Tikus Pinjal Dan Lalat
Tikus Pinjal Dan Lalat
a. Planning
1) Dalam pengendalian tikus didaratan, kegiatan awal perencanaan dilakukan
dengan pemetaan. Buat peta/daerah situasi gudang-gudang dan bangunan
lain yang ada di pelabuhan termasuk tempat penumpukan barang diarea
terbuka, restoran dan tempat lain yang memungkinkan tikus bersarang.
Peta situasi kapal yang sandar dipelabuhan dapat disusun sesuai dengan
situasi terbaru.
Kegiatan selanjutnya ialah membuat jadwal kerja dengan sistem sebagai
berikut:
a) Tentukan waktu dan tempat melakukan pemberantasan tikus
(pemasangan perangkap, peracunan dan fumigasi).
b) Tentukan waktu pengawasan tikus
c) Tentukan waktu untuk melakukan bimbingan pada pengelola gudang
dan bangunan
d) Pengadaan peralatan dan bahan yang diperlukan dalam pemberantasan
tikus.
2) Dalam pengendalian tikus di kapal, kegiatan awal perencanaan dilakukan
dengan pengamatan. Pengamatan dilakukan terhadap:
a) Pemasangan rat guard
b) Posisi tangga kapal yang harus ditinggikan 60 cm dari dermaga
c) Pemasangan lampu pada malam hari yang menerangi seluruh tangga
d) Usahakan menghindari kapal tender/bergandengan.
b. Organizing
Seksi pengendalian vektor dan binatang penular penyakit berada di bawah
naungan bidang pengendalian risiko lingkungan. Seksi tersebut bertanggung
jawab terhadap semua aspek terkait pemberantasan vektor dan binatang
penular penyakit. Susunannya yakni sebagai berikut:
c. Actuating
Pemberantasan tikus dan pinjal yang berada di pelabuhan dilakukan Kantor
Kesehatan Pelabuhan (KKP) Kelas I Surabaya pada bulan Maret 2022
dilakukan sebanyak 3 kali. Kegiatan pemberantasan tersebut kemudian
dianalisis dengan menggunaan pendekatan 5 (lima) unsur manajemen, yaitu:
1) Man
Pemberantasan tikus dan pinjal dilakukan oleh satu pembimbing lapangan
yang telah memiliki Pendidikan minimal D3 sanitarian dan jabatan
fungsional, dua staff dari pihak KKP yang telah memiliki minimal D1
sanitarian , serta enam orang mahasiswa magang yang di ikut sertakan
2) Money
Anggaran biaya untuk pemberantasan tersebut didapatkan dari PNBP
(Penerimaan Negara Bukan Pajak)
3) Material
Bahan yang diperlukan dalam melaksanakan pemberantasan tikus dan
pinjal meliputi kegiatan pemetaan dan pemasangan perangkap (trapping)
yakni makanan yang digunakan sebagai umpan
4) Machine
Dalam melakukan kegiatan pemberantasan tikus dan pinjal meliputi
kegiatan pemetaan dan pemasangan perangkap (trapping) membutuhkan
alat perangkap seperti perangkap hidup (cagetrap), lem, perangkap mati,
dan lain-lain.
5) Method
Upaya pengendalian dampak kesehatan lingkungan yang berpotensi
terhadap kejadian penyakit akibat tikus dilakukan dengan pemberantasan
tikus dan pinjal meliputi kegiatan pemetaan dan pemasangan
perangkakapp dengan metode Trapping.
Berikut adalah hasil dari pelaksanaan pemberantasan tikus dan pinjal yang
telah dilakukan oleh KKP pada bulan maret 2022
Tabel 1. Hasil Trapping Tikus
Hari : Pertama
Total 6 8
Hari : Kedua
Total 5 3
Hari : Ketiga
Total 4 0
Total Trap Success : 100 – 30 (trap yang tidak dapat diambil) = 70 trap
Pembahasan :
Dapat diketahui dari tabel diatas bahwa pada hari pertama pemasangan
perangkap ditemukan perangkap yang berhasil mendapatkan tikus (trap
success) adalah sebanyak 6 buah (5 Tikus dan 1 Curut) dan yang tidak berhasil
mendapatkan tikus (trap gagal) adalah sebanyak 8 buah. Kemudian, pada hari
kedua pemasangan perangkap ditemukan perangkap yang berhasil
mendapatkan tikus (trap success) adalah sebanyak 5 buah dan yang tidak
berhasil mendapatkan tikus (trap gagal) adalah sebanyak 3 buah. Dan pada
hari ketiga pemasangan perangkap ditemukan perangkap yang berhasil
mendapatkan tikus (trap success) adalah sebanyak 4 buah dan yang tidak
berhasil mendapatkan tikus (trap gagal) adalah sebanyak 0 buah. Kegagalan
trapping tikus bisa diketahui dari perangkap yang umpannya kosong, dengan
kata lain tikus dapat meloloskan diri dari perangkap tersebut.
No Tgl Lokasi Pjg Pjg Pjg Pjg Pjg Jml JK Be- Warna Spe- Jml
Tertang- Total Ekor Ka- Tel Ba- Mame rat bulu sies Pin-
kap ki ing dan jal
a
Hari : Pertama
Hari : Ketiga
Sehingga, perhitungan untuk success trap tikus yang tertangkap adalah sebagai
berikut :
Didapatkan hasil untuk success trap pada Pelabuhan Kalimas wilayah kerja
KKP Kelas 1 Perak yakni sebesar 20% . Berdasarkan Permenkes No 50 Tahun
2017 hasil tersebut melebihi nilai baku mutu yakni > 1.
d. Controlling
Pada saat kegiatan pemetaan dan pemasangan perangkap tikus dilakukan
pengawasan setelahnya dengan memantau hasil pemasangan perangkap sehari
setelahnya selama satu minggu. Selain itu juga melakukan pengecekan dengan
melihat alat perangkap yang telah di letakkan sebelumnya pada titik-titik
pemasanga, mana saja perangkap yang terdapat tikus didalamnya, perangkap
kosong, ataupun umpan yang hilang (tikus yang lolos dari perangkap).
Setelah melakukan pengawasan dan pengecekan selanjutnya yakni evaluasi,
yang dilakukan dengan penanganan faktor penyebab kegagalan dalam
pemasangan perangkap (seperti tikus yang lolos) diantaranya memperbaiki
alat perangkap yang rusak, mengajukan pembelian alat perangkap baru, letak
pemasangan perangkap yang lebih efektif dari sebelumnya disesuaikan dengan
bionomik tikus, dan atau mengganti jenis umpan apabila umpan yang di
pasang tidak menarik perhatian tikus.
2. Pemberantasan Lalat
Lalat masuk dalam golongan serangga yang tersebar luas diseluruh dunia.
Lalat dari genus Musca domestica (lalat rumah) yang berperan sebagai vektor
penyakit terutama penyakit pada saluran pencernaan (kolera, disentri, typhoid,
infantile diare, keracunan makanan dan parasit cacing).
Lalat bersarang atau berkembang biak ditempat-tempat yang terdapat zat-zat
organik umpamanya sampah dapur, kotoran manusia/hewan, sisa makanan, dan
lain-lain. Telur diletakkan di bahan-bahan organik yang lembab. Lalat betina
bertelur 100 – 150 butir, semasa hidupnya seekor lalat bertelur 2 – 4 kali. Setelah
8 – 30 jam telur menetas menjadi larva (maggot atau made), yang akan tumbuh
dengan cepat selama 3 – 14 hari.
Setelah larva cukup besar, merea pindah ketempat-tempat urang lembab dan
berubah menjadi kepompong (pupa). Bila sarang sangat lembab atau basah, larva
akan masuk kedalam tanah untuk menjadi pupa atau kebawah papab, daun-daun
atau rerumputan kering. 3 – 10 hari kemudian menjadi lalat dewasa yang segera
mencari jalan keluar kepermukaan sarangnya.
Waktu minimal untuk penyelesaian metamorfosa ini dari telur hingga menjadi
lalat dewasan rata-rata butuh 30 hari. Karena daya berkembang biaknya yang
hebat, populasi Musca domestica disuatu daerah dalam waktu yang singkat dapat
menjadi sangat banyak. Pengamatan lalat dilakukan untuk mengetahui tingkat
kepadatan lalat dan sumber tempat berkembang biaknyaa lalat.
a. Planning
Dalam melakukan pengendalian perlu juga dilakukan pengukuran tingkat
kepadatannya dimana data ini dapat dipakai untuk merencanakan upaya
pengendalian yang meliputi kapan, dimana, dan bagaimana pengendalian akan
dilakukan. Ada beberapa peralatan yang perlu dipersiapan dan dipakai untuk
mengukur dan menghitung kepadatan populasi lalat, antara lain :
- Didalam bangunan : perangkap lalat ultraviolet, sticky trap
- Diluar bangunan : fly grill, sticky trap, perangkap umpan.
Pemberantasan dapat dilakukan dengan cara kombinasi antara perbaikan
lingkungan untuk mengurangi potensial breeding places dan chemical control.
Berikut adalah upaya mencegah adanya sarang-sarang lalat (prevention of
breeding) :
1) Meniadakan tempat-tempat yang digemari lalat (potential fly breeding
material)
2) Sampah-sampah ditampung pada tempat sampah yang memenuhi syarat
dan tertutup.
3) Pengangkutan pembuangan sampah dilakukan setiap hari
4) Tempat penampungan sampag diberi alas yang kedap air, misalnya semen
5) Adanya jambankakus yang tidak mudah dihinggapi lalat (tertutup).
b. Organizing
Seksi pengendalian vektor dan binatang penular penyakit berada di bawah
naungan bidang pengendalian risiko lingkungan. Seksi tersebut bertanggung
jawab terhadap semua aspek terkait pemberantasan vektor dan binatang
penular penyakit. Susunannya yakni sebagai berikut:
c. Actuating
Pemberantasan lalat yang berada di pelabuhan dilakukan Kantor Kesehatan
Pelabuhan (KKP) Kelas I Surabaya pada bulan Maret 2022 dilakukan
sebanyak 3 kali. Kegiatan pemberantasan tersebut kemudian dianalisis dengan
menggunaan pendekatan 5 (lima) unsur manajemen, yaitu:
1) Man
Pemberantasan lalat dilakukan oleh satu pembimbing lapangan yang telah
memiliki Pendidikan minimal D3 sanitarian dan jabatan fungsional dan
enam orang mahasiswa magang yang di ikut sertakan
2) Money
Anggaran biaya untuk pemberantasan tersebut didapatkan dari PNBP
(Penerimaan Negara Bukan Pajak)
3) Material
Bahan yang diperlukan dalam melaksanakan pemberantasan lalat meliputi
kegiatan pengamanan lalat, mencegah adanya sarang lalat, dan intervensi
kimia menggunakan bahan insektisida sebagai larvasida, residual
spraying, space spraying, atau poison bait.
4) Machine
Dalam melakukan kegiatan pemberantasan lalat meliputi kegiatan
pengamanan lalat, mencegah adanya sarang lalat, dan intervensi kimia
membutuhkan alat perangkap seperti perangkap lalat dalam ruangan yang
meliputi perangkap lalat ultraviolet dan sticky trap. Kemudian, perankap
luar ruangan seperti fly grill, sticky trap, dan perangkap umpan.
5) Method
Upaya pengendalian dampak kesehatan lingkungan yang berpotensi
terhadap kejadian penyakit akibat lalat dilakukan dengan pemberantasan
lalat meliputi kegiatan pengamanan lalat, mencegah adanya sarang lalat,
dan intervensi kimia. Kemudian metode yang bisa diterapkan yakni
metode residual treatment dan intervensi mekanik.
Residual Treatment dilakukan dengan menyemprotkan insektisida pada
permukaan-permukaan yang menjadi tempat hinggap/istirahat lalat
dimalam hari sampai waktu kontak lalat dengan insektisida cukup lama.
Berikut adalah insektisida yang dapat digunakan, antara lain :
a) Golongan Organofosfat. Saat penyemprotan hindarkan kemungkinan
kontaminasi air minum dan atau makanan. Siklus persenyawaan
Organofosfat lebih pendek daya tahannya, dapat diulang tiap 2 – 4
minggu.
b) Impregnated cord dan strips. Cara ini digunakan pada potongan-
potongan kertas atau tali-tali yang telah diberi lapisan insektisida
sehingga dapat digantungkan pada langit-langit atau dinding-dinding
ruangan. Insektisida yang digunakan biasanya golongan organofosfat
seperti alphacypermetrin, bifentrin, cypermetrin, lambda
cihalotrin,delta metrin, dll. Hasilnya memuaskan bila berada pada
tempat dengan suhu dibawah 32oC dan kelembaban udara lebih dari
50%. Dosisnya ialah 1 meter tali untuk setiap 1 m2 luas lantai
c) Umpan (poison baits)
Umpan atau baits dapat ditempatkan diluar rumah, sekitar tempat-
tempat pengolahan makanan dimana terdapat banyak lalat. Umpan
yang diberikan harus memberikan bau yang menarik bagi lalat. Bahan
yang dipakai sebagai umpan dapat berupa tepung jagung, air yang
dicampur gula, dan lain-lain. Insektisida yang dapat dipakai adalah
diazonin, dichlorvos, malathion, dan lain-lain. Insektisida tersebut
dicampur pada umpan kering dengan kadar 1-2% dan pada umpan
basah dengan kadar 0,1% kemudian diletakkan pada tempat yang
banyak lalatnya.
d) Space treatment
Metode ini sebaiknya dilakukan pada pagi dan siang hari, pada saat
lalat melakukan aktifitasnya (terbang). Dapat dilakukan didalam dan
luar bangunan. Didalam bangunan dilakukan dengan cara cold aerosol
menggunakan alat semprot ULV elektrik, formulasi insektisida yang
digunakan adalah EC yang mengandung bahan aktif untuk membunuh
(killing agent) dan bahan aktif untuk menjatuhkan (knock down agent)
dengan pelarut air. Diluar bangunan dilakukan penyemprotan
menggunakan mesin pengasap (fogging) atau mesin ULV mobil/motor.
Intervensi mekanik dilakukan dengan menggunakan perangkap lalat/fly
trap, perangkap lem, dan perangkap cahaya. Radius pengendalian lalat
yakni 900 meter dari batas perimeter.
30 Titi Titik Titik Titik Titik Titik Titik Titik Titik Titik 26
detik k1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
5 3 3 1 3 2 9 6 3 0
= = 5,2
Pembahasan :
Berdasarkan tabel perhitungan kepadatan lalat, didapatkan hasil berupa
angka kepadatan lalat sebesar 5,2. Menurut permenkes Nomor 50
Tahun 2017 angka tersebut masuk dalam kategori sedang atau Perlu
dilakukan pengamanan terhadap tempat-tempat berkembang biak nya
lalat.
2) Lokasi Kedua
Lokasi Pengamatan : Pelabuhan Penumpang Roro (Kantin Bu Rudy)
Temperature : 34,4 °C
Kelembaban : 66,6%
Kecepatan angin : 0 km/jam
Jenis sampah : Domestik
30 Titi Titik Titik Titik Titik Titik Titik Titik Titik Titik 11
detik k1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
3 1 2 1 1 1 0 0 4 0
Pembahasan :
Berdasarkan tabel perhitungan kepadatan lalat, didapatkan hasil berupa
angka kepadatan lalat sebesar 5,2. Menurut permenkes Nomor 50
Tahun 2017 angka tersebut masuk dalam kategori rendah atau tidak
menjadi masalah.
3) Lokasi ketiga
Lokasi Pengamatan : Pelabuhan Penumpang Roro (TPS)
Temperature : 34,6 °C
Kelembaban : 63,9%
Kecepatan angin : 1,5 km/jam
Jenis sampah : Domestik
Tabel 5. Hasil Pengukuran Kepadatan Lalat Lokasi Ketiga
30 Titi Titik Titik Titik Titik Titik Titik Titik Titik Titik 26
detik k1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
3 1 0 2 11 9 0 0 0 0
= = 5,2
Pembahasan :
Berdasarkan tabel perhitungan kepadatan lalat, didapatkan hasil berupa
angka kepadatan lalat sebesar 5,2. Menurut permenkes Nomor 50
Tahun 2017 angka tersebut masuk dalam kategori sedang atau Perlu
dilakukan pengamanan terhadap tempat-tempat berkembang biak nya
lalat.
Keterangan :
Angka rata-rata merupakan petunjuk (indeks) populasi lalat dalam
kondisi tertentu
d. Controlling
Pada kegiatan pemberantasan lalat dilakukan kegiatan pengamanan lalat,
mencegah adanya sarang lalat, dan intervensi kimia. Secara rutin disetiap
bulannya KKP akan melakukan pelaporan setelah menyelesaikan kegiatan
pemberantasan lalat. Sedangkan evaluasi yang dapat dilakukan yaitu
melakukan upaya pengendalian, karena hasil yang diperoleh kemarin masuk
dalam kategori sedang pada dua lokasi yakni pada TPS yang berada di
Pelabuhan Gapura Surya Nusantara dan TPS yang berada di Pelabuhan
Penumpang Roro. Upaya pengendalian tersebut dapat disesuaikan berdasarkan
sasaran yang dituju yaitu dilakukan spraying pada dua lokasi tersebut
menggunakan bahan aktif racun (insektisida).