sangat penting
2
Permenkes nomor 2 Tahun 2023 tentang Peraturan Pelaksanaan PP No 66 Tahun 2014 tentang
Kesehatan Lingkungan MENSIMPLIFIKASIKAN semua regulasi yang sudah ada dari Amanah PP 66
Tahun 2014 tersebut dengan ruang lingkup pengaturan sbb:
SBMKL dan PERSYARATAN KESEHATAN : Media Lingkungan di Permukiman, Tempat Kerja, Tempat
Rekreasi dan Tempat dan Fasilitas Umum
PENGAMANAN: Upaya pelindungan kesehatan masyarakat; proses pengolahan limbah; dan pengawasan
terhadap limbah
Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan dalam kondisi matra dan Ancaman Global Perubahan Iklim
6
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Kesehatan Lingkungan adalah upaya pencegahan penyakit dan/atau gangguan kesehatan dari faktor risiko lingkungan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat
baik dari aspek fisik, kimia, biologi, maupun sosial.
2. Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan yang disingkat SBMKL adalah spesifikasi teknis atau nilai yang dibakukan pada media lingkungan yang berhubungan atau
berdampak langsung terhadap kesehatan masyarakat.
3. Persyaratan Kesehatan adalah kriteria dan ketentuan teknis kesehatan pada media lingkungan.
4. Air Minum adalah air yang melalui pengolahan atau tanpa pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum.
5. Air untuk Keperluan Higiene dan Sanitasi adalah air yang digunakan untuk keperluan higiene perorangan dan/atau rumah tangga.
6. Air Kolam Renang adalah air yang telah diolah yang dilengkapi dengan fasilitas kenyamanan dan pengamanan berupa konstruksi kolam baik yang terletak di dalam
maupun di luar bangunan yang digunakan untuk berenang, rekreasi, atau olahraga air lainnya.
7. Air Solus Per Aqua yang selanjutnya disebut Air SPA adalah air yg digunakan utk terapi dgn karakteristik tertentu yg kualitasnya dpt diperoleh dgn cara pengolahan
maupun alami.
8. Air Pemandian Umum adalah air alam tanpa pengolahan terlebih dahulu yg digunakan utk kegiatan mandi, relaksasi, rekreasi, olahraga,&dilengkapi dgn fasilitas lainnya.
9. Udara Dalam Ruang adalah udara di dalam gedung atau bangunan, terutama yang berkaitan dengan kesehatan dan kenyamanan penghuni bangunan.
10. Udara Ambien adalah udara bebas di permukaan bumi pada lapisan troposfir yang berada di dalam wilayah yurisdiksi Republik Indonesia yang dibutuhkan dan
berpengaruh terhadap kesehatan manusia, makhluk hidup, dan unsur lingkungan hidup lainnya.
11. Tanah adalah permukaan bumi atau lapisan bumi yang di atas sekali, atau permukaan bumi yg terbatas yg ditempati oleh manusia, makhluk hidup,& unsur lingkungan
hidup lainnya.
12. Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati produk pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, peternakan, perairan, dan air, baik yang diolah
maupun tidak diolah yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan Pangan, bahan baku Pangan, dan bahan
lainnya yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan/atau pembuatan makanan atau minuman.
13. Pangan Olahan Siap Saji adalah makanan dan/atau minuman yg sudah diolah dan siap utk langsung disajikan di tempat usaha atau di luar tempat usaha seperti Pangan
yg disajikan di jasa boga, hotel, restoran, rumah makan, kafetaria, kantin, kaki lima, gerai makanan keliling (food truck), dan penjaga makanan keliling atau usaha sejenis.
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
14. Sarana dan Bangunan adalah tempat & wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi dan fasilitas pendukung yg menyatu dgn tempat kedudukannya yg berfungsi sbg
tempat manusia melakukan kegiatan.
15. Vektor adalah artropoda yang dapat menularkan, memindahkan, dan/atau menjadi sumber penular penyakit.
16. Binatang Pembawa Penyakit adalah binatang selain Artropoda yang dapat menularkan, memindahkan, dan/atau menjadi sumber penular penyakit.
17. Permukiman adalah bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih satu satuan perumahan yang mempunyai sarana prasarana, utilitas umum, serta
mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau kawasan perdesaan.
18. Tempat Kerja adalah ruangan atau lapangan tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap di mana tenaga kerja bekerja, atau yang sering dimasuki pekerja untuk
keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber atau sumber-sumber bahaya.
19. Tempat Rekreasi adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan
manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan.
20. Tempat dan Fasilitas Umum adalah lokasi, sarana, dan prasarana kegiatan bagi masyarakat umum.
21. Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah suatu alat dan/atau tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif,
kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat.
22. Penyehatan adalah upaya pencegahan penurunan kualitas media lingkungan dan upaya peningkatan kualitas media lingkungan.
23. Pengamanan adalah upaya pelindungan terhadap kesehatan masyarakat dari faktor risiko atau gangguan kesehatan.
24. Pengendalian adalah upaya untuk mengurangi atau melenyapkan faktor risiko penyakit dan/atau gangguan kesehatan.
25. Bahan Berbahaya dan Beracun yang selanjutnya disingkat B3 adalah zat, energi, dan/atau komponen lain yang karena sifat konsentrasi dan/atau jumlahnya,
baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan/atau merusak lingkungan hidup, dan/atau dapat membahayakan lingkungan hidup, dan/atau
membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, serta kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lain.
BAB III s.d. BAB VI Upaya Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan
Upaya Kegiatan Sumber Daya
Penyehatan dan Pengamanan
III Penyehatan Surveilans Sanitarian
Air, udara, tanah, pangan, sarana & Pengumulan data yang sistematik dan terus • 11.373 Puskesmas (hanya 9.831 PKM ada sanitarian).
menerus dapat melalui Konseling di
bangunan • 2.974 di 514 Dinkes Kab/Kota.
Puskesmas maupun pengamatan ke
lapangan (Inspeksi Kesehatan Lingkungan). • 509 Di UPT (BTKLPP dan KKP), Dinkes Kab/Kota Non Puskesmas dan
RS.
Upaya perlindungan Sanitarian Kit
IV Uji Laboratorium
kesehatan masyarakat • 7.074 unit di PKM;365 Dinkes(pengadaan pusat s.d. 2021).
Dilakukan sebagai penegasan ukuran
dari unsur yang menimbulkan gangguan parameter kualitas media lingkungan Pengendalian
kesehatan berkenaan dengan unsur fisik, biologi dan
kimia yang menjadi potensi faktor risiko Entomolog Kesehatan
penyebaran penyakit dan atau gangguan
kesehatan. • 63 JF Entokes di Dinkes Prov, Dinkes Kab/Kota, Puskesmas dan RS.
V Pengamanan • 287 JF Entokes di Pusat dan UPT (KKP dan B/BTKLPP).
• 1.000 Tenaga terlatih pengendalian vektor BP2 di Indonesia tetapi
belum Jabfung Entokes.
Pengolahan limbah (persyaratan teknis Analisis Risiko
pengolahan limbah) Bahan dan Peralatan Pengamatan dan Pengendalian
Metode atau pendekatan untuk mengkaji
lebih cermat terhadap potensi risiko • Seluruh Dinkes Provinsi, Dinkes Kab/Kota telah memiliki bahan dan
Pengawasan limbah (Pengawasan kesehatan yang berkenaan dengan kualitas peralatan surveilans/ pengendalian vektor BP2.
media lingkungan. • 600 Puskesmas telah memiliki bahan dan peralatan surveilans/
terhadap pengelolaan limbah) pengendalian vektor BP2.
• Seluruh KKP dan B/BTKLPP telah memiliki bahan dan peralatan
Intervensi surveilans/ pengendalian vektor BP2.
VI Pengendalian KIE, Teknologi tepat guna, dan rekayasa
lingkungan, serta pengendalian vektor dan
Laboratorium Kualitas Lingkungan
Vektor & binatang pembawa penyakit binatang pembawa penyakit
Laboratorium diperlukan sebagai rujukan pemeriksaan
. sampel media lingkungan dan Vektor, seperti: B/BTKL PP,
KKP, BBLK, Labkesda atau laboratorium berkompeten
9
(terakreditasi) lainnya yang ditunjuk oleh Kepala Daerah.
BAB VII Upaya Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan dalam Kondisi
Matra dan Ancaman Global Perubahan Iklim
10
BAB VIII
PENDEKATAN ONE HEALTH DALAM PENYELENGGARAAN KESEHATAN LINGKUNGAN
BAB IX BAB X dan XI
Ketentuan Peralihan dan Ketentuan Penutup
Pembinaan dan Pengawasan
Pembinaan dan pengawasan dilakukan secara berjenjang mulai dari - Beberapa Permenkes yang dicabut dan
tingkat Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota sampai ke Puskesmas terhadap dinyatakan tidak berlaku.(17 PMK dan KMK)
penerapan SBMKL dan Persyaratan kesehatan serta kegiatan - Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada
penyelenggaraan kesehatan lingkungan sesuai dengan tugas, fungsi dan
kewenangan masing-masing. tanggal diundangkan.
Tata cara pembinaan: Advokasi dan sosialisasi, Peningkatan jejaring - Setiap produsen/penyedia/penyelenggara Air
kerja/kemitraan, Pendidikan dan pelatihan, Bimbingan teknis, Pemberian Minum dan Pangan Olahan Siap Saji harus
penghargaan dan Pembiayaan program menyesuaikan ketentuan dalam Peraturan
Tata cara pengawasan: Pemantauan dan evaluasi dengan pengawasan
Menteri ini paling lambat 2 (dua) tahun sejak
internal (oleh Penyelenggara) dan eksternal (oleh Petugas Kesehatan
Lingkungan) Peraturan Menteri ini diundangkan.
12
Benchmark International
NO MEDIA STANDAR INTERNATIONAL YANG MENJADI RUJUKAN KETERANGAN
• WHO guideline: Guidelines for drinking-water quality, 4th edition, incorporating the 1st Salah satu acuan untuk SBMKL kualitas air minum acuannya dari WHO
addendum Guideline, namun juga mengacu dari EPA Badan urusan kualitas lingkungan US
• EPA (Environmental Protection Agency). Parameters of Water Quality: Interpretation and dan penentuan prioritas parameter khusus mengacu juga pada ATSDR, serta uji
Standard Environmental Protection Agency, Exford, Ireland. Retrieved 30October 2019. untuk parameter pada sampel air metodenya mengacu pada (SM-APHA)
1. Air
• ATSDR. (2017a). ATSDR’s Substance Priority List: What is the Substance PriorityList (SPL).
US Department of Health and HumanServices, Agency for Toxic Substances and Disease
Registry, Division ofToxicology and Human Health Sciences.
• SM-APHA (Standard Methods American Public Health Association)
• US-EPA/ ASHRAE (American Society of Heating, Refrigerating and Air Conditioning Baku Mutu dapat dievaluasi dan direvisi sesuai dengan perkembangan ilmu
Engineers) pengetahuan dan teknologi (seperti teknologi pemantauan, pengendalian, dll).
• ACGIH/NIOSH (American Conference of Governmental Industrial Hygienists /National Institute Evaluasi terhadap panduan baku mutu kualitas udara dapat menggunakan
2. Udara for Occupational Safety and Health panduan Badan Kesehatan Dunia sebagai referensi utama (WHO, 2000;
• ANSES (Agence Nationale De Sécurité Sanitaire De L’alimentation, De L’environnement Et Du 2006; 2009b; 2010; 2013) ditambah dengan referensi lain yang terkait, misalnya
Travail), (2018). List of Indoor Air Quality Guideline Values (French) Baku Mutu Udara yang diterbitkan organisasi dan oleh Negara-Negara lain
terutama negara Asia :Malaysia/Thailand yang mirip Indonesia.
• Nilai Pemandu dan Standar Kualitas yang Digunakan di Negeri Belanda untuk Menilai Kebijakan negara lain yang dikaji meliputi kebijakan penanganan lahan
Kontaminasi Tanah (Sumber: NMHPPE, 1991) terkontaminasi di Nedherland, United Kingdom (Inggris), serta negara-negara
• Konsentrasi Trigger untuk Logam dalam lahan Terkontaminasi yang Dikembangkan untuk di Eropa dan Amerika Serikat (USA). Standar Kualitas Tanah yang digunakan
Penggunaan yang Ditetapkan (ICRL) Departemen Lingkungan Inggris (Sumber: ICRCL, di Negeri Belanda untuk penanganan Lahan terkontaminasi hanya terdiri dari
3. Tanah 1987) satu standar dan hanya mencakup unsur logam, Sebaliknya, standar yang
• Konsentrasi Logam Maksimum yang masih Diperkenankan dalam Tanah yang Diaplikasi digunakan di Inggris sudah dibedakan berdasarkan penggunaan lahannya, yaitu
Lumpur Pengolahan Air (sewage sludge) di Berbagai Negara (Sumber: McGrath et al., 1994) untuk pekarangan (garden and allotment), taman, tempat bermain, ruang
terbuka (parks, playing fields, open space), serta berbagai penggunaan yang
ditanami tanaman (any uses where plants grown).
• Codex Committee On Food Hygiene Microbiological Criteria For Listeria Monocytogenes In Standar baku mutu terkait pangan siap saji (Ready to Eat Food) dengan
Ready-to-eat Foods (Codex CCFH, 2008) parameter mikrobiologi E.Coli, Salmonella, Bacillus Cereus, Staphylococcus dan
• Microbiological Guideline For Food For Ready to Eat Food Risk Assessment Section terbitan Listeria monocytogenes secara general tidak per menu karena untuk
Centre for Food Safety Food and Environmental Hygiene Department, Hong Kong (2014) mempermudah petugas kesehatan di daerah melakukan pemeriksaan sampel
4. Pangan • Code Of Hygienic Practice For Low-moisture Foods (Codex CCFH, 2018) pangan mengingat menu pangan pada pangan siap saji mempunyai variasi yang
• Guidelines for Assessing the Microbiological Safety of Ready-to-Eat Foods Placed on the sangat banyak.
Market, Health Protection Agency, UK (2009)
• Microbiological quality guide for ready-to-eat foods, NSW Food Authority, Australia (2009)
• Guideline integrated vector control management, WHO 2020 Pedoman pengendalian vektor terpadu, Pedoman surveilans vektor dan
Vektor dan binatang • Guideline vector surveillance, WHO 2020 Pedoman monitoring resistensi vektor.
5.
pembawa penyakit • Guideline monitoring of insecticide resistance, WHO 2018
13
STANDAR BAKU MUTU
KESEHATAN LINGKUNGAN
DAN PERSYARATAN KESEHATAN
SESUAI
PERMENKES NOMOR 2 TAHUN 2023 PELAKSANAAN PP 66/2014
TENTANG KESEHATAN LINGKUNGAN
SBMKL
& PERSYARATAN KESEHATAN
MEDIA AIR
SBMKL MEDIA AIR
PASAL 4
PASAL 1
Pemerintah Daerah menetapkan parameter khusus oleh sesuai dengan kondisi geohidrologi wilayah dan jenis kegiatan lingkungan
1 wilayahnya berdasarkan hasil penelitian dan pengkajian. Penelitian dan pengkajian dapat dilakukan oleh Pemerintah Daerah
dengan melibatkan pihak lain.
2 parameter khusus tidak terbatas pada lampiran PMK
3 Kondisi geohidrologi wilayah dan jenis kegiatan lingkungan meliputi:
1) karakteristik wilayah kegiatan pertanian/perkebunan/kehutanan; 2) karakteristik wilayah kegiatan industri; dan
3) karakterisitik wilayah kegiatan pertambangan minyak, gas, panas bumi, dan sumber daya mineral.
