Anda di halaman 1dari 5

Nama : Bambang Belantoro

NIM : 210200328421

Makul : Ilmu Usaha Tani

Klasifikasi Usahatani
1. Pola Usahatani

Ditinjau dari polanya, diketahui terdapat dua pola usahatani, yaitu lahan basah
(sawah) dan lahan kering. Pada lahan sawah ada beberapa macam yang irigasinya
dipengaruhi oleh sifat pengairannya, yaitu:

➢ Sawah dengan pengairan teknis,

➢ Sawah dengan pengairan setengah teknis,

➢ Sawah dengan pengairan sederhana,

➢ Sawah dengan pengairan tadah hujan,

➢ Sawah pasang surut, yang umumnya berada di muara sungai

Menurut Suratiyah, K. (2006) Pola usahatani dapat ditentukan menurut banyaknya


cabang usahatani yang diusahakan. Pola usahatani ini bisa dibagi menjadi 3
bagian, yaitu:

(a) usahatani khusus,

Usahatani khusus adalah usahatani yang mengusahakan satu cabang


usahatani saja, misalnya: usahatani padi sawah, usahatani tanaman pangan,
usahatani peternakan atau usahatani perikanan.

(b) usahatani tidak khusus

Usahatani tidak khusus ialah usahatani yang mengusahakan beberapa


cabang usaha secara bersama-sama, tetapi dengan batas yang tegas dan jelas. Hal
ini dilakukan, terutama jika petani memiliki berbagai macam jenis tanah, seperti
tanah sawah, tanah darat, padang rumput, kolam dan sebagainya.
(c) usahatani campuran.

Usahatani campuran merupakan usahatani yang diusahakan secara


bercampur antara tanaman dengan tanaman, tanaman dengan ternak, tanaman
dengan ikan, dan sebagainya. Usahatani ini juga dikenal dengan tumpang sari,
misalnya tumpang sari antara jagung dengan kacang tanah, tumpang sari antara
padi dan ikan. Kombinasi antara tanaman dan ternak dikenal dengan istilah mixed
farm. Keuntungan Usahatani Campuran:

• Ternak memberikan tenaga kerja dalam waktu-waktu tertentu,

• Ternak memberikan makanan berupa protein

Pemilihan usahatani khusus atau tidak khusus ini ditentukan oleh:

• Kondisi lahan,

• Musim iklim setempat,

• Pengairan,

• Kemiringan lahan,

• Kedalaman lahan

Pemilihan secara khusus dilakukan berdasarkan keadaan tanah menyangkut


kelangsungan produksi dan pertimbangan keuntungan. Pemilihan tidak khusus
dilakukan oleh petani karena dipaksa oleh keadaan lahan yang dimiliki, misalnya
bila petani meiliki sawah, tanah kering dan kolam, maka pilihan komoditi yang
terbaik adalah yang menyebabkan kenaikan produk dari yang satu diikuti oleh
kenaikan produk cabang usahatani yang lain.

2. Tipe Usahatani

Tipe usahatani menunjukkan klasifikasi tanaman yang didasarkan atas macam dan
cara penyusunan tanaman yang diusahakan.:

(a) Macam Tanaman

➢ Usahatani padi

➢ Usahatani palawija (serealia, umbi-umbian, jagung)


(b) Pola Tanaman

➢Usahatani Monokultur

Usahatani monokultur ini adalah usahatani yang mengusahakan hanya


satu jenis taaman pada suatu lahan. Pola tanam monokultur ini banyak
diusahakan oleh petani sayuran yang memiliki lahan khusus. Pola
tanam ini sudah mengacu ke arah komersialisasi tanaman, sehingga
perawatan tanaman dilakukan dengan sunggu-sungguh (Nazaruddin,
1994) Penataan tanaman secara monokultur, diatas tanah tertentu dalam
waktu tertentu, hanya ditanami satu jenis tanaman. Setelah tanaman
dipanen, maka tanah yang bersangkutan ditanami lagi dengan jenis
tanaman yang sama atau jenis tanaman lain, dengan penataan
pertanaman secara bergilir (Tohir, K., 1991).

➢ Usahatani Tumpang Sari

Usahatani tumpang sari merupakan pola penanaman campuran antara


dua atau lebih jenis tanaman dalam suatu luas lahan tertentu, yang
ditanam pada satu Modul Manajemen Usahatani 4 periode musim
tanam. Pola usahatani tumpang sari dilakukan sebagai upaya untuk
memanfaatkan lahan semaksimal mungkin. Pada umumnya pola tanam
tumpang sari diterapkan untuk tanaman semusim dengan tanaman
tahunan, yang nantinya menjadi tanaman pokok (Nazaruddin, 1994).

➢ Usahatani Tumpang Gilir

Usahatani tumpang gilir merupakan pola penanaman campuran antara


dua atau lebih jenis tanaman dalam suatu luas lahan tertentu, yang
ditanam secara bergilir pada satu periode waktu (umumnya 1 tahun).
Setiap tanaman dipengaruhi oleh kondisi iklim untuk pertumbuhannya,
yang meliputi kelembaban dan curah hujan. Pola usahatani tumpang
gilir ini juga dilakukan sebagai upaya untuk memanfaatkan lahan
semaksimal mungkin, pada satu periode waktu tertentu. Menurut Tohir,
K. (1991) setiap tanaman memerlukan kondisi fisik tertentu untuk
hidup dan berkembang dengan baik. Faktor fisik ini sangat
memengaruhi tipe suatu usahatani yang terdiri atas iklim, tanah dan
topografi. Jika faktor fisik di suatu tempat tidak sesuai dengan jenis
tanaman yang diusahakan oleh petani, maka petani tersebut harus
mengubah dengan jenis tanaman lain, atau pindah ke daerah lain yang
sesuai dengan jenis tanaman yang diusahakan.
3. struktur usahatani

Struktur usahatani menunjukkan bagaimana suatu komoditi diusahakan


- usahatani khusus
Usahatani yang hanya mengusahakan 1 cabang usahatani saja, misal usahatani
tabama, perikanan, peternakan
- usahatani tidak khusus
Usaha yang mengusahakan beberapa cabang usaha bersama-sama, dengan
batasan yang tegas.

- usahatani campuran ( mixed farm )


Usahatani yang mengusahakan secara bercampur antara beberapa cabang
usaha secara bersama-sama dalam bidang lahan tanpa batas yg tegas. Tumpang
sari, misal: mina padi, hortikultura dengan sapi perah, dan lain-lain.

4. Corak Usahatani
Tujuan kegiatan usahatani berbeda, karena pengaruh lingkungan alam dan
kemampuan pengusahanya. Ada petani yang yang kegiatannya bertujuan untuk
memenuhi kebutuhan keluarganya, yang disebut dengan usahatani pencukup
kebutuhan keluarga (subssistences farms), dan ada pula yang kegiatannya
ditujukan untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya, yang disebut
usahatani komersial (commercial farm).
Para ahli telah banyak mengemukakan pendapatnya untuk membedakan
apakah suatu usahatani tergolong subsisten atau komersil. Salah satu ukuran itu
adalah tidakan ekonomi petani dalam penggunaan faktor-faktor produksi.
Penggunaan faktor produksi tersebut antara lain, penggunaan tenaga kerja,
penggunaan benih unggul, dan lain-lain, dapat dijadikan indikator apakah
usahatani tersebut bersifat subsisten atau komersil, semakin banyak atau intensif
penggunaan faktor produksi, dapat merupakan indikator bahwa usahatani tersebut
dikelola secara komersil.
5. Bentuk Usahatani
Menurut bentuk organisasinya usahatani ini bisa dibedakan menjadi tiga
bentuk usahatani, yaitu: usahatani individual, usahatani kolektif dan usahatani
kooperatif.
a. Usahatani Individual
Usahatani individual atau sering juga dinyatakan sebagai usahatani perorangan,
ialah usahatni yang seluruh proses pengelolaannya dikerjakan sendiri oleh petani
bersama dengan keluarganya, mulai dari perencanaan, pengolahan tanah, hingga
pemasaran diputuskan dan dilakukan sendiri oleh petani yang bersangkutan.
b. Usahatani Kolektif
Usahatani kolektif ialah usahatani yang seluruh proses produksinya
dikerjakan bersama oleh suatu kelompok, kemudian hasilnya berupa keuntungan
dibagi, baik dalam bentuk natura maupun dalam bentuk uang. Contoh usahatani
kolehtif ini adalah usahatani Tebu Rakyat Intensifikasi (TRI).
c. Usahatani Kooperatif
Usahatani kooperatif ialah usahatani yang setiap proses produksinya
dikerjakan secara individual, hanya pada beberapa kegiatan yang dianggap
penting dikerjakan bersama oleh kelompok, misalnya pembelian saprodi,
pembuatan saluran air, pengendalian hama dan penyakit tanaman dan pemasaran
hasil. Contoh usahatani kooperatif yang ada di Indonesia ini adalah PIR
(Perkebunan Inti Rakyat) yang merupakan bentuk kerjasama antara perkebunan
rakyat dengan perkebunan besar.

Anda mungkin juga menyukai