Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH AUDIT INTERNAL

“BUKTI AUDIT DAN KERTAS KERJA AUDIT”

Oleh:

Kelompok 9

Nurul Amalia 202030001

Trisalni 202030020

Rezky Arham Syaputra 202030015

Fakultas Ekonomi

Program Studi Akuntansi

STIEM Bongaya Makassar

2022
PENGANTAR
Audit internal bersandar pada logika, yang meliputi penalaran (reasoning) dan
penarikan kesimpulan (drawing inferences). Auditor internal menggunakan
professional judgment, pertimbangan profesional yang matang, ketika
merumuskan kesimpulan dan advis berdasarkan bukti yang mereka kumpulkan
dan evaluasi.

Bab ini diawali dengan kutipan dari almarhum Isaac Asimov, mantan Gurubesar
dalam biokimia di Boston University, Amerika Serikat. I believe in evidence......
if there is evidence for it, tulis Asimov. Keyakinan ini juga yang perlu ditanamkan
pada auditor internal.

Bukti audit atau audit evidence adalah pokok bahasan pertama dalam bab ini.
Bukti audit ini diolah dengan berbagai teknik audit, sehingga kesimpulan dapat
ditarik. Ini semua harus didokumentasikan dalam kertas kerja audit atau audit
working papers. Kertas kerja audit adalah pokok bahasan kedua.

SKEPTISISME PROFESIONAL DAN ASURANS YANG MEMADAI

Skeptisisme profesional (professional scepticism) adalah sikap, kecenderungan


dan kebiasaan (attitude) dengan pikiran yang mempertanyakan (a questioning
mind), waspada pada kondisi atau keadaan yang mengindikasikan sesuatu yang
diselidiki atau diperiksanya (subject matter), dan melakukan penilaian yang
mendalam (critical assessment) bukti-bukti audit.

Definisi yang panjang tentang skeptisisme profesional dapat dijelaskan


berdasarkan unsur-unsur sebagai berikut.

 Yang utama adalah atribut yang dimiliki auditor. Atribut ini meliputi
pengetahuan yang diperlukan (misalnya akunting, auditing, dan lain-lain),
keahlian atau skill yang diperlukan untuk meneliti masalah yang dihadapi
(dikenal sebagai subject matter) dan pengetahuan dan kemampuan
menyeluruh yang diperlukan auditor untuk melaksanakan tugasnya.
 Berikutnya adalah attitude yang diterjemahkan di atas dengan beberapa
istilah seperti sikap, kecenderungan, dan kebiasaan.
 Unsur selanjutnya adalah mindset atau cara berpikir. Dalam hal ini
mindset yang disebut a questioning mind atau an inquiring mind. Mindset
yang menanyakan dan mempertanyakan hal-hal yang terlihat "janggal".
 Dengan ketiga unsur di atas (atribute, attitude, dan mindset) lahir unsur ke
empat, yakni waspada atau being alert terhadap "segala sesuatu yang
mencurigakan" tentang apa yang harus diperiksanya atau apa yang
menjadi subject matter-nya. Misalnya, subject matter adalah mendeteksi
fraud. Auditor dengan atribut yang dimiliknya, antara lain skill untuk
mengenali red flags dan hal-hal yang berkenaan dengan fraud, akan
waspada terhadap gejala-gejala atau indikasi fraud.
 Terakhir, adalah Action. Waspada dan curiga saja belum cukup. Auditor
selanjutnya melakukan penilaian yang mendalam (critical assessment)
bukti-bukti audit yang mendukung atau membuktikan (to prove) atau
membuktikan sebaliknya (to disprove).

Asurans yang Memadai (Reasonable Assurance) - istilah ini digunakan baik


dalam audit internal maupun audit eksternal, dengan sedikit perbedaan, yang akan
dijelaskan di bawah. ¹

Untuk audit eksternal, referensi yang umumnya digunakan, juga di Indonesia,


adalah ISA (International Standards on Auditing). Dalam hal ini ISA 700 yang
menyatakan: "reasonable assurance... involves concluding whether sufficient
appropriate audit evidence has been obtained to reduce to an acceptably low level
the risks of material misstatement of the financial statements and evaluating the
effects of uncorrected misstatements identified" (garis bawah dibubuhi Penulis
untuk penekanan).

Perhatikan bagian yang digarisbawahi dalam kutipan ISA 700 di atas. Dalam audit
eksternal istilah reasonable assurance digunakan untuk melihat apakah ada
material misstatement, artinya apakah angka atau nilai (misalnya dalam rupiah
atau mata uang lain) suatu akun atau pengungkapan (disclosure) dinyatakan
terlalu tinggi (overstated) atau terlalu rendah (understated). Materiality bisa
dinyatakan secara kuantitatif atau kualitatif.²

Dalam konteks audit eksternal, kata kuncinya adalah materiality. Tidak demikian
dalam audit internal, seperti ditulis oleh James C. Paterson “Whilst the ISA
definition of reasonable assurance can be helpful to internal audit when
considering how to approach a financial controls assignment, readers will
recognize that there are many other types of risk and process, where the simple
use of a financial materiality level will not be straight forward or appropriate
(e.g. in an audit of a compliance matter or aproject).”

Terjemahan bebas:

Meskipun definisi ISA mengenai reasonable assurance bisa berguna untuk audit
internal mempertimbangkan bagaimana menangani tugas pengendalian keuangan,
pembaca tahu ada banyak jenis risiko dan proses lain, di mana konsep financial
materiality (materialitas yang dinilai dengan uang) tidak mudah atau tidak tepat
diterapkan (misalnya dalam audit kepatuhan).
CIRI BUKTI AUDIT YANG BAIK

Ada tiga ciri bukti audit yang baik. Hal ini dijelaskan dalam tiga judul bahasa
Inggris yang berikut: relevant, reliability, dan sufficiency.

Relevant - Relevansi suatu bukti audit mencerminkan hubungan antara bukti


tersebut dan kegunaannya. Informasi yang digunakan untuk membuktikan (to
prove) atau membuktikan sebaliknya (disprove) sesuatu, disebut relevan jika bukti
itu mempunyai hubungan logis, bersangkutan dengan (pertinent), dan hubungan
yang masuk akal (sensible relationship) dengan masalah yang dipersoalkan
(subject matter).

Informasi yang tidak relevan, bukanlah bukti, dan jangan dimasukkan dalam
kertas kerja. Pertanyaan untuk menguji relevansi suatu bukti:

a) Apakah bukti itu berhubungan dengan faktor-faktor seperti latar belakang,


condition, criteria, effect, atau cause? [Lihat penjelasan tentang CCCE dalam
kotak berikut.]

b) Apakah bukti itu membuat temuan, kesimpulan, atau rekomendasi menjadi


lebih dapat dipercaya?

CCCE atau C3E (Condition, Criteria, Cause, Effect)

Condition

Bagaimana kondisi yang ditemukan? Ini akan menjadi temuan auditor? Misalnya,
banyak piutang yang jumlahnya material, yang lebih dari 30 hari. Rincian umur piutang:
31-60 hari: 10%, 61-90 hari: 30%, lebih dari 90 hari, 45%.

Criteria

Kebijakan perusahaan menyatakan piutang sudah harus dilunasi sebelum berumur 30


hari.

Cause

Apa penyebabnya? Bagian penjualan terlambat memberikan informasi penjualan kredit


ke bagian accounting dan bagian penagihan, dan kedua bagian ini tidak menanyakan
keterlambatan ini. Kerja sama antarbagian macet karena masalah pribadi di antara
karyawan bagian penjualan dengan dua bagian lainnya.

Effect

Apa dampak atau risikonya jika kondisi ini tidak diperbaiki? Biaya piutang tak tertagih
(bad debt expense) meningkat, perusahaan rugi, dan jika berkepanjangan
perusahaanmenghadapi kebangkrutan.
Reliability - dapat dipercayanya suatu bukti terlihat dari tepatnya bukti itu
(appropriateness), masuk akal (soundness), dan terpercayanya sumber bukti dan
teknik untuk mendapatkannya (trustworthiness atau kredibilitas).

Umumnya, suatu bukti lebih reliable jika diperoleh atau dikembangkan dari:

a) Sumber yang independen dan kredibel, dan bukan pihak yang diperiksa.
b) Sistem pengendalian internal yang baik dan tidak lemah.
c) Pemeriksaan fisik secara langsung, melalui pengamatan (observation),
perhitungan (computation), dan inspeksi (inspection) dan bukan secara
tidak langsung.
d) Terdokumentasi atau berdasarkan dokumen dan bukan penjelasan lisan,
dengan dokumen asli dan bukan salinan (copy).
e) Bukti kesaksian (testimonial evidence) jika kondisinya memungkinkan
orang yang memberikan kesaksian bisa berbicara bebas, tanpa tekanan
(intimidasi).

Sufficiency - kecukupan bukti berhubungan dengan kuantitasnya. Harus ada


cukup bukti faktual dan meyakinkan sehingga seseorang yang "wajar" dan tidak
bias (a reasonably informed and unbiased person) akan sependapat dengan temuan
auditor dan kesimpulannya.

Untuk menentukan kecukupan bukti diperlukan professional judgment atau


kemahiran profesional. Ketika menentukan tepatnya bukti (adequacy of evidence),
auditor memperhatikan:

a) Suatu audit mencari kesimpulan yang layak (reasonable), dan bukan


mutlak (absolute).
b) Data yang tidak cukup mengakibatkan ketidakmampuan menarik
kesimpulan yang layak.
c) Pemeriksaan bukti secara ekstensif mungkin tidak ekonomis, tidak efisien,
dan tidak efektif.
d) Bukti harus cukup mewakili populasi yang diperiksa.

PROSEDUR-PROSEDUR AUDIT

Buku Internal Auditing IIA (edisi 4) menggunakan istilah manual audit


procedures atau prosedur-prosedur audit yang dikerjakan secara non-elektronis,
tanpa alat bantu aplikasi komputer. Namun, beberapa prosedur audit yang akan
disebutkan di bawah, juga dikerjakan dengan bantuan komputer (computer-
assisted audit techniques atau CAAT) atau menggunakan audit software (lihat
pembahasan dengan judul ini, di bawah). Ada berapa prosedur audit? Jumlahnya
bervariasi, tergantung bagaimana prosedur ini dirinci dan diklasifikasikan.
Prosedur-Prosedur Audit:

Inspection Of Records And Documents

Kata dasar dari prosedur ini, inspection, adalah to inspect. Kamus Oxford
menjelaskan kata kerja to inspect ini sebagai berikut. Look at (someone or
something) closely, typically to assess their condition or to discover any
shortcomings. 'they inspected the paintwork for cracks and flaws'

1.1 Examine (someone or something) to ensure that they reach an official


standard. 'customs officers came aboard to inspect our documents'

Terjemahan bebas:

Melihat pada (sesorang atau sesuatu) dari dekat, dengan maksud menilai
keadaannya atau menentukan kelemahannya. Contoh: mereka menginspeksi
pekerjaan pengecatan (misalnya lukisan) untuk mengetahui apakah ada cat
kering yar pecah/retak atau ada cacat-cacat lain.

Arti lain dari to inspect: Memeriksa (sesorang atau sesuatu) untuk memastikan
apakah sudah sesuai dengan standar/aturan resmi. Contoh: Petugas bea dan
cukai naik ke kapal untuk memeriksa/to inspect dokumen dan barang bawaan
kami.

Inspection atau inspeksi, seperti dalam dua contoh kamus Oxford, diterjemahkan
sebagai pemeriksaan. Namun, semua prosedur audit pada dasarnya adalah
pemeriksaan. Oleh karena itu dalam buku ini, istilah Inspeksi yang akan
digunakan sebagai terjemahan dari prosedur Inspection.

Prosedur Inspection pertama adalah inspeksi atas catatan dan dokumen, yang
terbagi atas Vouching, Tracing, dan Scanning. Dalam praktik akuntan publik,
ketiga istilah ini sudah masuk dalam kosakata bahasa Indonesia. Berikut ini
penjelasannya.

1. Vouching adalah inspeksi atas catatan dan dokumen untuk mengetahui


apakah ada transaksi yang tidak dicatat atau hilang (unrecorded
transactions atau missing transactions). Vouching berasal dari kata
voucher yang adalah bukti dasar pembukuan atau source document.
2. Tracing adalah proses menelusuri transaksi dalam catatan akunting ke
source document. Tracing dapat diterjemahkan sebagai Penelusuran.
Tracing digunakan untuk mencari kesalahan dalam mencatat transaksi, dan
digunakan auditor untuk memastikan apakah transaksi sudah dicatat
dengan benar.

Vouching dan Tracing merupakan dua prosedur inspeksi dokumen yang serupa,
tetapi berbeda arah. Jika arah Vouching adalah ke belakang, dari catatan
pembukuan (seperti buku besar) atau laporan keuangan ke source document, maka
arah Tracing adalah sebaliknya, ke depan, dari source document ke buku besar
atau laporan keuangan.

Tujuannya juga berbeda. Seperti disebutkan di atas, tujuan Vouching adalah


mencari ada/tidaknya unrecorded transactions atau missing transactions.
Sedangkan tujuan Tracing adalah untuk memastikan apakah transaksi sudah
dicatat dengan benar.

3. Scanning adalah menginspeksi dengan mendalam (scrutinize) pencatatan


dalam accounting documents untuk memastikan keautentikannya
(authenticity) dan kecermatannya (accuracy). Dalam melaksanakan
prosedur ini, auditor berupaya menemukan hal-hal yang tidak semestinya
ada (unusual items), misalnya pendebitan atau pengurangan dalam akun-
akun pendapatan, atau pengkreditan yang bersifat fraud dalam akun
beban/biaya.

Inspection Of Tangible Assets

Prosedur Inspection juga digunakan untuk menginspeksi barang-barang berwujud,


baik berupa persediaan barang (inventories) maupun aset tetap (fixed assets),
disamping inspeksi atas dokumen dan catatan yang dijelaskan di atas.

Contoh: auditor internal menginspeksi barang-barang yang baru tiba, untuk


memastikan apakah jumlah, jenis, mutu, dan syarat-syarat lain sesuai dengan
pesanan atau kontrak.

Observation

Observation atau pengamatan adalah prosedur audit atas suatu proses yang
berjalan, misalnya proses penghitungan barang (stock opname atau inventory
taking). Prosedur ini dimaksudkan untuk memastikan apakah proses yang sedang
berjalan dilaksanakan sesuai dengan rencana, dan apakah mencapai tujuan yang
direncanakan.

Confirmation

Confirmation berarti Penegasan. Dalam prosedur ini auditor ingin mendapat


penegasan dari pihak lain tentang kebenaran atas suatu informasi, misalnya
apakah saldo piutang (seperti yang tercantum dalam daftar piutang atau laporan
keuangan) memang ada (pemeriksaan tentang existence atau eksistensinya) dan
apakah jumlah piutang sebesar yang tercatat dalam pembukuan.

Ada dua kekeliruan yang umumnya terjadi. Pertama, dalam menggunakan istilah
konfirmasi. Misalnya dalam dokumen di pengadilan tertulis: "Auditor sudah
mengonfirmasi kebenaran saldo piutang." Auditor tidak mengonfirmasi kebenaran
saldo piutang. Auditor mengirimkan permintaan konfirmasi (confirmation
requests). Yang mengonfirmasi kebenaran saldo piutang adalah pihak ketiga,
yakni pihak yang mempunyai utang.

Kesalahan kedua, jawaban konfirmasi pihak ketiga yang menegaskan kebenaran


utangnya, tidak serta-merta menegaskan bahwa ia akan membayar utangnya. Jadi,
konfirmasi atau penegasan utang/piutang bukanlah prosedur untuk memastikan
kolektibilitas (collectibility).

Recalculation

Recalculation artinya menghitung kembali. Pekerjaan akuntan banyak berurusan


dengan hitung-menghitung, yang umumnya adalah tambah, kurang, kali dan bagi,
tetapi bias juga menghitung hari (misalnya untuk menentukan berapa hari utang
menunggak, untuk menghitung denda).

Dalam prosedur Recalculation atau Menghitung Kembali ini, auditor meyakinkan


bahwa perhitungan yang dilakukan staf akunting sudah benar. Prosedur ini tidak
usah dikerjakan secara manual, dan dapat dilakukan berupa CAAT.

Reperformance

Reperformance berarti mengulang kembali proses atau apa yang dikerjakan oleh
staf yang bertanggung jawab, misalnya staf akunting atau staf yang bertanggung
jawab atas suatu proses pengendalian.

Contoh: staf akunting dengan dibantu oleh staf yang berurusan dengan piutang,
telah meneliti umur piutang dan kondisi keuangan debitur dan menentukan jumlah
piutang yang disisihkan (doubtful receivables). Proses ini diulang atau di-
reperform oleh auditor.

Analytical Procedures

Analytical procedures atau prosedur-prosedur analitikal membantu auditor


memahami bisnis dan perubahan-perubahannya, dan membantu mengidentifikasi
area-area yang mempunyai potensi risiko sehingga dapat didalami lebih lanjut.

Prosedur ini banyak menggunakan analisis laporan keuangan, baik yang


menggunakan rasio keuangan (financial ratios), perbandingan antara kinerja
periode (tahun, semester, kuartal) ini dengan periode yang sama tahun lalu,
perbandingan antara rencana (budgets, forecasts) dan kenyataan (misalnya
pendapatan, harga pokok pendapatan, biaya-biaya, dan seterusnya), perbandingan
kinerja dengan perusahaan lain dalam industri yang sama, dan lain-lain.3
Inquiry

Inquiry artinya bertanya. Bertanya merupakan prosedur yang alamiah bagi


seseorang yang memeriksa pekerjaan orang lain. Banyak hal yang dapat
ditanyakan dalam melaksanakan suatu audit, misalnya:

 Bertanya kepada penasihat hukum (baik di dalam maupun di luar


perusahaan) mengenai kasus tuntutan yang dihadapi perusahaan, baik
sebagai penuntut maupun yang dituntut. Auditor ingin mengetahui seluk-
beluk kasusnya, jumlah tuntutan, kemungkinan untuk memenangkan kasus
ini, atau sebaliknya, perkiraan mengenai lamanya perkara ini, dan
seterusnya.
 Bertanya kepada manajer keuangan mengenai proses pembayaran untuk
melihat risiko-risiko yang mungkin terjadi dan bagaimana penanganan
atau pengendaliannya.
 Bertanya sambil berkeliling (tour) ke pabrik atau bengkel, misalnya untuk
mengetahui penanganan keselamatan kerja, atau mitigasi terhadap
kecelakaan kerja.

AUDIT SOFTWARE

Judul Audit Software di atas dirasakan lebih akrab untuk Pembaca, dibandingkan
terjemahannya "Perangkat Lunak Audit".

Ada "Perangkat Lunak Audit" yang mempunyai kegunaan "umum" (sebagai


lawan kata "khusus"), dikenal dengan istilah Generalized Audit Software, yang
juga sudah akrab di telinga pembaca.

Generalized Audit Software (disingkat GAS) membantu auditor internal


melakukan berbagai operasi seperti:

 Memeriksa file untuk memastikan sah, lengkap, dan akuratnya isi file tsb.
 Menghitung kembali perhitungan yang ada.
 Memilih dan mencetak samples dan menghitung hasil sampling.
 Membandingkan informasi dalam file yang berbeda dan terpisah.
 Mengikhtisarkan, mengurut, dan memformat kembali data.
 Membuat tabel-tabel untuk analisis multidimensional (analisis dari
berbagai sudut).
 Mencari anomalies dalam data yang mungkin mengindikasikan errors atau
fraud.
 Membuat dan mencetak laporan.
 Secara otomatis membuat catatan historis tentang analisis data yang
dilakukan.
Dua contoh GAS yang secara komersial sangat dikenal, adalah ACL (Audit
Command Language) dan Case WareIDEA (semula merupakan singkatan dari
Interactive Data Extraction and Analysis). Salah satu contoh aplikasi ACL adalah
Benford's Law.4

JENIS-JENIS KERTAS KERJA

Ada beraneka ragam jenis kertas kerja audit internal. Daftar berikut disajikan
sebagai contoh:

 Program-program kerja untuk mendokumentasikan sifat (nature), lingkup


(scope dan extent), dan kapan (timing) prosedur audit dilakukan.
 Kertas kerja berisi anggaran waktu (time budgets) dan alokasi sumber
daya audit.
 Kuesioner untuk mengumpulkan informasi yang mencantumkan tujuan,
risiko, pengendalian, kegiatan operasi, dan lain-lain.
 Bagan arus (flowcharts) untuk menyajikan proses kegiatan, risiko, dan
pengendaliannya.
 Berbagai format gambar seperti bagan (charts), grafik (graphs), diagram,
misalnya untuk menggambarkan peta risiko (risk map).
 Agenda pertemuan internal antar anggota tim dan agenda pertemuan
dengan auditee.
 Memorandum (narrative memoranda) untuk mendokumentasikan hasil
wawancara dengan auditee dan notulen rapat antar anggota tim dan
pertemuan dengan auditee.
 Informasi tentang organisasi auditee seperti bagan organisasi, deskripsi
tugas (job description), kebijakan keuangan dan operasional, dan lain-lain.
 Salinan (Copy) dari dokumen sumber yang penting, misalnya fotokopi
dokumen permintaan pembelian aset tetap.
 Dokumen-dokumen TI seperti daftar program TI dan exception reports.
Exception report adalah dokumen yang menyatakan hal-hal di mana
kinerja aktual berbeda secara signifikan dari ekspektasi.
 Catatan akuntansi seperti neraca saldo.
 Bukti-bukti yang diperoleh dari pihak ketiga, seperti jawaban konfirmasi
piutang, keterangan atau representasi dari konsultan hukum.
 Bermacam-macam worksheets yang dibuat auditor internal untuk
menyajikan analisisnya.
 Bukti-bukti yang dikumpulkan auditee yang kemudian diuji auditor.
 Uji pengendalian yang dilakukan auditee yang kemudian diuji ulang oleh
auditor.
 Korespondensi dengan auditee selama berlangsungnya audit, atau
dokumen yang dibuat auditor mengenai hal serupa jika korespondensi
tertulis tidak ada.
 Catatan-catatan auditor mengenai pengamatan atau temuan, rekomendasi,
dan kesimpulan.
 Dokumen-dokumen final seperti komunikasi dengan auditee dan
tanggapan auditee.

BEBERAPA TIPS UNTUK KERTAS KERJA

Berikut ini rangkuman dari terbitan Chartered Institute of Internal Auditors


tanggal 10 Agustus 2018 yang berjudul Working papers: Top Tips.

Working papers atau kertas kerja, merekam bukti audit yang diperoleh selama
penugasan asurans audit internal maupun penugasan konsulting. Kertas kerja
menunjukkan pekerjaan audit internal telah selesai; kertas kerja menjadi
penghubung antara lingkup kerja (scope of work) yang disepakati, program audit
dan laporan audit.

Lingkup Program Kertas Laporan


kerja audit
audit kerja audit

Kertas kerja dapat disajikan dalam berbagai bentuk, seperti checklist (daftar berisi
butir-butir penguji), daftar pertanyaan atau kuesioner, bagan arus (flowchart),
spreadsheet, catatan berisi narasi misalnya berupa hasil wawancara, kutipan atau
copy mengenai prosedur, kebijakan, rangkuman pembahasan dalam focus groups
atau pertemuan lain.

Kegiatan audit internal umumnya menggunakan format yang dibakukan (standard


templates), dalam bentuk hard copy (seperti Word atau spreadsheet) maupun
dalam paket perangkat lunak (audit software package).

Tidak ada format kertas kerja yang benar atau salah, selama seluruh bukti audit
terekam. Perusahaan dapat mempunyai petunjuk tentang format kertas kerja yang
diatur dalam buku pedoman audit (internal audit manual).
Bagaimanapun formatnya, kertas kerja harus mencantumkan beberapa informasi
mendasar:

 Nama klien;
 Periode yang diperiksa;
 Tanggal dibuat dan/atau selesainya kertas kerja;
 Judul atau hal yang diperiksa (subject matter);
 Nama penugasan/file reference;
 Cross-reference atau referensi ke dokumen atau kertas kerja lain (baik hard
copy atau elektronis);
 Paraf/tanda tangan auditor internal yang membuat kertas kerja (baik hard
copy atau elektronis);
 Paraf/tanda tangan manajer audit yang me-review (baik hard copy atau
elektronis).

Untuk memastikan kertas kerja bermutu tinggi, bukti audit yang direkam dalam
kertas kerja haruslah:

Akurat dan dapat dipercaya

Informasi dalam kertas kerja harus akurat dan dapat dipercaya. Jika kertas kerja
yang ada hanya berupa soft copy atau disimpan secara elektronis, referensi yang
cukup harus ada agar kertas kerja itu dapat diakses.

Relevan dan ringkas

Informasi dalam kertas kerja haruslah cukup untuk memenuhi tujuan audit
tersebut dan untuk mendukung opini audit yang diberikan. Ini makna dari kertas
kerja yang relevan. Disamping itu, kertas kerja harus ringkas.

Lengkap

Setiap kertas kerja harus lengkap, dan bersifat self-explanatory (setiap kertas kerja
seharusnya cukup jelas, misalnya dengan menyebutkan sumber data, apakah
berasal dari staf operasional, apakah merupakan pengamatan (observations) atau
hasil pengujian (testing) auditor, dan seterusnya.

Tujuan kertas kerja harus dinyatakan, kecuali jika sudah jelas dari judulnya.
Kertas kerja hendaknya tidak berisi pertanyaan-pertanyaan yang tidak terjawab,
atau masih ada hal-hal "menggantung" (open points atau pending matters), catatan
yang belum lengkap (incomplete notes) atau pekerjaan yang belum tuntas.

Jika atasan yang menelaah kertas kerja staf-nya ingin beberapa hal ditindaklanjuti
atau modifikasi kertas kerja diperlukan, ia harus membuat catatan tentang tindak
lanjut ini dalam catatannya (review note). Staf audit yang menindaklanjuti review
note atasannya, mendokumentasikan tindak lanjutnya dalam kertas kerja.

Memberi nilai tambah

Akar permasalahan (root causes) dari temuan-temuan audit harus


didokumentasikan untuk memberikan wawasan (insight) mengapa hal-hal tersebut
terjadi, agar manajemen dapat memusatkan perhatian pada solusi yang tepat.
Wawasan ini akan memberikan nilai tambah dari temuan audit.

Rapi dan terbaca

Tulisan tangan dalam kertas kerja, hendaknya rapi dan terbaca (neat and legible).
Jika tidak, kertas kerja bisa kehilangan nilainya sebagai bukti audit yang
didokumentasikan.

Struktur

Struktur atau susunan kertas kerja hendaknya dalam format yang logis, yang
secara jelas menunjukkan tujuan dari hal yang diuji, penjelasan tentang uji atau
test yang dilakukan, banyaknya sampel yang diambil (extent of testing), hasil
pengujian, kesimpulan, yakni apakah ada kelemahan (misalnya dalam
pengendalian) yang ditemukan, kemungkinan memperbaiki proses, dan peluang-
peluang bisnis.

Susunan kertas kerja dalam format yang logis memungkinkan auditor yang
membuatnya dan atasan yang mereviunya, mengikuti rute atau alur kertas kerja
yang jelas. Hal ini membantu auditor memastikan lingkup audit dicakup
seluruhnya dalam program kerja dan kertas kerja terkait. Misalnya dalam format
Risk and Control Matrix sebagai berikut.

PLANNING PHASE PERFORMANCE PHASE


Activity or Risk Potential Likelihood Risk Technique Control
Subprocess Statement Impact Rating Response For Effectiveness
Within Key Assesssing
Process Effectiveness
1

5
KEUNTUNGAN DARI STANDARDISASI KERTAS KERJA

Ada beberapa keuntungan standardisasi format dan pendekatan kertas kerja dalam
suatu tim atau di seluruh divisi audit internal:

 Memastikan adanya pendekatan yang konsisten dalam semua audit.


Dengan demikian standardisasi meningkatkan pengendalian mutu. Hal ini
juga mencegah terlewatinya informasi kunci.
 Membantu dalam melatih staf. Dengan standardisasi ini staf tahu apa yang
diharapkan dari mereka.
 File-file audit disajikan dalam cara yang sistematis dan profesional, yang
memudahkan membaca dan lebih efisien mereviu.
 Memudahkan menjelaskan ke klien jika temuan audit dipertanyakan.
 Dengan mudah kertas kerja digabungkan ke dokumen Word, spreadsheets
seperti Excel dan aplikasi audit software.
DAFTAR PUSTAKA

Theodorus M. Tuanakotta. 2019. Audit Internal Berbasis Risiko.Jakarta


Selatan : Salemba Empat.

Anda mungkin juga menyukai