Anda di halaman 1dari 2

Nama : safrudin sahmadan

Npm : 21702073036
Matkul : Aswaja

SATU NEGERI UNTUK SEMUA


Indonesia merupakan Negara hukum yang berfalsafakan pancasila dan Undang-
Undang dasar 1945 yang mana menjunjung tinggi persatuan serta keadilan bagi selruh rayat
Indonesia. Keadilan bagi seluruh rakyat indonesia yang dimaksudkan adalah semua unsur
atau lapisan masyarakat dipandang dan diperlakuka sama didepan hukum. Kemudian
masyarakat juga diberi kebebasan untuk melakukan hak dan kewajibannya (HAM) sebagai
warga negara, salah satunya adalah hak untuk hidup dan memeluk atau menganut agam lain
serta menghormati penganut agama yang lainnya. Seperti yang ditegaskan dalam Pasal 28E
ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945, setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat
menurut agamanya dan Pasal 28E ayat (2) yang berbunyi, setiap orang berhak atas
kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran, dan sikap, sesuai dengan hati
nuraninya. Kemudian, kebebasan beragama juga diatur dalam Pasal 29 ayat (2), negara
menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agama masing-masing dan untuk
beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.
Kebebasan dimaksudkan sebagai suatu jaminan bagi rakyat (umat) agar dapat
melakukan hak-hak mereka. Hakhak tersebut dalam syari'at dikemas dalam al-Ushul al-
Khams (lima prinsip pokok) yang menjadi kebutuhan primer (dharuri) bagi setiap insan;
a) Hifzhun Nafs, yaitu jaminan atas jiwa (kehidupan) yang dirniliki warga negara (rakyat).
b) Hifzhud Din, yaitu jaminan kepada warga negara untuk memeluk agama sesuai dengan
keyakinannya.
c) Hifzhul Mal, yaitu jaminan terhadap keselamatan harta benda yang dirniliki oleh warga
negara.
d) Hifzhun Nasl, yaitu jaminan terhadap asal-usul, identitas, garis keturunan setiap warga
negara.
e) Hifzhul 'lrdh, yaitu jaminan terhadap harga diri, kehormatan, profesi, pekerjaan ataupun
kedudukan setiap warga negara.
Keadilan dimata hukum atau kesetaraan hukum merupakan prinsip dimana semua
orang tunduk pada hukum. Selain itu, keadilan didepan hukum juga dijelaskan dalam pasal 7
Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (UDHR) bahwa "Semuanya setara di hadapan
hukum dan diberi hak tanpa diskriminasi terhadap perlindungan hukum yang sama.
Kemudian kesetaraan didepan hukum juga ditegaskan dalam pasal 27 UUD 1945 ayat 1
bahwa semua warga Negara sama didepan Hukum dan pemerintah wajib menjunjung Hukum
dengan tidak terkecuali. Kemudian Pembukaan UUD 1945 juga mengakui bahwa setiap
individu atau warga negara adalah manusia merdeka dan tidak boleh mendapatkan
diskriminasi berdasarkan apapun termasuk berdasarkan perbedaan jenis kelamin. Dengan
disahkannya perubahan kedua pada tahun 2000, UUD 1945 memuat ketentuan dasar
mengenai HAM dalam Bab XA, Pasal 28 A sampai dengan pasal 28 J ayat (2). Selain
rumusan tersebut, UUD 1945 kententuan HAM termuat pula dalam Pasal 29 ayat (2) dan
pasal 28 I (2). Perempuan dan laki-laki berhak atas kehidupan dan kemeerdekaan dari
perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar apapun dan berhak mendapatkan
perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat diskriminatif itu.
Dengan demikian, setiap orang harus diperlakukan sama di bawah hukum terlepas
dari ras, jenis kelamin, asal negara, warna kulit, etnisitas, agama, kecacatan, atau karakteristik
lainnya, tanpa hak istimewa, diskriminasi, atau bias. Persamaan didepan hukum adalah
bentuk penghormatan Islam kepada setiap manusia tanpa memandang suku, ras dan bahkan
jenis kelamin juga tanpa melihat warna kulit maupun asalnya. Menurut pandangan hukum
Islam bahwa laki-laki dan perempuan dari jenis bangsa dan warna kulit apapun  adalah sama
di depan hukum.
Maka dari itu faham serta praktik radikalisme yang dianut dan dilakukan oleh
sekolompok manusia yang mana didoktrin menjadikan agama sebagai tameng pembenaran
merupakan faham yang bertolak belakang dengan cita-cita Pancasila yakni manusia,
perempuan, dan laki-laki, diciptakan oleh Tuhan yang Maha Esa, dan bangsa Indonesia
mengarahkaan diri pada kehidupan berbangsa dan bernegara yang menjunjung tinggi nilai-
nilai kemanusiaan, keadilan, musyawarah dan mufakat, serta keberadaban
Kelompok radikalisme yang mana melakukan diskriminasi terhadap HAM didoktrin
sehingga memiliki faham bahwa parktik radikalisme merupakan jihad dan merasa apa yang
mereka lakukan dibenarkan oleh agama karna minimnya pemahaman tentang agama dan
lemahnya iman sehingga mudah termakan doktrin yang mana menyebabkan hilang serta
lenyapnya hak dan kewajiban dari kelompok masyarakat yang lain. Hak-hak dan kewajiban
yang hilang karena praktik radikalisme yang dilakukan ole sekelopok orang, tidak hanya
meliputi hak untuk memeluk agama saja, tetai hak-hak yang lain seperti hak untuk
memperoleh pendidikan, hak untuk berdemokrasi dan hak untuk berwirausahapun hilang.
Keadilan adalah inti ajaran Islam, bahwa semua manusia setara di hadapan Allah.
Siapa berbuat baik dari jenis kelamin laki-laki atau perempuan akan mendapat balasan yang
sama. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surat An-Nisa’, ayat 124.
ْ ‫ت ِم ْن َذ َك ٍر َأوْ ُأ ْنثَ ٰى َوهُ َو ُمْؤ ِم ٌن فَُأو ٰلَِئكَ يَ ْد ُخلُونَ ْال َجنَّةَ َواَل ي‬
‫ُظلَ ُمونَ نَقِيرًا‬ ِ ‫َو َم ْن يَ ْع َملْ ِمنَ الصَّالِ َحا‬

Artinya; Barangsiapa yang mengerjakan amal-amal saleh, baik laki-laki maupun wanita
sedang ia orang yang beriman, maka mereka itu masuk ke dalam surga dan mereka tidak
dianiaya walau sedikitpun. (4: 124).
Selain itu, keadilan juga sitegaskan didalam Al-Qur’an surat Al-Hujurat, ayat 13,
dikatakan bahwa tinggi rendahnya martabat seseorang di hadapan Allah Yang Maha Esa,
seperti telah disinggung dimuka bukan karena jenis kelamin atau tinggi rendahnya stasus
sosial, atau dari bangsa mana berasal.
‫يَا َأيُّهَا النَّاسُ ِإنَّا َخلَ ْقنَا ُكم ِّمن َذ َك ٍر َوُأنثَ ٰى َو َج َع ْلنَا ُك ْم ُشعُوبًا َوقَبَاِئ َل لِتَ َعا َرفُوا ِإ َّن َأ ْك َر َم ُك ْم ِعن َد هَّللا ِ َأ ْتقَا ُك ْم ِإ َّن هَّللا َ َعلِي ٌم خَ بِي ٌر‬

Artinya; Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang
yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Mengenal.
Menegakkan keadilan merupakan suatu keharusan dalam Islam terutama bagi
penguasa (wulat) dan para pemimpin pemerintahan (hukkam) terhadap rakyat dan umat yang
dipimpin. Hal ini didasarkan kepada QS An-Nisa' 4:58

َ‫اس َأ ْن تَحْ ُك ُم••وا بِ ْال َع• ْد ِل ۚ ِإ َّن هَّللا َ نِ ِع َّما يَ ِعظُ ُك ْم بِ• ِه ۗ ِإ َّن هَّللا َ َك••ان‬ ِ ‫ِإ َّن هَّللا َ يَ•ْأ ُم ُر ُك ْم َأ ْن تُ••َؤ ُّدوا اَأْل َمانَ••ا‬
ِ َّ‫ت ِإلَ ٰى َأ ْهلِهَ••ا َوِإ َذا َح َك ْمتُ ْم بَ ْينَ الن‬
‫ص••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••يرًا‬ ِ َ‫َس•••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••• ِميعًا ب‬
artinya; “Sesungguhnya Allah meyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak
menerimanyaa dan menyuruh kamu apabila menetapkan hukum diantara manusia supaya
kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-
baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah maha mendengar lagi maha melihat”.

Anda mungkin juga menyukai