Anda di halaman 1dari 3

Nama: Nur Fadillah Safna

Nim : 21.023.74.201.116

Tugas: Analisis Kasus Pelanggaran Kode Etik Profesi Advokat

(Analisis Kasus Dr.Todung Mulya Lubis, SH., LL.M.)

KASUS

Todung Mulya Lubis adalah salah satu advokat senior di Indonesia yang
seharusnya telah mengetahui dengan rinci kode etik profesi advokat di
Indonesia yang tertuang di dalam Kode Etik Advokat Indonesia. Kode Etik
Advokat Indonesia dibentuk atas amanat Undang-Undang Nomor 18 Tahun
2003 tentang Advokat. Kode Etik Advokat Indonesia (KEAI) disahkan pada
tanggal 23 Mei 2002 oleh tujuh Asosiasi Advokat yang disebut Komite Kerja
Advokat Indonesia (KKAI).

Todung Mulya Lubis dilaporkan oleh Hotman Paris kepada Majelis


Kehormatan Peradi Daerah Jakarta karena diduga terdapat konflik
kepentingan dalam perkara antara perusahaan Sugar Group Company (SGC)
melawan Keluarga Salim/Salim Group dan Pemerintah Indonesia. Homan
Paris yang merupakan kuasa hukum dari SGC melaporkan Todung Mulya
Lubis karena menjadi kuasa hukum Keluarga Salim/Salim Group.

Padahal pada tahun 2002 Todung Mulya Lubis merupakan kuasa hukum
pemerintah dalam hal ini BPPN untuk melakukan audit terhadap Keluarga
Salim/Salim Group salah satunya adalah perusahaan Sugar Group Company
(SGC). Sugar Group Company (SGC) yang berada dibawah pengawasan
BPPN kemudian pada tahun 2006 Sugar Group Company (SGC) dijual ke
pemilik baru dan pemilik baru tersebut berperkara melawan Keluarga
Salim/Salim Group dan Pemerintah Indonesia sebagai tergugat. Disini
Todung Mulya Lubis menjadi kuasa hukum atas Keluarga Salim/Salim Group
yang justru pernah diperiksa oleh BPPN yang saat itu hukumnya dikuasakan
kepada Todung Mulya Lubis. Hotman Paris yang merupakan kuasa hukum
Sugar Group Company (SGC) kemudian melaporkan dugaan konflik
kepentingan ini.

Jika dianalisis secara kasat mata tentunya Todung Mulya Lubis terlihat sangat
melakukan konflik kepentingan karena menjadi kuasa hukum untuk dua pihak
yang awalnya berseberangan meskipun interval waktunya sekitar empat
tahun. Keluarga Salim/Salim Group pernah diperiksa oleh Pemerintah
Indonesia dalam hal ini BPPN yang hukumnya dikuasakan kepada Todung
Mulya Lubis. Lalu ketika Keluarga Salim/Salim Group berperkara dan menjadi
tergugat bersama Pemerintah Indonesia, Todung Mulya Lubis justru menjadi
kuasa atas Keluarga Salim/Salim Group yang pernah di audit oleh
Pemerintah Indonesia yang dalam hal ini BPPN yang hukumnya dikuasakan
kepada Todung Mulya Lubis.

KODE ETIK PROFESI


Jika merujuk pada Kode Etik Advokat Indonesia Todung Mulya Lubis dapat
dijerat oleh dua ketentuan berlapis sekaligus. Pada pasal 4 ayat j Kode Etik
Advokat Indonesia dijelaskan bahwa Advokat harus mengundurkan diri
sepenuhnya dari pengurusan kepentingan-kepentingan bersama dua pihak
atau lebih yang menimbulkan pertentangan kepentingan antara pihak-pihak
yang bersangkutan. Tidak hanya pasal 4 ayat j Kode Etik Advokat Indonesia,
ketentuan lain yang berkaitan erat adalah pasal 3 ayat b Kode Etik Advokat
Indonesia yang menyatakan bahwasannya Advokat dalam menjalankan
profesinya tidak semata-mata mencari imbalan material, tetapi lebih
mengutamakan tegaknya hukum, keadilan dan kebenaran.

ANALISIS KASUS

Dilihat dari kedua ketentuan tersebut terlihat jelas bahwa Todung Mulya Lubis
telah melakukan pelanggaran kode etik berat karena telah menjadi advokat
untuk dua pihak yang berlawanan sehingga sejatinya kepentingannya
berbeda, meskipun keduanya saat itu berstatus sebagai tergugat. Todung
Mulya Lubis diduga telah melakukan pelanggaran yang motifnya karena uang
atau imbalan jasa dari Keluarga Salim/Salim Group yang pernah di audit oleh
BPPN yang hukumnya dikuasakan kepada Todung Mulya Lubis beberapa
tahun sebelumnya.

Meskipun tidak bisa disangkal bahwasannya interval waktu antara Todung


Mulya Lubis ketika menjadi kuasa hukum atas BPPN dan ketika menjadi
kuasa hukum atas Keluarga Salim/Salim Group cukup lama yaitu sekitar
empat tahun dan juga di saat itu Keluarga Salim/Salim Group dan Pemerintah
Indonesia sama-sama berstatus sebagai tergugat, sebagai advokat senior
seharusnya Todung Mulya Lubis sadar kedua pihak tersebut memiliki
kepentingan berbeda.

Sehingga jika dilihat dari ketentuan dalam Kode Etik Advokat Indonesia, jika
menjadi kuasa hukum dari dua pihak yang saling berseberangan
kepentingannya seharusnya Todung Mulya Lubis mengundurkan diri dari
pengurusan atas kepentingan-kepentingan para pihak tersebut karena sudah
jelas jika hal tersebut tetap dilakukan advokat terutama advokat senior seperti
Todung Mulya Lubis dapat mencederai nilai hukum, keadilan dan kebenaran,
terlebih jika motifnya hanyalah imbalan semata. Karena pada hakekatnya
hukum, keadilan dan kebenaran tidak dapat ditukar sepenuhnya dengan
materi.

Anda mungkin juga menyukai