Abstrak
Artikel ini membahas program pemerintah dalam pembangunan desa tematik
yang telah memunculkan berbagai dampak kepada masyarakat Indonesia khususnya
bagi mereka yang berada di kawasan desa tematik tersebut. Pemerintah Kota
Semarang melestarikan dan memajukan seni tradisional dengan mengelompokkannya
dalam bentuk kampung seni budaya tematik. Salah satu yang menjadi kampung seni
tematik diantaranya dikenal dengan kampung seni dan budaya tematik Jurang
Belimbing. Ada beberapa kesenian yang dipertunjukkan dan dilestarikan oleh
masyarakat Jurang Belimbing. Pemkot (Pemerintah Kota) Semarang melalui
perancangan Kampung Tematik Seni dan Budaya berusaha untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat di berbagai daerah, khususnya di Kampung Jurang
Belimbing Semarang.
Pembangunan kampung tematik ini didasarkan pada salah satu tujuan
Sustainable Development Goals (SDG) pada nomor 8 yaitu “Decent Work and
Economic Growth” atau Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi. Secara garis
besar pelestarian kesenian atau kebudayaan pada desa tematik yang dibangun oleh
pemerintah diharapkan dapat membangun perekonomian masyarakat di Kampung
Jurang Belimbing. Upaya pemerintah Kota tersebut sebagai perwujudan dalam
memenuhi kewajiban untuk memajukan kesejahteraan tiap masyarakat di Indonesia.
Abstract
This article tell us about government's program in developing thematic
villages has had various impacts on the people of Indonesia, especially for those who
live in the thematic village areas. The Semarang City Government preserves and
promotes traditional arts by grouping them in the form of thematic cultural arts
villages. One of the thematic art villages is known as the Jurang Belimbing thematic
arts and culture village. There are several traditional arts performed and preserved
by the Tembalang Belimbing Gorge community. The Semarang City Government
through the design of the Arts and Culture Thematic Village is trying to improve the
welfare of its people, especially in Jurang Belimbing Village, Semarang.
The development of this thematic village is based on one of the goals of the
Sustainable Development Goals (SDG) in number 8, namely "Decent Work and
Economic Growth". Broadly speaking, the preservation of art or culture in the
thematic villages built by the government is expected to build the economy of the
people in Kampung Jurang Belimbing. The City government's efforts as a
manifestation of fulfilling the obligation to advance the welfare of every community
in Indonesia.
1. PENDAHULUAN
Dalam beberapa tahun terakhir, kampung tematik atau kawasan tematik telah
berkembang di berbagai kota. Kampung tematik biasanya dikategorikan sebagai
kawasan yang dibuat atau dirancang untuk melestarikan dan memperkenalkan
kebudayaan atau kesenian di suatu kawasan tertentu. Biasanya tema dalam
kebudayaan tersebut dibuat baik dengan menyesuaikan dengan kondisi dan keadaan
yang ada di masyarakat, atau memunculkan tema yang baru meskipun pada awalnya
tidak pernah ada di daerah tersebut. Semarang, ibu kota Jawa Tengah, telah berupaya
untuk membangun kampung tematik untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat
dengan mengembangkan seni tradisional di berbagai wilayah.
2. STUDI LITERATUR
A. Kampung Tematik
B. Kesejahteraan Ekonomi
3. METODE PENELITIAN
Metode yang penulis lakukan untuk meneliti studi kasus ini yaitu metode
kualitatif dengan pengambilan data secara wawancara serta observasi partisipan.
Dalam arti lain, pengambilan data ini penulis lakukan secara langsung di lapangan
yang berlokasi di Kampung Jurang Belimbing Kecamatan Tembalang. Penulis telah
mewawancara salah satu orang yang memimpin padepokan kuda lumping “Turangga
Tunggak Semi” di Jurang Belimbing yaitu Bapak Hadi Suwono (42).Setelah
melakukan wawancara, penulis pun ikut dengan berbagai macam kegiatan di
padepokan kuda lumping tersebut dengan ijin dari Bapak Hadi sambil mengobservasi
perkembangan ekonomi masyarakat disana.
4. HASIL PENELITIAN
A. Bentuk Program Kampung Tematik Jurang Belimbing
Sampai saat ini di Jurang kampung sudah ada beberapa kesenian tradisional
antara lain kethoprak, kuda lumping, dan kaligrafi. Namun, beberapa kesenian belum
berkembang dengan baik dalam beberapa tahun terakhir, baik karena padatnya
aktivitas masyarakat maupun karena kurangnya mendapatkan perhatian khusus.
