Anda di halaman 1dari 60

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Oleh: Dewi Marlina SKM. MKM

PERMENKES NOMOR 2 TAHUN 2023 PELAKSANAAN PP 66/2014


TENTANG KESEHATAN LINGKUNGAN

Direktorat Penyehatan Lingkungan


DIREKTORAT JENDERAL PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT
KEMENTERIAN KESEHATAN
PROGRAM PENYEHATAN LINGKUNGAN DILAKSANAKAN UNTUK MEMENUHI AMANAT UNDANG-UNDANG

Output yang diharapkan adalah terwujudnya kondisi lingkungan yang sehat

UU No. 36 Tahun 2009


UU no.36/2009 Tentang Kesehatan Kualitas lingkungan Media Lingkungan Lokus
Tentang Kesehatan sehat:
(Pasal 162): • Air • Permukiman
1. Baku Mutu • Udara • Tempat kerja
Upaya kesehatan PP No. 66 Tahun 2014 Kesehatan • Tanah • Tempat rekreasi
lingkungan ditujukan Lingkungan (SBMKL) • Pangan • Tempat dan Fasilitas
Tentang Kesehatan Umum
• Sarana dan bangunan
untuk mewujudkan Lingkungan 2. Persyaratan • Vektor dan binatang
kualitas lingkungan
yang sehat, baik fisik,
kesehatan pembawa penyakit

kimia, biologi, maupun


sosial yang Peraturan Menteri Kesehatan (PMK)
memungkinkan setiap
orang mencapai
derajat kesehatan yang Bandara Sehat Rumah Sehat Sertifikat Laik Higiene
setinggi-tingginya. Sanitasi (SLHS):
Rumah Makan/ Restoran
Terminal Sehat Sekolah Sehat Jasa Boga, Depot Air Minum

Sertifikat Laik Sehat


Pasar Sehat
Peran Upaya Penyehatan Lingkungan dalam
Wisata Sehat (SLS) : Hotel Dan
akomodasi lainnya

pencapaian tujuan pembangunan kesehatan Lapas Sehat Perkantoran Sehat

sangat penting
2
Permenkes nomor 2 Tahun 2023 tentang Peraturan Pelaksanaan PP No 66 Tahun 2014 tentang
Kesehatan Lingkungan MENSIMPLIFIKASIKAN semua regulasi yang sudah ada dari Amanah PP 66
Tahun 2014 tersebut dengan ruang lingkup pengaturan sbb:

Ruang Lingkup PP 66:

SBMKL dan PERSYARATAN KESEHATAN : Media Lingkungan di Permukiman, Tempat Kerja, Tempat
Rekreasi dan Tempat dan Fasilitas Umum

PENYEHATAN: Air, Udara, Tanah, Pangan, Sarana Bangunan

PENGAMANAN: Upaya pelindungan kesehatan masyarakat; proses pengolahan limbah; dan pengawasan
terhadap limbah

PENGENDALIAN: Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit

Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan dalam kondisi matra dan Ancaman Global Perubahan Iklim

Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Kesling


Regulasi yang dicabut setelah penerbitan PMK Peraturan Pelaksanaan PP No 66 Tahun 2014
1. Permenkes 7 Tahun 2019 tentang Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit (Sebagian)
2. Permenkes 32 Tahun 2017 tentang Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan Persyaratan Kesehatan Air untuk Keperluan
Higiene Sanitasi, Kolam Renang, Solus Per Aqua, Dan Pemandian Umum;
3. Permenkes 50 Tahun 2017 tentang Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan Persyaratan Kesehatan Untuk Vektor dan
Binatang Pembawa Penyakit serta pengendaliannya
4. Permenkes 43 Tahun 2014 tentang Hygiene Sanitasi Depot Air Minum
5. Permenkes 35 Tahun 2012 tentang Pedoman Identifikasi Faktor Resiko Kesehatan Akibat Perubahan Iklim
6. Permenkes 1018 Tahun 2011 tentang Strategi Adaptasi Sektor Kesehatan Terhadap Dampak Perubahan Iklim
7. Permenkes 1096 Tahun 2011 tentang Higiene Sanitasi Jasa Boga.
8. Permenkes 1077 Tahun 2011 tentang Pedoman Penyehatan Udara Dalam Ruang
9. Permenkes 492/ Tahun 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum
10. Permenkes 736/Menkes/PER/VI/2010 tentang Tata Laksana Pengawasan Kualitas Air Minum
11. Kepmenkes 1428 Tahun 2006 tentang Kesling di Puskesmas
12. Kepmenkes 1429 Tahun 2006 tentang Kesling di Sekolah
13. Kepmenkes 1098 Tahun 2003 tentang Persyaratan Hygiene Sanitasi Rumah Makan dan Restoran
14. Kepmenkes 942 Tahun 2003 tentang Pedoman Persyaratan Hygiene Sanitasi Makanan Jajanan
15. Kepmenkes 288 Tahun 2003 tentang Pedoman Penyehatan Sarana dan Bangunan Umum
16. Kepmenkes.829 Tahun 1999 tentang Persyaratan Kesehatan Perumahan
17. Permenkes 80 Tahun 1990 tentang Persyaratan Kesehatan Hotel
PERMENKES TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN
PP NO. 66 TAHUN 2014 TENTANG KESEHATAN LINGKUNGAN

BAB I BAB II BAB III BAB V


BAB IV
PERSYARATAN TEKNIS
PENDAHULUAN STANDAR BAKU MUTU UPAYA PENYEHATAN UPAYA PELINDUNGAN PENGELOLAAN LIMBAH DAN
KESEHATAN LINGKUNGAN KESEHATAN PENGAWASAN TERHADAP LIMBAH
DAN PERSYARATAN MASYARAKAT YANG BERASAL DARI FASILITAS
KESEHATAN PELAYANAN KESEHATAN

BAB VI BAB VII BAB VIII


PENGENDALIAN
BAB IX BAB X BAB XI
UPAYA PENDEKATAN ONE
VEKTOR DAN TATA CARA KETENTUAN
PENYELENGGARAAN HEALTH DALAM KETENTUAN
BINATANG PEMBAWA PEMBINAAN DAN PERALIHAN
KESEHATAN PENYELENGGARAAN PENUTUP
PENYAKIT PENGAWASAN
LINGKUNGAN DALAM KESEHATAN
KONDISI MATRA DAN LINGKUNGAN
ANCAMAN GLOBAL
PERUBAHAN IKLIM
5
BAB I BAB II
Pendahuluan Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan
(SBMKL) dan Persyaratan Kesehatan

- Jenis Parameter dari unsur fisik, biologi dan kimia


- Kadar Maksimum yang diperbolehkan
- Satuan/Unit
- Metode Pengukuran

6
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Kesehatan Lingkungan adalah upaya pencegahan penyakit dan/atau gangguan kesehatan dari faktor risiko lingkungan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat
baik dari aspek fisik, kimia, biologi, maupun sosial.

2. Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan yang disingkat SBMKL adalah spesifikasi teknis atau nilai yang dibakukan pada media lingkungan yang berhubungan atau
berdampak langsung terhadap kesehatan masyarakat.

3. Persyaratan Kesehatan adalah kriteria dan ketentuan teknis kesehatan pada media lingkungan.

4. Air Minum adalah air yang melalui pengolahan atau tanpa pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum.

5. Air untuk Keperluan Higiene dan Sanitasi adalah air yang digunakan untuk keperluan higiene perorangan dan/atau rumah tangga.

6. Air Kolam Renang adalah air yang telah diolah yang dilengkapi dengan fasilitas kenyamanan dan pengamanan berupa konstruksi kolam baik yang terletak di dalam
maupun di luar bangunan yang digunakan untuk berenang, rekreasi, atau olahraga air lainnya.

7. Air Solus Per Aqua yang selanjutnya disebut Air SPA adalah air yg digunakan utk terapi dgn karakteristik tertentu yg kualitasnya dpt diperoleh dgn cara pengolahan
maupun alami.

8. Air Pemandian Umum adalah air alam tanpa pengolahan terlebih dahulu yg digunakan utk kegiatan mandi, relaksasi, rekreasi, olahraga,&dilengkapi dgn fasilitas lainnya.
9. Udara Dalam Ruang adalah udara di dalam gedung atau bangunan, terutama yang berkaitan dengan kesehatan dan kenyamanan penghuni bangunan.

10. Udara Ambien adalah udara bebas di permukaan bumi pada lapisan troposfir yang berada di dalam wilayah yurisdiksi Republik Indonesia yang dibutuhkan dan
berpengaruh terhadap kesehatan manusia, makhluk hidup, dan unsur lingkungan hidup lainnya.

11. Tanah adalah permukaan bumi atau lapisan bumi yang di atas sekali, atau permukaan bumi yg terbatas yg ditempati oleh manusia, makhluk hidup,& unsur lingkungan
hidup lainnya.

12. Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati produk pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, peternakan, perairan, dan air, baik yang diolah
maupun tidak diolah yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan Pangan, bahan baku Pangan, dan bahan
lainnya yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan/atau pembuatan makanan atau minuman.

13. Pangan Olahan Siap Saji adalah makanan dan/atau minuman yg sudah diolah dan siap utk langsung disajikan di tempat usaha atau di luar tempat usaha seperti Pangan
yg disajikan di jasa boga, hotel, restoran, rumah makan, kafetaria, kantin, kaki lima, gerai makanan keliling (food truck), dan penjaga makanan keliling atau usaha sejenis.
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
14. Sarana dan Bangunan adalah tempat & wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi dan fasilitas pendukung yg menyatu dgn tempat kedudukannya yg berfungsi sbg
tempat manusia melakukan kegiatan.
15. Vektor adalah artropoda yang dapat menularkan, memindahkan, dan/atau menjadi sumber penular penyakit.
16. Binatang Pembawa Penyakit adalah binatang selain Artropoda yang dapat menularkan, memindahkan, dan/atau menjadi sumber penular penyakit.

