Tentang
ADAT AMBALAN
BAB I
PENDAHULUAN
Gerakan Pramuka khususnya Gugus Depan yang ber-Ambalan adalah bagian dari masyarakat
secara umum. Setiap kelompok masyarakat memiliki adat istiadat tertentu, yang membedakan dengan
kelompok masyarakat lainnya. Adat istiadat itu merupakan khas dari kelompok masyarakat tersebut.
Penetapan Adat Ambalan dalam keputusan bahwa Gugus Depan Jember 03.31 – 03.32 SMK
Negeri 4 Jember Ambalan Ken Arok – ken Dedes bukan ingin lepas dari masyarakat lain, tetapi adat
tersebut merupakan identitas dan eksistensi kelompok agar kelompok tersebut lebih dinamis. Lebih
penting lagi bahwa Adat Ambalan mempunyai maksud melatih setiap anggota Ambalan untuk selalu ingat
dan patuh akan hukum dan tatanan yang ada pada lingkungan dimana mereka berada.
BAB II
KETENTUAN ANGGOTA
Pasal 1
Pasal 2
ETIKA ANGGOTA
2. Sesama anggota hendaknya mengucapkan salam dan atau menggunakan kode isyarat tangan jika
bertemu yaitu :
a). Berjabat tangan
b). Apabila tidak mungkin, maka dilakukan dengan mengangkat kedua tangan mempertemukan
semua ujung jari dan membentuk segitiga
4. Setiap perkataan dan perbuatan mencerminkan mulai Tri Satya dan Dasa Dharma
BAB III
PERANGKAT ADAT
Pasal 3
NAMA AMBALAN
PASAL 4
PEMANGKU ADAT
1. Syarat-syarat :
Pemangku adat hanya terdiri satu orang saja bisa diambilkan dari putra dan bisa juga dari putri
Pasal 5
AMSAL AMBALAN
Amsal Ambalan ialah “SABAYA PATI – SABAYA MUKTI” yang berarti hidup rukun sampai mati
Pasal 6
PUSAKA ADAT
1. Pusaka Adat Putra ialah Keris yang berarti : “Melambangkan Jati diri seorang ksatria”
2. Pusaka Adat Putri ialah Selendang yang berarti : “Melambangkan Kreativitas seorang putri yang luhur,
berwibawa dan melestarikan budaya bangsa”
Pasal 7
2. Pembawa pusaka adat memakai ikat kepala adat, selendang disampirkan keleher sambil membawa
keris
3. Peletakan Simbolis pusaka adat pada saat upacara ialah dengan menancapkan keris dan
menyampirkan selendang berdekatan dengan keris
Pasal 8
SANDI AMBALAN
1. Sandi Ambalan merupakan pesan sebagai pengikat janji dan ketentuan moral untuk anggota ambalan
yang diungkapkan dalam bentuk puisi
Pasal 9
MARS GUDEP
1. Mars Gudep ialah lagu yang dinyanyikan untuk membangkitkan rasa cinta dan bangga terhadap
Gugus Depan
Pasal 10
MARS AMBALAN
1. Mars Ambalan ialah lagu yang dinyanyikan untuk membangkitkan semangat anggota Ambalan
Pasal 11
HYMNE AMBALAN
1. Hymne Ambalan ialah lagu yanng dinyanyikan untuk mengiringi pusaka adat
2. Syair Hyme Ambalan tercantum dalam lampiran
Pasal 12
PANJI AMBALAN
1. Panji Ambalan ialah bendera adat sebagai simbol atau lambang ambalan
Pasal 13
BADGE AMBALAN
1. Badge Ambalan ialah badge atau tanda yang dipakai sebagai perwujudan kehidupan ambalan dan
menandakan bahwa si pemakai adalah bagian anggota ambalan
2. Badge Ambalan digunakan dilengan sebelah kiri pada seragam sekolah warna putih
BAB IV
Pasal 14
JENIS
5. Upacara Kehormatan
6. Upacara Lombat
Pasal 15
PENGERTIAN
1. Upacara Pembukaan dan Penutupan Kegiatan Gudep ialah Upacara Adat yang dilaksanakan pada
saat setiap kali mengadakan kegiatan di Gudep
2. Upacara Apel Buka dan Apel Tutup Latihan ialah Upacara Adat yang dilaksanakan pada setiap kali
akan dan sesudah latihan pramuka di Ambalan
3. Upacara Kenaikan Tingkat ialah Upacara Adat yang dilaksanakan pada setiap kali ada kenaikan
tingkat dari Calon Tegak Bantara ke Tegak Bantara dan Tegak Bantara ke Tegak Laksana
4. Upacara Pelantikan dan Pengukuhan Pengurus ialah Upacara Adat yang dilaksanakan apabila ada
anggota yang dilantik dan dikukuhkan menjadi pengurus ambalan
5. Upacara Kehormatan ialah Upacara Adat yang dilaksanakan apabila ada anggota yang mendapatkan
penghargaan ataupun sanksi
6. Upacara Lombat ialah Upacara Adat yang dilaksanakan untuk pelolosan atau pelepasan bagi anggota
yang telah menyelesaikan masa studinya dan atau yang sudah selesai masa bhaktinya dan mereka
dinobatkan menjadi mantan anggota dan masuk dalam IKAMAPRA
Pasal 16
MALAM AMBALAN
Malam Ambalan ialah suatu malam yang khusus digunakan untuk menegakkan Amsal Ambalan setiap
tanggal 4 bulan genap.
Pasal 17
DIES NATALIS
Dies Natalis ialah hari perayaan ulang tahun ambalan yang dirayakan setiap tanggal 14 Agustus
bersamaan dengan Hari Jadi Pramuka
Pasal 18
MEKANISME
1. Semua kegiatan dilaksanakan dengan cara gotong royong, ketuk tular, bahu membahu sesama
anggota ambalan dan diwarnai dengan kesederhanaan
2. Segala sesuatu yang menyangkut tentang pihak luar Ambalan dilakukan atas dasar kekeluargaan,
saling pengertian, tidak merugikan dan tidak bertentangan dengan kebijaksanaan Ambalan
BAB VI
Pasal 19
MAKANAN ADAT
b. Kecap Manis yang melambangkan Cita rasa yang tinggi yang mayoritas orang menyukai rasa
manis
2. Makanan Adat Ambalan disajikan pada saat – saat tertentu saja seperti penyambutan tamu ambalan,
musyawarah penegak, dll
Pasal 20
MINUMAN ADAT
KUE ADAT
2. Pisang merupakan buah yang mudah didapat dan paling banyak disukai makhluk hidup
BAB VII
Pasal 22
1. Sidang Dewan Kehormatan ialah Sidang yang dilaksanakan atas usul anggota melalui atau atas
inisiatif Pemangku Adat
2. Dewan Kehormatan dibentuk apabila terjadi perlawanan atau pelanggaran terhadap ketentuan Adat
yang mana harus ada pemberian sanksi dan juga untuk memberi tanda penghormatan / tanda
penghargaan bagi anggota yang berprestasi dan berjasa
a. Pemangku Adat
b. Dewan Ambalan
4. Tugas Dewan Kehormatan menyelenggarakan Sidang sekaligus memutuskan serta menetapkan dan
berhak memberikan sanksi atau penghargaan atas nama Gugus Depan dan Ambalan.
BAB VIII
Pasal 23
IKAMAPRA
2. Ikamapra berkewajiban untuk membantu Ambalan dalam memajukan dan mengembangkan Gugus
Depan dan Ambalan
BAB IX
LAIN – LAIN
Pasal 24
ATURAN TAMBAHAN
1. Kegiatan-kegiatan yang sudah dilakukan Gudep dan Ambalan oleh Anggota yang mengandung nilai
kesakralan di anggap sebagai Adat Ambalan
PEMBUKAAN
Kepramukaan di SMA Negeri 113 Jakarta adalah proses pendidikan yang terintegrasi antara
pendidikan di sekolah, keluarga, dan masyarakat. Kepramukaan diracik dalam bentuk kegiatan yang
dilakukan di alam terbuka dengan prinsip dasar kepramukaan dan metode kepramukaan sebagai proses
pendidikan sepanjang hayat (long life education) menggunakan tata cara rekreatif dan edukatif dalam
mencapai sasaran dan tujuannya.
Gerakan Pramuka “Gajah Mada – Tribuana Wijaya Tunggadewi” Gugus Depan 10-059/10-060
Berpangkalan di SMA Negeri 113 Jakarta bertujuan untuk memberi pembinaan dalam rangka
pengembangan jiwa kepemimpinan serta memberi kesempatan untuk menambah dan meningkatkan
pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman dalam pengelolaan organisasi, pengembangan bakat
kepemimpinan sebagai upaya pengembangan pribadi dan pengabdiannya kepada Gerakan Pramuka,
Masyarakat, Bangsa dan Negara.
Kegiatan yang dirasakan oleh peserta didik merupakan kegiatan yang menyenangkan, menarik,
menantang, dan tidak menjemukan, sehingga diharapkan pada peserta didik akan berkembang
kemantapan mental, fisik, pengetahuan, keterampilan, pengalaman, rasa sosial, spiritual, dan
emosionalnya yang sasaran akhirnya adalah pembentukan watak, akhlak, dan budi pekerti luhur.
Adat Ambalan merupakan salah satu perangkat yang wajib ada dalam tatanan kehidupan Ambalan
Penegak “Gajah Mada – Tribuana Wijaya Tunggadewi” Gugus Depan 10-059/10-060 Berpangkalan di
SMA Negeri 113 Jakarta. Oleh karena itu, Adat Ambalan disusun bersama oleh Penegak dalam sebuah
Musyawarah Ambalan.
BAB I
PENGERTIAN, MAKSUD, TUJUAN DAN FUNGSI
Pasal 1
Pengertian
Ayat 1
Adat Ambalan Gajah Mada dan Tribuana Wijaya Tunggadewi adalah seperangkat aturan yang merupakan ciri
khusus ambalan sebagai suatu usaha untuk mengatur berjalannya sebuah aturan kepramukaan di dalam dan di
luar lingkungan SMAN 113 Jakarta, selama tidak bertentangan dengan aturan Gerakan Pramuka.
Ayat 2
Adat Ambalan adalah seperangkat aturan yang bersifat khusus guna mengatur tata kehidupan sebagaimana yang
dimaksud dalam ayat 1.
Pasal 2
Maksud
Maksud Adat Ambalan adalah sebagai kerangka acuan pola dan tingkah laku warga Ambalan dalam menjalani
aktifitas di Ambalan serta sebagai paradigma sikap di Ambalan.
Pasal 3
Tujuan
Adat Ambalan bertujuan untuk tercapainya kesinambungan kinerja dalam rangka pembinaan dan pengembangan
kepramukaan di SMAN 113 Jakarta.
Pasal 4
Fungsi
Ayat 1
Adat Ambalan berfungsi sebagai Identitas dari Ambalan Gajah Mada dan Tribuana Wijaya Tunggadewi
Ayat 2
Adat Ambalan berrfungsi untuk mempererat warga Ambalan Gajah Mada dan Tribuana Wijaya Tunggadewi dengan
dilandasi semangat kekeluargaan yang mengarah kepada pembinaan dan pengembangan Ambalan Gajah Mada
dan Tribuana Wijaya Tunggadewi.
Ayat 3
Adat Ambalan berfungsi untuk mengatur tata kehidupan warga Ambalan yang bersifat kekeluargaan.
Ayat 4
Adat Ambalan berfungsi untuk mewujudkan kedisiplinan dan kepribadian yang baik dalam Ambalan.
BAB II
KELENGKAPAN ADAT
Pasal 5
Nama
Ayat 1
Nama Ambalan Putra adalah Ambalan GAJAH MADA.
Ayat 2
Nama Ambalan Putri adalah Ambalan TRIBUANA WIJAYATUNGGADEWI.
Pasal 6
Lambang/Logo Ambalan
Ayat 1
Lambang/Logo Ambalan adalah tanda yang menunjukan keberadaan Penegak yang berpangkalan di SMAN 113
Jakarta.
Ayat 2
Lambang Ambalan Gajah Mada adalah yang sesuai dengan hasil Rapat Presidium tentang hal ikhwal Lambang/Logo
Ambalan.
Ayat 3
Lambang Ambalan Tribuana WijayaTunggadewi sesuai dengan hasil Rapat Presidium tentang hal ikhwal
Lambang/Logo Ambalan.
Ayat 4
Bentuk, isi, Warna, dan arti lambang Ambalan terlampir dalam lampiran Adat Ambalan (hasil presidium).
Ayat 5
Ukuran lambang Ambalan adalah 8x8 cm. Delapan menunjukkan delapan sifat pemimpin menurut benda-benda
alam.
Pasal 7
Panji Ambalan
Ayat 1
Panji Ambalan berbentuk bendera kain satin berwarna dasar kuning emas berumbai merah dengan simbol
Lambang/Logo Ambalan (satuan Putra/Putri) dan untuk selanjutnya dinamakan Kibaran Cita.
Ayat 2
Ukuran Panji Ambalan adalah 120 X 80 cm dan perbandingan panjang dan lebar Panji Ambalan adalah 3 : 2
Ayat 3
Panji Ambalan digunakan pada saat upacara resmi Ambalan dan upacara kegiatan kepramukaan.
Ayat 4
Saat pusaka dan panji ambalan keluar, posisi anggota ambalan sikap duduk ksatria.
Pasal 8
Pusaka Ambalan
Ayat 1
Pusaka Ambalan adalah simbol kekuatan Ambalan dan pemersatu Ambalan.
Ayat 2
Pusaka Ambalan digunakan oleh Anggota Ambalan yang telah diberi hak untuk membawa, memegang, dan
mengeluarkan saat upacara Penerimaan dan Pelepasan Tamu Ambalan di dalam Ambalan dan kegiatan pramuka
lain.
Ayat 3
Pusaka Ambalan berupa Gada untuk Ambalan Putra dan Keris untuk Ambalan Putri, dan disimpan di tempat khusus
yang telah ditentukan oleh Pengurus Ambalan serta hanya dapat dikeluarkan sesuai dengan peraturan dalam Adat.
Pasal 9
Sandi Ambalan
Ayat 1
Sandi Ambalan adalah Pandangan Hidup yang menyangkut perilaku warga Ambalan.
Ayat 2
Nama sandi Ambalan SMA Negeri 113 Jakarta adalah
“SANDI AMBALAN GAJAH MADA – TRIBUANA WIJAYA TUNGGADEWI”.
Ayat 3
Fungsi Sandi Ambalan adalah sebagai motivator, introspeksi diri dan penyatuan dengan hati nurani serta sebagai
alat pemersatu/penengah saat Anggota Ambalan berselisih.
Ayat 4
Sikap dalam membaca sandi Ambalan diatur dalam aturan tambahan/penjelasan butir-butir Sandi Ambalan.
Ayat 5
Sandi Ambalan digunakan/dibacakan pada setiap kegiatan upacara yang dilakukan oleh Ambalan.
Ayat 6
Teks Sandi Ambalan terdapat dalam penjelasan Adat Ambalan.
Pasal 10
Amsal Ambalan
Ayat 1
Amsal adalah motto yang merupakan tuntunan sikap untuk setiap Anggota Ambalan.
Ayat 2
Amsal diucapkan bersama-sama pada akhir pembacaan Sandi Ambalan Gajah Mada – Tribuana Wijaya
Tunggadewi.
Ayat 3
Kalimat Amsal Ambalan berbunyi
“AWALI DENGAN NIAT DAN AKHIRI DENGAN IKHLAS”
dan “PEMUDA/PEMUDI SETIA, JUJUR DAN BERWATAK KSATRIA”
“PENGETAHUAN ADALAH KEKUATAN DAN TEKAD ADALAH KEKUASAAN”.
Ayat 4
Amsal Ambalan SMA Negeri 113 adalah Tri Dharma Satria Jaya Buana.
Pasal 11
Tanda Jabatan
Ayat 1
Tanda Jabatan Dewan Ambalan disesuaikan dengan keputusan Kwartir Nasional Gerakan Pramuka.
Ayat 2
Talikur Jabatan Adat hanya digunakan dalam kegiatan Internal Ambalan Gugus Depan dan tidak digunakan dalam
kegiatan keluar Gugus Depan. Apabila di luar Ambalan, menggunakan talikur Penegak umum (kuning polos biasa).
Ayat 3
Talikur Jabatan Adat digunakan oleh Badan Pengurus Harian Dewan Ambalan: Pradana, Wakil Pradana,
Kerani, dan Juru Uang, dan Pemangku Adat.
Butir (1)
Talikur Jabatan Adat Badan Pengurus Harian Dewan Ambalan
(i) Pradana Putra/Putri menggunakan talikur jabatan adat berwarna merah-kuning-merah yang disertai
mangkok Ambalan.
Butir (2)
Talikur Jabatan Adat Pemangku Adat
Ketua Pemangku Adat Putra/Putri menggunakan talikur jabatan adat berwarna hitam-kuning-hitam yang disertai
mangkok Ambalan.
Ayat 4
Seluruh Anggota Ambalan menggunakan talikur kuning. Anggota Sangga di sebelah kiri, Ketua dan Wakil Ketua di
sebelah kanan.
Pasal 12
Pakaian
Ayat 1
Jenis Pakaian Ambalan terdiri dari:
1. Seragam Pramuka Lengkap sesuai dengan aturan Kwarnas.
2. Pakaian Lapangan Lengkap sesuai Adat Ambalan.
3. Jaket Almamater Ambalan sesuai Adat Ambalan.
Ayat 2
Pakaian Seragam Pramuka lengkap sesuai dengan aturan Kwarnas, digunakan saat kegiatan formal kepramukaan.
Ayat 3
Pakaian Lapangan berupa kaos Ambalan, Topi pet Pramuka, dan/atau Slayer Ambalan, serta jaket almamater
digunakan saat kegiatan non formal kepramukaan.
Ayat 4
(i) Slayer dibuat dari kain berbentuk segitiga dengan ukuran sisi pendek 90x90 cm.
(ii) Slayer ungu list kuning digunakan oleh anggota; slayer ungu list biru di gunakan oleh purna Ambalan; slayer ungu
list cokelat dan putihdigunakan oleh Pembina; dan slayer ungu list kuning, putih, dan cokelat digunakan oleh Pelatih.
Ayat 5
Pakaian Ambalan digunakan saat kegiatan kepramukaan tertentu.
Pasal 13
Atribut
Ayat 1
Atribut Ambalan adalah kelengkapan yang merupakan ciri khas Ambalan dan digunakan sesuai aturan adat yang
tidak bertentangan dengan aturan Gerakan Pramuka.
Ayat 2
Butir (1)
(i) Apabila menggunakan seragam Pramuka maka atribut yang menunjukan ciri Ambalan terdiri dari: Nomor Gugus
Depan dan Lambang Ambalan serta nama Ambalan Putra/Putri ketika keluar Ambalan. Apabila di dalam Ambalan
dapat menggunakan talikur jabatan adat.
(ii) Lambang Ambalan dikenakan oleh seluruh Anggota Ambalan pada lengan baju sebelah kiri.
(iii) Nomor Gudep berbentuk segi empat berukuran 3,5 X 2 cm berwarna dasar putih dengan tulisan merah dikenakan
pada lengan baju sebelah kanan di antara pita lokasi dan badge daerah.
(iv) Nama Ambalan dikenakan di dada sebelah kiri atas dengan tulisan hitam, warna dasar cokelat, dan list hitam.
Butir (2)
(i) Apabila menggunakan pakaian Lapangan maka atribut yang menunjukan ciri Ambalan adalah kaos Ambalan, Topi
Pet Pramuka, dan/atau Slayer.
Ayat 3
Atribut Ambalan hanya di pakai oleh anggota Ambalan.
BAB III
KEANGGOTAAN
Pasal 14
Warga Ambalan
Warga Ambalan aktif terdiri dari Penegak Laksana, Penegak Bantara, Penegak Tamu.
Pasal 15
Tamu Ambalan
Ayat 1
Tamu Ambalan adalah Anggota Pramuka yang berasal dari dalam ataupun luar SMAN 113 Jakarta yang mengikuti
kegiatan yang diselenggarakan oleh Ambalan Gajah Mada-Tribuana Wijaya Tunggadewi dan atau berkunjung
secara resmi ke Ambalan Gajah Mada-Tribuana Wijaya Tunggadewi
Ayat 2
Tamu Ambalan adalah peserta didik yang berusia Penegak (16-20 tahun) atau siswa SMAN 113 Jakarta yang ingin
dan siap menjadi anggota Ambalan Gajah Mada-Tribuana Wijaya Tunggadewi.
Pasal 16
Calon Anggota
Calon Anggota adalah tamu Ambalan yang mengikuti proses keanggotaan di Ambalan Gajah Mada-Tribuana Wijaya
Tunggadewi dan belum pernah dilantik menjadi Penegak di Gugus Depan SMA Negeri 113 Jakarta.
Pasal 17
Anggota Ambalan
Ayat 1
Anggota Ambalan adalah Calon Anggota yang telah memenuhi persyaratan golongan Penegak dan/atau masih
menjadi Siswa.
Ayat 2
Persyaratan untuk menjadi Anggota Ambalan terdiri dari :
a. Tidak merangkap anggota Gugus Depan lain.
b. Mengikuti LADIKSAR (Latihan Pendidikan Dasar).
c. Memenuhi SKU golongan Penegak.
d. Mengikuti Prosesi Anggota.
e. Sudah dilantik menjadi Penegak.
Ayat 3
Untuk Anggota Ambalan yang telah melewati usia Penegak dan/atau lulus dari SMA maka disebut Purna Ambalan.
BAB IV
KEPENGURUSAN
Pasal 18
Dewan Ambalan
Ayat 1
Dewan Ambalan adalah Anggota Ambalan yang memenuhi persyaratan untuk menjadi Dewan Ambalan yang dipilih
berdasarkan hasil musyawarah Ambalan dan dilantik menjadi Dewan Ambalan.
Ayat 2
Persyaratan Dewan Ambalan :
a. Terdaftar sebagai siswa aktif di SMA Negeri 113 Jakarta
b. Anggota Ambalan yang aktif.
c. Terdaftar aktif sebagai peserta Musyawarah Ambalan
d. Mencalonkan diri dan/atau dicalonkan oleh peserta Musyawarah Ambalan
e. Khusus Pradana telah mengikuti DIANPINSA Gugus Depan.
f. Untuk Badan Pengurus Harian tidak menjadi pengurus harian Organisasi Kesiswaan SMAN 113 Jakarta.
g. Menyatakan kesediaan secara lisan.
h. Terpilih saat sidang ambalan.
Pasal 19
Pemangku Adat
Ayat 1
Pemangku Adat adalah orang yang bertanggung jawab pada pelaksanaan dan kelangsungan Adat Ambalan yang
berkoordinasi dengan Ketua Dewan Ambalan (Pradana) yang menyangkut aturan Adat Ambalan.
Ayat 2
Persyaratan Pemangku Adat:
a. Terdaftar sebagai Siswa aktif SMAN 113 Jakarta.
b. Terdaftar aktif sebagai peserta Musyawarah Ambalan
c. Anggota Ambalan yang aktif
d. Tidak melanggar Adat Ambalan.
e. Dapat menjadi teladan dalam pikiran, ucapan, sikap dan perilaku.
f. Mencalonkan diri dan/atau dicalonkan oleh peserta Musyawarah Ambalan
g. Menyatakan kesediaan secara lisan untuk dicalonkan menjadi Pemangku Adat
h. Terpilih saat sidang ambalan.
Pasal 20
Dewan Adat Ambalan
Ayat 1
Dewan Adat Ambalan dibentuk khusus untuk ketentuan-ketentuan Adat Ambalan yang bersifat isidentil.
Ayat 2
Dewan Adat bertanggung jawab kepada Majelis Pembimbing Gugus Depan melalui Ketua Gugus Depan
Ayat 3
Anggota Dewan Adat adalah terdiri dari para anggota ambalan yang pernah menjabat sebagai Pemangku Adat,
pengurus ambalan, dan pengurus ambalan aktif yang berwawasan luas, netral, dapat menjadi teladan dan
memegang teguh Adat Ambalan.
Ayat 4
(1) Dewan Adat dipilih melalui Musyawarah Pembina.
(2) Masa bakti Dewan Adat sampai masalah dianggap selesai atau sesuai dengan keadaan
(3) Dewan Adat diusahakan berjumlah ganjil lebih dari satu.
(4) Jumlah Anggota Dewan Adat dapat berkurang atau bertambah sesuai kebutuhan
(5) Penentuan Ketua Dewan Adat berdasarkan Musyawarah Dewan Adat dan disetujui Pembina.
BAB V
UPACARA-UPACARA
Pasal 21
Upacara Adat Ambalan
Pasal 22
Upacara Penerimaan dan Pelepasan Tamu Ambalan
Ayat 1
Dilakukan saat akan melakukan penerimaan dan pelepasan Tamu Ambalan.
Ayat 2
Prosesi Upacara sebagai berikut:
a. Pembacaan Sandi Ambalan.
b. Kata Penyambutan atau Pelepasan oleh Pembina Upacara.
c. Pemasangan dan Pelepasan Selendang Tamu Ambalan.
Ayat 3
Perlengkapan Upacara:
a. Bendera Merah Putih
b. Bendera WOSM
c. Bendera Gerakan Pramuka
d. Panji Ambalan
e. Sandi Ambalan
f. Pusaka Ambalan
Pasal 23
Upacara Prosesi Penegak
Ayat 1
Upacara prosesi Penegak dilakukan saat prosesi Penegak.
Ayat 2
Proses Upacara sebagai berikut :
(1) Penyerahan berkas Penegak.
(2) Sidang Penegak.
(3) Pengujian SKU.
(4) Pencarian TKU.
Ayat 3
Prosesi Penegak Tamu
(1) Minum air kelapa,, makan daging kelapanya dengan gula jawa.
(2) Membuat kerajinan tangan tentang kepramukaan yang dapat dijual. Uangnya untuk melunasi iuran Pramuka.
(3) Renungan Jiwa
Ayat 4
Prosesi Penegak Bantara
(1) Kupas kelapa muda dari jenis apa saja hanya dengan menggunakan kedua tangannya sampai terlihat batok
kelapanya. Lalu meminum airnya separuhnya + kuning telur ayam kampung, dan separuhnya lagi untuk cuci muka.
(2) Sidang Penegak Bantara
(3) Puasa bicara selama satu hari penuh untuk menahan diri dari bicara yang tidak penting.
(4) Sungkem kepada kedua orang tua
(5) Renungan Jiwa
(6) Pengambilan pita Bantara
Ayat 5
Prosesi Penegak Laksana
(1) Minum air kelapa + kuning telur bebek + madu
(2) Puasa mutih selama satu hari penuh
(3) Berjalan tengah malam sendirian sambil melaksanakan tugas dari Pembinanya
(4) Mandi air kembang setaman
(5) Sidang Penegak Laksana
(6) Renungan jiwa
(7) Pengambilan pita Laksana
(8) Pengembaraan dengan tugas-tugas dari Pembina
Ayat 6
Prosesi Wisuda Purna Ambalan
(1) Api unggun
(2) Perkemahan selama tiga hari
(3) Pemberian Penghargaan
(4) Obor Garba Wisuda
Ayat 7
Perlengkapan seluruh Upacara dan prosesi:
a. Bendera Merah putih
b. Bendera WOSM
c. Bendera Gerakan Pramuka
d. Panji Ambalan
e. Sandi Ambalan
f. Pusaka Ambalan
Pasal 24
Upacara Pelantikan Penegak dan Anggota
Ayat 1
Dilakukan saat akan dilantik menjadi Penegak.
Ayat 2
Prosesi Upacara sebagai berikut:
(1) Laporan Ka Gudep kepada Ka Mabigus tentang Calon Penegak
(2) Ulang Janji : Tri Satya
(3) Pernyataan Kesiapsediaan oleh Calon Anggota
(4) Kata Pelantikan
(5) Pemasangan TKU dan Slayer
Ayat 3
Perlengkapan Upacara :
(1) Bendera Merah putih
(2) Bendera WOSM
(3) Bendera Gerakan Pramuka Indonesia
(4) Panji Ambalan
(5) Sandi Ambalan
(6) Pusaka Ambalan
Pasal 25
Upacara Pelantikan Dewan Ambalan
Ayat 1
Dilakukan pada saat Pelantikan Dewan Ambalan.
Ayat 2
Prosesi upacara sebagai berikut:
(1) Kata Pendahuluan Pelantikan
(2) Ulang Janji : Tri Satya
(3) Penyataan Kesiapsediaan oleh Calon Dewan Ambalan
(4) Kata Pelantikan
(5) Penyematan Tanda Jabatan
(6) Penandatanganan Naskah Pelantikan
(7) Sandi Ambalan
Ayat 3
Perlengkapan Pelantikan:
(1) Bendera Merah Putih
(2) Bendera WOSM
(3) Bendera Gerakan Pramuka Indonesia
(4) Panji Ambalan
(5) Sandi Ambalan\
(6) Pusaka Ambalan
Ayat 4
(1) Tertib acara pelantikan disesuaikan dengan situasi dan kondisi.
(2) Dewan Ambalan yang dilantik mengenakan seragam Pramuka lengkap.
Pasal 26
Upacara Pelepasan Wisuda Warga Ambalan
Ayat 1
Dilakukan pada saat warga Ambalan selesai studi SMA Negeri 113 Jakarta atau wisuda.
Ayat 2
Pelepasan Wisuda Warga Ambalan dilaksanakan dalam kegiatan Api Unggun Malam terakhir Perjusami (Perkemahan
Jumat-Sabtu-Minggu).
Ayat 3
Prosesi upacara pada saat Api Unggun sebagai berikut:
(1) Upacara dipimpin oleh Pembina Pramuka
(2) Laporan Pemimpin Upacara kepada Pembina Upacara
(3) Penjemputan wisudawan/wati dari tempat wisuda/perpisahan ke tempat upacara.
(4) Kata Pelepasan oleh Ketua Ambalan (Pradana) atau yang mewakili
(5) Obor Garba Wisuda diiringi lagu Wisuda Pramuka Gajah Mada-Tribuanatunggadewi
(6) Pengalungan Bunga Kenangan dan Pemberian Vandel Wisuda
(7) Kata pesan oleh Wisudawan/wati atau yang mewakili
(8) Salam Selamat
Ayat 4
Perlengkapan Upacara:
(1) Bendera Merah Putih
(2) Bendera WOSM
(3) Bendera Gerakan Pramuka
(4) Panji Ambalan\
(5) Sandi Ambalan
(6) Pusaka Ambalan
BAB VI
PENGHARGAAN
Pasal 27
Upacara Pelepasan dan Penerimaan Pendelegasian
Ayat 1
Dilakukan pada saat warga Ambalan akan didelegasikan ketingkat kegiatan Kabupaten, Provinsi, Regional, Nasional
dan Internasional.
Ayat 2
Prosesi Upacara sebagai berikut:
(1) Kata pelepasan oleh Ka Gudep
(2) Penyematan Lencana Duta Ambalan
(3) Pembacaan Sandi Ambalan
Ayat 3
Perlengkapan Upacara:
(1) Bendera Merah Putih
(2) Bendera WOSM
(3) Bendera Gerakan Pramuka Indonesia
(4) Panji Ambalan
(5) Sandi Ambalan
(6) Pusaka Ambalan
(7) Lencana Duta Ambalan
Ayat 4
(1) Pemakaian Lencana Duta Ambalan selama pendelegasian.
(2) Setelah selesai melaksanakan delegasi, dilakukan Upacara Penerimaan Pendelegasian
Pasal 28
Tanda Penghargaan
Ayat 1
Tanda Penghargaan diberikan kepada anggota Ambalan sesuai dengan kriterianya.
Ayat 2
Tanda Penghargaan berupa Bintang Tahunan, Bintang Karya Ilmiah Penegak dan Bintang Wira Karya Penegak.
Ayat 3
Penyerahan tanda penghargaan dilakukan dalam sebuah upacara resmi melalui Surat Keputusan Majelis
Pembimbing Gugus Depan atau Pembina Gugus Depan.
Ayat 4
Usulan Penghargaan dilakukan oleh Dewan Kehormatan Penegak.
Pasal 29
Bintang Tahunan
Bintang Tahunan menyesuaikan dengan keputusan Kwartir Nasional Gerakan Pramuka Indonesia.
Pasal 30
Bintang Karya Ilmiah Penegak
1. Diberikan kepada Anggota Ambalan yang memiliki karya ilmiah, dipresentasikan di depan seluruh Anggota
dan mencapai titik hasil yang dapat diperhatikan.
2. Bentuk, warna dan penjelasan tanda penghargaan Bintang Karya Ilmiah Penegak terlampir.
3. Dipasang di dada sebelah kiri.
Pasal 31
Bintang Wira Karya Penegak
1. Berfungsi sebagai motivator bagi Anggota Penegak untuk mengembangkan keahlian atau keterampilan
berwirausaha yang intinya dapat dipergunakan sebagai salah satu alternatif penghasilan.
2. Diberikan kepada anggota Ambalan yang memiliki karya usaha atau wiraswasta baik perorangan maupun
kelompok yang diharapkan dapat menjamin penghasilan dalam pemenuhan kebutuhan kelak.
3. Bentuk, warna dan penjelasan tanda penghargaan Bintang Wira Karya Penegak terlampir.
4. Dipasang di dada sebelah kiri.
BAB VII
PELANGGARAN DAN TINDAKAN DISIPLIN
Pasal 32
Pelanggaran
Pelanggaran yang dimaksud adalah hal-hal yang dilakukan warga Ambalan yang melanggar ketentuan Ambalan
Pasal 33
Tindakan Disiplin
Ayat 1
Pemangku Adat dapat memberikan peringatan berupa:
(1) Teguran pertama disampaikan secara lisan dan dicatat dalam buku Adat.
(2) Apabila dalam jangka waktu dua minggu tidak diindahkan oleh pelanggar, maka akan diberikan teguran
yang kedua.
(3) Teguran kedua disampaikan secara tertulis dan dicatat dalam buku Adat.
(4) Apabila dalam jangka waktu dua minggu tidak diindahkan, maka akan diajukan diberikan teguran ketiga
secara tertulis dan dicatat dalam buku Adat.
(5) Apabila dalam jangka waktu dua minggu tidak diindahkan, maka akan diajukan dalam Sidang Adat
bersama Dewan Kehormatan.
Ayat 2
(1) Apabila yang melanggar adalah Dewan Ambalan/Dewan Kehormatan/Pemangku Adat, maka teguran
akan dilakukan oleh Dewan Adat, sesuai dengan prosedur tingkat teguran.
(2) Apabila dalam jangka waktu dua minggu setelah teguran ketiga tidak diindahkan, maka akan diajukan
dalam Sidang Adat Tingkat Tinggi bersama Dewan Kehormatan.
Ayat 3
Apabila dua minggu setelah Sidang Adat/Sidang Adat Tingkat Tinggi tetap tidak diindahkan, maka status
jabatan dan keanggotaannya akan ditinjau ulang atau dicabut dengan prosesi pencabutan keanggotaan.
BAB VIII
PERMUSYAWARATAN
Pasal 34
Macam-macam Permusyawaratan
Ayat 1
Permusyawaratan Ambalan terdiri dari :
1. Musyawarah Ambalan
2. Rapat Dewan Ambalan
3. Sidang Adat
4. Sidang Adat Tingkat Tinggi
5. Sidang Penegak
6. Rapat Sangga Kerja
7. Rapat Koordinasi
Ayat 2
Musyawarah Ambalan
(1) Musyawarah Ambalan adalah Pemegang kekuasaan tertinggi di Ambalan.
(2) Dilakukan setiap selesai kegiatan Ambalan\\
(3) Diikuti oleh seluruh warga Ambalan
Ayat 3
Rapat Dewan Ambalan
(1) Rapat Dewan Ambalan memegang keputusan pelaksanaan program kerja dan kebijakan organisasi.
(2) Dilakyukan setiap 6 bulan sekali
(3) Dihadiri oleh seluruh anggota Dewan Ambalan
Ayat 4
Sidang Adat
(1) Merupakan pemegang keputusan tentang pelanggaran adat Ambalan.
(2) Diselenggarakan ketika terjadi pelanggaran adat.
(3) Peserta sidang terdiri dari :
a. Pembina sebagai hakim.
b. Ketua Dewan Ambalan (Pradana) sebagai Penasehat atau Pembela
c. Pemangku Adat sebagai Penuntut Umum atau Jaksa
d. Terdakwa adalah Warga Ambalan yang melanggar
e. Saksi adalah orang yang terkait Pelanggaran
(4) Sebelum dikenakan sanksi terdakwa berhak melakukan pembelaan.
Ayat 5
Sidang Adat Tingkat Tinggi
(1) Merupakan pemegang keputusan tentang pelanggaran Adat Ambalan yang dilakukan oleh Dewan Ambalan/Dewan
Kehormatan/Pemangku Adat.
(2) Diselenggarakan ketika terjadi pelanggaran adat.
(3) Peserta sidang terdiri dari :
a. Pembina sebagai hakim.
b. Ketua Dewan Ambalan (Pradana) sebagai Penasehat atau Pembela
c. Dewan Kehormatan/Pemangku Adat yang bukan pelanggar sebagai Penuntut Umum atau Jaksa
d. Terdakwa adalah Dewan Ambalan/Dewan Kehormatan/Pemangku Adat Ambalan yang melanggar
e. Saksi adalah orang yang terkait Pelanggaran
(4) Sebelum dikenakan sanksi terdakwa berhak melakukan pembelaan.
(5) Jika Ketua Dewan Ambalan dan Pemangku Adat melakukan Pelanggaran maka sidang dilakukan oleh Dewan
Kehormatan Gudep bersama Dewan Adat.
Ayat 6
Sidang Penegak
(1) Diselenggarakan pada saat upacara prosesi Penegak.
(2) Sidang dipimpin oleh Ka Gudep
(3) Dihadiri oleh seluruh Penegak Ambalan Gajah Mada-Tribuana Wijaya Tunggadewi
Ayat 7
Rapat Sangga Kerja
(1) Rapat ini membahas tentang teknis pelaksanaan kegiatan.
(2) Dihadiri oleh seluruh Anggota Sangga Kerja dan Dewan Ambalan.
(3) Rapat dipimpin oleh Ketua Sangga Kerja.
Ayat 8
Rapat Koordinasi
(1) Rapat koordinasi dilakukan guna menyampaikan hasil yang perlu disampaikan oleh pengurus lain.
(2) Rapat koordinasi dilakukan jika diperlukan.
BAB IX
ATURAN TAMBAHAN
Pasal 35
Adat Pergaulan Ambalan
Adat Pergaulan Ambalan adalah Tata Pergaulan Ambalan senantiasa menjunjung tinggi moral dan etika pergaulan
masyarakat sesuai dengan Trisatya dan Dasa Darma Gerakan Pramuka.
Pasal 36
Sikap
Pasal 37
Renungan
(1) Renungan dilakukan untuk intropeksi diri, membangkitkan semangat dan daya juang serta perubahan pribadi dan
watak ke arah yang lebih baik.
(2) Renungan dilakukan jika diperlukan dan sesuai dengan kondisi.
Pasal 38
Lampiran-Lampiran
BAB X
ATURAN PERALIHAN
BAB XI
PENUTUP
Pasal 39
Pelaksanaan Adat Ambalan
Adat Ambalan wajib dilaksanakan dengan penuh kesungguhan dan tanggung jawab oleh seluruh Warga Ambalan
Gajah Mada-TribuanaWijaya Tunggadewi.
Pasal 40
Pengesahan Adat Ambalan
Adat Ambalan ini disahkan dan ditetapkan dalam Musyawarah Ambalan pada hari Sabtu tanggal 20 April
2013 waktu pukul 15.58 di Aula SMA Negeri 113 Jakarta dengan Pimpinan Sidang Muhammad Risyad Taufik dan
Notulis Octavia Dwi Errywardani dan Bagus Mahmudi disaksikan oleh Pembina (1) Winarti Poedji Rahajoe (2) Imam
Prasaja (3) Sopian (4) Dadang Gunawan (5) Abdul Gofur (Pelatih).
ADAT AMBALAN
HUKUM ADAT
1. Bagi Anggota Ambalan:
(1) Setiap tindakan Anggota Ambalan yang melanggar Adat Ambalan, maka Hukum Adat akan diberlakukan dalam
Musyawarah Dewan Kehormatan Ambalan.
(2) Jatuhnya Hukum Adat kepada Anggota Ambalan dilakukan berdasarkan pertimbangan Dewan Kehormatan
Ambalan dan Pemangku Adat.
Di dalam pramuka dan kepramukaan ternyata sering kali terdapat 'salah kaprah'. Kaprah sendiri
memiliki arti lazim, sehingga salah kaprah adalah kesalahan yang saking umum (sering)
dilakukan sehingga dianggap lazim, bahkan dianggap tidak salah. Karena itu, salah kaprah
dalam kepramukaan ini adalah segala hal yang seharusnya salah namun biasa dilakukan dan
dianggap lumrah (bahkan dianggap benar).
Apa saja salah kaprah dalam pramukaitu? Blog Pramukaria mencatat sedikitnya delapan salah
kaprah yang sering ditemukan di dalam kepramukaan danGerakan Pramuka. salah kaprah ini
bisa saja dilakukan oleh orang-orang di luar kepramukaan, bahkan oleh anggota Gerakan
Pramuka sendiri.
Di berbagai kesempatan masih saja sering kita mendengar orang mengatakan 'Hari Ulang
Tahun Pramuka' untuk menyebut peringatan yang dirayakan pada tanggal 14 Agustus.
Ini sebenarnya salah kaprah! Dalam Gerakan Pramuka tidak dikenal istilah peringatan Hari
Ulang Tahun. Yang ada adalah Hari Pramuka yang diperingati setiap tanggal 14 Agustus. Di
mana sejak tahun 1960-an berbagai pihak (termasuk pemerintah) berusaha untuk menyatukan
gerakan kepanduan di Indonesia. Puncaknya pada tanggal 20 Mei 1961 terbitlah Keputusan
Presiden R.I Nomor 238 Tahun 1961 yang menetapkan Gerakan Pramuka sebagai satu-
satunya organisasi yang ditugaskan menyelenggarakan pendidikan kepanduan di Indonesia.
Tindak lanjutnya, pada tanggal 14 Agustus 1961 dilakukan pelantikan Mapinas (Majelis
Pimpinan Nasional), Kwartir Nasional, dan Kwarnari oleh Presiden RI, Ir. Soekarno, dilanjutkan
dengan penganugerahan panji-panji kepramukaan. Tanggal 14 Agustus inilah yang kemudian
diperingati sebagai Hari Pramuka setiap tahunnya.
Tentang penggunaan istilah Hari Pramuka, jelas tertuang dalam Anggaran Dasar (Bab I Pasal 1
Ayat (6)). Tentang ini dapat pula membaca sejarah kepramukaan di Indonesia.
Salah kaprah kedua dan yang masih terus terjadi adalah adanya larangan kacu leher
menyentuh tanah. Kacu leher dianggap sebagai perlambang bendera Merah Putih yang harus
dihormati layaknya bendera merah putih.
Mitos ini kerap diturunkan dari pembina pramuka ke adik didiknya maupun dari senior kepada
yuniornya. Jika ada yang pramuka yang setangan lehernya sampai menyentuh tanah atau
kotor, maka siap-siap menerima sanksi berat. Karena membiarkan kacu leher menyentuh tanah
sama halnya dengan membiarkan bendera merah putih menyentuh tanah. Dan itu pelecehan
besar terhadap negara dan bangsa!
Padahal kacu leher atau setangan leher pramuka, bukanlah bendera merah putih. Pengertian,
bentuk, penggunaan, dan aturan tentang bendera merah putih dimuat dalam Undang-undang
Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu
Kebangsaan. Dalam peraturan tersebut jelas, kacu leher pramuka bukanlah bendera merah
putih.
Berbagai peraturan dalam Gerakan Pramuka (mulai dari UU Nomor 12 Tahun 2010; SK
Kwarnas; maupun Surat Edaran) tidak ditemukan satupun yang melarang setangan leher
pramuka menyentuh tanah. Selengkapnya bisa dibaca: Bolehkan Setangan leher Menyentuh
Tanah?
Jadi kacu leher pramuka tidak boleh menyentuh tanah adalah sebuah salah kaprah (bahkan
mitos) yang berlaku turun menurun tanpa dasar! Padahal seharusnya kacu leher pramuka
adalah salah satu bagian dari tanda pengenal pramuka (layaknya Tanda WOSM, TKU; Tanda
Regu) juga salah satu bagian dari seragam pramuka. Baik sebagai tanda pengenal maupun
seragam pramuka, sudah seharusnya kita jaga, rawat, dan hormati tetapi jangan berlebihan.
3. Ikatan Pangkal
Penyebutan "pangkal" (dan juga "jangkar") sebagai sebuah ikatan adalah salah kaprah
selanjutnya. Menyebut sebagai 'Ikatan pangkal' dan 'Ikatan Jangkar' bisa jadi didasari atas
pemahaman atas ikatan yang diartikan sekedar sebagai "ikatan adalah pertautan antara tali
dengan benda lain (semisal kayu)".
Definisi tersebut terlalu sederhana dan menimbulkan kerancuan. Dengan berdasar pengertian
tersebut, bisa jadi saat kita melingkarkan tali di tongkat, maka langsung disebut ikatan. Contoh
lain:
Ketika kita membuat sebuah simpul tiang untuk menali leher binatang, maka namanya
pun berubah menjadi ikatan tiang
Ketika membuat simpul perusik (anyam berganda) dan menautkannya di benda lain,
maka namanya berubah menjadi ikatan perusik
Simpul tambat dan simpul tangga pun berubah menjadi ikatan tambat dan ikatan tangga
karena keduanya pasti ditautkan di benda lain
Simpul tarik yang harus ditautkan di benda lain sehingga bisa digunakan untuk naik atau
turun (semisal menuruni tebing) pun namanya berubah menjadi ikatan tarik.
Seharusnya pengertian dari ikatan tidak sekedar 'pertautan antara tali dengan benda lain
(semisal kayu)". Akan tetapi dengan ""rangkaian tali dengan susunan tertentu yang digunakan
untuk menautkan (menyatukan) dua atau lebih benda lain". Sehingga yang menjadi inti dari
ikatan adalah kegunaannya yaitu "menautkan dua / lebih benda lain" bukan sekedar "menaut di
benda lain".
4. Tanda Pelantikan
Tidak sedikit yang menganggap tanda pelantikan adalah tanda yang dipasang di lengan baju
sebelah kiri (pada pramuka Siaga dan Penggalang) atau di lidah baju (Pramuka Penegak dan
Pandega). Padahal tanda tersebut seharusnya adalah Tanda Kecakapan Umum, salah satu
bagian dari Tanda Kecakapan dalam Gerakan Pramuka.
Lalu yang manakah Tanda Pelantikan itu? Tanda Pelantikan adalah tanda berbentuk belah
ketupat yang pada pakaian seragam pramuka di pasang di saku sebelah kiri (pada anggota
putra) atau dada sebelah kiri (Siaga Putra). Sedang pada pramuka putri berbentuk lingkaran
yang dipasang di kerah baju sebelah kiri.
Disebut tanda pelantikan karena tanda ini hanya boleh digunakan setelah orang tersebut resmi
dilantik menjadi anggota Gerakan Pramuka. Bukan dilantik karena lulus SKU.
5. Ketua Regu
Pernah mendengar orang menyebut ketua barung, ketua regu, ketua sangga, wakil ketua regu
dan sejenisnya? Penyebutan ketua regu adalah salah kaprah.
Dalam satuan kelompok terkecil tersebut, tidak menggunakan istilah ketua, namun pemimpin.
Di dalam berbagai peraturan tentang kepramukaan pun tidak satupun yang menyebutnya
sebagai 'ketua regu'.
Antara pemimpin dengan ketua memiliki makna yang berbeda. Dalam barung, regu, dan
sangga, pada hakekatnya masing-masing memiliki derajat yang sama. Tidak ada ketua dan
anak buah. Yang ada adalah salah satu diantaranya dipercaya untuk memimpin teman-
temannya yang lain untuk sama-sama belajar dan berlatih. Kedudukan sebagai pemimpin ini
pun harusnya dijabat secara bergantian agar masing-masing anggota memiliki pengalaman
dalam memimpin.
Di Kwartir Nasional terdapat Dewan Kerja Nasional (DKN), di daerah terdapat Dewan Kerja
Daerah (DKD), di cabang terdapat Dewan Kerja Cabang (DKD), dan di ranting terdapat Dewan
Kerja Ranting (DKR). Mungkin lantaran itu lah kemudian ada yang latah membuat Dewan Kerja
Ambalan (DKA) di tingkat ambalan penegak. Kok tidak dibuat Dewan Kerja Gugusdepan (DKG)
sekalian?
Dalam Keputusan Kwartir Nasional Gerakan Pramuka Nomor: 214 Tahun 2007 tentang
Petunjuk Penyelenggaraan Dewan Kerja Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega disebutkan
bahwa Dewan Kerja adalah wadah pembinaan dan pengembangan kaderisasi kepemimpinan di
tingkat Kwartir yang beranggotakan Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega Puteri Putera.
Sehingga (lihat yang bergaris bawah), Dewan Kerja hanya dibentuk di tingkat Kwartir saja.
Tidak sampai ke tingkat Gugusdepan apalagi Ambalan.
Organisasi yang terdapat di tingkat Ambalan adalah Dewan Kehormatan Penegak dan Dewan
Ambalan Penegak atau disingkat Dewan Penegak. Dewan Kehormatan Penegak bertugas
menentukan pelantikan, pemberian penghargaan, rehabilitasi anggota, dan memutuskan
peristiwa terkait kehormatan Pramuka Penegak. Dewan Ambalan Penegak (Dewan Penegak)
memiliki tugas membantu pembina pramuka dalam merancang, melaksanakan, mengevaluasi
program kegiatan serta merekrut anggota baru.
Dalam golongan pramuka yang lain juga terdapat Dewan Kehormatan seperti Dewan
Kehormatan Penggalang, Dewan Kehormatan Pandega. Juga terdapat Dewan Perindukan
Siaga, Dewan Pasukan Penggalang dan Dewan Racana Penegak.
Biasanya yang sering kali dianggap sebagai Dewan Kerja Ambalan adalah Dewan Ambalan
Penegak atau Dewan Penegak. Baca : Jangan Mau Menjadi Dewan Kerja Ambalan.
7. Pelatih Pramuka
Salah kaprah selanjutnya adalah penyebutan pembina pramuka sebagai pelatih pembina.
Keduanya sebenarnya berbeda.
Pembina pramuka adalah anggota dewasa Gerakan Pramuka yang melakukan proses
pembinaan dan pendidikan kepramukaan bagi anggota muda. Pembina pramuka terdiri atas
pembina siaga, pembina penggalang, pembina penegak, dan pembina pandega. Seorang
pembina pramuka harus telah menyelesaikan Kursus Pembina Pramuka Mahir Lanjutan (KML).
Sedang pelatih pramuka adalah anggota dewasa Gerakan Pramuka yang bertugas di Pusat
Pendidikan dan Latihan (Pusdiklat) untuk melakukan pembinaan dan pendidikan kepada
pembina pramuka. Seorang pelatih pembina pramuka setidaknya telah lulus Kursus Pelatih
Pembina Dasar (KPD).
Singkatnya, pembina pramuka adalah orang yang membina peserta didik (siaga, penggalang,
penegak, dan pandega), sedang pelatih pembina membina pembina pramuka.
Jenjang keanggotan pramuka (peserta didik) atau penggolongan anggota muda pramuka kerap
dikaitkan dengan jenjang sekolahnya. Di SD (Sekolah Dasar) tingkatannya adalah Siaga dan
Penggalang, di SMP adalah Penggalang, di SMA adalah Penegak, dan di Perguruan Tinggi
adalah Pandega.
Setiap pramuka yang telah masuk SMA adalah pramuka penegak. Pun setiap pramuka yang
masuk perguruan tinggi adalah pandega.
Padahal penggolongan peserta didik pramuka tidak didasarkan pada tingkat pendidikannya
melainkan pada usianya.
Berdasarkan batasan usia tersebut jika ada anggota pramuka yang belum berusia 16 tahun
harusnya tetap menjadi seorang Pramuka Penggalang meskipun telah bersekolah di SMA.
Tetapi yang kerap terjadi (hingga jadi salah kaprah), meskipun belum 16 tahun seorang siswa
SMA langsung dijadikan pramuka penegak dan menjadi anggota ambalan di SMA tersebut.
Pun pada perguruan tinggi. Jarang sekali ada ambalan penegak di Perguruan Tinggi. Padahal
sangat banyak pramuka berusia di bawah 21 tahun yang telah berstatus mahasiswa. Jika
mengikuti kegiatan kepramukan di Perguruan Tinggi tersebut, berapapun usianya, mereka
langsung menjadi Pandega dan menjadi anggota Racana.
Delapan salah kaprah dalam kepramukaan ini yang sempat pramukaria daftar. Mungkin kakak-
kakak pembina maupun anggota pramuka lainnya dapat menambahkan salah-kaprah-salah-
kaprah lainnya yang sering terjadi.