Anda di halaman 1dari 24

ANALISIS KESTABILAN MODEL PENYAKIT CACAR MONYET

DENGAN ADANYA VAKSINASI

PROPOSAL SKRIPSI

OLEH
Lailatuz Zuhro Arromadhani
NIM 19030214046

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN MATEMATIKA
PRODI MATEMATIKA
2023

i
HALAMAN PERSETUJUAN

Yang bertanda tangan di bawah ini,


Nama : Budi Priyo Prawoto, S.Pd., M.Si.
NIP : 198504172009121004
Sebagai Dosen Pembimbing Skripsi Mahasiswa
Nama : Lailatuz Zuhro Arromadhani
NIM : 19030214046
Judul : Analis Perilaku Dinamik Penyebaran Penyakit Cacar
Monyet Dengan Adanya Vaksinasi
Telah menyetujui mahasiswa tersebut di atas untuk mengikuti Ujian
proposal Skripsi.
Surabaya, 15 Maret 2023
Dosen Pembimbing

Budi Priyo Prawoto, S.pd., M.Si.


NIP. 198504172009121004

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN PERSETUJUAN.....................................................................ii
BAB I.............................................................................................................1
PENDAHULUAN.........................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................3
1.3 Batasan Masalah.........................................................................3
1.4 Tujuan Penelitian........................................................................4
1.5 Manfaat Hasil Penelitian............................................................4
BAB II............................................................................................................5
KAJIAN PUSTAKA.....................................................................................5
2.1 Cacar Monyet...................................................................................5
2.2 Vaksin.........................................................................................5
2.3 Model Epidemik SIR..................................................................6
2.4 Penelitian yang relevan...............................................................7
2.5 Persamaan Diferensial................................................................8
2.6 Sistem Persamaan Diferensial....................................................9
2.7 Titik Kesetimbangan...................................................................9
2.8 Nilai Eigen................................................................................10
2.9 Linearisasi.................................................................................10
BAB III........................................................................................................15
METODE PENELITIAN...........................................................................15
A. Jenis dan Sumber Data.................................................................15
B. Diagram Alir Penelitian................................................................15
C. Metode Analisis Penelitian...........................................................15
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................18

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Setelah kejadian Pandemi COVID-19 di awal tahun 2020 dan


belum selesai sampai saat ini, dunia dan khususnya di Indonesia
sedang dihadapkan dengan penyakit yang juga menjadi ancaman
bagi populasi global. WHO (World Health Organization)
menyatakan bahwa penyakit cacar monyet (monkeypox) merupakan
wabah darurat yang akan menjadi perhatian bagi kesehatan global
dan telah memperkirakan bahwa kasus ini akan lebih banyak yang
teridentifikasi kasus ini (WHO, 2022). (Bunge, Hoet, Chen, &
Lienert, 2022)
Cacar Monyet atau monkeypox ialah penyakit yang
disebabkan virus monkeypox (Orthopoxvirus, Family Poxviridae)
yang ditemukan ketika penyakit seperti cacar ini terjadi pada sebuah
koloni hewan yaitu hewan monyet yang dirawat untuk kepentingan
sebuah penelitian. Karena itu, infeksi dari penyakit ini dinamakan
dengan monkeypox. Diketahui kasus pertama pada manusia telah
diidentifikasi di negara Republik Demokratik Kongo (DRC/Zaire)
pada 1970 dan terjadi di wilayah endemik pedesaan, hutan tropis
Congo Basin, dan Afrika Barat (Bunge, Hoet, Chen, & Lienert,
2022)
Cacar Monyet atau Monkeypox merupakan sebuah penyakit
zoonosis yang ditularkan oleh hewan ke manusia. Penyakit ini
disebabkan karena virus monkeypox (Orthopoxvirus, Family
Poxviridae) (WHO, 2022)
Gejala penyakit ini adalah demam, sakit kepala dan nyeri
otot dan punggung, muncul ruam (Eskild, Abubakar, Ihekweazu, &
D. Mchugh, 2019). Virus cacar monyet sebagian besar ditularkan
melalui binatang liar (tikus dan primate) dengan cara gigitan atau
cakaran, namun dapat juga terjadi penularan sekunder dari manusia