17. Permukiman adalah bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih satu satuan perumahan yang mempunyai sarana prasarana, utilitas umum, serta
mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau kawasan perdesaan.

18. Tempat Kerja adalah ruangan atau lapangan tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap di mana tenaga kerja bekerja, atau yang sering dimasuki pekerja untuk
keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber atau sumber-sumber bahaya.

19. Tempat Rekreasi adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan
manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan.

20. Tempat dan Fasilitas Umum adalah lokasi, sarana, dan prasarana kegiatan bagi masyarakat umum.

21. Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah suatu alat dan/atau tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif,
kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat.

22. Penyehatan adalah upaya pencegahan penurunan kualitas media lingkungan dan upaya peningkatan kualitas media lingkungan.

23. Pengamanan adalah upaya pelindungan terhadap kesehatan masyarakat dari faktor risiko atau gangguan kesehatan.

24. Pengendalian adalah upaya untuk mengurangi atau melenyapkan faktor risiko penyakit dan/atau gangguan kesehatan.

25. Bahan Berbahaya dan Beracun yang selanjutnya disingkat B3 adalah zat, energi, dan/atau komponen lain yang karena sifat konsentrasi dan/atau jumlahnya,
baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan/atau merusak lingkungan hidup, dan/atau dapat membahayakan lingkungan hidup, dan/atau
membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, serta kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lain.
BAB III s.d. BAB VI Upaya Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan
Upaya Kegiatan Sumber Daya
Penyehatan dan Pengamanan
III Penyehatan Surveilans Sanitarian
Air, udara, tanah, pangan, sarana & Pengumulan data yang sistematik dan terus • 11.373 Puskesmas (hanya 9.831 PKM ada sanitarian).
menerus dapat melalui Konseling di
bangunan • 2.974 di 514 Dinkes Kab/Kota.
Puskesmas maupun pengamatan ke
lapangan (Inspeksi Kesehatan Lingkungan). • 509 Di UPT (BTKLPP dan KKP), Dinkes Kab/Kota Non Puskesmas dan
RS.
Upaya perlindungan Sanitarian Kit
IV Uji Laboratorium
kesehatan masyarakat • 7.074 unit di PKM;365 Dinkes(pengadaan pusat s.d. 2021).
Dilakukan sebagai penegasan ukuran
dari unsur yang menimbulkan gangguan parameter kualitas media lingkungan Pengendalian
kesehatan berkenaan dengan unsur fisik, biologi dan
kimia yang menjadi potensi faktor risiko Entomolog Kesehatan
penyebaran penyakit dan atau gangguan
kesehatan. • 63 JF Entokes di Dinkes Prov, Dinkes Kab/Kota, Puskesmas dan RS.
V Pengamanan • 287 JF Entokes di Pusat dan UPT (KKP dan B/BTKLPP).
• 1.000 Tenaga terlatih pengendalian vektor BP2 di Indonesia tetapi
belum Jabfung Entokes.
Pengolahan limbah (persyaratan teknis Analisis Risiko
pengolahan limbah) Bahan dan Peralatan Pengamatan dan Pengendalian
Metode atau pendekatan untuk mengkaji
lebih cermat terhadap potensi risiko • Seluruh Dinkes Provinsi, Dinkes Kab/Kota telah memiliki bahan dan
Pengawasan limbah (Pengawasan kesehatan yang berkenaan dengan kualitas peralatan surveilans/ pengendalian vektor BP2.
media lingkungan. • 600 Puskesmas telah memiliki bahan dan peralatan surveilans/
terhadap pengelolaan limbah) pengendalian vektor BP2.
• Seluruh KKP dan B/BTKLPP telah memiliki bahan dan peralatan
Intervensi surveilans/ pengendalian vektor BP2.
VI Pengendalian KIE, Teknologi tepat guna, dan rekayasa
lingkungan, serta pengendalian vektor dan
Laboratorium Kualitas Lingkungan
Vektor & binatang pembawa penyakit binatang pembawa penyakit
Laboratorium diperlukan sebagai rujukan pemeriksaan
. sampel media lingkungan dan Vektor, seperti: B/BTKL PP,
KKP, BBLK, Labkesda atau laboratorium berkompeten
9
(terakreditasi) lainnya yang ditunjuk oleh Kepala Daerah.
BAB VII Upaya Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan dalam Kondisi
Matra dan Ancaman Global Perubahan Iklim

Upaya Kegiatan Sumber Daya

Kesiapsiagaan dan pengelolaan Sanitarian


1 Pada Kondisi Matra kedaruratan melalui rencana kontingensi,
pelatihan, dan penyediaan buffer stock. • 11.373 di Puskesmas (namun hanya 9.831 Puskesmas
memiliki sanitarian).
• Kondisi Bencana (bencana alam, • 2.974 di 514 Dinkes Kab/Kota.
bencana non alam, dan bencana • 509 Di UPT (BTKLPP dan KKP) , Dinkes Kab/Kota Non
Pengendalian faktor risiko lingkungan Puskesmas dan RS.
sosial). melalui penilaian cepat, pemeriksaan
• Peristiwa bersifat massal. sampel, dan intervensi. Sanitarian Kit dan Laboratorium
• 7.074 unit di PKM; 365 Dinkes (pengadaan pusat s.d.
2021).
• Penilaian kerentanan dan pemetaan risiko. • B/BTKLPP
• Surveilans penyakit terintegrasi dan
Pada Ancaman Global peringatan dini. Dokumen Acuan
2
Perubahan Iklim • Promosi teknologi baru dan infrastruktur • Rencana aksi adaptasi perubahan iklim bidang Kesehatan
berkelanjutan. 2020-2030.
• Adaptasi perubahan iklim. • Intervensi kesehatan berdasarkan risiko • Peta jalan komitmen nasional untuk adaptasi perubahan
• Mitigasi perubahan iklim. kesehatan yang sensitif iklim melalui iklim.
koordinasi lintas program dan sektor. • Dokumen pengarusutamaan pembangun berketahanan
iklim 2020-2045 untuk perencanaan pembangunan.

10
BAB VIII
PENDEKATAN ONE HEALTH DALAM PENYELENGGARAAN KESEHATAN LINGKUNGAN
BAB IX BAB X dan XI
Ketentuan Peralihan dan Ketentuan Penutup
Pembinaan dan Pengawasan
Pembinaan dan pengawasan dilakukan secara berjenjang mulai dari - Beberapa Permenkes yang dicabut dan
tingkat Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota sampai ke Puskesmas terhadap dinyatakan tidak berlaku.(17 PMK dan KMK)
penerapan SBMKL dan Persyaratan kesehatan serta kegiatan - Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada
penyelenggaraan kesehatan lingkungan sesuai dengan tugas, fungsi dan
kewenangan masing-masing. tanggal diundangkan.
Tata cara pembinaan: Advokasi dan sosialisasi, Peningkatan jejaring - Setiap produsen/penyedia/penyelenggara Air
kerja/kemitraan, Pendidikan dan pelatihan, Bimbingan teknis, Pemberian Minum dan Pangan Olahan Siap Saji harus
penghargaan dan Pembiayaan program menyesuaikan ketentuan dalam Peraturan
Tata cara pengawasan: Pemantauan dan evaluasi dengan pengawasan
Menteri ini paling lambat 2 (dua) tahun sejak
internal (oleh Penyelenggara) dan eksternal (oleh Petugas Kesehatan
Lingkungan) Peraturan Menteri ini diundangkan.

12
Benchmark International
NO MEDIA STANDAR INTERNATIONAL YANG MENJADI RUJUKAN KETERANGAN

• WHO guideline: Guidelines for drinking-water quality, 4th edition, incorporating the 1st Salah satu acuan untuk SBMKL kualitas air minum acuannya dari WHO
addendum Guideline, namun juga mengacu dari EPA Badan urusan kualitas lingkungan US
• EPA (Environmental Protection Agency). Parameters of Water Quality: Interpretation and dan penentuan prioritas parameter khusus mengacu juga pada ATSDR, serta uji
Standard Environmental Protection Agency, Exford, Ireland. Retrieved 30October 2019. untuk parameter pada sampel air metodenya mengacu pada (SM-APHA)
1. Air
• ATSDR. (2017a). ATSDR’s Substance Priority List: What is the Substance PriorityList (SPL).
US Department of Health and HumanServices, Agency for Toxic Substances and Disease
Registry, Division ofToxicology and Human Health Sciences.
• SM-APHA (Standard Methods American Public Health Association)
• US-EPA/ ASHRAE (American Society of Heating, Refrigerating and Air Conditioning Baku Mutu dapat dievaluasi dan direvisi sesuai dengan perkembangan ilmu
Engineers) pengetahuan dan teknologi (seperti teknologi pemantauan, pengendalian, dll).
• ACGIH/NIOSH (American Conference of Governmental Industrial Hygienists /National Institute Evaluasi terhadap panduan baku mutu kualitas udara dapat menggunakan
2. Udara for Occupational Safety and Health panduan Badan Kesehatan Dunia sebagai referensi utama (WHO, 2000;
• ANSES (Agence Nationale De Sécurité Sanitaire De L’alimentation, De L’environnement Et Du 2006; 2009b; 2010; 2013) ditambah dengan referensi lain yang terkait, misalnya
Travail), (2018). List of Indoor Air Quality Guideline Values (French) Baku Mutu Udara yang diterbitkan organisasi dan oleh Negara-Negara lain
terutama negara Asia :Malaysia/Thailand yang mirip Indonesia.
• Nilai Pemandu dan Standar Kualitas yang Digunakan di Negeri Belanda untuk Menilai Kebijakan negara lain yang dikaji meliputi kebijakan penanganan lahan
Kontaminasi Tanah (Sumber: NMHPPE, 1991) terkontaminasi di Nedherland, United Kingdom (Inggris), serta negara-negara
• Konsentrasi Trigger untuk Logam dalam lahan Terkontaminasi yang Dikembangkan untuk di Eropa dan Amerika Serikat (USA). Standar Kualitas Tanah yang digunakan
Penggunaan yang Ditetapkan (ICRL) Departemen Lingkungan Inggris (Sumber: ICRCL, di Negeri Belanda untuk penanganan Lahan terkontaminasi hanya terdiri dari
3. Tanah 1987) satu standar dan hanya mencakup unsur logam, Sebaliknya, standar yang
• Konsentrasi Logam Maksimum yang masih Diperkenankan dalam Tanah yang Diaplikasi digunakan di Inggris sudah dibedakan berdasarkan penggunaan lahannya, yaitu
Lumpur Pengolahan Air (sewage sludge) di Berbagai Negara (Sumber: McGrath et al., 1994) untuk pekarangan (garden and allotment), taman, tempat bermain, ruang
terbuka (parks, playing fields, open space), serta berbagai penggunaan yang
ditanami tanaman (any uses where plants grown).

