NIM : 170221100001
MATA KULIAH : PENGANTAR AKUNTANSI FORENSIK
BAB 14
AUDIT INVESTIGATIF DENGAN TEKNIK PERPAJAKAN
1. PENGANTAR
Investigatif Dengan teknik perpajakan menggunakan dua teknik yang secara luas
dipraktekan oleh IRS (Internal Revenue Services) di Amerika Serikat. Kedua teknik
investigasi ini digunakan untuk menentukan penghasilan kena pajak (PKP) yang belum
dilaporkan oleh wajib pajak dalam SPT-nya. Penerapan teknik-teknik ini terus berkembang,
sehingga menjadi umum digunakan dalam memerangi organized crime.
Kedua teknin investigasi ini adalah Net Worth Method dan Expenditure Method.
Keduanya menggunakan logika pembukuan atau akuntansi yang sederhana. IRS
menggunakannya sebagai bukti tidak langsung (circumstantial evidence). Teknik ini
menggeser beban pembuktian dari negara/fiskus kepada wajib pajak. Perlinsungan hak
wajib pajak diperlukan karena pergeseran beban pembuktian tersebut diatas.
Beberapa catatan
Ada beberapa catatan yang harus diperhatikan penyidik atau investigator dalam
menerapkan net worth method.
1. Rekaman – Makin banyak transaksi terekam, makin ampuh pula net worth method.
Misalnya, penggunaan rekening bank baik giro, tabungan, maupun deposito. Semuanya
terekam, semuanya meninggalkan jejak. Contoh lain, penggunaan kartu kredit, kartu
debit.
2. Penyimpanan uang tunai – Istilah sehari-hari adalah simpan bawah bantal atau cash
hoarding. Pelaku kejahatan cukup canggih untuk menggunakan jasa perbankan atau
pasar modal untuk menanamkan uang dalam jumlah besar. Akan tetapi, dalam berbagai
kasus pidana perpajakan, pencucian uang, dan korupsi yang besar-besar sekalipun, cash
hoarding masih sering dilakukan.
3. Tambahan “penghasilan” – Penjelasan yang diberikan oleh pelaku untuk unreport
taxable income atau illegal income bisa bermacam-macam, mulai dari warisan,
pinjaman, hadiah atau gratifikasi, dan lain-lain.
4. Pembalikan beban pembuktian – sebenarnya net worth method membalikkan kewajiban
membuktikan dari pemerintah kepada yang bersangkutan. Rumusnya logis, dan kalau
pelaku sudah melaporkan semua unsur dengan rumus net worth method maka tidak akan
ada lagi unreport taxable income atau illegal income. Atau kalaupun ada, jumlahnya
tidak boleh materiel atau signifikan.
5. Catatan pembukuan – yang sering kali menjadi tantangan bagi penyidik adalah tidak
adanya catatan pembukuan. Atau, itulah yang sering diklaim oleh pelaku kejahatan.
Oleh karena itu, kantor pajak di zaman penjajahan Belanda secara aktif melakukan
penelitian dari bermacam-macam kelompok etnis. Kesungguhan dan kejelian penyidik
sering berhasil “mengorek” catatan-catatan informal yang secara sengaja maupun tidak
sengaja dihimpum oleh pelaku kejahatan sebelum audit investigatif dilakaukan.
6. Penyidik kurang sabar – dalam menghadapi pelaku yang tangguh dalam tindak pidana
perpajakan, penyidik mungkin menyerah ketika pelaku bersedia membayar dengan cepat
“temuan si penyidik”. Penyidik perlu berhati-hati terutama ketika menerapkan net worth
method untuk pertama kalinya pada wajib pajak yang bersangkutan. Itu sebabnya,
informasi penting harus dikumpulkan, baik secara formal maupun informal.
7. Pembuktian tidak langsung – berunglang kali dijelaskan di atas bahwa net worth method
adalah metode pembuktian tidak langsung, dan membalikan beban pembuktian kepada
pelaku. Di Indonesia, undang-undang belum menentukan net worth method sebagai alat
pembuktian. Kalau akan menggunkannya, cara pembuktiannya harus dengan ketentuan-
ketentuan yang melindungi wajib pajak. Tuduhan atau dakwaan harus jelas dan
ditetapkan secara formal dalam surat tugas, khususnya dalam makna dan sifat net worth
method, asumsi yang dipakai, dan kesimpulan yang dapat ditarik oleh kedua pihak.
8. Kejahatan lain – sering kali dalam menerapkan net worth method untuk tujuan
perpajakan, penyidik dapat mengungkapkan kejahatan lain, jadi bukan tindak pidana
perpajakan.
3. EXPENDITURE METHOD
Sebagaimana halnya dengan Net Worth yang dijelaskan, penerapan Expenditure
Method juga dipelopori IRS. Expenditure Method yang merupakan derivasi atau turunan
dari net worth method digunakan IRS sejak tahun 1940an. Ketika RICO Act diundangkan
dalam tahun 1970, Expenditure Method dimanfaatkan sebagai petunjuk organized crime.
Expenditure Method juga merupakan cara pembuktian tidak langsung.
Seperti Net Worth Method, Expenditure Method juga dimaksudkan untuk
menentukan unreported taxable income. Expenditure Method lebih cocok untuk para wajib
pajak yang tidak mengumpulkan harta benda, tetapi mempunyai pengeluaran-pengeluaran
besar (mewah).
Expenditure Method lebih populer dari Net Worth Method, karena Expenditure
Method lebih mudah dibuat atau dihitung, dan juga lebih mudah dimengerti oleh orang
awam. Mahkamah Agung di Amerika Serikat tidak menetapkan Expenditure Method secara
khusus sebagai alat pembuktian, karena Expenditure Method dianggap derivasi atau
turunan dari Net Worth Method. Seorang akuntan harusnya mampu menghitung unreported
taxable income berdasarkan Net Worth Method akan mengkonversikannya ke Expenditure
Method.
Expenditure Method harusnya digunakan untuk kasus-kasus perpajakan apabila
kondisi-kondisi berikut sangat kuat atau dominan:
1. Wajib pajak tidak menyelenggarakan pembukuan atau catatan.
2. Pembukuan dan catatan wajib pajak tidak tersedia, misalnya karena terbakar.
3. Wajib pajak menyelenggarakan pembukuan tetapi tidak memadai.
4. Wajib pajak menyembunyikan pembukuan.
5. Wajib pajak tidak mempunyai assets yang terlihat atau dapat diidentifikasi.
Expenditure Method harusnya digunakan untuk kasus-kasus organized crime
apabila kondisi-kondisi berikut sangat kuat atau dominan:
1. Tersangka kelihatannya tidak membeli asset seperti rumah, tanah, saham, perhiasan,
mobil atau kapal mewah, dan seterusnya.
2. Tersangka mempunyai gaya hidup mewah dan agaknya diluar kemampuannya.
3. Tersangka diduga mengepalai jaringan kejahatan, atau semua saksi yang memberatkan
dia adalah para penjahat yang sudah dijatuhi hukuman.
4. Illegal income harus ditentukan untuk menghitung denda (misalnya dalam kejahatan
penebangan hutan ilegal), menghitung kerugian negara (dalam kasus korupsi), dan
pungutan negara lainnya.
Expenditure Method adalah derivasi dari Net Worth Method. Namun, perlakuan
terhadap asset dan liabilities-nya berbeda. Misalnya, dalam Net Worth Method penyidik
akan mencantumkan saldo akhir kas dan bank. Dalam Expenditure Method, hanya
perubahannya yang diambil (kenaikan atau penurunan kas dan bank). Hal yang sama juga
berlaku untuk persediaan barang, piutang, utang, dan pinjaman bank. Depresiasi,
amortisasi, deplesi, deffered gains, dan semacamnya juga diabaikan dalam Expenditure
Method ini sebenarnya merupakan hal yang elementer untuk seorang akuntan.
5. PENERAPAN DI INDONESIA
Dua metode investigasi dibahas di atas. Metode-metode tersebut diterapkan oleh
kantor pajak (IRS) di Amerika Serikat untuk memberi petunjuk adanya penghasilan yang
belum dilaporkan. Wajib pajak kemudian membuktikan adanya kekeliruan perhitungan
oleh IRS atau mengakui kesalahannya dan membayar kekurangan pajak beserta dendanya,
metode yang sama dapat diterapkan oleh penegak hukum (FBI) di sana untuk memberi
petunjuk adanya penghasilan atau asset yang diperoleh dari kegiatan melawan hukum
(Illegal activition)
Apakah metode-metode di atas dapat diterapkan di Indonesia? Di bawah akan
disajikan dua contoh dan beberapa pertanyaan.
Contoh pertama, laporan PPATK tentang transaksi bank atau trasfer yang sangat
besar ke rekening penyelenggara negara, termasuk penegak hukum, anggota DPR dan
pempinan partai politik. PPATK tidak melakukan investigasi. Laporannya merupakan
bagian dari pelaporan transaksi-transaksi mencurigakan (suspicious transaction reporting)
oleh lembaga keuangan ke PPATK. Pertanyaan bagi pimpinan lembaga yang bersangkutan:
1. Apa yang anda lakukan dengan informasi ini?
2. Apakah laporan kekayaan pejabat dapat dimanfaatkan kalau tidak, mengapa tidak?
Kalau dapatm untuk apa dan bagaimana melakukannya?
3. Apakah informasi perpajakan seperti SPT dapat dimanfaatkan? Kalau tidak, mengapa
tidak? Kalau dapat, untuk apa dan bagaimana melakukannya?
Contoh kedua , KPK mempunyai informasi mengenai kekayaan pejabat sebelum
menjabat dan pada akhir masa jabatannya. Tanpa laporan PPATK apakah informasi ini
dapat dimanfaatkan sebagi petunjuk awal adanya korupsi? Bagaimana?
Daftar kekayaan calon presiden dan calon wakil presiden adalah contoh konkrit.
Pada pemilihan presiden 2009, media membritakan kekayaan capres dan cawapres.