BAB I
PENDAHULUAN
Pabrik Kelapa Sawit (PKS), dioperasikan dalam
suatu rangkaian proses yang kontinu, di mana hasil
proses instalasi sebelumnya dilanjutkan oleh instalasi
berikutnya yang saling berkaitan terhadap pencapaian
mutu. Ketidak sempurnaan pada proses dimuka tidak
dapat diperbaiki pada proses selanjutnya. Jadi
dibutuhkan tindakan dan pekerjaan yang benar untuk
setiap langkah proses sehingga hasil pengolahan dicapai
optimal.
Pengolahan bahan baku Tandan Buah Segar (TBS)
Kelapa Sawit menjadi minyak sawit (CPO) dan inti sawit
(Kernel) pada prinsipnya adalah pemisahan, atau proses
ekstraksi untuk mengambil CPO dan Kernel yang memang
sudah tersedia pada TBS Kelapa Sawit. Jadi hasil yang
dicapai akan sangat bergantung pada bagaimana mutu
bahan baku TBS Kelapa Sawit yang tersedia. Di PKS sendiri
yang harus diusahakan ialah bagaimana agar CPO dan
Kernel yang terkandung pada TBS tidak ada yang hilang
(losses) atau minimalisasi losses dan mutu produksi dapat
dipertahankan secara konsisten.
Untuk dapat menghasilkan quantity produksi
yang optimal, quality yang konsisten dan biaya yang
efisien dan efektif, maka diperlukan karyawan yang
memiliki persiapan kompetensi yang tinggi. Untuk itulah
diterbitkan Buku Pedoman Kerja Pabrik Kelapa Sawit
(BPK PKS) PT Perkebunan Nusantara II. Dalam
1
PT Perkebunan Nusantara II
2
PT Perkebunan Nusantara II
2. Keadaan Pelumas
Pemeriksaan keadaan pelumas merupakan keharusan
dan faktor yang sangat menentukan keberhasilan
operasi dan juga sebagai upaya pemeliharaan mesin.
3
PT Perkebunan Nusantara II
BAB II
PANDUAN PENGOLAHAN
A. STASIUN TIMBANGAN
1. Fungsi
Sebagai tempat /alat penimbangan TBS yang di bawa
ke pabrik dan penimbangan hasil poduksi pabik
(minyak/inti sawit) serta penimbangan barang lain
yang terkait dengan aktivitas kebun. Hasil
penimbangan adalah sebagai data manajemen.
2. Spesifikasi Alat
Jembatan timbang, kapasitas maks 50 ton.
3. Pengoperasian
a. Sebaiknya ada cermin cembung agar petugas
timbangan dapat melihat sisi tangki truk dan
sekeliling timbangan (apakah ada orang yang
mengganggu plateform pada saat penimbangan)
b. Buat gundukkan (hambatan) yang berjarak ± 2
meter sebelum lantai timbangan agar kendaraan
berjalan lambat sehingga tidak ada beban kejut
yang dapat merusak load cell.
c. Lakukan pencatatan data jam secara terpisah
terhadap setiap truk yang lewat pintu gerbang
(oleh security), penimbangan truk oleh (operator
timbangan) dan keluar truknya dari dalam pagar
pabrik (oleh security)
d. Security dan mandor laboran harus melakukan
pemeriksaaan pada setiap truk tangki CPO yang
akan ditimbang. Kelengkapan standar adalah 1
4
PT Perkebunan Nusantara II
B. LOADING RAMP
1. Fungsi
a. Tempat melakukan sortasi untuk cross check
pelaksanaan mutu panen.
b. Merontokkan / menurunkan sampah / pasir yang
terikut pada tandan kelapa sawit.