• Codex Committee On Food Hygiene Microbiological Criteria For Listeria Monocytogenes In Standar baku mutu terkait pangan siap saji (Ready to Eat Food) dengan
Ready-to-eat Foods (Codex CCFH, 2008) parameter mikrobiologi E.Coli, Salmonella, Bacillus Cereus, Staphylococcus dan
• Microbiological Guideline For Food For Ready to Eat Food Risk Assessment Section terbitan Listeria monocytogenes secara general tidak per menu karena untuk
Centre for Food Safety Food and Environmental Hygiene Department, Hong Kong (2014) mempermudah petugas kesehatan di daerah melakukan pemeriksaan sampel
4. Pangan • Code Of Hygienic Practice For Low-moisture Foods (Codex CCFH, 2018) pangan mengingat menu pangan pada pangan siap saji mempunyai variasi yang
• Guidelines for Assessing the Microbiological Safety of Ready-to-Eat Foods Placed on the sangat banyak.
Market, Health Protection Agency, UK (2009)
• Microbiological quality guide for ready-to-eat foods, NSW Food Authority, Australia (2009)
• Guideline integrated vector control management, WHO 2020 Pedoman pengendalian vektor terpadu, Pedoman surveilans vektor dan
Vektor dan binatang • Guideline vector surveillance, WHO 2020 Pedoman monitoring resistensi vektor.
5.
pembawa penyakit • Guideline monitoring of insecticide resistance, WHO 2018
13
STANDAR BAKU MUTU
KESEHATAN LINGKUNGAN
DAN PERSYARATAN KESEHATAN
SESUAI
PERMENKES NOMOR 2 TAHUN 2023 PELAKSANAAN PP 66/2014
TENTANG KESEHATAN LINGKUNGAN
SBMKL
& PERSYARATAN KESEHATAN
MEDIA AIR
SBMKL MEDIA AIR

PASAL 4
PASAL 1

Air Minum: air yang melalui pengolahan atau tanpa


1 pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan
Setiap produsen/penyedia/penyelenggara
Air Minum atau Pangan Olahan Siap saji
dapat langsung diminum. wajib memastikan Air Minum atau Pangan
Olahan Siap Saji yang diproduksi
2 Air untuk Keperluan Higiene dan Sanitasi adalah air yang memenuhi SBMKL dan Persyaratan
digunakan untuk keperluan higiene perorangan Kesehatan.
dan/atau rumah tangga.

3 Air Kolam Renang : air yang telah diolah yang


dilengkapi dengan fasilitas kenyamanan dan
pengamanan berupa konstruksi kolam baik yang terletak
di dalam maupun di luar bangunan yang digunakan PASAL 5
untuk berenang, rekreasi, atau olahraga air lainnya. SBMKL dan Persyaratan Kesehatan media air ditetapkan pada:
1
4 Air Solus Per Aqua yang selanjutnya disebut Air SPA
a. Air Minum;
b. Air untuk Keperluan Higiene dan Sanitasi; dan
adalah air yang digunakan untuk terapi dengan c. Air Kolam Renang, Air SPA, dan Air Pemandian Umum.
karakteristik tertentu yang kualitasnya dapat diperoleh parameter khusus tidak terbatas pada lampiran PMK
2
dengan cara pengolahan maupun alami.
Kondisi geohidrologi wilayah dan jenis kegiatan lingkungan meliputi:
5 Air Pemandian Umum: air alam tanpa pengolahan
terlebih dahulu yang digunakan untuk kegiatan mandi,
3 1. Karakteristik wilayah kegiatan
pertanian/perkebunan/kehutanan;
relaksasi, rekreasi, atau olahraga, dan dilengkapi 2. karakteristik wilayah kegiatan industri; dan
dengan fasilitas lainnya. 3. karakterisitik wilayah kegiatan pertambangan minyak, gas,
panas bumi, dan sumber daya mineral.
Parameter Wajib Air Minum
PMK
PMK
2/2023
492/2010
PARAMETER KHUSUS AIR MINUM

Pemerintah Daerah menetapkan parameter khusus oleh sesuai dengan kondisi geohidrologi wilayah dan jenis kegiatan lingkungan
1 wilayahnya berdasarkan hasil penelitian dan pengkajian. Penelitian dan pengkajian dapat dilakukan oleh Pemerintah Daerah
dengan melibatkan pihak lain.
2 parameter khusus tidak terbatas pada lampiran PMK
3 Kondisi geohidrologi wilayah dan jenis kegiatan lingkungan meliputi:
1) karakteristik wilayah kegiatan pertanian/perkebunan/kehutanan; 2) karakteristik wilayah kegiatan industri; dan
3) karakterisitik wilayah kegiatan pertambangan minyak, gas, panas bumi, dan sumber daya mineral.
No Jenis Parameter Kadar maksimum Satuan Metode No Jenis Parameter Kadar Satuan Metode
yang Pengukuran maksimum Pengukuran
diperbolehkan yang
A Wilayah Pertanian/Perkebunan/Kehutanan diperbolehkan
1 Fosfat (fosfat 0,2 mg/L SNI/APHA A Wilayah Pertanian/Perkebunan/Kehutanan
sebagai P) 12 Sulfuril fluorida NA mg/L SNI/APHA/US EPA
3
2 Amoniak (NH ) 1,5 mg/L SNI/APHA/US EPA 13 Metil bromida NA mg/L SNI/APHA/US EPA
3 Benzena 0,01 mg/L SNI/APHA/US EPA 14 Seng fosfida NA mg/L SNI/APHA/US EPA
4 Toluen 0,7 mg/L SNI/APHA/US EPA 15 Dikuat dibromida NA mg/L SNI/APHA/US EPA
5 Aldin 0,00003 mg/L SNI/APHA/US EPA 16 Etil format NA mg/L SNI/APHA/US EPA
6 Dieldrin 0,00003 mg/L SNI/APHA/US EPA 17 Fosfin NA mg/L SNI/APHA/US EPA
7 Karbon organik 0,0007 mg/L SNI/APHA 18 Asam sulfur NA mg/L SNI/APHA/US EPA
(total)/ 19 Formaldehida NA mg/L SNI/APHA/US EPA
Hidrokarbon
20 Metanol NA mg/L SNI/APHA/US EPA
polyaromatis (PAH)
21 N-Metil Pirolidon NA mg/L SNI/APHA/US EPA
8 Kalium (K) NA mg/L SNI/APHA/US EPA
22 Piridin Base NA mg/L SNI/APHA/US EPA
9 Parakuat diklorida NA mg/L SNI/APHA/US EPA
23 Lindan NA mg/L SNI/APHA/US EPA
10 Aluminium fosfida NA mg/L SNI/APHA/US EPA
24 Heptakhlor NA mg/L SNI/APHA/US EPA
11 Magnesium fosfida NA mg/L SNI/APHA/US EPA
No Jenis Parameter Kadar maksimum Satuan Metode
No Jenis Parameter Kadar Satuan Metode Pengukuran yang diperbolehkan Pengukuran
maksimum
yang B Wilayah Industri
diperbolehkan 1 Total Kromium (Cr) 0,05 mg/L SNI/APHA/US EPA
A Wilayah Pertanian/Perkebunan/Kehutanan 2 Amonia (NH3) (terlarut) 1,5 mg/L SNI/APHA
25 Endrin NA mg/L SNI/APHA/US EPA 3 Hidrogen Sulfida (H2S) 0,05 - 0,1 mg/L SNI/APHA
(terlarut)
26 Endosulfan NA mg/L SNI/APHA/US EPA
4 Sianida (CN) 0,07 mg/L SNI/APHA
27 Residu Karbamat NA mg/L SNI/APHA/US EPA 5 Tembaga (Cu) 2 mg/L SNI/APHA
28 Organokhlorin NA mg/L SNI/APHA/US EPA 6 Selenium (Se) 0,01 mg/L SNI/APHA
7 Seng (Zn) 3 mg/L SNI/APHA
29 α-BHC NA mg/L SNI/APHA/US EPA
8 Nikel (Ni) 0,07 mg/L SNI/APHA
30 4,4-DDT NA mg/L SNI/APHA/US EPA 9 Senyawa diazo (zat SNI/APHA
31 Khlordan NA mg/L SNI/APHA/US EPA pewarna sintetik)
10 Fenol (C6H6O) (C6H5OH) SNI/APHA
32 Toxaphen NA mg/L SNI/APHA/US EPA
11 Fosfat (PO4) SNI/APHA
33 Heptaklor NA mg/L SNI/APHA/US EPA 12 Methylene Blue Active SNI/APHA
34 Mirex NA mg/L SNI/APHA/US EPA Substances (MBAS)
13 Detergen SNI/APHA
35 Polychlorinated NA mg/L SNI/APHA/US EPA
byphenil (PCB) C Wilayah Pertambangan Minyak, Gas, Panas Bumi, Sumber Daya Mineral

36 Hexachlorobenzene NA mg/L SNI/APHA/US EPA 1 Hidrogen Sulfida (H2S) 0,05 - 0,1 mg/L SNI/APHA
(HCB) (terlarut)
37 Organofosfat NA mg/L SNI/APHA/US EPA 2 Merkuri (Hg) 0,001 mg/L SNI/APHA
3 Tembaga (Cu) 2 mg/L SNI/APHA
38 Pyretroid NA mg/L SNI/APHA/US EPA
Radioaktif
39 Profenofos NA mg/L SNI/APHA/US EPA 4 Gross alpha activity 0,1 Bq/L SNI/APHA
40 Hexachlorobenzene NA mg/L SNI/APHA/US EPA 5 Gross beta activity 1 Bq/L SNI/APHA
6 Hidrokarbon polyaromatis 0,0007 mg/L SNI/APHA
7 Nikel (Ni) 0,07 mg/L SNI/APHA
8 Timbal 0,01 mg/L SNI/APHA
9 Amonia (NH3) (terlarut) 1,5 mg/L SNI/APHA
10 Fenol (C6H6O) (C6H5OH) SNI/APHA
PARAMETER AIR UNTUK KEPERLUAN HIGIENE DAN SANITASI

Kadar Kadar
Jenis maksimum Metode maksimum Metode
No Satuan No Jenis Parameter Satuan
Parameter yang Pengujian yang Pengujian
diperbolehkan diperbolehkan
Mikrobiologi Kimia

1 Escherichia coli 0 CFU/100ml SNI/ APHA 8 pH 6.5 – 8.5 - SNI/APHA


Nitrat (sebagai NO3)
2 Total Coliform 0 CFU/100ml SNI/ APHA 9 20 mg/L SNI/APHA
(terlarut)
Nitrit (sebagai NO2)
10 (terlarut) 3 mg/L SNI/APHA
Kromium valensi 6 (Cr6+)
Fisik 11 0,01 mg/L SNI/APHA
(terlarut)
3 Suhu Suhu udara ± 3 oC SNI/APHA 12 Besi (Fe) (terlarut) 0.2 mg/L SNI/APHA

4 Total Dissolve Solid <300 mg/L SNI/APHA 13 Mangan (Mn) (terlarut) 0.1 mg/L SNI/APHA
SNI atau yang
5 Kekeruhan <3 NTU setara
6 Warna 10 TCU SNI/APHA

7 Bau Tidak berbau - APHA


PARAMETER AIR KOLAM RENANG
No Parameter Unit SBMKL (kadar maksimum) Keterangan
Fisik
1 Bau Tidak
2 Kekeruhan NTU 0,5
3 Suhu C 16
Piringan merah hitam (secchi)berdiameter
4 Kejernihan Piringan terlihat jelas
20 cm terlihat jelas dari kedalaman 4.572 meter
2,2 Kedalaman <1 meter
5 Kepadatan perenang M2/perenang 2,7 Kedalaman 1-1,15 Meter
4 Kedalaman >1,5 meter
Biologi
1 E. coli CFU/100 ml <1 Diperiksa setiap bulan
2 Heterotrophic PlateCount (HPC) CFU/100 ml 100 Diperiksa setiap bulan
3 Pseudomonasaeruginosa CFU/100 ml <1 Diperiksa bila diperlukan
4 Staphylococcusaureus CFU/100 ml <100 Diperiksa sewaktu-waktu
Diperiksa setiap 3 bulan untuk air yang diolah dan setiap bulan untuk
5 Legionella spp CFU/100 ml <1
SPA alami dan panas
Kimia
Apabila menggunakankhlorin dan diperiksa
7 – 7,8
minimum 3 (tiga) kali sehari
1 pH
Apabila menggunakan bromine dan diperiksa minimum 3 (tiga)
7–8
kali sehari
2 Alkalinitas mg/l 80-200 Semua jenis kolam renang
mg/l 1-1,5 Kolam beratap/tidak beratap
3 Sisa Khlor bebas
mg/l 2-3 Kolam panas dalam ruangan
4 Sisa khlor terikat mg/l 3 Semua jenis kolam renang
mg/l 2-2,5 Kolam biasa
Total bromine
5 mg/l 4-5 Heated pool
Kolam beratap/tidak
Sisa bromine mg/l 3-4
beratap/kolam panas dalamruangan
Oxidation-Reduction Potential Semua jenis kolam renang
6 mV 720
(ORP)
Sisa khlor/bromine diperiksa 3(tiga) kali
PARAMETER MEDIA AIR SPA

No Parameter Unit SBMKL (kadar maksimum) Keterangan


Fisik
1 Bau Tidak berbau
2 Kekeruhan NTU 0,5
3 Suhu oC <40
Piringanterlihat Piringan Secchi berdiameter
4 Kejernihan
jelas 20 cm diletakkan di dasarkolam
Biologi
1 E. coli CFU/100 ml <1
2 Heterotropic PlateCount (HPC) CFU/100 ml <200
Pseudomonas Aeruginosa CFU/100 ml <1
3
Pseudomonas Aeruginosa CFU/100 ml <10 SPA alam
4 Legionella spp. CFU/100 ml <1
Kimia
Apabila menggunakan
7,2 – 7,8 khlorin untuk disinfeksi
1 pH
Apabila menggunakanbromine
7,2 – 8,0
untuk disinfeksi
2 Alkalinitas mg/l 80-200
mg/l Minimum 1 SPA biasa
3 Sisa Khlor bebas
mg/l 2-3 SPA panas
Sisa khlor terikat mg/l Minimum 3 SPA biasa

4 mg/l 4-5 SPA biasa


Total bromine
mg/l 3-4 SPA panas
Diukur dengan silverchloride
Sisa bromine mg/l Minimum 720
electrode
Diukur dengan silver
Minimum 680 calomel electrode
5 Oxidation-Reduction Potential (ORP) mV
Apabila menggunakan
7,2 – 7,8 khlorin untuk disinfeksi
PARAMETER AIR PEMANDIAN UMUM

SBMKL (kadar
No Parameter Unit Keterangan
maksimum)
Fisik
Untuk kontak dengan airdalam
1 Suhu oC 15– 35
jangka waktu lama
2 Indeks sinar matahari (ultra violet index) ≤3 4 jam sekitar waktutengah hari
Secchi disk berdiameter200 mm
3 Kejernihan meter kedalaman 1,6
terlihat jelas
Kimia
1 pH 5-9
≥ 80 % saturasi
2 Oksigen terlarut (Dissolved Oxygen) mg/l ≥4
(jenuh)

SBMKL (kadar maksimum) Keterangan


No Parameter Unit
Nilai batas
Rata-rata geometrik
statistic (STV)

Biologi

1 Enterococci CFU/100 ml 35 130 Air laut dan tawar

2 E. coli CFU/100 ml 126 410 Air tawar


Pemandian umum tidak terbatas = 30 sampel (menggunakan
baku mutu rata-rata bekas statistik)
Jumlah sampel minimal
Pemandian umum terbatas, besar sampel =1 sampel
(menggunakan rat-rata geometric)
PERSYARATAN KESEHATAN

AIR UNTUK
AIR MINUM KEPERLUAN HIGIENE AIR KOLAM RENANG AIR SPA AIR PEMANDIAN
DAN SANITASI

Air dalam keadaan Air dalam keadaan


terlindung dari sumber terlindung dari sumber Air dalam keadaan terlindung
Air dalam keadaan Air dalam keadaan pencemaran, binatang pencemaran, binatang dari sumber pencemaran,
terlindung Air dikatakan terlindung Air dikatakan pembawa penyakit, dan pembawa penyakit, dan binatang pembawa penyakit,
dalam keadaan terlindung dalam keadaan terlindung tempat tempat dan tempat
perkembangbiakan vektor perkembangbiakan vektor perkembangbiakan Vektor

Aman dari kemungkinan


Pengolahan, pewadahan, Pengolahan, pewadahan, kontaminasi
Aman dari kemungkinan Tidak ada cemaran minyak
dan penyajian harus dan penyajian harus Aman dari kemungkinan yang terlihat jelas yang
kontaminasi
memenuhi prinsip higiene memenuhi prinsip higiene kontaminasi menyebabkan perubahan
dan sanitasi. dan sanitasi. warna dan bau.
UPAYA PENYEHATAN
Upaya Penyehatan air meliputi pengawasan, pelindungan, dan peningkatan kualitas air.
PASAL 20

Pengawasan atau pemantauan kualitas media lingkungan dalam rangka upaya Penyehatan dilakukan secara internal dan
eksternal.
produsen/penyedia/penyelenggara Air Minum harus menyusun rencana pengamanan air minum dan audit pelaksanaan rencana
pengamanan air minum

Hasil pengawasan atau pemantauan kualitas media lingkungan secara internal dan eksternal wajib didokumentasikan dalam
bentuk berita acara pengawasan (hasil pemeriksaan dan rekomendasi )dan dilaporkan kepada pimpinan instansi dan harus
ditindaklanjuti oleh pengelola, penyelenggara, dan penanggung jawab lingkungan Permukiman, Tempat Kerja, Tempat Rekreasi,
serta Tempat dan Fasilitas Umum, termasuk produsen/penyedia/penyelenggara Air Minum dan Pangan Olahan Siap Saji.