No Jenis Parameter Kadar maksimum Satuan Metode No Jenis Parameter Kadar Satuan Metode
yang Pengukuran maksimum Pengukuran
diperbolehkan yang
A Wilayah Pertanian/Perkebunan/Kehutanan diperbolehkan
1 Fosfat (fosfat 0,2 mg/L SNI/APHA A Wilayah Pertanian/Perkebunan/Kehutanan
sebagai P) 12 Sulfuril fluorida NA mg/L SNI/APHA/US EPA
3
2 Amoniak (NH ) 1,5 mg/L SNI/APHA/US EPA 13 Metil bromida NA mg/L SNI/APHA/US EPA
3 Benzena 0,01 mg/L SNI/APHA/US EPA 14 Seng fosfida NA mg/L SNI/APHA/US EPA
4 Toluen 0,7 mg/L SNI/APHA/US EPA 15 Dikuat dibromida NA mg/L SNI/APHA/US EPA
5 Aldin 0,00003 mg/L SNI/APHA/US EPA 16 Etil format NA mg/L SNI/APHA/US EPA
6 Dieldrin 0,00003 mg/L SNI/APHA/US EPA 17 Fosfin NA mg/L SNI/APHA/US EPA
7 Karbon organik 0,0007 mg/L SNI/APHA 18 Asam sulfur NA mg/L SNI/APHA/US EPA
(total)/ 19 Formaldehida NA mg/L SNI/APHA/US EPA
Hidrokarbon
20 Metanol NA mg/L SNI/APHA/US EPA
polyaromatis (PAH)
21 N-Metil Pirolidon NA mg/L SNI/APHA/US EPA
8 Kalium (K) NA mg/L SNI/APHA/US EPA
22 Piridin Base NA mg/L SNI/APHA/US EPA
9 Parakuat diklorida NA mg/L SNI/APHA/US EPA
23 Lindan NA mg/L SNI/APHA/US EPA
10 Aluminium fosfida NA mg/L SNI/APHA/US EPA
24 Heptakhlor NA mg/L SNI/APHA/US EPA
11 Magnesium fosfida NA mg/L SNI/APHA/US EPA
No Jenis Parameter Kadar maksimum Satuan Metode
No Jenis Parameter Kadar Satuan Metode Pengukuran yang diperbolehkan Pengukuran
maksimum
yang B Wilayah Industri
diperbolehkan 1 Total Kromium (Cr) 0,05 mg/L SNI/APHA/US EPA
A Wilayah Pertanian/Perkebunan/Kehutanan 2 Amonia (NH3) (terlarut) 1,5 mg/L SNI/APHA
25 Endrin NA mg/L SNI/APHA/US EPA 3 Hidrogen Sulfida (H2S) 0,05 - 0,1 mg/L SNI/APHA
(terlarut)
26 Endosulfan NA mg/L SNI/APHA/US EPA
4 Sianida (CN) 0,07 mg/L SNI/APHA
27 Residu Karbamat NA mg/L SNI/APHA/US EPA 5 Tembaga (Cu) 2 mg/L SNI/APHA
28 Organokhlorin NA mg/L SNI/APHA/US EPA 6 Selenium (Se) 0,01 mg/L SNI/APHA
7 Seng (Zn) 3 mg/L SNI/APHA
29 α-BHC NA mg/L SNI/APHA/US EPA
8 Nikel (Ni) 0,07 mg/L SNI/APHA
30 4,4-DDT NA mg/L SNI/APHA/US EPA 9 Senyawa diazo (zat SNI/APHA
31 Khlordan NA mg/L SNI/APHA/US EPA pewarna sintetik)
10 Fenol (C6H6O) (C6H5OH) SNI/APHA
32 Toxaphen NA mg/L SNI/APHA/US EPA
11 Fosfat (PO4) SNI/APHA
33 Heptaklor NA mg/L SNI/APHA/US EPA 12 Methylene Blue Active SNI/APHA
34 Mirex NA mg/L SNI/APHA/US EPA Substances (MBAS)
13 Detergen SNI/APHA
35 Polychlorinated NA mg/L SNI/APHA/US EPA
byphenil (PCB) C Wilayah Pertambangan Minyak, Gas, Panas Bumi, Sumber Daya Mineral
36 Hexachlorobenzene NA mg/L SNI/APHA/US EPA 1 Hidrogen Sulfida (H2S) 0,05 - 0,1 mg/L SNI/APHA
(HCB) (terlarut)
37 Organofosfat NA mg/L SNI/APHA/US EPA 2 Merkuri (Hg) 0,001 mg/L SNI/APHA
3 Tembaga (Cu) 2 mg/L SNI/APHA
38 Pyretroid NA mg/L SNI/APHA/US EPA
Radioaktif
39 Profenofos NA mg/L SNI/APHA/US EPA 4 Gross alpha activity 0,1 Bq/L SNI/APHA
40 Hexachlorobenzene NA mg/L SNI/APHA/US EPA 5 Gross beta activity 1 Bq/L SNI/APHA
6 Hidrokarbon polyaromatis 0,0007 mg/L SNI/APHA
7 Nikel (Ni) 0,07 mg/L SNI/APHA
8 Timbal 0,01 mg/L SNI/APHA
9 Amonia (NH3) (terlarut) 1,5 mg/L SNI/APHA
10 Fenol (C6H6O) (C6H5OH) SNI/APHA
PARAMETER AIR UNTUK KEPERLUAN HIGIENE DAN SANITASI
Kadar Kadar
Jenis maksimum Metode maksimum Metode
No Satuan No Jenis Parameter Satuan
Parameter yang Pengujian yang Pengujian
diperbolehkan diperbolehkan
Mikrobiologi Kimia
4 Total Dissolve Solid <300 mg/L SNI/APHA 13 Mangan (Mn) (terlarut) 0.1 mg/L SNI/APHA
SNI atau yang
5 Kekeruhan <3 NTU setara
6 Warna 10 TCU SNI/APHA
SBMKL (kadar
No Parameter Unit Keterangan
maksimum)
Fisik
Untuk kontak dengan airdalam
1 Suhu oC 15– 35
jangka waktu lama
2 Indeks sinar matahari (ultra violet index) ≤3 4 jam sekitar waktutengah hari
Secchi disk berdiameter200 mm
3 Kejernihan meter kedalaman 1,6
terlihat jelas
Kimia
1 pH 5-9
≥ 80 % saturasi
2 Oksigen terlarut (Dissolved Oxygen) mg/l ≥4
(jenuh)
Biologi
AIR UNTUK
AIR MINUM KEPERLUAN HIGIENE AIR KOLAM RENANG AIR SPA AIR PEMANDIAN
DAN SANITASI
Pengawasan atau pemantauan kualitas media lingkungan dalam rangka upaya Penyehatan dilakukan secara internal dan
eksternal.
produsen/penyedia/penyelenggara Air Minum harus menyusun rencana pengamanan air minum dan audit pelaksanaan rencana
pengamanan air minum
Hasil pengawasan atau pemantauan kualitas media lingkungan secara internal dan eksternal wajib didokumentasikan dalam
bentuk berita acara pengawasan (hasil pemeriksaan dan rekomendasi )dan dilaporkan kepada pimpinan instansi dan harus
ditindaklanjuti oleh pengelola, penyelenggara, dan penanggung jawab lingkungan Permukiman, Tempat Kerja, Tempat Rekreasi,
serta Tempat dan Fasilitas Umum, termasuk produsen/penyedia/penyelenggara Air Minum dan Pangan Olahan Siap Saji.
Parameter Kimia : 9 Parameter - Parameter Kimia wajib 3 (Tiga) Parameter : SO2, NO2, O3
- Parameter Kimia tambahan sebanyak 9 (Sembilan)
Belum ada Pengaturan untuk Udara Ambien Sudah ada Pengaturan untuk Udara Ambien
yang memajan langsung manusia
28
SBMKL dan Persyaratan Kesehatan Media Udara Indoor
Metode
No Parameter SBMKL Unit Keterangan
Pengukuran Persyaratan Kesehatan Udara dalam
A Parameter Fisik Ruang
1 Suhu 18-30 oC Direct reading, Tergantung penggunaan Persyaratan Kesehatan Udara Dalam Ruang harus
thermometer. ruang memenuhi Persyaratan Kesehatan agar tidak
2 Pencahayaan Minimal 60 Lux Direct reading, Tergantung penggunaan menimbulkan gangguan kesehatan dan kenyamanan
Luxmeter ruang bagi masyarakat, khususnya orang yang ada dalam
3 Kelembapan 40 – 60 % Rh Direct reading, Tergantung penggunaan ruangan tersebut.
Hygrometer. ruang
Persyaratan Kesehatan Udara Dalam Ruang sebagai
4 Laju Ventilasi 0,15 – 0,25 m/detik Direct reading,
berikut:
Anemometer.
Direct reading, Terdapat sirkulasi dan pertukaran udara
Durasi 24 jam (batas
5 PM10 70 μg/m3 gravimetri, Dust Sistem penghawaan/ventilasi harus menjamin
tertinggi)
sampler PM10 terjadinya pergantian udara yang baik di dalam ruangan
Direct reading, Durasi 24 jam (batas yaitu dengan sistem ventilasi silang dengan luas
6 PM2,5 25 μg/m3 gravimetri, tertinggi) ventilasi minimal 10-20% dari luas lantai atau
Dust sampler PM2,5 menggunakan ventilasi buatan.
7. Kebisingan :
Lokus SBMKL Unit Metode Pengukuran Keterangan Terhindar dari paparan asap
7.1 Permukiman 55 Media Udara Dalam Ruang harus terhindar dari
7.2 Tempat Rekreasi 70 paparan asap, antara lain asap rokok, asap dapur,
7.3 Fasilitas Pendidikan 55 asap dari sumber bergerak (contoh asap kendaraan
7.4 Tempat Ibadah atau sejenisnya 55 bermotor), dan asap dari sumber lainnya.
7.5 Pasar dan Pusat Perbelanjaan 65
Tidak berbau tidak sedap
7.6 Pelabuhan Laut 70
Media Udara Dalam Ruang harus terbebas dari bau
7.7 Stasiun Kereta, Terminal, Disesuaikan Direct reading,
dB(A) tidak sedap, terutama bebas dari H2S dan amoniak.
Bandar Udara dengan Sound-level meter
ketentuan Terbebas dari debu
Menteri Media Udara Dalam Ruang harus tidak terlihat banyak
Perhubungan partikel yang beterbangan. 29
7.8 Tempat dan Fasilitas Umum
SBMKL dan Persyaratan Kesehatan Media Udara Indoor
B Parameter Kimia
500 μg/m3 rata-rata 10 menit
− Spektrofoto meter
1 Sulfur dioksida (SO2) 20
μg/m3 − Gas analyzer rata-rata 24 jam
200 μg/m3 − Spektrofoto 1 jam
2 Nitrogen dioksida (NO2) meter
40 μg/m3 1 tahun
− Gas analyzer
Spektrofoto
3 Ozon (O3) 100 μg/m3 rata-rata 8 jam
meter
36
• Upaya Penyehatan Pangan Dilakukan Dengan Penerapan Wajib SHLS Dan Label Bagi TPP
Serta Pengawasan Pangan Berbasis Risiko
Penerbitan Sertifikat Laik Higiene Sanitasi (SLHS) atau label sistem Online Single Submission (OSS).
yang belum menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum atau Badan Layanan
Umum Daerah (PPK BLU/BLUD), dan TPP milik pesantren, maka SLHS tidak diajukan melalui OSS,
tetapi dapat diterbitkan oleh dinas kesehatan atau instansi yang ditunjuk pemerintah daerah untuk
TPP di wilayah, atau instansi kekarantinaan kesehatan di pelabuhan, bandar udara, dan PLBDN
setempat untuk TPP di pelabuhan, bandar, udara, dan PLBDN.
Pengawasan Internal
Pengawasan internal dilakukan oleh pengelola, penyelenggara, atau penanggung jawab dengan menggunakan form
Inspeksi Kesehatan Lingkungan (IKL) sesuai dengan jenis TPP 2 (dua) kali setahun.
37
• Upaya Penyehatan Pangan Dilakukan Dengan Penerapan Wajib SHLS Dan Label Bagi TPP
Serta Pengawasan Pangan Berbasis Risiko
Uji Laboratorium
• Pengujian Pangan Olahan Siap Saji dilakukan oleh laboratorium yang terakreditasi atau yang ditunjuk oleh
Pemerintah Daerah.
• Pengujian Pangan Olahan Siap Saji untuk kebutuhan pengawasan dapat dilakukan dengan peralatan uji cepat di
lapangan atau pengujian di laboratorium.
• Pengujian sampel yang menggunakan peralatan uji cepat dalam pemakaiannya diharapkan sudah terkalibrasi
minimal setiap tahun. Peralatan ini dapat memeriksa parameter fisik, mikrobiologi, dan kimia terbatas. Apabila
hasil pemeriksaan menggunakan peralatan ini hasilnya tidak memenuhi syarat, sebaiknya dilakukan pemeriksaan
lanjutan ke laboratorium terakreditasi dan teregistrasi di Kementerian Kesehatan atau laboratorium yang ditunjuk
Pemerintah Daerah.
Analisis Risiko
Analisis risiko Pangan Olahan Siap Saji dilakukan pada TPP dengan menggunakan IKL berbasis risiko melalui:
a. Penetapan risiko Pangan dengan menghitung skor profil Pangan dan skor mitigasi terhadap Pangan;
b. Penetapan risiko bisnis dengan menghitung skor ukuran bisnis dan skor riwayat ketidaksesuaian bisnis dari
inspeksi sebelumnya;
c. Dari hasil penilaian poin a dan b akan didapatkan kategori tingkat risiko TPP yang akan menentukan frekuensi
pengawasan.
• TPP tisiko tinggi, maka TPP tersebut dilakukan pengawasan sebanyak 2 (dua) kali dalam setahun.
• TPP risiko sedang, maka pengawasan dilakukan 1 (satu) kali dalam setahun.
• TPP risiko rendah, maka pengawasan cukup 2 (dua) tahun sekali.
38
SBMKL
& PERSYARATAN KESEHATAN
SARANA BANGUNAN
Sarana dan Bangunan adalah tempat dan wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi dan fasilitas pendukung yang
menyatu dengan tempat kedudukannya yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatan
Pasal 9
Persyaratan Kesehatan :
(1) SBMKL media Sarana dan Bangunan berupa kadar a. Lokasi
maksimum yang diperbolehkan paling sedikit bagi b. Ruangan Umum
parameter: c. Langit-langit
a. debu total; d. Ruangan yang Digunakan untuk Tidur
e. Tangga
b. asbes bebas; dan
f. Lantai
c. timah hitam (Pb) untuk bahan bangunan. g. Atap
(1) Parameter sebagaimana dimaksud pada ayat (1) h. Dinding
dapat dinilai pada bahan bangunan yang digunakan i. Sarana Sanitasi (Ketersediaan Air, Toilet/Sanitasi, Sarana CTPS,
dan/atau kualitas Udara Dalam Ruang. Tempat Pengelolaan sampah, tempat Pengelolaan Air Limbah,
(2) Persyaratan Kesehatan media Sarana dan Bangunan Penyaluran Air Hujan).
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan j. Kepadatan Hunian
k. Deasian kenyamanan Ruang Gerak
perundang-undangan
l. Ventilasi
m. Pencahayaan
n. Kebisingan
SMBKL media Sarana dan Bangunan meliputl :
o. Efisiensi dan Ramah Lingkungan
parameter DebuTotal dan Asbes yang menjadl bagian p. Managemen kebersihan
dalam SBMKLdl media Udara Dalam Ruang, q. Penyediaan Sarana Untuk Kepentinagn umum
r. Bangunan Rumah bag! Penyandang Disabllttas dan Lanjut Usia
sementara untuk parameter Timbal (Pb) dalam sarana s. Memiliki Sistem Peringatan Bahaya
bangunan dapat mengacu pada ketentuan peraturan t. Jalur Evakuasi
perundang-undangan .
PENGELOLAAN LIMBAH
PERSYARATAN TEKNIS PENGELOLAAN LIMBAH
DAN PENGAWASAN TERHADAP LIMBAH
YANG BERASAL DARI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN
42
TAHAPAN PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS DAN DOMESTIK
a. pengurangan; a. pengurangan;
b. pemilahan; b. pemilahan;
c. pewadahan; c. pengumpulan;
d. penyimpanan; d pengangkutan;
e. pengangkutan; dan e. pengolahan; dan/atau
f. pengolahan. f. pemrosesan akhir.
• Pengangkutan dan pengolahan (huruf e/d & f/e) dapat dilakukan secara mandiri atau bekerja sama dengan pihak
lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
• Ketentuan mengenai persyaratan teknis masing-masing tahapan kegiatan pengelolaan limbah, baik limbah
medis maupun limbah nonmedis atau domestik, mengacu pada ketentuan peraturan perundang-undangan
PENGELOLAAN PENGELOLAAN PENGELOLAAN
AIR LIMBAH LIMBAH GAS LIMBAH NONB3
Pengawasan terhadap limbah padat, cair, dan gas yang berasal dari
Fasilitas Pelayanan Kesehatan dilakukan oleh tenaga sanitasi
lingkungan atau tenaga lain yang diberikan kewenangan.
Pengawasan dilakukan paling sedikit melalui:
1. Surveilans dengan melaksanakan inspeksi Kesehatan Lingkungan terhadap sarana dan tahapan pengelolaan
limbah paling sedikit 2 (dua) kali setahun. Surveilans dapat dilakukan dengan menggunakan sistem informasi
pengelolaan limbah medis secara on line.
2. Uji laboratorium dengan pengambilan, pengiriman, dan pemeriksaan sampel efluen hasil pengolahan limbah
cair dan emisi gas. Parameter yang diperiksa secara berkala sesuai peraturan yang berlaku.
3. Melakukan analisis risiko terhadap hasil inspeksi Kesehatan Lingkungan dengan hasil pemeriksaan
laboratorium.
4. Tindak lanjut berupa perbaikan sarana dan teknis pengelolaan limbah
PENGATURAN SBMKL PADA FASYANKES
Air Minum
Sasaran untuk penetapan standar baku mutu kesehatan lingkungan media Air Minum diperuntukkan bagi
penyelenggara dan produsen/penyedia/ penyelenggara Air Minum yang dikelola dengan jaringan
perpipaan, bukan jaringan perpipaan, dan komunal, baik institusi maupun non institusi di Permukiman,
Tempat Kerja, Tempat Rekreasi serta Tempat dan Fasilitas Umum
PENGATURAN SBMKL PADA FASYANKES
Media Udara Dalam Ruang (Indoor)
Secara umum intensitas cahaya untuk ruangan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang tidak ada di dalam tabel, minimal 100 lux.
Untuk standar tekanan bising pada ruangan-ruangan khusus yang kegiatannya menimbulkan kebisingan lebih tinggi (missal generator set, power house)
pada saat tertentu atau operasional, maka standar tekanan kebisingan maksimal 85dBA
PENGATURAN SBMKL PADA FASYANKES
Untuk standar tekanan bising pada ruangan-ruangan khusus yang
kegiatannya menimbulkan kebisingan lebih tinggi (missal generator set,
power house) pada saat tertentu atau operasional, maka standar tekanan
kebisingan maksimal 85dBA
PENGATURAN SBMKL PADA FASYANKES
Jasa boga golongan B:
Untuk keperluan monitoring, pemeriksaan mikrobiologi di
rumah sakit hanya dilakukan pada kondisi khusus, yaitu:
a). Ruang operasi baru akan digunkanan atau setelah
Melayani kebutuhan masyarakat umum < 750 porsi/hari atau
direnovasi
b). Bila ada perubahan pada SOP higienis/pembersihan ruang memenuhi kegiatan/kebutuhan khusus, antara lain rumah sakit
operasi
c). Bila diperlukan untuk mendukung investigasi KLB, dan
d). Bila diduga ada ancaman bioterorisme
PENGATURAN SBMKL PADA FASYANKES
Media Udara Ambien
SBMKL & PERSYARATAN KESEHATAN
VEKTOR DAN BINATANG PEMBAWA PENYAKIT
Pengendalian Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit :
❑ pengamatan dan penyelidikan bioekologi, penentuan status ❑ pengamatan dan penyelidikan bioekologi, penentuan status
kevektoran, status resistensi, dan efikasi bahan pengendali, kevektoran, status resistensi, dan efikasi bahan pengendali,
serta pemeriksaan sampel serta pemeriksaan sampel
❑ intervensi Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit dengan ❑ Pengendalian Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit
metode fisik, biologi, kimia, dan terpadu; dengan metode fisik, biologi, kimia, dan terpadu;
❑ pemantauan kepadatan Vektor dan Binatang Pembawa ❑ pemantauan kepadatan Vektor dan Binatang Pembawa
Penyakit. Penyakit.
❑ memiliki izin penyelenggaraan Pengendalian Vektor dan ❑ memiliki izin penyelenggaraan Pengendalian Vektor dan Binatang
Binatang Pembawa Penyakit sesuai dengan ketentuan Pembawa Penyakit sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Menteri
ini; dan
peraturan perundang-undangan
❑ terdaftar sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
52
Pengendalian Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit
Pasal 4
Setiap penghuni dan/atau keluarga yang bertempat tinggal di lingkungan Permukiman wajib mewujudkan kepadatan
Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit sesuai SBMKL dan Persyaratan Kesehatan.
Setiap pengelola, penyelenggara, dan penanggung jawab lingkungan Permukiman, Tempat Kerja, Tempat Rekreasi, serta
Tempat dan Fasilitas Umum wajib mewujudkan Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit sesuai SBMKL dan Persyaratan
Kesehatan.
Dalam keadaan tertentu, Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah provinsi, dan Pemerintah Daerah kabupaten/kota sesuai
dengan kewenangannya wajib mewujudkan media air, udara, Tanah, Pangan, Sarana dan Bangunan yang memenuhi
SBMKL dan Persyaratan Kesehatan, dan bebas Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit.
Akibat dari suatu proses kejadian yang bersifat alamiah atau akibat ulah manusia yang berpengaruh terhadap
kelangsungan hidup dan pelaksanaan kegiatan manusia di lingkungan tersebut, dapat berupa banjir, erupsi gunung
berapi, gempa bumi, kebakaran, kejadian luar biasa/wabah, dan perpindahan penduduk karena konflik
Pelaksanaan Pengendalian Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit harus didukung dengan
Pemeriksaan dan pengujian laboratorium Manajemen resistensi
Terakreditasi
Ditunjuk oleh pemerintah mencegah, menghambat, dan mengatasi
Tenaga entomolog kesehatan atau tenaga kesehatan lingkungan lain terjadinya resistensi pada Vektor dan
Binatang Pembawa Penyakit terhadap
➢ Pemeriksaan sampel pestisida
➢ Penentuan status kevektoran Pengendalian Vektor dan Binatang
➢ Penentuan status resistensi
Pembawa Penyakit menggunakan
➢ Efikasi bahan pengendali
pestisida yang tepat
SBMKL Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit
Pemantauan kepadatan Vektor dan Binatang
Pembawa Penyakit
Internal
Dilakukan oleh pengelola, penyelenggara, dan penanggung
jawab lingkungan Permukiman, Tempat Kerja, Tempat Rekreasi,
serta Tempat dan Fasilitas Umum
External
Dilakukan oleh Puskesmas, dinas kesehatan kabupaten/kota,
dinas kesehatan provinsi, atau instansi kekarantinaan
kesehatan di pelabuhan, bandar udara, dan pos lintas batas
darat negara secara berkala minimal 1 (satu) kali dalam 1 (satu)
bulan atau sewaktu-waktu
54
SBMKL Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit
55
Kesehatan Lingkungan dalam Kondisi Matra
dan Ancaman Global Perubahan Iklim
Tata cara dan Upaya Penyelenggaraan Kesehatan
Lingkungan dalam Kondisi Matra dan Ancaman Global Perubahan Iklim
Pasal 40 Pasal 41
1) Penyelenggaraan kesehatan lingkungan dalam kondisi matra dilakukan
1) Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah provinsi, dan pada ruang lingkup kesehatan lapangan yang menimbulkan adanya
Pemerintah Daerah kabupaten/kota sesuai dengan pengungsi, migrasi, dan/atau relokasi.
kewenangannya melakukan penyelenggaraan Kesehatan
Lingkungan dalam keadaan tertentu. 2) Kondisi matra sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa bencana
atau peristiwa yang bersifat massal.
2) Keadaan tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi: 3) Kondisi matra berupa bencana sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
terdiri atas:
a. kondisi matra : merupakan perubahan pada seluruh
aspek lingkungan, wahana, atau media yang a. bencana alam;
berpengaruh secara bermakna terhadap kelangsungan
b. bencana non alam; dan
hidup dan kegiatan manusia
c. bencana sosial
b. ancaman global perubahan iklim :
4) Kondisi matra berupa peristiwa yang bersifat massal sebagaimana
1) aktivitas manusia langsung atau tidak langsung yang
dimaksud pada ayat (2) terdiri atas:
menyebabkan perubahan komposisi atmosfir secara
global; dan a. penyelenggaraan olahraga nasional atau internasional;
2) perubahan variabilitas iklim alamiah yang teramati b. arus mudik;
pada kurun waktu yang dapat dibandingkan.
c. jambore;
d. acara keagamaan; dan
e. kegiatan lain yang berpotensi mengumpulkan banyak orang.
Tata cara dan Upaya Penyelenggaraan Kesehatan
Lingkungan dalam Kondisi Matra dan Ancaman Global Perubahan Iklim
Pasal 42 Pasal 43
60