Anda di halaman 1dari 44

Asuhan Keperawatan

Kanker Serviks

0lehKel 7:
Devi,DiahFauri,
Dyah Ayu,Rika,
Rinaldi,Rini,Zulhairu,Seri


Kanker serviks adalah penyakit akibat tumor
ganas pada daerah mulut rahim sebagai
akibat dari adanya pertumbuhan jaringan
yang tidak terkontrol dan merusak jaringan
normal di sekitarnya .

etiologi

1.HPV (Human Papiloma virus) adalah virus penyebab kutil


genetalis (Kondiloma akuminota)
2.Merokok
3.Hubungan seksual pertama dilakukan pada usia dini.
4.Berganti-ganti pasangan seksual.
5. kanker serviks terbanyak dijumpai pada wanita yang sering
partus semakin besar kemungkinan mendapat karsinoma serviks
6.AKDR (Alat kontrasepsi dalam rahim)
7.Infeksi herpes genetalis atau infeksi klamida menahun.
8.Golongan ekonomi lemah (karena tidak mapu melaksanakan
pupsmear secara rutin) erat kaitanya dengan gizi, imunitas dan
kebersihan perorangan.


Manifestasi klinik dari karsinoma servik meliputi:

Keputihan yang makin lama makin berbau akibat


infeksi dan nekrosis jaringan.
perdarahan yang terjadi diluar senggama (tingkat II
dan III).
Perdarahan yang dialami segera setelah senggama
(75-80%).
Pedarahan spontan saat defekasi.
perdarahan spontan pervaginam.
Anemi akibat perdarahan berulang
Rasa nyeri akibat infiltrasi sel tumor keserabut saraf.

Pemeriksaan
Diagnostik

1.Sitologi / pap smear


Keuntungan : murah dapat memeriksa bagian-bagian yang tidak terlihat.
Kelemahan : tidak dapat menentukan dengan tepat lokalisasi.
2.Schillentest
Epitel karsinoma serviks tidak mengandung glycogen karena tidak mengikbat
yodium maka epitel karsinoma yang normal akan berwarna coklat tua, sedang yang
terkena karsinoma tidak berwarna.
3.Fotoskopi
Keuntungan : dapat melihat jelas daerah yang bersangkutan sehingga mudah untuk
melakukan biopsi.
Kelemahan : hanya dapat memeriksa daerah yang terlihat saja yaitu porsio, sedang
kelainan pada squamea columner juction dan intraservikal tidak terlihat.
4.Kolpomikroskopi
Melihat hapusan (pop smear) dengan pembesaran sampai 200 kali.
5.Biopsi
Dengan biopsy dapat ditemukan atau ditentukan jenis karsinomanya.
6.Konisasi
Dengan cara mengangkat jaringan yang berisi selaput lendir serviks dan epitel
gepeng serta kelenjarnya. Dilakukan bila hasil sitologi dan pada servik tidak tampak
kelainan-kelainan yang jelas.

PEMBAHASAN
KASUS

Klien Ny. B 43 tahun, status cerai. Masuk RS sejak 3 Juli 2013. Pengkajian
dilakukan tanggal 4 Juli 2013. Dx. Medis carsinoma epidermoid serviks
stadium III B serta dengan komplikasi kardiomegali dan dekubitus. Keluhan
utama saat ini nyeri pada perut kiri bawah. Dari keluarga klien tidak ada
yang menderita penyakit seperti ini sebelumnya selain ambeien. Klien
mengeluh takut terhadap penyakit yang menimpanya karena telah
dilakukan pengobatan di Malaysian dan promedika pontianak. Klien
tampak lemah tidak bergairah. TD 98/55 x/mnt, N 94x/mnt, RR 28 x/mnt,
suhu 24,7oC, dan SPO2 99 . Klien cenderung tidur dan jarang
berkomunikasi. Ny B menyatakan skala nyeri 4-5, seperti tertindih beban,
muncul setiap 5 jam-an sekali durasi 1 menit dan nyeri daerah anus
dengan skla 4-5 seperti tertusuk saat terlalu lama baring, . Terapi PCT 3x1,
cefriaxone 2x 1 gram, dexametason 3x1 gram, RL dan tramadol 20tpm.
Klien terpasang Nasal canul, kateter urine, EKG dan oksimetri nadi. Klien
juga merasa malu dengan penyakitnya,


A. PENGKAJIAN

Tanggal / Jam MRS : 3 Juli 2013 / 21.00


Ruang
: ICU
No. Register
: 065600
Diagnosa Medis
: Ca Serviks
Tanggal Pengkajian : 4 Juli 2013

1. Identitas
Identitas Klien
Nama: Ny. B
Umur : 43 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Budha
Suku / Bangsa : Cina / WNI
Bahasa : Indonesia dan Cina
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Pendidikan terakhir : SD
Status : Menikah
Alamat : Jl. Gusti Situt Mahmud Gg. Selat Madura
No. 30


b. Identitas Penanggungjawab
Nama
: Sisilia Eunarti
Pekerjaan
: Swasta
Dirujuk Oleh
: RS Promedica

Riwayat Penyakit

Keluhan Utama
Klien datang ke Rumah Sakit dengan keluhan nyeri, lemah, dan pusing.

Riwayat Penyakit Sekarang


Sekitar tahun 2011 klien merasakan nyeri bagian rahim. Oleh keluarganya klien dianjurkan
untuk periksa di salah satu RS di Malaysia. Setelah dilakukan USG, klien dinyatakan menderita
ca serviks dan klien menjalani pengobatan di Malaysia. Setelah menjalani pengobatan, klien
sempat dinyatakan sembuh dan pulang ke Indonesia.
Pada bulan April kondisi klien kembali memburuk, klien dibawa ke Rumah Sakit swasta di
Kuching. Disana klien melakukan pengeluaran / penyedotan cairan sebanyak 8 kg karena
terlalu banyak cairan di dalam tubuhnya.
Pada bulan Juni klien dibawa ke RS Promedica. Di RS tersebut klien di rawat selama 26 hari.
Setelah itu, klien di rujuk ke RS Yarsi pada tanggal 3 Juli 2013. Di RS Yarsi klien dilakukan
tindakan foto rontgen dan USG. Dari hasil rontgen didapatkan klien mengalami komplikasi ke
jantung (kardiomegali) dan hasil USG klien mengalami asites. Karena tirah baring yang terlalu
lama, klien mengalami komplikasi dekubitus.

Riwayat Kesehatan Dahulu

Riwayat Kesehatan Keluarga

Pola Fungsi
Kesehatan

Pola Nutrisi dan Metabolisme


Makan
Anak klien mengatakan klien tidak ada masalah
dalam makan baik dirumah maupun dirumah
sakit, dirumah sakit klien makan 3x / hari (bubur
TKTP).
Minum
Dirumah maupun dirumah sakit klien minum air
putih 6-8 gelas / hari (1200-1500cc / hari).

Kemampuan Perawatan Diri

Makan / minum

Mandi

Berpakaian

Mobilitas ditempat tidur

Berpindah / ambulasi

ROM

Toileting

Pola Aktivitas dan Latihan

Keterangan :
0: mandiri
1: alat bantu
2: dibantu orang lain
3: dibantu orang lain dan alat
4: tergantung total
Klien terpasang O2 nasal 1-2 liter

Pola Eliminasi
Buang Air Kecil
Anak klien mengatakan klien lancar buang air
kecil. Warna urine kuning, tidak ada darah. Saat
dikaji klien terpasang kateter. urin yang keluar 24
jam sebanyak 1000 cc.
Buang Air Besar
Anak klien mengatakan setiap habis makan klien
selalu buang air besar, dengan konsistensi lunak,
warna pekat dan ada darah.

Pola Tidur dan Istirahat


Anak klien mengatakan pola tidur klien tidak teratur.
Pola Perseptual
Penglihatan: Klien tidak dapat melihat dengan jelas.
Pendengaran : Klien tidak dapat mendengar dengan
jelas.
Pengecap : Klien masih dapat membedakan rasa pahit,
manis, asam, dan asin.
Sensasi : Klien masih dapat merasakan sensasi nyeri,
panas / dingin.

Pola Persepsi Diri


Klien merasa malu / minder karena penyakit yang
dialaminya.
Pola Seksualitas
Klien mempunyai 3 orang anak dari hasil
pernikahannya dengan suaminnya terdahulu (janda).
Pola Peran Hubungan
Klien merasa dekat dengan anak-anak, orangtua dan
keluarganya. Selama di rumah sakit klien ditunggui
oleh anaknya.
Pola Manajemen Koping Stress
Anak klien mengatakan bila klien sedang ada
masalah klien bercerita kepada anak-anaknya.
Sistem Nilai dan Keyakinan
Klien beragama Budha.


Pemeriksaan Fisik

Status Kesehatan Umum


Keadaan / Penampilan Umum
Klien tampak lemah
Klien tampak gelisah
Klien tampak pusing
Klien tampak meringis
Kesadaran

Kesadaran
Jumlah GCS : 12 Apatis
Eye
:4
Verbal : 3
Motorik : 5
Tanda-Tanda Vital
Tekanan Darah : 91/43 mmHg
Nadi : 91x/menit
RR : 25x/menit
Suhu : 33.7o C


Berat Badan
BB Sebelum Sakit
: 70 kg
BB Saat Ini
: 120 kg
Perkembangan BB : BB klien meningkat
drastis
Status Gizi
: Tercukupi

Analisis Keseimbangan Cairan

Intake
Makanan :500 cc
Minuman :200 cc
Air metabolisme : 600 cc
Infus :1000 cc
Tranfusi :Total intake :2300

Output
Urine : 400 cc
Feses :
Muntah :
Drainage :
NGT :
Perdarahan :
Diare :
Total output:400 cc

Cairan masuk : 2300cc


Cairan keluar : 400cc
IWL
: 1800 cc
Keseimbangan Cairan = Total Intake - Total
Output - IWL

= 2300 400 1800

= 100 cc

Analisis Kecukupan Nutrisi


Kebutuhan : 40cc x 120kg = 4800cc / kg
Masukan: 1050cc
Keseimbangan Nutrisi = Kebutuhan
Masukan

= 4800 1050

= 3750cc/kg

Integumen Secara Umum


Kulit klien tampak kering dan pucat.
Kepala
Rambut
: hitam campur uban, rontok
Muka : pucat
Mata
: simetris kanan-kiri, conjungtiva : anemis, sclera: tidak
ikterik
Hidung : bersih, tidak ada penyumbatan
Mulut : mukosa : kering, pucat
Gigi: kotor tampak kuning
Telinga : tidak ada lesi, sianosis


Leher
Ada pembesaran limfe, distensi vena jugularis, tidak ada
kaku kuduk.

Dada
Inspeksi : simetris kanan-kiri, tidak terdapat lesi
Palpasi : Perkusi : Auskultasi : tidak ada bunyi tambahan
Abdomen
Inspeksi : simetris, asites, striae
Palpasi : teraba banyak cairan
Perkusi : Auskultasi :

Ektremitas
Kekuatan Otot
Lemah, tidak dapat melakukan aktivitas secara
mandiri.
Perabaan Akral
Akral klien dingin.
Perubahan Bentuk Tulang
Tidak ada menggalami perubahan bentuk tulang.
CRT
Saat dikaji CRT > 2 detik.
Piting Edema
+ 4 = 6 mm
Anus Genetalia
Terpasang selang kateter.

pemeriksaan Diagnostik

a. Rontgen thorax :(+)


b. USG Abd
: terdapat asites
c. Hb
: 2.7 gr %
Rontgen
Rontgen thorax (+)


Interpretasi EKG
HR
: 106 BPM
Minnesota Code
P Durasi
: 104 ms
8-73
PR interval : 150 ms
4-5-0 (V3)
QRS Durasi : 73 ms
9-1-1 (I, II, III)
QT / QTC Interval : 355 / 477
9-4-1 (V3)
P / QRS / T Axis : 48 / 17 / 21
RV5 / SV1 amp : 0,444 / 0,508 mV
RV5 / SV1 amp : 0,952 mV
RV6 / SV2 amp : 0,364 / 0,249
Diagnosa Information :
812: Sinus Tachycardia
131: Low voltage (Limb leads)

Terapi

1. Petidin ( meperidin, demerol ) adalah zat sintetik


yang formulanya sangat berbeda dengan morfin,
tetapi mempunyai efek klinik dan efek samping yang
mendekati sama.

Dosis petidin intramuscular 1-2 mg/kgBB (morfin


10x lebih kuat) dapat diulang tiap 3-4 jam. Dosis
intavena 0,2-0,5 mg/kgBB. Petidin subkutan tidak
dianjurkan karena iritasi. Rumus bangun
menyerupai lidokain, sehingga dapat digunakan
untuk analgesia spinal pada pembedahan dengan
dosis 1-2 mg/kgBB.


2. Tramadol
Komposisi : Mengandung Tramadol Hidroklorid 50 mg
Indikasi : Pengobatan nyeri akut dan kronik yang berat,
nyeri pasca pembedahan.
Dosis dan cara pemberian :
Dewasa dan anak > 16 thn
Dosis umum : dosis tunggal 50 mg, dosis tersebut
biasanya cukup untuk meredakan nyeri, apabila masih
terasa nyeri dapat ditambah 50 mg setelah selang waktu
30-60 menit.
Dosis maksimum : 400 mg sehari, dosis sangat
tergantungpada intenstas rasa nyeri yang diderita

3. Ceftriaxone adalah kelompok obat yang


disebutcephalosporin antibiotics. Ceftriaxone bekerja
dengan cara mematikan bakteri dalam tubuh.
Indikasi:
Untuk mengobati berbagai jenis infeksi bakteri,
termasuk keadaan parah atau yang mengancam
nyawa seperti meningitis.

Dosis:
1-2 gr melalui otot (intra muscular) atau melalui
pembuluh darah (intra vascular), lakukan setiap 24
jam, atau dibagi menjadi setiap 12 jam.
Dosis maksimum: 4 gr/hari

4. Dexamethasone

Komposisi :
Tiap tablet dexamethasone mengandung:
Dexametason 0,5 mg
Dexametason 0,75 mg
Tiap ml injeksi Deksamethasone Harsen mengandung
Deksametason Natrium Fosfat 5 mg
Uraian dan Penggunaan:
Deksamethasone adalah obat anti inflamasi dan anti alergi yang sangat kuat.
Sebagai perbandinganDeksamethasone 0,75 mg setara dengan obat sbb :
25 mg cortisone, 25 mg hydrocortisone, 5 mg prednisone, 5 mg prednisolone.
Deksamethasone Harsen praktis tidak mempunyai aktivitas mineral corticoid
dari Cortisone dan Hydrocortisone, sehingga pengobatan untuk kekurangan
adrenocortical tidak berguna.
Obat ini digunakan sebagai glucocorticoid khususnya; untuk anti inflamasi,
pengobatan rheumatik arthritis dan penyakit collagen lainnya, alergi
dermatitis dll. penyakit kulit, penyakit inflamasi pada masa dan kondisi lain
dimana terapi glucocorticoid berguna lebih menguntungkan sebagai penyakit
leukemia tertentu dan lymphomas dan inflamasi pada jaringan lunak dan
anemia hemolytica.

5. ANTRAINI Injeksi

Tiap ml mengandung: Metamizole Na 500 mg

CARA KERJA OBAT : Metamizole Na adalah derivat


metansulfonat dari aminopirin yang mempunyai khasiat
analgesik. Mekanisme kerjanya adalah menghambat transmisi
rasa sakit ke susunan saraf pusat dan perifer. Metamizole Na
bekerja sebagai analgesik, diabsorpsi dari saluran
pencernaan mempunyai waktu paruh 1-4 jam.

INDIKASI : Untuk meringankan rasa sakit,terutama nyeri kolik


operasi.

INTERVENSI KEPERAWATAN

1.Nyeri luka dekubitus b/d agen cidera fisik.

Tujuan (NOC) :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24
jam diharapkan klien tahu cara mengatasi nyeri.
Kriteria Hasil :
Klien mampu melakukan teknik / cara-cara mengatasi
nyerinya.
Intensitas nyeri berkurang
Ekspresi muka dan tubuh rileks.

Intervensi (NIC) dan Rasional :


Kaji nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristiik, durasi, frekuensi,
kualitas dan faktor predisposisi.
Rasional : respon nyeri sangat individual sehingga penanganannya pun berbeda
untuk masing-masing individu.
Kaji pengalaman nyeri klien.
Rasional : pengalaman nyeri dapat menilai kemampuan klien dalam mengadaptasi
nyeri.
Kontrol faktor lingkungan yang mempengaruhi nyeri seperti : suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan dll.
Rasional : lingkungan yang nyaman dapat membantu klien untuk mereduksi nyeri.
Ajarkan teknik non farmakologis (relaksasi, distraksi, dll) untuk mengatasi nyeri.
Rasional : pengalihan nyeri dengan relaksasi dan distraksi dapat mengurangi nyeri
yang sedang timbul.
Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri.
Rasional : pemberian analgetik yang tepat dapat membantu klien untuk
beradaptasi dan mengatasi nyeri.

2. Gangguan perfusi jaringan b/d penurunan


konsentrasi Hb dalam darah.

Tujuan (NOC) :
Setelah diberikan perawatan selama 1 X 24 jam
diharapkan perfusi jaringan membaik
Kriteria Hasil :
Menunujukkan keseimbangan cairan
Menunjukkan integritas jaringan : Kulit Dan Membran
Mukosa bebas dari lesi
Menunjukkan perfusi jaringan perifer suhu ekstremitas
hangat.


Intervensi (NIC) :
Perawatan Sirkulasi : Peningkatan sirkulasi
arteri dan vena
Pemantauan TIK : Pengukuran dan interpretasi
data pasien untuk mengatur TIK
Penatalaksanaan Sensasi Perifer :
Pencegahan, meminimalkan cedera atau rasa
tidak nyaman pada pasien dengan perubahan
sensasi.


3.Pola nafas tidak efektif b/d gangguan
pengembangan paru.

Tujuan (NOC) :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 1 x 24 jam diharapkan klien
Kriteria Hasil :
Klien tidak mngeluh sulit bernafas
Pernafasan klien efektif


Intervensi (NIC) dan Rasional :

Kaji aktivitas pasien sehari-hari


Bantu pasien melakukan aktivitas sesuai dengan
kemampuannya.
Melatih dan membimbing dalam merubah posisi.
Membantu pasien melekukan aktivitas / gerakan-gerakan
yang ringan.

Rasional :

Aktivitas mengambarkan kekuatan fisik pasien


Meningkatkan motivasi pasien untuk beraktivitas walau dalam
keterbatasan / sesuai kemampuannya.
Salah satu alternatif untuk meningkatkan aktivitas.
Sebagai support mental bagi pasien.


4.Intoleransi aktivitas b/d kelemahan.

Tujuan (NOC) :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
1 x 24 jam diharapkan klien mampu
menunjukkan penghematan energi.
Kriteria Hasil :
Menyadari ketebatasan energi
Menyeimbangkan aktivitas dan istirahat.
Tingkat daya tahan adekuat untuk beraktivitas.


Intervensi (NIC) dan Rasional :
Pantau respon fisiologis terhadap aktivitas, misalnya perubahan tekanan
darah dan frekuensi jantung serta pernafasan.
Rasional : Toleransi sangat bervariasi tergantung pada tahap proses
penyakit, status nutrisi, keseimbangan cairan, serta oksigenasi.
Jelaskan alasan perlunya tirah baring, penggunaan posisi rekumben lateral
kiri/miring, dan penurunan aktivitas.
Rasional : Tindakan ini ditujukan untuk mempertahankan janin jauh dari
serviks dan meningkatkan perfusi uterus.Tirah baring dapat menurunkan
peka rangsang uterus.
Berikan tindakan kenyamanan seperti gosokan punggung, perubahan
posisi, atau penurunan stimulus dalam ruangan.
Rasional : Menurunkan tegangan otot dan kelelahan serta meningkatkan
rasa nyaman.


5.Kelebihan volume cairan b/d asupan cairan yang
berlebihan.

Tujuan (NOC) :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
1 x 24 jam diharapkan klien
Kriteria Hasil :
klien akan menyatakan pemahaman tentang
pembatasan cairan dan dietnya secara verbal
Klien tidak mengalami pernapasan dangkal
hematocrit dalam batas normal



Intervensi (NIC) :
Pengelolaan cairan : Meningkatkan
keseimbangan cairan dan pencegahan
komplikasi akibat dari kadar cairan yang tidak
normal atau tidak diinginkan.
Pemantauan Cairan : Pengumpulan dan analisis
data pasien untuk mengatur keseimbangan
cairan.
;

Anda mungkin juga menyukai