Ketidakmampu
Ketidakpatuhan Wajib Korupsi an Mendeteksi
Pajak Penggelapan
1 3 5
2 4 6
Kedua tersangka dalam sangkaan primair melanggar Pasal 2 ayat (1) Pasal 18
UU No 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
sebagaimana diubah dan ditambah dengan UU No 20 tahun 2001 tentang
perubahan atas UU No 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi Pasal 55 ayat (1) Ke-1 KUHPidana, dengan ancaman pidana maksimal 20
tahun serta denda paling sedikit Rp200 juta
2. Pendidikan dan Kesadaran Pajak: Meningkatkan pendidikan dan kesadaran pajak di masyarakat
juga sangat penting. Dengan meningkatkan pemahaman masyarakat tentang pentingnya
membayar pajak dan konsekuensinya, mereka akan lebih cenderung patuh terhadap kewajiban
perpajakan mereka. Kampanye informasi dan edukasi yang efektif dapat membantu meningkatkan
kesadaran ini.
3. Sanksi yang Tegas: Penting untuk memberlakukan sanksi yang tegas terhadap pelanggaran
perpajakan. Hal ini meliputi penegakan hukum yang efektif dan penuntutan yang tegas terhadap
pelaku penggelapan pajak. Sanksi yang berat dan mendukung penindakan hukum yang cepat dan
adil akan memberikan efek jera dan menjadi peringatan bagi orang lain yang berencana melakukan
tindakan serupa.
4. Kolaborasi Antar instansi: Kerjasama antara lembaga pemerintah yang terkait dengan
perpajakan, seperti instansi pajak, kejaksaan, kepolisian, dan pengadilan, sangat penting. Kolaborasi
yang baik antara instansi-instansi ini akan memudahkan pertukaran informasi, pengumpulan bukti,
penyelidikan, dan penindakan terhadap kasus penggelapan pajak.
5. Pengawasan Internal yang Kuat: Sistem pengawasan internal yang kuat di dalam
lembaga pemerintah terkait perpajakan sangat penting. Pengawasan yang ketat terhadap
proses pemungutan dan penggunaan pajak dapat membantu mengidentifikasi potensi
penyalahgunaan dana pajak secara dini.