Menindaklanjuti usulan dari pemerintah kota untuk kampung tematik, masyarakat
dan pemerintah setempat juga dibantu oleh mahasiswa yang sedang melaksanakan
kegiatan lapangan di Jurang Belimbing Tembalang yang menghidupkan kembali
kesenian di kampung Jurang Belimbing dalam mendeklarasikan kampung Jurang
Belimbing sebagai wilayah perkampungan bertema Desa Seni dan Budaya. Dengan
berkembangnya kesenian itu, maka diusahakan agar tetap hidup dan dapat dibina
serta dipertahankan dengan seksama, agar kesenian yang ada memiliki generasi
penerus yang panjang.
Hal tersebut menunjukan bahwa masyarakat Jurang Belimbing turut aktif serta
mendukung program pembangunan pemerintah dengan cara mereka berpartisipasi
aktif di dalamnya. Berdasarkan cara-cara tersebut dapat disimpulkan kalau kampung
tematik tercipta harus melihat potensi yang ada di dalam masyarakat, dengan adanya
kampung tematik bisa menciptakan lapangan pekerjaan sehinggan bisa meningkatkan
perekonomian masyarakat. Menciptakan Kampung tematik juga harus ada kerja sama
dengan pihak luar untuk bisa dilakukan secara maksimal mengembangkan potensi
yang ada.
Hal itu diungkapkan oleh Bapak Hadi Suwono dalam wawancara dengan
penulis mengenai pendapatan dia sebagai salah satu pimpinan padepokan Kuda
Lumping Turangga Tunggak Semi. Beliau mengatakan bahwa setidaknya pendapatan
para penampil dan juga orang-orang yang memimpin padepokan kuda lumping
tersebut tiap bulannya mendapatkan uang tambahan dari berbagai acara atau
kunjungan dari masyarakat luar. Uang tambahan tersebut bisa dibilang cukup besar
bagi mereka semua, karena dalam sebulan setidaknya mereka mendapatkan 1-4 kali
undangan pertunjukan seni kuda lumping.
5. Kesimpulan
Hal ini dibuktikan dengan banyaknya warga lokal disana yang pada akhirnya
mendapatkan pekerjaan yang layak sebagai komponen pelestari kesenian tradisional,
meskipun sebelumnya mereka hanyalah seorang ibu rumah tangga ataupun pekerja
kasar bahkan pengangguran. Anak-anak muda disanapun juga menjadi penampil
kesenian tradisional yang bisa dibilang kegiatan tersebut dapat menambah uang jajan
mereka. Adanya pertumbuhan ekonomi sebab berdirinya program kampung tematik
ini juga dibuktikan dengan lebih banyaknya orang-orang yang menggunakan jasa
warga lokal disana untuk melakukan pertunjukan kesenian.
DAFTAR PUSTAKA
Anindya, dan Mardwi. 2018. “Kajian Pelaksanaan Konsep Kampung Tematik di Kampung
Hidroponik Kelurahan Tanjung Mas Kota Semarang”. Jurnal Wilayah dan Lingkungan.
6(1):40-57.
Irhandyaningsih, Ana. 2018. “Kampung Tematik Sebagai Upaya Melestarikan Seni Dan
Budaya Daerah di Jurang Blimbing Tembalang Semarang”. Jurnal Anuva. 2 (4): 377-
385.
Nisa, Atika. 2019. “Partisipasi Masyarakat dalam Kegiatan Pemberdayaan melalui Program
Kampung Tematik (Studi Kasus di Kampung Batik Kelurahan Rejomulyo Kecamatan
Semarang Timur Kota Semarang)”. Jurnal Solidarity. 8(1):515-531.
Triyono, Muhyidin & Ana. 2018. “Pemberdayaan Masyarakat Kampung Jurang Belimbing
Sebagai Kampung Seni dan Budaya di Kota Semarang melalui Pelestarian Seni
Tradisional untuk Menunjang Kesejahteraan Rakyat Berdasarkan Undang Undang
Nomor 5 Tahun 2017 Tentang Pemajuan Kebudayaan”. Jurnal Diponegoro Private Law
Review. 2(1):241-247.
Triyono. 2020. “Seni Kuda Lumping “Turangga Tunggak Semi” di Kampung Seni Jurang
Belimbing Tembalang: Sebuah Alternatif Upaya Pemajuan Kebudayaan di Kota
Semarang”. Jurnal Anuva. 4 (2): 247-254.