Anda di halaman 1dari 15

bagian-3

ETOS KERJA KEPALA SEKOLAH

A. Kerangka Teori
1. Pengertian Etos Kerja Kepala Sekolah
Etos kerja adalah “semangat dan usaha kerja yang dilakukan seseorang yang
penuh jiwa dan kenyakinan dalam menjalankan pekerjaan”.1 Sedangkan kepala sekolah
adalah “pejabat formal, sebab pengangkatannya melalui suatu proses dan prosedur yang
didasarkan atas peraturan yang berlaku”.2 Jadi etos kerja kepala sekolah adalah semangat
dan usaha kerja dengan sepenuh jiwa kepala sekolah dalam menjalankan tugasnya sehari-
hari.
Bagi seorang kepala sekolah yang melaksanakan pekerjaan harus menyadari
bagaimana dan untuk apa ia melakukan sesuatu pekerjaan sehingga dapat dilihat jiwa
yang memberikan semangat dan landasan utama setiap pekerjaan yang ditekuni.
Munculnya budaya etos kerja lemah pada kepala sekolah, tentunya tidak terlepas dari
kondisi kepala sekolah itu sendiri, kepala sekolah yang terbelakang dalam berfikir dan
bertindak serta kurang percaya diri senantiasa mereka minder dan bersaing dengan orang
mempunyai keterampilan. Timbulnya rasa minder merupakan suatu faktor yaang dapat
menimbulkan lemahnya etos kerja di samping faktor lainnya. Dengan demikian perasaan
minder dapat mempengaruhi seseorang dalam meningkatkan etos kerja.
Pada bagian lain etos kerja diartikan “sebagai doktrin tentang kerja yang diyakini
oleh orang atau sekelompok orang sebagai baik dan benar yang mewujud nyata secara
khas dalam prilaku mereka”.3
Perlu disadari bahwa, setiap orang mempunyai unsur-unsur yang tidak dapat
dihindarkan dan dapat mewarnai etos kerjanya, sehingga mau tidak mau harus diadakan
suatu pengkajian yang sangat mendalam tentang faktor penyebab lemahnya etos kerja
pegawai negeri.
Sumber daya manusia merupakan unsur yang sangat penting dalam
pengembangan etos kerja. Karena itulah sampai sekarang ini masalah sumber daya
manusia Indonesia masih menjadi perbincangan dan perhatian yang penting serta hangat
dikalangan para birokrat dilingkungan pemerintahan maupun para ilmuan yang menekuni
berbagai cabang ilmu, terutama ilmu sosial. Kualitas sumber daya manusia Indonesia
menjadi primadona pembangunan. Sumber daya manusia (SDM) merupakan suatu
kekuatan yang sangat menentukan di dalam pencapaian tujuan, baik tujuan individu,
kelompok, negara dan lain sebagainya.
Jelasnya bahwa manusia berkualitas identik dengan manusia modern dan
pengembangan sumber daya manusia Indonesia diarahkan pada terwujudnya manusia
Indonesia yang modern dan berkualitas atau secara umum disebut sebagai manusia
Indonesia seutuhnya sehingga memiliki etos kerja yang tinggi.
Emil Salim menjelaskan bahwa secara garis besarnya manusia yang memiliki etos
kerja tinggi, maka potensi yang dimilikinya adalah :
Pertama; kualitas fisik yang menyangkut ciri-ciri kualitas yang bersifat lahiriyah atau
badaniyah, seperti ukuran badan, daya atau tenaga fisik yang dimilikinya, kesegaran
1
Moekijat, Kamus Istilah Pendidikan dan Pelatihan, Pekalongan, Mandar Maju, 1993, hlm. 241
2
Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2002, hlm. 85
3
Jansen Sinamo, Ethos21 (Etos kerja Profesional di Era Digital Global, Jakarta, Mahardika,
2002. hlm.64

19
jasmani dan lain-lain. Kedua; kualitas non fisik menyangkut kualitas yang bersifat
bathiniyah yang meliputi :
1. Kualitas pribadi yang melekat dalam diri.
2. Kualitas hubungan dengan baik dengan pihak lain, seperti Tuhan, lingkungan,
masyarakat dan manusia lain.
3. Kualitas kekaryaan yang tercermin dalam produktivitas, disiplin keswadayaan,
keswakaryaan dan wawasan masa depan.4

Kualitas yang dijabarkan di atas, dapat dijadikan tolak ukur bagi kemampuan dan
kemajuan seseorang dalam melaksanakan etos kerjanya di sekolah yakni harus memiliki
sikap disiplin, memiliki rencana kerja, transfaran/terbuka, responsif, mempersiapkan
fasilitas dan mampu membina guru. Untuk itu rendahnya kualitas sumberdaya manusia
akan menurunkan kinerja (etos kerja) dari seseorang, kualitas yang dimaksud meliputi :
a. Kualitas kelilmuan
b. Kualitas keterampilan
c. Kualitas keimanan
d. Kualitas moralitas
e. Kualitas sikap dan dinamika perubahan sosial
Berangkat dari keyakinan yang mendalam tentang manusia merupakan aset
terpenting dalam pembangunan seperti diungkapkan oleh Sondang P.Siagian bahwa :
Berbagai negara di dunia yang meskipun tidak memiliki sumber daya dan
kekayaan alam akan tetapi jika mempunyai sumber daya manusia yang
terdidik, terampil, berdisiplin, tekun, mau bekerja keras dan setia kepada cita-
cita perjuangan bangsanya, ternayata berhasil mencapai kemajuan yang sangat
besar.5

Sesuai dengan kutipan di atas, bahwa sumber daya alam yang melimpah ternyata
tidak banyak artinya tanpa dikelola oleh manusia secara baik. Artinya sumber daya lain
dan kekayaan alam tetap murupakan modal yang amat berharga akan tetapi modal
tersebut hanya akan ada artinya apabila digunakan oleh manusia tidak hanya untuk
kepentingan sendiri, akan tetapi untuk kesejahteraan dan kebaikan masyarakat
keseluruhan.
Sumber daya manusia merupakan salah satu kekuatan yang dapat dihandalkan
dalam mengelola suatu daerah sehingga mempunyai manfaat maksimal bagi masyarakat,
di mana kekuatan itu sendiri adalah “tafsir paling sah dalam membaca dan mengelola
lingkungan”.6 Tanpa memiliki kekuatan (Sumber daya manusia) kita hanya menjadi
manusia yang pasif dan tidak pernah mampu menerjemahkan fenomena alam lingkungan
sebagai sumber daya untuk meningkatkan etos kerja.
Dengan etos kerja yang tinggi menjadikan manusia lebih berkreasi dan kreatif.
Dan agama Islam dalam hal ini memandang etos kerja sebagai suatu yang sangat sentral
dalam kaitannya dengan pembangunan, manusia diharapkan dapat bekerja secara aktif
dalam hidupnya. Ummat Islam hendaknya menjadi ummat yang paling terlatih dalam
mentaati waktu dan pada saat yang sama mereka menjadi tauladan dalam hal etos kerja.
4
Conny R.Senjawan, dkk, Mencari Strategi Pembangunan Pendidikan Menjelang Abad XXI,
Jakarta, Grasindo, 1991, hlm. 29-31
5
Sondang P.Siagian, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta, Bumi Aksara, 1992, hlm. 3
6
Toto Tasmara, Etos Kerja Pribadi Muslim, Jakarta, Dana bakti Wakaf, 1995, hlm. 103

20
Untuk itu, perlu dipahami bahwa etos bahwa etos kerja profesional memiliki
delapan persepsi yang mendasar, yaitu :
Etos 1 : Kerja adalah Rahmat; Aku Bekerja Tulus Penuh Syukur
Etos 2 : Kerja adalah Amanah; Aku Bekerja Benar Penuh Tanggung Jawab
Etos 3 : Kerja adalah Panggilan; Aku Bekerja Tuntas Penuh Integritas
Etos 4 : Kerja adalah Aktualisasi; Aku Bekerja Keras Penuh Semangat
Etos 5 : Kerja adalah Ibadah; Aku Bekerja Serius Penuh Kecintaan
Etos 6 : Kerja adalah Seni; Aku Bekerja Kreatif Penuh Suka Cita
Etos 7 : Kerja adalah Kehormatan; Aku Bekerja Tekun Penuh Kehormatan
Etos 8 : Kerja adalah Pelayanan; Aku Bekerja Sempurna Penuh Kerendahan
Hati.7

Sehubungan dengan delapan etos kerja profesional di atas, maka “kepala sekolah
yang berhasil apabila mereka memahami keberadaan sekolah sebagai organisasi yang
kompleks dan unik, serta mampu melaksanakan peranan kepala sekolah sebagai seorang
yang diberi tanggung jawab untuk memimpin sekolah.8 Oleh karena etos kerja kepala
sekolah diukur dengan menggunakan barometer tugas, fungsi dan peranan kepala sekolah
itu sendiri, yang terdiri dari :
a. Kepala sekolah sebagai educator
b. Kepala sekolah sebagai manajer
c. Kepala sekolah sebagai administrator
d. Kepala sekolah sebagai supervisor
e. Kepala sekolah sebagai leader
f. Kepala sekolah sebagai inovator
g. Kepala sekolah sebagai motivator.9

Apabila kepala sekolah dapat menjalankan tugasnya sebagaimana yang


dikemukakan di atas, maka ia akan dapat dikatakan menjadi kepala sekolah yang
memiliki etos kerja tinggi. Namun sebaliknya bila ia hanya menjalankan separuh dari
fungsi tersebut, maka dikatakan kurang memiliki etos kerja, dan apabila hanya sedikit
dari fungsi tersebut dapat dia jalankan, maka boleh dikatakan ia tidak memiliki etos kerja
dalam menjalankan roda kepemimpinan di sekolahnya, maka selayaknyalah ia diganti.
2. Pengertian Manajemen Sekolah
Dalam kontek pendidikan “manajemen merupakan komponen integral dan tidak
dapat dipisahkan dari proses pendidikan secara keseluruhan, sebab tanpa manajemen
tidak mungkin tujuan pendidikan dapat diwujudkan secara optimal, efektif dan efisien”. 10
Jadi, manajemen adalah proses berbeda yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan, dan pengawasan yang di pertunjukkan untuk menentukan dan meyelesaikan
tujuan-tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya dengan menggunakan sumber-sumber
daya manusia dan lainnya.

7
Jansen H.Sinamo, Op.Cit, hlm.70-71
8
Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2002, hlm.81
9
Mulyasa, Menjadi kepala Sekolah Profesional, Bandung, remaja Rosdakarya, 2005, hlm. 98-
120
10
Mulyasa. Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung. Remaja Rosdakarya, 2003, hlm. 20

21
Dalam kontek fungsinya, maka perlu dipahami bahwa “fungsi-fungsi pokok
manajemen yaitu ; perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan pembinaan”.11
Di mana perencanaan merupakan proses yang sistematis dalam pengambilan keputusan
tentang tindakan yang akan dilakukan pada waktu yang akan datang.
Perencanaan pendidikan adalah suatu usaha melihat ke masa depan dalam hal
menentukan kebijakan, prioritas dan biaya pendidikan dengan
mempertimbangkan kenyataan-kenyataan yang ada dalam bidang ekonomi, sosial
dan politik untuk pengembangan potensi sistem pendidikan nasional, memenuhi
kebutuhan bangsa dan anak didik yang dilayani oleh sistem tersebut.12

Pelaksanaan merupakan kegiatan untuk merealisasikan rencana menjadi tindakan


nyata dalam rangka mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Rencana yang telah
disusun akan memiliki nilai jika dilaksanakan dengan efektif dan efisien. Dalam
pelaksanaan setiap organisasi harus memiliki kekuatan yang mantap dan menyakinkan
sebab jika tidak kuat, maka proses pendidikan seperti yang diinginkan sulit terealisasi.
Pengawasan dapat diartikan sebagai usaha untuk mengamati secara sistematis dan
berkesinambungan; merekam, memberi penjelasan, petunjuk, pembinaan dan
meluruskan berbagai hal yang kurang tepat; serta memperbaiki kesalahan.
Pengawasan merupakan kunci keberhasilan dalam keseluruhan proses
manajemen, perlu dilihat secara komprehensif, terpadu, dan tidak terbatas pada
hal-hal tertentu.13

Sedangkan pembinaan adalah rangkaian upaya pengendalian secara profesional


semua unsur organisasi agar berfungsi sebagaimana mestinya sehingga rencana untuk
mencapai tujuan dapat terlaksana secara efektif dan efisien.
Dewasa ini telah dikembangkan manajemen peningkatan mutu berbasis Sekolah
(MPMBS) yang diartikan sebagai madel manajemen yang memberikan otonomi
lebih besar kepada Sekolah dan mendorong pengambilan keputusan partisipatif
yang melibatkan secara langsung semua warga Sekolah (kepala Sekolah, guru,
karyawan, siswa, orang tua siswa dan masyarakat) untuk meningkatkan mutu
Sekolah berdasarkan kebijakan pendidikan nasional.14

Dengan demikian manajemen salah satu proses bekerja dengan dan melalui
individu-individu dan kelompok-kelompok serta sumber-sumber daya lainnya untuk
menyelesaikan tujuan-tujuan organisasi. Maksudnya, manajemen adalah proses sesuatu
selesai dikerjakan melalui upaya-upaya orang lain.
Manajemen adalah pengendalian dan pemanfaatan daripada semua faktor dan
sumber daya yang menurut suatu perencanaan, diperlukan untuk mencapai atau
menyelesaikan suatu prapta atau tujuan kerja yang tertentu. Manajemen adalah usaha-
usaha memanfaatkan berbagai sumber daya yang bersifat non fisik untuk menyelesaikan
suatu pekerjaan atau masalah dengan baik.
11
Ibid, hlm. 20
12
Yusuf Enoch. Dasar-Dasar Perencanaan Pendidikan. Jakarta; Rajawali Pers, 1995, hlm.
2-3
13
Mulyasa. Op.Cit. hlm. 21
14
Departemen Agama RI, Konsep Dasar MPMBS. Jakarta; Badan Litbang dan Diklat Pusdiklat
Tenaga Teknis Keagamaan. 2006, hlm.21

22
Atas dasar beberapa defenisi nampaklah perbedaan pandangan para pakar dalam
memilih unsur-unsur apa yang perlu menunjang penyelesaian suatu pekerjaan atau
masalah yang dihadapi. Sampai sekarang pengertian menajemen sering dikaitkan dengan
organisasi, kerjasama dengan orang lain, serta dapat dicapai secara efisien dan efektif.
Namun dalam kenyataan sehari-hari ada kemungkinan pekerjaan itu dilakukan oleh
seseorang dan bisa pula tanpa banyak bantuan dari orang lain. Akhir-akhir ini faktor
teknologi dan informasi sangat banyak menentukan keberhasilan manajemen, artinya
dengan memperoleh informasi yang relevan, maka kita dapat memecahkan suatu masalah
atau menyelesaikan suatu pekerjaan.
Manajemen merupakan proses merencanakan, mengorganisasikan, memimpin dan
mengendalikan usaha anggota-anggota organisasi serta pendayagunaan seluruh sumber-
sumber daya organisasi dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Jadi
manajemen adalah “suatu usaha bersama sekelompok manusia untuk mencapai tujuan
organisasi secara efektif dan efisien dengan menggunakan segala dana dan daya yang
ada”.15
Berdasarkan uraian tersebut, seseorang manajer atau seorang kepala Sekolah pada
hakikatnya adalah seorang perencana, organisator, pemimpin, dan seorang pengendali.
Keberadaan manajer pada suatu organisasi sangat diperlukan, sebab organisasi sebagai
alat mencapai tujuan organisasi yang di dalamnya berkembang berbagai macam
pengetahuan, serta organisasi yang menjadi tempat untuk membina dan mengembangkan
karir-karir sumber daya manusia, memerlukan manajer yang mampu untuk
merencanakan, mengorganisasikan, memimpin dan mengendalikan agar organisasi dapat
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Muncullah beberapa studi yang mempelajari
peranan apa saja yang dilakukan oleh seorang manajer dalam suatu organisasi.

5. Etos Kerja Kepala Sekolah Dalam Pelaksanaan MBS


Sebagai sebuah organisasi, Sekolah akan memiliki berbagai ciri keorganisasian,
yaitu:
1. Memiliki ciri-ciri distingtif dalam proses dan prosedur kerja yang didasarkan
pada petugas dan kewenangan masing-masing unit kerjanya.
2. Organisasi Sekolah juga akan memiliki hierarki kewenangan, antara kepala
Sekolah dengan wakil kepala Sekolah , dengan guru dengan tata usaha dan
lainnya.
3. Sekolah juga akan memiliki sistem koordinasi dan kontrol serta pengawasan
yang berbeda dengan organisasi jasa lainnya.
4. Kemudian, sebagai sebuah organisasi, Sekolah juga akan memiliki identitas
kolektif yang menjadi ciri dan membedakannya dari komunitas organisasi
lainnya.
5. Dan terakhir Sekolah memiliki tujuan bersama antara kepala Sekolah, guru,
tata usaha, dan unsur-unsur organisasi Sekolah lainnya.16

Salah satu harapan MBS adalah agar seluruh komponen dan kekuatan masyarakat
terilibat dalam melakukan berbagai perubahan dan perbaikan sektor pendidikan menuju

15
Suharsimi Arikunto, Organisasi dan Administrasi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan,
Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1993, hal. 31
16
Dede Rosyada, Op.Cit, hlm.226