Pengawasan atau pemantauan kualitas media lingkungan


dilakukan secara eksternal
Pengawasan atau pemantauan kualitas media lingkungan
dilakukan secara internal dilakukan oleh dinas Kesehatan kabupaten/kota, dinas
kesehatan provinsi, instansi kekarantinaan kesehatan di
pelabuhan, bandar udara, dan pos lintas batas darat negara,
dilakukan oleh pengelola, penyelenggara, dan penanggung atau lembaga yang ditunjuk secara berkala atau sewaktu-
jawab lingkungan Permukiman, Tempat Kerja, Tempat waktu.
Rekreasi, serta Tempat dan Fasilitas Umum, termasuk
produsen/penyedia/penyelenggara Air Minum dan Pangan dilakukan oleh tim pengawas yang terdiri dari kelompok
Olahan Siap Saji. tenaga sanitasi lingkungan atau tenaga kesehatan lain yang
terlatih dapat melibatkan tenaga lain sesuai kebutuhan.
TATA CARA PEMBINAAN DAN PENGAWASAN MEDIA AIR

1 Pengawasan Eksternal pada 2 Audit RPAM 3 Pengawasan Media Air Kolam


Media Air Minum • Audit internal Renang, Air SPA, dan Air
a.Pengawasan Kualitas Air Minum pada • Audit eksternal Pemandian Umum
Produsen/Penyedia/ Penyelenggara • Dilakukan oleh tenaga sanitasi
• Verifikasi Laporan Pengawasan Internal. lingkungan yang terlatih pada
• Observasi fisik melalui Inspeksi Kesehatan dinas Kesehatan
Lingkungan (IKL), Pengambilan, dan kabupaten/kota atau instansi
Pengujian Kualitas Air Minum. kekarantinaan kesehatan di
• Pengolahan, Analisis Data, Laporan. pelabuhan, bandar udara, dan
• Analisis dan rekomendasi tindak lanjut PLBDN di wilayah kerjanya.
perbaikan kualitas Air Minum. • Pengawasan eksternal
dilaksanakan paling sedikit 1
b. Surveilans kualitas Air Minum rumah (satu) kali dalam 1 (satu) tahun.
tangga • Hasil pengawasan eksternal
• untuk memotret akses Air Minum aman yang telah dilakukan
di tingkat kabupaten/kota dan dilaporkan
memastikan jaminan mutu air yang
didistribusikan sampai dengan tingkat
sasaran rumah.
SBMKL
& PERSYARATAN KESEHATAN
MEDIA UDARA
Semula Menjadi
Permenkes 1077 Tahun 2011 Permenkes 2 Tahun 2023

Kualitas Udara Indoor Kualitas Udara Indoor

Parameter Fisika : Parameter Fisika :


PM 2,5 : 35 μg/m3 Durasi 24 jam (batas tertinggi) PM 2,5 : 25 μg/m3 Durasi 24 jam (batas tertinggi)
Tidak mengatur Kebisingan Mengatur Kebisingan

Parameter Kimia : 9 Parameter - Parameter Kimia wajib 3 (Tiga) Parameter : SO2, NO2, O3
- Parameter Kimia tambahan sebanyak 9 (Sembilan)

Parameter Biologi : Parameter Biologi :

Jamur, Bakteri Patogen, Angka Kuman Angka Kuman

Belum ada Pengaturan untuk Udara Ambien Sudah ada Pengaturan untuk Udara Ambien
yang memajan langsung manusia

28
SBMKL dan Persyaratan Kesehatan Media Udara Indoor
Metode
No Parameter SBMKL Unit Keterangan
Pengukuran Persyaratan Kesehatan Udara dalam
A Parameter Fisik Ruang
1 Suhu 18-30 oC Direct reading, Tergantung penggunaan Persyaratan Kesehatan Udara Dalam Ruang harus
thermometer. ruang memenuhi Persyaratan Kesehatan agar tidak
2 Pencahayaan Minimal 60 Lux Direct reading, Tergantung penggunaan menimbulkan gangguan kesehatan dan kenyamanan
Luxmeter ruang bagi masyarakat, khususnya orang yang ada dalam
3 Kelembapan 40 – 60 % Rh Direct reading, Tergantung penggunaan ruangan tersebut.
Hygrometer. ruang
Persyaratan Kesehatan Udara Dalam Ruang sebagai
4 Laju Ventilasi 0,15 – 0,25 m/detik Direct reading,
berikut:
Anemometer.
Direct reading, Terdapat sirkulasi dan pertukaran udara
Durasi 24 jam (batas
5 PM10 70 μg/m3 gravimetri, Dust Sistem penghawaan/ventilasi harus menjamin
tertinggi)
sampler PM10 terjadinya pergantian udara yang baik di dalam ruangan
Direct reading, Durasi 24 jam (batas yaitu dengan sistem ventilasi silang dengan luas
6 PM2,5 25 μg/m3 gravimetri, tertinggi) ventilasi minimal 10-20% dari luas lantai atau
Dust sampler PM2,5 menggunakan ventilasi buatan.
7. Kebisingan :
Lokus SBMKL Unit Metode Pengukuran Keterangan Terhindar dari paparan asap
7.1 Permukiman 55 Media Udara Dalam Ruang harus terhindar dari
7.2 Tempat Rekreasi 70 paparan asap, antara lain asap rokok, asap dapur,
7.3 Fasilitas Pendidikan 55 asap dari sumber bergerak (contoh asap kendaraan
7.4 Tempat Ibadah atau sejenisnya 55 bermotor), dan asap dari sumber lainnya.
7.5 Pasar dan Pusat Perbelanjaan 65
Tidak berbau tidak sedap
7.6 Pelabuhan Laut 70
Media Udara Dalam Ruang harus terbebas dari bau
7.7 Stasiun Kereta, Terminal, Disesuaikan Direct reading,
dB(A) tidak sedap, terutama bebas dari H2S dan amoniak.
Bandar Udara dengan Sound-level meter
ketentuan Terbebas dari debu
Menteri Media Udara Dalam Ruang harus tidak terlihat banyak
Perhubungan partikel yang beterbangan. 29
7.8 Tempat dan Fasilitas Umum
SBMKL dan Persyaratan Kesehatan Media Udara Indoor
B Parameter Kimia
500 μg/m3 rata-rata 10 menit
− Spektrofoto meter
1 Sulfur dioksida (SO2) 20
μg/m3 − Gas analyzer rata-rata 24 jam
200 μg/m3 − Spektrofoto 1 jam
2 Nitrogen dioksida (NO2) meter
40 μg/m3 1 tahun
− Gas analyzer
Spektrofoto
3 Ozon (O3) 100 μg/m3 rata-rata 8 jam
meter

Parameter Kimia Tambahan


C
1 Carbon monoksida (CO) 9 ppm Gas analyzer 8 jam
2 Carbon dioksida (CO2) 1.000 ppm Gas analyzer 8 jam
Atomic absorban
3 Timbal (Pb) 1,5 μg/m3 Spektrofotometer/AAS, 24 jam
Inductively Coupled Plasma (ICP)
4 Asbes 5 Serat/ml Mikroskop
5 Radon 100 – 300 Bq/ m3 Radon gas detector
6 Formaldehida (CH2O) 0,1 ppm Gas kromatografi 30 menit
Volatile Organic Compound (VOC) Gas kromatografi
7 3 ppm 8 jam
sebagai CH4 Gas detektor
Environmental Tobacco Smoke
8 1 -10 μg/m3 pajanan seumur hidup
(Nikotin)
9 Merkuri 1 μg/m3 portable mercury analyzer
10 Parameter kimia lain
D Parameter Biologi 30
1 Angka kuman 700 CFU/m3
No Parameter Waktu Pengukuran Baku Mutu Sistem Pengukuran
A.
1.
PARAMETER FISIK
Suhu 20 – 30 oC
SBMKL dan Persyaratan
2.
3.a
Kelembapan
Debu Partikulat (PM10) 24 jam
40 – 70 %
75 μg/m3 aktif kontinu
Kesehatan Media Udara
Tahunan 40 μg/m3
aktif manual
aktif kontinu
Ambien yang Memajan
3.b Debu Partikulat (PM2.5) 24 jam 55 μg/m3 aktif kontinu
aktif manual
Langsung pada Manusia
Tahunan 15 μg/m3 aktif kontinu
4. Kebisingan
Perumahan dan Permukiman 55 dB(A)
Perdagangan dan Jasa 70 dB(A) Persyaratan Kesehatan media Udara Ambien yang
Perkantoran 65 dB(A)
Ruang Terbuka Hijau 50 dB(A)
memajan langsung pada manusia adalah: kualitas
Industri 70 dB(A) Udara Ambien tidak boleh melebihi batas toleransi tubuh
Pemerintahan dan Fasilitas Umum 60 dB(A) manusia.
Tempat Rekreasi 70 dB(A)
Stasiun Kereta Api 60 dB(A) Batas toleransi merupakan kemampuan fisik manusia
Pelabuhan Laut 70 dB(A) untuk menyerap zat pencemar pada udara yang menjadi
Rumah Sakit dan sejenisnya 55 dB(A)
Sekolah atau sejenisnya 55 dB(A)
risiko kesehatan baik berupa fisik, kimia, dan biologi.
Tempat Ibadah atau sejenisnya 55 dB(A) Batas toleransi terutama dipengaruhi oleh durasi
B. PARAMETER KIMIA PP 22/2021 keterpajanan, waktu pajanan aktivitas yang dilakukan,
1. Karbon Monoksida (CO) 1 jam 10000 μg/m3 aktif kontinu dan dosis pajanan.
8 jam 4000 μg/m3 aktif kontinu
2. Ozon (O3) 1 jam 150 μg/m3 aktif kontinu
aktif manual Persyaratan Kesehatan media Udara Ambien
8 jam 100 μg/m3 aktif kontinu meliputi: tidak terpajan suhu udara yang melebihi batas
Tahunan 35 μg/m3 aktif kontinu
3. Nitrogen Dioksida (NO2) 1 jam 200 μg/m3 aktif kontinu
toleransi, bebas dari kebauan yang berasal antara lain
aktif manual dari H2S dan amoniak atau dari parameter lain yang
24 jam 65 μg/m3 aktif kontinu dihasilkan dari pembusukan limbah.
Tahunan 50 μg/m3 aktif kontinu
4. Sulfur Dioksida (SO2) 1 jam 150 μg/m3 aktif kontinu
aktif manual Kemudian jika terdapat pajanan asap atau debu, baik
24 jam 75 μg/m3 aktif kontinu dari sumber bergerak maupun tidak bergerak maka tidak
Tahunan 45 μg/m3 aktif kontinu sampai mengganggu pernafasan, menyebabkan iritasi31
5. Partikel Tersuspensi Total (TSP) 24 jam 230 μg/m3 aktif manual
6. Timbal (Pb) 24 jam 2 μg/m3 aktif manual
mata, dan jarak pandang normal
SBMKL
& PERSYARATAN KESEHATAN
MEDIA TANAH
SBMKL dan Persyaratan Kesehatan MEDIA TANAH
(Sebelumnya belum ada Regulasi yang mengatur)
Parameter Satuan Permukiman Parameter Satuan Permukiman Keterangan
ANORGANIK FISIK TANAHd)
Aluminium (Al) mg/kg R
Suhu R Wajib
Antimoni (Sb) mg/kg ≤3
Arsenik (As) mg/kg ≤20 Kelembaban R Wajib
Barium (Ba) mg/kg ≤160
Berillium (Be) mg/kg ≤1,1 Porositas R Wajib
Boron (B) mg/kg ≤36 Derajat keasaman (pH) R Wajib
Kadmium, Cd mg/kg ≤3 R = total konsentrasi kontaminan pada tanah referensi setempat
Cobalt (Co) mg/kg R
Krom valensi 6(Cr6+) mg/kg ≤1
Tembaga(Cu) mg/kg ≤30
Timbal/Timah Hitam (Pb) mg/kg ≤300
Merkuri (Hg) mg/kg ≤0,3
Molibdenum (Mo) mg/kg ≤40
Nikel (Ni) mg/kg ≤60
Selenium (Se) mg/kg ≤10
Tin (Sn) mg/kg R
Perak (Ag) mg/kg ≤10
Persyaratan Kesehatan Media Tanah:
Seng (Zn) mg/kg ≤120
1. Tanah tidak bekas lokasi pertambangan yang tercemar,
ANION
Sianida (Total) (CN) mg/kg ≤50 2. Tanah tidak bekas tempat pemrosesan akhir sampah,
Fluorida mg/kg ≤450
3. Bersih dari kotoran manusia dan hewan,

4. Bukan terletak pada daerah rawan bencana longsor; dan


5. Aman dari kemungkinan kontaminasi Bahan Berbahaya dan Beracun (B3), dan Limbah B3
33
Tata Laksana Pengawasan pada media Tanah
Pengawasan secara berkala dilakukan dengan cara
pemantauan terhadap daerah yang Tanahnya
terkontaminasi secara alami maupun lahan/Tanah
yang sudah terkontaminasi yang disebabkan aktivitas
ekonomi yang tidak berizin lingkungan. Hasil
pengawasan dituangkan dalam berita acara
pengawasan. Pengawasan ini juga melakukan
updating data pencemaran dan atau pencemaran
baru, dan menerbitkan berita acara pengawasan yang
telah disetujui kedua belah pihak (pengawas dan
pihak yang diawasi).
Dalam kegiatan pengawasan dilakukan pengukuran
kualitas Tanah dengan memperhatikan parameter
berdasarkan potensi bahan cemaran yang ada dan
gangguan kesehatan yang ditimbulkan. Untuk
penelusuran lebih lanjut, petugas dapat mengambil
sampel darah, kuku, rambut dan lainnya jika
diperlukan. Pembiayaan untuk pengambilan sampel
dan pemeriksaan kualitas Tanah dibebankan pada
pemerintah.
Pengawasan sebagai tindak lanjut pengaduan
masyarakat. Pengawasan yang dimaksud dalam hal
ini pemerintah mendapat pengaduan masyarakat
sesuai mekanisme yang ada. Pengaduan masyarakat
tersebut disampaikan secara tertulis kepada kepala
desa, dan selanjutnya secara berjenjang kepada
kepala daerah (gubernur/bupati/ walikota), dan
kepada Menteri. Pengaduan masyarakat
ditindaklanjuti dengan melakukan penelusuran/
penyelidikan/investigasi.
SBMKL
& PERSYARATAN KESEHATAN
MEDIA PANGAN
Poin Perubahan Dari Regulasi sebelumnya
No Media SBMKL Persyaratan Kesehatan Keterangan
1 PANGAN Ada penambahan parameter khusus biologi yaitu Tempat Pengelolaan Pangan (TPP) yang diatur Penambahan parameter khusus
Salmonella SP saat ini ada 14 jenis TPP yang terbagi menjad 2 biologi dan kimia wajib dalam
Bacillus Cereus kewajiban yaitu : rangka memenuhi kebutuhan
Stapylococcus Aureus Wajib SLHS: pemeriksaan pangan terkait
Listeria Monocitogenes - Jasa boga (gol A, B dan C) kebutuhan pembinaan dan
- Restoran (restoran dan restoran hotel) pengawasan (parameter yang
dan parameter wajib kimia - Depot Air Minum (DAM) diambil berdasarkan yang paling
Boraks - TPP Tertentu (industri tempe dan tahu sering menyebabkan keracuna
Formalin kedelai) pangan)
Methanil Yellow
Rodhamin B Wajib label pengawasan:
- Rumah makan (gol A1 dan A2)
- Gerai pangan jajanan
- Gerai pangan jajanan keliling (gol A1, A2,
dan B)
- Dapur gerai pangan jajanan
- Sentra pangan jajanan atau sejenisnya
Persyaratan Kesehatan Pangan Olahan Siap Secara umum persyaratan
Saji dikelompokkan berdasarkan aspek: persyaratan untuk semua TPP sama,
- bangunan, jika terdapat kekhususan maka
- Peralatan dituangkan dalam persyaratan
- penjamah pangan spesifik sesuai jenis TPP nya.
- pangan
• Pemilihan bahan pangan
• Penyimpangan bahan pangan
• Pemasakan
• Penyimpanan pangan matang
• Pengangkutan pangan matang
• Penyajian pangan matang
- persyaratan spesifik sesuai jenis TPP

36
• Upaya Penyehatan Pangan Dilakukan Dengan Penerapan Wajib SHLS Dan Label Bagi TPP
Serta Pengawasan Pangan Berbasis Risiko

Penerbitan Sertifikat Laik Higiene Sanitasi (SLHS) atau label sistem Online Single Submission (OSS).

TPP milik pemerintah pusat seperti :


• jasa boga di lembaga pemasyarakatan/rumah tahanan,
• badan atau balai diklat,
• TPP milik pemerintah daerah seperti jasa boga di rumah sakit umum daerah,
• TPP milik TNI seperti jasa boga di rumah sakit TNI,
• TPP milik POLRI seperti jasa boga di rumah sakit POLRI

yang belum menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum atau Badan Layanan
Umum Daerah (PPK BLU/BLUD), dan TPP milik pesantren, maka SLHS tidak diajukan melalui OSS,
tetapi dapat diterbitkan oleh dinas kesehatan atau instansi yang ditunjuk pemerintah daerah untuk
TPP di wilayah, atau instansi kekarantinaan kesehatan di pelabuhan, bandar udara, dan PLBDN
setempat untuk TPP di pelabuhan, bandar, udara, dan PLBDN.

Pengawasan Internal
Pengawasan internal dilakukan oleh pengelola, penyelenggara, atau penanggung jawab dengan menggunakan form
Inspeksi Kesehatan Lingkungan (IKL) sesuai dengan jenis TPP 2 (dua) kali setahun.

37
• Upaya Penyehatan Pangan Dilakukan Dengan Penerapan Wajib SHLS Dan Label Bagi TPP
Serta Pengawasan Pangan Berbasis Risiko

Uji Laboratorium
• Pengujian Pangan Olahan Siap Saji dilakukan oleh laboratorium yang terakreditasi atau yang ditunjuk oleh
Pemerintah Daerah.
• Pengujian Pangan Olahan Siap Saji untuk kebutuhan pengawasan dapat dilakukan dengan peralatan uji cepat di
lapangan atau pengujian di laboratorium.
• Pengujian sampel yang menggunakan peralatan uji cepat dalam pemakaiannya diharapkan sudah terkalibrasi
minimal setiap tahun. Peralatan ini dapat memeriksa parameter fisik, mikrobiologi, dan kimia terbatas. Apabila
hasil pemeriksaan menggunakan peralatan ini hasilnya tidak memenuhi syarat, sebaiknya dilakukan pemeriksaan
lanjutan ke laboratorium terakreditasi dan teregistrasi di Kementerian Kesehatan atau laboratorium yang ditunjuk
Pemerintah Daerah.

Analisis Risiko
Analisis risiko Pangan Olahan Siap Saji dilakukan pada TPP dengan menggunakan IKL berbasis risiko melalui:
a. Penetapan risiko Pangan dengan menghitung skor profil Pangan dan skor mitigasi terhadap Pangan;
b. Penetapan risiko bisnis dengan menghitung skor ukuran bisnis dan skor riwayat ketidaksesuaian bisnis dari
inspeksi sebelumnya;
c. Dari hasil penilaian poin a dan b akan didapatkan kategori tingkat risiko TPP yang akan menentukan frekuensi
pengawasan.
• TPP tisiko tinggi, maka TPP tersebut dilakukan pengawasan sebanyak 2 (dua) kali dalam setahun.
• TPP risiko sedang, maka pengawasan dilakukan 1 (satu) kali dalam setahun.
• TPP risiko rendah, maka pengawasan cukup 2 (dua) tahun sekali.
38
SBMKL
& PERSYARATAN KESEHATAN
SARANA BANGUNAN
Sarana dan Bangunan adalah tempat dan wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi dan fasilitas pendukung yang
menyatu dengan tempat kedudukannya yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatan

Pasal 9
Persyaratan Kesehatan :
(1) SBMKL media Sarana dan Bangunan berupa kadar a. Lokasi
maksimum yang diperbolehkan paling sedikit bagi b. Ruangan Umum
parameter: c. Langit-langit
a. debu total; d. Ruangan yang Digunakan untuk Tidur
e. Tangga
b. asbes bebas; dan
f. Lantai
c. timah hitam (Pb) untuk bahan bangunan. g. Atap
(1) Parameter sebagaimana dimaksud pada ayat (1) h. Dinding
dapat dinilai pada bahan bangunan yang digunakan i. Sarana Sanitasi (Ketersediaan Air, Toilet/Sanitasi, Sarana CTPS,
dan/atau kualitas Udara Dalam Ruang. Tempat Pengelolaan sampah, tempat Pengelolaan Air Limbah,
(2) Persyaratan Kesehatan media Sarana dan Bangunan Penyaluran Air Hujan).
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan j. Kepadatan Hunian
k. Deasian kenyamanan Ruang Gerak
perundang-undangan
l. Ventilasi
m. Pencahayaan
n. Kebisingan
SMBKL media Sarana dan Bangunan meliputl :
o. Efisiensi dan Ramah Lingkungan
parameter DebuTotal dan Asbes yang menjadl bagian p. Managemen kebersihan
dalam SBMKLdl media Udara Dalam Ruang, q. Penyediaan Sarana Untuk Kepentinagn umum
r. Bangunan Rumah bag! Penyandang Disabllttas dan Lanjut Usia
sementara untuk parameter Timbal (Pb) dalam sarana s. Memiliki Sistem Peringatan Bahaya
bangunan dapat mengacu pada ketentuan peraturan t. Jalur Evakuasi
perundang-undangan .
PENGELOLAAN LIMBAH
PERSYARATAN TEKNIS PENGELOLAAN LIMBAH
DAN PENGAWASAN TERHADAP LIMBAH
YANG BERASAL DARI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN

• Setiap Fasilitas Pelayanan Kesehatan wajib melakukan proses pengolahan


limbah yang dihasilkan.
• Limbah yang dihasilkan dari Fasilitas Pelayanan Kesehatan dapat berupa
limbah medis dan limbah nonmedis atau domestik. (limbah padat, cair,
dan gas).
• Limbah medis meliputi ; limbah infeksius, limbah sitoktosik, limbah
genotoksik, limbah farmasi, limbah dengan kandungan logam berat,
limbah kimia, limbah radioaktif, atau limbah lainnya yang termasuk
dalam kategori Limbah B3.
• Limbah nonmedis atau domestic, meliputi limbah padat yang dihasilkan
dari kegiatan Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang tidak termasuk dalam
kategori Limbah B3 dan disebut sebagai Sampah.
• Selain limbah medis dan nonmedis atau domestik, limbah yang
dihasilkan dari kegiatan Fasilitas Pelayanan Kesehatan dapat berupa
Limbah nonB3 yang merupakan hasil dari pengolahan Limbah B3 dengan
metode disinfeksi dan sterilisasi.

42
TAHAPAN PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS DAN DOMESTIK

Kegiatan pengelolaan limbah medis Kegiatan pengelolaan limbah nonmedis atau


berupa limbah padat : domestic, melalui tahapan:

a. pengurangan; a. pengurangan;

b. pemilahan; b. pemilahan;
c. pewadahan; c. pengumpulan;
d. penyimpanan; d pengangkutan;
e. pengangkutan; dan e. pengolahan; dan/atau
f. pengolahan. f. pemrosesan akhir.

• Pengangkutan dan pengolahan (huruf e/d & f/e) dapat dilakukan secara mandiri atau bekerja sama dengan pihak
lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
• Ketentuan mengenai persyaratan teknis masing-masing tahapan kegiatan pengelolaan limbah, baik limbah
medis maupun limbah nonmedis atau domestik, mengacu pada ketentuan peraturan perundang-undangan
PENGELOLAAN PENGELOLAAN PENGELOLAAN
AIR LIMBAH LIMBAH GAS LIMBAH NONB3

Pemilihan; →memilih teknologi yang a. Pengurangan; → dapat dilakukan sebelum


a. penyaluran; → Air limbah harus a.
memenuhi standar baku efluen sedikit atau tidak menghasilkan dan/atau sesudah Limbah nonB3 dihasilkan,
sebelum ke badan air) emisi gas. dengan cara penggunaan teknologi ramah
lingkungan :
b. pengolahan; → untuk b. Pemeliharaan; → Dilakukan secara - penggilingan (grinding);
mengurangi risiko gangguan rutin untuk menghasilkan emisi gas
- pencacahan (shredding);
kesehatan dan lingkungan) yang dihasilkan.
- pemadatan (compacting);
c. Pemeriksaan → Dilakukan c. Perbaikan → untuk menghasilkan - sesuai dengan perkembangan
pemantauan rutin. emisi gas yang keluar sesuai dengan teknologi.
ketentuan peraturan perundang- b.Penyimpanan; → pengemasan secara
undangan. khusus Limbah nonB3; dan penyimpanan pada
d. Pemeriksaan → mengukur fasilitas penyimpanan yang memenuhi syarat
parameter emisi gas untuk dengan memperhatikan ketentuan waktu
pemantauan hasil) penyimpanan.
c. Pengangkutan; → menggunakan alat angkut
khusus yang memenuhi persyaratan.
d. Pemanfaatan; dan
e. Penimbunan
PENGAWASAN LIMBAH FASYANKES
Internal : External :
• Kemenkes
Dilakukan oleh
Fasyankes dlm • KLHK
bentuk IKL • Dinkes/ DLH

Pengawasan terhadap limbah padat, cair, dan gas yang berasal dari
Fasilitas Pelayanan Kesehatan dilakukan oleh tenaga sanitasi
lingkungan atau tenaga lain yang diberikan kewenangan.
Pengawasan dilakukan paling sedikit melalui:
1. Surveilans dengan melaksanakan inspeksi Kesehatan Lingkungan terhadap sarana dan tahapan pengelolaan
limbah paling sedikit 2 (dua) kali setahun. Surveilans dapat dilakukan dengan menggunakan sistem informasi
pengelolaan limbah medis secara on line.
2. Uji laboratorium dengan pengambilan, pengiriman, dan pemeriksaan sampel efluen hasil pengolahan limbah
cair dan emisi gas. Parameter yang diperiksa secara berkala sesuai peraturan yang berlaku.
3. Melakukan analisis risiko terhadap hasil inspeksi Kesehatan Lingkungan dengan hasil pemeriksaan
laboratorium.
4. Tindak lanjut berupa perbaikan sarana dan teknis pengelolaan limbah
PENGATURAN SBMKL PADA FASYANKES
Air Minum
Sasaran untuk penetapan standar baku mutu kesehatan lingkungan media Air Minum diperuntukkan bagi
penyelenggara dan produsen/penyedia/ penyelenggara Air Minum yang dikelola dengan jaringan
perpipaan, bukan jaringan perpipaan, dan komunal, baik institusi maupun non institusi di Permukiman,
Tempat Kerja, Tempat Rekreasi serta Tempat dan Fasilitas Umum
PENGATURAN SBMKL PADA FASYANKES
Media Udara Dalam Ruang (Indoor)
Secara umum intensitas cahaya untuk ruangan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang tidak ada di dalam tabel, minimal 100 lux.
Untuk standar tekanan bising pada ruangan-ruangan khusus yang kegiatannya menimbulkan kebisingan lebih tinggi (missal generator set, power house)
pada saat tertentu atau operasional, maka standar tekanan kebisingan maksimal 85dBA
PENGATURAN SBMKL PADA FASYANKES
Untuk standar tekanan bising pada ruangan-ruangan khusus yang
kegiatannya menimbulkan kebisingan lebih tinggi (missal generator set,
power house) pada saat tertentu atau operasional, maka standar tekanan
kebisingan maksimal 85dBA
PENGATURAN SBMKL PADA FASYANKES
Jasa boga golongan B:
Untuk keperluan monitoring, pemeriksaan mikrobiologi di
rumah sakit hanya dilakukan pada kondisi khusus, yaitu:
a). Ruang operasi baru akan digunkanan atau setelah
Melayani kebutuhan masyarakat umum < 750 porsi/hari atau
direnovasi
b). Bila ada perubahan pada SOP higienis/pembersihan ruang memenuhi kegiatan/kebutuhan khusus, antara lain rumah sakit
operasi
c). Bila diperlukan untuk mendukung investigasi KLB, dan
d). Bila diduga ada ancaman bioterorisme
PENGATURAN SBMKL PADA FASYANKES
Media Udara Ambien
SBMKL & PERSYARATAN KESEHATAN
VEKTOR DAN BINATANG PEMBAWA PENYAKIT
Pengendalian Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit :

❑ pengamatan dan penyelidikan bioekologi, penentuan status ❑ pengamatan dan penyelidikan bioekologi, penentuan status
kevektoran, status resistensi, dan efikasi bahan pengendali, kevektoran, status resistensi, dan efikasi bahan pengendali,
serta pemeriksaan sampel serta pemeriksaan sampel
❑ intervensi Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit dengan ❑ Pengendalian Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit
metode fisik, biologi, kimia, dan terpadu; dengan metode fisik, biologi, kimia, dan terpadu;
❑ pemantauan kepadatan Vektor dan Binatang Pembawa ❑ pemantauan kepadatan Vektor dan Binatang Pembawa
Penyakit. Penyakit.

Persyaratan Pihak Ke 3 dalam Pengendalian Vektor dan BPP

❑ berbentuk badan usaha ❑ Berbentuk badan usaha;

❑ memiliki izin penyelenggaraan Pengendalian Vektor dan ❑ memiliki izin penyelenggaraan Pengendalian Vektor dan Binatang
Binatang Pembawa Penyakit sesuai dengan ketentuan Pembawa Penyakit sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Menteri
ini; dan
peraturan perundang-undangan
❑ terdaftar sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.

52
Pengendalian Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit
Pasal 4
Setiap penghuni dan/atau keluarga yang bertempat tinggal di lingkungan Permukiman wajib mewujudkan kepadatan
Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit sesuai SBMKL dan Persyaratan Kesehatan.
Setiap pengelola, penyelenggara, dan penanggung jawab lingkungan Permukiman, Tempat Kerja, Tempat Rekreasi, serta
Tempat dan Fasilitas Umum wajib mewujudkan Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit sesuai SBMKL dan Persyaratan
Kesehatan.
Dalam keadaan tertentu, Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah provinsi, dan Pemerintah Daerah kabupaten/kota sesuai
dengan kewenangannya wajib mewujudkan media air, udara, Tanah, Pangan, Sarana dan Bangunan yang memenuhi
SBMKL dan Persyaratan Kesehatan, dan bebas Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit.
Akibat dari suatu proses kejadian yang bersifat alamiah atau akibat ulah manusia yang berpengaruh terhadap
kelangsungan hidup dan pelaksanaan kegiatan manusia di lingkungan tersebut, dapat berupa banjir, erupsi gunung
berapi, gempa bumi, kebakaran, kejadian luar biasa/wabah, dan perpindahan penduduk karena konflik

Pelaksanaan Pengendalian Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit harus didukung dengan
Pemeriksaan dan pengujian laboratorium Manajemen resistensi
Terakreditasi
Ditunjuk oleh pemerintah mencegah, menghambat, dan mengatasi
Tenaga entomolog kesehatan atau tenaga kesehatan lingkungan lain terjadinya resistensi pada Vektor dan
Binatang Pembawa Penyakit terhadap
➢ Pemeriksaan sampel pestisida
➢ Penentuan status kevektoran Pengendalian Vektor dan Binatang
➢ Penentuan status resistensi
Pembawa Penyakit menggunakan
➢ Efikasi bahan pengendali
pestisida yang tepat
SBMKL Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit
Pemantauan kepadatan Vektor dan Binatang
Pembawa Penyakit
Internal
Dilakukan oleh pengelola, penyelenggara, dan penanggung
jawab lingkungan Permukiman, Tempat Kerja, Tempat Rekreasi,
serta Tempat dan Fasilitas Umum

External
Dilakukan oleh Puskesmas, dinas kesehatan kabupaten/kota,
dinas kesehatan provinsi, atau instansi kekarantinaan
kesehatan di pelabuhan, bandar udara, dan pos lintas batas
darat negara secara berkala minimal 1 (satu) kali dalam 1 (satu)
bulan atau sewaktu-waktu

Dilakukan dengan menggunakan Formulir Pengamatan Vektor


dan Binatang Pembawa Penyakit
Didokumentasikan dalam bentuk berita acara pengawasan dan
dilaporkan kepada pimpinan instansi memuat hasil
pemeriksaan dan rekomendasi
Rekomendasi harus ditindaklanjuti oleh pengelola,
penyelenggara, dan penanggung jawab lingkungan
Permukiman, Tempat Kerja, Tempat Rekreasi, serta Tempat dan
Fasilitas Umum

54
SBMKL Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit

Pemenkes No 50 2017 Pemenkes No 2 2023

55
Kesehatan Lingkungan dalam Kondisi Matra
dan Ancaman Global Perubahan Iklim
Tata cara dan Upaya Penyelenggaraan Kesehatan
Lingkungan dalam Kondisi Matra dan Ancaman Global Perubahan Iklim
Pasal 40 Pasal 41
1) Penyelenggaraan kesehatan lingkungan dalam kondisi matra dilakukan
1) Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah provinsi, dan pada ruang lingkup kesehatan lapangan yang menimbulkan adanya
Pemerintah Daerah kabupaten/kota sesuai dengan pengungsi, migrasi, dan/atau relokasi.
kewenangannya melakukan penyelenggaraan Kesehatan
Lingkungan dalam keadaan tertentu. 2) Kondisi matra sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa bencana
atau peristiwa yang bersifat massal.
2) Keadaan tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi: 3) Kondisi matra berupa bencana sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
terdiri atas:
a. kondisi matra : merupakan perubahan pada seluruh
aspek lingkungan, wahana, atau media yang a. bencana alam;
berpengaruh secara bermakna terhadap kelangsungan
b. bencana non alam; dan
hidup dan kegiatan manusia
c. bencana sosial
b. ancaman global perubahan iklim :
4) Kondisi matra berupa peristiwa yang bersifat massal sebagaimana
1) aktivitas manusia langsung atau tidak langsung yang
dimaksud pada ayat (2) terdiri atas:
menyebabkan perubahan komposisi atmosfir secara
global; dan a. penyelenggaraan olahraga nasional atau internasional;
2) perubahan variabilitas iklim alamiah yang teramati b. arus mudik;
pada kurun waktu yang dapat dibandingkan.
c. jambore;
d. acara keagamaan; dan
e. kegiatan lain yang berpotensi mengumpulkan banyak orang.
Tata cara dan Upaya Penyelenggaraan Kesehatan
Lingkungan dalam Kondisi Matra dan Ancaman Global Perubahan Iklim

Pasal 42 Pasal 43

1) Penyelenggaraan kesehatan lingkungan dalam kondisi matra


dilakukan pada saat: 1) Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan dalam ancaman
a. pra-kejadian kondisi matra; global perubahan iklim dilakukan dalam rangka pelindungan
kesehatan masyarakat dan lingkungan dari dampak
b. kejadian kondisi matra; dan perubahan iklim pada kesehatan yang dilakukan melalui
upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim
c. pasca kejadian kondisi matra
2) Upaya mitigasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
2) Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan pada saat pra kejadian
dilakukan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca,
kondisi matra sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
meningkatkan serapan karbon dan/atau penyimpanan
meliputi identifikasi dan pengendalian faktor risiko penyakit yang
cadangan karbon sebagai bentuk upaya penanggulangan
berasal dari media lingkungan
dampak perubahan iklim.
3) Penyelenggaraan kesehatan lingkungan pada saat kejadian
3) Upaya adaptasi perubahan iklim sebagaimana dimaksud
kondisi matra sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
pada ayat (1) dilakukan untuk meningkatkan kemampuan
meliputi penilaian cepat bidang kesehatan lingkungan, intervensi
menyesuaikan dengan mengurangi potensi dampak negatif
kesehatan lingkungan, dan pemeriksaan sampel media
dan memanfaatkan dampak positif perubahan iklim untuk
lingkungan.
melindungi kesehatan masyarakat.
4) Penyelenggaraan kesehatan lingkungan pada saat pasca
kejadian kondisi matra sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf c meliputi inspeksi kesehatan lingkungan, intervensi
kesehatan lingkungan, pemberdayaan masyarakat, dan
pemeliharaan kondisi kesehatan lingkungan.
Diperlukan Peralatan pengawasan
PENGAWASAN MEDIA LINGKUNGAN kualitas lingkungan dan penguatan

DILAKUKAN BERBASIS LOKUS kapasitas labkesmas (regional dan


swasta).

Pengujian kualitas Air Minum dapat


Lokus Pengawasan Pelaporan dilakukan dengan peralatan uji cepat
di lapangan maupun pengujian di
laboratorium terakreditasi dan
Rekomendasi
teregistrasi di Kementerian Kesehatan.
tidak (Regulasi untuk registrasi di Kemenkes
sedang proses di siapkan)
Memenuhi ya Kepala Daerah melalui
Eksternal Syarat Kepala OPD terkait
(MS) Dalam hal suatu Kabupaten/Kota
Input di sistem tidak memiliki laboratorium
informasi (ESATU) terakreditasi dan teregistrasi di
TFU dan Kementerian Kesehatan, Pemerintah
Permukiman Daerah menetapkan laboratorium
sebagai laboratorium pengujian
kualitas air.
Memenuhi ya Kepala Puskesmas/
Internal Syarat dinas kesehatan/ OPD
(MS) terkait setempat Output:
• Kab/Kota Sehat
tidak
• Pelabuhan/Bandara Sehat
Perbaikan • Pasar Sehat
• Sekolah Sehat
Lokus TFU yang menjadi prioritas Hasil IKL dilaporkan
• Fasyankes menyelenggarakan
1. Pengawasan Eksternal dilaksanakan oleh tenaga kesehatan
pengawasan saat ini adalah lingkungan/ sanitarian Puskesmas/dinas kesehatan, Kantor kepada Kepala OPD Kesling
Sekolah/ madrasah (SD/MI, Kesehatan Pelabuhan (KKP) melalui dan menggunakan Formulir terkait untuk dapat • Sertifikat Laik Sehat (SLS) pada
SMP/Mts, Pasar, dan Inspeksi Kesehatan Lingkungan (IKL), dilakukan minimal satu tahun ditindaklanjuti Akomodasi, Tempat Rekreasi,
Puskesmas), untuk TFU lain sekali untuk masing-masing lokus. Tempat Hiburan dan Tempat
dapat dilakukan pengawasan Olahraga
mengacu pada peraturan 2. Pengawasan Internal dilaksanakan oleh penyelenggara/ • Sertifikat Laik Higiene Sanitasi
daerah masing-masing. penanggung jawab TFU secara mandiri menggunakan Buku (SLHS): Rumah Makan/ Restoran
Lokus IKL dapat diperluas ke Rapor Kesehatan Lingkungan dilakukan minimal satu bulan sekali. Jasa Boga, Depot Air Minum
permukiman.
TERIMA KASIH

60

Anda mungkin juga menyukai