Anda di halaman 1dari 25

ASUHAN KEPERAWATAN PALIATIF PADA

PASIEN KANKER SERVIK

Oleh kelompok 1: 1. Jimia Kristin_P17212235005.


2. Ahmad Ainun Lukman Natsir_P17212235008.
3. Indah Dwi Kusuma Wardani_P17212235015.
4. Wanda Yuan Nindita_P17212235021.
5. Prisma Alika Fikrian_P17212235023.
6. Tasya Safarida Santhi_P17212235033.
7. Oktaviani Dwi Rahmawati_P17212235048.
8. Tantri Yuliana_P17212235050.
9. Asri Arifatunnisa_P172122350541.
10. Mohammad Afandi_P17212235061.
11. Jihan Ashilah_P17212235074.
Latar Belakang

 Penyakit tidak menular telah menjadi masalah kesehatan masyarakat global. Di Indonesia sendiri, penyakit
tidak menular masih menjadi masalah kesehatan yang penting dan dalam waktu yang bersamaan morbiditas
serta mortalitasnya semakin meningkat
 Kanker menjadi salah satu penyakit tidak menular yang menyumbang angka kematian tertinggi. Penyakit
kanker merupakan penyakit katastropik yang membutuhkan perawatan dalam jangka waktu lama dengan
biaya yang tinggi.
 Pasien dengan kanker akan memandang kehidupannya dengan cara yang berbeda setelah didiagnosis kanker.
Pasien akan merasakan putus asa, merasa berdosa, dan khawatir tentang kehidupan mereka. Pasien kanker
akan memiliki permasalahan dengan body image mereka karena adanya perubahan pada penampilannya.
Hal ini yang juga menjadi beban finansial bagi para pasien kanker dan keluarganya.
 Keperawatan paliatif adalah pilihan paling tepat bagi pasien dengan penyakit kronis seperti kanker.
Perawatan paliatif bertujuan untuk menjadikan pasien penyakit terminal menjalani kehidupan yang baik
dengan meminimalisir gejala seperti nyeri, dan stress yang dapat digunakan bersamaan pengobatan kuratif.
Tinjauan Teori

 Kanker serviks merupakan keganasan yang berasal dari serviks. Serviks merupakan sepertiga bagian bawah
uterus, berbentuk silindris, menonjol dan berhubungan dengan vagina melalui ostium uteri eksternum.
 Banyak bukti menunjukkan bahwa onkoprotein Human Papilloma Virus (HPV) menjadi komponen penting
dari proliferasi sel kanker. Seiring berkembangnya kemajuan di bidang biologi molekuler dan epidemiologi
tentang HPV, kanker serviks disebabkan oleh infeksi HPV yang merangsang perubahan perilaku sel epitel
serviks.
 Terdapat dua kelompok tipe HPV dalam hubungannya dengan kanker serviks, yaitu:
1. Kelompok risiko rendah, meliputi HPV tipe 6 dan11, di mana jarang berhubungan dengan kanker.
2. Kelompok risiko tinggi meliputi HPV 16, HPV 18, HPV 31, HPV 33, dan HPV 45, di mana tipe ini
berhubungan kuat dengan kanker.
Manifestasi Klinis

 Pada stadium awal, kanker servik cenderung tidak dapat dideteksi.


 Gejala mungkin akan muncul apabila sel serviks yang abnormal telah berubah menjadi keganasan dan menyusup ke
jaringan sekitarnya. Jika kanker berkembang makin lanjut, akan timbul gejala-gejala seperti:

1. Keputihan yang semakin lama semakin berbau busuk, berwarna kekuningan kental; Perdarahan setelah melakukan
hubungan seksual, yang lama kelamaan dapat menjadi perdarahan spontan walaupun tidak melakukan hubungan seksual;

2. Timbulnya perdarahan setelah menopause;

3. Pada fase invasif, dapat keluar cairan yang berwarna kekuningan, berbau, dan bercampur dengan nanah;

4. Anemia (kurang darah) karena perdarahan yang sering timbul;

5. Rasa nyeri disekitar genetalia;

6. Berkurang nafsu makan, menurunnya berat badan, dan kelelahan;

7. Rasa nyeri di panggul, punggung, dan tungkai;

8. Keluar air kemih dan tinja dari vagina


Pemeriksaan Penunjang

 Pap smear, dengan pap smear, sampel kecil serviks atau sel serviks diambil dengan kuas. Jenis tes ini dapat digunakan untuk
mengetahui apakah terdapat infeksi atau peradangan pada serviks dan adanya virus HPV.
 IVA (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat), metode IVA dilakukan dengan cara mengoleskan asam asetat (cuka) 3-5% pada
leher rahim lalu mengamati perubahannya, dimana lesi prakanker dapat terdeteksi bila terlihat bercak putih pada leher rahim.
Hasil positif pada lesi prakanker terlihat warna bercak putih disebut Aceto white epithelium
 Biopsi. Terdapat beberapa macam biopsi diantaranya:
1. Punch biopsy: prosedur di mana sepotong kecil jaringan berbentuk bulat diangkat menggunakan alat melingkar yang tajam dan
berongga.
2. Kuretase endoserviks adalah prosedur pengambilan sel atau jaringan dari saluran serviks dengan menggunakan kuret
3. Loop electrosurgical excision procedure (LEEP): menggunakan loop kawat tipis, yang melaluinya arus listrik dialirkan, untuk
mengangkat jaringan dari serviks.
4. Cone biopsy: pembedahan untuk mengangkat jaringan yang lebih besar dan berbentuk kerucut dari serviks dan saluran serviks.
Prosedur ini dapat digunakan untuk menghilangkan pra-kanker atau kanker stadium awal.

 Tes pencitraan (PET-scan), sejumlah kecil glukosa radioaktif (gula) disuntikkan ke dalam pembuluh darah. Pemindai berputar
mengelilingi tubuh dan membuat gambaran di mana glukosa digunakan dalam tubuh. Sel tumor ganas tampak lebih cerah pada
gambar karena mereka lebih aktif dan mengambil lebih banyak glukosa dibandingkan sel normal
ASUHAN KEPERAWATAN

 Kasus

Ny.U masuk ke rumah sakit umum RSSA melalui IGD tanggal 30 April 2023 pukul 24.15 WIB diantar suaminya
karena mengalami perdarahan yang cukup banyak dari kemaluan dan kemudian di rawat di ruang Mawar dan
sedang menunggu untuk proses pengobatan kemoradioterapinya. Saat dilakukan pengkajian tanggal 30 April
2023 jam 08.30 WIB pasien mengatakan masih keluar darah dari kemaluan terasa sedikit nyeri pada area perut
bagian bawah dengan skala nyeri 4, seperti ditusuk-tusuk, selama 4-8 menit dan terasa hilang timbul, pasien
mengatakan cemas akan kondisinya, pasien mengatakan takut perdarahan akan terjadi, pasien mengatakan takut
penyakitnya semakin parah setelah kemoterapi, pasien mengatakan kepala pusing, pasien terlihat pucat, lemas,
pasien sering menanyakan tentang kondisinya pada perawat. TTV: TD : 130/80 mmHg, N : 84 kali/menit, RR :
18 kali/menit, Suhu : 36,4 °C. Pasien sadar Compos Mentis E4M6V5, pendarahan per vagina 150 ml, CRT > 2
detik, Pemeriksaan lab: Leukosit 15,86 10 3/ul, Eritosit 3,36 106/𝜇L, Haemoglobin 7,9 g/dl, Hematokrit 24,5 %,
Patologi Anatomi Kesimpulan : Cervix, biopsi : carsinoma cervix invasive. Terapi: Asam Traneksamat (IV)
3x500 mg, Antrain (IV) 2x1 amp, Cefadroxil (PO) 3x1, Tablet tambah darah (PO) 2x1, RL (IVFD) 20 tpm.
ANALISA DATA
No Data Etiologi Masalah Keperawatan
1 Data subjektif : Penurunan konsentrasi Perfusi perifer tidak efektif (D.0009)
hemoglobin
 Pasien mengatakan keluar darah bergumpal dari
kemaluan
 Pasien mengatakan terkadang kepala terasa pusing
Data Objektif :
 Pasien terlihat pucat
 Konjungtiva anemis
 CRT > 2 detik
 Hemoglobin 7,9 g/dl
 Hematokrit 24,5 %
2 Data subjektif : Penekanan syaraf lumbosakralis Nyeri kronis (D.0078)
 Pasien mengatakan nyeri perut bagian bawah
P : nyeri kanker serviks
Q : seperti ditusuk-tusuk
R : nyeri perut bagian bawah hingga vagina
S : skala nyeri 4
T : hilang timbul
Data Objektif :
 Pasien terlihat meringis ketika nyeri timbul
 Nyeri tekan pada perut bagian bawah
 TD : 140/80 mmHg
 N : 98 x/menit
ANALISA DATA
No Data Etiologi Masalah Keperawatan

