Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN CASE BASED LEARNING

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN


KANKER VAGINA

Disusun oleh :

1. Paulina Theresia Sidabutar I1B021073


2. Jihan Salma I1B021075
3. Intan Nuraeni I1B021077
4. Rizky Amalia Hanum Sari I1B021079
5. Luthfiya Rizkiani I1B021081
6. Ikrimah Novita I1B021085
7. Umi Shalihatun I1B021087
8. Shafira Nur Shaumu I1B021089

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERTAS JENDERAL SOEDIRMAN
2023
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Vagina adalah tabung fibromuskular sepanjang 7 hingga 10 sentimeter


yang membentang dari serviks ke vulva, terletak di posterior uretra dan kandung
kemih dan di anterior rektum. Ini dibagi menjadi tiga bagian, yang penting untuk
mengklasifikasikan lokasi tumor dan drainase limfatik. Sepertiga bagian bawah
berada di bawah dasar kandung kemih dengan uretra di bagian anterior,
sepertiga tengah berdekatan dengan dasar kandung kemih, dan sepertiga bagian
atas berada pada tingkat forniks vagina, dilambangkan sebagai anterior,
posterior, dan lateral serviks.
Kanker vagina adalah penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan sel
abnormal pada vagina. Kondisi ini terjadi ketika sel normal tumbuh secara tidak
terkendali dan cancerous, sehingga berisiko menjadi kanker. Berbeda dengan
kanker serviks, jenis kanker ini termasuk dalam penyakit langka yang jarang
ditemukan.Tidak ada indikasi skrining rutin untuk kanker vagina. Jika sitologi
serviks tidak normal dan tidak ada lesi serviks yang terlihat, evaluasi lesi vagina
harus dilakukan.
Sitologi vagina setelah histerektomi untuk penyakit jinak tidak
diindikasikan karena hasil yang rendah dan tingkat positif palsu yang tinggi.
Namun, pengawasan jangka panjang disarankan setelah histerektomi untuk
neoplasia intraepitel serviks derajat tinggi (CIN). Ini terutama berlaku untuk
individu yang dikompromikan secara imunologis. Biopsi untuk mendiagnosis
kanker vagina. Hal ini paling baik dilakukan dengan pemeriksaan di bawah
anestesi dan harus mencakup pemeriksaan forniks vagina dan biopsi serviks.
Sistem stadium saat ini meliputi stadium Federasi Internasional Ginekologi dan
Kebidanan (FIGO), stadium Tumor, Node, Metastasis (TNM), dan stadium
Komisi Gabungan Amerika untuk Kanker (AJCC). Perencanaan perawatan
dapat dimodifikasi berdasarkan studi pencitraan.
B. Tujuan
1. Mengetahui pengkajian pada pasien penyakit kanker vagina.
2. Mengetahui analisis data dan diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
penyakit kanker vagina.
3. Mengetahui penelitian terkini terkait perawatan pasien penyakit kanker
vagina.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Ikhtisar Kasus

Ny.A berusia 68 tahun datang ke RS untuk melakukan kemoterapi.


Suami Ny.A sudah meninggal 1 tahun lalu dan saat ini Ny.A tinggal dengan
anak kandungnya. Sebelumnya Ny. A mengeluh keluar darah dari kemaluannya
dan telah terdiagnosa kanker vagina, leukositosis dan trombositopenia. Kanker
sudah meluas hingga ke dinding pelvis. Ny.A mengatakan tidak ada anggota
keluarga yang mempunyai sakit seperti ini dan tidak ada dan juga penyakit
keturunan seperti kanker, namun dia mengatakan bahwa dia pernah menikah
sebanyak 2x dan suaminya yang terakhir memiliki pekerjaan sebagai supir truk
yang sering bepergian hingga lebih dari 5 hari. Riwayat menstruasi pertama kali
pada saat berumur 12 tahun namun sekarang pasien sudah mengalami
menopause. Pada saat ini pasien mengatakan keluhan yang dirasakan setelah
kemoterapi seperti mual muntah, tidak nafsu makan, badan terasa letih dan
lemah. Pasien hanya menghabiskan setengah dari diit yang diberikan oleh rumah
sakit. Hasil pemeriksaan menunjukkan kesadaran Composmentis, pasien tampak
lemah, ADL dibantu oleh keluarga, TD 100/70 mmHg, S 36,2 ºC, nadi 90
x/menit, RR 20 x/menit, hasil pengukuran : berat badan 47 kg, tinggi badan 155
cm, Konjungtiva anemis, mukosa bibir kering.

B. Rencana Asuhan Keperawatan


a. Pengkajian
1) Identitas Pasien
Nama : Ny. A
Umur : 68 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Status : Menikah 2x
2) Keluhan Utama
Pasien Ny A dengan kanker vagina stadium 2 menurut FIGO (The
International Federation of Gynecology and Obstetrics) karena sudah
meluas sampai ke dinding pelvis dan terjadi perdarahan yang tidak
normal dari vagina. Keluhan utama Ny. A saat ini adalah tidak nafsu
makan disertai mual dan muntah akibat dari kemoterapi.
3) Riwayat Kesehatan Dahulu
- Ny. A mengalami perdarahan vagina yang tidak normal
- Telah terdiagnosa mengalami Kanker vagina
- Telah terdiagnosa Leukositosis dan trombositopenia
4) Riwayat Kesehatan Sekarang
- Adanya nyeri pada pelvis
- Mual muntah, tidak nafsu makan, dan anemia akibat pasca
kemoterapi
5) Riwayat Kesehatan Keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang mempunyai sakit yang sama dan tidak
ada juga penyakit keturunan seperti kanker.
6) Riwayat Obstetri dan Menstruasi
Ny. A memiliki seorang anak kandung dan pertama kali menstruasi pada
usia 12 tahun dan saat ini telah menopause.
7) Genogram

8) Pemeriksaan Fisik
- Keadaan umum: sadar, letih dan lemah.
- Tanda-tanda vital:
 TD : (100/70 mmHg)
 Suhu 36,2 C
 Nadi 90 x/ menit
 RR 20 x/menit.
- Kepala :
Biasanya pada pasien kanker vagina post kemoterapi mengalami
rambut rontok, dan mudah tercabut.
- Mata :
Konjungtiva anemis dan sklera ikterik.
- Mulut :
Mukosa bibir kering
- Leher :
Biasanya pada pasien kanker vagina post kemoterapi tidak ada
kelainan
- Thoraks:
- Dada : biasanya pada pasien kanker vagina post kemoterapi tidak ada
kelainan
- Jantung : biasanya pada pasien kanker vagina post kemoterapi tidak
ada kelainan
- Abdomen :
Biasanya pada pasien kanker vagina post kemoterapi tidak ada
kelainan
- Genitalia :
Mengalami keputihan, peradangan, pendarahan dan lesi.
- Ekstremitas :
Biasanya pada pasien kanker vagina stadium lanjut mengalami
edema dan nyeri.

9) Pemeriksaan Penunjang
Menurut Figo (The International Federation of Gynecology and
Obstetrics) menyarankan untuk melakukan CT scan, MRI, dan PET.
Selain itu, pemeriksaan papsmear (konvensional atau liquid-base
cytology/LBC), dan Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) juga dapat
dilakukan untuk mendeteksi adanya kanker.

b. Diagnosa Keperawatan
1) Nausea b.d efek agen farmakologis (kemoterapi) d.d pasien merasa mual
dan muntah setelah kemoterapi
2) Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis d.d adanya kanker vagina yang
meluas ke dinding pelvis
3) Risiko defisit nutrisi b.d Ketidakmampuan mencerna makanan
4) Risiko perdarahan b.d Gangguan koagulasi (misal trombositopenia) dan
proses keganasan
5) Keletihan b.d Kondisi fisiologis (penyakit kronis kanker) dan program
perawatan atau pengobatan jangka panjang d.d pasien tampak letih dan
lemah

c. Analisis Data
No Analisis Data Etiologi Masalah

1. Data Subjektif : Efek agen Nausea


- Klien mengatakan mual farmakologis
dan muntah. (kemoterapi
- Klien tidak nafsu kanker)
makan.
Data Objektif :
- Klien hanya
menghabiskan setengah
porsi makan.

2. Data Objektif : Agen pencedera Nyeri akut


- Penyakit kronis yang fisiologis
dialami klien
- Efek samping
kemoterapi

3. Data Subjektif: Ketidakmampua Risiko defisit


- Klien mengatakan mual n mencerna nutrisit
dan muntah akibat makanan
program kemoterapi.
- Klien tidak nafsu
makan.
Data Objektif:
- Klien hanya
menghabiskan setengah
porsi makan.

4. Data Objektif: Gangguan Risiko


- Tekanan darah 100/70 koagulasi perdarahan
mmHg (trombositopeni
- Trombositopenia a) dan Proses
- Program kemoterapi keganasan

5. Data Subjektif: Kondisi Keletihan


- Klien mengeluh badan fisiologis
terasa letih dan lemah (kanker) dan
Data Objektif: Program
- Pasien tampak lelah perawatan/peng
- Konjungtiva anemis obatan jangka
(anemia) panjang
d. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasionalisasi

1. Nausea b.d Setelah Manajemen Mual Manajemen Mual


efek agen diberikan Observasi: Observasi:
farmakologis intervensi  Identifikasi  Untuk
(kemoterapi) selama 5x24 pengalaman mual. mengidentifikasi
d.d pasien jam, maka  Identifikasi mual pengalaman mual
merasa mual tingkat terhadap kualitas dan juga mual
dan muntah kemampuan hidup. terhadap kualitas
setelah mengendalikan  Identifikasi faktor hidup.
kemoterapi mual dan penyebab mual.  Untuk mengetahui
muntah  Monitor mual, faktor yang
membaik asupan, dan kalori. menyebabkan mual.
dengan kriteria Terapeutik:  Agar terpantau
hasil:  Kendalikan faktor mual, asupan, dan
 Perasaan lingkungan penyebab kalori.
ingin muntah mual. Terapeutik:
menurun dari  Beri makanan dalam  Agar dapat
3 (sedang) ke jumlah kecil dan mengendalikan
5 (menurun). menarik. faktor penyebab
 Nafsu makan Edukasi: mual dari
meningkat  Anjurkan sering lingkungan.
dari 3 membersihkan  Agar tidak
(sedang) ke 5 mulut, kecuali jika menimbulkan rasa
(membaik) merangsang mual. mual.
 Anjurkan makanan Edukasi:
tinggi karbohidrat  Agar tidak
dan rendah lemak. merangsang mual.
Kolaborasi:  Agar asupan kalori
 Kolaborasi yang tercukupi
pemberian dengan baik.
antiemetik, jika Kolaborasi:
perlu.  Untuk menurunkan
mual dan muntah.

Manajemen Muntah Manajemen Muntah


Observasi: Observasi:
 Identifikasi  Untuk
karakteristik muntah mengidentifikasi
(warna, konsistensi, dari muntahan
adanya darah, waktu, tersebut terkait
volume, dan durasi). warna, konsistensi,
 Identifikasi penyebab adanya darah,
muntah. waktu, volume, dan
 Monitor durasi.
keseimbangan cairan  Agar mengetahui
dan elektrolit. penyebab muntah
Terapeutik:  Agar keseimbangan
 Kontrol faktor cairan dan elektrolit
lingkungan penyebab tetap terpantau.
muntah. Terapeutik:
 Atur posisi untuk  Untuk mengontrol
mencegah aspirasi. faktor lingkungan
 Pertahankan yang menyebabkan
kepatenan jalan muntah.
napas.  Agar
 Bersihkan mulut dan mempertahakan
hidung. kepatenan jalan
Edukasi: nafas jika muntah.
 Anjurkan Edukasi:
memperbanyak  Untuk
istirahat. mengembalika
 Anjurkan energi dan
penggunaan terapi menurunkan
nonfarmakologis keinginan untuk
untuk mengelola muntah.
muntah.  Untuk mengelola
Kolaborasi: keinginan untuk
 Kolaborasi muntah.
pemberian Kolaborasi:
antiemetik, jika Untuk menurunkan
perlu. mual dan muntah.

2. Nyeri akut Setelah Manajemen Nyeri Manajemen Nyeri


b.d agen diberikan Observasi: Observasi:
pencedera intervensi  Identifikasi lokasi,  Untuk
fisiologis d.d selama 3x24 karakteristik, durasi, mengidentifikasi
adanya jam, maka frekuensi, kualitas, lokasi, durasi,
kanker tingkat nyeri intensitas nyeri. frekuensi, kualitas,
vagina yang berkurang  Identifikasi skala intensitas nyeri,
meluas ke dengan kriteria nyeri. dan juga skala
dinding hasil:  Identifikasi faktor nyeri.
pelvis  Keluhan yang memperberat  Untuk mengetahui
nyeri dan faktor yang
berkurang memperingannyeri. memperberat dan
menurun dari  Identifikasi nyeri memperingan
3 (sedang) ke terhadap kualitas nyeri.
4 (cukup hidup.  Untuk mengetahui
menurun). Terapeutik: nyerinya terhadap
 Keinginan  Berikan terapi kualitas hidup.
mual dan nonfarmakologis Terapeutik:
muntah untuk mengurangi  Alternatif untuk
menurun dari nyeri. mengurangi nyeri
3 (sedang) ke  Kontrol lingkungan selain farmakologi.
5 (menurun). yang memperberat  Untuk mengurangi
 Nafsu makan rasa nyeri. nyeri dengan
meningkat  Fasilitasi istirahat mengontrol
dari 3 dan tidur. lingkungan yang
(sedang) ke 5 Edukasi: memperberat.
(membaik)  Jelaskan penyebab, Edukasi:
periode, dan pemicu  Agar klien tahu
nyeri. penyebab, periode,
 Jelaskan strategi dan pemicu
meredakan nyeri  nyerinya.
dengan  Agar klien tahu
menggunakan non cara meredakan
farmakologis. nyerinya.
Kolaborasi: Kolaborasi:
 Kolaborasi  Untuk menurunkan
pemberian analgetik, nyeri klien.
jika perlu.

3. Risiko defisit Setelah Manajemen Nutrisi Manajemen Nutrisi


nutrisi b.d diberikan Observasi: Observasi:
Ketidakmam intervensi  Identifikasi status  Untuk
puan selama 3x24 nutrisi. mengidentifikasi
mencerna jam, maka  Identifikasi status nutrisi dan
makanan status nutrisi intoleransi makanan. kebutuhan kalori
membaik  Identifikasi harian klien.
dengan kriteria kebutuhan kalori dan  Untuk mengetahui
hasil: jenis nutrien. intoleransi
 Porsi  Monitor asupan makanan pada
makanan makanan.
yang  Monitor berat badan. klien.
dihabiskan Terapeutik:  Untuk memantau
meningkat  Sajikan makanan asupan makanan
dari 2 ke 5 secara menarik dan dan nutrisi klien.
 Nafsu makan suhu yang sesuai. Terapeutik:
membaik dari  Berikan makanan  Agar
2 ke 5 tinggi kalori dan meningkatkan
 Membran tinggi protein. keinginan untuk
mukosa  Berikan suplemen makan.
membaik dari makanan, jika perlu.  Agar kecukupan
2 ke 5 Edukasi: kalori dan nutrisi
 Ajarkan diet yang klien terpenuhi.
diprogramkan. Edukasi:
Kolaborasi:  Agar terpantau
 Kolaborasi asupan nutrisi
pemberian medikasi harian sesuai
sebelum makan (mis: dengan program
pereda nyeri, klien.
antiemetik), jika Kolaborasi:
perlu.  Untuk
 Kolaborasi dengan meningkatkan
ahli gizi untuk keinginan untuk
menentukan jumlah makan.
kalori dan jenis  Agar tahu
nutrien yang kebutuhan nutrisi
dibutuhkan, jika yang diperlukan
perlu. dan jumlah kalori
harian klien.

Manajemen Manajemen
Kemoterapi Kemoterapi
Observasi: Observasi:
 Periksa kondisi  Agar mengetahui
sebelum kemoterapi. kondisi sebelum
 Monitor efek dan sesudah
samping dan efek melakukan
toksik pengobatan. kemoterapi.
 Monitor mual dan  Agar mengetahui
muntah akibat efek yang
kemoterapi. ditimbulkan dari
 Monitor status gizi kemoterapi.
dan berat badan.
Terapeutik: Terapeutik:
 Hindari penggunaan  Untuk menghindari
produk aspirin. risiko pendarahan
 Berikan obat sesuai pada saluran cerna
dengan program. khususnya.
Edukasi:  Untuk menangani
 Jelaskan tujuan dan masalah klien
prosedur kemoterapi. sesuai dengan
 Jelaskan efek obat program.
pada sel kanker dan Edukasi:
fungsinya.  Agar klien tahu
 Anjurkan tentang tujuan,
melaporkan efek prosedur, efek
samping kemoterapi samping dilakukan
yang dirasakan. kemoterapi.
Kolaborasi:  Untuk memantau
 Kolaborasi efek samping dari
pemberian obat kemoterapi agar
untuk tidak ada
mengendalikan efek komplikasi yang
samping. ditimbulkan.
Kolaborasi:
 Untuk menurunkan
efek samping dari
kemoterapi.

4. Risiko Setelah Pencegahan Pencegahan


perdarahan diberikan Perdarahan Pendarahan
b.d intervensi Observasi: Observasi:
Gangguan selama 3x24  Monitor tanda dan  Untuk
koagulasi jam, maka gejala perdarahan. mengidentifikasi
(misal tingkat  Monitor nilai apabila terdapat
trombositope perdarahan hematokrit/hemoglob tanda dan gejala
nia) menurun in sebelum dan perdarahan
dengan kriteria setelah kehilangan  Untuk mengetahui
hasil: darah. jumlah
 Kelembapan  Monitor tanda-tanda hematokrit/hemogl
membran vital ortostatik. obin yang hilang
mukosa  Monitor koagulasi pasca perdarahan
meningkat (mis: prothrombin  Untuk mencegah
dari 2 ke 5 time (PT), partial terjadinya syok
 Perdarahan thromboplastin time  Untuk mengetahui
vagina (PTT), fibrinogen, adanya risiko
menurun dari degradasi fibrin perdarahan
2 ke 5 dan/atau platelet). berlebihan atau
 Hemoglobin Terapeutik: terbentuknya
membaik dari  Pertahankan bed rest gumpalan pada
2 ke 5 selama perdarahan. pembuluh darah
 Hematokrit  Batasi tindakan Terapeutik:
membaik dari invasive, jika perlu.  Untuk
2 ke 5 Edukasi: mengantisipasi
 Jelaskan tanda dan terjadinya
gejala perdarahan. perdarahan
 Anjurkan  Untuk mencegah
menghindari aspirin terjadinya
atau antikoagulan. perdarahan
 Anjurkan berlebih
meningkatkan Edukasi:
asupan makanan dan  Agar pasien dan
vitamin K. keluarga
 Anjurkan segera mengetahui tanda
melapor jika terjadi dan gejala
perdarahan. perdarahan
Kolaborasi  Aspirin dan
 Kolaborasi antikoagulan dapat
pemberian obat meningkatkan
pengontrol resiko perdarahan
perdarahan, jika  Agar kondisi klien
perlu. stabil dan
 Kolaborasi membantu proses
pemberian produk koagulasi
darah, jika perlu.  Agar pasien dapat
langsung melapor
apabila terjadi
perdarahan
Kolaborasi:
 Untuk
menghentikan
perdarahan
 Untuk mencegah
anemia

5. Keletihan Setelah Manajemen Energi Manajemen Energi


b.d  kondisi diberikan Observasi:
fisiologis intervensi Observasi:  Untuk mengetahui
(penyakit selama 7x 24  Identifikasi adanya penyebab
kronis jam maka gangguan fungsi fisiologis dari
kanker) dan tingkat tubuh yang kelelahan pasien
program keletihan mengakibatkan  Untuk mengetahui
perawatan menurun kelelahan. lokasi
atau dengan kriteria  Monitor lokasi dan ketidaknyamanan
pengobatan hasil: ketidaknyamanan yang dirasakan
jangka  Lesu selama melakukan pasien
panjang menurun dari aktivitas. Terapeutik:
ditandai 3 (sedang) ke Terapeutik:  Untuk
dengan 1  Lakukan latihan meningkatkan
pasien (meningkat). rentang gerak aktif rentang gerak
tampak letih  Nafsu makan dan pasif. pasien
dan lemah meningkat  Berikan aktivitas dan  Untuk memberikan
dari 3 distraksi yang rasa nyaman bagi
(sedang) ke 5 menenangkan pasien
(membaik). Edukasi: Edukasi:
 Keluhan lelah  Anjurkan tirah  Untuk memulihkan
menurun dari baring. energi pasien
3 (sedang) ke  Anjurkan melakukan  Untuk melatih
1 aktivitas secara kekuatan otot dan
(meningkat). bertahap. pergerakan pasien
 Anjurkan strategi agar tidak terjadi
koping untuk kekakuan otot
mengurangi maupun sendi
kelelahan.  Agar pasien
Kolaborasi: mengetahui
 Kolaborasi dengan strategi koping
ahli gizi tentang cara yang efektif untuk
meningkatkan mengurangi
asupan makanan. kelelahan
Kolaborasi:
 Agar asupan
makanan tercukupi
untuk memulihkan
energi pasien

e. Intervensi berdasarkan penelitian terkait kasus


Dilansir dari International Journal of Gynecological Cancer,
terdapat perbaruan perawatan dari kanker vagina, yaitu operasi,
kemoradioterapi bersamaan, radiasi sinar eksternal, brachytherapy.

1) Pembedahan
Secara umum, pembedahan memiliki peran terbatas dalam
mengobati kanker vagina karena kanker terjadi di dekat jaringan
normal seperti kandung kemih, rektum, dan uretra. Rekomendasi
umum adalah pembedahan harus dipertimbangkan untuk tumor
stadium I yang kecil (diameter kurang dari 2 cm) yang terbatas pada
bagian proksimal vagina. Jenis pembedahan bervariasi tergantung
pada lokasi tumor dan meliputi pengangkatan lokal, vaginektomi
parsial, histerektomi radikal, dan eksenterasi panggul, biasanya
dikombinasikan dengan pemeriksaan kelenjar getah bening. Dalam
literatur, sekitar 25% pasien stadium I-II yang dirawat dengan
pembedahan memerlukan radioterapi adjuvan dengan margin positif
dan/atau kelenjar getah bening positif.
Dari 124 pasien, tingkat kelangsungan hidup adalah sama
untuk penyakit stadium I dan stadium II, terlepas dari apakah mereka
dirawat dengan tindakan pembedahan atau radiasi; Namun, 55%
pasien menerima radioterapi tambahan setelah pembedahan. Pada
pasien stadium IV dengan fistula dubur-vagina atau kandung kemih-
vagina, eksenterasi panggul dapat berperan. Dalam hal itu,
pembedahan dapat dilakukan dengan memotong kelenjar panggul.
Skenario lain di mana eksenterasi pinggul dapat dipertimbangkan
jika pasien memiliki kekambuhan sentral setelah radioterapi.

2) Radiasi-Sinar Eksternal
Terapi radiasi adalah pengobatan lini pertama untuk sebagian
besar pasien dengan kanker vagina, terutama mereka dengan
penyakit lanjut. Radioterapi biasanya terdiri dari kombinasi terapi
radiasi sinar eksternal dan brachytherapy. Keuntungan terapi radiasi
adalah pelestarian vagina dan organ lainnya. Brachytherapy saja
tidak dianjurkan untuk kebanyakan tumor karena tingkat
kekambuhan yang tinggi. Sinar eksternal digunakan untuk mengobati
penyakit kelenjar getah bening primer dan regional.
Tujuan radiasi adalah untuk mengurangi volume tumor
primer vagina, mengontrol kelenjar getah bening regional dan
membasmi penyakit mikroskopis lainnya. Selama dua dekade
terakhir, terdapat banyak kemajuan dalam terapi radiasi, baik terapi
radiasi pancaran eksternal maupun brakiterapi, dengan penggunaan
dan integrasi pencitraan canggih, termasuk CT, MRI, PET/CT, dan
rencana untuk mengembangkan lebih lanjut desain yang lebih
terpadu yang mendukung mengurangi dosis jaringan normal tetapi
memungkinkan untuk dosis yang lebih tinggi ke area yang diminati
(terapi radiasi termodulasi intensitas atau busur volumetrik terapi).
Teknik radiasi baru ini menghasilkan pengurangan dosis yang
signifikan pada jaringan normal yang menghasilkan pengurangan
toksisitas akut dan kronis dari radioterapi. Dengan rencana yang
sangat sesuai ini, penting untuk memahami penyakit sepenuhnya
sebelum merencanakan dan menggunakan imaging sebagai alat bantu
perencanaan sehingga tidak ada yang terlewatkan. Pre-treatment MRI
penting untuk identifikasi penuh penyakit yang mendasarinya.

3) Kemoradioterapi Bersamaan
Kemoterapi dan terapi radiasi bersamaan (CCRT)
diperkenalkan dalam pengobatan kanker vagina berdasarkan data
yang diekstrapolasi pada pasien dengan kanker serviks stadium lanjut
secara lokal. Ulasan Cochrane menunjukkan penurunan 6% dalam
risiko kematian absolut dan manfaat absolut dalam kelangsungan
hidup penyakit yang mendukung CCRT pada pasien dengan kanker
serviks. Studi acak tidak dapat dilakukan pada kanker vagina karena
kelangkaan penyakit. Namun, studi dari National Cancer Database
(NCDB) menunjukkan bahwa CCRT faktor prognostik independen
untuk kelangsungan hidup keseluruhan yang lebih baik (56 bulan
untuk CCRT dan 41 bulan untuk radioterapi). Terapi yang paling
umum digunakan adalah cisplatin mingguan dengan dosis 40 mg/m2.
Namun, obat lain dan kombinasinya juga telah menunjukkan
manfaatnya.

4) Brakiterapi
Brakiterapi adalah bagian penting dari pengobatan kanker
vagina. Dalam brakiterapi, sisa penyakit diobati dengan sumber
radioaktif yang ditempatkan langsung pada atau dekat penyakit.
Dengan demikian penyakit lain menerima dosis ekstra selama
penyakit normal jaringan dipertahankan. Penelitian basis data
ekstensif oleh penerbit Surveillance for Epidemiology and Outcome
(SEER) menemukan pasien dengan kanker vagina yang diobati
dengan brakiterapi menunjukkan rata-rata keseluruhan waktu
kelangsungan hidup (6,1 tahun) lebih dari 2 tahun lebih lama dari
pasien yang tidak menerima brakiterapi (3,6 tahun). Dalam analisis,
manfaat kelangsungan hidup terkait dengan brakiterapi tidak
bergantung pada stadium FIGO, ukuran tumor, dan tipe histologis.
Pasien dengan tumor dengan ukuran >5 cm memiliki manfaat
terbesar dari brakiterapi. Studi lain meneliti database NCDB dari
pasien yang dirawat hanya dengan CCRT untuk kanker vagina juga
memungkinkan untuk menentukan perbaikan dengan brakiterapi
yang dikaitkan dengan peningkatan kelangsungan hidup keseluruhan
5 tahun. Hasil ini mirip dengan hasil dari database besar penelitian
kanker serviks.

5) Perawatan Suportif
Penyintas kanker ginekologi juga membutuhkan perawatan
suportif, yang dapat memengaruhi kualitas hidup mereka selama
pengobatan kanker. Oleh karena itu, perawatan suportif harus
dikenali lebih awal dalam konteks diagnosis dan selama terapi, yang
tentunya berdampak pada kualitas hidup survivor kanker ginekologi.
Di Indonesia, Mawardika et al. Di RS Solo, 200 responden pasien
rawat inap dan rawat jalan dengan kanker ginekologi menunjukkan
bahwa pasien kanker ginekologi rawat inap membutuhkan lebih
banyak terapi daripada pasien rawat jalan.
Konsisten dengan temuan di Indonesia, Williams et al. Dari
343 wanita dengan kanker ginekologi di Australia Barat, lima yang
paling membutuhkan perawatan suportif diberitahu tentang hasil tes
sesegera mungkin (54,8%), takut penyebaran kanker (53,7%),
bagaimana cara mengobati penyakit lainnya. (51,9%). %), akses
informasi tentang kanker yang dikendalikan atau dikurangi (50,7%),
dan informasi yang memadai tentang manfaat pengobatan dan efek
samping sebelum memulai pengobatan (49,9%). Dilaporkan secara
luas bahwa perawatan suportif sangat membantu dalam mengurangi
stres, mengelola efek samping, mengatasi ketakutan akan
kekambuhan kanker, dan memastikan bahwa penyedia layanan
kesehatan memberikan perawatan medis terbaik. Sebuah studi oleh
Papadakos et al. tentang kebutuhan informasi penyintas kanker
ginekologi menemukan bahwa responden umumnya menganggap
informasi medis lebih penting melalui tiga metode utama: brosur,
wawancara dengan perawat dan situs web.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengkajian Ny.A menunjukkan kesadaran Composmentis, pasien tampak
lemah, ADL dibantu oleh keluarga, TD 100/70 mmHg, S 36,2 ºC, nadi 90
x/menit, RR 20 x/menit, hasil pengukuran : berat badan 47 kg, tinggi badan 155
cm, Konjungtiva anemis, mukosa bibir kering. Diagnosa keperawatan yang
muncul, yaitu Nausea, Risiko defisit nutrisi b.d Ketidakmampuan mencerna
makanan, Nyeri akut, Risiko perdarahan b.d Gangguan koagulasi (misal
trombositopenia) dan proses keganasan, Keletihan b.d kondisi fisiologis
(penyakit kronis kanker) dan program perawatan atau pengobatan jangka
panjang ditandai dengan pasien tampak letih dan lemah. Untuk intervensi yang
diberikan bertujuan untuk mengurangi keluhan klien atau membuat klien
menjadi lebih baik.
Dalam intervensi ini memerlukan identifikasi penyebab diagnosa,
kontrol faktor lingkungan penyebab, mengedukasi klien untuk tercapainya
kesembuhan klien, dan tindakan kolaboratif seperti pemberian terapi
farmakologi. Terdapat dua penelitian mengenai perawatan pasien dengan
penyakit kanker vagina yang bersumber dari International Journal of
Gynecological Cancer dan Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forifikes. Dari
dua penelitian ini menyebutkan beberapa terapi untuk pasien kanker vagina,
yaitu radiasi sinar eksternal, kemoterapi bersamaan, brachytherapy dan
perawatan suportif
DAFTAR PUSTAKA

Jhingran, A. 2022, Updates in the treatment of vaginal cancer. International Journal of


Gynecologic Cancer, 32(3).
Rosdiana, M., & Afiyanti, Y. 2020, Perawatan Suportif Pada Penyintas Kanker
Ginekologi: A Literature Review. Jurnal Penelitian Kesehatan, SUARA
FORIKES (Journal of Health Research Forikes Voice), 11(4), 338-341.
Indonesia, P. P. N. 2019, Standar diagnosis keperawatan Indonesia, PPNI, Jakarta.
Indonesia, P. P. N. 2019, Standar luaran keperawatan Indonesia, PPNI, Jakarta.
Indonesia, P. P. N. 2019, Standar intervensi keperawatan Indonesia, PPNI, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai