Pengujian substantif saldo persediaan diterapkan atas ketiga jenis persediaan, yaitu:
persediaan bahan baku, persediaan barang dalam proses, dan persediaan barang jadi. Persediaan bahan
baku mencakup juga persediaan bahan baku dan pembantu yang masih dalam perjalanan dari pemasok.
Persediaan barang jadi meliputi persediaan barang jadi di gudang perusahaan, dan di pihak ketiga
seperti agen penjualan atau distributor. Pengujian substantif saldo persediaan sangat menyita waktu,
biaya, dan tenaga auditor. Auditor harus benar-benar cermat dalam perencanaan pengujian substantif
ini. Auditor juga harus dapat merancang pengujian substantif yang tepat dan efektif.
Penetapan jenis prosedur, luas pengujian, dan penentuan waktu pelaksanaan sangat tergantung pada
besar kecilnya resiko deteksi. Penetapan besarnya resiko deteksi ini dipengaruhi resiko bawaan dan
resiko pengendalian berbagai transaksi Yang tergantung pada besar-kecilnya risiko deteksi. Penetapan
besarnya risiko deteksi ini Penentuan jenis prosedur, luas pengujian, dan penentuan waktu pelaksanaan
sangat dipengaruhi risiko bawaan dan risiko pengendalian berbagai transaksi mempengaruhi saldo
persediaan, serta tingkat risiko audit yang dapat diterima.
Perhatian utama diberikan pada faktor-faktor yang mempengaruhi risiko salah saji dalam asersi
keberadaan atau keterjadian, dan penilaian atau pengalokasian. Auditor ini. Penentuan risiko
pengendalian yang relevan di dasarkan pada kelas transaksi yang perlu lebih mengintensifkan dan
mengekstensifkan pengujiannya pada kedua asersi mempengaruhi rekening persediaan sebagaimana
tercantum data tabel berikut ini:
Table
Sebagai contoh: dalam menaksir risiko pengendalian untuk keberadaan dan keterjadian untuk
persediaan, auditor hendaknya mempertimbangkan penentuan risiko pengendaliannya terhadap asersi
keberadaan dari keterjadiannya berkaitan dengan transaksi pembelian yang meningkatkan saldo
persediaan dan asersi kelengkapan berkaitan dengan transaksi penjualan yang menurunkan saldo
persediaan. Karena kombinasi antara risiko bawaan dan risiko pengendalian dalam persediaan adalah
tinggi untuk asersi keberadaan dan keterjadian dan penilaian atau alokasi, tingkat risiko deteksi yang
diterima harus rendah. Keputusan ini akan mempengaruhi pertimbangan pengujian substantif yang akan
dilakukan.
Ada beberapa prosedur pengujian substantif yang dapat diterapkan atas saldo persediaan. Kebanyakan
prosedur tersebut berkaitan dengan asersi penilaian atau pengalokasian, dan keberadaan atau
keterjadian. Sumber bukti utama saldo persediaan adalah observasi perhitungan fisik persediaan yang
independen secara periodik.
Prosedur Inisial
Dalam menelaah saldo awal persediaan, auditor hendaknya menentukan bahwa penyesuaian audit
berkaitan dengan catatan periode tahun lalu. Data-data yang ada di dalam buku besar tahun ini
hendaknya diteliti untuk menentukan adanya transaksi yang tidak biasa yang menuntut prosedur
khusus. Inisial prosedur juga meliputi penentuan bahwa skedul persediaan sesuai dengan saldo yang ada
di dalam buku besar.
Rasio yang dapat dipergunakan dalam prosedur analitis ini, antara lain:
a. Rate of gross profit, yaitu laba kator dibagi dengan penjualan bersih.
b. Merchandise inventory turnover, yaitu harga pokok penjualan dibagi dengan persediaan barang
dagang rata-rata.
c. Number of sales in inventory, yaitu 365 dibagi dengan merchandise inventory turnover.
d. Rasio persediaan per aktiva lancar, yaitu persediaan dibagi dengan total aktiva lancar.
Rasio yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan rasio sebelumnya, anggaran, dan data industri
rata-rata. Prosedur pengujian ini berkaitan erat dengan asersi keberadaan atau keterjadian,
kelengkapan, dan penilaian atau alokasi.
Pengujian Detail Transaksi
Pengujian ini meliputi prosedur untuk menelusuri dan mengusut data-data persediaan untuk
mendapatkan bukti mengenai pemrosesan transaksi individual yang mempengaruhi saldo persediaan.
Prosedur pengamatan persediaan klien merupakan prosedur auditing yang berterima umum. Prosedur
ini sebenarnya sangat menyita waktu dan biaya. Oleh karena itu, prosedur ini terutama dilakukan
apabila:
b. Prosedur ini memang dapat diterapkan secara efektif dan efisien untuk audit perusahaan tersebut.
Apabila kuantitas persediaan klien hanya dapat ditentukan melalui penghitungan fisik, maka auditor
perlu hadir pada saat perhitungan fisik persediaan. Auditor kemudian dapat mengamati, menguji, dan
mengajukan pertanyaan. Hal itu dilakukan untuk memperoleh keyakinan mengenai efektivitas
perhitungan fisik persediaan, dan mengukur reliabilitas representasi klien mengenai kuantitas dan
kondisi fisik persediaan. Berbagai pertimbangan auditor dalam mengamati perhitungan fisik persediaan
pada umumnya sama seperti lingkup audit lainnya. Pertimbangan tersebut terutama mengenai
penentuan waktu pelaksanaan pengamatan perhitungan.
Auditor sebaiknya menentukan saat pengamatan perhitungan fisik pada atau dekat tanggal neraca. Hal
ini akan menentukan reliabilitas saldo persediaan yang akan disajikan dalam neraca. Apabila
perhitungan fisik dilakukan selain tanggal tersebut atau perhitungan interim, auditor perlu juga menguji
catatan perpetual dari transaksi persediaan sejak tanggal perhitungan interim tersebut sampai tanggal
neraca.
Apabila perusahaan memiliki beberapa gudang persediaan, auditor harus melakukan pengamatan
perhitungan persediaan secara bersamaan. Hal itu dilakukan untuk mencegah pemindahan persediaan
yang telah dihitung ke persediaan yang belum dihitung sehingga persediaan dihitung dua kali. Oleh
karena itu, auditor perlu mengerahkan beberapa stafnya sehingga memungkinkan untuk melaksanakan
prosedur tersebut secara bersamaan. persediaan. Auditor perlu mengidentifikasikan keberadaan
persediaan yang usang, Pada saat perhitungan fisik auditor perlu memperhatikan mengenai kualitas
lambat perputarannya, dan persediaan yang rusak. Prosedur pengamatan persediaan ini berkaitan erat
dengan asersi keberadaan atau keterjadian, kelengkapan, dan penilaian atau pengalokasian.
Dokumen yang digunakan dalam transaksi pembelian meliputi order pembelian, laporan penerimaan
barang, dan faktur dari pemasok. Prosedur pengujian ini dilakukan dengan cara melihat ke buku
pembantu persediaan. Auditor kemudian memilih sampel transaksi pembelian akan ditelusuri buktinya.
Setelah itu, auditor memeriksa keberadaan dokumen pendukungnya. Prosedur pengujian ini berkaitan
erat dengan asersi keberadaan atau keterjadian, hak dan kewajiban, serta penilaian atau pengalokasian.
Mempertimbangkan Bukti dari Tes Pisah Batas Penjualan dan Pembelian
Prosedur pengujian pisah batas penjualan dan pembelian sangat penting untuk memastikan bahwa
transaksi pembelian dan penjualan yang terjadi dekat tanggal neraca dan mempengaruhi saldo
persediaan, telah dicatat dalam periode yang tepat. Dasar pengakuan penjualan bisa tanggal pengiriman
(FOB-Shipping Point) atau saat barang diterima pelanggan (FOB-Destination). Pengujian ini meliputi:
a. Pengujian dokumen pengiriman beberapa hari sebelum atau sesudah tanggal pisah batas,
c. Memeriksa bukti untuk memastikan validitas dan ketepatan pemahaman dan penjurnalan terkait,
Pengujian pisah batas pembelian dirancang auditor untuk memperoleh keyakinan yang memadai
bahwa:
a. Semua pembelian telah dicatat dalam periode dimana barang dikirimkan oleh pemasok (FOB Shipping
point),
b. Semua pembelian telah dicatat dalam periode dimana barang sudah benar-benar diterima dari
pemasok (FOB Destination).
Prosedur ini berkaitan erat dengan asersi keberadaan atau keterjadian, dan kelengkapan.
Observasi persediaan menjadi prosedur yang diwajibkan karena persediaan bersifat material bagi
perusahaan. Dalam melakukan prosedur ini, auditor tidak memiliki persediaan. Dalam pengujian
substantif, auditor harus memperoleh pemahaman tanggung jawab/wewenang untuk melakukan atau
mensupervisi penghitungan dasar asersi manajemen. Dalam beberapa kasus, perusahaan klien
menyewa spesialis langsung tentang efektivitas penghitungan persediaan dan pengukurannya yang
menjadi untuk menghitung banyaknya persediaan yang dimiliki oleh perusahaan. persediaan klien dan
efektivitas pengendalian internal. Dalam sistem persediaan periodik,
Waktu dan Luas Pengujian: Waktu penghitungan persediaan tergantung pada system besarnya
persediaan ditentukan dengan penghitungan fisik, dan penghitungan dilakukan pada waktu tertentu
(biasanya mendekati tanggal neraca). Dalam system persediaan perpetual dengan pengendalian intern
yang baik/ efektif, penghitungan fisik dilakukan pada waktu interim dan dibandingkan dengan catatan
persediaan.
Auditor harus menelaah perencanaan penghitungan yang akan dilakukan oleh klien. Biasanya, auditor
diminta untuk membantu menyusun perencanaan penghitungan oleh klien. Auditor biasanya
bertanggung jawab untuk: (1) merencanakan prosedur (2) menentukan banyaknya tenaga kerja yang
diperlukan (3) menunjuk anggota tim audit untuk lokasi tertentu.
Luasnya penghitungan yang dilakukan oleh auditor bergantung pada kehati-hatian persediaan, dan
efektivitas berkaitan dengan penjagaan fisik persediaan dan pemeliharaan catatan perpetual.
Kesimpulan observasi perlu diformulasikan oleh tim audit. Ringkasan kesimpulan tersebut berisi: (1)
penyimpangan dari rencana penghitungan (2) luas penghitungan (3) kesimpulan pada keakuratan
penghitungan dan kondisi umum persediaan.
Perusahaan kadang masih menyimpan persediaan yang dimiliki pelanggan. Dalam hal ini, pelanggan
telah benar-benar membeli persediaan barang jadi perusahaan klien. Akan tetapi pelanggan tersebut
belum mengambilnya. Persediaan tersebut sebenarnya bukan milik perusahaan klien lagi.
Manajemen harus memisahkan persediaan milik pelanggan tersebut. Dengan demikian, apabila
dilakukan perhitungan fisik, persediaan tersebut tidak ikut dihitung. Oleh karena itu, auditor perlu
mengajukan pertanyaan kepada manajemen mengenai kepemilikan persediaan. Prosedur pengujian ini
berkaitan erat dengan asersi hak dan kewajiban, dan penyajian dan pengungkapan.
b. Menelaah catatan perpetual persediaan untuk mendeteksi persediaan dengan tingkat perputaran
rendah.
Apabila auditor tidak dapat menilai kualitas persediaan, auditor dapat menggunakan jasa penilai aktiva
independen. Hal ini terutama dilakukan atas audit
persediaan kandungan minyak bumi dan gas di dalam tanah, nilai persediaan berlian, dan sejenisnya.
Prosedur pengujian ini berkaitan erat dengan asersi penilaian atau pengalokasian.
Pricing test atau pengujian penetapan harga persediaan meliputi seluruh pengujian atas harga per unit
persediaan untuk menentukan ketepatan harga tersebut. Pengujian ini terdiri atas dua langkah, yaitu:
b. Membandingkan harga pokok per unit yang digunakan klien ke dokumen pendukungnya.
Pengujian ini mencakup juga persediaan yang rusak, cacat dan rendah perputarannya. Auditor perlu
memastikan bahwa persediaan yang tidak baik kondisinya tersebut tidak dinilai melebihi nilai yang dapat
direalisasikan. Auditor juga perlu memastikan konsistensi penggunaan metode penentuan harga
persediaan. Prosedur pengujian ini berkaitan erat dengan asersi penilaian atau alokasi. Pengujian
penentuan harga persediaan merupakan salah satu bagian yang penting dan menyita waktu dalamaudit.
Dalam melaksanakan pengujian, ada tiga hal yang penting yaitu:
a. Metode yang digunakan harus sesuai dengan prinsip akuntansi yang berterima umum,
c. Harga perolehan pengganti dan harga pasar harus dipertimbangkan dengan cermat.
Sesudah penghitungan fisik dilakukan, klien menggunakan kartu persediaan atau daftar perhitungan
untuk menyiapkan atau mengompilasi daftar persediaan yang dihitung. Daftar persediaan tersebut
kemudian digabungkan dengan daftar harga untuk menentukan rupiah persediaan. Pengujian
keakuratan klerikal meliputi penghitungan kembali keseluruhan item yang ada di dalam daftar
persediaan dan memverifikasi keakuratannya. Pengujian ini menyediakan bukti untuk asersi keberadaan
dan keterjadian, kelengkapan, dan penilaian atau alokasi.
Pengujian Biaya Pembelian Persediaan: Untuk persediaan yang dibeli untuk dijual lagi maupun
digunakan perusahaan sendiri, biaya harus diusut ke faktur pembelian. Bila digunakan metode LCOM
auditor perlu menelaah baik nilai cost maupun nilai pasar persediaan.
Pengujian Biaya Persediaan Hasil Produksi: Sifat dan luas pengujian barang dalam proses maupun
barang jadi sangat tergantung pada keandalan catatan akuntansi biaya dan metode yang digunakan
untuk mengakumulasikan biaya. Metode itu perlu ditelaah untuk menentukan keakuratannya dan
konsistensinya.
Persediaan barang jadi perusahaan klien tidak hanya meliputi persediaan yang ada di gudang
perusahaan. Perusahaan sering memiliki persediaan barang jadi yang ada di gudang umum atau di agen
penjual dan distributor. Saldo persediaan di gudang umum tersebut terutama dapat diuji dengan
pelaksanaan konfirmasi persediaan.
Auditor biasanya akan memperoleh konfirmasi langsung secara tertulis dari pengelola tempat
penyimpanan tersebut. Jika persediaan tersebut merupakan jumlah yang signifikan dalam total aktiva,
maka auditor perlu melaksanakan prosedur berikut
a. Menguji prosedur penyelidikan yang digunakan pemilik gudang atas penjaga gudang dan penilaian
kinerja penjaga gudang.
b. Melakukan pengamatan terhadap perhitungan fisik persediaan di gudang umum, jika dapat
dilaksanakan.
Prosedur pengujian ini berkaitan erat dengan asersi keberadaan atau keterjadian, kelengkapan, hak dan
kewajiban.
Prosedur pengujian ini berkaitan erat dengan asersi penyajian dan pengungkapan. Auditor harus
memahami persyaratan penyajian dan pengungkapan persediaan dan harga pokok produksi serta harga
pokok penjualan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berterima umum. Penyajian saldo persediaan
yang tepat meliputi identifikasi dan klasifikasi persediaan sebagai aktiva lancar dalam neraca. Auditor
juga dapat menentukan apakah pengungkapan persediaan yang rusak atau cacat dan lambat
perputarannya sudah memadai.
Pengujian ini berkaitan dengan asersi penyajian dan pengungkapan. Bukti dapat dihimpun melalui
penelaahan atas notulen rapat pertemuan dewan komisaris, dan mengajukan pertanyaan pada
manajemen.