Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

BUSSINESS PROCESS ANGGOTA BURSA EFEK DAN SELF REGULATION


ORGANITATION

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Terstruktur Dalam Mata Kuliah


“Manajemen Investasi dan Bursa Efek Syariah Otoritas”

Dosen Pengampu:

Elfadhli, SE., M.SI

Oleh Kelompok 2:

PUTRI SUWITO 2030401096


RAMADHANI 2030401101
ROYANUL HADIA 2030401110

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
MAHMUD YUNUS BATUSANGKAR
2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena rahmat, taufik, hidayah
dan inayah-Nya, makalah Manajemen Investasi dan Bursa Efek Syariah Otoritas ini dapat
diselesaikan. Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SWA
beserta keluarga, sahabat dan seluruh orang yang senantiasa mengikuti sunnah beliau.

Makalah Manajemen Investasi dan Bursa Efek Syariah Otoritas ini dibuat berdasarkan
panduan dan garis-garis besar program pengajaran yang diberikan oleh UIN Mahmud Yunus
Batusangkar. Juga kami sampaikan kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu didalam
penyusunan materi kuliah ini kami ucapkan terimaksih, karena tanpa arahan, bimbingan dan
motivasi yang diberikan, tentunya belum bisa disajikan kepada para pembaca, walaupun tidak bisa
kami sebutkan satu persatu.

Akhir kata, sebagai karya yang baik tentunya memerlukan sebuah celah untuk
menyempurnakan materi kedepan, untuk itu kami dengan segala kerendahan hati menerima
masukan demi maksud diatas demi peningkatan dan penyempurnaan dalam makalah dan
pembelajaran ini.

Batusangkar, 09 Maret 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................. i

DAFTAR ISI................................................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .................................................................................................................. 1


B. Rumusan Masalah ............................................................................................................. 1
C. Tujuan Masalah ................................................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Bussiness Process Anggota Bursa Efek ............................................................................ 2


B. Self Regulation Organitation ............................................................................................ 4

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ....................................................................................................................... 10
B. Saran ................................................................................................................................. 10

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bursa efek adalah pihak yang menyelenggarakan dan menyiapkan system serta
sarana untuk mempertemukan penawaran jual dan beli efek pihak-pihak lain dengan tujuan
memperdagangkan efek diantara mereka. Anggota bursa efek adalah perusahaan efek
selaku perantara perdagangan efek yang telah memperoleh izin dari otoritas jasa keuangan
dan mempunyai hak untuk mempergunakan system dan atau sarana bursa efek sesuai
dengan peraturan bursa efek. Bursa efek Indonesia adalan badan hukum swasta berbentuk
perseroan terbatas. Sebuah bursa efek tidak berbeda dengan badan usaha perseroan terbats
milik swasta lainnya, yang bergerak di bidang perdagangan pada umumnya, tujuan
didirikannya bursa efek adalah untuk memfasilitasi penyelenggaraan perdagangan efek.
Self regulatory organization (SRO) merupakan organisasi yang mendapatkan
wewenang sebagai organisasi pembuat peraturan terhadap industri ataupun profesi yang
dimiliki anggotanya. Kewenangan regulator dapat diterapkan sebagai pelengkap dari aturan
pemerintah yang ada, ataupun dapat pula mengisi kekosongan dari aturan dan pengawasan
pemerintah yang ada. Kemampuan dari SRO ini untuk melaksanakan kewenangan
penerapan hukum tidak selalu merupakan bentuk pengalihan kewenangan dari pemerintah.
Di Indonesia, peran Organisasi Regulator Mandiri ini dilaksanakan oleh Bursa Efek
Indonesia (dahulu Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya), Kustodian Sentral Efek
Indonesia dan Kliring Penjaminan Efek Indonesia Organisasi Regulator Mandiri ini
memberikan pelaporan kepada Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) berupa data
dan informasi yang disajikan dalam bentuk sistem pelaporan elektronik atau sering disebut
"SRO's e-Reporting System".
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Bussiness Process Anggota Bursa Efek ?
2. Apa Self Regulation Organitation ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Bussiness Process Anggota Bursa Efek
2. Untuk mengetahui Self Regulation Organitation

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Bussiness Process Anggota Bursa Efek


Bursa efek menurut pasal 1 Undang-Undang Pasar Modal Nomor 8 Tahun 1995 adalah
“Bursa Efek adalah pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan system dan atau sarana
untuk mempertemukan penawaran jual dan beli efek pihak-pihak lain dengan tujuan
memperdagangkan efek diantara mereka.” (Aziz, Musdalifah, 2015: 10). Dalam Proses
perizinan pendirian bursa efek di Indonesia diatur dalam:
1. UU 8/1995 tentang Pasar Modal,
2. PP 45/1995 tentang Penyelenggaraan Kegiatan di Bidang Pasar Modal,
3. Keputusan Ketua Bapepam atau Bapepam-LK. Pasal 6 UU 8/1995 menyatakan bahwa
yang dapat menyelenggarakan kegiatan usaha sebagai bursa efek adalah perseroan yang
telah memperoleh izin usaha dari Bapepam. (Iswi, Serfianto, 2010: 31)

Bursa efek didirikan dengan tujuan menyelenggarakan perdagangan efek yang teratur,
wajar, dan efisien. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, bursa efek wajib menyediakan
sarana pendukung dan mengawasi kegiatan anggota bursa efek. Bursa efek wajib menetapkan
peraturan mengenai keanggotaan, pencatatan, perdagangan, kesepakatan efek, kliring dan
penyelesain transaksi bursa, serta hal-hal lain yang berkaitan dengan kegiatan bursa efek.
Bursa efek dilarang membuat ketentuan yang menghambat anggotanya menjadi anggota bursa
efek lain atau menghambat adanya persaingan yang sehat. Peraturan yang wajib dibuat oleh
bursa efek, termasuk perubahannya, mulai berlaku setelah mendapat persetujuan Bapepam.
Bursa efek wajib mempunyai satuan pemeriksa yang bertugas menjalankan pemeriksaan
berkala atau pemeriksaan sewaktu-waktu terhadap anggotanya serta terhadap kegiatan bursa
efek.
Pimpinan satuan pemeriksa wajib melaporkan secara langsung kepada direksi, dewan
komisaris bursa efek, dan Bapepam tentang masalah-masalah material yang ditemuinya serta
yang dapat memengaruhi suatu perusahaan efek anggota bursa efek atau bursa efek yang
bersangkutan. Bursa efek wajib menyediakan semua laporan satuan pemeriksa setiap saat
apabila diperlukan oleh Bapepam. Modal disetor bursa efek sekurang-kurangnya harus
berjumlah Rp7,5 miliar. Permohonan untuk memperoleh izin usaha bursa efek diajukan kepada

2
Bapepam disertai dengan dokumen dan keterangan. Kemudian Bapepam mempertimbangkan
permohonan izin usaha dengan memperhatikan hal-hal berikut.

a. Integritas dan keahlian calon anggota direksi dan komisaris.


b. Tingkat kelayakan dari rencana yang telah disusun.
c. Prospek terbentuknya suatu pasar yang teratur, wajar, dan efisien. (Yustisia, 2017: 98)

Pengertian dari anggota Bursa Efek adalah perantara pedagang Efek yang telah
memperoleh izin usaha dari Otoritas Jasa Keuangan dan mempunyai hak untuk
mempergunakan sistem dan/atau sarana Bursa Efek sesuai dengan peraturan Bursa Efek.
(https://www.ojk.go.id). Pihak yang dapat menjadi pemegang saham bursa efek adalah
perusahaan efek yang telah memperoleh izin usaha dari Bapepam sebagai perantara pedagang
efek. Pada waktu pendirian, bursa efek wajib memiliki sekurang-kurangnya 50 pemegang
saham. Bursa efek wajib menerima permohonan perusahaan efek untuk menjadi pemegang
saham bursa efek sepanjang pemegang saham yang menjadi anggota bursa efek belum
mencapai 200 anggota. Pihak dapat menjadi anggota bursa efek adalah pemegang saham bursa
efek yang memenuhi syarat sebagai anggota bursa efek.

Pemindahan hak atas saham bursa efek hanya dapat dilakukan kepada perusahaan bursa
efek yang telah mempunyai izin usaha sebagai perantara pedagang efek dan memenuhi syarat
menjadi anggota bursa efek tersebut. Pemindahan saham bursa efek hanya dapat dilakukan
setelah adanya pernyataan bursa efek bahwa perusahaan efek yang akan menerima peralihan
saham bursa efek tersebut memenuhi syarat menjadi anggota bursa efek. Jumlah anggota
direksi dan komisaris bursa efek masing-masing paling banyak tujuh orang. Penentuan jumlah
anggota direksi dan komisaris didasarkan pada kebutuhan penyelenggaraan kegiatan bursa
efek. Anggota direksi dilarang mempunyai jabatan rangkap sebagai anggota direksi, komisaris,
atau pegawai pada perusahaan lain. Anggota direksi dan komisaris diangkat untuk masa
jabatan selama tiga tahun dan bisa diangkat kembali. (Iswi, Serfianto, 2010: 33-34).

Anggota bursa efek bisa melakukan penawaran jual dan beli efek secara teratur, wajar,
dan efisien. Atas dasar itu, pendapatan bursa efek yang pada dasarnya diperoleh dari pungutan
berupa iuran anggota, biaya transaksi, dan biaya pencatatan efek, terutama dipergunakan untuk
mencapai pelaksanaan fungsi tersebut. Perusahaan efek yang menjadi pemegang saham bursa
efek dilarang mempunyai hubungan dengan perusahaan efek lain yang juga menjadi pemegang

3
saham bursa efek yang sama melalui (a) kepemilikan, baik langsung maupun tidak langsung,
sekurang-kurangnya 20% dari saham yang mempunyai hak suara; (b) perangkapan jabatan
sebagai anggota direksi/komisaris; (c) pengendalian di bidang pengelolaan dan atau
kebijaksanaan perusahaan, baik langsung maupun tidak langsung.

Pemegang saham bursa efek wajib menyerahkan surat saham bursa efek yang
dimilikinya kepada LKP sebagai jaminan atas transaksi efek yang dilakukannya. Saham bursa
efek yang dimiliki oleh perusahaan efek merupakan jaminan atas transaksi efek yang dilakukan
oleh perusahaan efek tersebut. Dengan penyerahan surat saham bursa efek tersebut, LKP diberi
kuasa berdasarkan PP 45/1995 untuk menjual saham bursa efek tersebut bagi pemenuhan
kewajiban yang timbul sehubungan dengan transaksi efek yang dilakukannya.

Anggaran dasar atau peraturan bursa efek atau perubahannya wajib diajukan kepada
Bapepam untuk memperoleh persetujuan, sebelum diajukan kepada Menteri Kehakiman. Jika
anggaran dasar, peraturan bursa efek, atau perubahannya ditolak, Bapepam memberikan alasan
atas penolakan tersebut. Biasanya, penolakan tersebut disebabkan bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal atau dapat menghambat terciptanya
pasar modal yang teratur, wajar, dan efisien. Bursa efek dilarang membuat peraturan yang
melarang pencatatan efek kepada bursa efek lain. Ketentuan teknis penyelenggaraan kegiatan
bursa efek berdasarkan PP 45/1995 ditetapkan lebih lanjut berdasarkan peraturan Bapepam.

Bursa efek, LKP, serta LPP adalah tiga lembaga utama Pasar Modal Indonesia yang
disebut juga Self Regulatory Organization (SRO), SRO adalah lembaga yang diberi
kewenangan untuk membuat peraturan yang mengatur para anggotanya. Bursa efek beroperasi
di "kantor depan" atau front office yang berhubungan langsung dengan transaksi jual beli Efek,
sedangkan LKP dan LPP beroperasi di "kantor belakang" atau back office dan bertugas
mendukung kegiatan transaksi di bursa efek. Di samping itu, karena bursa di dunia saling
memengaruhi, kita juga perlu mengenal keadaan bursa global dan regional. (Iswi, Serfianto,
2010: 34-35)

4
B. Self Regulation Organitation
Self Regulation Organitation (SRO) adalah organisasi privat yang bergerak dibidang
industri, pembuat kebijakan atau fungsi-fungsi kepentingan publik di bawah
pengawasan/supervisi dari regulator bursa. SRO biasanya merupakan kombinasi unik dari
kepentingan privat dengan peran regulator pemerintah, yang diwujudkan melalui regulasi yang
efektif dan efisien bagi industri pasar modal yang kompleks dan dinamis. SRO dalam bentuk
yang paling lengkap menjalankan fungsi utama, antara lain:
a. Pembuatan peraturan (rule making) yakni membuat dan menetapkan peraturan yang
mengatur tata tertib anggota dan pihak lain yang terlibat;
b. Pengawasan (supervision) yakni mengawasi anggota, dan pasar serta memonitor kepatuhan
terhadap peraturan;
c. Penegakan hukum (enforcement) yakni menegakkan kepatuhan terhadap peraturan dengan
cara menyelidiki pelanggaran serta menjatuhkan sanksi kepada yang melanggar.

International of Security Commisions Oganization (IOSCO) menyatakan bahwa SRO


diterapkan untuk meningkatkan kapasitas dalam pengaturan dan mendorong kepatuhan
anggota bursa atas regulasi yang ada. Selain itu, SRO juga dapat diarahkan sebagai wujud
pengawasan pasar modal oleh regulator. Penerapan SRO dapat mendorong terciptanya pasar
modal yang lebih efisien, dan pada akhirnya akan meningkatkan perekonomian. (Bilawal
Alhariri, 2019: 41).

Self Regulator Organization dapat disebut jga sebagai lembaga yang memfasilitasi
pihak-pihak yang berkaitan di pasar modal, ada tiga lembaga SRO yaitu:

1. Bursa Efek Indonesia (BEI)


Bursa Efek Indonesia (BEI), yaitu pihak yang menyediakan dan menyelenggarakan
sarana dan sistem perdagangan efek. BEI juga merupakan sistem dan/atau sarana untuk
mempertemukan order jual dan order beli anggota bursa atas efek yang tercatat di bursa, di
mana pelaksanaan order-order tersebut dilakukan oleh anggota bursa dengan tujuan
memperdagangkan efek tersebut baik untuk kepentingan nasabahnya maupun untuk
kepentingan dirinya sendiri. (Pandriadi, 2020: 32)
Bursa Efek Indonesia (BEI) didirikan dengan tujuan menyelenggarakan
perdagangan efek yang teratur, wajar dan efisien. Bursa Efek Indonesia bertugas untuk

5
menyelenggarakan perdagangan efek yang teratur wajar dan efisien, menyediakan sarana
pendukung serta mengawasi kegiatan anggota Bursa Efek, menyusun rancangan anggaran
tahunan dan pengunaan laba Bursa Efek dan melaporkannya ke OJK. Fungsi bursa lainnya
adalah menjaga kelangsungan pasar (market liquidity) dan menciptakan harga efek yang
wajar. Pencatatan dan perdagangan dimaksud adalah semua efek di pasar modal mulai dari
saham biasa, saham preferen, bukti right, waran, obligasi perusahaan, obligasi konversi,
obligasi negara, kontrak berjangka, obligasi korporasi, Kontrak Investasi Kolektif (KIK),
Efek Beragun Aset (EBA), dan lainnya. Sistem perdagangan di BEI menggunakan
komputer yang membantu dalam mempertemukan pesanan jual dan pesanan beli oleh para
investor melalui anggota bursa. (Ali, 2020: 36-37)
2. Kliring Penjamin Emisi Indonesia (KPEI)
Kliring Penjamin Emisi Indonesia (KPEI) adalah pihak yang menyelenggarakan
jasa kliring dan penjaminan penyelesaian transaksi bursa (UUPM Pasal 1). Kliring atas
transaksi saham di bursa adalah proses penentuan hak dan kewajiban yang timbul dari
kegiatan perdagangan efek di BEI. KPEI didirikan dengan tugas untuk menyediakan jasa
kliring dan penyelesaian transaksi bursa yang teratur, wajar dan efisien serta menjamin
penyerahan secara fisik baik saham maupun uang. Saham KPEI mayoritas dimilik oleh
BEI dan sisanya hanya dapat dimiliki oleh Perusahaan Efek, Biro Administrasi Efek dan
Bank Kustodian. Perusahaan ini memiliki fungsi utama sebagai penjamin bahwa transaksi
di Bursa Efek tidak akan gagal bayar maupun gagal serah. Proses kliring yang dilakukan
oleh PT. KPEI bertujuan untuk memastikan hak dan kewajiban dari Anggota Kliring (AK)
sebagai akibat dari transaksi bursa. Selain itu PT. KPEI juga memberikan jasa pinjam
meminjam efek dan dapat menawarkan jasa lain di lingkungan pasar modal.
KPEI hadir dalam salah satu peristiwa bersejarah di pasar modal Indonesia pada
tanggal 5 Agustus 1996, dimana sebuah Lembaga Kliring dan Penjaminan (LKP) didirikan
dengan nama PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI) berdasarkan akta notaris No.8
tertanggal 5 Agustus 1996 dan diresmikan sebagai badan hukum sejak 24 September 1996
melalui pengesahan Menteri Kehakiman Republik Indonesia. Saat ini, 100% modal disetor
KPEI dimiliki oleh PT Bursa Efek Indonesia (BEI), dengan modal dasar sebesar Rp. 500
miliar dan modal disetor yang telah ditempatkan sebesar Rp.165 miliar. KPEI sebagai salah
satu Self Regulatory Organization (SRO) dibawah pengawasan OJK, diberi kewenangan

6
untuk membuat dan menerapkan peraturan terkait fungsinya sebagai LKP di pasar modal
Indonesia.
Hal ini sesuai dengan amanat UU Pasar Modal No. 8 tahun 1995, yang
menyebutkan bahwa tugas LKP adalah untuk menyediakan jasa kliring dan penjaminan
penyelesaian transaksi bursa yang teratur, wajar dan efisien serta jasa lain berdasarkan
ketentuan yang ditetapkan oleh OJK. Keberadaan KPEI dalam industri pasar modal
Indonesia berfungsi sebagai LKP yang menjalankan kegiatan kliring dan fungsi
penjaminan penyelesaian transaksi bursa. Kegiatan kliring dimaksud melalui proses
penentuan hak dan kewajiban atas transaksi bursa, dari setiap Anggota Kliring (AK) yang
wajib diselesaikan pada tanggal penyelesaian. Adapun fungsi penjaminan penyelesaian
transaksi bursa dilakukan dengan cara memberikan kepastian secara hukum untuk
dipenuhinya hak dan kewajiban bagi AK yang timbul dari transaksi bursa.
KPEI terus menerus melakukan peningkatan kualitas layanan jasa dan produk
secara berkelanjutan, serta berupaya untuk melakukan inovasi atas setiap jenis layanan dan
produk untuk memenuhi ekspektasi pelaku pasar. Sebagai pengembangan institusional,
KPEI juga selalu berupaya dalam melakukan perbaikan infrastruktur, riset dan
pengembangan, serta penerapan praktik terbaik standar internasional sebagai Central
Counterparty (CCP). (Catharina, 2022: 17-19)
3. Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI)
Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) adalah pihak yang menyelenggarakan
kegiatan kustodian yang tersentralisir bagi bank kustodian, perusahaan efek dan pihak lain
(UUPM Pasal 1). Penyelesaian transaksi perdagangan saham di bursa adalah dengan
memberi kepastian dipenuhinya hak dan kewajiban bagi anggota Bursa Efek yang timbul
dari transaksi bursa. KSEI didirikan dengan tugas untuk menyediakan jasa kustodian
sentral dan penyelesaian transaksi yang teratur, wajar dan efisien, mengamankan
pemindahtanganan efek serta penyelesaiannya (settlement) (UUPM Pasal 14). Pemegang
saham KSEI adalah Bursa Efek, Perusahaan Efek, Biro administrasi Efek dan Bank
Kustodian.
PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) merupakan Lembaga Penyimpanan
dan Penyelesaian (LPP) di Pasar Modal Indonesia yang menyediakan layanan jasa
Kustodian sentral dan penyelesaian transaksi Efek yang teratur, wajar, dan efisien, sesuai

7
amanat Undang- Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Didirikan di Jakarta
pada 23 Desember 1997 dan memperoleh izin usaha pada 11 November 1998, KSEI
merupakan salah satu Self-Regulatory Organization (SRO) bersama PT Bursa Efek
Indonesia (BEI) dan PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI).
KSEI mulai menjalankan kegiatan operasional penyelesaian transaksi Efek dengan
warkat pada tanggal 9 Januari 1998, mengambil alih fungsi sejenis dari PT Kliring
Depositori Efek Indonesia (KDEI) sebagai Lembaga Kliring Penyimpanan dan
Penyelesaian (LKPP). Tahun 2000, KSEI bersama SRO lainnya menerapkan transaksi
perdagangan dan penyelesaian Efek tanpa warkat (scripless trading) di Pasar Modal
Indonesia. Penerapan tersebut didukung oleh sistem utama KSEI, yaitu The Central
Depository and Book Entry Settlement System (C-BEST).
Melihat perkembangan transaksi di pasar modal yang sangat cepat, serta
perkembangan sistem dan teknologi yang sudah semakin maju, KSEI berinisiatif
melakukan pengembangan berkelanjutan atas sistem C-BEST melalui generasi baru C-
BEST Next Generation (Next-G) pada 8 Agustus 2018. Peluncuran C-BEST Next-G
merupakan upaya KSEI dalam mendukung perkembangan Pasar Modal Indonesia terutama
dari sisi peningkatan jumlah investor dan peningkatan jumlah penyelesaian transaksi.
Upaya meningkatkan kepercayaan investor untuk berinvestasi diwujudkan KSEI melalui
kewajiban kepemilikan Single Investor Identification (SID) pada tahun 2012. SID sebagai
nomor identitas tunggal bagi investor yang memberikan kemudahan pada proses
identifikasi investor sekaligus landasan berbagai pengembangan pasar modal lainnya,
termasuk fasilitas AKSes (Acuan Kepemilikan Sekuritas).
Pada tahun 2016, KSEI telah mengimplementasikan sistem pengelolaan investasi
terpadu (S-INVEST), sehingga Pasar Modal Indonesia memiliki platform yang terintegrasi
untuk industri pengelolaan investasi. Terobosan tersebut berhasil mengantarkan KSEI
meraih penghargaan sebagai The Best Central Securities Depository in Southeast Asia in
2016 versi Alpha Southeast Asia Magazine dan menjadikan Indonesia sebagai negara
pertama di kawasan Asia Tenggara yang memiliki sistem pengelolaan investasi terpadu.
Optimisme dan dedikasi menjadi penyulut semangat KSEI untuk memajukan Pasar Modal
Indonesia. Dengan dukungan dari pemegang saham yang terdiri dari SRO (BEI dan KPEI),
Perusahaan Efek, Bank Kustodian, dan Biro Administrasi Efek, KSEI terus melaju

8
mewujudkan kinerja terbaik melalui berbagai inisiatif. Beragam inisiatif yang diterapkan
serta riset yang diaplikasikan, terus dikembangkan secara berkelanjutan agar sesuai dengan
tren industri terkini serta kebutuhan pasar. (Arifandhani, 2020: 19-22)

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Bursa efek menurut pasal 1 Undang-Undang Pasar Modal Nomor 8 Tahun 1995 adalah
“Bursa Efek adalah pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan system dan atau sarana
untuk mempertemukan penawaran jual dan beli efek pihak-pihak lain dengan tujuan
memperdagangkan efek diantara mereka.” Anggota Bursa Efek adalah perantara pedagang
Efek yang telah memperoleh izin usaha dari Otoritas Jasa Keuangan dan mempunyai hak untuk
mempergunakan sistem dan/atau sarana Bursa Efek sesuai dengan peraturan Bursa Efek.
Self Regulation Organitation (SRO) adalah organisasi privat yang bergerak dibidang
industri, pembuat kebijakan atau fungsi-fungsi kepentingan publik di bawah
pengawasan/supervisi dari regulator bursa. SRO biasanya merupakan kombinasi unik dari
kepentingan privat dengan peran regulator pemerintah, yang diwujudkan melalui regulasi yang
efektif dan efisien bagi industri pasar modal yang kompleks dan dinamis.

Self Regulator Organization dapat disebut jga sebagai lembaga yang memfasilitasi
pihak-pihak yang berkaitan di pasar modal, ada tiga lembaga SRO yaitu:

a. Bursa Efek Indonesia (BEI)


b. Kliring Penjamin Emisi Indonesia (KPEI)
c. Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI)
B. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna karena keterbatasan dan
sumber yang didapat, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca agar
kedepannya makalah ini jauh lebih sempurna.

10
DAFTAR PUSTAKA
Ali Geno Berutu.Pasar Modal Syariah Indonesia Konsep dan Produk. LP2M, Jawa Timur,
2020
Arifardhani.Hukum Pasar Modal Di Indonesia Dalam Perkembangan Edisi Pertama.
Kencana, Jakarta, 2020
Bilawal Alhariri. Karakter Bursa Efek Sebagai Self Regulation Organization, Jurnal Hukum,
Vol. 3, No. 1, 2019
Catharina. Strategi Investasi dan Tranding Saham Di Pasar Modal Indonesia. Garudhawaca,
Yogyakarta, 2022.
Pandriadi, dkk. Pengantar Pasar Modal Indonesia, Garudhawaca, Kencana, Jakarta, 2022

11

Anda mungkin juga menyukai