Anda di halaman 1dari 4

JAMAAH AHMADIAH INDONESIA

A. Sejarah

Sebagalmana klta ketahul bahwa Ahmadiyah didlrikan dl kota Qodlan, India oleh Mirza Ghulam
Ahmad pada tanggal 23 Maret 1889. Dalam perkembangannya, Ahmadiyah terbagl menjadi 2 allran,
yaitu Ahmadlyah Qodian dan Ahmadiyah Lahore. Ahmadiyah Qodlan berkeyakinan bahwa Mtrza
Ghulam Ahmad sebagaf seorang Nabi sedangkan Ahmadiyah Lahore berpendapat Mirza Ghu-lam
Ahmad sebagai pembaharu. Ahmadiyah masuk ke Indonesia pada tahun 1.925 dan terbentuk dalam
2 organlsasi yaitu Gerakan Ahmadiyah Indonesia {GAl) sebagai organlsasi pengikut Ahmadlyah
Lahore, dan Jemaat Ahmadiyah Indonesia {JAI) sebagal organlsasl pengikut Ahmadlyah Qodianl.

JA I terdaftar sebagal Badan Hukum Jemaat Ahmadiyah lndon~sia berdasarkan Penetapan Menteri
Kehaklman Rl Nomor: JA.5/23/13 tanggal 13 Maret 1953 yang dlmuat dalam Tambahan Berlta
Negara Nomor: 26 tanggal 31. Maret 1953. JAI juga terdaftar sebagai organisasi kemasyarakatan dl
Departemen Dalam Negerl dengan Nomor: 75/D.I/VI/2003 tanggal 5 Junl 2003.

Dalam perkembangannya, kehadiran JAI dl Indonesia mendapat penolakan darl umat Islam baik
dalam bentuk pernyataan keberatan maupun perusakan bangunan rumah, masjld dan mushalla
mlllk Ahmadiyah di berbagal daerah, antara lain dl Sumatera Tlmur (1953), Medan (1.964), Cianjur
(1968), Kuningan {1969), Nusa Tenggara Barat (1976), Kalimantan Tengah (1.981.), Sulawesi Selatan
(1.981.), Kalimantan Barat, Surabaya, Parung, Bogor {1981), Rlau, Palembang, Sumatera Barat, Timor
Timur dan Jakarta (1990). Akhir-akhir lnl penolakan tersebut muncul kembali di beberapa daerah,
seperti dl NTB tahun (2002), Parung dan Bogor (2006), Kunlngan, Majaleng ka, dan Sukabumi (2008).

Dalam perkembangannya, kehadiran JAI dl Indonesia mendapat penolakan darl umat Islam baik
dalam bentuk pernyataan keberatan maupun perusakan bangunan rumah, masjld dan mushalla
mlllk Ahmadiyah di berbagal daerah, antara lain dl Sumatera Tlmur (1953), Medan (1.964), Cianjur
(1968), Kuningan {1969), Nusa Tenggara Barat (1976), Kalimantan Tengah (1.981.), Sulawesi Selatan
(1.981.), Kalimantan Barat, Surabaya, Parung, Bogor {1981), Rlau, Palembang, Sumatera Barat, Timor
Timur dan Jakarta (1990). Akhir-akhir lnl penolakan tersebut muncul kembali di beberapa daerah,
seperti dl NTB tahun (2002), Parung dan Bogor (2006), Kunlngan, Majalengka, dan Sukabumi (2008).

Sikap penolakan juga dllakukan dalam bentuk fatwa yang dikeluarkan oleh MUI pada tahun 1.980
yang menyatakan bahwa Ahmadlyah Qodian adalah jemaah di luar Islam, sesat dan menyesatkan,
dan pada tahun 2005 yang menyatakan bahwa allran Ahmadiyah Qodian dan Ahmadiyah Lahore
adalah sesat dan menyesatkan. Fatwa yang sama juga dikeluarkan oleh MUI Aceh, MUI Sumatera
Utara, MUI Rlau, PB NU, Muhammadiyah, dan beberapa organisasl Islam lainnya. Beberapa
Pemerlntah Daerah metalul Kejaksaan Negeri telah melakukan pelarangan terhadap ajaran
Ahmadiyah seperti di Subang, Meulaboh, Lombok Timur, Sindereng Rapang, Kerinci, Tarakan, dan
Sumatera Utara.

Aliran Ahmadiyah di beberapa negara juga telah dllarang dikembangkan, seperti di Malaysia, Brunei
Darussalam, Pakistan, Kerajaan Arab Saudi, dan oleh Organlsasi Islam lntemasional -Rablthah Alam
lslami. Dalam rangka menyelesaikan permasalahan JAI, Departemen Agama beroama-sama dengan
Kejaksaan Agung, Departemen Dalam Negeri, Mabes POLRI dan beberapa tokoh agama telah
melakukan dialog dengan Pengurus Besar JAI sejak tanggal 7 September 2007 sampal dengan 14
Januarl 2008. Pertemuan tersebut menghasHkan 12 butlr penjelasan PB JAI tentang pokok-pokok
keyaklnan dan kemasyarakatan warga JAI sebagaimana terlamplr. Dalam rangka memantau
pelaksanaan 12 butir Penjelasan PB JAI dl lapangan, Menter! Agama telah membentuk Tim
Pemantau dan Evaluasi yang beranggotakan unsur-unsur dari Departemen .Agama, Kejaksaan
Agung, Departemen Dalam Negeri, dan POLRI. Pemantauan dan evaluasi di lapangan dilakuken
selama 3 bulan di 55 titik komunitas JAI, yang terdapat di 33 kabupaten/kota. Di samplng itu
Departemen Agama telah melakukan kajlan terhadap 21 buah buku yang diterbltkan atau diganakan
di kalangan JAI, dan sebuah buku berjudul AIQur'an dengan Terjemahan dan Tafslr Singkat yang
diterbitkan oleh JAI.

Darl hasll pemantauan dan evaluast di lapangan disimpulkan bahwa warga JAI belum sepenuhnya
melaksanakan 12 butir Penjelasan PB JAI. Beberapa butir yang tldak sesual antara Penjelasan dengan
kenyataan dl lapangan adalah:

1.) tetap meyakinl ada nabl setelah Nabi Muhammad SAW; 2) tetap meyakinl bahwa Mirza Ghulam
Ahmad adalah Nabl, Masih Mau'ud, dan Imam Mahdi; 3) tetap meyaklni isi buku Tadzkirah tentang
kewahyuan dan kebenarannya, termasuk klaim tentang kenablan Mirza Ghulam Ahmad dl dalamnya.
4) tetap menafsirkan AI-Quran sesuai dengan Buku Tadzkirah; 5) tetap tidak bersedla bermakmum
dalam shalat kepada orang Islam non-JAI karena dianggap kufur (ingkar) kepada kenablan Mirza
Ghulam Ahmad yang berartl JAI mengkafirkan Muslim norrJAI secara perbuatan.

Dengan demlkian, berdasarkan hasil pemantauan dan evaluasl dl lapangan tersebut, warga JAI masih
menganut penafsiran keagamaan yang menylmpang darl pokok-pokok ajaran Islam, bahkan secara
slstematis terus berupaya mengusahakan dukungan umum untuk melakukan kegiatan dan
penafsiran keagamaan yang menyimpang melalui buku-buku, dan pengiriman muballgh-
muballgtmya ke daerahdaerah. Dl samplng ltu, mereka juga menyatakan tidak akan merubah dan
tidak ada keinginan untuk merubah keglatan dan penaf-siran keagamaan yang menylmpang
tersebut, dan tldak pertu ada perubahan apapun sebagaimana dlsampaikan melalui surat darl PB JAI
kepada Departemen Agama tanggal 21. Februarl 2008 Nomor: 91.1./ Amlr/11/2008 dan keterangan
Pimpinan PB JAI pada pertemuan dengan kepala Badan Litbang dan Diklat Departemen Agama
tanggal 1.0 Maret 2008, di Oepartemen Agama. Berdasarkan hasil pemantauan dan evaluasi
tersebut, Rapat BAKOR PAKEM pada tanggal 1.6. April 2008 merekomendasikan kepada Pemerintah
untuk mengeluarkan Surat Keputusan Bersama Menteri Agama, Jaksa Agung, dan Menteri Dalam
Negeri agar warga JAI diberl perintah dan peringatan keras untuk menghentikan penyebaran
penafsiran dan kegiatan yang menyimpang darl pokok-pokok ajaran Agama Islam.

KASUS AHMADIYAH

Beberapa Peristiwa yg berkaitan dgn Ahmadiyah

1. 1998, Massa menyerang Ahmadiyah di Dusun Keranji & Tompak omok Desa Pemongkong Keruak,
Lombok Timur. 41 warga ahmadiyah mengungsi, 4 rumah dan 1 mushalla dibakar oleh Massa.
2.1999 - 2001, penyerangan meluas ke daerah Sambielen, Bayan,

Lombok Utara yang menyebabkan 1 tewas, dan rusaknya 14 rumah, 1

mushalla.

3. 10-14 Sept 2002, penyerangan di basis JAI kelurahan Pancor, Selong, Lombok Timur. Rusak 81
rumah, 8 toko, 1 masjid & mushola. 383 warga Ahmadiyah di ungsikan ke kantor polisi.

4. 2002, Penyerangan warga Ahmadiyah di Lombok terus meluas ke daerah lain yaitu desa
Sembalun, Sambelia dimana sebanyak 70 warga

Ahmadiyah diusir.

5. 2005-2006, penolakan pembelian rumah oleh pengungsi di BTN Ketapang, Narmada.

6. 2006 warga Ahmadiyah di BTN Bumi Asri Kulak Agik dan Kemulah, Praya, Lombok Tengah juga

dijadikan target serangan. 56 warga JAI dievakuasi ke Polres Lombok Tengah.

7. Fatwa MUI 29 Juli 2005, bahwa Ahmadiyah adalah sesat, keluar dari Islam, dan menyesatkan.

8. Terbitnya SKB 3 menteri tahun 2008 ttg kesesatan Ahmadiyah.

9. 2008, pembakaran masjid al Furqon Parankansalak, Sukabumi, Jabar. oleh Masy setempat.

10. Oktober 2010, Aliansi Kerukunan Umat Beragama (AKUR) membakar pemukiman Ahmadiyah di
Casablanca Desa Ciampea Udik Kabupaten Bogor Jawa Barat.

11. Februari 2011, kekerasan & penyerangan trhdp jamaah di Cikeusik, Banten.

12. April 2012, Massa FPI menyerang masjid Ahmadiyah di Singaparna Tasikmalaya.

13. Mei 2016, perusakan terhadap Masjid Ahmadiyah di Kelurahan Purworejo Kecamatan Ringin
Arum, Kab Kendal, Jateng.
14. 2018, pengrusakan Jemaat Ahmadiyah di Desa Gareneng, Kec Sakra Timur, Lombok Timur, NTB.

Anda mungkin juga menyukai