1
(WHO, 2022). Penularan cacar monyet melalui manusia ke manusia
terjadi melalui kontak langsung kulit dengan kulit, penularan terjadi
dalam jarak dekat melalui pertukaran sekret pernapasan yang
mengandung virus hidup, penularan melalui kontak tidak langsung
denganbenda yang terkontaminasi, seperti pakaian, tempat tidur,
atau peralatan makan (Titanji, Tegomoh, Nematollahi, Konomos, &
Kulkarni, 2022).
Di Indonesia sendiri, kasus cacar monyet pertama kali
teridentifikasi. Berdasarkan pemeriksaan lebih lanjut, seorang WNI
berusia 27 tahun terkonfirmasi positif cacar air dengan riwayat
perjalanan ke luar negeri yang diyakini ditularkan melalui kontak
dekat dengan orang yang terinfeksi (RI, KEMENKES, 2022)Pada
tanggal 15 September 2022, telah didapatkan 2 kasus suspek dan 63
kasus discarded yang tersebar di 10 provinsi Indonesia (Meiriani &
Nany, 2022)
Penyebaran virus Cacar monyet telah ditetili oleh RE
TeWinkel (2018), pada awalnya penyebaran virus Cacar monyet
telah dimodelkan dengan model SIR yang hanya membahas
penyebaran virus Cacar monyet pada populasi manusia dengan
vektor pembawa virus Cacar monyet. Terdapat enam kondisi
dimana populasi manusia dibagi menjadi tiga kondisi yaitu
Susceptible human ( Sh ) yaitu subpopulasi manusia rentan, Infected
human ( I ¿¿ h)¿ yaitu subpopulasi manusia yang terinfeksi, dan
Recoverd human (R¿¿ h)¿ yaitu subpupulasi manusia yang sembuh
sedangkan populasi hewan pembawa vektor Virus Cacar monyet
dibagi menjadi tiga kondisi yaitu Susceptible animals (Sa ) yaitu
subpopulasi hewan rentan, Infected animals (I ¿¿ a)¿ yaitu
subpopulasi hewan yang terinfeksi, dan Recoverd human ( R¿¿ h)¿
yaitu subpopulasi hewan yang sembuh (Lauko, Pinter, & TeWinkel,
2018)
Salah satu upaya penekanan penyebaran virus Cacar monyet
adalah dengan vaksinasi. Saat ini ada tiga vaksin yang di

2
pertimbangkan dalam menanggapi wabah cacar monyet yang sedang
berlangsung yaitu ACAM200, vaksin cacar generasi kedua, dan dua
vaksin generasi ketiga, MVA_BN dan LC16 (WHO, 2022).
Berdasarkan penjelasan pada latar belakang tersebut dapat
dibuatkan model matematikanya dengan mempertimbangkan faktor
pencegahan berupa vaksinasi. Menurut Prawoto (2017) dan (2018)
Prawoto telah melakukan penelitian efek vaksinasi pada model
penyakit SIR. Hasilnya menunjukkan bahwa dengan proporsi
vaksinasi minimal dapat menjadikan jumlah populasi orang yang
terinfeksi menurun bahkan habis. Kemudian akan dicari titik
ekuilibrium bebas penyakit dan titik endemik serta bilangan
reproduksi dasar untuk melihat apakah terjadi endemik atau tidak.
Kemudian dilakukan simulasi model untuk melihat visualisasi mode
dengan nilai parameter yang digunakan dari jurnal-jurnal
sebelumnya. Analisis kestabilan lokal pada model ini diharapkan
dapat membantu memprediksi pengendalian penyebaran virus Cacar
monyet dimasa yang akan datang.
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas didapatkan rumusan masalah


sebagai berikut :
1. Bagaimana modelkan matematika penyebaran penyakit Cacar
Monyet dengan adanya vaksinasi menggunakan model VSIR ?
2. Bagaimana kestabilan model penyebaran penyakit cacar monyet
dengan adanya vaksinasi disekitar titik setimbangan ?
3. Bagaimana bilangan reproduksi dasar pada model matematika
penyebaran penyakit cacar monyet dengan adanya vaksinasi ?
4. Bagaimana simulasi numerik model penyebaran penyakit cacar
monyet dengan adnaya vaksinasi ?

1.3 Batasan Masalah

3
1. Model epidemik penyebaran virus cacar monyet yang digunakan
dalam penelitian ini adalah VSIR yang dimodifikasi adanya vaksin.
2. Semua parameter yang dipakai bernilai positif karena setiap
parameter dan variable yang di pakai mewakali tingkat populasi
yang tidak mungkin bernilai negatif.
3. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder
yang diperoleh dari artikel ilmiah dan digunakan sebagai parameter.
4. simulasi numerik dengan menggunakan matlab R2022b.

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah, tujuan dalam penelitian ini


bertujuan untuk :
1. Untuk mengaplikasikan model VSIR dalam mengrekontruksi model
penyebaran cacar monyet populasi hewan dengan populasi manusia
dan vaksinasi.
2. Untuk menentukan kestabilan bebas penyakit dan endemik dari
model penyebaran penyakit cacar monyet populasi hewan dengan
populasi manusia dan vaksinasi.
3. Untuk mengetahui bilangan reproduksi dasar pada model
penyebaran cacar monyet populasi hewan dengan populasi manusia
dan vaksinasi.
4. Untuk mengetahui hasil simulasi dari pada model penyebaran cacar
monyet populasi hewan dengan populasi manusia dan vaksinasi.

1.5 Manfaat Hasil Penelitian

Manfaat dari penelitian ini sebagai berikut :


1. Untuk mendapatkan informasi tentang perilaku penyebaran penyakit
cacar monyet sehingga dapat digunakan dalam pengambilan
keputusan kebijakan untuk mengatasi penyebaran penyakit cacar
monyet.

4
2. Untuk mendapatkan informasi tentang faktor-faktor penting yang
memengaruhi penyebaran penyakit cacar monyet melalui analisis
model matematika

5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Cacar Monyet

Cacar monyet pertama kali terdeteksi pada tahun 1958 dalam penyakit
vesicular di antara monyet tawanan yang di angkut ke kopenhagen,
Denmark dari Afrika. Monkeypox atau cacar monyet adalah penyakit yang
disebabkan oleh virus Cacar monyet (Orthopoxvirus Family Poxviridae),
yang ditemukan pada monyet yang dirawat untuk tujuan penelitian. Oleh
karena itu, infeksi yang disebabkan oleh penyakit ini disebut cacar monyet
(Petersen et al, 2019). Penyakit ini dapat menginfeksi manusia melalui
beberapa cara yaitu kontak langsung dengan vektor pembawa virus terjadi
melalui gigitan, cakaran, dan memakan daging tidak matang dari hewan
pengerat yang terinfeksi. Penularan cacar monyet melalui manusia ke
manusia terjadi melalui kontak langsung kulit dengan kulit, penularan
terjadi dalam jarak dekat melalui pertukaran sekret pernapasan yang
mengandung virus hidup, penularan melalui kontak tidak langsung dengan
benda yang terkontaminasi, seperti pakaian, tempat tidur, atau peralatan
makan (Titanji, Tegomoh, Nematollahi, Konomos, & Kulkarni, 2022).
Durasi gejala penyakit ini 2-5 minggu. Penyakit ini dimulai dengan tanda
dan gejala nonspesifik, termasuk demam, menggigil, sakit kepala, lesu,
lemas, pembengkakan kelenjar getah bening, nyeri punggung, sakit otot, dan
dimulai dengan demam sebelum ruam muncul. Dalam waktu 1-5 hari
setelah demam, ruam muncul, pertama pada wajah, kemudian di seluruh
tubuh, tangan, dan kaki (Eskild, Abubakar, Ihekweazu, & D. Mchugh, 2019)

2.2 Vaksin

Vaksin yang dipertimbangkan untuk digunakan merupakan vaksin


berbasis virus Vaccina. Jenis vaksin smallpox yang dapat digunakan ada tiga
vaksin yaitu ACAM200, MVA-BN (JYNNEOS) dan LC16 (WHO, 2022).
Vaksin JYNNEOS merupakan vaksin cacar generasi ketiga yang dibuat dari

6
virus hidup yang dilemahkan non-reproduksi. Vaksin ini juga dikenal
sebagai Imvamune atau Imvanex, dan vaksin JYNNEOS adalah satu-
satunya vaksin yang disetujui FDA untuk penggunaan darurat guna
mencegah cacar air pada orang yang dianggap berisiko tinggi. Vaksin ini
diberikan dalam 2 dosis dengan jarak 4 minggu (Titanji, Tegomoh,
Nematollahi, Konomos, & Kulkarni, 2022). Vaksin ACAM200 dibuat dari
virus Vaccina hidup yang dapat. Penggunaan vaksin ACAM2000 terhadap
infeksi virus cacar air harus dilakukan dengan pengawasan ketat karena
vaksin tersebut mengandung virus hidup yang dapat berkembang biak di
dalam sel tubuh manusia (Budiyarto, 2023). Vaksin ACAM2000 diberikan
sebagai dosis tunggal dan memerlukan pemantauan efek samping selama
minimal 4 minggu setelah vaksinasi (Titanji, Tegomoh, Nematollahi,
Konomos, & Kulkarni, 2022)

2.3 Model Epidemik SIR

Model Kermack-McKendrick pertama kali dirumuskan pada tahun 1927


(Martcheva, 2015). Dalam modelnya, Kermack-McKendrick membagi tiga
populasi yaitu populasi yang mudah terinfeksi jika terpapar (Susceptible),
populasi yang terinfeksi (Infected), dan populasi yang sudah sembuh dari
penyakit dan sudah memiliki kekebalan (Recovered). Tiga populasi tersebut
dinamakan kompartemen (compartement). Dalam model ini, S(t), I(t), R(t)
mewakili jumlah individu Susceptible, Infected, Recovered pada waktu t dan
N adalah total keseluruhan populasi. Semakin berkembangnya penelitian
mengenai model penyebaran penyakit menjadikan model SIR sebagai
pijakan banyak ilmuwan untuk membuat model epidemi yang lebih khusus.
Beberapa penyakit seperti campak, Demam Berdarah, dan Penyakit Mulut
dan Kuku mempunyai penyebaran penyakit dari hewan ke manusia dimana
hewan adalah vektor pembawa. Artinya hewan dapat menularkan penyakit
kepada manusia dimana ada 2 populasi yaitu manusia ( S ¿ ¿ h , I h , Rh )¿ dan
hewan ( S ¿ ¿ a , I a , R a) ¿ (Bhunu & Mushayabasa, 2011).

7
2.4 Penelitian yang relevan

Penelitian sebelumnya yang memodelkan secara matematis penyebaran


cacar monyet yang dijadikan acuan dalam penelitian ini adalah penelitian
Lauko, Pinter, dan TeWinkel, (2018) Dalam penelitian ini digunakan model
matematika penyebaran penyakit Cacar monyet model SIR dengan populasi
manusia dan vektor pembawa virus Cacar monyet
d Sa β a1 I a
= λa −μ a S a− S
dt Na a
d I a β a1 I a
= S − ( μ a + ρa +d a ) I a
dt Na a
d Ra
=ρa I a −μ a R a
dt
d Sh β a2 I a β h I h
= λh−μ h Sh −( + )S
dt Na Na h

dI
dt
= (
β a2 I a β h I h
Na
+
Na h )
S −( μ h+ ρh +d h ) I h

d Rh
= ρh I h−μ h Rh
dt

λ a : tingkat kelahiran hewan


λ h : tingkat kelahiran manusia
μa : laju kematian alami hewan
μh : laju kematian alami manusia
d a : laju kematian karena penyakit pada hewan
d h : laju laju kematian karena penyakit pada manusia
ρa : laju kesembuhan hewan
ρh : laju kesembuhan manusia
β a1: laju infeksi hewan ke hewan
β a2: laju infeksi hewan ke manusia
β h : laju infeksi manusia ke manusia

8
Dengan asumsi sebagai berikut:
1) Populasi yang digunakan dalam model terdiri dari
manusia dan hewan rentan, manusia dan hewan
terinfeksi, manusia dan hewan sembuh, sehingga total
populasi dapat dituliskan menjadi
N a (t )=Sa (t )+ I a (t )+ R a (t) dan
N h (t )=S h (t)+ I h (t)+ Rh ( t),
2) S adalah populasi yang rentan
3) I adalah populasi yang terinfeksi
4) R adalah populasi yang sembuh
5) Populasi rentan dapat terkena penyakit lewat makanan
dan kontak langsung
Dari penelitian ini didapat kesimpulan, peningkatan interaksi
manusia yang terinfeksi dengan manusia rentan dan
peningkatan interaksi hewan terinfeksi dengan manusia
terinfeksi memberikan kontribusi yang signifikan di
penyebaran infeksi Cacar monyet dalam sistem. Dari model
ini juga didapati hasil dengan semakin banyak interaksi
manusia antar manusia dan manusia antar hewan juga
semakin banyak perubahan konsentrasi populasi virus di
populasi. Manusia terinfeksi berpotensi menularkan virus dan
hewan terinfeksi mampu menularkan ke populasi jika
melakukan aktivitas kontak langsung dan tidak langsung,
sehingga nilai infeksi virus Cacar monyet akan meningkat.

2.5 Persamaan Diferensial

Persamaan diferensial adalah persamaan matematika yang terdiri


dari sebuah fungsi dan turunanya. Ada dua bentuk persamaan
diferensial, yakni persamaan diferensial autonomous dan persamaan
diferensial non-autonomous (Ndii, 2018).

9
Persamaan diferensial dapat ditulis dalam bentuk :
dx (2. 1)
=f (x )
dt

Dan
dx (2 .2)
=f (x , t)
dt

2.6 Sistem Persamaan Diferensial

Sistem persamaan diferensial adalah kumpulan dari dua atau lebih


persamaan differensial. Sistem persamaan diferensial dibagi menjadi
dua, yaitu sistem persamaan diferensial linear dan sistem persamaan
diferensial nonlinear (Boyce & DiPrima, 2009).
Secara umum, sistem persamaan diferensial berbentuk:

ẋ ( t )=f ( x ) (2 .3)

Dengan

()
d x1 (2 .4)

( )
dt
f 1 (x 1 , x 2 ,… , x n )
d x2
dx
ẋ ( t )= = dt , f ( x )= f 2 (x 1 , x 2 ,… , x n )
dy :
:
d xn f n (x 1 , x 2 , … , x n )
dt

2.7 Titik Kesetimbangan


Titik ekuilibrium adalah hal yang penting ketika menganalisis
perilaku sistem pada titik . Titik kesetimbangan disebut sebagai titik

10
stasioner (tetap) atau suatu posisi yang menetap (steady state) dari
variable (Robinson, 2004).
Definisi 2. 1 (Olsder, 2003)
Terdapat sistem persamaan diferensial
ẋ=f ( x ) , x ∈ R
n
(2 .5)
Titik x yang memenuhi f( x ¿=0 disebut titik ekuilibrium
2.8 Nilai Eigen
Definisi 2. 2 (Anton, 1992)
Misalkan A adalah matriks n x n, maka suatu vektor tak nol x di
dalam Rn , n disebut vektor eigen dari A, jika untuk skalar λ , yang disebut
nilai eigen dari A dan vektor x disebut vektor eigen yang bersesuaib dengan
nilai eigen λ berlaku:
Ax=λx (2 .6)

Untuk mencari nilai eigen dari matriks A yang berukuran n x n, maka


persamaan 2. 6 dapat ditulis:
( λI − A )=0 (2 .7)

Atau ekuivalen,
det (λI − A) x=0
(2 .8)

I merupakan matriks identitas. Untuk λ dapat menjadi nilai eigen


maka harus ada pemecah taknol dari persamaan ini. Sehingga, persamaan 2.
8 akan mempeunyai pemecah tak nol jika dan hanya jika

det ( λI −A )=0 (2 .9)

Persamaan 2. 8, x=0 disebut persamaan karakteristik dari A


2.9 Linearisasi

11
Dalam proses linearisasi sistem persamaan diferensial non linier akan
diubah kedalam sistem persamaan diferensial linear dengan matriks
jacobian, sehingga bisa memudahkan dalam menentukan solusi dari sistem
persamaan diferensial non linier tersebut. Solusi yang didapatkan dari
proses linearisasi merupaka bentuk dari gambaran perilaku sistem disekitar
titik ekuilibriumnya (Ambarwati, 2014).
Terdapat sistem persamaan diferensial nonlinear pada persamaan 2. 3
Dengan x ∈ L⊆ Rn , f : L ⟶ R n Misalkan x=( x 1 , x 2 , … , x n)adalah titik
ekuilibrium dari sistem ẋ=f ( x ) . Deret Taylor dari f disekitar titik
ekuilibrium :

∂f1 (2 .1
f 1 ( x1 , x2 , … , xn ) ≅ f 1 ( x1 , x2 , … , xn )+ ( x 1 , x 2 ,… , x n )( x1−x 1 )
∂ x1 0)
∂f1
+…+ ( x , x , … , x n) ( x n−x n ) + R f 1
∂ xn 1 2
∂f2
f 2 ( x1 , x2 , … , xn ) ≅ f 2 ( x1 , x2 , … , xn )+ ( x , x , … , x n )( x1 −x1 )
∂ x1 1 2
∂f2
+…+ ( x , x , … , x n) ( x n−x n ) + R f 2
∂ xn 1 2

∂fn
f n ( x1 , x2 , … , xn ) ≅ f n ( x1 , x 2 , … , xn )+ ( x , x , … , x n )( x 1−x 1)
∂ x1 1 2
∂fn
+…+ ( x , x , … , x n) ( x n−x n ) + R fn
∂ xn 1 2

Pendekatan linear untuk Sistem 2. 10 yaitu :

∂f1 (2 .1
ẋ 1= (x , x , … , x n)( x 1−x 1)+…+
∂ x1 1 2 1)
∂f1 ∂f
( x 1 , x2 , … , x n ) ( x 2−x 2 ) +…+ 1 ( x 1 , x 2 ,… , x n ) ( x n−x n ) + Rf 1
∂ x2 ∂ xn
∂f2
ẋ 2= ( x , x , … , x n)( x 1−x 1) +…+
∂ x1 1 2

12
∂f2 ∂f
( x 1 , x2 , … , x n ) ( x 2−x 2 ) +…+ 2 ( x 1 , x 2 ,… , x n ) ( x n−x n ) + Rf 2
∂ x2 ∂ xn

∂fn
ẋ n= ( x , x , … , x n)( x 1−x 1 )+…+
∂ x1 1 2
∂fn ∂f
( x 1 , x2 , … , x n ) ( x 2−x 2 ) +…+ n ( x 1 , x 2 ,… , x n ) ( x n−x n ) + Rf 2
∂ x2 ∂ xn

Dengan R f 1 , R f 2 , … , Rfn disebutkan sebagai bagian nonlinear yang


selanjutnya dapat diabaikan karena nilai R f 1 , R f 2 , … , Rfn mendekati nol.
Sistem 2. 11 dapat dituliskan dalam bentuk matriks sebagai berikut:

[ ][
∂f1 ∂f1 (2 .1
(x , x , … , x n) ( x 1 , x2 , … , x n ) ∂f1

]
∂ x1 1 2 ∂ x2 … ( x2)
1 , x2 , … , xn)
( x 1−x 1)

[]
∂ xn
ẋ 1 ∂f2 ∂f2
(x , x , … , x n) ( x , x , … , xn) ∂f2 ( x 2−x 2 )
ẋ 2 = ∂ x1 1 2 ∂ x2 1 2 … ( x1 , x2 , … , xn )
∂ xn ⋮
ẋ n ⋮ ⋮
∂fn ∂fn
∂fn ( x n−x n )
… ( x , x , … , xn)
(x , x , … , x n) ( x 1 , x2 , … , x n ) ∂ x2 1 2
∂ x1 1 2 ∂ x2

Misalkan y 1=x 1−x 1 , y 2=x 2− x2 , … , y n=x n−x n sehingga


ẏ 1= ẋ 1 , ẏ 2= ẋ2 , … , ẏ n= ẋ n, maka diperoleh :

[ ]
∂f1 ∂f1
( x , x , … , xn) ( x , x , … , xn ) … ∂f1

[] []
∂ x1 1 2 ∂ x2 1 2 ( x , x , … , xn )
ẏ 1 ∂ xn 1 2 y1
∂f2 ∂f2
ẏ 2 = ( x , x , … , xn) ( x , x , … , xn ) … ∂f2 y2
∂ x1 1 2 ∂ x2 1 2 ( x , x , … , xn )
∂ xn 1 2
⋮ ⋮
⋮ ⋮
ẋ n ∂fn yn
∂fn ∂fn … ( x , x , … , xn )
( x , x , … , xn)
∂ x1 1 2 ∂ x2
( x1 , x2 , … , xn ) ∂ x2 1 2

13
Matriks Jacobian nya yaitu

[ ]
∂f1 ∂f1
( x , x ,… , x n )
∂ x1 1 2
( x , x , … , xn) … ∂ f 1 ( x , x , … , x )
∂ x2 1 2 1 2 n
∂ xn
∂f2 ∂f2
J= ∂ x 1 ( 1 2
x , x ,… , x n ) ( x , x , … , xn) … ∂ f 2 ( x , x , … , x )
∂ x2 1 2
∂ xn 1 2 n
⋮ ⋮
∂fn
∂fn ∂fn … ( x , x , … , xn)
( x , x ,… , x n )
∂ x1 1 2 ∂ x2
( x1 , x2 , … , xn ) ∂ x2 1 2

disebut dengan matriks Jacobian (J) pada titik ekuilibrium ( x 1 , x 2 , … , x n )

2.10 Kestabilan titik Ekuilibrium

Teorema 2. 1
Menurut (Olsder, 2003) diberikan matriks Jacobian Jf ( x ) persamaan
2. 3 dengan nilai eigen λ .

1. Stabil asimtotik lokal, jika semua bagian real nilai eigen dari matriks
Jf ( x ) bernilai negatif.
2. Tidak stabil, jika terdapat paling sedikit satu nilai eigen matriks
Jf ( x ) yang bagian realnya positif.
Teorema 2. 2
Menurut Boyce dan DiPrima (2009) beberapa jenis sifat kestabilan
yang dikategorikan berdasarkan jenis nilai eigen yang diperoleh dari
persamaan karakteristik 2. 9

1. Jika nilai eigen λ i> λ j> 0 maka sifat kestabilan tersebut tidak stabil
2. Jika nilai eigen λ i< λ j< 0 maka sifat kestabilan tersebut stabil
asimtotik
3. Jika nilai eigen λ i< 0< λ j maka sifat kestabilan tersebut tidak stabil
4. Jika nilai eigen λ i=λ j > λ j maka sifat kestabilan tersebut tidak stabil
5. Jika nilai eigen λ i=λ j <0 maka sifat kestabilan tersebut stabil
asimtotik

14
2.11 Bilangan Reproduksi Dasar

Bilangan reproduksi dasar (R0) adalah jumlah rata-rata kasus


individu rentan yang dapat menderita penyakit yang disebabkan oleh satu
individu terinfeksi. Selain itu bilangan reproduksi dasar juga digunakan
untuk membedakan antara penyakit yang sangat pesat dengan yang hamper
musnah atau hilang dari suatu populasi. Ada tiga keadaan yang
menggambarkan situasi suatu penyebaran penyait dalam suatu populasi
dengan menggunakan R0 , yaitu:
1. Jika R0 <1 , maka penyakit akan menghilang
2. Jika R0 >1 , maka penyakit akan meningkat menjadi
wabah
3. Jika R0 =1, maka penyakit akan menetap (Giesecke,
2017)
2.12 Next Generation Matrices

Metode next generation matrix adalah metode yang dapat digunakan


untuk mendapatkan nilai pendekatan bilangan reprodukasi dasar R0 (O.
Diekmann, 2010) sebelum menghitung bilangan reproduksi dasar ( R0 ¿
dilakukan linearisasi dari sistem persamaan diferensial yang didekati pada
titik kesetimbangan bebas penyakit. Persamaan kelompok populasi
terinfeksi yang telah dilinearisasi dapat dituliskan sebagi berikut :
ẋ=( F+ V ) x
Selanjutnya didefinisikan matriks K sebagai berikut :
K=−F V −1
Nilai harapan dari infeksi sekunder pada populasi rentan adalah
radius spektral maksimum ( nilai eigen dominan) dari matriks K,
sehingga :
−1
R0 =ρ( F V )
Dengan:
K = Next Generation Matrices (NGM)

15
F = matriks transmisi, yaitu matriks yang berisi laju infeksi individu
baru karena kontak
V = matriks transiis, yaitu matriks yang berisi laju transfer masuk
dan keluar subpopulasi

16
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Sumber Data


Penelitian ini memfokuskan pada penyebaran Cacar monyet
dengan adanya vaksinasi dimana data yang diambil untuk estimasi
parapemeter merupakan data yang digunakan oleh artikel penelitian
sebelumnya

B. Diagram Alir Penelitian

Berdasarkan langkah-langkah penelitian di atas, maka dapat


diperoleh diagram alir penelitian sebagai berikut :

Studi Litelatur

Membuat Asumsi

Konstruksi Model

Menentukan Titik Ekuilibrium bebas penyakit dan endemik

Menganalisis kestabilan titik ekuilibrium bebas penyakit dan endemik

Mencari R0

Simulasi Numerik

Kesimpulan dan Saran

C. Metode Analisis Penelitian

Pada penelitian ini terdapat langkah-langkah penelitian yang


dilakukan. Adapun langkah-langkah tersebut yaitu sebagai berikut :

17
1. Studi literatur

Langkah ini dilakukan dengan cara mempelajari buku-buku,


jurnal- jurnal dan sumber-sumber lainnya yang berhubungan
dengan model penyebaran penyakit Monkeypox (Cacar monyet).
Studi literatur ini dilakukan dengan tujuan untuk mengumpulkan
informasi- informasi terkait permasalahan yang dikaji, sehingga
dapat dijadikan referensi dalam penulisan. Studi literatur yang
dilakukan seperti menentukan berapa lama masa inkubasi Cacar
monyet, gejala-gejala yang terjadi pada penderita Cacar monyet
dan parameter-parameter yang digunakan pada model seperti laju
kelahiran dan kematian.

2. Membuat asumsi

Asumsi merupakan dasar dari terbentuknya suatu model


matematika. Asumsi dapat digunakan untuk menyederhanakan
masalah, sehingga ruang lingkup model berada dalam koridor
permasalahan yang ingin dikaji oleh pemodel. Begitu pula
dengan model yang dibentuk dalam penelitian ini, model
dibentuk berdasarkan asumsi-asumsi yang mendukung masalah
pada penelitian ini. Jika terdapat paling sedikitnya 1 (satu)
asumsi yang ditambahkan atau dihilangkan, maka akan
mempengaruhi bentuk model yang diperoleh.

3. Konstruksi model dan diagram

Langkah ini dilakukan untuk membuat diagram kompartemen


model matematika penyebaran penyakit Cacar monyet dengan
vaksinasi, kemudian membentuk persamaan diferensial dari
model tersebut

4. Menemukan titik ekuilibrium

18
Langkah ini dilakukan untuk menemukan titik ekuilibrium dari
sistem atau model yang dibentuk. Penemuan titik ekuilibrium
menggunakan persamaan-persamaan diferensial atau dari bentuk
model yang diperoleh dengan f ( x )=0, sehingga diperoleh nilai
dari tiap variabel dan merupakan titik ekulibrium dari model
penyebaran Cacar monyet.

5. Menganalisis kestabilan titik ekuilibrium

Langkah ini dilakukan untuk menguji titik ekuilibrium yang


diperoleh. Uji kestabilan dilakukan dengan menggunakan
matriks Jacobian dari model interaksi yang dibentuk. Dari
matriks Jacobian, dapat ditemukan nilai eigen yang akan
menentukan sifat kestabilan. Linierisasi dilakukan untuk
melinierkan persamaan-persamaan diferensial pada sistem untuk
mendapatkan matriks jacobian. Karena dari model yang
dibentuk menghasilkan persamaan-persamaan diferensial
nonlinier. Analisis kestabilan yang dilakukan padatitik ekulibrum
bebas penyakit dengan melihat basic reproduction number ( R0 )
dimana R0 didapat dengan menggunakan metode Next
Generation Matrix. Titik ekulibrium endemic dianalisis dengan
menggunakan simulasi numeric dengan melihat arah tuju dari
solusi jika diberikan nilai sembarang.

6. Simulasi hasil

Langkah ini dilakukan dengan menggunakan bantuan software.


Sehingga diperoleh plot model penyebaran penyakit Cacar
monyet yang menunjukkan hubungan antar variabel-variabel
penelitian yang digunakan dalam membentuk model.

19
DAFTAR PUSTAKA

WHO. (2022, mei). Monkeypox. Diambil kembali dari World Health


Organization:
https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/monkeypox
RI, KEMENKES. (2022, agustus sabtu). Kasus Monkeypox Pertama di
Indonesia Terkonfirmasi. Diambil kembali dari KEMENTRIAN
KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA:
https://www.kemkes.go.id/article/view/22082100001/kasus-
monkeypox-pertama-di-indonesia-terkonfirmasi.html
Martcheva, M. (2015). Texts in Applied Mathematics 61 An Introduction to
Mathematical Epidemiology. London: Springer.
Ndii, M. Z. (2018). Pemodelan Matematika Dinamika Populasi dan
Penyebaran Penyakit. yogyakarta: DEEPUBLISH.
Boyce, W., & DiPrima, R. (2009). Elementary Differential Equations and
Boundary Value Problems. United States: John Wiley & Sons.
Olsder, p. G. (2003). Mathematical Systems Theory second edition.
Netherlands: DUP Blue Print.
Anton, H. (1992). Aljabar Linier Elementer Edisi ke-5. Terjemahan Pantur
Silaban dan I Nyoman Susila. Jakarta : Erlangga.
Ambarwati, R. D. (2014). Analisis Model Matematika Tentang Pengaruh
Terapi Gen Terhadap Dinamika Pertumbuhan Sel Efektor dan Sel
Tumor dalam Pengobatan Kanker. Yogyakarta: Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri
Yogyakarta.
Giesecke, J. (2017). Modern Infectious Disease Epidemiology. Boca Raton:
Taylor & Francis Group.
O. Diekmann, J. A. (2010). The construction of next-generation matrices for
compartmental epidemic models. Interface.
Bhunu, & Mushayabasa. (2011). Modelling the Transmission Dynamics of
Pox-like Infections. IAENG International Journal of Applied

20
Mathematics,.
Budiyarto, L. (2023). INFEKSI CACAR MONYET (MONKEYPOX).
urnal Medika Hutama.
Bunge, E., Hoet, B., Chen, L., & Lienert, F. (2022). The Changing
epidemiology of human monkeypox-A potential threat? A
systematic riview. PLOS Neglected Tropical Diseases.
Eskild, P., Abubakar, I., Ihekweazu, C., & D. Mchugh, T. (2019).
Monkeypox — Enhancing public health preparedness for an
emerging lethal human zoonotic epidemic threat in the wake of the
smallpox post-eradication era. International Journal of Infectious
Diseases.
Lauko, I., Pinter, G., & TeWinkel, R. (2018). Equilibrium analysis for an
epidemic model with a reservoir for infection. LETTERS IN
BIOMATHEMATICS.
Meiriani, S., & Nany, H. (2022). A REVIEW OF THE MONKEYPOX
OUTBREAK IN INDONESIA IN 2022. JURNAL KEDOKTERAN
DIPONEGORO.
Prawoto, B. P. (2017). STABILITY AND SIMULATION OF MEASLES
TRANSMISSION MODEL WITH AND WITHOUT
VACCINATION. Far East Journal of Mathematical Sciences.
Prawoto, B. P., Maulana, D. A., & Astuti, Y. P. (2018). The behaviour of
measles transmission in three different populations.
L:SDATdaneAnmedpdmbdr.
Titanji, B., Tegomoh, B., Nematollahi, S., Konomos, M., & Kulkarni, P.
(2022). Monkeypox: A Contemporary Review for Healthcare
Professionals. Open Forum Infectious Diseases.

21

Anda mungkin juga menyukai