23
hasil pendidikan yang berkualitas. Demokratisasi pengelolaan pendidikan berarti
mendorong tanggung jawab peningkatan dan perbaikan kualitas pada tenaga guru dan
kepala Sekolahnya untuk mengorganisasi berbagai program peningkatan kualitas hasil
belajar mulai perbaikan proses pembelajaran, dengan didukung para stakeholder serta
pemerintah daerah yang bertugas melakukan fasilitasi terhadap berbagai upaya
pengembangan Sekolah, sehingga SDM lulusan Sekolah kompetetif di pasar tenaga
kerja, lokal, nasional, regional dan bahkan global, yang terus kian terbuka bagi
masyarakat dunia.
Akan tetapi, jika SDM hasil pendidikannya itu tidak kompetitif, bukan saja tidak
bisa meraih peluang dan kesempatan dalam kompetisi regional dan global, bahkan
kesempatan lokalpun akan diambil orang lain. Demokratisasi Sekolah tidak cukup hanya
dengan pelibatan stakeholder dalam perumusan berbagai kebijakan kurikulum, pelibatan
siswa dalam kebijakan pengembangan proses pembelajaran, serta tidak pernah
membiarkan ada siswa tertinggal, tetapi juga harus didukung dengan iklim demokratis
dalam organisasi Sekolah sendiri, agar semua unsur Sekolah mempunyai rasa memiliki
terhadap berbagai program perbaikan tersebut, serta meningkatkan tanggung jawab dan
partisipasinya untuk perbaikan-perbaikan tersebut. Ciri-ciri organisasi Sekolah
demokratis adalah sebagai berikut :
1. Sangat berorientasi normatif, yakni bahwa manajement harus selalu didasarkan
pada kesepakatan apapun program yang hendak dikembangkan dan
diimplementasikan harus didasarkan pada kesepakatan, dan tidak hanya menjadi
values tetapi juga sebagai sebuah keyakinan, bahwa model inilah yang terbaiki.
2. Pendekatan demokratis sangat layak untuk organisasi dengan para anggota dari
kalangan profesional, yakni mereka yang memiliki kemampuan teknis dan
keterampilan, mereka memiliki otoritas dalam keahliannya. Organisasi Sekolah
harus dikelola oleh kalangan-kalangan profesional, karena siswa memerlukan
pembinaan dan pelayanan dari mereka yang memiliki otoritas dalam bidangnya.
3. Penanaman nilai, kultur dan kebiasaan-kebiasaan dalam organisasi dilakukan oleh
anggota organisasi itu sendiri, yang sudah dimulai sejak dalam fase pendidikan
dan tahun-tahun pertama mereka bekerja.
4. Pengambilan putusan tentang berbagai kebijakan penting dilakukan oleh sebuah
komite dan tidak dilakukan secara individual oleh seorang kepala dengan
menggunakan otoritas kepemimpinannya. Dan semua unsur memiliki wakil dalam
komite tersebut, yang harus mempertanggungjawabkan keterlibatannya dalam
komite terhadap konstituennya.
5. Semua putusan ditetapkan dengan cara konsensus atau kompromi dan sedapat
mungkin dihindari polarisasi organisasi karena perbedaan pendapat dan
pandangan. Perbedaan dalam proses harus diakhiri dengan konsensus dan atau
kompromi, walaupun terkadang harus menghargai kecenderungan mayoritas.17

Gagasan-gagasan besar untuk mengembangkan Sekolah dengan performa


terbaik, agar menghasilkan lulusan yang cerdas, konpetitif dan memiliki berbagai
keunggulan komparatif, setidaknya harus didukung oleh 5 karakteristik yakni :
1. Kepemimpinan yang kuat
2. Memiliki ekspektasi yang tinggi pada siswa.
17
Ibid, hlm.228-229

24
3. Memberi penguatan pada basic skills.
4. Suasana yang terkontrol dan bisa diatur.
5. Sering melakukan tes terhadap performa siswa.18

Sekolah akan mencapai performa terbaik jika dipimpin oleh seorang kepala
Sekolah yang kuat, visioner, konsisten, demokratis, dan berani mengambil putusan-
putusan strategis. Kemudian dia mampu menyampaikan gagasan-gagasan besar
Sekolahnya serta prestasi siswa-siswanya pada semua anggota organisasi dan mampu
mendorong motivasi guru, staf dan siswa-siswanya untuk terus berprestasi dan
menunjukkan prestasi terbaik. Selain itu, Sekolah juga harus mencurahkan perhatian
pada pembelajaran siswa, dan siswa-siswanya juga menyadari bahwa mereka diharapkan
untuk berprestasi.
Syafaruddin mengatakan bahwa :
Dalam kepemimpinan adalah proses tindakan mempengaruhi kegiatan kelompok
dan pencapaian tujuan. Di dalamnya terdiri dari unsur-unsur kelompok (dua orang
atau lebih), ada tujuan orientasi kegiatan serta pembangian tanggung jawab
sebagai bentuk perbedaan kewajiban anggota. Kepemimpinan juga merupakan
proses mempengaruhi aktivitas individu atau kelompok dalam usaha kearah
pencapaian tujuan dalam situasi tertentu. Dengan kata lain, dalam proses
kepemimpinan itu dijumpai fungsi pemimpin, pngikut (anggota) dan situasi.19

Semua unsur dalam Sekolah itu, pimpinan, guru, tata usaha bekerja secara serius
dan profesional, demikian pula dengan siswa-siswanya belajar serius, dan guru bersama
siswa mengembangkan kerjasama proses pembelajaran secara efektif dalam prinsip
kolaboratife learning, guru mengajar dengan konsisten, tidak meninggalkan tugas,
mengembangkan strategi yang membelajarkan siswa, serta mampu mendorong siswa-
siswanya untuk mencapai hasil belajar yang optimal. Kemudian kehadiran stafnya juga
baik, tidak sering bolos dan mampu memberikan pelayanan yang tegas namun beradap,
sehingga tercipta suasana kerja yang dinamis, profesional, penuh keharmonisan.
Disamping itu, Sekolah juga harus memberikan perhatian yang tinggi terhadap
penguatan basic skill para siswanya, serta mengembangkan suasana yang mendukung
pengembangan dan penguatan basic skill tersebut, dan disertai pula dengan tes yang
teratur untuk mengevaluasi pencapaian siswa, sehingga bisa dikembangkan program-
program penguatan bagi mereka yang belum mencapai penguasaan minimal dari target
kurikulum, serta program pengayaan bagi mereka yang memiliki kemampuan belajar
cepat (accelarated learning).
Menurut ajaran Islam, tugas manusia sebagai pemimpin dan manajer di bumi ini
ialah memakmurkan alam sebagai manifestasi dari rasa syukur manusia kepada Allah dan
pengabdian kepada-Nya. Dalam surat Al-Anbiya` ayat 73 Allah menegaskan yang
berbunyi :