2. Spesifikasi Alat
a. Kapasitas total kompartemen minimum 40% x
kapasitas pabrik x 20 jam.
b. Untuk ketahanan kisi kisi loading ramp bagian
atas (tempat jatuhnya buah) sepanjang loading
ramp di lapis besi plat dengan lebar = 2 meter
5
PT Perkebunan Nusantara II
6
PT Perkebunan Nusantara II
7
PT Perkebunan Nusantara II
4. Material Balance
5. Pengawasan Operasional
- Awasi kebersihan lantai atas loading ramp dan
kisi-kisi kompartemen.
- Keadaan dibawah lantai loading ramp harus
bersih, brondolan tidak berserakan, sampah dan
pasir dibuang pada tempatnya. Sampah dan atau
pasir tidak boleh dimasukkan ke lori buah.
- Awasi sortasi untuk kualitas buah pembelian
(Pihak-III).
8
PT Perkebunan Nusantara II
C. REBUSAN
1. Fungsi
o Menghilangkan enzim agar kenaikan ALB tidak
meningkat drastis dan dapat terkendali.
o Mengurangi kadar air dalam buah TBS dan biji.
o Mempermudah berondolan lepas dari tandan dan
mempermudah proses selanjutnya.
Hal yang sangat mempengaruhi fungsi rebusan :
o Tekanan uap dan lama perebusan
o Pembuangan udara dan air kondensat dari ketel.
2. Spesifikasi
a. Jumlah Rebusan :
- 3 unit @ 10 lori untuk kapasitas 30 ton/jam
(2 unit beroperasi 1 unit cadangan)
- 5 unit @ 10 lori untuk kapasitas 60 ton/jam
(4 unit beroperasi 1 unit cadangan)
b. Pemipaan :
- Ǿ pipa uap asuk/keluar ukura
- Ǿ pipa uap kondensat , minimal ada 6 set.
- Ǿ strainer kondensat 40-50 C de ga Ǿ lo a g
perforasi oval 8-9 mm
c. Rebusan :
- Tebal plate = 20 mm tanpa wear plate
9
PT Perkebunan Nusantara II
10
PT Perkebunan Nusantara II
11
PT Perkebunan Nusantara II
12
PT Perkebunan Nusantara II
D. PEMIPIL (TRESHER)
tandan kosong.
3. Pengoperasian
a. Interval penuangan oleh Hoisting crane secara
kontinu dengan perhitungan = 60 menit : (30
ton/jam : 2,5 ton/lori) = 5 menit. Operator Hoisting
crane mempunyai sertifikat kwalifikasi dari
Depnaker. Hoisting crane harus diperiksa 1 x
setahun oleh Depnaker (IPNKK). Manejer
mengajukan permintaan / izin ke Direksi untuk
sertifikasi operator dan pemerikasaan IPNKK.
b. Putaran Threster diataur ± 23 rpm. Dapat
dipercepat, semakin besar tandan, semakin cepat
putaran.
13
PT Perkebunan Nusantara II
E. KEMPA (PRESAN)
14
PT Perkebunan Nusantara II
15
PT Perkebunan Nusantara II
16
PT Perkebunan Nusantara II
17
PT Perkebunan Nusantara II
± 6 bulan.
d. Jiak keausan worm screw (jarak ulir dengan silinder
press sudah > 7 mm) kemungkinan disebabkan:
1. Umur teknis worm screw sudah terlampaui (lebih
dari 600 jam)
e. Bila lossis minyak dalam fibre melebihi norma,
kemungkinan penyebabnya adalah:
1. Proses perebusan tidak sempurna (kurang masak)
sehingga biji berekor.
2. Proses pengadukan tidak sempurna
(temperatur adukan < 90°C, isian digester < 3/4
bagian pisau aduk aus, aliran minyak kasar dan
bottom plate tidak lancar, tidak ada siku penahan).
3. Tekanan pressan lebih kecil dari 40 bar.
4. Uliran screw sudah aus.
f. Bila biji pecah diatas norma, kemungkinan penyebab-
nya adalah:
1. Buah belum memenuhi kriteria matang panen
(buah afkir / mentah)
18
PT Perkebunan Nusantara II
19
PT Perkebunan Nusantara II
20
PT Perkebunan Nusantara II
21
PT Perkebunan Nusantara II
3. Pengoperasian
Suhu 90 -95°C
pengoperasian.
“uhu
sebelum mengolah.
22
PT Perkebunan Nusantara II
Hidupkan
telah terisi ½ bagian.
pompa terus-menerus selama
mengolah.
23
PT Perkebunan Nusantara II
Suhu 95-115°C.
sebelum mengolah, selanjutnya per 6 jam.
24
PT Perkebunan Nusantara II
25
PT Perkebunan Nusantara II
26
PT Perkebunan Nusantara II
wearing plate.
d. Jika suhu cairan minyak kasar dalam VCST < 90°C
27
PT Perkebunan Nusantara II
28
PT Perkebunan Nusantara II
i. Jika kadar air pada CPO lebih besar dari 0,2% dan
kadar kotoran lebih besar dari 0,013% kemungkinan
rendah.
j. Kandungan minyak dalam sludge yang keluar dari
Sludge separator lebih besar dari 0,5% terhadap
29
PT Perkebunan Nusantara II
Terlambat
6,0% terhadap contoh.
melakukan pencucian Sludge
pit.
30
PT Perkebunan Nusantara II
G. PABRIK BIJI
1. Fungsi
a. Cake Breaker Conveyor (CBC) adalah alat yang
membawa / menghantarkan ampas kempa
(sekaligus mengeringkannya) dari pressan ke
Depericarper. Berbentuk ulir kecepatan 75 rpm.
b. Depericarper adalah alat yang terdiri dari
Separating column (kolom pemisah), drum pemolis
31
PT Perkebunan Nusantara II
32
PT Perkebunan Nusantara II
33
PT Perkebunan Nusantara II
34
PT Perkebunan Nusantara II
35
PT Perkebunan Nusantara II
Lebar 70 cm.
Menggunakan daun ularan berbentuk pedal-
rpm.
Separating Column.
b. Depericarper
36
PT Perkebunan Nusantara II
37
PT Perkebunan Nusantara II
38
PT Perkebunan Nusantara II
maksimum 12%.
39
PT Perkebunan Nusantara II
40
PT Perkebunan Nusantara II
41
PT Perkebunan Nusantara II
4. Pengawasan Operasi
Pengawasan operasi dilakukan dengan menganalisis
terhadap contoh yang diambil dari hasil olahan tiap-
tiap instalasi, yaitu:
a. Norma kehilangan Inti di Fibre cyclone 1,5%
terhadap contoh
b. Norma efisiensi pemecahan biji 97-98% untuk
Ripple mill dan 92 - 95% untuk Cracker.
c. Keausan ripple plate (>5.000 jam kerja) dan rotor
bar(>3 .000 jam kerja).
d. Norma lossis inti dalam cangkang di Hydrocyclone
% terhadap o toh.
e. Nor a lossis i ti di Clay ath , % terhadap
contoh.
f. Nor a kadar air % da kadar kotora %.
5. Trouble Shooting
a. Jika lossis inti di Fibercyclone >1,5%,
42
PT Perkebunan Nusantara II
Biji mentah.
penyebabnya:
43
PT Perkebunan Nusantara II
44
PT Perkebunan Nusantara II
Silo
berlangsung.
dalam keadaan kotor (sebaiknya
45
PT Perkebunan Nusantara II
Berat jenis larutan di Clay bath tidak tepat.
Komposisi biji banyak biji Dura, sehingga susah
pada pemisahan di LTDS.
46
PT Perkebunan Nusantara II
BAB III
KONSISTENSI MUTU CPO
47
PT Perkebunan Nusantara II
48
PT Perkebunan Nusantara II
BIDANG TUGAS / KEWAJIBAN
Melakukan panen bersih (mencegah
adanya buah matang tidak dipanen
dan brondolan tidak berkutip).
Mencegah adanya buah restan dan
Tanaman
terluka di Afdeling/ TPH.
Mengirim TBS dan Brondolan ke pabrik
sesegera mungkin secara antrian.
