Anda di halaman 1dari 46

KEPUTUSAN MUSYAWARAH PENEGAK V

GUGUS DEPAN 03.31 – 03.32

AMBALAN KEN AROK – KEN DEDES

SMK NEGERI 4 JEMBER

Nomor : 04 / Mustegak V / SMKN-4 / 2010

Tentang

ADAT AMBALAN

BAB I

PENDAHULUAN

Gerakan Pramuka khususnya Gugus Depan yang ber-Ambalan adalah bagian dari masyarakat
secara umum. Setiap kelompok masyarakat memiliki adat istiadat tertentu, yang membedakan dengan
kelompok masyarakat lainnya. Adat istiadat itu merupakan khas dari kelompok masyarakat tersebut.

Penetapan Adat Ambalan dalam keputusan bahwa Gugus Depan Jember 03.31 – 03.32 SMK
Negeri 4 Jember Ambalan Ken Arok – ken Dedes bukan ingin lepas dari masyarakat lain, tetapi adat
tersebut merupakan identitas dan eksistensi kelompok agar kelompok tersebut lebih dinamis. Lebih
penting lagi bahwa Adat Ambalan mempunyai maksud melatih setiap anggota Ambalan untuk selalu ingat
dan patuh akan hukum dan tatanan yang ada pada lingkungan dimana mereka berada.

BAB II

KETENTUAN ANGGOTA

Pasal 1

SYARAT-SYARAT MENJADI ANGGOTA PENEGAK

1. Mendaftarkan diri sesuai dengan syarat-syarat yang telah ditentukan

2. Mengikuti kegiatan yang diadakan

3. Menempuh SKU Penegak Bantara minimal 10

Pasal 2
ETIKA ANGGOTA

1. Sesama anggota hendaknya saling mengenal dan menghargai

2. Sesama anggota hendaknya mengucapkan salam dan atau menggunakan kode isyarat tangan jika
bertemu yaitu :

a). Berjabat tangan

b). Apabila tidak mungkin, maka dilakukan dengan mengangkat kedua tangan mempertemukan
semua ujung jari dan membentuk segitiga

3. Pada pertemuan resmi diwajibkan berseragam Pramuka lengkap

4. Setiap perkataan dan perbuatan mencerminkan mulai Tri Satya dan Dasa Dharma

BAB III

PERANGKAT ADAT

Pasal 3

NAMA AMBALAN

1. Nama Ambalan Putra ialah KEN AROK

2. Nama Ambalan Putri ialah KEN DEDES

Tambahan Nama Ambalan :

3. AMKEDA ialah Ambalan Ken Arok – ken Dedes Generasi II

(Pencetus : Kak Nanda)*

PASAL 4

PEMANGKU ADAT

1. Syarat-syarat :

a. Anggota Ambalan Ken Arok – Ken Dedes


b. Mengetahui dan mengerti tentang adat ambalan

2. Susunan Pemangku Adat

Pemangku adat hanya terdiri satu orang saja bisa diambilkan dari putra dan bisa juga dari putri

3. Tugas dan wewenang

a. Bertanggung jawab terhadap kaderisasi anggota

b. Melakukan kontrol terhadap pelaksanaan kerja Dewan Ambalan

c. Membentuk Dewan Kehormatan jika diperlukan

d. Bertanggung jawab kepada anggota

e. Menegakkan Adat Ambalan

Pasal 5

AMSAL AMBALAN

Amsal Ambalan ialah “SABAYA PATI – SABAYA MUKTI” yang berarti hidup rukun sampai mati

(Pencetus : Kak Nanda)

Pasal 6

PUSAKA ADAT

1. Pusaka Adat Putra ialah Keris yang berarti : “Melambangkan Jati diri seorang ksatria”

2. Pusaka Adat Putri ialah Selendang yang berarti : “Melambangkan Kreativitas seorang putri yang luhur,
berwibawa dan melestarikan budaya bangsa”

Pasal 7

PEMBAWA PUSAKA ADAT

1. Pembawa pusaka adat adalah pemangku adat

2. Pembawa pusaka adat memakai ikat kepala adat, selendang disampirkan keleher sambil membawa
keris
3. Peletakan Simbolis pusaka adat pada saat upacara ialah dengan menancapkan keris dan
menyampirkan selendang berdekatan dengan keris

(Penggagas : Kak Nanda)

Pasal 8

SANDI AMBALAN

1. Sandi Ambalan merupakan pesan sebagai pengikat janji dan ketentuan moral untuk anggota ambalan
yang diungkapkan dalam bentuk puisi

2. Teks Sandi Ambalan tercantum dalam lampiran

(Penggagas : Kak Ghofur)

Pasal 9

MARS GUDEP

1. Mars Gudep ialah lagu yang dinyanyikan untuk membangkitkan rasa cinta dan bangga terhadap
Gugus Depan

2. Syair Mars gudep tercantum dalam lampiran

(Pencipta : Kak Tommy F.B.)

Pasal 10

MARS AMBALAN

1. Mars Ambalan ialah lagu yang dinyanyikan untuk membangkitkan semangat anggota Ambalan

2. Syair Mars Ambalan tercantum dalam lampiran

(Pencipta : Kak Nanda)

Pasal 11

HYMNE AMBALAN

1. Hymne Ambalan ialah lagu yanng dinyanyikan untuk mengiringi pusaka adat
2. Syair Hyme Ambalan tercantum dalam lampiran

(Pencipta : Kak Nanda)

Pasal 12

PANJI AMBALAN

1. Panji Ambalan ialah bendera adat sebagai simbol atau lambang ambalan

2. Gambar Panji Ambalan tercantum dalam lampiran

(Penggagas Terakhir : Kak Slamet)

Pasal 13

BADGE AMBALAN

1. Badge Ambalan ialah badge atau tanda yang dipakai sebagai perwujudan kehidupan ambalan dan
menandakan bahwa si pemakai adalah bagian anggota ambalan

2. Badge Ambalan digunakan dilengan sebelah kiri pada seragam sekolah warna putih

3. Gambar Badge Ambalan tercantum dalam lampiran

(Penggagas Terakhir : Kak Slamet)

BAB IV

KETENTUAN – KETENTUAN UPACARA ADAT

Pasal 14

JENIS

1. Upacara Pembukaan dan Penutupan Kegiatan Gudep

2. Upacara Apel Buka dan Apel Tutup Latihan

3. Upacara Kenaikan Tingkat

4. Upacara Pelantikan dan Pengukuhan Pengurus

5. Upacara Kehormatan
6. Upacara Lombat

(Penggagas : Kak Nanda)

Pasal 15

PENGERTIAN

1. Upacara Pembukaan dan Penutupan Kegiatan Gudep ialah Upacara Adat yang dilaksanakan pada
saat setiap kali mengadakan kegiatan di Gudep

2. Upacara Apel Buka dan Apel Tutup Latihan ialah Upacara Adat yang dilaksanakan pada setiap kali
akan dan sesudah latihan pramuka di Ambalan

3. Upacara Kenaikan Tingkat ialah Upacara Adat yang dilaksanakan pada setiap kali ada kenaikan
tingkat dari Calon Tegak Bantara ke Tegak Bantara dan Tegak Bantara ke Tegak Laksana

4. Upacara Pelantikan dan Pengukuhan Pengurus ialah Upacara Adat yang dilaksanakan apabila ada
anggota yang dilantik dan dikukuhkan menjadi pengurus ambalan

5. Upacara Kehormatan ialah Upacara Adat yang dilaksanakan apabila ada anggota yang mendapatkan
penghargaan ataupun sanksi

6. Upacara Lombat ialah Upacara Adat yang dilaksanakan untuk pelolosan atau pelepasan bagi anggota
yang telah menyelesaikan masa studinya dan atau yang sudah selesai masa bhaktinya dan mereka
dinobatkan menjadi mantan anggota dan masuk dalam IKAMAPRA

Pasal 16

MALAM AMBALAN

Malam Ambalan ialah suatu malam yang khusus digunakan untuk menegakkan Amsal Ambalan setiap
tanggal 4 bulan genap.

Pasal 17

DIES NATALIS

Dies Natalis ialah hari perayaan ulang tahun ambalan yang dirayakan setiap tanggal 14 Agustus
bersamaan dengan Hari Jadi Pramuka

(penggagas : Kak Nanda )


BAB V

TATA KEHIDUPAN AMBALAN

Pasal 18

MEKANISME

1. Semua kegiatan dilaksanakan dengan cara gotong royong, ketuk tular, bahu membahu sesama
anggota ambalan dan diwarnai dengan kesederhanaan

2. Segala sesuatu yang menyangkut tentang pihak luar Ambalan dilakukan atas dasar kekeluargaan,
saling pengertian, tidak merugikan dan tidak bertentangan dengan kebijaksanaan Ambalan

3. Semua kegiatan juga berdasarkan Kode Etik Pramuka dan PDMPK

BAB VI

HIDANGAN ADAT AMBALAN

Pasal 19

MAKANAN ADAT

1. Makanan Adat Ambalan Berupa :

a. Nasi Putih yang melambangkan kesucian akan tujuan ambalan

b. Kecap Manis yang melambangkan Cita rasa yang tinggi yang mayoritas orang menyukai rasa
manis

c. Kerupuk Merah melambangkan sebuah keberanian

2. Makanan Adat Ambalan disajikan pada saat – saat tertentu saja seperti penyambutan tamu ambalan,
musyawarah penegak, dll

Pasal 20

MINUMAN ADAT

1. Minuman Adat Ambalan Berupa Air Putih

2. Disajikan dengan menggunakan Kendi dari tanah liat


Pasal 21

KUE ADAT

1. Kue Adat Ambalan Berupa Pisang Goreng (PISGOR)

2. Pisang merupakan buah yang mudah didapat dan paling banyak disukai makhluk hidup

3. Goreng yang melambangkan daya cipta dan kreasi manusia

BAB VII

SIDANG DEWAN KEHORMATAN

Pasal 22

PELAKSANAAN SIDANG DEWAN KEHORMATAN

1. Sidang Dewan Kehormatan ialah Sidang yang dilaksanakan atas usul anggota melalui atau atas
inisiatif Pemangku Adat

2. Dewan Kehormatan dibentuk apabila terjadi perlawanan atau pelanggaran terhadap ketentuan Adat
yang mana harus ada pemberian sanksi dan juga untuk memberi tanda penghormatan / tanda
penghargaan bagi anggota yang berprestasi dan berjasa

3. Dewan Kehormatan terdiri dari :

a. Pemangku Adat

b. Dewan Ambalan

c. Anggota yang ditunjuk

d. Pembina sebagai penasehat

4. Tugas Dewan Kehormatan menyelenggarakan Sidang sekaligus memutuskan serta menetapkan dan
berhak memberikan sanksi atau penghargaan atas nama Gugus Depan dan Ambalan.

BAB VIII

ALUMNI PRAMUKA AMBALAN

Pasal 23
IKAMAPRA

1. Ikamapra ialah Ikatan Alumni Pramuka Ambalan Putri Putra

2. Ikamapra berkewajiban untuk membantu Ambalan dalam memajukan dan mengembangkan Gugus
Depan dan Ambalan

3. Segala ketentuan Ikamapra diatur tersendiri oleh Pengurus Ikamapra

(penggagas : Kak Nanda)

BAB IX

LAIN – LAIN

Pasal 24

ATURAN TAMBAHAN

1. Kegiatan-kegiatan yang sudah dilakukan Gudep dan Ambalan oleh Anggota yang mengandung nilai
kesakralan di anggap sebagai Adat Ambalan

2. Hal-hal lain yang belum tercantum diatas diatur kemudian


Tanda pengenal dalam Gerakan Pramuka adalah tanda-tanda yang dikenakan pada
pakaian seragam pramuka, yang dapat menunjukkan segala sesuatu mengenai
indentitas seorang anggota Gerakan Pramuka.
Pemakaian tanda pengenal ini dimaksudkan untuk mempermudah mengenal
indentitas diri seorang Pramuka, Satuan, Wilayah tugas, Jabatan dan
Kecakapannya.
Tanda, lambang, bendera dan kibaran cita Ambalan Penegak dan/atau Racana
Pandega adalah sarana/alat untuk mendorong maju, memberi semangat,
kebanggan dari para Pramuka Penegak dan/atau Pramuka Pandega serta Ambalan
dan Racananya di Gugusdepan-gugusdepan.
Tanda, lambang, bendera dan kibaran cita Ambalan dan/atau Racana Pandega
harus mempunyai arti yang mengarah pada tujuan Gerakan Pramuka dan semangat
kepahlawanan.
Tanda, lambang, bendera dan kibaran cita Ambalan Penegak dan/atau Racana
Pandega diciptakan sendiri oleh para Penegak dan/atau Pandega dalam suatu
musyawarah Ambalan/Racana di Gugusdepannya dan diajukan kepada Pembina
Gugusdepan.
Ambalan dan/atau Racana memilih dan menentukan lambang Ambalan/Racana
yang sesuai dengan namanya dan gambaran cita-citanya dengan ketentuan :
k                            :     bulat, segilima, perisai atau bentuk lainnya dengan garis tengah/garis
tinggi maksimum 8 cm.
a dan artinya      :     warna yang dipakai dan pemberian arti warna berpedoman pada lampiran
Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 448 Tahun 1961 tentang Panji
Gerakan Pendidikan Kepanduan Praja Muda Karana (GERAKAN PRAMUKA).
bar lambang        :     Gambar lambang dan arti kiasannya berisikan :
–         Cita-cita Ambalan dan/atau Racana,
–         Jiwa dan semangat kepahlawanan/patriotisme,
–         Lambang Gerakan Pramuka,
–         Identitas/nomor Gugusdepannya.
–          
–         Sebagai lambang kehormatan, Ambalan Penegak dan/atau Racana Pandega dapat
membuat bendera Ambalan/Racana yang selanjutnya disebut Kibaran-cita Ambalan
dan/atau Racana.
–         Kibaran-cita Ambalan dan/atau Racana bergambarkan lambang Ambalan dan/atau
Racana seperti tersebut dalam Pt. 8, dengan gambar labang Gerakan Pramuka
Tunas Kelapa pada sisi tongkat bagian atas.
–         Kibaran-cita Ambalan dan/atau Racana berukuran 60 x 90 cm dengan tinggi tongkat
200 cm.
–         Pada tepi kibaran-cita Ambalan dan/atau Racanan dapat diberikan rumbai
denganwarna yang ditentukan oleh Ambalan dan/atau Racana.
Tanda, lambang dan kibaran-cita Ambalan dan/atau Racana ditetapkan oleh
Pembina Gugusdepan atas dasar pengajuan dari Ambalan dan/atau Racana dan
selanjutnya diajukan kepada Kwartir Ranting untuk mendapatkan pengesahan atas
nama Kwartir Cabangnya.
Setelah mendapatkan pengesahan dari Kwartir Ranting atas nama Kwartir
Cabangnya, dengan suatu upacara sederhana dan khidmat Pembina Gugusdepan
menyerahkan Kibaran-cita kepada Pembina Penegak dan/atau Pembina Pandega
untuk diteruskan kepada Pradana yang menerima atas nama Ambalan dan/atau
Racanba.
Upacara penyerahan Kibaran-cita dihadiri oleh utusan Kwartir Ranting/Kwartir
Cabang dan wakil dari Gugusdepan-gugusdepan yang berdekatan.
Kibaran-cita Ambalan dan/atau Racana
a.        Kibaran-cita Ambalan dan/atau Racana digunakan pada Upacara-upacara Adat
Ambalan dan/atau Racana dan upacara-upacara hari besar nasional serta upacara-
upacara dan acara-acara lainnya yang ditentukan oleh Gugusdepan.
b.        Penggunaan Kibaran-cita Ambalan dan/atau Racana harus disertai dengan
Bendera Gugusdepan/Bendera Pramuka, dengan ketentuan :
b. 1.        Letak Kibaran-cita disebelah kiri Bendera Gugusdepan Bendera Pramuka.
b. 2.        Tongkat Bendera Gugusdepan/Bendera Pramuka harus lebih tinggi dari tongkat
Kibaran-cita.
b. 3.        Dalam upacara-upacara/acara yang dipergunakan Kibaran-cita Ambalan dan/atau
Racana serta Bendera Gugusdepan/Bendera Pramuka, harus dikibarkan Bendera
Kebangsaan Merah-Putih dalam posisi yang lebih terhormat.
ADAT AMBALAN
                  Gajah Mada – Tribuana Wijaya Tunggadewi
          Gugus Depan 10-059/10-060

PEMBUKAAN

       Kepramukaan di SMA Negeri 113 Jakarta adalah proses pendidikan yang terintegrasi antara
pendidikan di sekolah, keluarga, dan masyarakat. Kepramukaan diracik dalam bentuk kegiatan yang
dilakukan di alam terbuka dengan prinsip dasar kepramukaan dan metode kepramukaan sebagai proses
pendidikan sepanjang hayat (long life education) menggunakan tata cara rekreatif dan edukatif dalam
mencapai sasaran dan tujuannya.

       Gerakan Pramuka “Gajah Mada – Tribuana Wijaya Tunggadewi” Gugus Depan 10-059/10-060
Berpangkalan di SMA Negeri 113 Jakarta bertujuan untuk memberi pembinaan dalam rangka
pengembangan jiwa kepemimpinan serta memberi kesempatan untuk menambah dan meningkatkan
pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman dalam pengelolaan organisasi, pengembangan bakat
kepemimpinan sebagai upaya pengembangan pribadi dan pengabdiannya kepada Gerakan Pramuka,
Masyarakat, Bangsa dan Negara.

       Kegiatan yang dirasakan oleh peserta didik merupakan kegiatan yang menyenangkan, menarik,
menantang, dan tidak menjemukan, sehingga diharapkan pada peserta didik akan berkembang
kemantapan mental, fisik, pengetahuan, keterampilan, pengalaman, rasa sosial, spiritual, dan
emosionalnya yang sasaran akhirnya adalah pembentukan watak, akhlak, dan budi pekerti luhur.

       Adat Ambalan merupakan salah satu perangkat yang wajib ada dalam tatanan kehidupan Ambalan
Penegak “Gajah Mada – Tribuana Wijaya Tunggadewi” Gugus Depan 10-059/10-060 Berpangkalan di
SMA Negeri 113 Jakarta. Oleh karena itu, Adat Ambalan disusun bersama oleh Penegak dalam sebuah
Musyawarah Ambalan.

      
BAB I
PENGERTIAN, MAKSUD, TUJUAN DAN FUNGSI

Pasal 1
Pengertian

Ayat 1
Adat Ambalan Gajah Mada dan Tribuana Wijaya Tunggadewi adalah seperangkat aturan yang merupakan ciri
khusus ambalan sebagai suatu usaha untuk mengatur berjalannya sebuah aturan kepramukaan di dalam dan di
luar lingkungan  SMAN 113 Jakarta, selama tidak bertentangan dengan aturan Gerakan Pramuka.

Ayat 2
Adat Ambalan adalah seperangkat aturan yang bersifat khusus guna mengatur tata kehidupan sebagaimana yang
dimaksud dalam ayat 1.

Pasal 2
Maksud

Maksud Adat Ambalan adalah sebagai kerangka acuan pola dan tingkah laku warga Ambalan dalam menjalani
aktifitas di Ambalan serta sebagai paradigma sikap di Ambalan.

Pasal 3
Tujuan

Adat Ambalan bertujuan untuk tercapainya kesinambungan kinerja dalam rangka pembinaan dan pengembangan
kepramukaan di SMAN 113 Jakarta.

Pasal 4
Fungsi

Ayat 1
Adat Ambalan berfungsi sebagai Identitas dari Ambalan Gajah Mada dan Tribuana Wijaya Tunggadewi

Ayat 2
Adat Ambalan berrfungsi untuk mempererat warga Ambalan Gajah Mada dan Tribuana Wijaya Tunggadewi dengan
dilandasi semangat kekeluargaan yang mengarah kepada pembinaan dan pengembangan Ambalan Gajah Mada
dan Tribuana Wijaya Tunggadewi.

Ayat 3
Adat Ambalan berfungsi untuk mengatur tata kehidupan warga Ambalan yang bersifat kekeluargaan.
Ayat 4
Adat Ambalan berfungsi untuk mewujudkan kedisiplinan dan kepribadian yang baik dalam Ambalan.

BAB II
KELENGKAPAN ADAT

Pasal 5
Nama

Ayat 1
Nama Ambalan Putra adalah Ambalan GAJAH MADA.

Ayat 2
Nama Ambalan Putri adalah Ambalan TRIBUANA WIJAYATUNGGADEWI.

Pasal 6
Lambang/Logo Ambalan

Ayat 1
Lambang/Logo Ambalan adalah tanda yang menunjukan keberadaan Penegak yang berpangkalan di SMAN 113
Jakarta.

Ayat 2
Lambang Ambalan Gajah Mada adalah yang sesuai dengan hasil Rapat Presidium tentang hal ikhwal Lambang/Logo
Ambalan.

Ayat 3
Lambang Ambalan Tribuana WijayaTunggadewi sesuai dengan hasil Rapat Presidium tentang hal ikhwal
Lambang/Logo Ambalan.

Ayat 4
Bentuk, isi, Warna, dan arti lambang Ambalan terlampir dalam lampiran Adat Ambalan (hasil presidium).

Ayat 5
Ukuran lambang Ambalan adalah 8x8 cm. Delapan menunjukkan delapan sifat pemimpin menurut benda-benda
alam.
Pasal 7
Panji Ambalan

Ayat 1
Panji Ambalan berbentuk bendera kain satin berwarna dasar kuning emas berumbai merah dengan simbol
Lambang/Logo Ambalan (satuan Putra/Putri) dan untuk selanjutnya dinamakan Kibaran Cita.

Ayat 2
Ukuran Panji Ambalan adalah 120 X 80 cm dan perbandingan panjang dan lebar Panji Ambalan adalah 3 : 2

Ayat 3
Panji Ambalan digunakan pada saat upacara resmi Ambalan dan upacara kegiatan kepramukaan.

Ayat 4
Saat pusaka dan panji ambalan keluar, posisi anggota ambalan sikap duduk ksatria.

Pasal 8
Pusaka Ambalan

Ayat 1
Pusaka Ambalan adalah simbol kekuatan Ambalan dan pemersatu Ambalan.

Ayat 2
Pusaka Ambalan digunakan oleh Anggota Ambalan yang telah diberi hak untuk membawa, memegang, dan
mengeluarkan saat upacara Penerimaan dan Pelepasan Tamu Ambalan di dalam Ambalan dan kegiatan pramuka
lain.

Ayat 3
Pusaka Ambalan berupa Gada untuk Ambalan Putra dan Keris untuk Ambalan Putri, dan disimpan di tempat khusus
yang telah ditentukan oleh Pengurus Ambalan serta hanya dapat dikeluarkan sesuai dengan peraturan dalam Adat.

Pasal 9
Sandi Ambalan
Ayat 1
Sandi Ambalan adalah Pandangan Hidup yang menyangkut perilaku warga Ambalan.

Ayat 2
Nama sandi Ambalan SMA Negeri 113 Jakarta adalah
 “SANDI AMBALAN GAJAH MADA – TRIBUANA WIJAYA TUNGGADEWI”.

Ayat 3
Fungsi Sandi Ambalan adalah sebagai motivator, introspeksi diri dan penyatuan dengan hati nurani serta sebagai
alat pemersatu/penengah saat Anggota Ambalan berselisih.

Ayat 4
Sikap dalam membaca sandi Ambalan diatur dalam aturan tambahan/penjelasan butir-butir Sandi Ambalan.

Ayat 5
Sandi Ambalan digunakan/dibacakan pada setiap kegiatan upacara yang dilakukan oleh Ambalan.

Ayat 6
Teks Sandi Ambalan terdapat dalam penjelasan Adat Ambalan.

Pasal 10
Amsal Ambalan

Ayat 1
Amsal adalah motto yang merupakan tuntunan sikap untuk setiap Anggota Ambalan.

Ayat 2
Amsal diucapkan bersama-sama pada akhir pembacaan Sandi Ambalan Gajah Mada – Tribuana Wijaya
Tunggadewi.

Ayat 3
Kalimat Amsal Ambalan berbunyi
“AWALI DENGAN NIAT DAN AKHIRI DENGAN IKHLAS”
dan “PEMUDA/PEMUDI SETIA, JUJUR DAN BERWATAK KSATRIA”
“PENGETAHUAN ADALAH KEKUATAN DAN TEKAD ADALAH KEKUASAAN”.

Ayat 4
Amsal Ambalan SMA Negeri 113 adalah Tri Dharma Satria Jaya Buana.

Pasal 11
Tanda Jabatan

Ayat 1
Tanda Jabatan Dewan Ambalan disesuaikan dengan keputusan Kwartir Nasional Gerakan Pramuka.

Ayat 2
Talikur Jabatan Adat hanya digunakan dalam kegiatan Internal Ambalan Gugus Depan dan tidak digunakan dalam
kegiatan keluar Gugus Depan. Apabila di luar Ambalan, menggunakan talikur Penegak umum (kuning polos biasa).

Ayat 3
Talikur Jabatan Adat digunakan oleh  Badan Pengurus Harian Dewan Ambalan: Pradana, Wakil Pradana,
Kerani, dan Juru Uang, dan Pemangku Adat.

Butir (1)
Talikur Jabatan Adat Badan Pengurus Harian Dewan Ambalan
(i)         Pradana  Putra/Putri menggunakan talikur jabatan adat berwarna merah-kuning-merah yang disertai
mangkok Ambalan.

(ii)       Wakil Pradana Putra/Putri menggunakan talikur jabatan adat berwarna putih-kuning-putih yang disertai


mangkok Ambalan.

(iii)      Sekretaris dan Bendahara Putra/Putri, menggunakan talikur jabatan adat berwarna biru-kuning-biru yang disertai


mangkok Ambalan.

Butir (2)
Talikur Jabatan Adat Pemangku Adat
Ketua Pemangku Adat Putra/Putri menggunakan talikur jabatan adat berwarna hitam-kuning-hitam yang disertai
mangkok Ambalan.

Ayat 4
Seluruh Anggota Ambalan menggunakan talikur kuning. Anggota Sangga di sebelah kiri, Ketua dan Wakil Ketua di
sebelah kanan.

Pasal 12
Pakaian

Ayat 1
Jenis Pakaian Ambalan terdiri dari:
1.      Seragam Pramuka Lengkap sesuai dengan aturan Kwarnas.
2.      Pakaian Lapangan  Lengkap sesuai Adat Ambalan.
3.      Jaket Almamater Ambalan sesuai Adat Ambalan.

Ayat 2
Pakaian Seragam Pramuka lengkap sesuai dengan aturan  Kwarnas, digunakan saat kegiatan formal kepramukaan.

Ayat 3
Pakaian Lapangan berupa kaos Ambalan, Topi pet Pramuka, dan/atau Slayer Ambalan, serta jaket almamater
digunakan saat kegiatan non formal kepramukaan.

Ayat 4
(i)         Slayer dibuat dari kain berbentuk segitiga dengan ukuran sisi pendek 90x90 cm.
(ii)       Slayer ungu list kuning digunakan oleh anggota; slayer ungu list biru di gunakan oleh purna Ambalan; slayer ungu
list cokelat dan putihdigunakan oleh Pembina; dan slayer ungu list kuning, putih, dan cokelat digunakan oleh Pelatih.

Ayat 5
Pakaian Ambalan digunakan saat kegiatan kepramukaan tertentu.

Pasal 13
Atribut

Ayat 1
Atribut Ambalan adalah kelengkapan yang merupakan ciri khas Ambalan dan digunakan sesuai aturan adat yang
tidak bertentangan dengan aturan Gerakan Pramuka.

Ayat 2
Butir (1)
(i)         Apabila menggunakan seragam Pramuka maka atribut yang menunjukan ciri Ambalan terdiri dari: Nomor Gugus
Depan dan Lambang Ambalan serta nama Ambalan Putra/Putri ketika keluar Ambalan. Apabila di dalam Ambalan
dapat menggunakan talikur jabatan adat.

(ii)       Lambang Ambalan dikenakan oleh seluruh Anggota Ambalan pada lengan baju sebelah kiri.

(iii)      Nomor Gudep berbentuk segi empat berukuran 3,5 X 2 cm berwarna dasar putih dengan tulisan merah dikenakan
pada lengan baju sebelah kanan di antara pita lokasi dan badge daerah.

(iv)      Nama Ambalan dikenakan di dada sebelah kiri atas dengan tulisan hitam, warna dasar cokelat, dan list hitam.
Butir (2)
(i)      Apabila menggunakan pakaian Lapangan maka atribut yang menunjukan ciri Ambalan adalah kaos Ambalan, Topi
Pet Pramuka, dan/atau Slayer.

Ayat 3
Atribut Ambalan hanya di pakai oleh anggota Ambalan.

BAB III
KEANGGOTAAN

Pasal 14
Warga Ambalan

Warga Ambalan aktif terdiri dari Penegak Laksana, Penegak Bantara, Penegak Tamu.

Pasal 15
Tamu Ambalan

Ayat 1
Tamu Ambalan adalah Anggota Pramuka yang berasal dari dalam ataupun luar SMAN 113 Jakarta yang mengikuti
kegiatan yang diselenggarakan oleh Ambalan Gajah Mada-Tribuana Wijaya Tunggadewi dan atau berkunjung
secara resmi ke Ambalan Gajah Mada-Tribuana Wijaya Tunggadewi

Ayat 2
Tamu Ambalan adalah peserta didik yang berusia Penegak (16-20 tahun) atau siswa SMAN 113 Jakarta yang ingin
dan siap menjadi anggota Ambalan Gajah Mada-Tribuana Wijaya Tunggadewi.

Pasal 16
Calon Anggota

Calon Anggota adalah tamu Ambalan yang mengikuti proses keanggotaan di Ambalan Gajah Mada-Tribuana Wijaya
Tunggadewi dan belum pernah dilantik menjadi Penegak di Gugus Depan SMA Negeri 113 Jakarta.

Pasal 17
Anggota Ambalan

Ayat 1
Anggota Ambalan adalah Calon Anggota yang telah memenuhi persyaratan golongan Penegak dan/atau masih
menjadi Siswa.

Ayat 2
Persyaratan untuk menjadi Anggota Ambalan terdiri dari :
a.      Tidak merangkap anggota Gugus Depan lain.
b.      Mengikuti LADIKSAR (Latihan Pendidikan Dasar).
c.      Memenuhi SKU golongan Penegak.
d.      Mengikuti Prosesi Anggota.
e.      Sudah dilantik menjadi Penegak.

Ayat 3
Untuk Anggota Ambalan yang telah melewati usia Penegak dan/atau lulus dari SMA maka disebut Purna Ambalan.

BAB IV
KEPENGURUSAN

Pasal 18
Dewan Ambalan

Ayat 1
Dewan Ambalan adalah Anggota Ambalan yang memenuhi persyaratan untuk menjadi Dewan Ambalan yang dipilih
berdasarkan hasil musyawarah Ambalan dan dilantik menjadi Dewan Ambalan.

Ayat 2
Persyaratan Dewan Ambalan :
a.         Terdaftar sebagai siswa aktif di SMA Negeri 113 Jakarta
b.         Anggota Ambalan yang aktif.
c.          Terdaftar aktif sebagai peserta Musyawarah Ambalan
d.      Mencalonkan diri dan/atau dicalonkan oleh peserta Musyawarah Ambalan
e.      Khusus Pradana telah mengikuti DIANPINSA Gugus Depan.
f.       Untuk Badan Pengurus Harian tidak menjadi pengurus harian Organisasi Kesiswaan SMAN 113 Jakarta.
g.      Menyatakan kesediaan secara lisan.
h.    Terpilih saat sidang ambalan.
Pasal 19
Pemangku Adat

Ayat 1
Pemangku Adat adalah orang yang bertanggung jawab pada pelaksanaan dan kelangsungan Adat Ambalan yang
berkoordinasi dengan Ketua Dewan Ambalan (Pradana) yang menyangkut aturan Adat Ambalan.

Ayat 2
Persyaratan Pemangku Adat:
a.         Terdaftar sebagai Siswa aktif SMAN 113 Jakarta.
b.         Terdaftar aktif sebagai peserta Musyawarah Ambalan
c.      Anggota Ambalan yang aktif
d.      Tidak melanggar Adat  Ambalan.
e.      Dapat menjadi teladan dalam pikiran, ucapan, sikap dan perilaku.
f.       Mencalonkan diri dan/atau dicalonkan oleh peserta Musyawarah Ambalan
g.      Menyatakan kesediaan secara lisan untuk dicalonkan menjadi Pemangku Adat
h.    Terpilih saat sidang ambalan.
Pasal 20
Dewan Adat Ambalan

Ayat 1
Dewan Adat Ambalan dibentuk khusus untuk ketentuan-ketentuan Adat Ambalan yang bersifat isidentil.

Ayat 2
Dewan Adat bertanggung jawab kepada Majelis Pembimbing Gugus Depan melalui Ketua Gugus Depan

Ayat 3
Anggota Dewan Adat adalah terdiri dari para anggota ambalan yang pernah menjabat sebagai Pemangku Adat,
pengurus ambalan, dan pengurus ambalan aktif yang berwawasan luas, netral, dapat menjadi teladan dan
memegang teguh Adat Ambalan.

Ayat 4
(1)       Dewan Adat dipilih melalui Musyawarah Pembina.
(2)       Masa bakti Dewan Adat sampai masalah dianggap selesai atau sesuai dengan keadaan
(3)       Dewan Adat diusahakan berjumlah ganjil lebih dari satu.
(4)       Jumlah Anggota Dewan Adat dapat berkurang atau bertambah sesuai kebutuhan
(5)       Penentuan Ketua Dewan Adat berdasarkan Musyawarah Dewan Adat dan disetujui Pembina.
BAB V
UPACARA-UPACARA

Pasal 21
Upacara Adat Ambalan

Upacara–Upacara Adat Ambalan terdiri dari :


1.      Upacara Penerimaan dan Pelepasan Tamu Ambalan.
2.      Upacara Prosesi Penegak.
3.      Upacara Pelantikan Calon Penegak.
4.      Upacara Pelantikan Dewan Ambalan.
5.      Upacara Pelepasan Wisuda Warga Ambalan.
6.      Upacara Pemberian tanda penghargaan
7.      Upacara Pelantikan Anggota/Pencabutan Anggota.
8.      Upacara Pelepasan dan Penerimaan Delegasi

Pasal 22
Upacara Penerimaan dan Pelepasan Tamu Ambalan

Ayat 1
Dilakukan saat akan melakukan penerimaan dan pelepasan Tamu Ambalan.

Ayat 2
Prosesi Upacara sebagai berikut:
a. Pembacaan Sandi Ambalan.
b. Kata Penyambutan atau Pelepasan oleh Pembina Upacara.
c. Pemasangan dan Pelepasan Selendang Tamu Ambalan.

Ayat 3
Perlengkapan Upacara:
a.      Bendera Merah Putih
b.      Bendera WOSM
c.      Bendera Gerakan Pramuka
d.      Panji Ambalan
e.      Sandi Ambalan
f.       Pusaka Ambalan

Pasal 23
Upacara Prosesi Penegak

Ayat 1
Upacara prosesi Penegak dilakukan saat prosesi Penegak.

Ayat 2
Proses Upacara sebagai berikut :
(1)    Penyerahan berkas Penegak.
(2)    Sidang Penegak.
(3)    Pengujian SKU.
(4)    Pencarian TKU.

Ayat 3
Prosesi Penegak Tamu
(1)    Minum air kelapa,,  makan daging kelapanya dengan gula jawa.
(2)    Membuat kerajinan tangan tentang kepramukaan yang dapat dijual. Uangnya untuk melunasi iuran Pramuka.
(3)    Renungan Jiwa

Ayat 4
Prosesi Penegak Bantara
(1)    Kupas kelapa muda dari jenis apa saja hanya dengan menggunakan kedua tangannya sampai terlihat batok
kelapanya. Lalu meminum airnya separuhnya + kuning telur ayam kampung,  dan separuhnya lagi untuk cuci muka.
(2)    Sidang Penegak Bantara
(3)    Puasa bicara selama satu hari penuh untuk menahan diri dari bicara yang tidak penting.
(4)    Sungkem kepada kedua orang tua
(5)    Renungan Jiwa
(6)    Pengambilan pita Bantara

Ayat 5
Prosesi Penegak Laksana
(1)    Minum air kelapa + kuning telur bebek + madu
(2)    Puasa mutih selama satu hari penuh
(3)    Berjalan tengah malam sendirian sambil melaksanakan tugas dari Pembinanya
(4)    Mandi air kembang setaman
(5)    Sidang Penegak Laksana
(6)    Renungan jiwa
(7)    Pengambilan pita Laksana
(8)    Pengembaraan dengan tugas-tugas dari Pembina

Ayat 6
Prosesi Wisuda Purna Ambalan
(1)    Api unggun
(2)    Perkemahan  selama tiga hari
(3)    Pemberian Penghargaan
(4)    Obor Garba Wisuda

Ayat 7
Perlengkapan seluruh Upacara dan prosesi:
a.      Bendera Merah putih
b.      Bendera WOSM
c.      Bendera Gerakan Pramuka
d.      Panji Ambalan
e.      Sandi Ambalan
f.       Pusaka Ambalan

Pasal 24
Upacara Pelantikan Penegak dan Anggota

Ayat 1
Dilakukan saat akan dilantik menjadi Penegak.

Ayat 2
Prosesi Upacara sebagai berikut:
(1)       Laporan Ka Gudep kepada Ka Mabigus tentang Calon Penegak
(2)       Ulang Janji : Tri Satya
(3)       Pernyataan Kesiapsediaan oleh Calon Anggota
(4)       Kata Pelantikan
(5)       Pemasangan TKU dan Slayer

Ayat 3
Perlengkapan Upacara :
(1)       Bendera Merah putih
(2)       Bendera WOSM
(3)       Bendera Gerakan Pramuka Indonesia
(4)       Panji Ambalan
(5)       Sandi Ambalan
(6)       Pusaka Ambalan

Pasal 25
Upacara Pelantikan Dewan Ambalan

Ayat 1
Dilakukan pada saat Pelantikan Dewan Ambalan.

Ayat 2
Prosesi upacara sebagai berikut:
(1)       Kata Pendahuluan Pelantikan
(2)       Ulang Janji : Tri Satya
(3)       Penyataan Kesiapsediaan oleh Calon Dewan Ambalan
(4)       Kata Pelantikan
(5)       Penyematan Tanda Jabatan
(6)       Penandatanganan Naskah Pelantikan
(7)       Sandi Ambalan

Ayat 3
Perlengkapan Pelantikan:
(1)       Bendera Merah Putih
(2)       Bendera WOSM
(3)       Bendera Gerakan Pramuka Indonesia
(4)       Panji Ambalan
(5)       Sandi Ambalan\
(6)       Pusaka Ambalan

Ayat 4
(1)       Tertib acara pelantikan disesuaikan dengan situasi dan kondisi.
(2)       Dewan Ambalan yang dilantik mengenakan seragam Pramuka lengkap.

Pasal 26
Upacara Pelepasan Wisuda Warga Ambalan

Ayat 1
Dilakukan pada saat warga Ambalan selesai studi SMA Negeri 113 Jakarta atau wisuda.

Ayat 2
Pelepasan Wisuda Warga Ambalan dilaksanakan dalam kegiatan Api Unggun Malam terakhir Perjusami (Perkemahan
Jumat-Sabtu-Minggu).

Ayat 3
Prosesi upacara pada saat Api Unggun sebagai berikut:
(1)       Upacara dipimpin oleh Pembina Pramuka
(2)       Laporan Pemimpin Upacara kepada Pembina Upacara
(3)       Penjemputan wisudawan/wati dari tempat wisuda/perpisahan ke tempat upacara.
(4)       Kata Pelepasan oleh Ketua Ambalan (Pradana) atau yang mewakili
(5)       Obor Garba Wisuda diiringi lagu Wisuda Pramuka Gajah Mada-Tribuanatunggadewi
(6)       Pengalungan Bunga Kenangan dan Pemberian Vandel Wisuda
(7)       Kata pesan oleh Wisudawan/wati atau yang mewakili
(8)       Salam Selamat

Ayat 4
Perlengkapan Upacara:
(1)       Bendera Merah Putih
(2)       Bendera WOSM
(3)       Bendera Gerakan Pramuka
(4)       Panji Ambalan\
(5)       Sandi Ambalan
(6)       Pusaka Ambalan

BAB VI
PENGHARGAAN

Pasal 27
Upacara Pelepasan dan Penerimaan Pendelegasian

Ayat 1
Dilakukan pada saat warga Ambalan akan didelegasikan ketingkat kegiatan Kabupaten, Provinsi, Regional, Nasional
dan Internasional.

Ayat 2
Prosesi Upacara sebagai berikut:
(1)       Kata pelepasan oleh Ka Gudep
(2)       Penyematan Lencana Duta Ambalan
(3)       Pembacaan Sandi Ambalan

Ayat 3
Perlengkapan Upacara:
(1)       Bendera Merah Putih
(2)       Bendera WOSM
(3)       Bendera Gerakan Pramuka Indonesia
(4)       Panji Ambalan
(5)       Sandi Ambalan
(6)       Pusaka Ambalan
(7)       Lencana Duta Ambalan

Ayat 4
(1)       Pemakaian Lencana Duta Ambalan selama pendelegasian.
(2)       Setelah selesai melaksanakan delegasi, dilakukan Upacara Penerimaan Pendelegasian

Pasal 28
Tanda Penghargaan

Ayat 1
Tanda Penghargaan diberikan kepada anggota Ambalan sesuai dengan kriterianya.

Ayat 2
Tanda Penghargaan berupa Bintang Tahunan, Bintang Karya Ilmiah Penegak dan Bintang Wira Karya Penegak.
Ayat 3
Penyerahan tanda penghargaan dilakukan dalam sebuah upacara resmi melalui Surat Keputusan Majelis
Pembimbing Gugus Depan atau Pembina Gugus Depan.

Ayat 4
Usulan Penghargaan dilakukan oleh Dewan Kehormatan Penegak.

Pasal 29
Bintang Tahunan
Bintang Tahunan menyesuaikan dengan keputusan Kwartir Nasional Gerakan Pramuka Indonesia.

Pasal 30
Bintang Karya Ilmiah Penegak

1.    Diberikan kepada Anggota Ambalan yang memiliki karya ilmiah, dipresentasikan di depan seluruh Anggota
dan mencapai titik hasil yang dapat diperhatikan.
2.    Bentuk, warna dan penjelasan tanda penghargaan Bintang Karya Ilmiah Penegak terlampir.
3.  Dipasang di dada sebelah kiri.

Pasal 31
Bintang Wira Karya Penegak

1.    Berfungsi sebagai motivator bagi Anggota Penegak untuk mengembangkan keahlian atau keterampilan
berwirausaha yang intinya dapat dipergunakan sebagai salah satu alternatif penghasilan.
2.    Diberikan kepada anggota Ambalan yang memiliki karya usaha atau wiraswasta baik perorangan maupun
kelompok yang diharapkan dapat menjamin penghasilan dalam pemenuhan kebutuhan kelak.
3.    Bentuk, warna dan penjelasan tanda penghargaan Bintang Wira Karya Penegak terlampir.
4.    Dipasang di dada sebelah kiri.

BAB VII
PELANGGARAN DAN TINDAKAN DISIPLIN
Pasal 32
Pelanggaran

Pelanggaran yang dimaksud adalah hal-hal yang dilakukan warga Ambalan yang melanggar ketentuan Ambalan

Pasal 33
Tindakan Disiplin

Ayat 1
Pemangku Adat dapat memberikan peringatan berupa:
(1)       Teguran pertama disampaikan secara lisan dan dicatat dalam buku Adat.
(2)       Apabila dalam jangka waktu dua minggu tidak diindahkan oleh pelanggar, maka akan diberikan teguran
yang kedua.
(3)       Teguran kedua disampaikan secara tertulis dan dicatat dalam buku Adat.
(4)       Apabila dalam jangka waktu dua minggu tidak diindahkan, maka akan diajukan diberikan teguran ketiga
secara tertulis dan dicatat dalam buku Adat.
(5)       Apabila dalam jangka waktu dua minggu tidak diindahkan, maka akan diajukan dalam Sidang Adat
bersama Dewan Kehormatan.

Ayat 2
(1)       Apabila yang melanggar adalah Dewan Ambalan/Dewan Kehormatan/Pemangku Adat, maka teguran
akan dilakukan oleh Dewan Adat, sesuai dengan prosedur tingkat teguran.
(2)       Apabila dalam jangka waktu dua minggu setelah teguran ketiga tidak diindahkan, maka akan diajukan
dalam Sidang Adat Tingkat Tinggi bersama Dewan Kehormatan.

Ayat 3
Apabila dua minggu setelah Sidang Adat/Sidang Adat Tingkat Tinggi tetap tidak diindahkan, maka status
jabatan dan keanggotaannya akan ditinjau ulang atau dicabut dengan prosesi pencabutan keanggotaan.

BAB VIII
PERMUSYAWARATAN

Pasal 34
Macam-macam Permusyawaratan

Ayat 1
Permusyawaratan Ambalan terdiri dari :
1.         Musyawarah Ambalan
2.         Rapat Dewan Ambalan
3.         Sidang Adat
4.         Sidang Adat Tingkat Tinggi
5.         Sidang Penegak
6.         Rapat Sangga Kerja
7.         Rapat Koordinasi
Ayat 2
Musyawarah Ambalan
(1)       Musyawarah Ambalan adalah Pemegang kekuasaan tertinggi di Ambalan.
(2)       Dilakukan setiap selesai kegiatan Ambalan\\
(3)       Diikuti oleh seluruh warga Ambalan

Ayat 3
Rapat Dewan Ambalan
(1)       Rapat Dewan Ambalan memegang keputusan pelaksanaan program kerja dan kebijakan organisasi.
(2)       Dilakyukan setiap 6 bulan sekali
(3)       Dihadiri oleh seluruh anggota Dewan Ambalan

Ayat 4
Sidang Adat
(1)    Merupakan pemegang keputusan tentang pelanggaran adat Ambalan.
(2)    Diselenggarakan ketika terjadi pelanggaran adat.
(3)    Peserta sidang terdiri dari :
a.      Pembina sebagai hakim.
b.      Ketua Dewan Ambalan (Pradana) sebagai Penasehat atau Pembela
c.       Pemangku Adat sebagai Penuntut Umum atau Jaksa
d.      Terdakwa adalah Warga Ambalan yang melanggar
e.      Saksi adalah orang yang terkait Pelanggaran
(4)    Sebelum dikenakan sanksi terdakwa berhak melakukan pembelaan.

Ayat 5
Sidang Adat Tingkat Tinggi
(1)    Merupakan pemegang keputusan tentang pelanggaran Adat Ambalan yang dilakukan oleh Dewan Ambalan/Dewan
Kehormatan/Pemangku Adat.
(2)    Diselenggarakan ketika terjadi pelanggaran adat.
(3)    Peserta sidang terdiri dari :
a.      Pembina sebagai hakim.
b.      Ketua Dewan Ambalan (Pradana) sebagai Penasehat atau Pembela
c.       Dewan Kehormatan/Pemangku Adat yang bukan pelanggar sebagai Penuntut Umum atau Jaksa
d.      Terdakwa adalah Dewan Ambalan/Dewan Kehormatan/Pemangku Adat Ambalan yang melanggar
e.      Saksi adalah orang yang terkait Pelanggaran
(4)    Sebelum dikenakan sanksi terdakwa berhak melakukan pembelaan.
(5)    Jika Ketua Dewan Ambalan dan Pemangku Adat melakukan Pelanggaran maka sidang dilakukan oleh Dewan
Kehormatan Gudep bersama Dewan Adat.

Ayat 6
Sidang Penegak
(1)       Diselenggarakan pada saat upacara prosesi Penegak.
(2)       Sidang dipimpin oleh  Ka Gudep
(3)       Dihadiri oleh seluruh Penegak Ambalan Gajah Mada-Tribuana Wijaya Tunggadewi

Ayat 7
Rapat Sangga Kerja
(1)    Rapat ini membahas tentang teknis pelaksanaan kegiatan.
(2)    Dihadiri oleh seluruh Anggota Sangga Kerja dan Dewan Ambalan.
(3)    Rapat dipimpin oleh  Ketua Sangga Kerja.

Ayat 8
Rapat Koordinasi
(1)    Rapat koordinasi dilakukan guna menyampaikan hasil yang perlu disampaikan oleh pengurus lain.
(2)    Rapat koordinasi dilakukan jika diperlukan.

BAB IX
ATURAN TAMBAHAN

Pasal 35
Adat Pergaulan Ambalan

Adat Pergaulan Ambalan adalah Tata Pergaulan Ambalan senantiasa menjunjung tinggi moral dan etika pergaulan
masyarakat sesuai dengan Trisatya dan Dasa Darma Gerakan Pramuka.

Pasal 36
Sikap

Sikap pada saat pembacaan Sandi Ambalan :


(1)   Untuk Putera berdiri sikap sempurna jemari tangan kanan diletakkan pada dada sebelah kiri dengan
memegang kedua ujung kacu dan kepala menunduk.
(2.   Untuk Puteri, berdiri sikap sempurna jemari tangan kanan diletakkan pada dada sebelah kiri dengan
memegang ujung dasi merah putih, dan kepala menunduk.

Pasal 37
Renungan

(1)    Renungan dilakukan untuk intropeksi diri, membangkitkan semangat dan daya juang serta perubahan pribadi dan
watak ke arah yang lebih baik.
(2)    Renungan dilakukan jika diperlukan dan sesuai dengan kondisi.

Pasal 38
Lampiran-Lampiran

(1)    Adat Ambalan dilengkapi dengan lampiran.


(2)    Lampiran-lampiran dalam Adat Ambalan, merupakan satu kesatuan dan bagian yang tak terpisahkan.

BAB X
ATURAN PERALIHAN

(1)       Perubahan Adat Ambalan dapat dilakukan apabila dianggap perlu.


(2)       Perubahan Adat Ambalan dapat dilakukan untuk jangka waktu minimal 2 tahun
(3)       Perubahan Adat Ambalan hanya dapat dilakukan dalam Musyawarah Ambalan Luar Biasa
(4)       Musyawarah Ambalan Luar Biasa yang membahas perubahan Adat Ambalan wajib dihadiri oleh
perwakilan setiap angkatan dimulai dari angkatan yang pertama kali membuat Adat Ambalan.

BAB XI
PENUTUP

Pasal 39
Pelaksanaan Adat Ambalan

Adat Ambalan wajib dilaksanakan dengan penuh kesungguhan dan tanggung jawab oleh seluruh Warga Ambalan
Gajah Mada-TribuanaWijaya Tunggadewi.

Pasal 40
Pengesahan Adat Ambalan
Adat Ambalan ini disahkan dan ditetapkan dalam Musyawarah Ambalan pada hari Sabtu tanggal 20 April
2013 waktu pukul 15.58 di Aula SMA Negeri 113 Jakarta dengan Pimpinan Sidang Muhammad Risyad Taufik dan
Notulis Octavia Dwi Errywardani dan Bagus Mahmudi disaksikan oleh Pembina (1) Winarti Poedji Rahajoe (2) Imam
Prasaja (3) Sopian (4) Dadang Gunawan (5) Abdul Gofur (Pelatih).

ADAT AMBALAN

Seluruh Anggota Pramuka wajib

1.      Datang tepat waktu dalam setiap pertemuan dan latihan.


2.      Bepakaian sesuai ketentuan pertemuan dan latihan.
3.      Mantaati dan mengamalkan Kode Kehormatan Pramuka
4.      Menjaga nama baik Gugus Depan 10-059/10-060 dimanapun dan kapanpun berada.
5.      Mengikuti dengan aktif setiap latihan dan pertemuan sesuai jadwal.
6.      Ikhlas melunasi iuran kas setiap mengikuti kegiatan.
7.      Menjaga kekompakkan, kerja sama, dan persahabatan dengan sesama Pramuka.
8.      Rendah hati dan saling menghormati.
9.      Saling bertegur sapa, senyum dan ramah bila bertemu dengan anggota Pramuka lain.
10.   Mengikuti dengan aktif semua kegiatan Pramuka sampai semester 2  berakhir.
11.   Memberi kabar ketidakhadiran secara resmi kepada Pradana bila berhalangan hadir dalam pertemuan dan latihan.
12.   Menjaga prestasi belajar dalam rangka kelancaran studi saat ini maupun yang akan datang.
13.   Menjaga sikap dan perilaku keteladanan bagi Anggota Pramuka lainnya.
14.   Mematuhi dan mentaati Peraturan dan Tata Tertib Siswa SMA Negeri 113 Jakarta.
15.   Sungguh-sungguh, sadar, ikhlas dan bertanggung jawab mentaati Adat Ambalan Gugus Depan 10-059 / 10-060
dimanapun dan kapanpun berada.
16.   Sungguh-sungguh, sadar, ikhlas dan bertanggung jawab menerima Hukum  Adat Ambalan Gugus Depan 10-059/10-
060 dimanapun dan kapanpun berada bila melanggar.

HUKUM ADAT
1.         Bagi Anggota Ambalan:
(1)       Setiap tindakan Anggota Ambalan yang melanggar Adat Ambalan, maka Hukum Adat akan diberlakukan dalam
Musyawarah Dewan Kehormatan Ambalan.
(2)       Jatuhnya Hukum Adat kepada Anggota Ambalan dilakukan berdasarkan pertimbangan Dewan Kehormatan
Ambalan dan Pemangku Adat.

2.         Bagi Dewan Ambalan dan/atau Dewan Kehormatan dan/atau Pemangku Adat


(1)       Setiap tindakan Dewan Ambalan dan/atau Dewan Kehormatan dan/atau Pemangku Adat yang melanggar Adat
Ambalan, maka Hukum Adat akan diberlakukan dalam Musyawarah Dewan Kehormatan Ambalan/Dewan Adat yang
tidak melakukan pelanggaran Adat dan/atau Dewan Adat.
(2)       Jatuhnya Hukum Adat kepada Dewan Ambalan dan/atau Dewan Kehormatan dan/atau Pemangku Adat  dilakukan
berdasarkan pertimbangan Dewan Kehormatan Ambalan dan/atau Pemangku Adat yang tidak melakukan
pelanggaran dan Dewan Adat, diketahui Pembina.

3.         Bagi Dewan Adat


(1)       Setiap tindakan Dewan Adat yang melanggar Adat Ambalan, maka Hukum Adat akan diberlakukan melalui
Musyawarah Dewan Kehormatan Adat.
(2)       Jatuhnya Hukum Adat kepada Dewan Adat  dilakukan berdasarkan pertimbangan Majelis Pembimbing Gugus
Depan dan Pembina serta Dewan Kehormatan Adat.
4.         Apabila Tertib dalam Adat Ambalan ini tidak dilaksanakan sebanyak 3 (tiga) kali berturut-turut, maka Anggota
Pramuka yang bersangfkutan akan segera dilaporkan kepada Pembina Pramuka SMA Negeri 113 Jakarta untuk
ditindaklanjuti dan dilakukan keputusan melalui sidang Gugus Depan Luar Biasa.
ADAT AMBALAN TIRTAYASA – R.A. KARTINI PANGKALAN SMAN 1 KOTAPADANG MASA BAKTI
2011-2012 PEMBUKAAN Gugus Depan Pramuka Penegak SMA Negeri 1 Kotapadang dibuat
berdasarkan surat keputusan Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka Nomor: 214 Tahun
2007 Tentang Petunjuk Penyelenggaraan Dewan Kerja Pramuka Penegak Dan Pramuka
Pandega. Tujuannya antara lain sebagai sebagai wadah pembinaan dan pengembangan
kaderisasi kepemimpinan masa depan Gerakan Pramuka serta memberi kesempatan kepada
Pramuka Penegak dan Pramuka Penegak untuk menambah pengetahuan, keterampilan dan
pengalaman dalam pengelolaan organisasi, pengembangan bakat kepemimpinan dalam rangka
upaya pengembangan pribadi dan pengabdiannya kepada Gerakan Pramuka, masyarakat,
bangsa dan negara. Ambalan Tirtayasa dan R.A. Kartini lahir dari sebuah komitmen dan
kebulatan tekad para pendirinya yang berfungsi sebagai wadah beraktifitas di bidang
kepramukaan. Tujuannya adalah untuk mengembangkan Kepramukaan baik kualitas maupun
kuantitas. Bahwa sesungguhnya Adat Ambalan Tirtayasa dan R.A. Kartini merupakan suatu
tatanan kehidupan organisasi di lingkungan Ambalan sebagai pandangan dan pola gerak
anggota dengan menjalankan roda organisasi. Layaknya sebuah organisasi maka Ambalan
Tirtayasa dan R.A. Kartini dituntut untuk melakukan modifikasi terhadap hal-hal yang
berkaitan dengan pola umum Gerak Pramuka dan kondisi nyata yang dihadapi saat ini.
Harapan yang dibangun Ambalan Tirtayasa dan R.A. Kartini adalah terciptanya SDM yang
mampu bersaing di tengah era kompetisi global, serta senantiasa secara sukarela
mengembangkan Gerakan Pramuka di lingkungannya. Dalam Penentuan tatanan organisasi
yang mantap maka diperlukan suatu format ideal bagi perkembangan Ambalan Tirtayasa dan
R.A. Kartini, yang penjabarannya adalah sebagai berikut : BAB I PENGERTIAN, MAKSUD,
TUJUAN DAN FUNGSI Pasal 1 Pengertian 1. Adat Ambalan Tirtayasa dan R.A. Kartini adalah
seperangkat aturan yang merupakan ciri khusus Ambalan sebagai suatu usaha untuk mengatur
eksistensinya dalam lingkungan SMAN 1 Kotapadang. 2. Adat Ambalan adalah seperangkat
aturan yang bersifat khusus guna mengatur tata kehidupan sebagaimana yang dimaksud dalam
ayat 1. Pasal 2 Maksud Maksud Adat Ambalan adalah sebagai kerangka acuan pola dan tingkah
laku warga Ambalan dalam menjalani aktifitas di Ambalan serta sebagai paradigma sikap di
Ambalan. Pasal 3 Tujuan Adat Ambalan bertujuan untuk tercapainya kesinambungan kinerja
dalam rangka pembinaan dan pengembangan Ambalan. Pasal 4 Fungsi Adat Ambalan berfungsi
: 1. Identitas dari Ambalan Tirtayasa dan R.A. Kartini. 2. Alat untuk mempererat warga
Ambalan Tirtayasa dan R.A. Kartini dengan dilandasi semangat kekeluargaan yang mengarah
kepada pembinaan dan pengembangan Ambalan Tirtayasa dan R.A. Kartini. 3. Alat yang
mengatur tata kehidupan warga Ambalan yang bersifat mengikat. 4. Alat untuk mewujudkan
aspirasi anggota Ambalan dalam usaha menggalang persatuan dan yang mengarah pada
disiplin dan kepribadian. BAB II KELENGKAPAN ADAT Pasal 5 Nama 1. Nama Ambalan Putra
adalah AMBALAN TIRTAYASA. 2. Nama Ambalan Putri adalah AMBALAN R.A. KARTINI. Pasal 6
Lambang Ambalan 1. Lambang Ambalan adalah tanda yang menunjukan keberadaan-
keberadaan Penegak yang berpangkalan di SMAN 1 Kotapadang. 2. Lambang Ambalan
Tirtayasa dan R.A. Kartini adalah Lambang Padi dan Kopi yang didalamnya terdapat dua buah
tunas kelapa yang diapit oleh perbukitan dan sungai beliti serta dibawah tunas kelapa
terdapat rel kereta api. 3. Bentuk, isi, Warna, dan arti lambing Ambalan terlampir dalam Adat
Ambalan. 4. Ukuran lambing Ambalan adalah 6 x 6,5 cm Pasal 7 Panji Ambalan 1. Panji
Ambalan berbentuk bendera kain satin berumbai kuning dengan simbol Lambang Ambalan
dengan warna dasar biru muda. 2. Perbandingan Panji Ambalan adalah 120 X 80 cm. 3. Panji
Ambalan digunakan pada saat upacara resmi Ambalan. 4. Perbandingan panjang dan lebar
panji Ambalan adalah 3 : 2 Pasal 8 Pusaka Ambalan 1. Pusaka Ambalan adalah simbol
kekuatan Ambalan. 2. Pusaka Ambalan digunakan oleh pemangku adat saat upacara
Penerimaan dan Pelepasan tamu Ambalan. 3. Pusaka Ambalan berupa Mandau. 4. Mandau
adalah senjata khas daerah Kotapadang Kab. Rejang Lebong Pasal 9 Sandi Ambalan 1. Sandi
Ambalan adalah Pandangan hidup yang menyangkut prilaku warga Ambalan. 2. Nama sandi
Ambalan adalah “SANDI AMBALAN TIRTAYASA – R.A. KARTINI”. 3. Fungsinya adalah sebagai
motivator, introspeksi diri dan penyatuan dengan hati nurani. 4. Sikap dalam membaca sandi
Ambalan diatur dalam aturan tambahan. 5. Sandi Ambalan digunakan pada setiap upacara
yang dilakukan oleh Ambalan. 6. Teks Sandi Ambalan terlampir dalam Adat Ambalan. Pasal 10
Amsal Ambalan 1. Amsal adalah moto yang merupakan tuntunan sikap untuk setiap Anggota
Ambalan. 2. Amsal diucapkan bersama-sama pada akhir pembacaan Sandi Ambalan Putera
Saburai. 3. Kalimat Amsal Ambalan adalah “IKHLAS BHAKTI BINA BANGSA BERBUDI BAWA
LAKSANA”. Pasal 11 Tanda Jabatan 1. Tanda Jabatan Dewan disesuaikan dengan keputusan
Kwarnas. 2. Selempang digunakan oleh Ketua Ambalan dan Pemangku Adat. a. Selempang
yang digunakan ketua Ambalan berwarna kuning dengan rumbai-rumbai kuning dengan tulisan
ketua Ambalan. b. Selempang yang digunakan Pemangku Adat berwarna Biru berumbai kuning
dengan tulisan Pemangku Adat. Pasal 12 Pakaian 1. Pakaian Ambalan terdiri dari : a. Seragam
Pramuka. b. Pakaian Lapangan. 2. Pakaian Lapangan berupa kaos Ambalan dan atau Slayer
Ambalan. 3. Slayer kuning digunakan oleh anggota dan slayer biru di gunakan oleh purna
Ambalan. Pasal 13 Atribut 1. Atribut Ambalan adalah kelengkapan yang merupakan ciri khas
Ambalan. 2. Apabila menggunakan seragam Pramuka maka atribut yang menunjukan ciri
Ambalan terdiri dari: Nomor Gudep, Lambang Ambalan dan Nama Ambalan. 3. Apabila
menggunakan pakaian Lapangan maka atribut yang menunjukan ciri Ambalan adalah kaos
Ambalan dan atau Slayer. 4. Lambang Ambalan dikenakan pada lengan baju sebelah kiri. 5.
Nomor Gudep berbentuk segi empat berukuran 2 X 3.5 cm berwarna dasar putih dengan
tulisan merah dikenakan pada lengan baju sebelah kanan diantara pita lokasi dan badge
daerah. 6. Atribut Ambalan hanya di pakai oleh anggota Ambalan. BAB III KEANGGOTAAN Pasal
14 Warga Ambalan Warga Ambalan terdiri dari Tamu Ambalan, Calon Anggota, dan Anggota
Ambalan. Pasal 15 Tamu Ambalan 1. Anggota Pramuka yang berasal dari dalam ataupun luar
SMAN 1 Kotapadang yang mengikuti kegiatan yang diselenggarakan oleh Ambalan Tirtayasa
dan R.A. Kartini dan atau berkunjung secara resmi ke Ambalan Tirtayasa dan R.A. Kartini. 2.
Peserta didik yang berusia Penegak atau siswa SMAN 1 Kotapadang yang ingin dan siap
menjadi anggota Ambalan Tirtayasa dan R.A. Kartini. Pasal 16 Calon Anggota Calon Anggota
adalah tamu Ambalan yang mengikuti proses keanggotaan di Ambalan Tirtayasa dan R.A.
Kartini dan belum dilantik menjadi Penegak. Pasal 17 Anggota Ambalan 1. Anggota Ambalan
adalah Calon Anggota yang telah memenuhi persyaratan golongan Penegak dan atau masih
menjadi Siswa. 2. Persyaratan Anggota Ambalan terdiri dari : a. Tidak merangkap anggota
Gudep lain. b. Mengikuti LADIKSAR (Latihan Pendidikan Dasar). c. Mengikuti KMD (Kursus
Mahir Dasar). d. Memenuhi SKU golongan Penegak. e. Mengikuti Prosesi Anggota. f. Sudah
dilantik menjadi Penegak. 3. Untuk Anggota Ambalan yang telah melewati usia Penegak maka
disebut purna Ambalan. BAB IV KEPENGURUSAN Pasal 18 Dewan Ambalan 1. Dewan Ambalan
adalah Anggota Ambalan yang memenuhi persyaratan Dewan Ambalan dan dilantik menjadi
Dewan Ambalan. 2. Persyaratan Dewan Ambalan : a. Anggota Ambalan yang aktif. b. Untuk
Badan Pengurus Harian tidak menjadi pengurus harian Organisasi Kesiswaan SMAN 1
Kotapadang. c. Ketua Dewan Ambalan tidak menjabat sebagai ketua pada organisasi lain di
lingkungan SMAN 1 Kotapadang dibuktikan dengan surat pernyataan. d. Menyatakan kesediaan
secara tertulis. e. Khusus Badan Pengurus Harian pada saat dipilih. Pasal 19 Pemangku Adat 1.
Pemangku Adat adalah orang yang bertanggung jawab pada pelaksana Adat Ambalan yang
berkoordinasi dengan Ketua Ambalan yang menyangkut operasional Ambalan. 2. Persyaratan
Pemangku Adat : a. Terdaftar aktif sebagai peserta Musyawarah Ambalan b. Anggota Ambalan
yang aktif selama minimal 1 tahun c. Tidak melanggar Adat d. Mencalonkan diri dan atau
dicalonkan peserta Musyawarah Ambalan e. Menyatakan kesediaan secara lisan untuk
dicalonkan menjadi Pemangku Adat f. Menyampaikan Visi dan Misi di depan peserta
Musyawarah Ambalan. g. Terdaftar sebagai Siswa SMAN 1 Kotapadang Pasal 20 Dewan Adat 1.
Dewan Adat adalah orang yeng membantu Pemangku Adat menegakkan ketentuan-ketentuan
adat Ambalan 2. Dewan adat bertanggung jawab kepada dewan Ambalan BAB V UPACARA-
UPACARA Pasal 21 Upacara Adat Ambalan Upacara –upacara Adat Ambalan terdiri dari : 1.
Upacara Penerimaan dan Pelepasan Tamu Ambalan. 2. Upacara Prosesi Penegak. 3. Upacara
Pelantikan Penegak. 4. Upacara Pelantikan Dewan Ambalan. 5. Upacara Pelepasan Wisuda
Warga Ambalan. 6. Upacara Pemberian tanda penghargaan 7. Upacara Pelantikan Anggota. 8.
Upacara Pelepasan dan Penerimaan Delegasi Pasal 22 Upacara Penerimaan dan Pelepasan
Tamu Ambalan 1. Dilakukan saat akan melakukan penerimaan dan pelepasan Tamu Ambalan.
2. Prosesi Upacara sebagai berikut : a. Pembacaan Sandi Ambalan. b. Kata Penyambutan atau
Pelepasan oleh Pembina Upacara. c. Pemasangan dan Pelepasan Selendang. 3. Perlengkapan
Upacara : a. Bendera Merah Putih b. Bendera WOSM c. Bendera Gerakan Pramuka d. Panji
Ambalan e. Sandi Ambalan
f. Pusaka Ambalan Pasal 23 Upacara Prosesi Penegak 1. Dilakukan saat prosesi Penegak. 2.
Proses Upacara sebagai berikut : a. Penyerahan calon Penegak oleh Ketua Ambalan kepada
Pemangku Adat. b. Penyerahan berkas Penegak. c. Sidang Penegak. d. Pengujian SKU. e.
Pencarian TKU. 3. Perlengkapan Upacara : a. Bendera Merah putih b. Bendera WOSM c.
Bendera Gerakan Pramuka d. Panji Ambalan e. Sandi Ambalan Pasal 24 Upacara Pelantikan
Penegak dan Anggota 1. Dilakukan saat akan dilantik menjadi Penegak. 2. Proses Upacara
Sebagai Berikut : a. Laporan Pemangku Adat kepada pembina tentang Calon Penegak. b. Kata
Pendahuluan. c. Ulang Janji. d. Kata Pelantikan. e. Pernyataan Kesanggupan oleh Calon
Anggota. f. Pemasangan TKU.dan slayer. g. Penyiraman air bunga. 3. Perlengkapan Upacara :
a. Bendera Merah putih b. Bendera WOSM c. Bendera Gerakan Pramuka d. Panji Ambalan e.
Sandi Ambalan Pasal 25 Upacara Pelantikan Dewan Ambalan 1. Dilakukan pada saat Pelantikan
Dewan Ambalan. 2. Proses upacara sebagai berikut : a. Kata Pendahuluan Pelantikan b. Ulang
Janji c. Kata Pelantikan d. Penyematan selendang dan tanda jabatan e. Penandatangan
naskah pelantikan 3. Perlengkapan Pelantikan: a. Bendera Merah Putih b. Bendera WOSM c.
Bendera Gerakan Pramuka d. Panji Ambalan e. Sandi Ambalan f. Dua buah selempang Ketua
Ambalan dan dua buah selempang Pemangku Adat 4. Tertib acara pelantikan disesuaikan
dengan situasi dan kondisi. 5. Dewan Ambalan yang dilantik mengenakan seragam pramuka.
Pasal 26 Upacara Pelepasan Wisuda Warga Ambalan 1. Dilakukan pada saat warga Ambalan
selesai studi atau wisuda. 2. Proses upacara sebagai berikut : a. Penjemputan
wisudawan/wati dari tempat wisuda/perpisahan ke tempat upacara. b. Kata pelepasan oleh
Ketua Ambalan atau yang mewakili. 3. Perlengkapan Upacara : a. Bendera Merah Putih b
Bendera WOSM c Bendera Gerakan Pramuka d. Panji Ambalan e Sandi Ambalan BAB VI
PENGHARGAAN Pasal 27 Upacara Pelepasan dan penerimaan pendelegasian 1. Dilakukan pada
saat warga Ambalan akan didelegasikan ketingkat kegiatan Kabupaten, Provinsi, Regional,
Nasional dan Internasional. 2. Proses Upacara sebagai berikut: a. Kata pelepasan oleh
Pemangku Adat b. Penyematan Lencana Duta Ambalan c. Pembacaan Sandi Ambalan 3.
Perlengkapan Upacara a. Bendera Merah Putih b. Bendera WOSM c. Bendera Gerakan Pramuka
d. Panji Ambalan e. Sandi Ambalan f. Lencana Duta Ambalan 4. Pemakaina Lencana Duta
Ambalan selama pendelegasian. Pasal 28 Tanda Penghargaan 1. Tanda Penghargaan diberikan
kepada anggota Ambalan sesuai denga kriterianya. 2. Tanda Penghargaan berupa Bintang
Tahunan, Bintang Karya Ilmiah Penegak dan Bintang Wira Karya Penegak. 3. Penyerahan tanda
penghargaan dilakukan dalam sebuah upacara resmi melalui SK Mabi atau Pembina. 4. Usulan
Penghargaan dilakukan oleh Pemangku Adat. Pasal 29 Bintang Tahunan Bintang Tahunan
menyesuaikan dengan keputusan Kwarnas. Pasal 30 Bintang Karya Ilmiah Penegak 1. Diberikan
kepada Anggota Ambalan yang memiliki karya ilmiah, dipresentasikan di depan seluruh
Anggota dan mencapai titik hasil yang dapat diperhatikan. 2. Bentuk, warna dan penjelasan
tanda penghargaan Bintang Karya Ilmiah Penegak terlampir. 3. Dipasang di dada sebelah kiri.
Pasal 31 Bintang Wira Karya Penegak 1. Berfungsi sebagai motivator bagi Anggota Penegak
untuk mengembangkan keahlian atau keterampilan berwirausaha yang intinya dapat
dipergunakan sebagai salah satu alternative penghasilan. 2. Diberikan kepada anggota
Ambalan yang memiliki karya usaha atau wiraswasta baik perorangan maupun kelompok yang
diharapkan dapat menjamin penghasilan dalam pemenuhan kebutuhan kelak. 3. Bentuk,
warna dan penjelasan tanda penghargaan Bintang Wira Karya Penegak terlampir. 4. Dipasang
di dada sebelah kiri. BAB VII PELANGGARAN DAN TINDAKAN DISIPLIN Pasal 32 Pelanggaran
Pelanggaran yang dimaksud adalah hal-hal yang dilakukan warga Ambalan yang melanggar
ketentuan Ambalan Pasal 33 Tindakan Disiplin 1. Pemangku Adat dapat memberikan
peringatan berupa : a. Teguran pertama dan apabila dalam jangka waktu dua minggu tidak
diindahkan, maka akan diberikan teguran yang kedua. b. Apabila dalam jangka waktu dua
minggu tidak diindahkan, maka akan diajukan Sidang komisi adat. c. Yang dimaksud dengan
teguran pada poin (a) adalah pernyataan tertulis oleh Pemangku Adat. 2. Dihadapkan pada
Dewan Kehormatan Gudep 3. Status Keanggotannya ditinjau ulang. Jika yang melanggar
adalah Dewan Ambalan maka langsung ke ayat 2. BAB VIII PERMUSYAWARATAN Pasal 34
Macam-macam Permusyawaratan Permusyawaratan Ambalan terdiri dari : 1. Musyawarah
Ambalan atau MUSYAWARAH AMBALAN. 2. Rapat Dewan Ambalan. 3. Sidang Adat. 4. Sidang
Penegak. 5. Rapat Sangga Kerja atau Kelompok Kerja. Pasal 35 Musyawarah Ambalan 1.
Musyawarah Ambalan adalah Pemegang kekuasaan tertinggi di Ambalan. 2. Dilakukan setiap 1
(satu) tahun sekali. 3. Diikuti oleh seluruh warga Ambalan. Pasal 36 Rapat Dewan Ambalan 1.
Rapat Dewan Ambalan memegang keputusan pelaksanaan program kerja dan kebijakan
organisasi. 2. Dilakukan setiap 2 bulan sekali. 3. Dihadiri oleh seluruh anggota Dewan
Ambalan. Pasal 37 Sidang Adat 1. Merupakan pemegang keputusan tentang pelanggaran adat
Ambalan. 2. Diselenggarakan ketika terjadi pelanggaran adat. 3. Terdiri dari : a. Pembina
sebagai hakim. b. Ketua Dewan Ambalan sebagai penasehat atau pembela. c. Pemangku Adat
sebagai penuntut umum atau jaksa. d. Terdakwa adalah warga Ambalan e. Saksi adalah orang
yang terkait Pelanggaran 4. Sebelum dikenakan sanksi terdakwa berhak melakukan
pembelaan. 5. Jika Ketua Dewan Ambalan dan Pemangku Adat melakukan Pelanggaran maka
sidang dilakukan oleh Dewan Kehormatan Gudep. Pasal 38 Sidang Penegak 1. Diselenggarakan
pada saat upacara prosesi Penegak. 2. Sidang dipimpin oleh Pemangku Adat. 3. Dihadiri oleh
seluruh Penegak Ambalan Tirtayasa dan R.A. Kartini. Pasal 39 Rapat Sangga Kerja Atau Pokja
1. Rapat ini membahas tentang teknis pelaksanaan kegiatan. 2. Dihadiri oleh seluruh Anggota
Sangga kerja atau pokja dan Dewan Ambalan. Pasal 40 Rapat Koordinasi 1. Rapat koordinasi
dilakukan guna menyampaikan hasil yang perlu disampaikan oleh pengurus lain. 2. Rapat
koordinasi dilakukan jika diperlukan. BAB IX ATURAN TAMBAHAN Pasal 41 Adat Pergaulan
Ambalan Tata Pergaulan Ambalan senantiasa menjunjung tinggi moral dan etika pergaulan
masyarakat sesuai dengan Trisatya dan Dasa Darma Gerakan Pramuka. Pasal 42 Sikap Sikap
pada saat pembacaan Sandi Ambalan : 1. Untuk Putera berdiri sikap sempurna jemari tangan
kanan diletakkan pada dada sebelah kiri dengan memegang ujung hasduk dan kepala
menunduk. 2. Untuk Puteri, berdiri sikap sempurna jemari tangan kanan diletakkan pada dada
sebelah kiri dan kepala menunduk. Pasal 43 Renungan 1. Renungan dilakukan untuk intropeksi
diri. 2. Renungan dilakukan jika diperlukan dan sesuai dengan kondisi. Pasal 44 Lampiran-
Lampiran 1. Adat Ambalan dilengkapi dengan lampiran. 2. Lampiran-lampiran dalam Adat
Ambalan, merupakan bagian yang tak terpisahkan. BAB X ATURAN PERALIHAN 1. Perubahan
Adat Ambalan dapat dilakukan 3 tahun sekali. 2. Perubahan Adat Ambalan hanya dapat
dilakukan pada Musyawarah Ambalan. BAB XI PENUTUP Pasal 45 Pelaksanaan Adat Ambalan
Adat Ambalan dilaksanakan oleh seluruh Warga Ambalan Tirtayasa dan R.A. Kartini. Pasal 46
Pengesahan Adat Ambalan Adat Ambalan ini ditetapkan dalam Musyawarah Ambalan ke .......
Ditetapkan di : Kotapadang Pada Tanggal : 2012 Pada Pukul : WIB PIMPINAN SIDANG Pimpinan
Sidang II Pimpinan Sidang 1 Pimpinan Sidang 111
Home � pengetahuan kepramukaan � 8 Salah Kaprah dalam Pramuka

8 Salah Kaprah dalam Pramuka


Alam Endah | 11:36 PM | 1 comments

Di dalam pramuka dan kepramukaan ternyata sering kali terdapat 'salah kaprah'. Kaprah sendiri
memiliki arti lazim, sehingga salah kaprah adalah kesalahan yang saking umum (sering)
dilakukan sehingga dianggap lazim, bahkan dianggap tidak salah. Karena itu, salah kaprah
dalam kepramukaan ini adalah segala hal yang seharusnya salah namun biasa dilakukan dan
dianggap lumrah (bahkan dianggap benar).

Apa saja salah kaprah dalam pramukaitu? Blog Pramukaria mencatat sedikitnya delapan salah
kaprah yang sering ditemukan di dalam kepramukaan danGerakan Pramuka. salah kaprah ini
bisa saja dilakukan oleh orang-orang di luar kepramukaan, bahkan oleh anggota Gerakan
Pramuka sendiri.

1. Hari Ulang Tahun Pramuka

Di berbagai kesempatan masih saja sering kita mendengar orang mengatakan 'Hari Ulang
Tahun Pramuka' untuk menyebut peringatan yang dirayakan pada tanggal 14 Agustus.

Ini sebenarnya salah kaprah! Dalam Gerakan Pramuka tidak dikenal istilah peringatan Hari
Ulang Tahun. Yang ada adalah Hari Pramuka yang diperingati setiap tanggal 14 Agustus. Di
mana sejak tahun 1960-an berbagai pihak (termasuk pemerintah) berusaha untuk menyatukan
gerakan kepanduan di Indonesia. Puncaknya pada tanggal 20 Mei 1961 terbitlah Keputusan
Presiden R.I Nomor 238 Tahun 1961 yang menetapkan Gerakan Pramuka sebagai satu-
satunya organisasi yang ditugaskan menyelenggarakan pendidikan kepanduan di Indonesia.
Tindak lanjutnya, pada tanggal 14 Agustus 1961 dilakukan pelantikan Mapinas (Majelis
Pimpinan Nasional), Kwartir Nasional, dan Kwarnari oleh Presiden RI, Ir. Soekarno, dilanjutkan
dengan penganugerahan panji-panji kepramukaan. Tanggal 14 Agustus inilah yang kemudian
diperingati sebagai Hari Pramuka setiap tahunnya.

Tentang penggunaan istilah Hari Pramuka, jelas tertuang dalam Anggaran Dasar (Bab I Pasal 1
Ayat (6)). Tentang ini dapat pula membaca sejarah kepramukaan di Indonesia.

2. Kacu Leher Tidak Boleh Menyentuh Tanah

Salah kaprah kedua dan yang masih terus terjadi adalah adanya larangan kacu leher
menyentuh tanah. Kacu leher dianggap sebagai perlambang bendera Merah Putih yang harus
dihormati layaknya bendera merah putih.

Mitos ini kerap diturunkan dari pembina pramuka ke adik didiknya maupun dari senior kepada
yuniornya. Jika ada yang pramuka yang setangan lehernya sampai menyentuh tanah atau
kotor, maka siap-siap menerima sanksi berat. Karena membiarkan kacu leher menyentuh tanah
sama halnya dengan membiarkan bendera merah putih menyentuh tanah. Dan itu pelecehan
besar terhadap negara dan bangsa!

Padahal kacu leher atau setangan leher pramuka, bukanlah bendera merah putih. Pengertian,
bentuk, penggunaan, dan aturan tentang bendera merah putih dimuat dalam Undang-undang
Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu
Kebangsaan. Dalam peraturan tersebut jelas, kacu leher pramuka bukanlah bendera merah
putih.

Seorang pramuka melakukan kegiatan dengan tetap menggunakan kacu lehernya

Berbagai peraturan dalam Gerakan Pramuka (mulai dari UU Nomor 12 Tahun 2010; SK
Kwarnas; maupun Surat Edaran) tidak ditemukan satupun yang melarang setangan leher
pramuka menyentuh tanah. Selengkapnya bisa dibaca: Bolehkan Setangan leher Menyentuh
Tanah?

Jadi kacu leher pramuka tidak boleh menyentuh tanah adalah sebuah salah kaprah (bahkan
mitos) yang berlaku turun menurun tanpa dasar! Padahal seharusnya kacu leher pramuka
adalah salah satu bagian dari tanda pengenal pramuka (layaknya Tanda WOSM, TKU; Tanda
Regu) juga salah satu bagian dari seragam pramuka. Baik sebagai tanda pengenal maupun
seragam pramuka, sudah seharusnya kita jaga, rawat, dan hormati tetapi jangan berlebihan.

3. Ikatan Pangkal
Penyebutan "pangkal" (dan juga "jangkar") sebagai sebuah ikatan adalah salah kaprah
selanjutnya. Menyebut sebagai 'Ikatan pangkal' dan 'Ikatan Jangkar' bisa jadi didasari atas
pemahaman atas ikatan yang diartikan sekedar sebagai "ikatan adalah pertautan antara tali
dengan benda lain (semisal kayu)".

Definisi tersebut terlalu sederhana dan menimbulkan kerancuan. Dengan berdasar pengertian
tersebut, bisa jadi saat kita melingkarkan tali di tongkat, maka langsung disebut ikatan. Contoh
lain:

 Ketika kita membuat sebuah simpul tiang untuk menali leher binatang, maka namanya
pun berubah menjadi ikatan tiang
 Ketika membuat simpul perusik (anyam berganda) dan menautkannya di benda lain,
maka namanya berubah menjadi ikatan perusik
 Simpul tambat dan simpul tangga pun berubah menjadi ikatan tambat dan ikatan tangga
karena keduanya pasti ditautkan di benda lain
 Simpul tarik yang harus ditautkan di benda lain sehingga bisa digunakan untuk naik atau
turun (semisal menuruni tebing) pun namanya berubah menjadi ikatan tarik.

Seharusnya pengertian dari ikatan tidak sekedar 'pertautan antara tali dengan benda lain
(semisal kayu)". Akan tetapi dengan ""rangkaian tali dengan susunan tertentu yang digunakan
untuk menautkan (menyatukan) dua atau lebih benda lain". Sehingga yang menjadi inti dari
ikatan adalah kegunaannya yaitu "menautkan dua / lebih benda lain" bukan sekedar "menaut di
benda lain".

Dengan pengertian yang komplit tersebut simpul pangkal dan simpul jangkar akan tetap


menjadi simpul. Ulasan lebih lengkap baca : Simpul Pangkal ataukah Ikatan Pangkal?

4. Tanda Pelantikan

Tidak sedikit yang menganggap tanda pelantikan adalah tanda yang dipasang di lengan baju
sebelah kiri (pada pramuka Siaga dan Penggalang) atau di lidah baju (Pramuka Penegak dan
Pandega). Padahal tanda tersebut seharusnya adalah Tanda Kecakapan Umum, salah satu
bagian dari Tanda Kecakapan dalam Gerakan Pramuka.

Lalu yang manakah Tanda Pelantikan itu? Tanda Pelantikan adalah tanda berbentuk belah
ketupat yang pada pakaian seragam pramuka di pasang di saku sebelah kiri (pada anggota
putra) atau dada sebelah kiri (Siaga Putra). Sedang pada pramuka putri berbentuk lingkaran
yang dipasang di kerah baju sebelah kiri.

Disebut tanda pelantikan karena tanda ini hanya boleh digunakan setelah orang tersebut resmi
dilantik menjadi anggota Gerakan Pramuka. Bukan dilantik karena lulus SKU.

Tanda Pelantikan Pramuka

5. Ketua Regu

Pernah mendengar orang menyebut ketua barung, ketua regu, ketua sangga, wakil ketua regu
dan sejenisnya? Penyebutan ketua regu adalah salah kaprah. 

Dalam satuan kelompok terkecil tersebut, tidak menggunakan istilah ketua, namun pemimpin.
Di dalam berbagai peraturan tentang kepramukaan pun tidak satupun yang menyebutnya
sebagai 'ketua regu'.

Antara pemimpin dengan ketua memiliki makna yang berbeda. Dalam barung, regu, dan
sangga, pada hakekatnya masing-masing memiliki derajat yang sama. Tidak ada ketua dan
anak buah. Yang ada adalah salah satu diantaranya dipercaya untuk memimpin teman-
temannya yang lain untuk sama-sama belajar dan berlatih. Kedudukan sebagai pemimpin ini
pun harusnya dijabat secara bergantian agar masing-masing anggota memiliki pengalaman
dalam memimpin.

6. Dewan Kerja Ambalan

Di Kwartir Nasional terdapat Dewan Kerja Nasional (DKN), di daerah terdapat Dewan Kerja
Daerah (DKD), di cabang terdapat Dewan Kerja Cabang (DKD), dan di ranting terdapat Dewan
Kerja Ranting (DKR). Mungkin lantaran itu lah kemudian ada yang latah membuat Dewan Kerja
Ambalan (DKA) di tingkat ambalan penegak. Kok tidak dibuat Dewan Kerja Gugusdepan (DKG)
sekalian?

Dalam Keputusan Kwartir Nasional Gerakan Pramuka Nomor: 214 Tahun 2007 tentang
Petunjuk Penyelenggaraan Dewan Kerja Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega disebutkan
bahwa Dewan Kerja adalah wadah pembinaan dan pengembangan kaderisasi kepemimpinan di
tingkat Kwartir yang beranggotakan Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega Puteri Putera.

Sehingga (lihat yang bergaris bawah), Dewan Kerja hanya dibentuk di tingkat Kwartir saja.
Tidak sampai ke tingkat Gugusdepan apalagi Ambalan.

Di gugusdepan adanya adalah Dewan Kehormatan Gugusdepan yang beranggotakan dari


unsur Majelis Pembimbing, Ketua Gudep, Pembina Satuan, dan Dewan Penegak/Pandega (jika
diperlukan). Tugasnya adalah memutuskan pemberian anugerah, penghargaan, dan sanksi
bagi anggota gugusdepan tersebut.

Organisasi yang terdapat di tingkat Ambalan adalah Dewan Kehormatan Penegak dan Dewan
Ambalan Penegak atau disingkat Dewan Penegak. Dewan Kehormatan Penegak bertugas
menentukan pelantikan, pemberian penghargaan, rehabilitasi anggota, dan memutuskan
peristiwa terkait kehormatan Pramuka Penegak. Dewan Ambalan Penegak (Dewan Penegak)
memiliki tugas membantu pembina pramuka dalam merancang, melaksanakan, mengevaluasi
program kegiatan serta merekrut anggota baru.
Dalam golongan pramuka yang lain juga terdapat Dewan Kehormatan seperti Dewan
Kehormatan Penggalang, Dewan Kehormatan Pandega. Juga terdapat Dewan Perindukan
Siaga, Dewan Pasukan Penggalang dan Dewan Racana Penegak.

Biasanya yang sering kali dianggap sebagai Dewan Kerja Ambalan adalah Dewan Ambalan
Penegak atau Dewan Penegak. Baca : Jangan Mau Menjadi Dewan Kerja Ambalan.

7. Pelatih Pramuka

Salah kaprah selanjutnya adalah penyebutan pembina pramuka sebagai pelatih pembina.
Keduanya sebenarnya berbeda.

Pembina pramuka adalah anggota dewasa Gerakan Pramuka yang melakukan proses
pembinaan dan pendidikan kepramukaan bagi anggota muda. Pembina pramuka terdiri atas
pembina siaga, pembina penggalang, pembina penegak, dan pembina pandega. Seorang
pembina pramuka harus telah menyelesaikan Kursus Pembina Pramuka Mahir Lanjutan (KML).

Sedang pelatih pramuka adalah anggota dewasa Gerakan Pramuka yang bertugas di Pusat
Pendidikan dan Latihan (Pusdiklat) untuk melakukan pembinaan dan pendidikan kepada
pembina pramuka. Seorang pelatih pembina pramuka setidaknya telah lulus Kursus Pelatih
Pembina Dasar (KPD).

Singkatnya, pembina pramuka adalah orang yang membina peserta didik (siaga, penggalang,
penegak, dan pandega), sedang pelatih pembina membina pembina pramuka.

8. Jenjang Anggota Pramuka

Jenjang keanggotan pramuka (peserta didik) atau penggolongan anggota muda pramuka kerap
dikaitkan dengan jenjang sekolahnya. Di SD (Sekolah Dasar) tingkatannya adalah Siaga dan
Penggalang, di SMP adalah Penggalang, di SMA adalah Penegak, dan di Perguruan Tinggi
adalah Pandega.
Setiap pramuka yang telah masuk SMA adalah pramuka penegak. Pun setiap pramuka yang
masuk perguruan tinggi adalah pandega.

Padahal penggolongan peserta didik pramuka tidak didasarkan pada tingkat pendidikannya
melainkan pada usianya. 

 Pramuka Siaga (berusia antara 7-10 tahun)


 Pramuka Penggalang (berusia antara 11-15 tahun)
 Pramuka Penegak (berusia antara 16-20 tahun)
 Pramuka Pandega (berusia antara 21-25 tahun)

Berdasarkan batasan usia tersebut jika ada anggota pramuka yang belum berusia 16 tahun
harusnya tetap menjadi seorang Pramuka Penggalang meskipun telah bersekolah di SMA.
Tetapi yang kerap terjadi (hingga jadi salah kaprah), meskipun belum 16 tahun seorang siswa
SMA langsung dijadikan pramuka penegak dan menjadi anggota ambalan di SMA tersebut.

Pun pada perguruan tinggi. Jarang sekali ada ambalan penegak di Perguruan Tinggi. Padahal
sangat banyak pramuka berusia di bawah 21 tahun yang telah berstatus mahasiswa. Jika
mengikuti kegiatan kepramukan di Perguruan Tinggi tersebut, berapapun usianya, mereka
langsung menjadi Pandega dan menjadi anggota Racana.

Delapan salah kaprah dalam kepramukaan ini yang sempat pramukaria daftar. Mungkin kakak-
kakak pembina maupun anggota pramuka lainnya dapat menambahkan salah-kaprah-salah-
kaprah lainnya yang sering terjadi.

Anda mungkin juga menyukai