18
Ibid, hlm.234
19
Syafaruddin, Manajemen Lembaga Pendidikan Islam, Jakarta, Ciputat Press, 2005, hlm.195

25
Artinya :
“Kami telah menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi
petunjuk dengan perintah Kami dan telah Kami wahyukan kepada mereka, mendirikan
shalat, menunaikan zakat dan hanya kepada Kamilah mereka selalu menyembah”.20
Kepala sekolah merupakan salah satu tugas yang diberikan oleh sekolah untuk
memimpin sekolah itu sendiri. Untuk itu, Yusak Burhanuddin mengatakan “kepala
sekolah harus mampu menguasai tugas-tugasnya dan melaksanakan tugasnya dengan
baik. Ia bertanggungjawab terhadap seluruh kegiatan sekolah”.21 Karena ia akan diminta
pertanggung jawabannya di akhirat nanti.
Gambaran di atas menunjukkan betapa posisi pemimpin itu amat penting, hampir-
hampir kemajuan dan kemunduran Sekolah sangat tergantung pada pimpinan, karena
peran dan fungsinya untuk mengkoordinasikan kerja semua unsur dalam organisasinya.
Dengan demikian kepala Sekolah harus memiliki bekal agar dapat mengelola semua
sumber daya yang ada sehingga menjadi kekuatan-kekuatan kontributif untuk sebuah
kemajuan. Kepala Sekolah harus dipercaya oleh semua anggota timnya, dan dia pun
harus memberi kepercayaan pada timnya untuk mengerjakan tugas sesuai
kewenangannya. Kepala Sekolah juga harus memiliki pengalaman kepemimpinan, serta
memiliki pengetahuan dasar tentang manajemen, karena bidang tugas dia adalah
mengelola semua sumber daya yang ada, baik sumber daya manusia, fisik dan sarana,
maupun sumber daya keuangan.
Dalam konteks pendidikan, manajement Sekolah adalah proses koordinasi yang
terus menerus dilakukan oleh seluruh anggota organisasi untuk menggunakan seluruh
sumber daya dalam upaya memenuhi berbagai tugas organisasi yang dilakukan dengan
efesien. Koordinasi dimaksud adalah koordinasi antara guru dengan kepala Sekolah , dan
dengan tata usaha, serta antara tata usaha dengan kepala Sekolahnya. Inti kedua
pengertian tersebut sama, yaitu koordinasi yang dilakukan untuk mencapai tujuan. Jika
tujuannya adalah peningkatan performa Sekolah, maka koordinasi tersebut dilakukan
untuk mencapai performa terbaik dari Sekolah. Dengan demikian, inti manajement
dalam bidang apapun sama, hanya saja variabel yang dihadapinya bisa berbeda,
tergantung pada bidang apa manajement tersebut digunakan dan dikembangkan.
Demikian pula dengan kecerdasan manajerial yang sangat diperlukan bagi
seorang kepala Sekolah untuk bisa bekerjasama dengan dan mengerjakan sesuatu
melalui orang lain. Berikut adalah berbagai klasifikasi kemampuan menejerial yang amat
berguna untuk dipertimbangkan sebagai langkah awal mengerjakan berbagai tugas
manajerial, yaitu :
1. Kemampuan mencipta, yang meliputi :
a. Selalu mempunyai ide-ide baru.
b. Selalu memperoleh solusi-solusi untuk berbagai problem yang bisa dihadapi.
c. Mampu mengantisipasi berbagai konsekuensi dari pelaksanaan berbagai
keputusan.

20
Departemen Agama RI, Al-Qur`an dan Terjemahannya, Jakarta, Yayasan Penyelenggara dan
Penterjemah Al-Qur`an, 1978, hlm. 532
21
Yusuf Burhanuddin, Administrasi Pendidikan, Bandung, Pustaka Setia, 2005. hlm. 120

26
d. Mampu mempergunakan kemampuan berfikir imajinatif (lateral thiking)
untuk menghubungkan sesuatu dengan yang lainnya, yang tidak bisa muncul
dari analisis dan pemikiran-pemikiran empirik.
e. Menggunakan imaginasi dan intuisi.
2. Kemampuan membuat perencanaan, yang meliputi :
a. Mampu menghubungkan kenyataan sekarang dengan kebutuhan esok.
b. Mampu mengenali apa-apa yang penting saat itu dan apa-apa yang benar-
benar mendesak.
c. Mampu mengantisipasi kebutuhan-kebutuhan mendatang.
d. Mampu melakukan analisis.
3. Kemampuan mengorganisasi, yang meliputi :
a. Mampu mendistribusikan tugas dan tanggungjawab yang fair (adil).
b. Mampu membuat putusan secara cepat.
c. Selalu berada di muka saar pertanggungjawaban.
d. Selalu bersikap tenang dalam menghadapi kesulitan.
e. Mampu mengenali pekerjaan itu sudah selesai dan sempurna dikerjakan.
4. Kemampuan berkomunikasi, yang meliputi :
a. Mampu memahami orang lain.
b. Mampu dan mau mendengarkan orang lain.
c. Mampu menjelaskan sesuatu pada orang lain.
d. Mampu berkomunikasi melalui tulisan.
e. Mampu membuat orang lain berbicara.
f. Bijak.
g. Toleran terhadap kesalahan orang lain.
h. Mampu mengucapkan terima kasih pada orang lain dan selalu mendorong
orang lain untuk maju.
i. Selalu memelihara agar setiap orang memperoleh informasi yang diperlukan.
j. Selalu mengikuti dan memanfaatkan teknologi informasi.
5. Mampu mmberi motivasi, yang meliputi :
a. Mampu memberi inspirasi pada orang lain.
b. Menyampaikan tantangan yang realistis.
c. Membantu orang lain untuk mencapai tujuan dan target
d. Membantu orang lain untuk menilai kontribusi dan pencapainnya sendiri.
6. Mampu melakukan evaluasi, yang meliputi :
a. Mampu membandingkan antara hasil yang dicapai dengan tujuan.
b. Mampu melakukan evaluasi diri.
c. Mampu melakukan evaluasi terhadap pekerjaan orang lain.
d. Mampu melakukan tindakan pembenaran saat diperlukan.22

Ada lima (5) fungsi yang harus dilakukan kepala Sekolah dalam melaksanakan
proses manajemennya, yaitu planning, organizing, staffing, directing, controling.
Planning atau perencanaan adalah fungsi pertama dan utama yang harus dilakukan
kepala Sekolah sebelum mengerjakan yang lain. Kalau tidak ada perencanaan atau
program, maka perjalanan Sekolah tidak akan terarah, tidak jelas apa yang akan dituju,
dan tidak jelas pula apa yang akan dikerjakan. Oleh sebab itu, kegiatan pertama yang
22
Dede Rosyada, Op.Cit, hlm.240-242