Meminimalisasi benda lain terikut TBS.
Mencegah kebocoran-kebocoran pada
tiap instalasi.
Membenahi instalasi menggunakan
bahan steinless steel.
Teknik
Menjaga performance/ kehandalan
mesin dan instalasi.
Menjaga kebersihan mesin dan
instalasi.
Menghidari buah terluka di pabrik.
Upayakan pengolahan buah segar dan
restan terpisah menurut waktu.
Sortasi TBS dengan ketat, konsisten
Pengolahan dan konsekwen terhadap buah busuk.
Mengamati/ analisa ALB pada saat
pengolahan secara kontinu.
Menjaga kebersihan stasiun dan
instalasi pabrik.
49
PT Perkebunan Nusantara II
50
PT Perkebunan Nusantara II
51
PT Perkebunan Nusantara II
52
PT Perkebunan Nusantara II
53
PT Perkebunan Nusantara II
2. Kadar air
Tingginya kandungan air didalam CPO akan
mengakibatkan hidrolisis trigliserida secara
autokatalis, yang meningkatkan kadar ALB. Kadar air
dalam CPO dipengaruhi oleh proses di VCST,
temperatur di Oil tank, kinerja Oil purifier, Vacuum
dryer dan instalasi pemanas di tangki timbun yaitu:
a) Ketebalan minyak di VCST yang tipis (<30 cm) dan
temperatur rendah (<90°C).
b) Temperatur di Oil tank rendah (<95°C).
c) Kinenja Oil purifier dan Vacuum drier yang jelek
(kapasitas Oil purifier <90% dan tekanan Vacuum
drier <500 mm Hg).
d) Kebocoran pipa pemanas (uap coil) di tangki
timbun.
54
PT Perkebunan Nusantara II
3. Kadar Kotoran
Kotoran dalam minyak sawit adalah kotoran yang tidak
larut dalam n-Heksane dan petroleum ether. Kotoran
ini dapat menyebabkan proses hidrolisis didalam
minyak. Penyebabnya adalah TBS kotor dan juga
selama proses di pabrik. Kadar kotoran CPO > 0,02%
dipengaruhi oleh:
a) Ketebalan minyak di VCST dibawah 30 cm dan
temperatur rendah (<90°C)
b) Oil purifier tidak bekerja sempurna.
c) Suhu di stasiun pemurnian <90°C.
4. DOBI (Deterioration of Bleachability Index) atau
Indeks Daya Pemucat
Parameter DOBI ditentukan dari ratio hasil
pengukuran spektrofotometer terhadap absorbens
pada gelombang 446 nm (kandungan karoten) dan 269
nm (produk oksidasi sekunder). Nilai DOBI
menunjukkan mutu dan daya pemucat dari CPO.
Panas yang tinggi pada proses pengolahan (>100°C)
e ye a ka β-carotene berubah menjadi senyawa
yang berwarna kecokelatan (penggosongan) dan larut
dalam minyak. Semakin banyak senyawa yang
berwarna kecokelatan, semakin sulit minyak
dipucatkan dan semakin rendah nilai DOBI-nya.
Penyebab rendahnya nilai DOBI adalah:
a) Buah restan dan buah terluka.
b) Pemakaian uap kering pada proses perebusan
(temperatur >150°C).
55
PT Perkebunan Nusantara II
56
PT Perkebunan Nusantara II
8. Titik Cair
Titik cair merupakan salah satu besaran fisik dimana
pada temperature tersebut terjadi perubahan fase
padat ke cair (mulai mencair).
9. Kadar Fe dan Cu
Kandungan logam Fe dan Cu yang terdapat dalam
minyak sawit dapat terjadi akibat adanya kontaminasi
baik di pabrik atau selama transportasi produk CPO.
Kontaminasi terjadi di pabrik dan transportasi akibat
kontak langsung antara minyak dengan logam yang
mengandung Fe/Cu.