3 Data subjektif : Kurang terpapar informasi Ansietas (D.0080)


 Pasien mengatakan cemas akan kondisi
penyakitnya Pasien mengatakan takut perdarahan
akan terus terjadi
 Pasien mengatakan takut penyakitnya semakin
memburuk setelah kemoterapi
Data Objektif :
 Pasien sering menanyakan tentang kondisinya
pada perawat
 Pasien terlihat murung
 Hasil pemeriksaan patologi anatomi: Kesimpulan
: Cervix, biopsi : carsinoma cervix invasive
4 Data subjektif : - Ketidakadekuatan Resiko infeksi (D.0142)
pertahanan tubuh sekunder
Data Objektif :
(imunosupresi)
 Pasien terlihat lemas
 Leukosit : 15,86 10^3/𝜇L
Diagnosa Keperawatan

1. D.0009) Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan konsentrasi


hemoglobin
2. (D.0078) Nyeri kronis berhubungan dengan penekanan saraf
3. (D.0080) Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi
4. (D.0142) Resiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan tubuh
sekunder (imunosupresi)
Intervensi Keperawatan
No No. Dx Kep Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

1 D.0009 Perfusi perifer tidak Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2x24 Perawatan Sirkulasi (I.02079)
efektif b.d penurunan jam diharapkan perfusi perifer efektif dengan
konsentrasi hemoglobin kriteria hasil : 1. Periksa sirkulasi perifer
2. Identifikasi faktor resiko gangguan pada sirkulasi
1. Tekanan systole dan diastole dalam rentang 3. Monitor adanya panas, kemerahan, nyeri atau bengkak
normal TD : 120/80 mmHg ekstermitas
2. Tidak ada ortostatik hipertensi 4. Catat hasil lab Hb dan Ht
3. Kapilarirefil < 2 detik 5. Lakukan hidrasi
4. Hemoglobin normal (10 g/dl) 6. Jelaskan kepada pasien dan keluarga tentang tindakan
pemberian tranfusi darah
7. Berikan tranfusi darah
2 D.0078 Nyeri kronis b.d Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2x24 Manajemen nyeri (I.08238)
penekanan saraf jam diharapkan pasien mampu untuk mengontrol
dan menunjukkan tingkat nyeri dengan kriteria hasil 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
: kualitas, dan intensitas nyeri
2. Identifikasi skala nyeri
1. Mengenal faktor-faktor penyebab nyeri 3. Identifikasi respons nyeri nonverbal
2. Melaporkan nyeri, frekuensi, dan lamanya 4. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
3. Tanda-tanda vital dalam rentang normal, TD : 5. Fasilitasi istirahat dan tidur
120/80 mmHg Nadi :60-80 x/menit Suhu : 6. Jelaskan penyebab, periode, pemicu nyeri
36,5-37⁰C RR : 16-20 x/menit 7. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi
4. Klien melaporkan nyeri berkurang dengan nyeri
skala 1-2 dari 10 atau nyeri ringan 8. Kolaborasi pemberian analgetik
Intervensi Keperawatan
No No. Dx Kep Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
3 D.0080 Ansietas b.d kurang Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama Reduksi Ansietas (I.09314)
terpapar informasi 1x24 jam diharapkan masalah ansietas teratasi
dengan kriteria hasil : 1. Monitor tanda-tanda ansietas
2. Ciptakan suasana yang terapeutik untuk menumbuhkan
1. Pasien mampu mengidentifikasi dan kepercayaan
mengungkapkan gejala cemas 3. Pahami situasi yang membuat ansietas
2. Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa 4. Dengarkan dengan penuh perhatian
tubuh, dan tingkat aktivitas menunjukkan 5. Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
berkurangnya kecemasan 6. Jelaskan prosedur termasuk sensasi yang mungkin dialami
3. Tanda-tanda vital dalam batas normal 7. Informasikan secara faktual mengenai diagnosis, pengobatan,
TD : 120/80 mmHg dan prognosis
Nadi : 60-80 x/menit 8. Anjurkan keluarga agar tetap bersama pasien, jika perlu
Suhu : 36,5-37⁰C 9. Latih teknik relaksasi
RR : 16-20 x/menit
4 D.0142 Resiko infeksi b.d Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama Pencegahan Infeksi (I.14539)
ketidakadekuatan 2x24 jam diharapkan tidak terjadi infeksi
pertahanan tubuh dengan kriteria hasil : 1. Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik
sekunder 2. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan
(imunosupresi) 1. Pasien bebas dari tanda dan gejala infeksi lingkungan pasien
2. Menunjukkan kemampuan mencegah 3. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
timbulnya infeksi 4. Jelaskan cara mencuci tangan dengan benar
3. Jumlah leukosit dalam batas normal (4,80- 5. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
10,80 10^3/𝜇L) 6. Berikan antibiotik
4. Menunjukkan prilaku hidup sehat
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi
Perfusi perifer tidak efektif • Menanyakan adanya perdarahan pervaginam S:
(D.0009) • Melihat adanya tanda dan gejala gangguan Pasien mengatakan keluar darah bergumpal
sirkulasi perifer dari kemaluan
• Melihat hasil laboratorium (hemoglobin dan Pasien mengatakan terkadang kepala terasa
hematokrit) pusing
• Menjelaskan kepada pasien dan keluarga O:
tentang tindakan pemberian tranfusi darah Pasien terlihat pucat
• Mendorong keluarga untuk menemani pasien Konjungtiva anemis
• Memasang perlengkapan tranfus CRT > 2 detik
• Mengukur tanda-tanda vital TD : 130/80 mmHg
Pasien terpasang blood set dengan Nacl 0.9
% 20 tpm
Hemoglobin 7,9 g/dl
Hematokrit 24,5 %
A: masalah Perfusi perifer tidak efektif
belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi
Nyeri kronis (D.0078) • Mengkaji skala nyeri berdasarkan S:
PQRST Pasien mengatakan nyeri perut bagian
• Melihat reaksi nonverbal dari bawah
ketidaknyamanan P : nyeri kanker serviks
• Memberikan penjelasan tentang Q: seperti ditusuk-tusuk
penyebab nyeri R: nyeri perut bagian bawah hingga
• Mengajarkan teknik relaksasi nafas vagina
dalam S : skala nyeri 4
• Memberikan obat injeksi Asam T : hilang timbul
Traneksamat 1 amp/IV dan antrain 1 O:
amp/IV Pasien terlihat meringis ketika nyeri
timbul
Nyeri tekan pada perut bagian bawah
TD : 140/80 mmHg
N : 98 x/menit
A : Masalah nyeri kronis belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi
Ansietas (D.0080) • Melihat tanda gejala cemas S:
• Menanyakan penyebab kecemasan Pasien mengatakan cemas akan kondisi
pasien penyakitnya
• Menjelaskan prosedur yang akan Pasien mengatakan takut perdarahan akan
dilakukan selama pengobatan terus terjadi
• Melakukan penyuluhan kesehatan Pasien mengatakan takut penyakitnya semakin
tentang efek samping dan memburuk setelah kemoterapi
penanganan dari kemoradioterapi O:
yang akan dilakukan Pasien terlihat murung dan lemah
Hasil pemeriksaan patologi anatomi:
Kesimpulan : Cervix, biopsi : carsinoma
cervix invasive
A: masalah ansietas belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi
Resiko infeksi (D.0142) • Menjelaskan tanda dan S:-
gejala infeksi O:
• Mengajarkan kepada Pasien terlihat lemas
pasien dan keluarga cara Leukosit : 15,86 10^3/𝜇L
mencuci tangan yang benar A : Masalah Resiko infeksi
• Menanyakan tentang nafsu belum teratasi
makan pasien P : Intervensi dilanjutkan
PEMBAHASAN
1. (D.0009) Perfusi Perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan konsentrasi hemoglobin
 Menurut SDKI (2017) pada diagnosa keperawatan perfusi perifer tidak efektif tanda dan gejala terdiri dari data subjektif yaitu paratesia,
nyeri ekstermitas, sedangkan data objektif yaitu pengisian kapiler > 2 detik, nadi perifer menurun atau tidak teraba, akral teraba dingin,
warna kulit pucat, turgor kulit menurun, edema, penyembuhan luka lambat, indeks ankle-brachial < 0,90 dan bruit femoralis.
 Berdasarkan studi kasus data hasil pengkajian tentang keadaan umum, genitalia, kepala dan hasil laboratorium ditemukan bahwa pada
kedua pasien tersebut mengalami gangguan sirkulasi perifer. Pasien satu mengalami perdarahan pervaginam, wajah terlihat pucat, CRT > 2
detik, pasien mengeluh pusing, konjungtiva anemis, dan hemoglobin 7,9 g/dl.
 Menurut Price (2012) ada delapan diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien kanker servik yaitu nyeri kronis, defisit nutrisi, perfusi
perifer tidak efektif, disfungsi seksual, difisit pengetahuan, harga diri rendah, resiko perdarahan, dan resiko infeksi. Menurut analisa penulis
terdapat kesesuaian antara hasil studi kasus dengan teori. Pada studi kasus pasien satu dan dua muncul diagnosa keperawatan perfusi perifer
tidak efektif berhubungan dengan penurunan konsentrasi hemoglobin.
 Menurut SIKI (2018) intervensi yang dapat dilakukan pada diagnosa keperawatan pefusi perifer tidak efektif adalah periksa sirkulasi perifer
,identifikasi faktor resiko gangguan pada sirkulasi, monitor adanya panas, kemerahan, nyeri atau bengkak ekstermitas, catat hasil lab hb dan
ht, lakukan hidrasi, jelaskan kepada pasien dan keluarga tentang tindakan pemberian tranfusi darah, berikan tranfusi darah.
 Menurut SLKI (2018) tujuan dari asuhan keperawatan diharapkan masalah perfusi perifer efektif teratasi dengan kriteria hasil tekanan
systole dan diastole dalam rentang normal (120/80 mmHg), tidak ada ortostatik hipertensi, kapilarirefil < 2 detik. Berdasarkan hasil studi
kasus evaluasi sumatif yang didapatkan adalah masalah perfusi perifer tidak efektif teratasi sebagian dengan evaluasi subjektif pasien
mengatakan tidak lagi keluar darah bergumpal dari kemaluan, evaluasi objektif pasien terlihat masih pucat, konjungtiva anemis, CRT < 2
detik, TD: 120/70 mmHg dan hemoglobin 10,7 g/dl.
PEMBAHASAN
2. (D.0078) Nyeri kronis berhubungan dengan penekanan syaraf lumbosakalis
Menurut SDKI (2017) pada diagnosa keperawatan nyeri kronis tanda dan gejala terdiri dari data subjektif yaitu mengeluh nyeri, merasa depresi (tertekan),
merasa takut mengalami cedera berulang, sedangkan data objektif pasien tampak meringis, gelisah, tidak mampu menuntaskan aktivitas, bersikap
protektif,waspada, pola tidur berubah, anoreksia,fokus menyempit,berfokus pada diri sendiri.
Berdasarkan data hasil pengkajian tentang kenyamanan/nyeri ditemukan bahwa pada pasien tersebut mengalami diagnosa keperawatan nyeri kronis. Pasien
mengatakan nyeri perut bagian bawah, seperti ditusuk-tusuk, skala nyeri 4 dan terasa hilang timbul, pasien terlihat meringis menahan sakit, nyeri tekan pada
perut bagian bawah, tekanan darah 140/80 mmHg dan nadi 98x/menit.
Menurut Price (2012) ada delapan diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien kanker servik yaitu nyeri kronis, defisit nutrisi, perfusi perifer tidak
efektif, disfungsi seksual, difisit pengetahuan, harga diri rendah, resiko perdarahan, dan resiko infeksi.
Menurut analisa penulis terdapat kesesuaian antara hasil studi kasus dengan teori. Pada studi kasus pasien muncul diagnosa keperawatan nyeri kronis
berhubungan dengan penekanan saraf.
Menurut SIKI (2018) intervensi yang dapat dilakukan pada diagnosa keperawatan nyeri kronis adalah identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas, dan intensitas nyeri, identifikasi skala nyeri, identifikasi respons nyeri non verbal, kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri, fasilitasi
istirahat dan tidur, jelaskan penyebab, periode, pemicu nyeri, ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri, berikan analgetik.
Menurut SLKI (2018) tujuan dari asuhan keperawatan diharapkan masalah nyeri kronis teratasi dengan kriteria hasil mengenal faktor-faktor penyebab nyeri,
melaporkan nyeri, frekuensi, dan lamanya, tanda-tanda vital normal (120/80 mmHg) klien melaporkan nyeri berkurang dengan skala 1-2 dari 10 atau nyeri
ringan.
Berdasarkan hasil studi kasus evaluasi sumatif yang didapatkan pasien adalah nyeri kronis teratasi sebagian dengan evaluasi subjektif pasien mengatakan
mengatakan nyeri berkurang, merasa lebih nyaman dengan penggunaan teknik relaksasi nafas dalam, skala nyeri 3, evaluasi objektif pasien terlihat tenang
dan relaks, TD: 120/70 mmHg. Nadi: 78x/menit, RR:20x/menit, dan suhu 36,9⁰C.
PEMBAHASAN
3. (D.0080) Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi
Menurut SDKI (2017) pada diagnosa keperawatan ansietas tanda dan gejala terdiri dari data subjektif yaitu pasien merasa bingung, merasa khawatir dengan akibat
dari kondisi yang dihadapi, sulit berkonsentrasi, mengeluh pusing, anoreksia, palpitasi, merasa tidak berdaya, sedangkan data objektif pasien tampak gelisah,
tampak tegang, sulit tidur, frekuensi nadi meningkat, frekuensi napas meningkat, tekanan darah meningkat, diaforesis, tremor, muka tampak pucat, suara bergetar,
kontak mata buruk,sering berkemih,berorientasi pada masa lalu.
Berdasarkan data hasil pengkajian tentang psikososial ditemukan bahwa pada pasien mengalami diagnosa keperawatan ansietas. Pasien mengatakan cemas akan
kondisi penyakitnya, pasien mengatakan takut perdarahan akan terus terjadi, pasien mengatakan takut penyakitnya semakin memburuk setelah kemoterapi, pasien
sering menanyakan tentang kondisinya pada perawat, pasien terlihat murung.
Menurut Price (2012) ada delapan diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien kanker servik yaitu nyeri kronis, defisit nutrisi, perfusi perifer tidak efektif,
disfungsi seksual, difisit pengetahuan, harga diri rendah, resiko perdarahan, dan resiko infeksi. Menurut analisa penulis terdapat kesenjangan antara hasil studi
kasus dengan teori. Pada studi kasus pasien satu muncul diagnosa keperawatan yang berbeda dari 8 diagnosa keperawatan menurut teori yaitu ansietas
berhubungan dengan kurang terpapar informasi.
Menurut SIKI (2018) intervensi yang dapat dilakukan pada diagnosa keperawatan ansietas adalah monitor tanda-tanda ansietas, ciptakan suasana yang terapeutik
untuk menumbuhkan kepercayaan, pahami situasi yang membuat ansietas, dengarkan dengan penuh perhatian, gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan,
jelaskan prosedur termasuk sensasi yang mungkin dialami, informasikan secara faktual mengenai diagnosis, pengobatan, dan prognosis, anjurkan keluarga agar
tetap bersama pasien, dan latih teknik relaksasi.
Menurut SLKI (2017) tujuan dari asuhan keperawatan diharapkan masalah ansietas teratasi dengan kriteria hasil pasien mampu mengidentifikasi dan
mengungkapkan gejala cemas, postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh, dan tingkat aktivitas menunjukkan berkurangnya kecemasan, tanda-tanda vital dalam
batas normal (120/80 mmHg). Berdasarkan hasil studi kasus evaluasi sumatif yang didapatkan dari pasien adalah masalah ansietas teratasi dengan evaluasi
subjektif pasien mengatakan akan tetap semangat dan tidak ingin terlalu stress karena akan fokus menjalani pengobatan agar cepat sembuh, pasien mengatakan
paham dengan prosedur pengobatan yang akan dilakukan dan merasa lebih tenang dan akan mengikuti pengobatan yang telah diberikan dokter, evaluasi objektif
pasien terlihat tersenyum dan relaks, TD: 120/70 mmHg, Nadi:78x/menit.
PEMBAHASAN
4. (D.0142) Resiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder (imunosupresi
Menurut SDKI (2017) pada diagnosa keperawatan resiko infeksi tidak terdapat tanda dan gejala baik itu berupa data subjektif maupun
objektif namun terdapat faktor resiko seperti penyakit kronis, efek prosedur invasif, malnutrisi, peningkatan paparan organisme patogen
lingkungan, ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer, dan ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder. Berdasarkan studi kasus data hasil
pemeriksaan penunjang ditemukan bahwa pasien tersebut mengalami resiko infeksi. Pada hasil pemeriksaan laboratorium hemoglobin 7,9
g/dl, leukosit 15,86 10^3/𝜇L.
Menurut Price (2012) ada delapan diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien kanker servik yaitu nyeri kronis, defisit nutrisi, perfusi
perifer tidak efektif, disfungsi seksual, difisit pengetahuan, harga diri rendah, resiko perdarahan, dan resiko infeksi.
Menurut analisa penulis terdapat kesesuaian antara hasil studi kasus dengan teori. Pada studi kasus pasien muncul diagnosa keperawatan
resiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder.
Menurut SIKI (2018) intervensi yang dapat dilakukan pada diagnosa keperawatan resiko infeksi adalah monitor tanda dan gejala infeksi lokal
dan sistemik, cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan lingkungan pasien, jelaskan tanda dan gejala infeksi, jelaskan cara
mencuci tangan dengan benar, anjurkan meningkatkan asupan nutrisi, berikan antibiotic.
Menurut SLKI (2018) tujuan dari asuhan keperawatan diharapkan resiko infeksi tidak terjadi dengan kriteria hasil pasien bebas dari tanda dan
gejala infeksi, menunjukkan kemampuan mencegah timbulnya infeksi, jumlah leukosit dalam batas normal, menunjukkan prilaku hidup sehat.
Berdasarkan hasil studi kasus evaluasi sumatif yang didapatkan adalah resiko infeksi tidak terjadi dengan evaluasi subjektif pasien dan
keluarga dapat menjelaskan tanda dan gejala infeksi, evaluasi objektif tidak ada tanda dan gejala infeksi, leukosit 13,76 10^3/ 𝜇 L.
REVIEW JURNAL

REVIEW JURNAL 1
Judul Pengaruh Hipnoterapi Lima Jari Terhadap Penurunan Skala Nyeri Pada Pasien Kanker Serviks
Jurnal Ners Muda
Penulis Alamsyah Rusdi Halim, Nikmatul Khayati
Volume (No), Vol. 1 No. 3 (2020) 159-164
Halaman
Tahun 2020
Latar Belakang Kanker serviks telah menjadi masalah besar pada kesehatan perempuan karena selain menimbulkan kesakitan juga mengakibatkan banyak
Penelitian kematian. Nyeri merupakan salah satu masalah utama pada penderita kanker serviks, yang seringkali dirasakan pada daerah perut bagian
bawah dan panggul sampai punggung sehingga dapat menimbulkan kesakitan yang mengganggu aktivitas. Salah satu terapi nonfarmakologi
yang dapat digunakan yaitu dengan hipnoterapi lima jari mampu menurunkan skala nyeri pada pasien.
Tujuan Penelitian Mengetahui penurunan skala nyeri pada pasien penyakit kanker serviks setelah dilakukan terapi.
Metode Penelitian Menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan proses asuhan keperawatan.
Subjek Penelitian Subjek studi kasus berjumlah 2 orang yang didapatkan secara purposive sampling.
Hasil Review Hasil studi kasus menunjukkan bahwa pasien mengalami penurunan skala nyeri dengan rata-rata 1 poin setelah dilakukan hipnoterapi lima
jari. Hipnoterapi dapat menurunkan skala nyeri pasien pada penyakit kanker serviks, hal ini terjadi karena hipnoterapi lima jari dapat
mempengaruhi sistem limbik dan saraf otonom, menciptakan suasana rileks, aman dan menyenangkan sehingga merangsang pusat rasa
ganjaran dan pelepasan substrat kimia gamma amino butyric acid (GABA), enkephalin, dan β endorphin, yang mengeliminasi
neurotransmiter rasa nyeri.
Kesimpulan Adanya pengaruh pemberian hipnoterapi terhadap penurunan skala nyeri, dibuktikan dengan kemampuan pasien dalam mengatasi nyeri yang
timbul dengan menggunakan hipnoterapi lima jari.
REVIEW JURNAL

REVIEW JURNAL 2
Judul Profil Penatalaksanaan Kanker Serviks Stadium IIB-IIIB Dengan Terapi Radiasi Dan Kemoradiasi Di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Hasan
Sadikin Bandung Periode Tahun 2015-2017
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia
Penulis Dewi Legianawati, Irma M. Puspitasari, Auliya A. Suwanttika, Adji Kusumadjati
Volume (No), Vol. 8 No. 3, hlm 205-216
Halaman
Tahun 2019
Latar Belakang Kanker serviks merupakan jenis kanker yang sering terjadi pada wanita, yaitu pada daerah serviks yang merupakan sepertiga bagian bawah
Penelitian uterus, berbentuk silindris, menonjol serta berhubungan dengan vagina melalui ostium uteri eksternum.
Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran profil penatalaksanaan kanker serviks stadium IIB–IIIB dengan radioterapi dan
kemoradiasi di RSHS pada tahun 2015–2017.
Metode Penelitian Penelitian ini merupakan studi observasional dengan metode potong lintang dan merupakan penelitian deskriptif dengan pengambilan data secara
retrospektif
Subjek Penelitian Pengambilan sampel penelitian ini dilakukan secara konsekutif (consecutive sampling). Jumlah sampel penelitian dihitung dengan menggunakan
rumus Slovin,6 dengan rincian perhitungan sebagai berikut: populasi pasien kanker serviks di RSHS tahun 2015 adalah 256 pasien, tahun 2016
adalah 26, dan tahun 2017 adalah 327 pasien. Oleh karena itu, jumlah sampel minimal yang diambil pada penelitian ini dengan batas toleransi
kesalahan sebesar 10% adalah 72 pasien untuk tahun 2015, 73 pasien untuk tahun 2016, dan 76 pasien untuk tahun 2017.

Hasil Review Sebanyak 94,01% pasien berasal dari Jawa Barat, 86,1% merupakan ibu rumah tangga dan 63,6% mengenyam pendidikan hingga tingkat Sekolah
Dasar. Radioterapi merupakan terapi yang lebih banyak diberikan kepada pasien dengan dosis total sekitar 6700–7200cGy dan ratarata lama
terapi selama 14 minggu. Rata-rata waktu yang diperlukan pasien untuk mendapatkan terapi setelah mendaftar untuk terapi sekitar 7 minggu.
Regimen kemoterapi sisplatin merupakan regimen pilihan utama yang diberikan pada pasien dengan kemoradiasi dengan frekuensi 1–5 kali
pemberian. Efek samping yang paling sering terjadi pada terapi kanker serviks baik dengan radioterapi maupun kemoradiasi adalah mual dan
muntah.
REVIEW JURNAL

REVIEW JURNAL 3
Judul HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT KECEMASAN PENDERITA KANKER SERVIKS
PALIATIF
Jurnal Juernal Keperawatan
Penulis Misgiyanto, Dwi Susilawati
Volume (No), Volume 5, Nomor 1
Halaman
Tahun 2014
Latar Belakang Kanker serviks adalah kanker yang menyerang uterus, yaitu pada bagian serviks uterus (leher rahim), suatu daerah pada organ
Penelitian reproduksi perempuan yang merupakan pintu masuk ke arah rahim (uterus) yang terletak antara rahim dengan liang senggama
(vagina) atau rahim bagian bawah. Kanker serviks (leher rahim) adalah penyakit keganasan yang paling banyak ditemukan pada
perempuan yang dapat berdampak terhadap fisik, mental dan sosial, bahkan kematian penderitanya. Kondisi demikian sangat
merugikan sehingga tidak berlebihan apabila dikatakan bahwa Cancer is a public health problem”
Tujuan Penelitian Mengetahui pengaruh hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan penderita kanker serviks paliatif

Metode Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif korelasi atau penelitian hubungan antara dua variabel pada suatu situasi atau
Penelitian kelompok subyek
Subjek Penelitian Subjek studi kasus semua penderita kanker serviks paliatif di RSUP DR. Sardjito Yogyakarta selama 1bulan
Hasil Review Hasil penelitian ini menunjukkan 23 responden (76,6%) menyatakan dukungan keluarga baik. Kanker serviks selain potensial
memberikan penderitaan bersifat fisik juga memberikan penderitaan bersifat psikis. Jika gangguan fisik dimanifestasikan dalam
bentuk keluhan nyeri, mual, keputihan hingga perdarahan sampai komplikasi organ maka gangguan psikis bisa dimanifestasikan
dalam bentuk keluhan depresi, cemas, gugup, dan perasaan tidak berguna. Mengingat dampak kanker serviks diatas maka penderita
kanker serviks membutuhkan dukungan keluarga. Dukungan keluarga adalah sikap dan penerimaan keluarga terhadap anggota
keluarganya yang sakit. Perhatian dari keluarga sangat membantu pemilihan kesehatan keluarganya.
KESIMPULAN
Penyakit tidak menular telah menjadi masalah kesehatan masyarakat baik di dunia maupun di Indonesia. Salah satu contoh dari penyakit
tidak menular adalah kanker. Penderita kanker dapat mengalami gangguan seperti gangguan pada fisik, psikologis, sosial, dan spiritual.
Pasien dengan kanker akan merasakan putus asa, merasa berdosa, dan khawatir tentang kehidupannya. Hal ini yang juga menjadi beban
finansial bagi para pasien kanker dan keluarganya. Dari permasalahan yang begitu banyak ditanggung oleh penderita kanker, mereka
membutuhkan sebuah perawatan. Perawatan yang dimaksud adalah perawatan paliatif untuk menjadikan pasien penyakit terminal menjalani
kehidupan yang baik. Perawatan paliatif ini diberikan selama fase aktif kanker dalam meminimalisir gejala seperti nyeri, dan stress yang
dapat digunakan bersamaan pengobatan kuratif.

Ny. U seorang wanita yang mengalami kanker serviks memiliki keluhan perdarahan dari vagina dan nyeri dengan diagnosa keperawataan
perfusi perifer tidak efektif, nyeri kronis, ansietas dan infeksi telah dilakukan intervensi keperawatan menghasilkan sebuah evaluasi dimana
keluhan masih dirasakan sehingga intervensi tetap dilanjutkan. Ny. U menjalani pengobatan medis dengan kemoterapi, jenis terapi untuk
pengobatan kanker ini bisa dengan menggunakan terapi radiasi dan kemoradiasi. Selain dengan terapi kemoradiasi, penangan nyeri pasien
dengan kanker khususnya kanker serviks dapat dengan metode hipnoterapi senam lima jari. Terapi ini memberikan pengaruh terhadap
penurunan skala nyeri, dibuktikan dengan kemampuan pasien dalam mengatasi nyeri yang timbul dengan menggunakan hipnoterapi lima jari.
Saran
Dibentuknya makalah ini diharapkan bisa memberikan informasi dan pengetahuan bagi tenaga
kesehatan ataupun mahasiswa kesehatan mengenai asuhan keperawatan paliatif pasien dengan
kanker. Diharapkan pasien dengan kanker serviks dapat menerapkan terapi hipnoterapi senam
lima jari dalam mengurangi nyeri.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai