Anda di halaman 1dari 15

E.

Pemberantasan Serangga Penular Penyakit seperti tikus dan pinjal, dilingkungan


bandara, pelabuhan dan lintas batas darat negara.
1. Pemberantasan Tikus dan Pinjal
Tikus adalah binatang pengerat yang merugikan manusia karena
menghabiskan dan merusak makanan, tanam-tanaman, barang-barang, dan harta
benda lainnya. Tikus dapat pula menyebarkan berbagai jenis penyakit seperti
penyakit bakterial, virus, spirochaeta, dan cacing. Sesuai dengan International
Health Regulations, KKP harus berusaha agar daerah pelabuhan bebas dari
infestasi tikus dan mengadakan rat proofing bangunan-bangunan di daerah
pelabuhan. Begitu juga terhadap kapal harus bebas dari kehidupan tikus. Ruang
lingkup pengawasan tikus dipelabuhan meliputi :
 Pemeriksaan adanya kehidupan tikus dan parasit
 Pemberantasan tikus dan pinjal dilingkungan pelabuhan dan kapal

Tujuan dari pengendalian tikus ialah menjamin bebasnya masyarakat


dilingkungan pelabuhan dari gangguan kehidupan tikus dalam rangka upaya
pencegahan penyakit menular dan kerugian-kerugian lain yang ditimbulkan oleh
tikus. Sasaran pengendalian tikus yakni dilakukan pada kapal penumpang ferry,
kapal barang, kapal container, kapal tanker, kapal tunda, kapal tongkang, dan
kapal terbang.

a. Planning
1) Dalam pengendalian tikus didaratan, kegiatan awal perencanaan dilakukan
dengan pemetaan. Buat peta/daerah situasi gudang-gudang dan bangunan
lain yang ada di pelabuhan termasuk tempat penumpukan barang diarea
terbuka, restoran dan tempat lain yang memungkinkan tikus bersarang.
Peta situasi kapal yang sandar dipelabuhan dapat disusun sesuai dengan
situasi terbaru.
Kegiatan selanjutnya ialah membuat jadwal kerja dengan sistem sebagai
berikut:
a) Tentukan waktu dan tempat melakukan pemberantasan tikus
(pemasangan perangkap, peracunan dan fumigasi).
b) Tentukan waktu pengawasan tikus
c) Tentukan waktu untuk melakukan bimbingan pada pengelola gudang
dan bangunan
d) Pengadaan peralatan dan bahan yang diperlukan dalam pemberantasan
tikus.
2) Dalam pengendalian tikus di kapal, kegiatan awal perencanaan dilakukan
dengan pengamatan. Pengamatan dilakukan terhadap:
a) Pemasangan rat guard
b) Posisi tangga kapal yang harus ditinggikan 60 cm dari dermaga
c) Pemasangan lampu pada malam hari yang menerangi seluruh tangga
d) Usahakan menghindari kapal tender/bergandengan.
b. Organizing
Seksi pengendalian vektor dan binatang penular penyakit berada di bawah
naungan bidang pengendalian risiko lingkungan. Seksi tersebut bertanggung
jawab terhadap semua aspek terkait pemberantasan vektor dan binatang
penular penyakit. Susunannya yakni sebagai berikut:

c. Actuating
Pemberantasan tikus dan pinjal yang berada di pelabuhan dilakukan Kantor
Kesehatan Pelabuhan (KKP) Kelas I Surabaya pada bulan Maret 2022
dilakukan sebanyak 3 kali. Kegiatan pemberantasan tersebut kemudian
dianalisis dengan menggunaan pendekatan 5 (lima) unsur manajemen, yaitu:
1) Man
Pemberantasan tikus dan pinjal dilakukan oleh satu pembimbing lapangan
yang telah memiliki Pendidikan minimal D3 sanitarian dan jabatan
fungsional, dua staff dari pihak KKP yang telah memiliki minimal D1
sanitarian , serta enam orang mahasiswa magang yang di ikut sertakan
2) Money
Anggaran biaya untuk pemberantasan tersebut didapatkan dari PNBP
(Penerimaan Negara Bukan Pajak)
3) Material
Bahan yang diperlukan dalam melaksanakan pemberantasan tikus dan
pinjal meliputi kegiatan pemetaan dan pemasangan perangkap (trapping)
yakni makanan yang digunakan sebagai umpan
4) Machine
Dalam melakukan kegiatan pemberantasan tikus dan pinjal meliputi
kegiatan pemetaan dan pemasangan perangkap (trapping) membutuhkan
alat perangkap seperti perangkap hidup (cagetrap), lem, perangkap mati,
dan lain-lain.
5) Method
Upaya pengendalian dampak kesehatan lingkungan yang berpotensi
terhadap kejadian penyakit akibat tikus dilakukan dengan pemberantasan
tikus dan pinjal meliputi kegiatan pemetaan dan pemasangan
perangkakapp dengan metode Trapping.

a) Didaratan atau pelabuhan pelaksanaannya yakni dengan melakukan


pemasangan perangkap. Sebelum perangkap dipasang, sudah harus
diketahui titik-titik yang menjadi sasaran pemasangan perangkap dan
siapkan terlebih perangkap yang sudah diberi umpan, misalnya : kelapa
bakar, ikan asin, indomie atau buah (usahakan umpan diganti tiap kali
pemasangan selama 5 hari berturut-turut). Langkah-langkah
pemasangan perangkap tikus sebagai berikut :
 Pemasangan perangkap pada sore hari, terutama di gudang-gudang
yang dilakukan setiap 40 hari selama 5 hari berturut-turut yang
dapat mencakup seluruh area pelabuhan, untuk pelabuhan besar
dapat dibagi menjadi 2 – 4 bagian sesuai dengan keadaan dan
masing-masing bagian yang dikerjakan dalam 5 hari berturut-turut
diselesaikan dalam jangka waktu 1 bulan.
 Jumlah perangkap yang dipasang antara 100-300 buah/hari (sesuai
kebutuhan)
 Perangkap diambil keesokan hari sebelum aktivitas mulai ramai
(pagi hari)
 Perangkap yang ada tikus dipisahkan dan dimasukkan kedalam
karung kain dan diberi label (tempat pemasangan lokasi dan nomor
perangkap)
Kemudian, setelah dilakukan pemasangan perangkap maka tikus-tikus
yang sudah tertangkap akan dilakukan pemeriksaan. Langkah-langkah
pemeriksaan tikus sebagai berikut :
 Tikus yang sudah diberi label lalu dibunuh (secara mekanik atau
menggunakan kapas yang telah diberi chloroform dan dimasukkan
kedalam karung, kemudian tunggu beberapa menit, sampai tikus
tidak bergerak lagi)
 Lakukan penyisiran pada tikus, menggunakan sisir khusus untuk
kutu agar mudah mendapatkan ektoparasit (pinjal, mite, fieks, dan
chingger)
 Melakukan identifikasi tikus untuk mengetahui spesies, meliputi:
1. Panjang tikus keseluruhan
2. Panjang ekor
3. Panjang kaki
4. Panjang telinga
5. Menghitung jumlah mamae (susu) dan mengukur besar testis
6. Menimbang berat tikus
7. Tentukan spesies tikus
 Menghitung jumlah pinjal dan tentukan indeks pinjal, perlu
tindakan apabila indeks pinjal lebih dari 2 karena kemungkinan
akan adanya infestasi penyakit pes di wilayah pelabuhan.
 Menentukan spesies pinjal (untuk mengetahui apakah ada pinjal
import dari negara lain yang terbawa oleh kapal asing).

b) Dikapal pelaksanaannya yakni dengan melakukan pemeriksaan tanda-


tanda tikus dikapal. Pemeriksaan tersebut dilakukan mulai dari haluan
sampai ke buritan kapal. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
 Melihat kotoran (dropping) tikus, dengan keterangan:
1. Rattus rattus diardi, tersebar-halus dan berbentuk kumparan
(spindle shape)
2. Rattus rattus novergicus, terkumpul, besar-besar, berbentuk
sosis
3. Kotoran baru, lembek, hitam gelap dan mengkilap
4. Kotoran lama, keras, abu-abu hitam (dof)
 Melihat runways atau jalan yang sama yang dilalui oleh tikus.
Karena badan tikus (bulunya) kotor dan berlemak sehingga hal itu
menjadi penanda bagi tikus untuk melewati jalan yang sama.
 Melihat tracks atau bekas tapak kaki tikus. Dapat terlihat jelas
pada lantai yang berdebu halus.
 Melihat gnawing atau bekas gigitan tikus.
 Adanya tikus hidup atau tikus mati. Terlihatnya satu ekor tikus
sewaktu pemeriksaan berarti diperkirakan ada 20 ekor tikus di
tempat kapal itu.
 Pemeriksaan terhadap kapal dilakukan 6 bulan sekali disesuaikan
dengan masa berlakunya DC/DEC.
 Berdasarkan hasil pemeriksaan, tentukan tindakan (bebas hapus
tikus)
 Tentukan metode pemberantasan (mekanik, biologik, peracunan
atau fumigasi)
1. Secara Mekanik : pemasangan perangkap pada tempat-tempat
yang diperkirakan tempat bersarangnya tikus (yang lazim
dipakai), penggunaan lem tikus, penangkapan langsung (sulit
dilakukan).
2. Secara Biologik : memelihara binatang pemangsa (predator)
seperti kucing
3. Secara Peracunan : menentukan tempat-tempat pemasangan
racun dan diberi tanda/penomoran, racun yang telah dicampur
dengan makanan/antraktaf diletakkan diatas piring kertas.
4. Secara Fumigasi : fumigasi dilakukan berdasarkan hasil
pemeriksaan adanya tanda-tanda kehidupan tikus dan atas
permintaan pihak kapal (nakhoda/pemilik), tentukan fumugan
yang dipakai (HCN atau CH3BR).

Berikut adalah hasil dari pelaksanaan pemberantasan tikus dan pinjal yang
telah dilakukan oleh KKP pada bulan maret 2022
Tabel 1. Hasil Trapping Tikus

No. Tanggal Letak Pemasangan Jumlah titik Jumlah Jumlah


pemasangan trap trap
success gagal

Lokasi : Pelabuhan Kalimas

Hari : Pertama

1. 09-03-22 Gudang 604 a 15 4 1

2. 09-03-22 Gudang 604 b 5 1 1

3. 09-03-22 Gudang 605 a 10 1 2

4. 09-03-22 Gudang 607 a 20 0 4

Total 6 8

Hari : Kedua

1. 10-03-22 Gudang 604 b 3 1 0

2. 10-03-22 Gudang 605 a 7 0 2

3. 10-03-22 Gudang 607 a 16 2 0

4. 10-03-22 Gudang 604 a 10 1 0

5. 10-03-22 Gudang 606 20 1 1

6. 10-03-22 Gudang 606 a 30 0 0

Total 5 3

Hari : Ketiga

1. 11-03-22 Gudang 604 b 2 2 0

2. 11-03-22 Gudang 605 a 5 1 0

3. 11-03-22 Gudang 607 a 14 1 0

Total 4 0
Total Trap Success : 100 – 30 (trap yang tidak dapat diambil) = 70 trap
Pembahasan :
Dapat diketahui dari tabel diatas bahwa pada hari pertama pemasangan
perangkap ditemukan perangkap yang berhasil mendapatkan tikus (trap
success) adalah sebanyak 6 buah (5 Tikus dan 1 Curut) dan yang tidak berhasil
mendapatkan tikus (trap gagal) adalah sebanyak 8 buah. Kemudian, pada hari
kedua pemasangan perangkap ditemukan perangkap yang berhasil
mendapatkan tikus (trap success) adalah sebanyak 5 buah dan yang tidak
berhasil mendapatkan tikus (trap gagal) adalah sebanyak 3 buah. Dan pada
hari ketiga pemasangan perangkap ditemukan perangkap yang berhasil
mendapatkan tikus (trap success) adalah sebanyak 4 buah dan yang tidak
berhasil mendapatkan tikus (trap gagal) adalah sebanyak 0 buah. Kegagalan
trapping tikus bisa diketahui dari perangkap yang umpannya kosong, dengan
kata lain tikus dapat meloloskan diri dari perangkap tersebut.

Tabel 2. Hasil Identifikasi Tikus

No Tgl Lokasi Pjg Pjg Pjg Pjg Pjg Jml JK Be- Warna Spe- Jml
Tertang- Total Ekor Ka- Tel Ba- Mame rat bulu sies Pin-
kap ki ing dan jal
a

Lokasi : Pelabuhan Kalimas

Hari : Pertama

1. 9/3/ Gudang 34 17 4 2 17 - J 120 Punggung: Norve- 2


2022 604 a cm cm cm cm cm gr coklat gicus
keabuan
Dada: abu-
abu
Ekor atas:
Hitam
keabuan
Ekor bwh:
Hitam

2. 9/3/ Gudang 44 20 4 2 24 10 B 360 Sama Norve- -


2022 604 a cm cm cm cm cm gr gicus

3. 9/3/ Gudang 45 22 5 2 23 10 B 450 Sama Norve- 2


2022 604 a cm cm cm cm cm gr gicus

4. 9/3/ Gudang 45 20 4 2 25 12 B 440 Sama Norve- 1


2022 604 b cm cm cm cm cm gr gicus

5. 9/3/ Gudang 39 20 3 1 19 - J 200 Sama Norve- -


2022 605 b cm cm cm cm cm gr gicus
Hari : Kedua

1. 10/3/ Gudang 42 19 4 1 23 - J 350 Punggung: Norve- -


2022 604 b cm cm cm cm cm gr coklat gicus
keabuan
Dada: abu-
abu
Ekor atas:
Hitam
keabuan
Ekor bwh:
Hitam

2. 10/3/ Gudang 44 21 4 1 23 - J 400 Sama Norve- 1


2022 607 a cm cm cm cm cm gr gicus

3. 10/3/ Gudang 30 14 4 2 16 - J 100 Sama Norve- -


2022 607 a cm cm cm cm cm gr gicus

4. 10/3/ Gudang 36 17 5 2 19 - J 209 Sama Norve- -


2022 604 a cm cm cm cm cm gr gicus

5. 10/3/ Gudang 26 13 3 1 3 - J 100 Sama Norve- -


2022 606 cm cm cm cm cm gr gicus

Hari : Ketiga

1. 11/3/ Gudang 42 16 4 1 26 - J 400 Punggung: Norve- 2


2022 604 b cm cm cm cm cm gr coklat gicus
keabuan
Dada: abu-
abu
Ekor atas:
Hitam
keabuan
Ekor bwh:
Hitam

2. 11/3/ Gudang 31 13 3 1 18 - J 120 Sama Norve- 1


2022 604 b cm cm cm cm cm gr gicus

3. 11/3/ Gudang 9 cm 14 3 2 15 10 B 110 Sama Norve- -


2022 605 a cm cm cm cm gr gicus

4. 11/3/ Gudang 45 21 4 1 24 - J 400 Sama Norve- 1


2022 607 a cm cm cm cm cm gr gicus

Total tikus yang tertangkap = 14 ekor tikus


Total pinjal yang tertangkap = 10 pinjal (Xenopsylla cheopis)
Pembahasan :
Dari tabel diatas dapat diketahui hasil identifikasi tikus, pada hari
pertama ditemukan 5 tikus berjenis Norvegicus dan 1 curut. Curut tersebut
masuk ke dalam trapping tikus, namun curut tidak dilakukan identifikasi
karena bukan target dari pemberantasan tikus dan pinjal. Tikus yang
ditemukan pada gudang 604 a berjenis kelamin jantan (J) dengan 2 pinjal
berjenis Xenopsylla cheopis yang berada tubuhnya serta berjenis kelamin
betina (B) sebanyak 2 tikus dengan tidak ditemukan pinjal dan yang satunya
terdapat 2 pinjal berjenis Xenopsylla cheopis. Kemudian, tikus yang
ditemukan pada gudang 604 b berjenis kelamin betina dengan 1 pinjal berjenis
Xenopsylla cheopis. Lalu, tikus yang ditemukan di gudang 605 b berjenis
kelamin jantan dan tidak ada pinjal di tubuhnya. Terdapat 1 curut yang masuk
ke dalam trapping tikus, sehingga curut tersebut tidak dilakukan identifikasi.
Pada hari kedua ditemukan lagi 5 tikus berjenis Norvegicus. Pada
gudang 604 b ditemukan tikus berjenis elamin jantan dan tidak ada pinjal,
kemudian pada gudang 607 a ditemukan 2 tikus jantan dengan 1 pinjal
Xenopsylla cheopis di satu tikus dan tikus lainnya tidak. Lalu, pada gudang
604 a ditemukan 1 tikus jantan tanpa pinjal. Dan pada gudang 606 ditemukan
1 tikus jantan tanpa pinjal.
Pada hari ketiga ditemukan 4 tikus berjenis Norvegicus, pada gudang
604 b ada 2 tikus berjenis kelamin jantan dengan 2 pinjal Xenopsylla cheopis
di satu tikus dan tikus lainnya 1 pinjal Xenopsylla cheopis. Kemudian, pada
Gudang 605 a terdapat 1 tikus berjenis kelamin betina tanpa pinjal di
tubuhnya. Dan pada gudang 607 a ditemukan 1 tikus jantan dengan 1 pinjal
Xenopsylla cheopis ditubuhnya.

Sehingga, perhitungan untuk success trap tikus yang tertangkap adalah sebagai
berikut :

Didapatkan hasil untuk success trap pada Pelabuhan Kalimas wilayah kerja
KKP Kelas 1 Perak yakni sebesar 20% . Berdasarkan Permenkes No 50 Tahun
2017 hasil tersebut melebihi nilai baku mutu yakni > 1.

Perhitungan untuk indeks pinjal tikus adalah sebagai berikut :


Karena pinjal yang didapatkan dari tikus yang sudah tertangkap berjenis sama
maka dilakukan perhitungan indeks pinjal khusus. Didapatkan hasil untuk
indeks pinjal khusus jenis Xenopsylla cheopis di Pelabuhan Kalimas wilayah
kerja KKP Kelas 1 Perak yakni sebesar 71,4%. Berdasarkan Permenkes No 50
Tahun 2017 hasil tersebut melebihi nilai baku mutu yakni > 1.

d. Controlling
Pada saat kegiatan pemetaan dan pemasangan perangkap tikus dilakukan
pengawasan setelahnya dengan memantau hasil pemasangan perangkap sehari
setelahnya selama satu minggu. Selain itu juga melakukan pengecekan dengan
melihat alat perangkap yang telah di letakkan sebelumnya pada titik-titik
pemasanga, mana saja perangkap yang terdapat tikus didalamnya, perangkap
kosong, ataupun umpan yang hilang (tikus yang lolos dari perangkap).
Setelah melakukan pengawasan dan pengecekan selanjutnya yakni evaluasi,
yang dilakukan dengan penanganan faktor penyebab kegagalan dalam
pemasangan perangkap (seperti tikus yang lolos) diantaranya memperbaiki
alat perangkap yang rusak, mengajukan pembelian alat perangkap baru, letak
pemasangan perangkap yang lebih efektif dari sebelumnya disesuaikan dengan
bionomik tikus, dan atau mengganti jenis umpan apabila umpan yang di
pasang tidak menarik perhatian tikus.

2. Pemberantasan Lalat
Lalat masuk dalam golongan serangga yang tersebar luas diseluruh dunia.
Lalat dari genus Musca domestica (lalat rumah) yang berperan sebagai vektor
penyakit terutama penyakit pada saluran pencernaan (kolera, disentri, typhoid,
infantile diare, keracunan makanan dan parasit cacing).
Lalat bersarang atau berkembang biak ditempat-tempat yang terdapat zat-zat
organik umpamanya sampah dapur, kotoran manusia/hewan, sisa makanan, dan
lain-lain. Telur diletakkan di bahan-bahan organik yang lembab. Lalat betina
bertelur 100 – 150 butir, semasa hidupnya seekor lalat bertelur 2 – 4 kali. Setelah
8 – 30 jam telur menetas menjadi larva (maggot atau made), yang akan tumbuh
dengan cepat selama 3 – 14 hari.
Setelah larva cukup besar, merea pindah ketempat-tempat urang lembab dan
berubah menjadi kepompong (pupa). Bila sarang sangat lembab atau basah, larva
akan masuk kedalam tanah untuk menjadi pupa atau kebawah papab, daun-daun
atau rerumputan kering. 3 – 10 hari kemudian menjadi lalat dewasa yang segera
mencari jalan keluar kepermukaan sarangnya.
Waktu minimal untuk penyelesaian metamorfosa ini dari telur hingga menjadi
lalat dewasan rata-rata butuh 30 hari. Karena daya berkembang biaknya yang
hebat, populasi Musca domestica disuatu daerah dalam waktu yang singkat dapat
menjadi sangat banyak. Pengamatan lalat dilakukan untuk mengetahui tingkat
kepadatan lalat dan sumber tempat berkembang biaknyaa lalat.

a. Planning
Dalam melakukan pengendalian perlu juga dilakukan pengukuran tingkat
kepadatannya dimana data ini dapat dipakai untuk merencanakan upaya
pengendalian yang meliputi kapan, dimana, dan bagaimana pengendalian akan
dilakukan. Ada beberapa peralatan yang perlu dipersiapan dan dipakai untuk
mengukur dan menghitung kepadatan populasi lalat, antara lain :
- Didalam bangunan : perangkap lalat ultraviolet, sticky trap
- Diluar bangunan : fly grill, sticky trap, perangkap umpan.
Pemberantasan dapat dilakukan dengan cara kombinasi antara perbaikan
lingkungan untuk mengurangi potensial breeding places dan chemical control.
Berikut adalah upaya mencegah adanya sarang-sarang lalat (prevention of
breeding) :
1) Meniadakan tempat-tempat yang digemari lalat (potential fly breeding
material)
2) Sampah-sampah ditampung pada tempat sampah yang memenuhi syarat
dan tertutup.
3) Pengangkutan pembuangan sampah dilakukan setiap hari
4) Tempat penampungan sampag diberi alas yang kedap air, misalnya semen
5) Adanya jambankakus yang tidak mudah dihinggapi lalat (tertutup).
b. Organizing
Seksi pengendalian vektor dan binatang penular penyakit berada di bawah
naungan bidang pengendalian risiko lingkungan. Seksi tersebut bertanggung
jawab terhadap semua aspek terkait pemberantasan vektor dan binatang
penular penyakit. Susunannya yakni sebagai berikut:
c. Actuating
Pemberantasan lalat yang berada di pelabuhan dilakukan Kantor Kesehatan
Pelabuhan (KKP) Kelas I Surabaya pada bulan Maret 2022 dilakukan
sebanyak 3 kali. Kegiatan pemberantasan tersebut kemudian dianalisis dengan
menggunaan pendekatan 5 (lima) unsur manajemen, yaitu:
1) Man
Pemberantasan lalat dilakukan oleh satu pembimbing lapangan yang telah
memiliki Pendidikan minimal D3 sanitarian dan jabatan fungsional dan
enam orang mahasiswa magang yang di ikut sertakan
2) Money
Anggaran biaya untuk pemberantasan tersebut didapatkan dari PNBP
(Penerimaan Negara Bukan Pajak)
3) Material
Bahan yang diperlukan dalam melaksanakan pemberantasan lalat meliputi
kegiatan pengamanan lalat, mencegah adanya sarang lalat, dan intervensi
kimia menggunakan bahan insektisida sebagai larvasida, residual
spraying, space spraying, atau poison bait.
4) Machine
Dalam melakukan kegiatan pemberantasan lalat meliputi kegiatan
pengamanan lalat, mencegah adanya sarang lalat, dan intervensi kimia
membutuhkan alat perangkap seperti perangkap lalat dalam ruangan yang
meliputi perangkap lalat ultraviolet dan sticky trap. Kemudian, perankap
luar ruangan seperti fly grill, sticky trap, dan perangkap umpan.
5) Method
Upaya pengendalian dampak kesehatan lingkungan yang berpotensi
terhadap kejadian penyakit akibat lalat dilakukan dengan pemberantasan
lalat meliputi kegiatan pengamanan lalat, mencegah adanya sarang lalat,
dan intervensi kimia. Kemudian metode yang bisa diterapkan yakni
metode residual treatment dan intervensi mekanik.
Residual Treatment dilakukan dengan menyemprotkan insektisida pada
permukaan-permukaan yang menjadi tempat hinggap/istirahat lalat
dimalam hari sampai waktu kontak lalat dengan insektisida cukup lama.
Berikut adalah insektisida yang dapat digunakan, antara lain :
a) Golongan Organofosfat. Saat penyemprotan hindarkan kemungkinan
kontaminasi air minum dan atau makanan. Siklus persenyawaan
Organofosfat lebih pendek daya tahannya, dapat diulang tiap 2 – 4
minggu.
b) Impregnated cord dan strips. Cara ini digunakan pada potongan-
potongan kertas atau tali-tali yang telah diberi lapisan insektisida
sehingga dapat digantungkan pada langit-langit atau dinding-dinding
ruangan. Insektisida yang digunakan biasanya golongan organofosfat
seperti alphacypermetrin, bifentrin, cypermetrin, lambda
cihalotrin,delta metrin, dll. Hasilnya memuaskan bila berada pada
tempat dengan suhu dibawah 32oC dan kelembaban udara lebih dari
50%. Dosisnya ialah 1 meter tali untuk setiap 1 m2 luas lantai
c) Umpan (poison baits)
Umpan atau baits dapat ditempatkan diluar rumah, sekitar tempat-
tempat pengolahan makanan dimana terdapat banyak lalat. Umpan
yang diberikan harus memberikan bau yang menarik bagi lalat. Bahan
yang dipakai sebagai umpan dapat berupa tepung jagung, air yang
dicampur gula, dan lain-lain. Insektisida yang dapat dipakai adalah
diazonin, dichlorvos, malathion, dan lain-lain. Insektisida tersebut
dicampur pada umpan kering dengan kadar 1-2% dan pada umpan
basah dengan kadar 0,1% kemudian diletakkan pada tempat yang
banyak lalatnya.
d) Space treatment
Metode ini sebaiknya dilakukan pada pagi dan siang hari, pada saat
lalat melakukan aktifitasnya (terbang). Dapat dilakukan didalam dan
luar bangunan. Didalam bangunan dilakukan dengan cara cold aerosol
menggunakan alat semprot ULV elektrik, formulasi insektisida yang
digunakan adalah EC yang mengandung bahan aktif untuk membunuh
(killing agent) dan bahan aktif untuk menjatuhkan (knock down agent)
dengan pelarut air. Diluar bangunan dilakukan penyemprotan
menggunakan mesin pengasap (fogging) atau mesin ULV mobil/motor.
Intervensi mekanik dilakukan dengan menggunakan perangkap lalat/fly
trap, perangkap lem, dan perangkap cahaya. Radius pengendalian lalat
yakni 900 meter dari batas perimeter.

Berikut adalah hasil dari pelaksanaan pemberantasan lalat yang telah


dilakukan oleh KKP pada bulan maret 2022.
1) Lokasi Pertama
Lokasi Pengamatan : Pelabuhan Gapura Surya Nusantara (TPS)
Temperature : 32,2 °C
Kelembaban : 68,3%
Kecepatan angin : 1,4 km/jam
Jenis sampah : Domestik

Tabel 3. Hasil Pengukuran Kepadatan Lalat Lokasi Pertama


Periode Jumlah Lalat Total
Waktu (N)

30 Titi Titik Titik Titik Titik Titik Titik Titik Titik Titik 26
detik k1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

5 3 3 1 3 2 9 6 3 0

Angka Kepadatan Lalat

= = 5,2

Pembahasan :
Berdasarkan tabel perhitungan kepadatan lalat, didapatkan hasil berupa
angka kepadatan lalat sebesar 5,2. Menurut permenkes Nomor 50
Tahun 2017 angka tersebut masuk dalam kategori sedang atau Perlu
dilakukan pengamanan terhadap tempat-tempat berkembang biak nya
lalat.

2) Lokasi Kedua
Lokasi Pengamatan : Pelabuhan Penumpang Roro (Kantin Bu Rudy)
Temperature : 34,4 °C
Kelembaban : 66,6%
Kecepatan angin : 0 km/jam
Jenis sampah : Domestik

Tabel 4. Hasil Pengukuran Kepadatan Lalat Lokasi Kedua


Periode Jumlah Lalat Total
Waktu (N)

30 Titi Titik Titik Titik Titik Titik Titik Titik Titik Titik 11
detik k1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

3 1 2 1 1 1 0 0 4 0

Angka Kepadatan Lalat


= = 2,2

Pembahasan :
Berdasarkan tabel perhitungan kepadatan lalat, didapatkan hasil berupa
angka kepadatan lalat sebesar 5,2. Menurut permenkes Nomor 50
Tahun 2017 angka tersebut masuk dalam kategori rendah atau tidak
menjadi masalah.

3) Lokasi ketiga
Lokasi Pengamatan : Pelabuhan Penumpang Roro (TPS)
Temperature : 34,6 °C
Kelembaban : 63,9%
Kecepatan angin : 1,5 km/jam
Jenis sampah : Domestik
Tabel 5. Hasil Pengukuran Kepadatan Lalat Lokasi Ketiga

Periode Jumlah Lalat Total


Waktu (N)

30 Titi Titik Titik Titik Titik Titik Titik Titik Titik Titik 26
detik k1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

3 1 0 2 11 9 0 0 0 0

Angka Kepadatan Lalat

= = 5,2

Pembahasan :
Berdasarkan tabel perhitungan kepadatan lalat, didapatkan hasil berupa
angka kepadatan lalat sebesar 5,2. Menurut permenkes Nomor 50
Tahun 2017 angka tersebut masuk dalam kategori sedang atau Perlu
dilakukan pengamanan terhadap tempat-tempat berkembang biak nya
lalat.

Keterangan :
Angka rata-rata merupakan petunjuk (indeks) populasi lalat dalam
kondisi tertentu

Interpretasi hasil pengukuran jumlah lalat pada setiap lokasi adalah


sebagai berikut :
0-2 : Tidak menjadi masalah (rendah)
3-5 : Perlu dilakukan pengamanan terhadap tempat-tempat
berkembang biak nya lalat (sedang)
6-20 : Populasinya padat dan perlu pengamanan terhadap
tempat-tempat berkembang biak nya lalat. Bila
mungkin direncanakan upaya pengendalian
(tinggi/padat)
21 ke atas : Populasinya sangat padat dan perlu pengamanan
terhadap tempat-tempat berkembang biaknya lalat.
Harus dilakukan upaya pengendalian (sangat
tinggi/sangat padat)

d. Controlling
Pada kegiatan pemberantasan lalat dilakukan kegiatan pengamanan lalat,
mencegah adanya sarang lalat, dan intervensi kimia. Secara rutin disetiap
bulannya KKP akan melakukan pelaporan setelah menyelesaikan kegiatan
pemberantasan lalat. Sedangkan evaluasi yang dapat dilakukan yaitu
melakukan upaya pengendalian, karena hasil yang diperoleh kemarin masuk
dalam kategori sedang pada dua lokasi yakni pada TPS yang berada di
Pelabuhan Gapura Surya Nusantara dan TPS yang berada di Pelabuhan
Penumpang Roro. Upaya pengendalian tersebut dapat disesuaikan berdasarkan
sasaran yang dituju yaitu dilakukan spraying pada dua lokasi tersebut
menggunakan bahan aktif racun (insektisida).

Anda mungkin juga menyukai