Anda di halaman 1dari 14

SISTEM MUSYAWARAH YANG DILAKUKAN

MASYARAKAT ADAT TERTENTU UNTUK


MEMILIH KEPALA DESA

Disusun guna memenuhi penilaian penugasan ujian akhir


Tahun Pelajaran 2022-2023

Disusun Oleh:
XII IPS 1

Andini Meifiana 202110149


Fadhel Ariq Putra K. 202110155
Hafidza Khansa Revani 202110159
Muhammad Aqdam A. 202110165
Nailah Azzahra 202110169
Zahra Muthi Ramadhani 202110179

SMA NEGERI 17 KOTA BEKASI


Jl. H. Ilyas Cikunir Jakamulya Telp. (021) 82400917 Bekasi Selatan 17146

2023
LEMBAR PENGESAHAN

Disetujui Oleh :

Guru Pengajar I Guru Pengajar II

Ekonomi Wali Kelas

Dra. Hj. Diah Tuti K, M.Pd Dra. Hj. Diah Tuti K, M.Pd
NIP : 196312171990032005

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan
hidayah-nya, penyusun dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul “Sistem
musyawarah yang dilakukan masyarakat adat tertentu untuk memilih kepala desa
“ dengan tepat waktu. Makalah ini disusun untuk memenuhi nilai penugasan akhir
sekolah pada mata pelajaran PPKN, Bahasa Indonesia, Ekonomi, PKWU.
Adapun tujuan dari penulisan Makalah ini adalah untuk menambah
pengetahuan bagi para pembaca serta penulis. Pada kesempatan kali ini, tidak lupa
kami hendak menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dan memberikan dukungan sehingga makalah ini selesai.
Kami selaku penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak/Ibu
Pengajar yang bersangkutan, yang telah banyak membantu dalam proses
penyelesaian Makalah ini. Meskipun kami menyelesaikan makalah ini sebaik
mungkin, kami menyadari bahwa makalah ini masih ada kekurangan, kami selaku
penyusun mohon kritik dan sarannya.
Akhir kata, kami berharap semoga makalah ini berguna bagi para pembaca
dan pihak-pihak lain yang berkepentingan.

Kota Bekasi, Februari 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN.......................................................................... i

KATA PENGANTAR................................................................................. ii

DAFTAR ISI............................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................1

1.1 Latar Belakang......................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah.................................................................................... 2

1.3 Tujuan Penelitian..................................................................................... 2

BAB II KAJIAN PUSTAKA....................................................................... 3

2.1 Ekonomi................................................................................................... 4

BAB III PEMBAHASAN............................................................................ 5

3.1 Ekonomi................................................................................................... 6

BAB IV PENUTUP.......................................................................................7

4.1 Kesimpulan...............................................................................................7

4.2 Saran.........................................................................................................7

4.3 Profil siswa...............................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................10

iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Istilah musyawarah berasal dari kata ‫ مشاوزة‬. Ia adalah masdar dari kata kerja
syawara-yusyawiru, yang berakar kata syin, waw, dan ra‟ dengan pola fa‟ala.
Struktur akar kata tersebut bermakna pokok “menampakkan dan menawarkan
sesuatu” Dari makna terakhir ini muncul ungkapan syawartu fulanan fi amri (aku
mengambil pendapat si Fulan mengenai urusanku).

Musyawarah merupakan bentuk nilai-nilai kebiasaan yang hidup dalam


masyarakat Indonesia, oleh karenanya tidaklah heran apabila pendiri negara
Indonesia memasukkan musyawarah sebagai bagian dari nilai-nilai luhur
Pancasila sebagai dasar negara. Pancasila merupakan cermin dari kebiasaan yang
ada di masyarakat, kemudian dituangkan dalam suatu bentuk dasar negara.
Demikian juga halnya kebiasaan masyarakat Indonesia dari berbagai suku,
musyawarah dapat menjadi jalan bagi penyelesaian segala sengketa di antara
masyarakat adat.

Masyarakat adat merupakan kesatuan masyarakat yang tetap dan teratur di


mana para anggotanya bukan saja terikat pada tempat kediaman suatu daerah
tertentu, baik dalam kaitan duniawi sebagai tempat kehidupan maupun dalam
kaitan rohani sebagai tempat pemujaan terhadap roh-roh leluhur (teritorial), tetapi
juga terikat pada hubungan keturunan dalam ikatan pertalian darah dan atau
kekerabatan yang sama dari satu leluhur, baik secara tidak langsung karena
pertalian perkawinan atau pertalian adat (genealogis).
1
Masyarakat Adat memiliki kedaulatan atas tanah dan kekayaan alam,
kehidupan sosial - budaya yang diatur oleh hukum adat, dan lembaga adat yang
mempertahankan keberlanjutan kehidupan Masyarakat Adat sebagai komunitas
adat. Di dalam Masyarakat Adat sendiri, terdapat hidup beragam kelompok
minoritas yaitu mereka Masyarakat Adat yang mengalami ketertindasan berlapis,
baik itu karena faktor kesejarahan, kelas, maupun lainnya. Mereka adalah yang
mengalami diskriminasi dan stigma berganda, bukan hanya karena Masyarakat
Adat, tetapi karena identitas lain yang melekat.

Kelompok Masyarakat Adat minoritas itu, - tak terbatas pada yang


disebutkan di sini - meliputi perempuan, anak (berusia di bawah 17 tahun),
penyandang disabilitas, lansia, minoritas gender dan seksual, dan kelompok
minoritas lainnya yang hidup di dalam suatu komunitas adat sebagai Masyarakat
Adat, maka penamaan Masyarakat Adat pun menjadi suatu penegasan identitas
politik untuk menghubungkannya pada gerakan Masyarakat Adat.

1.2 Rumusan Masalah


1. Program apa yang diselenggarakan oleh kepala desa?
2. Bagaimana program di jalankan?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian kepala desa.
2. Untuk mengetahui kinerja masyarakat terhadap budidaya ikan di selokan.
2
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Ekonomi
1. Pengertian budidaya ikan
Budidaya ikan air tawar telah lama dikenal oleh
masyarakat. Budidaya perikanan dalam arti sempit adalah usaha
memelihara ikan yang sebelumnya hidup liar di alam menjadi ikan
perairan. Budidaya ikan merupakan suatu upaya dalam
memanfaatkan sumber daya yang ada disekitar untuk mencapai
tujuan bersama dalam kelompok. Budidaya merupakan bentuk
campur tangan manusia dalam meningkatkan produktivitas perairan
2. Tujuan budidaya ikan
Tujuan budidaya perikanan yaitu untuk mendapatkan
produksi perikanan yang lebih baik atau lebih banyak dibandingkan
dengan hasil ikan yang hidup di alam liar. Untuk memenuhi tujuan
itu, perlu diperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi usaha
budidaya, antara lain penyedia benih, pembuatan tempat
pemeliharaan, pengairan, pakan dan pemupukan, serta
pengendalian hama dan penyakit.
3. Tahapan pelaksanaan budidaya
Pada prinsipnya tahapan yang ada pada kegiatan budidaya ikan
meliputi tahap:
a. Persiapan media produksi
Setiap kali periode produksi akan dimulai, media produksi harus
dirawat atau diperbaiki. Pada pembenihan di akuarium,
persiapan yang dilakukan meliputi pembersihan akuarium,
sterilisasi akuarium, perbaikan saluran dan pengisian air sebagai
media budidaya.
3
b. Penyediaan induk/penebaran benih
Kegiatan yang dilakukan pada usaha pembenihan di antaranya
penyediaan induk siap pijah. penebaran benih dilakukan setelah
media budidaya siap. Benih yang dipilih hendaknya berkualitas
baik. Sebelum ditebar, benih harus diaklimitasi terlebih dahulu
agar mampu beradaptasi dengan lingkungannya yang baru.
lakukan pengaasan terhadap benih selama pemeliharaan hingga
target waktu yang ditentukan.

c. Pengelolaan air
Manajemen kualitas air adalah cara pengendalian kondisi air di
dalam kolam budidaya sehingga memenuhi persyaratan hidup
bagi ikan yang akan dipelihara. Indikator kualitas air yang
sangat berpengaruh terhadap ikan antara lain, suhu air, kadar
oksigen terlarut, kadar garam, cemaran lingkungan.
4
BAB III
PEMBAHASAN
2.1 Ekonomi
PERBAIKAN LINGKUNGAN DI DESA
A. Pemanfaaatan selokan untuk budidaya ikan

Indonesia mempunyai kurang lebih 5.590 sungai utama dan 65.017


anak sungai yang tersebar dari cabang sampai Merauke hal ini tidak
mengherankan jika Indonesia termasuk dalam 10 negara yang kaya akan
sumber daya airnya. Keadaan sungai pada saat ini sudah sangat berbeda
kini sungai seperti halaman belakang rumah yang kurang diperhatikan dan
dijadikan tempat pembuangan sampah maupun limbah.

keadaan sungai pada saat ini sudah sangat berbeda, kini sungai
seperti halaman belakang rumah yang kurang diperhatikan dan dijadikan
tempat pembuangan sampah maupun limbah. Kurangnya perhatian
masyarakat terhadap keadaan sungai dan daerah sekitarnya menimbulkan
beberapa musibah salah satunya adalah banjir. Banjir terjadi bukan hanya
karena faktor curah hujan dan kurang tanah resapan tetapi juga karena
faktor sampah Masyarakat.

5
sering tidak sadar dengan potensi yang ada di sungai. Padahal
masyarakat bisa memanfaatkan potensi sungai tanpa mencemari sungai
ataupun menghambat aliran sungai.Namun adanya program perbaikan
lingkungan di desa ini yang dilakukan oleh kepala desa guna untuk
memanfaatkan aliran irigasi di tengah perkampungan untuk budidaya ikan
nila. Pemanfaatan selokan untuk budidaya ikan bukan yang pertama
kalinya. Sebelum itu juga sudah sempat viral di media sosial pemanfaatan
selokan untuk budidaya ikan di Dusun Singosaren Kabupaten Bantul.

Modal untuk program budidaya ikan nila ini adalah sekitar 18 jutaan.

Uang tersebut digunakan untuk membeli bibit ikan, membeli pakan,


melakukan perawatan, hingga biaya operasional lainnya.

Untuk Analisa biaya modal budidaya ikan nila sebagai berikut:


 perbaikan selokan 3 km : 9 juta
 Bibit ikan 20.000/ x 100 : 2 juta
 Pakan ikan 5.000 x 500kg : 2,5 juta
 Lain-lain : 1 juta
Total keseluruhan adalah 14,5 juta
Masa pemeliharaan ikan nila selama 6 bulan, setelah 6 bulan maka ikan
nila bisa dipanen dan dijual dengan perkiraan keuntungan yang didapat
sebagai berikut:

 100 Kg benih = 8000 ekor ikan nila, asumsinya 10% tidak


dapat dipanen karena hambatan di lapangan, maka bisa
panen 90% x 8000 = 7200 ekor ikan nila 
 Rata-rata ikan nila memiliki berat 500 gram per ekor, jadi
jika 7200 ekor berarti ada 3600 Kg 
 Penghasilan = Rp 25.000 x 3600 = Rp 90.000.000 
 Keuntungan = Rp 90.000.000 – Rp 14.500.000 = Rp
75.500.000
6
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
dengan adanya program budidaya ikan ini didukung oleh banyak pihak
yaitu kerjasama antara masyarakat yang solid dalam mejalankan program
budidaya ikan dan pemerdayaan masyarakat di desa palung raya mengalami
kemajuan yang signifikan dalam bidang perikanan. Dengan adanya budidaya
ikan ini menghasilkan kesejahteraan masyarakat.

Hal ini sesuai dengan prinsip pemberdayaan masyarakat dan tujuan


pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan kualitas perekonomian
masyarakat dan menambah kreatifitas atau skill pada masyarakat desa.

4.2 Saran
1. Diharapkan kepada pemeritah desa memberikan dana tambahan untuk
menambah kelompok budidaya ikan agar penghasilan yang didapatkan dari
panen ikan itu lebih besar kedepannya.

2. Diharapkan juga untuk memberikan tambahan sosialisasi kepada masyarakat


desa untuk membuat budidaya ikan ini lebih baik lagi.
7
4.3PROFIL SISWA
No. FOTO DATA DIRI

Nama : Andini Meifiana


1. Absen : 05
TTL : Bekasi, 16 Mei 2005
NIS : 202110149
NISN : 0057489478

Nama : Fadhel Ariq Putra Kusuma


Absen : 11
2. TTL : Jakarta, 4 Juni 2005
NIS : 202110155
NISN : 0052441041

Nama : Hafidza Khansa Revani


3. Absen : 15
TTL : Ngawi, 17 Februari 2005
NIS : 202110159
NISN : 0056394414

8
Nama : Muhammad Aqdam Alfarizi
Absen : 21
4. TTL : Bekasi, 02 Juli 2005
NIS : 202110165
NISN :

Nama : Nailah Azzahra


Absen : 25
5. TTL : Bekasi, 12 November 2005
NIS : 202110169
NISN : 0052803694

Nama : Zahra Muthi Ramadhani


Absen : 33
6. TTL : Jakarta, 10 Oktober 2005
NIS : 202110179
NISN : 0051202304

9
DAFTAR PUSTAKA
Wikipedia, (2022). Budi daya ikan. Diakses pada 28 februari 2023, dari
https://id.wikipedia.org/wiki/Budi_daya_ikan
Kusuma, Vera. (2023). Bab II Musyawarah, Istilah Musyawarah Berasal dari Kata
‫مشاوزة‬. Diakses pada 26 Februari 2023, from adoc.pub:
https://adoc.pub/bab-ii-musyawarah-istilah-musyawarah-berasal-dari-kata-ia-
ad.html

Anda mungkin juga menyukai