27
harus dilakukan kepala Sekolah adalah menyusun perencanaan, baik rencana-rencana
strategis berjangka panjang dan menengah, maupun rencana operasional tahunan. Dalam
perencanaan tersebut harus sudah tercakup penjabaran apa-apa yang akan dihasilkan,
kemudian bagaimana mencapai hasi-hasil tersebut, dari mana akan diperoleh dukungan
dana, siapa pemakainya, apa sumber daya yang akan diperlukan, kapan sumber daya
tersebut bisa diperoleh. Semua itu merupakan berbagai pertanyaan inti ketika akan
mengembangkan perencanaan. Dan semua itu harus dijawab dengan penjabaran program
yang komprehensif agar Sekolah menjadi efektif.
“Kepala sekolah sebagai policy umum dalam menentukan kebijakan di
lingkungan sekolah, diharapkan mampu mendorong kegiatan sekolah kearah yang lebih
baik”.3535 Karena itu, Yusuf mengatakan : “Perencanaan kepala sekolah dapat menolong
pencapaian suatu target atau sasaran secara ekonomis, tepat waktu dan memberi peluang
untuk lebih mudah dikontor dan dimonitor dalam pelaksanaannya”. 3636 Perencanaan
Sekolah itu dikembangkan bukan dengan cara melamun atau menghayal, tapi harus
didasarkan pada visi apa yang akan diwujudkan dalam beberapa tahun kedepan, lalu misi
apa yang akan bisa dikembangkan, value apa yang dimiliki, dan apa tujuan yang akan
dicapai dalam jangka waktu tertentu, lalu apa permintaan-permintaan pelanggan.
Susunan rencana strategis Sekolah harus disiapkan bukan didasarkan oleh ambisi
personal dari pimpinan Sekolah untuk kenaikan citra diri atau kepentingan lainnya, tapi
harus benar-benar didasarkan pada kebutuhan dan harapan para stakeholder Sekolah itu
sendiri, serta dengan mengembangkan berbagai gagasan proaktif bukan reaktif, baik
untuk jangka panjang, menengah maupun jangka pendek sebagai rencana operasional.
Dengan demikian kepala sekolah merancang kebutuhan sekolah berdasarkan kebutuhan
sekolah itu sendiri, bukan kebutuhan pribadi, sehingga semua komponen yang terlibat
merasa senang dan terayomi.
“Manajemen dipandang sebagai suatu proses untuk mengendalikan atau
mengontrol semua personil di sekolah”.3737 Untuk itu, dalam upaya meningkatkan
produktivitas tim manajemennya, kepala Sekolah boleh dan bahkan harus
mendelegasikan tanggung jawab dan otoritas pada para stafnya, inilah inti dari pola
manajemen partisipatif, yakni pendelegasian otoritas tersebut pada tim manajemennya.
Untuk peningkatan model manajemen partisipatif tersebut, Hodgetts menyampaikan
beberapa prinsip, yaitu :
1. Biarkan staf anda mengetahui apa yang sedang terjadi. Seorang manajer tidak
boleh selalu bicara problem, bicaralah target dan tujuan, dan biarkan para staf
mengarahkan perhatiannya pada target tersebut.
2. Kembangkan hubungan yang saling mempengaruhi di antara para staf. Agar
semua program itu dikerjakan dengan baik, seorang manajer harus
mengembangkan sikap keterbukaan, memberi kepercayaan dan dia sendiri
memiliki rasa percaya diri yang baik.
3. Gunakan pendekatan tim yang saling berbagi tanggungjawab, seorang manajer
yang baik adalah yang biasa membagi otoritas dan tanggungjawab bersama
dengan stafnya.
3535
Departemen Agama RI, Kendali Mutu Pendidikan Agama Islam, Jakarta. Direktorat Jenderal
Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, 2001. hlm. 35
3636
Yusuf Enoch, Op.Cit. hlm.4
3737
Sudarwan Danim, Inovasi Pendidikan Dalam Upaya Peningkatan Profesional Tenaga
Kependidikan. Bandung, Pustaka Setia, 2002, hlm.169

28
4. Kembangkan skill, keterampilan dan pengetahuan staf dengan pelatihan-
pelatihan, baik dalam konteks pengembangan skill manajerial, personal maupun
pengetahuan teknis.
5. Pertahankan komitmen staf terhadap organisasi, karena antusiasme yang tinggi
dan moralitas staf amat menentukan untuk mencapai kesuksesan.3838

Lima prinsip yang ditawarkan tersebut terkait dengan upaya mengefektifkan


pengorganisasian staf melalui pola manajemen partisipatif, yang memberikan penekanan
pada trust, yakni berikan kepercayaan kepada staf untuk mengembangkan kreatifitas
mereka dalam melaksanakan program dalam upaya mencapai tujuan. Terkait dengan itu
pula, maka seorang manajer harus melakukan penataan staf yakni memilih staf yang
memiliki pendidikan relevan untuk melaksanakan tugas sesuai bidang keahlian. Untuk
menetapkan bahwa keahlian seseorang itu sesuai dengan kebutuhan tugas dan pekerjaan,
seorang manajer harus melakukan analisis pekerjaan dan penugasan, untuk memutuskan
kualifikasi staf seperti apa yang dibutuhkan, dan staf dalam kualifikasi apa yang
dimilikinya sekarang. Signifikansi analisis tersebut adalah untuk memutuskan staf
kualifikasi apa yang akan direkrut, atau dalam kompetensi apa mereka akan
dikembangkan melalui pendidikan dan pelatihan.
Semua itu perlu dilakukan karena pengangkatan staf berarti investasi sumber daya
manusia dalam sebuah organisasi, dan investasi sumber daya manusia tersebut
merupakan salah satu yang paling penting dalam organisasi tersebut, karena beberapa
alasan yaitu :
1. Kualitas program pendidikan dalam beberapa bagian sangat dipengaruhi oleh
kualitas sumber daya manusia yang dimiliki Sekolah tersebut.
2. Kemudian kualitas pendidikan juga dipengaruhi oleh seberapa besar Sekolah itu
mampu mengembangkan jaringan kerja yang produktif.
3. Kemudian kualitas pendidikan juga sangat dipengaruhi oleh pengembangan,
motivasi dan optimalisasi pemberdayaan sumber daya manusia yang ada.3939

Sehubungan dengan posisinya yang penting ini, maka pengangkatan dan atau
pemberdayaan serta pengembangan staf itu harus dilakukan dengan cara bijak, yakni
melalui analisis pekerjaan, klasifikasi pekerjaan dan perencanaan rekruitmen serta
pengembangan staf. Analisis pekerjaan (job analysis) adalah sebuah proses dari
pengumpulan dan analisis berbagai informasi tentang pekerjaan-pekerjaan serta tugas-
tugas pokok yang akan dan harus diselesaikan, serta berbagi posisi dan kualifikasi yang
dibutuhkan untuk melaksanakan tugas dan pekerjaan-pekerjaan tersebut. Dalam proses
ini sudah dianalisis kualifikasi keilmuan dan keterampilan yang diperlukan, serta
berbagai kemampuan dan atribut-atribut lain yang secara objektif dibutuhkan untuk
menyelesaikan tugas dan pekerjaan tersebut. Orang yang akan diangkat, apakah
pengangkatan baru atau mutasi dari staf yang ada harus tahu apa pekerjaan yang akan dan
harus diselesaikannya, kualifikasi apa yang harus dia capai, dan apa yang akan dia
dapatkan dengan mengerjakan tugas dan pekerjaannya itu.
Pengembangan staf sebenarnya adalah sebuah proses yang dimaksudkan untuk
meningkatkan keterampilan, sikap dan pengetahuan guru atau pegawai administrasi,

3838
Dede Rosyada, Op.Cit, hlm. 253
3939
Ibid, hlm. 254

29
dalam rangka peningkatan performa mereka baik dalam pelaksanaan tugas-tugasnya saat
ini, maupun dalam pengambilan peran di masa yang akan datang. Pelatihan bagi para
guru merupakan sesuatu yang penting, tidak sekedar pengenalan berbagai materi baru,
tapi juga penguatan terhadap penguasaan materi-materi yang sedang berjalan, agar
menjadi lebih baik dan mencapai kesempurnaan. Penguasaan materi tidak sekedar
pemahaman bahan-bahan ajar secara parsial, tapi juga menguasai bangunan keilmuannya,
sehingga mampu menyampaikannya dengan baik kepada siswa. Kemudian dilengkapi
pula dengan skill keguruan dan bahkan keterampilan manajerial, sehingga Sekolah kian
kuat dengan memiliki sumber daya manusia yang bagus. Sebab “guru memiliki fungsi
yang multi peran yaitu; pendidik, pengajar dan pelatih”.4040
Kemudian setelah melakukan pembenahan, pengangkatan dan pembinaan staf
sesuai dengan program yang direncanakan, proses manajemen selanjutnya adalah
mengarahkan (directing) agar masing-masing individu atau divisi bergerak dalam jalur
tugas dan kewenangannya. Tugas directing tersebut meliputi pengarahan, pengawasan
serta bimbingan kepala Sekolah terhadap para guru dan staf administrasi dalam
pelaksanaan tugas dan pekerjaan sehari-hari, membuat putusan-putusan untuk
dilaksanakan para stafnya itu, serta memimpin mereka agar Sekolah terus bergerak
menuju tujuan yang telah dirumuskan bersama, dalam bentuk program strategis atau
perencanaan operasional. Pengarahan tersebut tidak sebatas hanya memberi arahan-
arahan serta bimbingan, tapi juga pengawasan dan bahkan membangkitkan motivasi guru
dan karyawan agar terus meningkatkan dedikasinya untuk Sekolah yang dia pimpin, dan
merupakan tempat mereka bekerja serta mengembangkan karier.
Hanya ada dua kunci peningkatan produktivitas staf, baik guru maupun pegawai
administrasi, yaitu kapabilitas dan loyalitas. Kapabilitas atau kecakapan didukung oleh
ilmu dan keterampilan, sedangkan loyalitas atau ketaatan didukung oleh motivasi dan
integritas mereka pada institusi. Motivasi dipengaruhi oleh berbagai variabel, salah
satunya adalah iklim kerja, seperti perlibatan guru dan staf dalam penyusunan
perencanaan dan proses pengambilan keputusan, terbukanya kesempatan yang sama bagi
guru dan staf untuk mengikuti pelatihan dalam upaya peningkatan kualitas dan skill
mereka, serta faktor-faktor lain yang juga turut mempengaruhi motivasi mereka untuk
meningkatkan kontribusinya pada institusi. Iklim manajerial yang terbuka, fair berpijak
pada prinsip keadilan, merupakan sebuah kondisi yang akan mampu membangkitkan
motivasi guru dan karyawan untuk mendedifikasikan kemampuannya pada Sekolah
tersebut, karena mereka merasa dilibatkan dan mereka juga terlindungi oleh sistem
manajerial yang profesional tersebut. Sebaliknya jika manajemen tersebut berpijak pada
pola-pola nepotis, maka guru dan karyawan yang bukan dantidak dalam lingkaran teman
atau kerabat kepala Sekolah, akan teraniaya karena tidak akan memperoleh kesempatan
yang sama dengan mereka yang memiliki kedekatan dengan pimpinan tersebut, sehingga
mereka merasa tidak aman dan tidak nyaman, dan kemudian motivasi mereka akan
merosot.
Proses manajemen selanjutnya setelah planning, organizing, staffing dan directing
adalah controlling, yakni memeriksa apakah semua program telah dilaksanakan sesuai
dengan rencana awal yang sudah disepakati, sesuai dengan perintah yang telah
disampaikan, dan sesuai dengan prinsip-prinsip yang telah dipaparkan, dengan tujuan
untuk melihat berbagai kesalahan dan kekeliruan agar segera diperbaiki dan tidak
4040
Sudarwan Danim, Op.Cit, hlm.15

30
terulangi lagi. Dengan kata lain controlling adalah sebuah proses manajemen yang
dilakukan untuk melihat apakah program-program yang telah disepakati dan
didistribusikan pada staf telah dilaksanakan sesuai rencana semula atau tidak, dan
apakah sesuai dengan standar kualitas yang diharapkan atau tidak. Pemeriksaan yang
dilakukan oleh manajer tersebut bukan untuk mencari-cari kesalahan staf, tapi untuk
memperbaiki proses dalam upaya perbaikan hasil, dan agar kesalahan tersebut tidak
terjadi lagi.
“Proses pengawasan merupakan cara terakhir yang ditempuh dalam kegiatan
manajerial, setelah perencanaan, pengorganisasian dan pengerakan. Pengawasan atau
controlling merupakan proses pengamatan atau monitor kegiatan organisasi untuk
menjamin agar semua pekerjaan berjalan sesuai rencana untuk mencapai tujuan”.4141
Untuk menghindari berbagai kendala yang akan dihadapi, sebaiknya seorang
manajer atau kepala Sekolah sudah memprediksikan berbagai persoalan yang akan
muncul dalam pelaksanaan program-program tersebut. Biasanya tahap ini di inspirasi
oleh berbagai pengalaman yang telah dilaluinya, atau berdasarkan hasil curahan pendapat
diantara semua staf. Seorang manajer kompeten biasanya menggunakan opsi
pengecualian dalam menghadapi situasi-situasi yang diprediksikan akan mengganggu
pelaksanaan program. Dia akan menghindari resiko bahaya menghadapi situasi yang
tidak diinginkannya itu.

B. Kerangka Berfikir
Etos kerja merupakan semangat, jiwa dan rohnya bekerja. Jadi dengan semangat,
jiwa dan roh bekerja itu seseorang akan senantiasa berusaha semaksimal mungkin dan
berusaha secara total dalam mewujudkan pekerjaan yang efektif dan efisien, tepat guna
berhasil guna. Bagi seseorang yang memiliki etos kerja tinggi, maka tidak diragukan lagi
motivasi kerjanya. Ia bekerja tanpa harus disuruh dan di awasi. Ia tetap bekerja dalam
kondisi dan situasi apapun.
Dengan demikian etos kerja kepala sekolah merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi peningkatan kualitas pendidikan, serta harus dilakukan secara holistik
dan simultan, tidak boleh parsial walaupun mungkin dilakukan bertahap. Perbaikan
sektor kurikulum, tenaga guru dan fasilitas serta sarana pembelajaran, tidak akan terlalu
membawa perubahan signifikan jika tidak disertai dengan perbaikan etos kerja kepala
sekolah, pola dan sistem manajement yang mendukung perubahan-perubahan tersebut.
Dinamika guru dalam pengembangan program pembelajaran tidak akan bermakna bagi
perbaikan proses dan hasil belajar siswa, jika manajement Sekolahnya tidak memberi
peluang tumbuh dan berkembangnya kreatifitas guru tersebut. Demikian pula
penambahan dan penguatan sumber belajar berupa perpustakaan dan laboratorium tidak
akan terlalu bermakna jika manajement Sekolahnya tidak memberi perhatian serius dalam
optimalisasi pemanfaatan sumber belajar tersebut dalam proses belajar siswa.
Manajement, memang merupakan sesuatu yang amat bermakna dalam perubahan menuju
sebuah perbaikan.
Peningkatan kualitas kreativitas pendidikan anak di sekolah bukanlah tugas
yang ringan karena tidak hanya berkaitan dengan permasalahan teknis, tetapi mencakup
berbagai persoalan yang sangat rumit dan kompleks baik yang menyangkut perencanaan,
pendanaan maupun efisiensi dan efektifitas penyelenggaraan sistem Sekolah.
4141
Syaruddin, Op.Cit, hlm.195

31
Peningkatan kualitas kreativitas pendidikan anak di sekolah juga menuntut manajemen
berbasis sekolah yang lebih baik. Sayangnya, selama ini aspek manajemen berbasis
sekolah pada berbagai tingkat satuan pendidikan belum mendapat perhatian yang serius
sehingga seluruh komponen sistem pendidikan kurang berfungsi dengan baik. Lemahnya
manajemen berbasis sekolah juga memberikan dampak terhadap efisiensi internal
pendidikan yang terlihat dari rendahnya kualitas pendidikan anak.
Manajemen berbasis sekolah merupakan alternatif strategis untuk meningkatan
kualitas kreativitas pendidikan anak sekolah. Manajemen Sekolah merupakan salah satu
faktor yang mempengaruhi kualitas pendidikan.
Manajemen sekolah secara langsung akan mempengaruhi dan menentukan
efektif tidaknya kurikulum, berbagai peralatan belajar, waktu mengajar, dan proses
pembelajaran. Dengan demikian upaya peningkatan kualitas pendidikan kreativitas anak
harus dimulai dengan pembenahan manajemen sekolah, disamping peningkatan kualitas
pengelolan (pengurus), guru dan pengembang sumber belajar.
Berdasarkan uraian di atas, maka jelaslah bahwa etos kerja kepala sekolah
memiliki pengaruh terhadap pelaksanaan maajemen kepala sekolah (MBS) yang
dilaksanakannya, sebab dalam melaksanakan MBS secara efektif dan efisien diperlukan
semangat dan motivasi tinggi dari kepala sekolah dalam mewujudkannya. Tanpa semngat
dan motivasi tinggi (etos kerja) tidak mungkin MBS bisa terwujud secara tepat guna dan
berhasil guna.
Berdasarkan uraian di atas, maka pengaruh etos kerja kepala sekolah terhadap
pelaksanaan MBS dapat dilihat pada skema di bawah ini.

VARIABEL X VARIABEL Y
(ETOS KERJA) (MBS)

- Disiplin - Kepemimpinan yang kuat


-Memiliki - Akuntabilitas
rencana kerja - Otonomi Sekolah
- Transfaran/ - Partisipasi
terbuka - Melakukan kerjasama
-Responsif dengan orang tua siswa.
-Mempersiap
kan fasilitas
-Membina guru

C. Hipotesis
Berdasarkan paradigma di atas, maka dapat ditarik hipotesis yaitu etos kerja
kepala sekolah berpengaruh terhadap pelaksanaan manajemen berbasis sekolah (MBS) di
Madrasah.

32
33

Anda mungkin juga menyukai