntutan kualitas barang yang harus terjamin maka para penjual di pasar
monopsoni ini selalu mencari alternatif yang sekiranya mampu untuk memproduksi suatu
barang yang berkualitas dengan pengeluaran yang minim dan mendapatkan hasil yang
maksimal. Hal ini menyebabkan kreatifitas dan inovasi dari para penjual akan muncul untuk
mengatasi permasalahan mereka, mereka akan berusaha menekan biaya produksi dengan
tujuan menyeimbangkan biaya produksi dan hasil penjualan.
Dalam pasar monopsoni penentuan harga lebih mudah, tidak mempedulikan nilai kurs
dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini dikarenakan penentuan harga diatur oleh satu pihak
yaitu pembeli tunggal tersebut. Jadi tidak ada kesulitan dalam penentuan harga, selain itu
harga yang ditetapkan pada semua penjual di satu produk yang sama harga yang ditetapkan
adalah sama tidak ada perbedaan.
Pasar monopsoni memberikan kemudahan bagi para penjual, mereka tidak sulit dalam
mencari konsumen ataupun mengeluarkan biaya yang lebih untuk distribusi atau promosi
berupa iklan dan hal lainnya untuk memperkenalkan produk yang mereka hasilkan. Hal ini
terjadi karena dalam pasar monopsoni hanya ada satu pembeli yang dituju dan pembeli itulah
yang akan menampung semua hasil produksi yang dilakukan oleh penjual.
Penjualan di pasar monopsoni tidak pernah surut, tidak akan salah tujuan dalam
alurnya. Hal ini dikarenakan dalam pasar monopsoni hanya ada satu pembeli yang membeli
hasil produksi dari penjual. Jadi barang yang sudah diproduksi langsung bisa dijual kepada
pembeli tunggal.
F. Kelemahan
Salah satu kekurangan yang dimiliki oleh pasar monopsoni yaitu pada
penyalahgunaan kebebasan hak pricesetter yang diberikan pada pembeli tunggal, sang
pembeli jarang memperhatikana kondisi sang penjual, misal ketika terjadi kenaikan harga
semua bahan pokok, hal ini juga akan membuat biaya produksi naik, namun pembeli tidak
memperhatikan hal tersebut mereka tetap membeli dengan harga sama seperti biasanya.
Aspirasi penjual atau kritik penjual jarang mendapat perhatian dari sang pembeli,
dalam pasar monopsoni ini penjual hanya bisa menerima dan terus memproduksi suatu
produk apapun yang terjadi.
Ketika terjadi banyak permasalahan ekonomi, seperti kenaikan harga akibat turunnya
nilai mata uang, pembeli tidak memerhatikan hal tersebut dan tetap melakukan aktivitas
seperti biasanya, hal inilah yang membuat ekonomi penjual semakin menurun dan menjadi
masalah utama mereka.4
Secara teoritis, penguasaan pasar oleh sebuah perusahaan atau kelompok perusahaan
adalah perilaku monopolisasi, yaitu tindakan atau upaya perusahaan atau kelompok
UU No. 5/1999 tidak melarang perusahaan atau kelompok perusahaan untuk memiliki
posisi monopoli atau posisi dominan, selama posisi tersebut diperoleh melalui mekanisme
persaingan yang bersumber dari efisiensi yang dilakukan perusahaan. Jika suatu perusahaan
mampu melakukan efisiensi biaya dan inovasi yang berhasil meningkatkan kualitas produk,
maka perusahaan akan dapat memenangkan persaingan dan berhasil menguasai pasar
bersangkutan. Penguasaan pasar tersebut dimungkinkan karena perusahaan memiliki produk
yang superior. Efisiensi biaya dan produk yang berkualitas akan menguntungkan konsumen
dan perekonomian secara keseluruhan. Kondisi demikian justru akan didukung dan sejalan
dengan jiwa hukum persaingan.
Sampai sejauh mana suatu kemampuan suatu perusahaan menguasai persentase dalam
pasar (market share) dapat dikatakan merupakan penguasaan pasar dapat dilihat dari beberapa
unsur berikut, yaitu: 1. Pangsa pasar yang dominan sehingga menimbulkan dugaan
munculnya kekuatan sebagai monopolis. UU No. 5 1999 Pasal 25 ayat (2) memberikan
definisi yang jelas mengenai posisi dominan berdasarkan pada pangsa pasar, yaitu: apabila
Pelaku usaha memiliki posisi dominan sebagaimana dimaksud ayat (1) apabila: a). satu
pelaku usaha atau satu kelompok pelaku usaha menguasai 50% (lima puluh persen) atau lebih
pangsa pasar satu jenis barang atau jasa tertentu; atau b). dua atau tiga pelaku usaha atau
kelompok pelaku usaha menguasai 75% (tujuh puluh lima persen) atau lebih pangsa pasar
satu jenis barang atau jasa tertentu. 2. Kemampuan untuk memperpanjang penguasaan pasar
yang dilakukan dengan menetapkan harga di atas harga rata-rata pasar untuk jangka waktu
yang relatife lama dan penetapan harga tersebut tidak terganggu dengan munculnya pesaing
baru ke pasar bersangkutan. Kegiatan penguasaan pasar sangat erat kaitannya dengan
pemilikan posisi dominan 17 dan pangsa pasar yang signifikan (di atas 50%) di pasar
bersangkutan. Penguasaan pasar akan sulit dicapai apabila pelaku usaha, baik secara sendiri
atau bersama-sama tidak memiliki posisi pangsa pasar dengan nilai persentase yang tinggi di
pasar bersangkutan. Sebagai ilustrasi, sulit untuk dibayangkan pelaku usaha, baik secara
sendiri maupun bersama-sama yang mempunyai pangsa pasar hanya 10% (sepuluh persen)
dapat mempengaruhi pembentuan harga, atau produksi atau aspek lainnya di pasar
bersangkutan. Namun di sisi lain, satu pelaku usaha yang memiliki pangsa pasar 50% (lima
puluh persen) di dalam pasar duapoli (hanya ada dua penjual) juga belum tentu secara
individual mampu menguasai pasar bersangkutan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA