Anda di halaman 1dari 4

Nama : Najwa Dhea Deninta

NIM : 21/483043/SV/20059

Prodi : TPPIS 21

1. Dalam siklus bencana terdapat tahap mitigasi atau upaya pengurangan dampak negatif
kejadian bencana. Untuk mengurangi resiko terdampak akibat bencana banjir , pada
suatu daerah dipasang alat Sistem Peringatan Dini (Early Warning System).

a) Jelaskan cara kerja dari alat tersebut, lengkapi dengan bagan/skema, tahapan,
level kesiagaan

Sistem Peringatan Dini (Early Warning System) bekerja dengan mendeteksi


perubahan cuaca dan kondisi sungai yang dapat menunjukkan adanya potensi
terjadinya banjir. Alat ini terdiri dari beberapa komponen, seperti sensor cuaca,
sensor air, sistem pemrosesan data, dan sistem pengiriman informasi.
- Tahapan kerja dari alat tersebut:
1. Sensor cuaca dan sensor air mengumpulkan data tentang kondisi cuaca dan sungai.
2. Data yang terkumpul diproses oleh sistem pemrosesan data untuk menentukan
apakah ada potensi terjadinya banjir.
3. Jika terdeteksi potensi banjir, sistem pengiriman informasi akan memberikan
peringatan dini kepada masyarakat melalui berbagai media, seperti sirene, SMS, dan
media sosial.
- Level kesiagaan yang ada dalam sistem peringatan dini adalah sebagai berikut:
1. Level 1: Kondisi aman, tidak ada ancaman banjir.
2. Level 2: Potensi banjir rendah, masyarakat diminta untuk waspada.
3. Level 3: Potensi banjir tinggi, masyarakat diminta untuk siap mengungsi.
4. Level 4: Banjir sudah terjadi, masyarakat diminta untuk mengungsi.
- Skema :
b) Bagaimana alat tersebut dapat bekerja secara efektif dalam mengurangi
dampak negatif terhadap bencana banjir (peran pemerintah, masyarakat,
kesiapsiagaan).

Alat Sistem Peringatan Dini dapat bekerja secara efektif dalam mengurangi dampak
negatif terhadap bencana banjir dengan melibatkan peran pemerintah dan masyarakat
dalam kesiapsiagaan. Peran pemerintah meliputi:
1. Memasang alat Sistem Peringatan Dini pada daerah rawan banjir.
2. Melakukan sosialisasi kepada masyarakat mengenai cara kerja alat tersebut dan
level kesiagaan yang ada.
3. Menyediakan tempat pengungsian yang aman dan memadai untuk masyarakat
yang terkena dampak banjir.

2. Pasca kejadian bencana erupsi Gunung Berapi, terdampak rusaknya lahan


pertanian/produktif , fasilitas umum, dan pemukiman. Pada masa tanggap darurat,
dilakukan pembuatan Huntara, sebelum masyarakat direlokasi ke lokasi yang aman
dengan membangun Huntap
a) jelaskan perbedaan secara teknis antara Huntara dan Huntap (sketsa desain,
dimensi, material dan estimasi biaya)
Huntara dan Huntap memiliki perbedaan teknis yang cukup signifikan. Berikut
adalah perbedaan dari kedua jenis hunian sementara tersebut:
 Sketsa desain: Huntara biasanya memiliki desain yang sederhana, dengan satu
atau dua ruangan saja yang digunakan untuk tempat tinggal. Sedangkan
Huntap memiliki desain yang lebih kompleks, dengan beberapa ruangan yang
dapat digunakan untuk berbagai keperluan, seperti tempat tidur, dapur, dan
kamar mandi.
 Dimensi: Huntara biasanya memiliki ukuran yang lebih kecil dibandingkan
dengan Huntap. Ukuran Huntara biasanya sekitar 3 x 4 meter atau 4 x 4 meter,
sementara Huntap dapat memiliki ukuran yang lebih besar, tergantung pada
kebutuhan dan luas lahan yang tersedia.
 Material: Karena dibangun sebagai hunian sementara, baik Huntara maupun
Huntap umumnya menggunakan material yang mudah didapatkan dan murah,
seperti kayu, bambu, atau bahan-bahan daur ulang. Namun, Huntap biasanya
menggunakan material yang lebih berkualitas dan tahan lama, seperti beton
ringan atau batako.
 Estimasi biaya: Biaya pembangunan Huntara umumnya lebih murah
dibandingkan dengan Huntap. Estimasi biaya pembangunan Huntara biasanya
berkisar antara 5-10 juta rupiah, sementara Huntap dapat mencapai puluhan
juta rupiah, tergantung pada ukuran dan material yang digunakan.

b) jelaskan bagaimana Huntap dibangun dengan konsep Eco livelihood dan Eco
Settlement
Huntap atau Hunian Tapak adalah sebuah konsep perumahan yang dibangun
dengan berbasis pada prinsip Eco Livelihood dan Eco Settlement. Konsep ini
bertujuan untuk menciptakan hunian yang ramah lingkungan dan berkelanjutan,
yang sekaligus memperhatikan keberlangsungan ekonomi dan kehidupan sosial
masyarakat sekitar.
Pada konsep Eco Livelihood, Huntap dibangun dengan mempertimbangkan
keberlanjutan sumber daya alam yang ada di sekitar hunian. Oleh karena itu,
Huntap mengintegrasikan prinsip-prinsip konservasi lingkungan dan penggunaan
energi yang hemat dalam setiap tahap pembangunan. Misalnya, pemanfaatan
energi terbarukan seperti panel surya atau penggunaan bahan bangunan yang
ramah lingkungan.
Sedangkan pada konsep Eco Settlement, Huntap didesain untuk menciptakan
suatu kawasan hunian yang berkelanjutan dan mampu memenuhi kebutuhan sosial
dan ekonomi masyarakat sekitar. Misalnya, dalam hal akses ke sarana pendidikan,
kesehatan, dan transportasi. Huntap juga menyediakan ruang publik yang dapat
digunakan oleh masyarakat sekitar untuk kegiatan sosial dan ekonomi.
Dengan konsep Eco Livelihood dan Eco Settlement, Huntap dapat menjadi
solusi untuk menyelesaikan permasalahan perumahan di perkotaan. Selain
memberikan hunian yang nyaman dan aman, Huntap juga dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat sekitar dan menjaga keberlangsungan lingkungan.
3. Jelaskan kegiatan /program pasca bencana pada lokasi BPBD yang menjadi tugas
kelompok anda

BPBD Kulon Progo melakukan evakuasi dan evaluasi terkait kebencanaan yaitu
dengan cara menggunakan dana tanggap darurat apabila terjadi kerusakan parah,
misalnya jalan rusak. Untuk kegiatan kesiapsiagaan, BPBD Kulon Progo melakukan
sosialisasi dengan tujuan untuk mengedukasi masyarakat terkait kemungkinan bencana
yang terjadi.

Anda mungkin juga menyukai