Anda di halaman 1dari 4

MARI JAGA LINGKUNGAN

(Adegan 1)
            Di gerbang sekolah pada jam pulang sekolah, kira-kira pukul 15.00,
Rika dan Nina sedang berjalan sambal membawa kertas bekas dan plastik
makanan kemudian membuangnya sembarangan begitu saja. Alisa yang melihat
apa yang dilakukan Rika dan Nina yang berada di dekat situ langsung
membentak mereka.
Alisa           :  (Berjalan mendekati mereka) “Hei!! Sudah kubilang kalau buang sampah
jangan sembarangan!!” (menunjuk sampah yang mereka buang)
Rika            :  (Sedikit terkejut) “Iiikh… apa urusannya sama kamu, sih? Toh, nanti
petugas kebersihan juga yang akan bersihin ini,”
Alisa           :  (Menunjuk pada Rika dan Nina) “Dengar, ya! Bumi ini bukan tempat
sampah, tahu! Dan lagi kalian nggak boleh mengandalkan petugas kebersihan
saja! Cepatan ambil sampah kalian dan buang di tempatnya! Nggak lihat disitu
ada tempat sampah?” (menunjuk tempat sampah di dekat mereka)
Nina           :  “Kamu ini cerewet banget, sih!”
Alisa           :  (Melotot) “Nggak dengar apa yang aku bilang, ya?!”
Nina           :  “Hiih… oke, oke, kubuang sekarang, nih!” (memungut sampah tersebut)
Alisa           :  (Mendengus kesal) “Huh!!” (berjalan menjauh)
Rika            :  (Membuang sampah di tempatnya) “Hmp, lagi-lagi si Alisa marah-marah,”
Nina           :  “Yah, nggak tahu, deh! Buruan, Rik, sebelum kena marah si Putri Galak itu
lagi,”
                   (Meninggalkan gerbang sekolah bersama-sama)

Alisa           :  “Huh!! Dasar anak zaman sekarang ya ada-ada saja tingkah laku nya!”
          
(Adegan 2)

  Esoknya pada jam istirahat pertama, Rika, Nina dan Tomi sedang berkumpul
di dalam kelas. Nina berdiri di sebelah Rika, sedangkan Tomi dan Rika duduk
di kursi yang agak berjauhan.
Rika            :  “Aku sebal banget sama Alisa! Tiap hari marah-marah terus,” (melipat
tangan)
Nina           :  “Yah, bukan cuma kamu. Aku juga, lho!” (berkacak pinggang)
Rika            :  “Enaknya diapain, yaa? Hei, Tomi! Kamu punya ide?”
Tomi           :  (Mengangkat bahu) “Entahlah,”  
Reon           :  (Masuk ke kelas) “Tumben kumpul-kumpul, ada acara apa, nih?”
Nina           :  “Reon, kebetulan banget, nih!”
Reon           :  “Ng? Ada apa, sih?”
Rika            :  (Saling pandang dengan Nina) “Begini, nih, Alisa itu sering banget marah-
marah, cerewet banget, pokoknya bikin kesal, deh!”
Reon           :  “Jadi?”
Nina           :  “Yah, kamu kan Ketua Kelas, coba kamu nasehatin dia,”
Reon           :  “Oke, kita bahas sama Alisa nanti saja sepulang sekolah. Oke?”
Rika            :  “Oke!” (beranjak dari kursi)
Nina           :  “Sip!” (mengacungkan jempol)
Tomi           :  “Yah, terserah,” (beranjak dari kursi)
Reon           :  “Kamu juga ikut, Tomi!” (berkata tegas)
Tomi           :  “O, oke…” (langsung gugup)
          
(Adegan 4)
Siang hari kira-kira pukul 13.00, para siswa dan beberapa orang guru sudah
pulang. Di kelas, Rika, Nina, Tomi, Reon dan Alisa berkumpul. Alisa, Rika, dan
Tomi duduk di kursi, Nina berdiri di sebelah Rika, dan Reon berdiri bersandar
pada dinding.
Alisa           :  “Jadi, ada masalah apa?”
Rika            :  “Pura-pura nggak tahu lagi. Kami lagi kesal sama kamu, tahu!”
Alisa           :  (Menaikkan sebelah alis) “Hah? Maksudmu?”
Nina           :  “Kamu sering marahi kami cuma karena hal sepele, kan?”
Alisa           :  “Ooh.. maksudmu soal kemarin?”
Rika            :  “Tuh, kamu sudah tahu. Kami nggak terima banget kamu marahi hanya
gara-gara sampah,”
Alisa           :  (Menghela napas) “Hmmh…”
Reon           :  “Jadi, tadi aku dimintai tolong sama mereka. Bisa jelaskan, Alisa?”
     Suasana hening untuk beberapa saat.
Alisa           :  (Memandangi Rika dan Nina) “Yang kulihat kemarin, kalian buang sampah
sembarangan. Seandainya Bumi ini penuh dengan sampah, kamu mau tinggal
dimana?
     Semua diam seribu bahasa, suasana hening kembali.
Rika            :  “Ta, tapi kan, ada petugas kebersihan juga!” (berusaha membela diri)
Alisa           :  “Apa karena ada petugas kebersihan kalian bisa buang sampah seenaknya?”
Rika            :  “A.. aku…” (gugup, tidak berani menjawab pertanyaan Alisa)
Nina           :  “Meski begitu, kau nggak perlu marahi kami, kan?”
Alisa           :  “Oke, aku tahu caraku salah, jadi aku minta maaf. Aku langsung emosi
melihat kalian buang sampah sembarangan gara-gara masalah yang sering
timbul di negeri kita saat ini. Kalian tahu?”
Nina           :  “Masalah? Masalah.. apa?”
Alisa           :  (Memandangi Rika dan Nina) “Kalian tak tahu? Padahal, sudah tak
terhitung manusia yang membuang sampah di sembarang tempat. Manusia
mengotori lingkungan, merusak lingkungan, juga mencemari lingkungan.
Manusia juga membuang sampah di sungai, membuang limbah rumah tangga di
sungai yang akhirnya menyumbat aliran sungai dan membunuh makhluk hidup
sungai. Kawasan industry mencemari udara, air, tanah, juga suara. Asap pabrik
yang membumbung ke atas membuat atmosfer memanas, sehingga suhu bumi
terus meningkat setiap tahunnya.”
Rika            :  (Bingung) “Terus, apa hubungannya sama kita?”
Alisa           :  “Kalau begitu kutanya, kau bernapas?” (menunjuk pada Rika)
Rika            :  “Ya jelaslah!”
Alisa           :  “Apa yang kau hirup untuk bernapas?”
Rika            :  “Udara, dong! Begitu saja nggak tahu. Huh! Payah banget!” (nada
sombong)
Alisa           :  “Darimana kamu mendapat udara untuk bernapas?”
Rika            :  (Berpikir sejenak) “Dari… alam?” (menjawab dengan ragu)
Alisa           :  “Lebih tepatnya tumbuhan. Oksigen dihasilkan oleh tumbuh-tumbuhan.
Bayangkan jika tumbuhan seperti pohon ditebang, apa yang akan kau hirup?
     (Rika kebingungan, ia dan Nina tertunduk lesu)
Reon           :  “Benar juga, ya. Kalau pohon-pohon ditebang dan tidak diganti dengan
tanaman baru, hal itu akan mengurangi jumlah oksigen di Bumi. Dan, kalau
oksigen makin menipis, itu akan sangat berbahaya bagi kehidupan,”
Alisa           :  “Benar. Sampai sekarang pun, manusia tak sadar bahwa merekalah yang
merusak alam dan dunia yang mereka tinggali. Mereka tak menyadari betapa
berdosanya mereka jika merusak alam, padahal mereka bisa hidup karena alam
dan lingkungan pemberian Tuhan. Bisa kalian bayangkan, jika alam marah,
Tuhan marah? Tuhanlah yang akan mengadili manusai-manusia berdosa itu.”
Suasana di kelas itu menjadi tegang dan sangat hening. Tidak ada yang berani berbicara.
Alisa           :  (Beranjak dari kursinya dan berpindah tempat) “Gunung-gunung meletus
mengeluarkan awan panas yang merusak, menghancurkan, bahkan membunuh
apa saja yang dilewatinya. Gunung meletus, gempa mengguncang bumi,
tsunami tinggi menerjang, tanah longsor terjadi di perbukitan gundul,
menimbun mereka yang berdosa dan yang tak berdosa. Kau bisa bayangkan
hanya karena seorang berbuat salah, mereka yang tak berdosa pun turut celaka?
Apa kau tak merasa sedih akan berita itu? Itulah yang terjadi jika mereka yang
tak bertanggung jawab terus merusak alam!”
     Suasana masih terasa hening. Reon, Rika, dan Tomi masih menunduk.
Nina           :  “Seburuk itu… kah?”
Alisa           :  “Hal itu bisa jadi lebih buruk lagi,”
Nina           :  (Terkejut) “Hah, A, apa?!”
Alisa           :  “Karena itulah, kita harus menjaga dan melestarikan alam, kita tak boleh
merusak alam! Harusnya kita berterima kasih pada alam, karena alam itulah kita
bisa bertahan hidup.”
     Suasana masih hening.
Rika            :  “A… aku janji! Aku nggak akan buang sampah sembarangan lagi!”
Nina           :  “A.. aku juga! Aku nggak mau tempat tinggalku dipenuhi sampah!”
Tomi           :  (Tersenyum) “Aku juga!”
Reon           :  “Aku juga, dong!”
Alisa           :  “Kalian…” (senyumnya mengembang)
Reon           :  “Nah, akhirnya aku nggak perlu turun tangan, kan?”
Rika            :  “He.. he.. iya, ya,” (tersenyum nyengir sambil memegang kepala)  
Reon           :  “Oke, kita pulang sekarang, yuk!” (beranjak dari tempatnya)
Tomi           :  “Ya, ya,” (ikut beranjak dari kursinya)
Alisa           :  “Tunggu! Ada yang ketinggalan!”
Rika            :  “Apa?” (berdiri)
Alisa           :  “Untuk teman-teman, aku berpesan, jangan buang sampah sembarangan, ya.
Jagalah lingkungan agar tetap bersih, sehat, dan lestari, agar kita yang tinggal di
sana akan merasa nyaman. Oke, deh, itu saja yang ketinggalan. Pulang, yuk!
Semuanya   :  “Daaah, teman-teman…!”

Anda mungkin juga menyukai