Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM

MANAJEMEN DATA TANGGAP BENCANA

Disusun oleh :

Atha Rasendriya Salsabila G41191822 / 7

Maria Balqis G41191941 / 13

Siska Ainul Kiromah G41191989 / 17

Dyajeng Tsamara R.P. G41191990 / 18

Eris Dwi Antika G41192005 / 19

Faiqotul Himmah G41192115 / 29

Golongan C

Dosen pengampu :

Gandu Eko Julianto Suyoso, S.Ked, M.KKK

PROGRAM STUDI MANAJEMEN INFORMASI KESEHATAN

JURUSAN KESEHATAN

POLITEKNIK NEGERI JEMBER

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah mata kuliah Manajemen Data Tanggap Bencana ini dapat tersusun sampai dengan
selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih terhadap bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.

Kami sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa
pembaca praktikkan dalam kehidupan sehari-hari.

Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena
keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Jember, 20 Maret 2022

Penyusun
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Bencana adalah suatu peristiwa atau rangkaian kejadian yang mengakibatkan
korban jiwa, kerugian harta benda kerusakan lingkungan, sarana dan prasarana serta
korban nyawa. Secara umum terdapat tiga faktor penyebab terjadinya bencana yakni
faktor alam (natural disaster) karena fenomena alam dan tanpa ada campur tangan
manusia, faktor non-alam (non-natural disaster) yaitu bukan akibat perbuatan
manusia, dan faktor sosial/manusia (man-made disaster) yang murni akibat perbuatan
manusia (Nurjanah dkk., 2011: 21).
Indonesia merupakan daerah yang rawan mengalami bencana alam seperti
angin puting beliung, gempa bumi, tanah longsor, tsunami dan lainnya. Badan
Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat sebanyak 638 bencana alam
terjadi di berbagai provinsi di Indonesia dari Januari hingga 20 Februari 2022.
Berdasarkan data BNPB yang diterima di Jakarta, dari ratusan bencana alam tersebut,
banjir, cuaca ekstrem dan tanah longsor merupakan kejadian yang paling dominan.
Lebih rinci, bencana banjir terjadi sebanyak 249 kali, cuaca ekstrem 231 kali, tanah
longsor 130 kali, kebakaran hutan dan lahan 20 kali, gelombang pasang dan abrasi
lima kali serta gempa bumi tiga kali. Jika dilihat dari peta sebaran kejadian, pada
umumnya bencana alam paling banyak terjadi di Pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan,
dan Sulawesi.
Khususnya di Pulau Jawa, Kabupaten Jember. Bencana yang sering terjadi
adalah banjir dikarenakan daerah resapan air sudah sangat sedikit akibat dari
banyaknya lahan yang diubah menjadi perumahan. Badan Penanggulangan Bencana
Daerah (BPBD) Jember telah melakukan sejumlah langkah untuk penanganan
bencana alam tersebut. Hal yang dilakukan, antara lain berkoordinasi dengan pihak-
pihak terkait seperti BMKG untuk pemantauan hujan, dan kawasan yang berpotensi
terjadi curah hujan deras.
Untuk mengatasi bencana tersebut, BNPB telah melakukan penanggulangan
bencana baik kesiapsiagaan maupun penanganan tanggap darurat. Namun, rendahnya
pengetahuan masyarakat akan hal itu dapat menimbulkan resiko besar karena
masyarakat tidak tahu apa yang harus dilakukan jika bencana datang. Kegiatan
manajemen tanggap bencana harus disosialisasikan agar masyarakat tahu dan tidak
panik saat bencana datang mulai dari perencanaan hingga rekonstruksi dan
rehabilitasi.
1.2 Rumusan masalah
1. Bagaimana hasil identifikasi bencana Alam dilingkungan sekitar kami?
2. Apa kelebihan dan kekurangan manajemen bencana Alam dilingkungan sekitar
kami saat ini?
3. Bagaimana rumusan rekomendasi manajemen bencana Alam dilingkungan sekitar
kami?
1.3 Tujuan
1. untuk mengidentifikasi bencana Alam dilingkungan sekitar kami
2. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan manajemen bencana Alam
dilingkungan sekitar kami saat ini
3. Untuk mengahsilkan rekomendasi manajemen bencana Alam dilingkungan
sekitar kami
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Angin kencang


Angin kencang (puting beliung, angin ribut dan sebagainya) adalah peristiwa
hidrometerologis yang meningkat intensitasnya pada masa peralihan musim, umumnya
terjadi di peralihan musim panas ke musim penghujan. Angin puting beliung adalah angin
kencang yang datang secara tiba-tiba, memiliki pusat, bergerak melingkar menyerupai
spiral dengan kecepatan 40-50 km/jam hingga menyentuh permukaan bumi dan akan
hilang dalam waktu yang singkat (3-5 menit). Angin ini disebabkan oleh awan
cumulonimbus. Angin paling kencang yang terjadi di daerah tropis umumnya berputar
dengan radius kilometer di sekitar daerah sistem tekanan rendah yang ektrim dengan
kecepatan sekitar 20km/jam.
- Tahap Pra bencana
Kelebihan :
1. Membuat rumah atau bangunan yang kokoh

Kekurangan :

1) Meningkatkan pengetahuan tentang angin kencang dan cara penyelamatan diri


2) Memperhatikan tanda-tanda terjadi angin kencang, seperti udara terasa panas,
kemudian muncul awan gelap
- Tahap saat bencana (tanggap darurat)
1. Hindari bangunan tinggi, tiang listrik, pohon dan sebagainya yang berpotensi
rubuh
2. Jika di sertai potensi petir yang akan menyambar, segera membungkuk, duduk dan
peluk lutut ke dada
3. Berlindung di bangunan yang kokoh atau tidak mudah rubuh
- Kesiapsiagaan
1. Jika terdapat peringatan, siapkan persediaan minimal 3 hari (lilin, lampu, senter
dan baterai)
- Peringatan dini
Kelebihan :
Dapat dilihat melalui citra radar. Dapat dilihat pada aplikasi tersebut jika terdapat
warna oranye hingga merah, bisajadi terdapat awan cumulonimbus sebagai penyabab
angin puting beliung.
Kekurangan :
Belum adanya sosialiasi untuk penggunaan aplikasi ini.
- Pasca bencana
Kelebihan :
1. Mendirikan posko untuk korban yang selamat.
2. Melakukan koordinasi agar bantuan tersalurkan sesuai dengan sasaran.
3. Jika ada yang terluka, segera lapor kepada petugas kesehatan yang ada di lokasi.
- Rekomendasi
1. Diadakannya sosialisasi terkait citra radar agar masyarakat dapat menggunakan
dan mengerti jika ada peringatan
2. Waspadalah terhadap perubahan cuaca, terutama perubahan cuaca drastis dari
cerah dan tiba tiba mendung gelap
2.2 Banjir
a. Kelebihan
1) Tindakan restorasi cenderung cepat dan tanggap seperti pembersihan lumpur di
jalan umum, pembersihan pohon-pohon yang tumbang
2) Sudah ada penerapan rekonstruksi dengan melakukan analisis DALA (Damage and
Losses Assessment) untuk menghitung nilai kerusakan, pemulihan sarana dan
prasarana umum, rekonstruksi permanen dengan pemberian bantuan material,
memberikan bantuan sembako dan bantuan material untuk memperbaiki rumah
yang rusak untuk korban banjir.
3) Sudah ada pembangunan tanggul melalui penghitungan teknis agar jika terjadi
banjir seperti sebelumnya, tanggul tersebut dapat kuat menahan aliran air dan tidak
terjadi banjir seperti sebelumnya
4) Terlibatnya warga sekitar dalam proses pembangunan tanggul
5) Masyarakat sekitar berperan aktif dalam membantu bekerja untuk memperbaiki
rumah korban yang rusak akibat banjir
b. Kekurangan
1) Lemahnya respon pemerintah terhadap kondisi DAS (Daerah Aliran Sungai) yang
dalam keadaan kritis
2) Belum ada perencanaan sungai yang terintegrasi dari hulu hingga hilir
3) Tidak ada identifikasi daerah resiko
4) Tidak ada pemasangan rambu dan EWS (Early Warning System) untuk banjir.
Dimana EWS (Early warning system) merupakan sistem peringatan dini yang
diaplikasikan pada remote station. Sensor level air yang diletakkan pada daerah
aliran sungai dengan ketinggian tertentu merupakan indikator luapan air sungai,
sensor tersebut akan mengirimkan data ke master station.
5) Pembangunan bendungan yang tidak sesuai dengan kebutuhan, dalam artian
volume ukuran bendungan yang dibangun kurang dari kebutuhan
6) Kurangnya keseriusan pemerintah desa dalam melakukan perencanaan dan
penanggulangan banjir sehingga program-program penanggulangan banjir yang
dihasilkan kurang tepat sasaran
7) Keterbatasan kemampuan SDM baik pemerintah desa maupun organisasi
masyarakat dalam manajemen penangggulangan bencana banjir
8) Jenis respon yang digunakan pemerintah masih cenderung terhadap respon setelah
terjadinya bencana (rehabilitasi) sehingga respon dengan sifat pencegahan
(preventif) masih minim guna meminimalisisr potensi bencana bajir yang akan
terjadi
9) Kurangnya penggalakan penanaman dan pelestarian tanaman hijau di pinggiran
sungai
10) Belum adanya rehabiltasi social sebagai upaya pemulihan tekanan stress yang
dialami masyarakat pasca mengalami bencana banjir
11) Tidak adanya forum yang mengikutsertakan masyarakat dalam menetapkan
perencanaan manajemen penaggulangan banjir sehingga perencanaan yang
dihasilkan tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang ada.
c. Rekomendasi
1) Melakukan upaya mitigasi banjir yang merupakan bencana dengan intensitas
paling tinggi dengan kegiatan struktural dan non-struktural yang dilakukan melalui:
1) kegiatan struktural dengan pembangunan tanggul-tanggul di pinggir sungai pada
titik-titik daerah rawan banjir yang bertujuan mencegah meluapnya air pada tingkat
ketinggian tetentu ke daerah rawan banjir dan Pembangunan kanal-kanal yang
bertujuan menurunkan tingkat ketinggian air di daerah aliran sungai dengan
menambah dan mengalihkan arah aliran sungai 2) kegiatan non-struktural dengan
pengawasan penegak hukum terhadap peran masyarakat dalam menaati ketentuan
penggunaan tata ruang dan pola pembudidayaan dataran banjir dan das hulu, untuk
menghindari penyempitan dan pendangkalan alur sungai akibat sampah padat
maupun bangunan/hunian dan tanaman di bantaran sungai.
2) Unit pelaksana pemerintah daerah melakukan koordinasi lebih intensif agar
penanganan bencana menjadi efektif, juga melakukan koordinasikoordinasi agar
dunia usaha mau berperan serta dalam penanggulangan bencana.
3) Penambahan SDM yang berkompeten dalam penanggulangan bencana untuk
ditempatkan di BPBD.
4) Mengurangi resiko dengan menjadikan pembangunan adalah investasi, segala
kegiatan pembangunan dikaitkan dengan ancaman bencana.
5) Sosialisasi kebencanaan kepada masyarakat tetap dilakukan sebagai upaya mitigasi
bencana, disamping itu pemberian pengetahuan tentang kebencanaan kepada anak-
anak yang masih duduk di bangku sekolah juga diperlukan, bukan hanya sosialisasi
kepada masyarakat yang sudah terbilang dewasa.
6) Menyeimbangkan partisipasi masyarakat agar tidak hanya partisipasi tenaga dan
sosial saja yang menonjol, tetapi partisipasi buah pikiran, harta benda,
keterampilan dan kemahiran terus dilatih karena tingginya ketiga partisipasi
tersebut juga dibutuhkan dalam penanggulangan bencana, seperti halnya pelatihan
tanggap darurat bencana banjir kepada masyarakat sebagai salah satu upaya
pemberdayaan masyarakat seperti halnya pelatihan penggunaan perahu karet
kepada para pemuda yang digunakan untuk evakuasi warga saat terjadi banjir
7) Mengajukan anggaran pemenuhan kebutuhan fasilitas penanggulangan bencana
banjir
8) Melakukan monitoring evalusi secara periodik anatara pemerintah desa dengan
masyarakat agar terjalin koordinasi dab pemantauan potensi bencana banjir dengan
baik

2.3 Tanah longsor


Tanah longsor adalah perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan, bahan
rombakan, tanah, atau material campuran tersebut, bergerak ke bawah atau keluar lereng.
Proses terjadinya tanah longsor dapat diterangkan sebagai berikut: air yang meresap ke
dalam tanah akan menambah bobot tanah. Jika air tersebut menembus sampai tanah
kedap air yang berperan sebagai bidang gelincir, maka tanah menjadi licin dan tanah
pelapukan di atasnya akan bergerak mengikuti lereng dan keluar lereng
- Prabencana
 Mengurangi tingkat keterjalan lereng permukaan maupun air tanah. Perhatikan
fungsi drainase adalah untuk menjauhkan air dari lereng, menghindari air
meresap ke dalam lereng atau menguras air ke dalam lereng ke luar lereng.
Jadi drainase harus dijaga agar jangan sampai tersumbat atau meresapkan air
ke dalam tanah.
 Membuat bangunan penahan, jangkar (anchor) dan pilling.
 Menghindari membangun rumah, fasilitas umum atau pemukiman di daerah
yang rawan terjadi bencana
 Membuat terasering dengan sistem drainase yang tepat (drainase pada teras -
teras dijaga jangan sampai menjadi jalan meresapkan air ke dalam tanah)
 Melakukan penghijauan dengan tanaman yang sistem perakarannya dalam
menembus tanah dan jarak tanam yang tepat (khusus untuk lereng curam,
dengan kemiringan lebih dari 40 derajat atau sekitar 80% sebaiknya tanaman
tidak terlalu rapat serta diseling-selingi dengan tanaman yang lebih pendek
dan ringan, di bagian dasar ditanam rumput)
 Apabila hendak mendirikan bangunan, upayakan memiliki fondasi yang kuat.
 Melakukan pemadatan tanah di sekitar perumahan terutama yang paling dekat
dengan daerah rawan longsor. Selain itu lakukan sosialisasi atau pengenalan
daerah yang rawan longsor
 Penutupan rekahan di atas lereng untuk mencegah air masuk secara cepat ke
dalam tanah.
- Saat Bencana
 Jangan panik dan segeralah bergerak ke tempat yang aman dari jalur
longsoran.
 Jika memungkinkan, bantu orang lain yang lemah, seperti orang yang sakit,
balita, dan lansia.
 Bertahan di tempat pengungsian sampai situasi benar-benar aman
- Kesiapsiagaan
 Bersiagsiaga
 Memantau Informasi
 Evakuasi Diri
 Lari Ke Zona Evakuasi
- Peringatan Dini
Peneliti ahli muda bidang geoteknik Pusat Penelitian Geoteknologi Lembaga
Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Adrin Tohari mengungkapkan, ancaman bencana
hidrometeorologi memerlukan intervensi teknologi salah satunya sistem peringatan
dini atau early warning system (EWS) longsor yang harus dipasang di daerah risiko
tinggi terhadap bencana longsor.
EWS longsor adalah salah satu komponen mitigasi bencana longsor.
Kecenderungan peristiwa longsor itu terjadi saat tengah malam dan bisa juga terjadi
beberapa jam setelah hujan berhenti. Dengan begitu EWS longsor akan membantu
kewaspadaan masyarakat terhadap ancaman longsor.
Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI telah memiliki teknologi dalam mitigasi
bencana tanah longsor berupa LIPI Wireless Sensor Network for Landslide
Monitoring (Wiseland) yang memiliki keunggulan dapat menjangkau daerah
pemantauan yang luas, menyajikan data dalam waktu nyata dengan akurasi tinggi
serta memiliki power supply menggunakan panel surya dan lithium.
- Pasca Bencana
 Jangan segera kembali kerumah Anda, perhatikan apakah longsor susulan
masih akan terjadi
 Apabila Anda diminta untuk membantu proses evakuasi, gunakan sepatu
khusus dan peralatan yang menjamin keselamatan Anda
 Perhatikan kondisi tanah sebagai pijakan yang kokoh bagi langkah Anda.
 Apabila harus menghadapi reruntuhan bangunan untuk menyelamatkan
korban,pastikan tidak menimbulkan dampak yang lebih buruk
- Rekomendasi
 Meningkatkan kewaspadaan : Melakukan evakuasi karena mengingat daerah
masih rawan longsor susulan, Masyarakat diungsikan ke tempat yang lebih
aman
 Menata ulang daerah yang terdampak banjir : Melakukan reboisasi, yaitu
dengan menghijaukan kembali di lereng daerah aliran sungai dan lereng
yang rawan. Daerah yang masuk dalam alur gerakan tanah longsor harus
segera direlokasi.

2.4 Gempa Bumi

Gempa bumi adalah getaran asli dari dalam bumi, bersumber di dalam bumi yang
kemudian merambat ke permukaan bumi akibat rekahan bumi pecah dan bergeser
dengan keras. Penyebab gempa bumi dapat berupa dinamika bumi (tektonik), aktivitas
gunungapi, akibat meteor jatuh, longsoran (di bawah muka air laut), ledakan bom nuklir
di bawah permukaan. Gempa bumi tektonik merupakan gempa bumi yang paling umum
terjadi merupakan getaran yang dihasilkan dari peristiwa pematahan batuan akibat
benturan dua lempeng secara perlahan-lahan itu yang akumulasi energi benturan tersebut
melampaui kekuatan batuan, maka batuan di bawah permukaan.

Sebelum kejadian bencana gempa bumi perlu dilakukan persiapan dan


pengetahuan mengenai kebencanaan. Hal ini dimaksudkan untuk menumbuhkan
pemahaman dan kesiapsiagaan dalam menghadapai bencana sehingga diharapkan
kerugian dan korban akan dapat dikurangi. Persiapan dan pengetahuan bencana tersebut
meliputi :

- Prabencana
1. Memastikan, mengevaluasi dan merenovasi
2. Memahami kondisi lingkungan tempat kerja
3. Persiapan rutin pada tempat kerja atau pun tempat tinggal
4. Cek kestabilan benda yang tergantung atau yang dapat jatuh
5. Alat yang harus ada di setiap tempat
- Saat Bencana
1. Jika berada di dalam bangunan
Melindungi badan dan kepala dari reruntuhan bangunan dengan bersembunyi di
bawah meja. Mencari tempat paling aman dari reruntuhan dan goncangan serta
lari keluar apabila masih dapat dilakukan
2. Jika berada di luar bangunan
Menghindari bangunan yang ada di sekitar seperti Gedung, tiang listrik, pohon
dan lainnya.
3. Jika sedang mengendarai mobil
Apabila sedang mengendarai mobil, segera turun dan menjauh dari mobil. Segera
hindari jika terjadi pergeseran atau kebakaran
4. Jika tinggal atau sedang berada di pantai
Segera menjauh dari pantai untuk menghindari bahaya tsunami
5. Jika tinggal di daerah pegunungan
Hindari daerah yang mungkin terjadi longsoran
- Kesiapsiagaan
1. Perlunya memahami daerah yang kita tinggali merupakan daerah yang dekat
dengan jalur gempa dan gunungapi sehingga perlunya sikap waspada dan
kesiapsiagaan. Namun demikian tetap tenang dan hidup wajar seperti biasa.
2. Perlunya mengumpulkan informasi bencana yang diperkirakan terjadi di daerah
tempat tinggal kita dengan menghubungi instansi yang berwenang atau terkait.
3. Perlunya memahami tempat-tempat yang aman dan tempat yang tidak aman
apabila terjadi bencana gempa. Hal ini cukup penting dalam rangka tindakan
penyelamatan diri saat kejadian bencana gempa.
4. Mengaitkan benda-benda berat yang membahayakan ke tempat yang kokoh
sehingga bila terjadi gempa tidak mudah roboh atau jatuh yang dapat
mencelakakan kita.
- Peringatan Dini
Menurut analisa McKinsey Global Institute, internet of things adalah sebuah
teknologi yang memungkinkan kita untuk menghubungkan mesin, peralatan, dan
benda fisik lainnya dengan sensor jaringan dan aktuator untuk memperoleh data dan
mengelola kinerjanya sendiri, sehingga memungkinkan mesin untuk berkolaborasi
dan bahkan bertindak berdasarkan informasi baru yang diperoleh secara independen.
Sedangkan menurut Wikipedia, internet of things adalah interkoneksi yang unik
antara embedded computing devices dalam infrastruktur internet yang ada. Sebuah
publikasimengenai Internet of things in 2020 menjelaskn bahwa internet of things
adalah suatu keadaan memiliki identitas, bisa beroperasi secara intelijen, dan bisa
berkomunikasi dengan sosial, lingkungan, dan pengguna. Dengan demikian, dapat
kita simpulkan bahwa internet of things membuat kita membuat suatu koneksi antara
mesin dengan mesin, sehingga mesin-mesin tersebut dapat berinteraksi dan bekerja
secara independen sesuai dengan data yang diperoleh dan diolahnya secara mandiri.
Tujuannya adalah untuk membuat manusia berinteraksi dengan benda dengan lebih
mudah, bahkan supaya benda juga bisa berkomunikasi dengan benda lainnya.
Teknologi internet of things sangat luar biasa. Jika sudah direalisasikan, teknologi ini
tentu akan sangat memudahkan pekerjaan manusia. Manusia tidak akan perlu lagi
mengatur mesin saat menggunakannya, tetapi mesin tersebut akan dapat mengatur
dirinya sendiri dan berinteraksi dengan mesin lain yang dapat berkolaborasi
dengannya. Hal ini membuat mesin-mesin tersebut dapat bekerja sendiri dan manusia
dapat menikmati hasil kerja mesin-mesin tersebut tanpa harus repotrepot mengatur
mereka. Cara kerja dari internet of things cukup mudah. Setiap benda harus memiliki
sebuah IP Address. IP Address adalah sebuah identitas dalam jaringan yang membuat
benda tersebut bisa diperintahkan dari benda lain dalam jaringan yang sama.
Selanjutnya, IP address dalam benda-benda tersebut akan dikoneksikan ke jaringan
internet. Saat ini, koneksi internet sudah sangat mudah kita dapatkan. Dengan
demikian, kita dapat memantau benda tersebut bahkan memberi perintah kepada
benda tersebut. Sebagai contoh, jika ada speaker yang memiliki IP address dan
terkoneksi internet di Amerika Serikat, kita dapat memerintahkan speaker tersebut
untuk menyalakan musik walaupun kita berada di Indonesia. Yang kita perlukan
hanyalah koneksi internet
- Pasca Bencana
1. Jika berada di dalam bangunan segera keluar dari bangunan dengan tertib, jangan
menggunakan escalator atau lift dan gunakan anak tangga biasa, segera periksa
apakah ada yang terluka dengan menggunakan P3K. segera minta pertolongan
apabila mengalami luka parah
2. Periksa apabila terjadi kebakaran, kebocoran gas, arus pendek listrik, serta hal
yang membahayakan
3. Jangan memasuki bangunan yang sudah terkena gempa karena kemungkinan
masih terdapat reruntuhan
4. Jangan berjalan di daerah sekitar gempa karena bahaya susulan masih ada
5. Dengarkan informasi mengenai gempa dari radio serta jangan mudah terpancing
oleh berita hoax
6. Jangan panik dan tetap berdoa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa demi keamanan
dan keselamatan
- Rekomendasi
1. Membuat rencana jalur evakuasi bagi masingmasing anggota keluarga menuju
satu titik tempat aman diluar rumah. Begitupun anggota masyarakat menuju satu
titik tempat aman yang telah disepakati bersama.
2. Melakukan latihan evakuasi bagi anggota keluarga maupun masyarakat untuk
menyelamatkan diri saat kejadian bencana. Hal ini penting untuk membiasakan
melakukan evakuasi dan untuk mengestimasi waktu serta melakukan koordinasi
saat kejadian bencana sebenarnya.

2.5 Kekeringan

Kekeringan merupakan kondisi kekurangan pasokan air dari curah hujan dalam
jangka waktu tertentu, biasanya satu musim atau lebih yang akan berakibat terjadinya
kekurangan air pada beberapa sektor kegiatan, kelompok atau lingkungan.
- Perencanaan
Kelebihan:
BPBD Kabupaten Jember melakukan penentuan tingkat risiko bencana kekeringan dan
pemetaan wilayah resiko bencana kekeringan
Kekurangan:
Kurang penyebarluasan informasi hasil pemetaan dan penentuan tingkat risiko ini
Rekomendasi:
Melakukan penyebarluasan informasi pemetaan wilayah dan tingkat resiko bencana
kekeringan melalui media sosial, koran, pamflet, atau dokumen yang dapat diakses di
internet. Selain itu, BPBD Kabupaten Jember dapat menyebarluaskan informasi tersebut
ke kepala desa/lurah pada tiap wilayah.
- Kesiapsiagaan
Kelebihan:
BPBD menyiapkan logistik dan peralatan seperti tangka air dan pompa dilokasi yang
dibutuhkan
Kekurangan:
Logistik tidak disiapkan petugas pada saatn fase kesiapsiagaan, akan tetapi langsung di
turunkan ke lokasi kekeringan pada saat terjadi bencana
Rekomendasi:
Sebaiknya dapat dilakukan penyiapan logistik serta peralatan sebelum terjadinya
kekeringan agar mengantisipasi terjadinya malfungsi peralatan ketika terjadinya
kekeringan
- Mitigasi
Kelebihan:
Dalam peraturan daerah kabupaten jember nomor 1 tahun 2015 tentang rencana tata
ruang wilayah kabupaten jember tahun 2015 – 2035 disebutkan untuk pengelolaan
wilaah rawan kekeringan dilakukan pembuatan sumur dan tandon pada daerah rawan
bencana kekeringan
Kekurangan:
Pembuatan sumur dan tandon hingga saat ini belum dilakukan merata ke setiap daerah
rawan bencana kekeringan.
Rekomendasi:
Pemerintah kabupaten jember dapat menganggarkan pembuatan sumur dan tandon di
daerah yang berpotensi terjadi kekeringan dalam APBD. Selanjutnya mekanisme
pembangunan ini dapat dilakukan secara bertahap pada setiap wilayah desa.
- Peringatan dini
Kelebihan:
Terdapat surat peringatan dini kekeringan yang dikelurkan oleh bmkg pusat. Pihak bpbd
sudah menyebarluaskan peringatan dini ini melalui media sosial maupun berita
Kekurangan:
Pemberitahuan peringatan dini belum sampai kepada masyarakat secara menyeluruh.
Faktor penyebabnya yaitu ada masyarakat yang tidak bisa mengakses media sosial
maupun berita atau masyarakat mampu mengakses media sosial maupun berita namun
tidak membuka/menerima tentang info kekeringan
Rekomendasi:
Peringatan dini yang telah dikeluarkan dapat diinformasikan secara langsung kepada
pemerintah desa setempat yang wilayah kerjanya berpotensi mengalami kekeringan.
Selanjutnya pemerintah desa setempat dapat menyebarkan informasi tersebut kepada
masyarakat, sehingga tidak ada alasan masyarakat tidak mengetahui peringatan dini
kekeringan.
- Tanggap darurat
Kelebihan:
Tindakan yang dilakukan bpbd kabupaten jember pada saat terjadinya kekeringan di
beberapa wilayah kabupaten jember yaitu melakukan penyaluran air bersih setiap hari
sebanyak 5.000 liter untuk setiap desa.
Kekurangan:
Penyaluran air bersih hanya cukup digunakan oleh masyarakat untuk keperluan mandi
ataupun mencuci. Sedangkan untuk kebutuhan air minum, masyarakat masih
menggantungkan nasibnya dari air sumur yang semakin lama menipis karena musim
kemarau
Rekomendasi:
Menambah jumlah air yang disalurkan, sehingga kebutuhan air bersih untuk masyarakat
terpenuhi. Pendistribusian air bersih kemasayarakat dapat dilakukan dengan melakukan
kerjasama dengan lembaga sosial masyarakat atau lembaga pemerintahan yang lain
- Rekonstruksi dan rehabilitasi
Kelebihan:
Memperbaiki lahan pertanian yang terdampak kekeringan dengan sistem irigasi dan
menghidupkan kembali kegiatan pertanian yang dilakukan masyarakat setempat
Kekurangan:
Kurangnya perhatian pemerintah terhadap rekonstruksi dan rehablitasi akibat dampak
kekeringan yang terjadi pada lahan pertanian.
Rekomendasi:
Sebaiknya pemerintah dapat memberikan perhatian khusus terhadap rekonstruksi dan
rehabilitasi yang terjadi akibat terjadinya kekeringan dengan memberikan anggaran
khusus untuk membuat sistem irigasi serta menghidupkan kembali kegiatan pertanian

Anda mungkin juga menyukai