10. Β-Carotene
Β-carotene memberi warna merah-kuning alami dalam
CPO mengandung pro-vitamin A dan merupakan anti
oksida ala i ya g efektif. Β-carotene terdegradasi
oleh panas yang berlebihan (temperature >1000C) dan
oksidasi dengan udara.
57
PT Perkebunan Nusantara II
BAB IV
WATER TREATMENT
1. Fungsi
Sistim penyediaan air yang cukup dan memenuhi
persyaratan mutu untuk digunakan di pabrik dan
perumahan (domestik). Secara umum persyaratan
mutu air adalah tidak berwarna (jernih), tidak berrasa
(hambar) dan tidak ber bau.
58
PT Perkebunan Nusantara II
59
PT Perkebunan Nusantara II
60
PT Perkebunan Nusantara II
3. Pengoperasian
a. Pompa Air dari Sumber Air
Untuk pompa yang digerakkan oleh mesin diesel,
periksa apakah bahan bakar Genset cukup untuk
beroperasi selama 24 jam.
61
PT Perkebunan Nusantara II
62
PT Perkebunan Nusantara II
63
PT Perkebunan Nusantara II
4. Pengawasan Operasional
Kondisi air tidak keruh(Jernih, tidak ber rasa, tidak bau)
5. Trouble Shooting
pH air lebih rendah dari 5.5 atau lebih tinggi dari 8.0.
pecah kembali.
64
PT Perkebunan Nusantara II
BAB V
BOILER (KETEL UAP)
4. Fungsi
Conveyor bahan bakar adalah untuk mengangkut
bahan bakar fibre dan cangkang dari Fibrecyclone,
LTDS maupun Hydrocyclone ke dapur Boiler
Feed water tank adalah tangki yang menampung air
dari Demin plant untuk umpan Boiler.
Water meters adalah alat untuk mengukur aliran air
ke atau dari pabrik dengan menggunakan
flowmeter
Deaerator adalah alat untuk menaikkan temperatur
dan mengurangi kadar oksigen dalam air umpan
sehingga mengurangi proses oksidasi terhadap
pipa-pipa Boiler.
Turbine pump dan Electric pump : adalah untuk
memompa air umpan Boiler tenaga uap. Sedangkan
electric pump adalah pompa yang menggunakan
tenaga listrik.
Boiler adalah instalasi untuk merubah energi air
menjadi energi potensial uap dengan bantuan
panas hasil pembakaran cangkang dan fibre untuk
pembangkit tenaga listrik (melalui Turbin uap) serta
menyuplai uap untuk keperluan proses di pabrik.
Testing of Gauge Glass (Gelas Penduga) adalah alat
untuk melihat ketinggian air dalam drum atas
65
PT Perkebunan Nusantara II
66
PT Perkebunan Nusantara II
67
PT Perkebunan Nusantara II
68
PT Perkebunan Nusantara II
69
PT Perkebunan Nusantara II
70
PT Perkebunan Nusantara II
71
PT Perkebunan Nusantara II
72
PT Perkebunan Nusantara II
BAB VI
KAMAR MESIN
1. Fungsi
• Turbin Uap adalah untuk mengubah energi
potensial uap ke dalam energi kinetic. Kemudian
energi kinetic dirubah menjadi energi listrik dengan
menggunakan alternator.
• Back Pressure Vessel (BPV) adalah bejana
bertekanan untuk menyimpan dan
mendistribusikan uap tekanan rendah ke instalasi
pengolahan di pabrik.
• Mesin Diesel (Genset) dan alternator adalah untuk
mengubah energi kimia dari bahan bakar diesel
menjadi energi listrik dengan menggunakan
alternator dengan bahan bakar solar.
• Main switch board adalah untuk mendistribusikan
energi listrik kesemua instalasi yang membutuhkan.
5. Spesifikasi Alat
• Turbin Uap : Kapasitas minimal = kapasitas olah x
17 x 120% KW (incl. penerangan pabrik, kolam
limbah, pompa air dll). Overhoul setiap 15.000 jam
• Back Pressure Vessel (BPV) : dilengkapi manometer,
termometer dan make up valve/bypass yang
dilengkapi reducer valve. Setiap 4 tahun
pemeriksaan IPNKK.
• Genset dan alternator: Kapasitas 400 KW. Overhoul
setiap 10.000-12.000 jam.
73
PT Perkebunan Nusantara II
6. Pengoperasian
keadaan bersih.
74
PT Perkebunan Nusantara II
2,8-3,2 kg/cm2.
Buka kran-kran pengeluaran uap secara perlahan-
lahan (mencegah terjadinya water hammer) ke
seluruh stasiun pengolahan di pabrik sesuai
75
PT Perkebunan Nusantara II
76
PT Perkebunan Nusantara II
77
PT Perkebunan Nusantara II
78
PT Perkebunan Nusantara II
BAB VII
MANAJEMEN ENERGI
79
PT Perkebunan Nusantara II
80
PT Perkebunan Nusantara II
81
PT Perkebunan Nusantara II
82
PT Perkebunan Nusantara II
83
PT Perkebunan Nusantara II
BAB VIII
PENGOLAHAN LIMBAH CAIR
1. Fungsi
• Untuk memenuhi amanat UU Republik Indonesia
Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup
• Mengolah limbah cair sampai memenuhi baku
mutu yang telah ditentukan oleh Kementerian
Lingkungan Hidup melalui Kepmen Nomor : KEP-
51/MENLH/10/1995, Tanggal 23 Oktober 1995
NO Parameter Kadar Max Beban Pencemaran
(mg/l) Max (kg/ton)
1. BOD5 100 0.25
2. COD 350 0.88
3. TSS 250 0.63
4. Minyak & Lemak 25 0.063
5. N-Total 50 0.125
6. pH 6-9 6-9
7. Debit : 2,5 m3/ton
Masing-masing PKS melakukan swapantau minimal
sebulan sekali dengan melakukan sampling outlet
limbah cair dan dikirim ke laboratorium
independen yang terakreditasi KAN berkoordinasi
dengan Bagian PML PTP Nusantara II (Persero)
Membuat laporan tertulis per triwulan mengenai
pelaksanaan RKL dan RPL ke BLH Kabupaten
dengan tembusan ke Direksi cq Bagian PML PTPN II
(Persero) dan BLH Propinsi Sumatera Utara
84
PT Perkebunan Nusantara II
V-Nocth Inlet
Volume limbah cair yang masuk ke IPAL setiap hari
harus diukur debitnya dengan alat ukur V-Notch
yang dilengkapi tabel konversi
Seeding Pond
Untuk menampung sirkulasi dari An aerobic II
sebagai bibit bakteri yang akan mendekomposisi
senyawa-senyawa organik air limbah yang masuk
dari V-notch. Dari kolam ini limbah cair mengalir ke
anaerobic pond secara gravitasi.
Kedalaman ± 3 m dengan retention time 4 hari.
85
PT Perkebunan Nusantara II
86
PT Perkebunan Nusantara II
Trouble Shooting
a. Jika kadar minyak pada outlet Seeding pond >0,5%
terhadap contoh, kemungkinan disebabkan:
- Banyak kebocoran minyak di stasiun klarifikasi
87
PT Perkebunan Nusantara II
Perawatan Kolam
a. Menguras lumpur dalam kolam, jika lumpur telah
memenuhi 1/3 kedalaman kolam awal.
b. Menipiskan scum tebal yang mengambang pada
kolam anaerobik untuk mencegah pembiakan
lalat.
c. pH kolam Anaerobik agar dijaga pada kisaran 6 -
8, agar :
- Bakteri methanogenesis (bakteri
penghasil gas metan) aktif.
88
PT Perkebunan Nusantara II
89
PT Perkebunan Nusantara II
Bak Aerasi
Limbah cair dicampur-adukkan dengan biakan
bakteri aerob. Bakteri dipelihara dalam jumlah
yang cukup dan sehat dengan cara menjaga dan
memenuhi kebutuhan makanan serta oksigen
secara seimbang. Makanan diharapkan dapat
terpenuhi dari zat-zat organik pencemar dalam air
limbah oksigen dengan cara menginjeksikan udara
secara terus-menerus dengan menggunakan
blower. pH 6-9. Temperatur 27-33 OC. Perbanding-
an CNP 100:20:5. SV-30 = 300-500. Partikel endapan
harus kasar. Massa campuran akan mengalir ke bak
sedimentasi secara gravitasi
Bak Sedimentasi
Massa lumpur aktif akan mengendap ke dasar
kolam. Proses pengendapan harus berjalan tenang,
tidak turbulensi aliran. Massa lumpur aktif semakin
lama semakin menebal sehingga harus dikeluarkan
dengan menggunakan air lift pump kembali ke bak
aerasi melalui V-notch lumpur balik. Saat lumpur
aktif berlebih (ditandai dengan SV-30 > 500) maka
lumpur di alirkan ke bak saringan pasir. Bagian
yang jernih berada di permukaan atas akan
mengalir secara gravitasi ke bak kontrol.
Pompa Lumpur Balik
Untuk memompa kembali massa lumpur aktif ke
bak aerasi melalui V-notch inlet atau ke bak
saringan pasir. Pompa biasanya menggunakan jenis
90
PT Perkebunan Nusantara II
91
PT Perkebunan Nusantara II
92
PT Perkebunan Nusantara II
93
PT Perkebunan Nusantara II
94
PT Perkebunan Nusantara II
BAB IX
PENGELOLAAN LIMBAH PADAT
Limbah tandan kosong kelapa sawit (tankos) mencapai
20-23% terhadap TBS. Tankos dikelola untuk
dimanfaatkan menjadi bahan bakar Boiler di Pabrik Gula
(PGSS dan PGKM). Untuk memenuhi spesifikasi kadar
kering bahan bakar boiler dan jumlah kalor yang
diharapkan, maka tankos dikempa (press) untuk
mengurangi kadar air tankos dan dicacah agar bahan
bakar mengandung banyak oksigen. Bahan ini disebut
dengan Tankos Press. Dari proses pengempaan juga
didapat cairan yang masih mengandung minyak.
a. Spesifikasi alat :
- Mesin Press tankos merek YKL type KH.777 SP3.
- Power motor 125 Hp,90 Kw.
- Kapasitas 4-5 ton tankos per jam.
b. Operasional.
- Press tankos dihidupkan setelah pabrik berjalan normal
dengan tenaga listrik bersumber dari turbin.
- Operasikan press tankos selama pabrik masih mengolah
- Sesuaikan pemasukan umpan tankos dengan kapasitas
mesin Press Tankos.
- Segera kirim tankos press ke PGSS atau PGKM. Tankos
Press jangan sampai menumpuk di PKS.
c. Pengawasan
- Upayakan tankos yang masuk ke dalam mesin Press
tankos adalah tankos TBS matang dimana tidak
terdapat sejumlah besar buah yang tidak membrondol.
95
PT Perkebunan Nusantara II
96
PT Perkebunan Nusantara II
BAB X
PENUTUP
Demikian Buku Saku Panduan Pengolahan Kelapa
Sawit (BSP PKS) ini disusun untuk dipedomani. Untuk
mengetahui lebih lengkap agar membaca Buku Pedoman
Kerja Pabrik Kelapa Sawit (BPK PKS) edisi Desember 2012.
Jika ada perbedaan antara BSP PKS dengan BPK PKS yang
tidak prinsip, dapat disesuaikan dengan kondisi di PKS
masing-masing. Namun jika perbedaan itu sangat prinsip
sehingga dapat meragukan dalam aplikasinya, maka
untuk hal itu harus sampaikan ke bagian terkait untuk
ditetapkan mana yang paling tepat pada kondisi tertentu.
Terima kasih.
97
PT Perkebunan Nusantara II
98