Anda di halaman 1dari 3

DISKUSI MANAJEMEN OPERASI

PERT pada awalnya didesain untuk industri yang menghasilkan produk tidak standar dan
mengalami perubahan teknologi yang cepat sekali, seperti industri pertahanan dan ruang
angkasa, sehingga ada masalah ketidakpastian dalam penyelesaian. Analisis jaringan
kegiatan, dan peristiwa atau disingkat analisis jaringan kerja adalah istilah umum yang
meliputi berbagai metode perencanaan proyek diantaranya, yang paling terkenal adalah PERT
dua sistem ini dikembangkan di Amerika Serikat untuk proyek-proyek skala besar dalam
bidang pertahanan.

T. Hari Handoko (1993, 401) mengemukakan bahwa PERT adalah suatu metode analisis
yang dirancang untuk membantu dalam penjadwalan dan pengendalian proyek-proyek yang
kompleks, yang menuntut bahwa masalah utama yang dibahas yaitu masalah teknik untuk
menentukan jadwal kegiatan beserta anggaran biayanya sehingga dapat diselesaikan secara
tepat waktu dan biaya.

PERT digunakan pada perencanaan dan pengendalian proyek yang belum pernah dikerjakan,
sedangkan CPM digunakan untuk menjadwalkan dan mengendalikan aktivitas yang sudah
pernah dikerjakan sehingga data, waktu dan biaya setiap unsur kegiatan telah diketahui oleh
evaluator.

Pada PERT yang ditekankan tepat waktu, sebab dengan penyingkatan waktu maka biaya
proyek turut mengecil, sedangkan pada CPM menekankan tepat biaya.
Sebagai tambahan informasi, kompleksitas proyek tergantung dari hal-hal sebagai berikut :

 Jumlah Macam Kegiatan dalam Proyek,


 Macam dan Jumlah hubungan Kelompok ( Organisasi ) dalam Proyek,
 Macam dan jumlah hubungan antar Kegiatan (organisasi) di dalam proyek dengan pihak
luar.

Kompleksitas tidak tergantung dari besar kecilnya ukuran suatu proyek. Proyek kecil dapat
Saja bersifat lebih kompleks daripada proyek besar.

Dari semua keterangan diatas, dapat disimpulkan bahwa PERT cocok diterapkan pada

1. Sebuah perusahaan dengan proyek yang kompleks. Seperti halnya perusahaan konstruksi,
semua orang tahu bahwa proyek konstruksi cenderung kompleks dari waktu ke waktu.
2. Perusahaan teknologi. Perusahaan di bidang ini biasanya memiliki proyek baru yang
belum pernah dikerjakan sebelumnya.
3. Atau ada perusahaan manufaktur yang mempunyai proyek baru, dimana proyek tersebut
belum pernah dikerjakan sebelumnya, seperti perusahaan yang memproduksi batik tulis,
pada suatu saat ingin mengeluarkan produk baru berupa batik cap/sablon dengan
teknologi baru, maka perusahaan tersebut dapat menerapkan PERT untuk membuat
sistem perencanaan dan pengawasan produksi yang lebih optimal juga dapat dicapainya
efisiensi waktu produksi yang dapat meningkatkan jumlah produksi.

Sumber referensi : BMP EKMA 4215 MODUL 9


DISKUSI MANAJEMEN PEMASARAN

Proses adopsi yang dilakukan oleh konsumen terjadi melalui beberapa tahapan seperti
dikemukakan oleh Assael (2004, h. 479), yaitu berikut ini.
1. Kesadaran (awareness): calon pembeli atau pembeli potensial mengetahui adanya
suatu produk tertentu tetapi kurang mendetail, misalnya tidak mengetahui tentang
kegunaan produk tersebut atau cara pemakaiannya.
2. Pengetahuan (knowledge): pembeli potensial tersebut melanjutkan prosesnya, yaitu
mencari informasi atau pengetahuan tentang produk yang dikehendaki.
3. Evaluasi (evaluation): ia mulai menguji mental dengan menerapkan produk tersebut ke
dalam kondisi pribadinya, apakah fakta tentang produk itu diperkirakan cocok atau tidak
dengan keinginannya.
4. Percobaan (trial): pembeli melakukan percobaan pertama kali produk tersebut untuk
menikmati penggunaannya. Jika pembeli tidak dapat mencoba lebih dulu karena mungkin
terlalu mahal atau sulit diperoleh, maka ada kemungkinan menemui beberapa kesulitan di
kemudian hari.
5. Adopsi (adoption): pembeli mengambil keputusan apakah menerima atau menolak
produk yang sudah dicoba itu. Jika dalam tahap evaluasi dan percobaan penggunaannya
pembeli merasa puas, maka kemungkinan besar ia akan menerima/mengadopsi atau
mengambil keputusan beli. 6. Evaluasi pascabeli (postpurchase evaluation): meskipun
pembeli tersebut telah mengambil keputusan untuk membeli atau mengadopsi suatu
produk, namun ia dapat terus mempertimbangkan kembali keputusannya dan berusaha
mencari informasi yang dapat memperkuat keputusannya.

Di muka sudah disebutkan bahwa tujuan promosi itu adalah memberi tahu,
meningkatkan, dan membujuk. Oleh karena itu, promosi yang dilakukan oleh pemasar
dapat diarahkan untuk mempengaruhi tingkat pengetahuan dan sikap konsumen agar
bersedia membeli. Dapat pula pemasar mengadakan promosi lanjutan untuk
mengingatkan pembeli tentang pengalamannya yang baik sehingga dapat membantu
dalam mengonfirmasikan keputusannya.

Sumber referensi : BMP EKMA 4216 MODUL 9.6 - 9.7

Anda mungkin juga menyukai