Anda di halaman 1dari 16

MODUL

PRANATA MASYARAKAT BELANDA

SEKILAS SEJARAH BELANDA

TIM PRANATA MASYARAKAT BELANDA


PROGRAM STUDI BELANDA
FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA
UNIVERSITAS INDONESIA
2022
SEKILAS SEJARAH BELANDA

Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (CPMK):


Pembelajar mampu menggambarkan (C3) kehidupan masyarakat Belanda dalam
berbagai aspek kehidupan yang memiliki pengaruh secara nasional dan internasional
dari berbagai perspektif.

Sub-CPMK 2:
Pembelajar mampu menjelaskan (C2) sejarah, bahasa Belanda ABN dan persebaran
bahasa Belanda di dunia secara bertanggung jawab.

Materi:
Sekilas Sejarah Belanda sejak abad pertengahan hingga akhir Perang Dunia II
SEKILAS SEJARAH BELANDA

Pendahuluan

Sebelum periode Kristen, negeri Belanda telah dihuni oleh suku Germania dan Celtic. Hingga awal
abad ke-5 Masehi, di daerah selatan Sungai Rhein merupakan bagian dari Kekaisaran Romawi.

Pada abad pertengahan (1500-an), di wilayah Nederlanden terdiri dari banyak bangsawan yang
terpisah satu sama lain. Mereka kemudian dipersatukan oleh Raja Karel V yang meliputi wilayah
Nederlanden (Belanda, Belgia, dan Luksemburg sekarang). Dengan demikian, wilayah Nederlanden
merupakan bagian dari Kekaisaran Romawi Suci sekaligus Kerajaan Spanyol. Sebelum bangsa Belanda
memberontak terhadap Kerajaan Spanyol yang mengakibatkan Perang 80 Tahun (1568-1648).

Sejak abad abad ke-17 bangsa Belanda dikenal sebagai bangsa yang menjelajahi lautan dunia dan
berbagai benua. Selain itu pada abad ke-17, Belanda terlibat dengan perang-perang dagang di laut
melawan Inggris. VOC, sebagai salah satu perusahaan swasta yang dimiliki oleh Belanda membuat
Belanda menjadi salah negeri yang diperhitungkan dan memiliki koloni di Asia dan Amerika Selatan.
Namun, Belanda memiliki sejarah kelam hingga akhir abad ke-19, Belanda ikut terlibat dalam
perdagangan budak.
Ketertarikan bangsa Belanda terhadap budaya dan masyarakat lain telah lama mengakar. Bangsa
Belanda juga berjuang keras dalam mewujudkan iklim perdagangan yang stabil, hukum, dan
keamanan internasional.

Dinamika politik di Eropa pada akhir abad ke-19 hingga awal abad ke-20 membuat Belanda mengambil
sikap netral dalam kebijakan politik luar negeri. Sikap itu berubah ketika Perang Dunia II meletus.
Dikuasainya wilayah Belanda oleh pasukan Jerman membuat Belanda memilih untuk menjadi bagian
dari pasukan Sekutu yang berperang melawan pasukan Jerman. Situasi pasca perang membuat
Belanda menjadi negara yang aktif dalam dunia internasional. Belanda menjadi salah satu negara
inisiator beberapa organisasi internasional di Eropa.

Karel V, Penguasa Kerajaan Besar


Karel V atau Charles V adalah seorang kaisar Habsburg yang memerintah kerajaan Eropa
terbesar sejak Charlemagne (Charles the great). Karel V adalah penguasa daerah-daerah yang
nantinya akan membentuk Republik Belanda. Karel V menerima perhatian yang relatif sedikit
dalam historiografi Belanda. Sebagian besar perhatian diberikan kepada penggantinya Filips
II sebagai penguasa di wilayah Belanda.
Perhatian yang relatif terbatas yang diberikan kepada Karel V dalam historiografi Belanda
tidak berarti bahwa pemerintahannya tetap tidak diketahui. Sejumlah aspek tindakan Karel V
telah melekat dalam catatan sejarah. Tindakan represifnya terhadap para penganut Protestan
(terutama Lutheran), pengabdiannya kepada Katolik Roma, penaklukan Spanyol - dengan
Francisco Pizarro (1476-1541) sebagai penakluk yang mencolok di Amerika Selatan di bawah
pemerintahannya, perangnya melawan Kekaisaran Ottoman dan Prancis, serta kerajaan besar
yang berhasil ia bangun.

Karel V (1548) karya Titiaan

Sumber: https://www.wga.hu/frames-e.html?/html/t/tiziano/10/22/05charle.html

Karel V memerintah sebuah kerajaan raksasa, begitu luas – bahkan lebih besar dari bekas
Kekaisaran Romawi – sehingga wilayah kekuasaannya disebut sebagai sebuah ‘kerajaan
dengan matahari tidak pernah terbenam’. Kerajaan Karel V dapat dengan tepat disebut
sebagai salah satu kerajaan dunia pertama di era modern.
Dari kakek pihak ayah, Maximilian I (1459-1519), Karel V mewarisi wilayah dinasti Habsburg
di Eropa Tengah (Austria, Hongaria, dan Bohemia) dan melalui neneknya, Mary Burgundy
(1457-1482), ia mewarisi sejumlah besar wilayah para bangsawan (hertogdommen dan
graafschappen) di Belanda dan Franche-Comté dari Burgundy.
Karel mewarisi lebih banyak wilayah, terutama wilayah di luar Eropa. Dari garis keturunan
ibunya, Ratu Isabella Katolik, ia menerima Castile dan daerah kekuasaan di Karibia, Amerika
Tengah dan Afrika, antara lain. Ayah dari ibunya, Ferdinand Katolik (1452-1516), memastikan
bahwa Karel V juga bertanggung jawab atas wilayah Aragon, Napoli, Sisilia, dan Sardinia di
Italia.
Pada bulan Januari 1515 Karel V menjabat sebagai penguasa Belanda dan pada bulan Juni
1519 ia diangkat sebagai kaisar Kekaisaran Romawi Suci. Karel V juga menambahkan
beberapa wilayah lagi ke kerajaannya melalui pernikahannya pada tahun 1526. Karel V
menikahi Putri Isabella dari Portugal yang berusia 23 tahun (1503-1539) di Sevilla pada 10
Maret 1526. Pernikahan ini awalnya dimaksudkan untuk menjalin ikatan yang lebih erat
dengan negara tetangga Spanyol, Portugal. Selain itu, Isabella adalah masih termasuk
sepupunya, sehingga persetujuan kepausan diperlukan untuk pernikahan ini.
Karel V dan wilayah Nederlanden

Sejak tahun 1515 Karel V berkuasa atas Belanda. Karel V memiliki dampak penting pada
pembentukan Belanda dari abad keenam belas dan seterusnya, terutama dalam dua hal.
Pertama, ia menerapkan kebijakan agama yang ketat – bertujuan untuk menekan para
pengikut Protestan demi Katolik – yang akhirnya meningkat di bawah putranya Filips II dan
menyebabkan terjadinya Pemberontakan atau Perang 80 Tahun (1568-1648). Perang
tersebut mengarah pada berdirinya Republik Belanda. Kedua, Karel V menerapkan kebijakan
sentralisasi yang memisahkan Belanda dari wilayah Prancis dan Jerman dari segi administrasi
dan organisasi.
Ketika Karel V memerintah di Nederlanden sejak Januari 1515, ia menangani Reformasi
dengan keras, seperti di wilayah-wilayahnya yang lain. Misalnya, pada tanggal 28 September
1520, Karel V mengumumkan di kota Leuven, Flandria , yang dianggap oleh otoritas Katolik
sebagai pusat saraf dari ajaran sesat Lutheran, bahwa semua tulisan yang menafsirkan ajaran
reformis Jerman Martin Luther (1483 -1546) harus dihancurkan.

Pada bulan Maret 1522, Karel V melembagakan inkuisisi di Belanda mengikuti contoh
Spanyol. Mechelen menerima plakat pertama. Pengumuman Karel V tentang Bloedpakket
(Plakat Darah) pada tahun 1550 terkenal keji. Plakat ini menjatuhkan hukuman mati pada
semua jenis tindakan 'sesat', seperti penyebaran atau kepemilikan buku-buku dan selebaran
Lutheran atau Calvinis, pertemuan para pengikut Protestan atau kebaktian gereja, dan
khotbah yang berisi gagasan reformasi.
Namun, secara politis, upaya Karel V dalam menyatukan wilayah Belanda merupakan hal
penting. Hal itu dilakukan supaya dapat memerintah Belanda dengan tepat sasaran. Kaisar
memastikan bahwa – selain Staten-Generaal yang telah didirikan oleh pendahulunya pada
tahun 1464 – reorganisasi politik badan-badan administrasi pusat terjadi pada tahun 1531,
yang dipusatkan di Brussel. Reorganisasi politik tersebut membentuk Collaterale Raden
(Dewan Jaminan) terdiri dari Raad van State (Dewan Negara) yang berfungsi sebagai badan
penasehat mulia, Raad van Financiën (Dewan Keuangan) untuk mengatur keuangan) dan
Geheime Raad (Dewan Rahasia) sebagai badan terpenting. Akhirnya, Karel V memusatkan
perhatian di bidang militer. Pada tahun 1548, misalnya, ia membentengi kota Vlissingen - yang
disebutnya 'kunci Nederlanden' - dengan Keizersbolwerk (benteng kekaisaran).
Pada tanggal 25 Oktober 1555, Karel V secara resmi turun tahta sebagai penguasa
Nederlanden dan menyerahkan kekuasaan kepada putranya Filips II. Salah satu ksatria Gulden
Vlies, William van Oranye (1533-1584), mendukungnya selama pidato perpisahannya.
Beberapa bulan kemudian, Karel V juga turun takhta sebagai raja dari kekuasaan Aragon dan
Kastilia, dan akhirnya, pada 7 September 1556, jabatannya sebagai Kaisar Romawi Suci
berakhir. Putranya Filips II menggantikannya sebagai raja Spanyol dan penguasa
Nederlanden.

Filips II dan Nederlanden


Raja Spanyol Filips II terkait erat dengan sejarah Belanda. Pada abad ke-16 provinsi-provinsi
di Belanda memberontak melawan aturan kaku Filips II.
Filips tidak hanya mewarisi Nederlanden dari Karel V, ayahnya. Seperti ayahnya, Filips II
memerintah sebuah kerajaan yang luas. Pada tahun 1555 Karel V secara sukarela melepaskan
kekuasaan. Pada tanggal 25 Oktober 1555, Karel V resmi mengundurkan diri sebagai
penguasa Nederlanden. Beberapa bulan kemudian Karel V juga turun takhta sebagai raja
Aragon dan Kastilia. Akhirnya, pada tanggal 7 September 1556, Karel V berhenti sebagai kaisar
Kekaisaran Romawi Suci.
Filips II menggantikan ayahnya di Nederlanden dan Spanyol. Selain itu, ia memerintah wilayah
di Prancis dan Italia dan beberapa koloni di luar negeri. Filips II telah mewarisi kerajaan dunia.

Filips II (1573) karya Sofonisba Aungisolla

Sumber: https://www.museodelprado.es/en/the-collection/art-work/philip-ii/7d7280d6-5603-488a-
8521-933acc357d7a
Nederlanden memiliki tingkat otonomi tertentu di bawah Karel V. Pada tahun 1548 Karel V
telah memberikan daerah posisi independen dalam Kekaisaran Jerman, tetapi pada saat
bersamaan Karel V juga menerapkan kebijakan sentralisasi. Segera menjadi jelas bahwa
gewesten (daerah-daerah) seharusnya tidak memiliki terlalu banyak ilusi tentang kebebasan
mereka setelah Filips II mengambil alih tongkat estafet kekuasaan dari ayahnya.

Tidak seperti ayahnya, Filips II hampir tidak pernah menunjukkan dirinya di Nederlanden. Hal
itu jelas tidak membantu popularitasnya. Raja yang taat itu justru bertekad untuk
menghancurkan Protestantisme yang meningkat. Upaya tersebut tidak ada hubungannya
dengan penduduk Nederlanden yang liberal dan percaya bahwa seharusnya ada ruang untuk
agama baru. Filips II lebih lanjut mengintensifkan pengejaran terhadap mereka yang dianggap
melakukan bid’ah melalui lembagai inkuisisi yang sudah dilembagakan. Filips II memiliki
sejumlah besar pejabat, pengacara, dan penasihat yang datang dari Spanyol. Filips II mungkin
tidak hadir secara fisik, tetapi dia memastikan bahwa selama ketidakhadirannya, kekuasaan
di Nederlanden dijalankan persis seperti yang dia inginkan.
Pada tahun 1559 Filips II mengangkat saudara tirinya Margaretha van Parma sebagai
penguasa di Nederlanden. Filips II kemudian tinggal di Spanyol. Margaretha van Parma
memiliki tugas sulit di depannya. Sebuah revolusi dalam pemikiran keagamaan sedang
berlangsung di Nederlanden. Semakin banyak orang merasa bahwa Gereja Katolik harus
direformasi. Di banyak tempat di Nederlanden diselenggarakan khotbah. Kebaktian gereja
diadakan secara terbuka yang mengkritik gereja Katolik. Hal itu tentu mengundang bahaya
karena Protestantisme ditentang keras atas perintah Filips II.
Sekelompok besar bangsawan Nederlanden bersatu mencoba untuk mengakhiri pengejaran
terhadap para pengikut Protestan. Pada tahun 1566, mereka menawarkan sebuah petisi
kepada Margaretha van Parma, memintanya untuk mengakhiri Inkuisisi, serta pengadilan
Katolik yang dibentuk untuk mengejar orang-orang Protestan. Margaretha van Parma hanya
berjanji untuk menyampaikan permohonan kepada Raja Filips II mengenai penyesuaian
Inkuisisi. Hal itu dianggap tidak cukup oleh para bangsawan. Tak lama kemudian mereka
mengunjungi Margaretha van Parma lagi. Margaretha van Parma takut akan pemberontakan
bersenjata dan memutuskan untuk berhenti. Pengejaran terhadap para pelaku bid’ah di
hampir seluruh Nederlanden untuk sementara dihentikan. Oleh karena itu Calvinisme
akhirnya bisa memanifestasikan dirinya secara terbuka. Namun, pada 1566 terjadi
beeldenstorm.
Beeldenstorm
Sambil menunggu keluarnya keputusan dari penguasa mengenai usulan para bangsawan di
Nederlanden, terjadi pergolakan di kalangan pemerintah setelah diajukannya petisi tersebut.
Para bangsawan yang tidak puas semakin menunjukkan sikap perlawanan mereka secara
terbuka. Sementara para pendukung "keyakinan yang baru" berkumpul di tempat-tempat
umum mendengarkan petuah-petuah dari para penceramah Calvinis yang berkeliling kota.
Pada tanggal 10 Agustus 1566, salah satu dari ceramah di tempat umum ini menyebabkan
penjarahan di biara terdekat. Penjarahan ini terjadi di dekat Steenvoorde, di Flemish
Westhoek, pusat tekstil yang sangat maju di Benelux (Belanda, Belgia, Luxembourg).
Dalam minggu dan bulan-bulan berikutnya, beberapa gereja dan biara lain juga diserang dan
dijarah, mulanya di kawasan sekitar Westhoek dan kemudian di kawasan lain di Flandria dan
Brabant, dan pada akhir bulan Agustus mencapai seluruh kawasan Nederlanden. Jika kita lihat
ke belakang, banyak terdapat tanda-tanda bahwa hal tersebut akan terjadi. Sebagai akibat
dari putusan pengadilan yang kejam dengan memakan korban orang-orang yang sama sekali
tidak bersalah, pengangguran dan panen yang berulang kali gagal, situasi sudah memanas
untuk beberapa saat lamanya. Pada musim panas, situasi penuh dengan berbagai kejutan dan
pergolakan serta pergunjingan dimana-mana.
Pemberontakan agama muncul dari setiap lapisan masyarakat. Kalangan atas dan rendah,
kaya dan miskin, lelaki dan perempuan, muda dan tua, semua menyerbu gereja-gereja,
merusakkan patung-patung orang suci dan karya-karya seni lainnya dan menjarah toko-toko
milik biara.
Motivasi pemberontakan bermacam-macam bergantung pada latar belakang mereka.
Sebagian membenci kaum spiritual karena hak-hak istimewa mereka, yang lain tidak puas
dengan keadaan mereka yang memalukan, sementara sisanya sekedar penasaran, dan kaum
Calvinis yakin bahwa gereja harus dibersihkan dari "kekuatan gaib yang tidak berguna".

Beeldenstorm 1566 karya anonym

Sumber: Rijksmuseum Amsterdam

Mereka meminum anggur komuni, meremas-remas roti komuni dengan kaki atau
memberikannya sebagai makanan burung serta menghancurkan patung-patung kaum suci
dengan maksud ingin menghilangkan nilai mistis dari simbol-simbol Katolik dan membuat
pernyataan bahwa ajaran Katolik yang murni telah dicampuradukkan menjadi sebuah
pertunjukan boneka yang disakralkan.
Melalui pemurnian gereja-gereja dari gambar dan patung kaum suci, altar, karya seni dan
berbagai kemewahan tidak perlu lainnya, kaum Calvinis percaya bahwa mereka sedang
mengembalikan ikatan dengan Kristen yang di mata mereka lebih murni dan menghapuskan
korupsi yang sudah terjadi berabad-abad dan penyembahan terhadap orang-orang suci yang
palsu. Pensucian gereja-gereja sejak saat itu menandakan dimulainya reformasi kebaktian
yang menjadikan Kalimat-kalimat Tuhan sebagai fokus utama yaitu pembacaan Injil dan
penjelasan Injil oleh seorang pendeta.
Filips II sangat marah dengan penjarahan dan penghancuran yang terjadi di tempat-tempat
suci Katolik. Ia lalu mengirim Hertog van Alva ke utara untuk mengatur segalanya. Hertog van
Alva diberi pasukan sebanyak 10.000 prajurit untuk memadamkan pemberontakan.
Alva menggantikan Margaret dari Parma sebagai penguasa. Segera setelah kedatangannya di
Brussel pada 22 Agustus 1567, Alva memulai pengejaran dan penindasan terhadap para
pengikut Protestan. Alva mendirikan Pengadilan Khusus, yang disebut Raad van Beroerten
(Dewan Pemukul). Pengadilan ini segera disebut Bloedraad (Dewan Darah) oleh penduduk.
Diperkirakan ada sekitar 6.000 hingga 8.000 pengikut Protestan dihukum oleh Raad van
Beroerten.
Willem van Oranje, bangsawan pemberontak dan Awal Perang 80 Tahun
William van Oranje atau Willem van Oranje adalah tokoh yang muncul pada masa pergolakan
dan konflik dengan Filips II. Ia adalah seorang bangsawan ambisius yang berubah menjadi
seorang pemimpin pemberontakan dan kemudian diakui sebagai "Bapak Bangsa", pendiri
negara Belanda yang baru. Sebenarnya ia tidak pernah bermaksud mendirikan sebuah negara
yang merdeka.
William lahir tahun 1533 di Kastil Dillenburg (Jerman). Orangtuanya menganut keyakinan
Lutheran, tetapi ketika beliau mewarisi gelar Oranje (di Prancis) pada tahun 1544 dan
mendapat gelar “Pangeran" , Raja Karel V bersikeras bahwa sang pangeran muda dibesarkan
sebagai seorang Katolik. Oleh karena alasan ini, sejak usia dua belas tahun, William tinggal di
istana kerajaan di Brussels. William dididik dengan pendidikan berbahasa Prancis oleh
lingkungan barunya karena sesuai dengan status barunya.
Sejak tahun 1555 dan seterusnya, William van Oranje meraih berbagai posisi yang tinggi.
Sebagai seorang komandan militer, anggota Dewan Negara, Ksatria het Orde van de Gulden
Vlies dan stadhouder (setingkat gubernur) di Holland, Zeeland dan Utrecht. Willem menjadi
salah seorang bangsawan paling berpengaruh di Nederlanden. Namun, hubungannya dengan
Filips II, penerus Karel V, memburuk.
William menjadi juru bicara para bangsawan yang membentuk partai oposisi. Mereka
menuntut agar hukuman terhadap para pembangkang dikurangi dan menentang munculnya
pegawai pemerintah profesional dalam administrasi negara. Munculnya pegawai pemerintah
yang baru menandakan bahwa kaum bangsawan kehilangan posisi tradisional mereka .
Setelah terjadinya beeldenstorm (kerusuhan penghancuran berhala di gereja-gereja Katolik),
William melarikan diri ke Dillenburg. Dari tempat inilah, mulai tahun 1568 dan seterusnya,
William melakukan beberapa serangan militer ke Nederlanden untuk menaklukkan
kekuasaan Hertog van Alva. Serangan ini menjadi awal dari Perang 80 Tahun.

Willem van Oranje (1580) karya Adriaen Thomasz Key

Sumber: Rijksmuseum Amsterdam

William juga menggunakan propaganda (pamflet, lagu-lagu mars, kartun) dalam peperangan
tersebut. Salah satu produk dari masa ini adalah lagu kebangsaan Belanda, Wilheminus.
William tidak memperoleh banyak kemenangan pada awalnya. Baru ketika para Watergeuzen
(Pengemis Laut) merebut Den Briel secara tidak sengaja pada tanggal 1 April 1572 barulah
kaum Pemberontak memperoleh dukungan.
Berlawanan dengan perkiraan banyak kalangan, kaum Pemberontak di Holland dan Zeeland
bertahan cukup lama. Sebagian besar disebabkan karena keteguhan hati William van Oranje.
Melalui Perdamaian Ghent tahun 1576 kaum pemberontak bahkan berhasil membuat
beberapa kesepakatan dengan berbagai provinsi. Impian William van Oranje tampaknya
dapat teraih yaitu pengembalian tujuh belas bagian negara Nederlanden Burgondia kepada
kekuasaan kaum bangsawan, dan penyelesaian berbagai konflik agama, berdasarkan
toleransi. Namun demikian, usaha penyatuan itu tidak bertahan lama.
Pada tahun 1580, Philip II memberikan hadiah bagi siapa yang dapat menyerahkan William
van Oranje. Reaksi William adalah dengan menulis Apologie (pembelaan diri), sementara
Staten-Generaal dari wilayah-wilayah yang memberontak menyampaikan sebuah Plakkaat
van verlatinghe (plakat perpisahan). Kedua dokumen ini mempunyai pesan yang sama :
perlawanan mereka dianggap layak karena raja bersikap sebagai seorang tiran.
Pada tanggal 10 Juli 1584 seorang Katolik, Balthazar Gerards, menembak William van Oranje
dan kemudian mengakhiri hidupnya sendiri. William belum meraih apapun, namun kurang
dari dua puluh lima tahun kemudian berbagai provinsi yang memberontak berubah menjadi
sebuah Republik yang penuh percaya diri dan William van Oranje dianggap sebagai Bapak
Pendiri dari negara yang baru tersebut.

Republiek der Nederlanden


Pada tahun 1609 Perayaan Kemerdekaan Dua Belas Tahun ditandai dengan gencatan senjata
sementara dengan Spanyol dalam peperangan yang dimulai tahun 1568 akibat serangan
militer yang dilancarkan oleh William van Oranje
Wilayah Nederlanden dibelah menjadi dua bagian oleh kaum Pemberontak. Bagian barat,
Nederlanden dikuasai oleh Spanyol dan bagian utara, sebuah Republik yang terdiri dari
‘Serikat tujuh negara bagian Nederlanden’. Pihak yang terakhir ini meraih banyak kesuksesan
diplomatik, walaupun baru pada tahun 1648 memperoleh pengakuan sebagai negara
merdeka melalui penandatanganan Traktat Westphalia di Munster.
Bentuk negara republik merupakan hal yang istimewa pada masa awal Eropa modern karena
saat itu umumnya raja yang berhak mengambil keputusan. Oleh sebab itu, sebenarnya tak
ada seorang pemberontak pun yang sungguh-sungguh ingin mendirikan negara republik
karena mereka hanya ingin kembali pada "kejayaan masa lalu". Pada masa kejayaan masa
lalu, raja menjamin hak-hak istimewa dan kebebasan berbagai kota, provinsi dan daerah-
daerah kekuasaannya. Raja yang demikian telah dinantikan sejak penyingkiran Filips II, namun
tak kunjung ditemukan. Karena alasan inilah maka para tahun 1588 sisa ke tujuh provinsi yang
memberontak membentuk sebuah republik.
Hasilnya adalah sebuah sistem pemerintahan yang mengagumkan karena secara teoritis,
setiap provinsi mempunyai hak suara yang sama dalam berbagai pertemuan Staten-Generaal.
Semua anggota mempunyai hak konsultasi. Ini artinya semua delegasi harus kembali ke
provinsi masing-masing untuk berkonsultasi. Akibatnya, diperlukan waktu yang lama untuk
mengambil sebuah keputusan.
Para praktiknya sistem ini tidak buruk. Oleh karena Provinsi Holland merupakan provinsi yang
paling kaya maka provinsi ini mempunyai hak suara yang paling besar. Pejabat tertinggi
Provinsi Holland, raadpensionaris, mempunyai tugas yang merangkap perdana menteri,
menteri keuangan dan menteri luar negeri. Di samping itu biasanya ada seorang anggota
Parlemen yang menjabat sebagai Stadhouder (gubernur). Dalam Bahasa Belanda istilah itu
secara harafiah berarti "wakil atau "pengganti" tetapi sebenarnya sekarang sekedar rujukan
pada istilah masa lalu : lagipula tidak ada lagi tuan tanah yang harus digantikan.
Sebagai seorang bangsawan Oranje van Nassau (berarti keturunan William van Oranje) dan
komandan angkatan bersenjata, seorang stadhouder ditempatkan di atas di seluruh pejabat
pemerintah dan administrator. Sementara para pejabat pemerintah menghabiskan sebagian
besar waktu mereka dalam pertemuan, stadhouder seperti Maurits dan Frederik Hendrik
mencatat kemenangan militer melawan Spanyol. Mereka mempunyai kewibawaan sebagai
pangeran walaupun secara resmi mereka tak lebih dari pegawai Dewan Wilayah.
Vereenigde Oost Indische Companie (VOC)
Pada abad ke-16 kapal-kapal dari Belanda berangkat berlayar ke ‘Timur’. Tujuan pelayaran
kapal-kapal itu adalah untuk mencari tempat penghasil rempah-rempah dan melakukan
perniagaan, mengingat harga rempah-rempah ketika itu di Eropa sangat mahal. Dari sejumlah
kapal hanya beberapa kapal yang dapat kembali pulang ke Belanda. Keuntungan yang
diperoleh tidak seberapa. Namun demikian, ekspedisi pelayaran Belanda yang pertama ini
dianggap sukses karena membuka rute perdagangan ke Timur.

Berbagai ekspedisi lain kemudian menyusul. Dengan kapal-kapal dagang yang dipersenjatai
lengkap, para pedagang dari Zeeland dan Holland melampaui prestasi para pelaut Portugis
yang sudah terlebih dahulu berlayar di rute yang sama, dan para pelayar Inggris pun menjadi
iri. Kapal-kapal ini kembali dengan membawa berbagai hasil dari negara-negara koloni seperti
merica dan pala.

Untuk mengurangi persaingan internal, Johan van Oldenbarneveldt, Pengacara Republik


mengambil inisiatif untuk mendirikan Perusahaan Dagang Belanda di Hindia Timur (VOC).
Pada tanggal 20 Maret 1602, perusahaan ini meraih monopoli semua perdagangan di perairan
Asia dimulai dari Tanjung Harapan dan seterusnya. Perusahaan ini diberi mandat untuk
menandatangani berbagai perjanjian atas nama Republik, membiayai peperangan dan
mengatur wilayah-wilayah yang berhasil diambil alih.

VOC berkembang menjadi sebuah kekuasaan yang ditakuti. "Ini bisa menjadi sesuatu yang
besar," tulis Jan Pieterszoon Coen kepada Heren XVII, Dewan Direktur VOC nun jauh di tanah
leluhur. Pada tahun 1619, beliau menaklukkan kota Jayakarta dan mendirikan Batavia di sana.
Coen menulis bahwa ‘Jacatra’ akan menjadi ‘tempat yang paling penting di seluruh Hindia’
dan bahwa reputasi Belanda akan meningkat karena berhasil menaklukkan negara-negara
jajahannya. "Sekarang semua orang ingin menjadi teman kita’. Sebagian Pulau Jawa telah
dikuasai, Ambon dan Ternate di Maluku telah ditaklukkan dan penduduknya dipaksa untuk
menanam rempah-rempah.

Di kawasan lain di Asia VOC juga menduduki wilayah baru baik melalui cara persuasif maupun
kekerasan. Berbagai benteng dibangun di Afrika Selatan, India, Ceylon (Sri Lanka) dan
Makassar di Indonesia. Cina juga dikunjungi dan ketika pada tahun 1641 Sogun menutup
negara Jepang untuk orang asing, hanya VOC yang mendapat izin dari Sogun untuk
melanjutkan perdagangan dari pulau Deshima dekat Nagasaki.

Dengan cara ini, VOC bukan hanya mengisi gudang-gudangnya di Belanda dengan barang-
barang produksi kolonial dan rumah-rumah kaum borjuis dengan berbagai benda berharga
dari negara-negara asing, namun mereka juga memainkan peran perdagangan penting di
Asia. Tekstil, rempah-rempah, kopi, teh, tembakau, opium, kayu tropis, baja, tembaga, perak,
emas, porselen, bahan celup, kerang – daftar barang yang tiada akhirnya diangkut oleh
armada Hindia Timur milik Belanda.

Pada tahun 1799, ketika terjadi Revolusi Prancis, VOC dibubarkan. Saat ini, arsip VOC
diresmikan menjadi pusaka dunia, a memory of the world. Buku harian para pedagang yang
melakukan transaksi dari benteng-benteng, laporan perjalanan para pejabat VOC ke berbagai
penguasa lokal sebagai rekanan dagang, bukti-bukti muatan kapal, semuanya menjadi
sumber informasi berharga tentang sejarah Asia dan Eropa selama dua abad.

Belanda di bawah pengaruh Prancis (Napoleon Bonaparte)

Sejarah Belanda tidak pernah sepenuhnya dapat dipisahkan dari perkembangan yang terjadi
di negara lain. Hal ini jelas terlihat pada akhir abad ke-18 dan awal abad ke-19 ketika Prancis
mendesakkan pengaruhnya yang kuat kepada gelanggang politik Belanda dan "prajurit kecil"
Napoleon Bonaparte menjadi pemimpin Prancis.
Napoleon adalah seorang militer yang menjatuhkan pemerintahan Prancis pada tahun 1799
dan setelah itu mengambil alih kekuasaan bukan saja di Prancis tetapi juga di seluruh wilayah
yang ditaklukkan oleh angkatan bersenjata Prancis. Kemudian, sebagai seorang jendral, beliau
memimpin pasukannya untuk berperang melawan Kerajaan Austria, Kekaisaran Rusia dan
Raja Inggris.

Sejak tahun 1806, Napoleon memimpin hampir seluruh Eropa sebagai seorang "raja zalim
yang tercerahkan." Republik Belanda sudah jatuh ke tangan pasukan Prancis tahun 1795
dengan bantuan kaum Patriot di Belanda. Hingga tahun 1806, Republik Bataaf, sebagaimana
sebutan untuk Belanda pada saat itu, bertahan sebagai sebuah wilayah yang merdeka dari
Prancis tetapi dalam kenyataannya tidak bisa berbuat banyak tanpa persetujuan pihak
Prancis.

Tahun 1806, Napoleon menunjuk saudara lelakinya Louis sebagai King of Holland dan Belanda
menjadi sebuah kerajaan. Hal ini menjadi fondasi bagi lahirnya monarki di kemudian hari.
Tahun 1810/1811 Napoleon menghentikan kekuasaan saudara lelakinya dan Belanda
disatukan ke dalam Kerajaan Prancis. Tiga tahun kemudian Napoleon dikalahkan dan dibuang
ke Elba. Belanda akhirnya memperoleh kembali kemerdekaannya.

Napoleon jelas memainkan perang penting dalam sejarah Eropa pada saat itu. Salah satu
pencapaiannya yang penting adalah modernisasi prosedur administrasi dan sistem peradilan
di wilayah kekuasaannya. Beliau juga menerapkan sistem bobot (kilogram) dan juga sistem
pengukuran (meter) yang baru. Selain itu, pendaftaran kelahiran, kematian dan perkawinan
diperkenalkan serta setiap orang diharuskan mempunyai nama keluarga.

Tanggapan Belanda terhadap modernisasi tersebut bermacam-macam. Sebagai contoh,


sebagian orang percaya bahwa Code Napoleon, kode sipil Prancis, sebagai sebuah kemajuan
yang besar dibandingkan dengan hukum lokal mereka. Kode sipil yang baru menciptakan
aturan hukum yang memperlakukan setiap orang dengan sejajar, dan proses peradilan
dilakukan secara terbuka. Para penentangnya berpendapat bahwa Napoleon tidak
mempertimbangkan budaya dan tradisi lokal yang jumlahnya sangat banyak. Panggilan untuk
menjalankan wajib militer juga mengundang banyak pertentangan terutama ketika tuntutan
untuk berperang bagi para prajurit tampaknya tidak pernah berakhir.
Koninkrijk der Nederlanden (Kerajaan Belanda)
Tahun 1813, setelah berlalunya kekuasaan Prancis, anak lelaki Stadholder William V kembali
ke Belanda untuk meneruskan takhta. Hal ini keluar dari tradisi. Tidak seperti ayahnya,
William I tidak menjadi Stadholder (gubernur) semua propinsi tetapi lebih sebagai seorang
raja dari sebuah negara bersatu dan menjadi pemain utama di gelanggang politik.

Pada tahun 1815, wilayah di bagian timur Benelux (saat ini bernama Belgia) disatukan dengan
Republik Belanda sebagai benteng pertahanan apabila ada serangan kembali dari Prancis
yang saat itu sudah kalah perang. Dengan demikian terbentuklah sebuah Kerajaan Belanda
yang Bersatu. Dalam pengertian Eropa wilayah ini merupakan sebuah negara yang besarnya
sedang-sedang saja namun memerintah wilayah kolonial yang luas.

William yang bersemangat (julukannya adalah "koning-koopman/raja-pedagang") mencoba


untuk memulihkan perekonomian yang pernah berjaya dengan cara merangsang kekuatan
ekonomi di tiga wilayah kekuasaan negaranya (utara, selatan dan Hindia Belanda). Bagian
selatan (Belgia), tempat terjadinya Revolusi Industri, harus berkonsentrasi untuk
memproduksi barang-barang konsumsi. Para pedagang di wilayah utara (Holland) kemudian
harus mendistribusikan barang-barang ini ke seluruh dunia.

Pada akhirnya, para penduduk di wilayah koloni (Hindia-Belanda) akan mensuplai barang-
barang tropis yang berharga. Raja memerintahkan penggalian kanal-kanal dan pembuatan
jalan-jalan antara utara dan selatan untuk memudahkan transportasi. Beliau sendiri berperan
sebagai investor. Pada tahun 1824, William mendirikan Nederlands Handels Maatschappij
(Perusahaan Perdagangan Belanda) untuk melakukan transaksi perdagangan dengan Hindia
Belanda. "Sistem Tanam Paksa" diperkenalkan di Hindia Belanda, yaitu kewajiban bagi
penduduk lokal untuk bekerja di lahan perkebunan selama masa tertentu setiap tahunnya
dan hasilnya diserahkan kepada penguasa kolonial. Hasilnya dijual oleh Perusahaan
Perdagangan Belanda.

Terlepas dari usahanya memajukan ekonomi, Raja William tidak populer di mata rakyat
Belgia. Kaum liberal Belgia menilai beliau sebagai seorang penguasa yang menginginkan
kekuasaan penuh dan tidak bersikap toleran terhadap makin meningkatnya partisipasi kaum
elit yang terpelajar. Para pemeluk Katolik di Belgia keberatan dengan campur tangan Raja
yang beragama Protestan dalam pendidikan para pendeta yang baru. Pada tahun 1830,
penduduk Brussels memberontak. Mereka diilhami oleh "Amour sacré de la patrie" yang
dinyanyikan di panggung teater mereka. William I mengirim pasukan untuk melawan mereka
tetapi menemui kegagalan. Belgia memperoleh kemerdekaan. Namun demikian, William I
tetap mengirimkan pasukan selama sembilan tahun –yang memakan biaya sangat tinggi-
suatu tindakan yang sangat merusak reputasinya di Belanda. Pada tahun 1839 beliau akhirnya
mengakui kemerdekaan Belgia. Pada tahun berikutnya William I yang kecewa melepaskan
kekuasaannya.

Belanda dan Perang Dunia I (1914-1918)


Pada periode 1914-1918 di Eropa mengalami perang besar yang kemudian dikenal dengan
nama Perang Dunia I. Penyebab Perang Dunia I adalah terbunuhnya putera mahkota,
Pengeran Franz Ferdinand dari Austria-Hongaria (sekarang Austria) di Sarajevo. Ia dibunuh
oleh kelompok teroris Serbia, Gavrillo Princip.
Pada perang ini dikenal dengan parit perlindungannya. Sejumlah besar tentara dibatasi
gerakannya di parit-parit perlindungan. Mereka hanya dapat bergerak sedikit karena
sempitnya parit. Hal ini terutama terjadi di Front Barat. Pada perang yang mulai menggunakan
senjata kimia ini, pihak-pihak yang berperang adalah ’Poros’ dan ’Sekutu’. Pihak poros terdiri
dari Jerman, Austria dan Turki. Sedangkan pihak sekutu terdiri dari Prancis, Inggris dan Rusia.
Selama perang berlangsung, Belanda tetap bersikap netral, sesuatu yang sudah menjadi
prinsip politik luar negeri Belanda untuk beberapa saat lamanya. Namun demikian, angkatan
bersenjata Belanda dimobilisasi untuk mempertahankan wilayahnya sendiri. Selain itu,
Belanda harus berurusan dengan akibat samping dari perang tersebut. Sejumlah besar
pengungsi Belgia harus ditampung dalam barak-barak dan juga tempat lainnya. Pengangguran
meningkat karena kejatuhan perdagangan internasional dan tenggelamnya banyak kapal
perdagangan karena serangan torpedo. Bahan pangan menjadi langka dan pembagian jatah
makanan mulai dilakukan. Pada tahun 1917 dan 1918, para ibu rumah tangga yang putus asa
menjarah persediaan makanan di Amsterdam dan Rotterdam.
Banyak negara Eropa mengalami pergolakan revolusi selama dan setelah Perang Dunia
Pertama. Di Rusia, Tsar dipaksa untuk turun dari takhta dan dieksekusi. Kerajaan Jerman dan
Austro-Hungaria diubah menjadi Republik. Di Belanda, perubahan politik yang radikal terjadi
selama perang berlangsung. Pada tahun 1917, semua pria diberi jaminan hak untuk memilih.
Setelah perang, tahun 1919, diikuti dengan hak memilih universal untuk kaum wanita. Sejak
tahun 1919 dan seterusnya, Belanda menjadi negara demokratis sepenuhnya : setiap pria dan
wanita dewasa mempunyai hak untuk memilih dalam pemilihan umum.

Belanda dan Perang Dunia II (1940-1945)

Tahun 30-an di Jerman terjadi peristiwa yang berpengaruh dalam sejarah dunia. Munculnya
Adolf Hitler dan tumbuhnya National-Sozialistische Deutsche Arbeiter Partei (NAZI) membawa
perubahan di Jerman. Hal ini tak lepas dengan situasi krisis di dunia.

Krisis dimulai pada bulan Oktober 1929 ketika harga saham di bursa New York jatuh. Harga
saham menjadi tak bernilai. Banyak perusahaan bangkrut dan para pegawainya dipecat. Di
Belanda pada 1930 sekitar 100.000 orang menjadi penganggur. Pada 1936 meningkat menjadi
480.000 orang. Hingga menjelang Perang Dunia II masih ratusan ribu orang tanpa pekerjaan.
Pada tahun 1933 Adolf Hitler terpilih sebagai penguasa di Jerman. Beliau adalah pemimpin
Partai Sosialis Nasional Pekerja Jerman atau NSDAP, yang lebih dikenal sebagai Partai Nazi
yang mempromosikan anti-Yahudi. Partai itu memanfaatkan ketidakpuasan rakyat Jerman
akibat pelecehan yang diterima mereka setelah Perang Dunia Pertama. Hitler bermaksud
menjadikan Jerman sebagai negara terkuat di Eropa. Pertama-tama beliau mengarahkan
serangan ke Austria, Cekoslowakia dan Polandia. Lambat laun beliau merencanakan untuk
menaklukkan penentang Jerman yang paling kuat di Eropa Barat : Prancis. Belanda dan Belgia
akan diduduki dalam usaha Hitler untuk menduduki Prancis.
Pada pagi hari Jum’at, 10 Mei 1940, banyak penduduk Belanda terbangun oleh dengungan
pesawat terbang, ledakan bom dan gemuruh tank. Para serdadu Jerman sudah menyeberang
perbatasan. Perang sudah dimulai. Angkatan Bersenjata Belanda terlalu lemah untuk
menghadapi serangan Jerman. Begitu Jerman membom pusat kota Rotterdam rata dengan
tanah dan mengancam akan melakukan hal yang sama terhadap kota-kota lain, komandan
militer Belanda memutuskan untuk menyerah. Kabinet dan Ratu telah mengungsi ke Inggris.

Pada awalnya, pendudukan tersebut tidak terlalu berdampak buruk, tetapi makin lama makin
jelas apa makna pendudukan. Kaum pria Belanda dipaksa untuk bekerja di berbagai pabrik
milik Jerman. Banyak orang juga dipenjarakan dan dikirim ke kamp konsentrasi tanpa proses
hukum yang jelas. Kaum Yahudi khususnya dianiaya. Pihak Jerman mengangkut lebih dari
seratus ribu pria, wanita dan anak-anak dalam kereta api barang dari Belanda ke kamp
konsentrasi tempat sebagian besar dari mereka dihukum mati.

Pihak Jerman didukung oleh para anggota Gerakan Sosialis Nasional Belanda (NSB) yang
mempunyai ideologi serupa dan orang-orang yang ingin mengeruk keuntungan. Pada sisi lain
ada juga gerakan yang melakukan perlawanan, yang menjelang berakhirnya perang
jumlahnya semakin besar. Sebagian besar rakyat Belanda umumnya anti-Jerman namun
bersikap pasif.

Pada musim gugur tahun 1944, bagian selatan Belanda berhasil dibebaskan oleh pasukan
Sekutu. Beberapa wilayah yang berada di bagian atas aliran sungai, khususnya kota-kota di
propinsi bagian barat, harus menghadapi "penderitaan musim dingin" sebelum akhirnya juga
berhasil dibebaskan. Kelangkaan bahan pangan menyebabkan puluhan ribu penduduk
menemui ajal mereka. Pada bulan Mei 1945 komandan pasukan Jerman menandatangani
surat penyerahan diri dan seluruh wilayah Belanda dibebaskan. Pada saat yang sama, Hindia
Belanda masih berada di tangan Jepang yang akhirnya menyerah pada tanggal 15 Agustus
1945.

Referensi
Horst, Han van der. 2000. Nederland. De Vaderlandse Geschiedenis van de Prehistorie tot
Nu. Amsterdam: Prometheus.

Mulder, Liek, et.al. 2011. Geschiedenis van Nederland.Amersfoort: ThiemeMeulenhoff.

Oostrom, Piet van.2009. De canon van Nederland. De vjftig vensters voor kinderen.
Amsterdam: Amsterdam University Press.

https://historiek.net/karel-v-keizer-nederlanden/65451/
https://historiek.net/filips-ii-de-nederlanden/139655/
https://historiek.net/koning-filips-ii-spanje-opstand/65164/
https://www.canonvannederland.nl/

Anda mungkin juga menyukai