Anda di halaman 1dari 14

SOSFILKOM Volume XIV Nomor 02 Juli-Desember 2020

KEWENANGAN DESA DALAM PENANGGULANGAN


WABAH COVID-19
R. Agus Abikusna
IAIN Syekh Nurjati Cirebon
a.abikusna@gmail.com

Abstrak

Penyebaran virus Covid-19 yang sangat massif dan cepat telah membuat semua kalangan menjadi gagap
tidak terkecuali pemerintah pusat, sehingga terjadi keraguan dalam mengambil kebijakan. Desa sebagai
entitas penyelenggara pemerintahan paling bawah yang langsung berhadapan dengan warga masyarakat
dibuat kebingungan untuk bertindak, apa yang harus dilakukan dan bagaimana caranya. Artikel ini
dimaksudkan untuk mengetahui dan menganalisis kewenangan apa yang dimiliki desa dalam
penanggulangan wabah Corono atau Pandemik Covid-19. Metode yang digunakan adalah analisis
deskriptif dengan pendekatan perundang-undangan terutama berkaitan dengan kewenangan yang
dimiliki desa. Hasil dari kajian ini adalah : Kewenangan Desa adalah kewenangan yang dimiliki desa
sebagai entitas penyelenggara pemerintahan negara, dan Kewenangan Desa dalam menanggulangi
Pandemik Covid-19 adalah penanggulangan yang bersifat pencegahan, dan yang bersifat penanganan
secara langsung, serta dampak yang terjadi yang disebabkan wabah tersebut.

Kata Kunci: Kewenangan, Penanggulangan, Pandemik Covid-19

Abstract

The massive and rapid spread of the Covid-19 virus has stuttered all circles, including the central
government, so there are doubts about making policies. The village as the lowest governing entity which
is directly confronted by the community members is confused about what to do and how to do it. This
article is intended to find out and analyze what authority the village has in overcoming the Corono or
Pandemic Covid-19 outbreak. The method used is descriptive analysis with a legislative approach,
especially related to the authority of the village. The results of this study are: Village Authority is the
authority possessed by the village as an administrative entity of the state government, and Village
Authority in overcoming Covid-19 Pandemic is prevention which is of a direct nature, and which is of
a direct handling nature, as well as the impacts that occur due to the outbreak.

Keywords: Authority, Countermeasures, Covid-19 Pandemic

PENDAHULUAN oleh koronavirus jenis baru yang diberi


Diakhir tahun 2019 dunia nama SARS-CoV-2. Wabah COVID-19
dikejutkan oleh berjangkitnya wabah virus pertama kali dideteksi di Kota Wuhan,
Corona atau dikenal dengan Pandemic Provinsi Hubei, Tiongkok pada bulan
Covid-19. Pandemi Koronavirus 2019– Desember 2019, dan ditetapkan
2020 adalah peristiwa sebagai pandemi oleh Organisasi
menyebarnya penyakit koronavirus Kesehatan Dunia (WHO) pada 11 Maret
2019 (bahasa Inggris: coronavirus disease 2020. Hingga 23 April 2020, lebih dari
2019, disingkat COVID-19) di seluruh 2.000.000 kasus COVID-19 telah
dunia. Penyakit ini disebabkan dilaporkan di lebih dari 210 negara dan

Diterbitkan oleh FISIP UMC | 25


SOSFILKOM Volume XIV Nomor 02 Juli-Desember 2020

wilayah, mengakibatkan lebih dari 195,755 pengertian tersebut di atas, dapat terjadi
orang meninggal dunia dan lebih dari kekuasaan yang tidak berkaitan dengan
781,109 orang sembuh hukum. Kekuasaan yang tidak berkaitan
(https://www.who.int/indonesia/news/nove dengan hukum oleh Henc van Maarseven
l-coronavirus/qa-for-public). disebut sebagai “blote match”
Pemerintah Indonesia dalam (Mulyosudarmo, 1990:30). Sedangkan
menyikapi masuknya Corona ini pada kekuasaan yang berkaitan dengan hukum
awalnya menganggap sebagai hal yang oleh Max Weber disebut sebagai wewenang
biasa, namun setelah pemberitaan yang rasional atau legal, yakni wewenang yang
gencar dari media massa di seluruh dunia, berdasarkan suatu sistem hukum, yang
dan mendapat peringatan dari banyak dipahami sebagai suatu kaidah-kaidah yang
negara, baru kemudian mengambil langkah telah diakui serta dipatuhi oleh masyarakat
dengan tergagap, apalagi setelah ditemukan dan bahkan yang diperkuat oleh Negara
adanya kasus yang terpapar wabah ini dan (Setiardja, 1990:52).
terjadi secara sporadis. Dalam kaitan Desa sebagai sebuah entitas
tersebut sempat terjadi diskusi saling penyelenggara pemerintahan negara diakui
lempar tanggung jaawab, bahkan saling memiliki kewenangan untuk melaksanakan
menyalahkan antara Pemerintah Pusat tugas pokok dan fungsinya sesuai peraturan
dengan daerah. Hal ini sempat menjadi perundang-undangan. Undang-undang No.
perdebatan pula di tingkat pemerintahan 6 Tahun 2014 Pasal 3 menyebutkan bahwa
yang langsung berhadapan dengan pengaturan kewenangan desa antara lain
masyarakat, yakni di Desa. Masyarakat berasaskan rekognisi yaitu pengakuan
menuntut kepada desa untuk mengambil terhadap hak asal usul yang dimiliki desa,
langkah-langkah konkrit, sementara desa sedangkan asas subsidiaritas yaitu
belum mendapatkan “arahan” dari penetapan kewenangan berskala lokal dan
pemerintah yang lebih atas, disamping itu pengambilan keputusan secara lokal untuk
pada awalnya ketidak pahaman kepentingan masyarakat desa. Hal ini
karakteristik dari wabah ini, mnyebabkan merupakan karakteristik dari desa yang
pemerintah desa tergagap untuk melakukan harus diakui sebagai entitas yang sudah ada
sesuatu. Hal ini berkaitan dengan sebelum negara kesatuan Republik
kewenangan yang dimiliki desa. Indonesia lahir, namun dalam praktek
Istilah kewenangan dalam berbagai penyelenggaraan negara kewenangan itu
literatur sering dipersamakan dengan istilah tidak lagi menjadi sebuah karakteristik desa
kekuasan dan wewenang, dan kekuasaan sebagai entitas penyelenggaraan negara,
sering dipertukarkan dengan istilah karena dalam pelaksanaannya berdasarkan
kewenangan, demikian pula sebaliknya. UU No. 6 Tahun 2014 hanya sekedar
Bahkan kewenangan sering disamakan juga pengakuan.
dengan wewenang. Kekuasaan biasanya Berdasarkan latar belakang tersebut
merupakan hubungan dalam arti bahwa ada untuk membatasi permasalahan yang akan
satu pihak yang memerintah dan pihak lain dikaji perlu dirumuskan masalahnya yakni:
yang diperintah (the rule and the ruled) “Kewenangan apa yang dimiliki Desa
(Budiardjo, 1998:35-36). Atas dasar dalam menanggulangi Pandemik Covid-19”

Diterbitkan oleh FISIP UMC | 26


SOSFILKOM Volume XIV Nomor 02 Juli-Desember 2020

Penulisan artikel ini dilakukan dengan Menurut (Syafrudin, 2000) ada


analisis deskriptif normatif, melalui perbedaan antara pengertian kewenangan
pendekatan peraturan perundang-undangan, dan wewenang. Kewenangan (authority,
yakni yang berkaitan dengan kewenangan, gezag) adalah apa yang disebut kekuasaan
dan kewenangan desa, khususnya yang formal, kekuasaan yang berasal kekuasaan
berkaitan dengan penanggulangan wabah yang diberikan oleh undang-undang,
penyakit. sedangkan wewenang (competence,
bevoegheid) hanya mengenai suatu
”onderdeel” (bagian) tertentu saja dari
METODOLOGI PENELITIAN kewenangan. Dalam kewenangan terdapat
wewenang-wewenang (rechtsbe
Metode penelitian yang digunakan dalam voegdheden). Wewenang merupakan
penelitian ini adalah metode kualitatif lingkup tindakan hukum publik, lingkup
deskriptif. Data diperoleh dengan wewenang pemerintahan, tidak hanya
mengumpulkan data yang ada di desa dan meliputi wewenang membuat keputusan
data terkait lainnya. pemerintah (bestuur), tetapi meliputi
wewenang dalam rangka pelaksanaan
A. Kewenangan
tugas, dan memberikan wewenang serta
Kewenangan berasal dari distribusi wewenang utamanya ditetapkan
terjemahan bahasa Inggris (authority), dan dalam peraturan perundang-undangan.
istilah dalam bahasa Belanda (gezag).
Pada umumnya kewenangan
Menurut H.D. Stout yang di kutip Ridwan
diartikan sebagai kekuasaan, seperti di
HR, kewenangan adalah: ”Keseluruhan
sebutkan pada Kamus Besar Bahasa
aturan-aturan yang berkenaan dengan
Indonesia, bahwa kekuasaan merupakan
perolehan dan penggunaan wewenang
kemampuan dari orang atau golongan untuk
pemerintahan oleh subyek hukum publik di
menguasai orang lain atau golongan lain
dalam hubungan hukum publik” (Ridwan,
berdasarkan kewibawaan, kewenangan,
2008:110). Ada dua unsur yang terkandung
kharisma atau kekuatan fisik (KBBI, 1989
dalam pengertian konsep kewenangan yang
:468). Dalam hukum publik menurut
dikemukakan H.D. Stout, yaitu : (1) adanya
Hadjon, wewenang berkaitan dengan
aturan-aturan hukum, (2) adanya sifat
kekuasaan (Hadjon, nd,1). Kekuasaan
hukum. Sebelum kewenangan tersebut
memiliki makna yang sama dengan
dilimpahkan kepada institusi yang akan
wewenang karena kekuasaan yang dimiliki
melaksanakannya, maka terlebih dahulu
oleh Eksekutif, Legislatif dan Yudikatif
harus ditentukan dalam peraturan
adalah kekuasaan formal. Kekuasaan
perundang-undangan apapun bentuk
merupakan unsur esensial dari suatu Negara
peraturan tersebut. Sifat hubungan hukum
dalam proses penyelenggaraan
adalah sifat yang berkaitan dan mempunyai
pemerintahan di samping unsur-unsur
sangkut paut dengan hukum, dengan
lainnya, yaitu: hukum, kewenangan
hubungan hukum baik yang bersifat publik
(wewenang), keadilan, kejujuran,
maupun privat.

Diterbitkan oleh FISIP UMC | 27


SOSFILKOM Volume XIV Nomor 02 Juli-Desember 2020

kebijakbestarian, dan f) kebajikan wewenang yang berada diatasnya (Sukanto,


(Kantaprwira, 1998:37-38). 2005:208-288). Sementara itu Max Weber
Kekuasaan merupakan inti dari membagi kewenangan empat macam, yaitu:
penyelenggaraan Negara agar Negara wewenang kharismatis, tradisional dan
dalam keadaan bergerak (de staat in rasional (legal); wewenang resmi dan tidak
beweging) sehingga dapat berkiprah dan resmi; wewenang pribadi dan teritorial;
berkinerja melayani warganya. Oleh karena serta wewenang terbatas dan menyeluruh.
itu Negara harus diberi kekuasaan. Kewenangan yang dimiliki oleh
Kekuasaan adalah kemampuan seseorang organ/institusi pemerintahan dalam
atau sekelompok orang manusia untuk melakukan perbuatan nyata, mengadakan
mempengaruhi tingkah laku seseorang atau pengaturan atau mengeluarkan keputusan
kelompok lain sedemikian rupa sehingga selalu dilandasi oleh kewenangan yang
tingkah laku itu sesuai dengan keinginan diperoleh dari konstitusi baik secara
dan tujuan dari orang atau Negara atribusi, delegasi, maupun mandat. Suatu
(Budiardjo, 1998:35). atribusi menunjuk pada kewenangan yang
Dari berbagai pengertian asli atas dasar konstitusi atau undang-
kewenangan sebagaimana tersebut di atas, undang dasar. Pada kewenangan delegasi,
penulis berkesimpulan bahwa kewenangan harus ditegaskan suatu pelimpahan
(authority) memiliki pengertian yang wewenang kepada organ pemerintahan
berbeda dengan wewenang (competence). yang lain. Pada mandat tidak terjadi
Kewenangan merupakan kekuasaan formal pelimpahan apapun dalam arti
yang berasal dari undang-undang, pemberian wewenang, akan tetapi, yang
sedangkan wewenang adalah suatu diberi mandat bertindak atas nama pemberi
spesifikasi dari kewenangan, artinya mandat. Dalam pemberian mandat, pejabat
subyek hukum yang diberikan kewenangan yang diberi mandat menunjuk pejabat lain
oleh undang-undang, maka ia berwenang untuk bertindak atas nama mandator
untuk melakukan sesuatu yang tersebut (pemberi mandat).
dalam kewenangan itu. Pada hakikatnya Dalam kaitan dengan konsep
kewenangan merupakan kekuasaan yang atribusi, delegasi, ataupun mandat, J.G.
diberikan kepada alat-alat perlengkapan Brouwer dan A.E. Schilder, mengatakan
negara untuk menjalankan roda bahwa atribusi merupakan kewenangan
pemerintahan. yang diberikan kepada suatu organ
Kewenangan dibedakan (institusi) pemerintahan atau lembaga
berdasarkan sumbernya, kepentingannya, Negara oleh suatu badan legislatif yang
teritorial, ruang lingkupnya, dan menurut independen. Kewenangan ini adalah asli,
urusan pemerintahan. Bedasarkan yang tidak diambil dari kewenangan yang
sumbernya dibedakan menjadi dua yaitu ada sebelumnya. Badan legislatif
wewenang personal dan ofisial. Wewenang menciptakan kewenangan mandiri dan
personal bersumber pada intelegensi, bukan perluasan kewenangan sebelumnya
pengalaman, nilai atau norma, dan dan memberikan kepada organ yang
kesanggupan untuk memimpin. Sedangkan berkompeten, melekat pada suatu jabatan
wewenang ofisial resmi yang diterima dari (Brouwer dan Schilder, 1998:16-17).

Diterbitkan oleh FISIP UMC | 28


SOSFILKOM Volume XIV Nomor 02 Juli-Desember 2020

Pengaturan pendelegasian dilimpahkan, tetapi tidak demikian pada


kewenangan dapat dilakukan dengan 3 delegasi. Berkaitan dengan asas legalitas,
(tiga) alternatif syarat, yaitu adanya kewenangan tidak dapat didelegasikan
perintah yang tegas mengenai (Brouwer dan secara besar-besaran, tetapi hanya mungkin
Schilder, 1998: 266): dibawah kondisi bahwa peraturan hukum
1) Subjek lembaga pelaksana yang diberi menentukan menganai kemungkinan
delegasi kewenangan, dan bentuk delegasi tersebut. Delegasi harus memenuhi
peraturan pelaksana untuk menuangkan syarat-syarat sebagai berikut: definitif,
materi pengaturan yang didelegasikan; harus berdasarkan ketentuan perundang-
2) Bentuk peraturan pelaksana untuk undangan, Delegasi tidak kepada bawahan,
menuangkan materi pengaturan yang Kewajiban memberi keterangan
diselegasikan; atau (penjelasan), Peraturan kebijakan
3) Pendelegasian kewenangan dari (beleidsregel), memberikan instruksi
undang-undang atau lembaga tentang penggunaan wewenang tersebut
pembentuk undang-undang kepada (Hadjon, 1998:94).
lembaga penerima delegasi kewenangan, Kewenangan harus dilandasi oleh
tanpa penyebutan bentuk peraturan yang ketentuan hukum yang ada (konstitusi),
mendapat delegasi. sehingga kewenangan tersebut merupakan
Pada mandat, tidak terdapat suatu kewenangan yang sah. Dengan demikian,
pemindahan kewenangan tetapi pemberi pejabat atau organ pemerintah dalam
mandat memberikan kewenangan kepada mengeluarkan keputusan didukung oleh
organ lain (mandataris) untuk membuat sumber kewenangan tersebut. Dalam hal ini
keputusan atau mengambil suatu tindakan Stroink menjelaskan bahwa sumber
atas namanya. Kewenangan mandat kewenangan dapat diperoleh bagi pejabat
merupakan pemberian, pelimpahan, atau atau organ pemerintahan dengan cara
pengalihan kewenangan oleh suatu organ atribusi, delegasi dan mandat. Kewenangan
pemerintahan kepada pihak lain untuk organ pemerintah adalah suatu kewenangan
mengambil keputusan atas tanggungjawab yang dikuatkan oleh hukum positif guna
sendiri (Asshiddiqie, 2004:264). Apabila mengatur dan mempertahankannya.Tanpa
kewenangan yang dilimpahkan atau kewenangan tidak dapat dikeluarkan suatu
didelegasikan tersebut merupakan keputusan yuridis yang benar (Thalib,
kewenangan untuk membentuk suatu 2006:219).
peraturan perundang-undangan (the power Mandat pada umumnya diberikan
of rule-making atau rlaw-making), maka dalam hubungan kerja internal antara atasan
dengan terjadinya pendelegasian dan bawahan, atau suatu pelimpahan
kewenangan tersebut akan mengakibatkan wewenang kepada bawahan. Pelimpahan
terjadi pula peralihan kewenangan untuk itu bermaksud memberikan wewenang
membentuk undang-undang sebagaimana kepada bawahan untuk membuat keputusan
mestinya. atas nama pejabat tata usaha negara yang
Ada perbedaan mendasar antara memberi mandat. Pada mandat, tanggung
kewenangan atribusi dan delegasi. Pada jawab tidak berpindah kepada mandataris
atribusi, kewenangan yang ada siap (penerima mandat) melainkan tetap berada

Diterbitkan oleh FISIP UMC | 29


SOSFILKOM Volume XIV Nomor 02 Juli-Desember 2020

di tangan permberi mandat. Dengan atributif, mandat, atau delegasi.


demikian, semua akibat hukum yang Kewenangan yang bersifat atributif
ditimbulkan oleh adanya keputusan yang merupakan kewenangan yang bersifat tetap
dikeluarkan oleh penerima mandat adalah dan melekat dan bersumber langsung dari
tanggung jawab pemberi mandat. Sebagai undang-undang, sehingga setiap aparat
suatu konsep hukum publik, menurut yang memiliki kewenangan tersebut wajib
(Hadjon, 1998:90), wewenang terdiri atas dimintai pertanggungjawaban apakah telah
sekurang-kurangnya tiga komponen, yaitu : menjalankan kewenangan tersebut sesuai
1) Pengaruh, penggunaan wewenang tujuan apa tidak.
dimaksudkan untuk mengendalikan
perilaku subyek hukum; 2) Dasar hukum, A. Penanggulangan Wabah Penyakit
wewenang itu selalu harus dapat ditunjuk Penanggulangan wabah penyakit
dasar hukumnya; dan 3) Konformitas diatur oleh Undang-undang No. 4 Tahun
hukum, adanya standar wewenang, yaitu 1984 tentang Wabah Penyakit Menular,
standar umum untuk semua jenis wewenang Ditindak lanjuti oleh Peraturan Pemerintah
dan standar khusus untuk jenis wewenang No. 40 tahun 1991 tentang Penanggulangan
tertentu. Wabah Penyakit Menular. Bahwa
penanggulangan wabah penyakit menular
Kewenangan Distributif adalah merupakan salah satu upaya untuk
kewenangan yang diberikan oleh mewujudkan derajat kesehatan yang
pemerintahan yang lebih tinggi kepada optimal bagi seluruh masyarakat, juga
pemerintahan yang lebih rendah seperti Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun
Pemerintah Pusat kepada Pemerintah 1983 tentang Kesehatan Masyarakat
daerah. Namun kewenangan Distributif Veteriner (Lembaran Negara Tahun 1983
tersebut dibagi lagi menjadi Mandat dan Nomor 28, Tambahan Lembaran Negara
Delegasi. Perbedaan Mandat dan Delegasi Nomor 3253);
adalah pada petanggungjawabannya,
Penanggulangan wabah penyakit
sehingga setiap aparat yang memperoleh
menular merupakan bagian dari
kewenangan delegasi untuk membuat
pelaksanaan pembangunan kesehatan.
produk hukum harus sesuai dengan tujuan
Dalam upaya penanggulangan wabah
negara dan apabila tidak sesuai dengan rasa
penyakit menular, harus dilakukan secara
keadilan, kepastian hukum, kemanfaatan,
terpadu dengan upaya kesehatan lain, yaitu
aparat tersebut dapat dimintai pertanggung
upaya pencegahan, penyembuhan dan
jawaban.
pemulihan kesehatan. Oleh karena itu
penanggulangannya harus dilakukan secara
Dengan demikian setiap lingkup
dini. Penanggulangan secara dini
pemerintahan mempunyai aparat-aparat
dimaksudkan untuk mencegah timbulnya
yang memiliki kewenangan untuk
kejadian luar biasa dari suatu penyakit
menciptakan produk hukum tentunya
wabah yang dapat menjurus terjadinya
dengan cara pelimpahan kewenangan yang
wabah yang dapat mengakibatkan
beragam sehingga harus dipastikan suatu
malapetaka. Hal ini disebabkan karena
pelimpahan kewenangan harus bersifat
wabah penyebarannya dapat berlangsung

Diterbitkan oleh FISIP UMC | 30


SOSFILKOM Volume XIV Nomor 02 Juli-Desember 2020

secara cepat, baik melalui perpindahan, menetapkan dan mencabut penetapan


maupun kontak hubungan langsung atau daerah tertentu dalam wilayah Indonesia
karena jenis dan sifat dari kuman penyebab yang terjangkit wabah sebagai daerah
penyakit wabah itu sendiri. Fakta lain yang wabah. Penetapan dan pencabutan
dapat menimbulkan wabah penyakit didasarkan atas pertimbangan
menular, dapat disebabkan karena kondisi epidemiologis dan keadaan masyarakat.
masyarakat dari satu wilayah tertentu Menurut Pasal 3, penetapan atau
kurang mendukung antara lain kesehatan pencabutan penetapan daerah wabah
lingkungan yang kurang baik atau gizi diberlakukan untuk satu
masyarakat yang belum baik. Kabupaten/Kotamadya. Menurut Pasal 21,
Setiap orang berperanserta dalam
Penanggulangan wabah penyakit
pelaksanaan upaya penanggulangan wabah
menular bukan hanya semata menjadi
yang dilakukan dengan: Memberikan
wewenang dan tanggung jawab
informal adanya penderita penderita
Departemen Kesehatan, tetapi menjadi
penyakit wabah; Membantu kelancaran
tanggung jawab bersama. Oleh karena itu
pelaksanaan upaya wabah; Menggerakkan
dalam pelaksanaan penanggulangannya
motivasi masyarakat penanggulangan
memerlukan keterkaitan dan kerjasama dari
wabah; dan Kegiatan lainnya. Peranserta
berbagai lintas sektor Pemerintah dan
yang dimaksud dapat berupa bantuan
masyarakat. Berbagai lintas sektor
tenaga, keahlian, dana atau bentuk lain.
Pemerintah misalnya Departemen
Pertahanan Keamanan, Departemen
Penerangan, Departemen Sosial, HASIL DAN PEMBAHASAN
Departemen Keuangan dan Departemen A. Kewenangan Desa
Dalam Negeri. Keterkaitan sektor-sektor Sebagaimana dikemukana di atas,
dalam upaya penanggulangan wabah dalam hal kewenangan akan terkait dengan
tersebut sesuai dengan tugas, wewenang pembagian urusan pemerintahan yang
dan tanggung jawabnya dalam upaya berlaku, dan realisasinya dengan
penanggulangan wabah. Selain itu dalam kewenangan desa, dapat dilihat dalam UU
upaya penanggulangan wabah tersebut, No. 23 Tahun 2014 yang mengatur urusan
masyarakat juga dapat diikutsertakan dalam pemerintah dibagi menjadi tiga yakni
penanggulangannya, yang keseluruhannya urusan absolut, urusan konkuren dan urusan
harus dilaksanakan secara terpadu. pemerintahan umum. Melalui urusan
konkuren, urusan Pemerintah Pusat dapat
Dalam Peraturan Pemerintah No. 40
dilimpahkan kepada Pemerintah Daerah,
Tahun 1991 selain mengatur hal-hal
dan dalam pembagian urusan ini, Desa
tersebut di atas juga mengatur tentang
menjalankan urusan konkuren yang
teknis upaya penanggulangan wabah, peran
dijalankan oleh Pemerintah Daerah
serta masyarakat, pengelolaan bahan-bahan
berdasarkan peraturan gubernur jika yang
yang mengandung penyebab penyakit, ganti
memberikan tugas adalah pemerintah
rugi dan penghargaan bagi yang membantu
provinsi dan peraturan bupati/walikota jika
penanggulangan wabah. Pada Pasal 2
disebutkan bahwa Menteri Kesehatan

Diterbitkan oleh FISIP UMC | 31


SOSFILKOM Volume XIV Nomor 02 Juli-Desember 2020

yang memberikan tugas adalah pemerintah bidang: (a) penyelenggaraan pemerintahan


kabupaten/kota. desa, (b) pelaksanaan pembangunan desa,
(c) pembinaan kemasyarakatan desa, dan
Pencantuman klausul khusus (d) pemberdayaan masyarakat desa
tentang Kewenangan Desa pada UU Desa berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal
ini seakan ingin memberikan kejelasan usul dan adat istiadat desa.
terhadap kewenangan yang dimiliki oleh
Desa. Jika dicermati, keberadaan klausul Sumber kewenangan desa
khusus ini juga masih menyisakan berdasarkan Pasal 19 UU No. 6 Tahun 2014
ambivalensi. Hal ini terlihat jelas pada Pasal meliputi : (a) kewenangan berdasarkan hak
19 huruf (c) dan (d), dimana kewenangan asal-usul; (b) kewenangan lokal berskala
Desa merupakan limpahan kewenangan desa; (c) kewenangan yang ditugaskan oleh
dari Pemerintah Pusat dan Daerah, Pemerintah, Pemerintah Daerah Propinsi,
meskipun Desa juga diberikan kewenangan atau Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota;
berdasarkan hak asal usul dan kewenangan serta (d) kewenangan lainnya yang
lokal berskala desa Pasal 19 huruf (a) dan ditugaskan oleh Pemerintah, Pemerintah
huruf (b). Daerah baik Propinsi maupun
Kabupaten/Kota.
Dalam bagian ini tampak pula
bahwa ternyata kewenangan untuk Kewenangan berdasarkan hak asal
menyelenggarakan pemerintahan desa usul dan kewenangan lokal berskala desa
bukan hanya kewenangan berdasarkan hak dalam pelaksanaannya diatur dan diurus
asal usul dan kewenangan lokal berskala oleh desa, sedangkan kewenangan yang
Desa yang dimiliki oleh Desa, namun juga ditugaskan, dan kewenangan tugas lain dari
pelaksanaan kewenangan berdasarkan pada pemerintah, pemerintah daerah propinsi,
penugasan dari Pemerintah dan/atau atau pemerintah daerah kabupaten/kota
Pemerintah Daerah yang ditugaskan kepada dalam pelaksanaannya diurus oleh desa.
Desa (Pasal 22 UU No. 6 Tahun 2014). Kewenangan desa berdasarkan hak asal
Selain dalam hal penyelenggaraan usul merupakan kewenangan yang sudah
pemerintahan desa, kewenangan yang ada dan dilaksanakan oleh desa sejak
bersifat penugasan lainnya adalah dalam hal dahulu, karena sebagaimana diketahui
pelaksanaan pembangunan desa, keberadaan desa-desa di Indonesia sebagian
pembinaan kemasyarakatan desa, dan besar merupakan desa-desa yang sudah ada
pemberdayaan masyarakat desa. Terhadap sebelum NKRI lahir, bahkan jauh sebelum
kewenangan-kewenangan ini, Desa tidak kedatangan kaum kolonial Belanda.
memiliki hak untuk mengatur atau Sesungguhnya desa memiliki kewenangan
membuat regulasi, tetapi hanya mengurus, berdasarkan asal-usul yang sudah ada,
sebagaimana dinyatakan pada bagian kemudian agar adanya kejelasan status dan
terdahulu. kepastian hukum melalui UU No. 6 Tahun
2014 Pemerintah menetapkan asas
Kewenangan desa diatur pada Pasal rekognisi, yaitu pengakuan terhadap hak
18 sampai dengan Pasal 22 UU No. 6 Tahun asal usul. Menurut Pasal 20 UU No. 6
2014 yakni: Kewenangan desa meliputi Tahun 2014 pelaksanaan kewenangan

Diterbitkan oleh FISIP UMC | 32


SOSFILKOM Volume XIV Nomor 02 Juli-Desember 2020

berdasarkan hak asal usul dan kewenangan masyarakat dan tidak memiliki dampak
lokal berskala desa diatur dan diurus oleh yang bersifat eksternal serta kebijakan yang
Desa. Diatur yang berarti perlu adanya berpengaruh luas.
penetapan pengaturan berupa Peraturan
Desa mengenai kewenangan berdasarkan Jenis kewenangan lokal berskala
hak asal usul yang ada di desa, dan diurus desa merupakan turunan dari konsep azas
berarti dilaksanakan dan dipertahankan oleh subsidiaritas, yakni baik masalah maupun
desa, diurus juga berarti dipelihara, urusan berskala lokal yang sangat dekat
dilestarikan, dan dipatuhi sebagai suatu dengan warga masyarakat sedapat mungkin
aturan perundang-undangan sebagaimana diputuskan dan diselesaikan oleh desa,
mestinya. tanpa harus ada intervensi atau ditangani
oleh pemerintahan yang lebih tinggi.
Kewenangan desa berdasarkan hak Menurut konsep subsidiaritas, urusan yang
asal usul diatur lebih lanjut oleh Peraturan terkait dengan kepentingan masyarakat
Pemerintah RI No. 43 Tahun 2014 tentang setempat atas inisiatif dan prakarsa warga
Peraturan Pelaksanaan Undang-undang No. masyarakat disebut sebagai kewenangan
6 Tahun 2014 tentang Desa. Menurut Pasal lokal berskala desa.
34 Peraturan Pemerintah tersebut
kewenangan desa berdasarkan hak asal usul Kewenangan lokal berskala desa
paling sedikit terdiri atas: Sistem organisasi menurut Penjelasan UU No. 6 Tahun 2014
masyarakat adat; Pembinaan kelembagaan dan dirinci lebih lanjut oleh Peraturan
masyarakat; Pembinaan lembaga dan Menteri Desa, Pembangunan Daerah
hukum adat; Pengelolaan tanah kas desa; Tertinggal dan Transmigrasi No. 1 Tahun
dan Pengembangan peran masyarakat desa. 2015 yakni meliputi:

Kewenangan lokal berskala desa 1. Pelayanan dasar: Kewenangan


pada hakikatnya merupakan kewenangan menyelenggarakan Pos pelayanan
asli yang selama ini dimiliki desa, kesehatan terpadu (Posyandu),
kewenanganan lokal berskala desa terkait penyediaan air bersih masyarakat
dengan kepentingan masyarakat setempat desa, penyelenggaraan sanggar
yang sudah dijalankan oleh desa atau belajar dan seni, penyelenggaraan
mampu dijalankan oleh desa, hal ini karena perpustakaan desa, poliklinik desa.
prakarsa muncul dan berasal dari 2. Sarana dan prasarana: Kewenangan
masyarakat. Dengan demikian kewenangan pembangunan jalan desa, jembatan
lokal adalah kewenangan yang lahir atas desa, jalan usaha tani, embung desa,
inisiatif dan prakarsa dari desa sesuai sanitasi dan drainase lingkungan
dengan kemampuan, kebutuhan dan kondisi desa, pembangunan dan
desa masing-masing. Kewenangan yang pemeliharaan irigasi tersier, rumah
terkait dengan kepentingan masyarakat ibadah, dan lain-lain.
tersebut mempunyai cakupan yang relatif 3. Kegiatan perekonomian lokal desa:
kecil dalam lingkup desa, berkaitan dengan Pembangunan pasar desa,
kebutuhan hidup sehari-hari warga pembinaan usaha kecil berbasis

Diterbitkan oleh FISIP UMC | 33


SOSFILKOM Volume XIV Nomor 02 Juli-Desember 2020

desa, usaha karamba ikan, lumbung untuk diintegrasikan dengan pembangunan


pangan, tambatan perahu, wisata desa.
desa, kios, rumah potong hewan,
tempat pelelangan ikan desa, dan Kewenangan lokal berskala desa
lain-lain. sebenarnya bukanlah kewenangan
4. Sumber daya alam dan lingkungan pemerintah atasan, tetapi merupakan
meliputi: Pengelolaan dan kewenangan desa, sebagaimana ditegaskan
pemeliharaan hutan dan kebun pada Pasal-Pasal tersebut diatas sesuai
rakyat, hutan bakau, pengelolaan dengan UU No. 6 Tahun 2014.
sampah warga masyarakat, Kewenangan tersebut tumbuh dengan
kebersihan lingkungan, dan adanya prakarsa dari masyarakat terhadap
sebagainya. kebutuhan yang dirasakan, kemudian dalam
pelaksanaannya dipadukan dengan adanya
Kewenangan desa merupakan program yang berasal dari kementrian /
kewenangan yang terbuka dan juga dapat lembaga sektoral. Setiap kementrian
dijabarkan secara sektoral meliputi dimensi sektoral / lembaga pada pemerintah pusat
kelembagaan infrastruktur, komoditas, memiliki program / proyek yang
modal dan pengembangan, seperti pada dilaksanakan dengan istilah “program
sektor pertanian misalnya, desa memiliki masuk desa”, yang membawa perencanaan,
kewenangan mengembangkan dan birokrasi, pendekatan, bantuan dan
membina kelompok tani, kelompok petani membangun kelembagaan di tingkat desa.
pemakai air, pelatihan bagi petani,
menyediakan infrastruktur pertanian skala Kewenangan yang ditugaskan
desa, penyediaan anggaran untuk modal sebenarnya bukanlah kewenangan dalam
usaha, pengembangan benih, pemilihan pemahaman otonomi desa, kewenangan
bibit dan varietas unggul, sistem tanam, yang ditugaskan merupakan kewenangan
pola tanam, pengembangan teknologi tepat yang berasal dari pemerintah atau
guna, diversifikasi usaha tani, dan lain-lain. pemerintah daerah. Pemberian
Pelaksanaan kewenangan lokal tersebut kewenangan pada Desa antara kewenangan
akan merangsang masuknya program- berdasarkan hak asal usul, kewenangan
program dari pemerintah ke desa. Pasal 20 berdasarkan lokal berskala desa dan
UU No. 6 Tahun 2014 menegaskan bahwa kewenangan berdasarkan yang ditugaskan
pelaksanaan kewenangan berdasarkan hak oleh pemerintah pusat, pemerintah provinsi,
asal usul dan kewenangan lokal berskala atau pemerintah kabupaten/kota dan
desa sebagaimana diatur pada Pasal 19 kewenangan lain yang ditugaskan oleh
huruf (a) dan huruf (b), diatur dan diurus pemerintah pusat, pemerintah provinsi, atau
oleh desa. Pasal ini terkait dengan Pasal 81 pemerintah kabupaten/kota dengan
ayat (4) dan ayat (5), bahwa pembangunan ketentuan sesuai peraturan perundang–
lokal berskala desa dilaksanakan sendiri undangan. Artinya, Pemerintah Desa
oleh desa, dan pelaksanaan program (Kepala Desa dan Perangkat Desa) pada
sektoral yang masuk ke desa satu sisi bertugas untuk menjalankan
diinformasikan kepada Pemerintah Desa kewenangan desa, sedangkan pada sisi lain

Diterbitkan oleh FISIP UMC | 34


SOSFILKOM Volume XIV Nomor 02 Juli-Desember 2020

bertugas menjalankan penugasan dari jawab pemerintah pusat, kemudian dengan


pemerintah, maupun pemerintah daerah merujuk kepada Pasal 9 ayat (3) UU No. 23
Propinsi dan daerah kabupaten/kota. Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah,
Konstruksi ini berpotensi menjadi unsur adanya urusan pemerintahan konkuren,
yang menguatkan Desa dan juga sekaligus yakni urusan pemerintahan yang dibagi
sebagai unsur yang akan melemahkan Desa. antara pemerintah pusat dan daerah
propinsi, serta daerah kabupaten / kota.
B. Kewenangan Desa dalam
Menanggulangi wabah Covid-19 Pengaturan selanjutnya melalui
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah
Untuk pelaksanaan penanggulangan Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendes
wabah Covid-19 telah dikeluarkan PDTT) yang mendorong perangkat desa
peraturan perundang-undangan antara lain: mengambil peran khusus dalam
1) Peraturan Pemerintah Nomor 21 penanggulangan wabah Covid-19 yang
Tahun 2020 Pembatasan Sosial disebabkan virus corona SARS-CoV-2.
Berskala Besar Dalam Rangka perangkat desa harus tunduk terhadap apa
Percepatan Penanganan Corona yang telah diamanatkan pemerintah. Kepala
Virus Disease 2019 (Covid-19) dusun, RT, RW, dia harus tunduk dan patuh
2) Keputusan Presiden RI No. 7 tahun kepada yang diamanatkan pemerintah yang
2020 tentang Gugus Tugas diterjemahkan kepala desa, setidaknya, ada
Percepatan Penanganan Corona lima peran khusus perangkat desa dalam
Virus Disease 2019 (COVID-19). mempercepat penanggulangan Covid-19 di
3) Keputusan Presiden RI No. 11 tingkat desa. Pertama, perangkat desa
Tahun 2020 tentang Penetapan harus mengolah arus data dan informasi
Darurat Kesehatan Masyarakat seluruh warganya. Data dan informasi
Corona Virus Disease 2019 mencakup kondisi ekonomi warga, untuk
(COVID-19). menjaga kualitas hidup dan kesehatan
4) Keputusan Presiden RI Nomor 12 mereka selama wabah. Kedua, perangkat
Tahun 2020 Tentang Penetapan desa harus mampu mengelola kendali
Bencana Nonalam Penyebaran informasi terkait Covid-19. Jangan sampai
Corona Virus Disease 2019 (Covid- mayasarkat cemas dalam menghadapi
19) Sebagai Bencana Nasional. wabah ini karena ketidakjelasan informasi.
5) Peraturan Menteri Dalam Negeri Harus bisa menjelaskan dengan baik bahwa
No. 2o Tahun 2020 tentang penularan dan sebagainya, pencegahan
Percepatan Penanganan Covid 19 di sebagainya kepada masyarakat. Ketiga,
Lingkungan Pemerintah Daerah. perangkat desa mengambil inisiatif mitigasi
dampak sosial dan ekonomi warga.
Dari pengaturan perundang- Bagaimana dampak sosial dari kondisi
undangan yang dikeluarkan oleh darurat Covid-19 terhadap kegiatan
pemerintah tersebut, dapat diketahui bahwa keagaaman hingga kebudayaan. Keempat,
kewenangan penanggulangan Covid-19 ini perangkat desa dapat membuat pranata
merupakan kewenangan dan tanggung sosial baru yamg sesuai dengan kebutuhan

Diterbitkan oleh FISIP UMC | 35


SOSFILKOM Volume XIV Nomor 02 Juli-Desember 2020

di desa. Hal ini untuk mencegah terjadinya Adapun Ruang lingkup Surat Edaran ini
konflik sosial selama pandemi. Seperti meliputi (1) Penegasan PKTD, (2) Desa
aturan baru dalam menerima tamu, Tanggap COVID-19; dan (3) Penjelasan
pemakaman, termasuk kegiatan keamaan perubahan APBDes.
dan lingkungam. Itu diatur kepala desa yang
diputuskan dalam peraturan desa. Sehingga Untuk pencegahan penyebaran
tidak terjadi lagi penolakan-penolakan Covid-19 yang disebut dalam edaran ini
terhadap pemakaman, mereka diberikan adalah, desa di instruksikan untuk
pengertian tentang itu, yang juga penting membentuk Relawan Desa Lawan Covid-
adalah bagaimana agar perangkat desa itu 19 yang terdiri dari semua elemen
bisa memberikan informasi terkait Covid- perangkat desa, tokoh masyarakat dan
19 setiap hari bermitra dengan Bintara Pembina
(https://nasional.kompas.com/read/2020/04 Keamanan dan Ketertiban Desa
/05/12343071/5). (Babinkamtibmas) petugas dari kepolisian,
Bintara Pembina Desa (Babinsa) petugas
Berdasarkan Undang-undang dari TNI-AD dan Pendamping Desa.
Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa, pasal Nantinya Relawan akan memiliki tugas
4 hurup (g) yaitu, salah satu tujuan dalam pencegahan penyebaran, penanganan
pengaturan Desa adalah meningkatkan terhadap warga korban Covid-19, dan
ketahanan sosial budaya masyarakat desa melakukan koordinasi ke pemerintah
guna mewujudkan masyarakat desa yang daerah.
mampu memelihara kesatuan sosial sebagai
bagian dari ketahanan nasional. Sehingga Implementasi kegiatan Relawan
desa dapat dioptimalkan untuk membuat antara lain, sosialisasi Covid-19, pendataan
ketahanan sosial baik dari segi pencegahan penduduk yang rentan, pendataan fasilitas
penyebaran Covid-19 maupun ketahanan kesehatan, menyiapkan ruang isolasi,
ekonomi masyarakat desa dalam melakukan penyemprotan disinfektan,
menghadapi pandemi ini. pemantauan perkembangan Orang dalam
Pantauan (ODP) dan Pasien dalam
Dalam rangka menindaklanjuti Pengawasan (PDP), serta memastikan tidak
kebijakan pemerintah terkait dengan ada kegiatan warga berkumpul atau
prioritas penggunaan dana desa untuk kerumunan dalam rangka Physical
memperkuat sendi-sendi ekonomi melalui Distancing. Sedangkan dalam konteks
Padat Karya Tunai Desa (PKTD), dan penanganan, Relawan dapat
penguatan kesehatan masyarakat melalui merekomendasikan kepada warga yang
upaya pencegahan dan penanganan pulang dari daerah terdampak Covid-19
COVID-19. Kementerian Desa, untuk melakukan isolasi diri baik dirumah
Pembangunan Daerah Tertinggal, dan masing-masing dengan pemantauan
Transmigrasi Republik Indonesia ataupun tempat isolasi yang telah disiapkan
menerbitkan Surat Edaran Nomor 8 Tahun desa.
2020 Tentang Desa Tanggap Covid-19 dan
Penegasan Padat Karya Tunai Desa.

Diterbitkan oleh FISIP UMC | 36


SOSFILKOM Volume XIV Nomor 02 Juli-Desember 2020

Selanjutnya untuk ketahanan Covid-19 untuk langkah preventif dan


ekonomi masyarakat desa dalam kuratif, dengan mengoptimalkan peran
menghadapi pandemi ini pemerintah pusat relawan desa untuk melakukan edukasi dan
telah membuat program PKTD yaitu, (1) pemantauan.
Dana Desa digunakan dengan pola PKTD,
melalui pengelolaan secara swakelola, serta KESIMPULAN
pendayagunaan sumber daya alam, Dari uraian pada pembahasan terdahulu
teknologi tepat guna, inovasi dan sumber bahwa kewenangan desa dalam
daya manusia desa; (2) Pekerja menanggulangi wabah virus Corona atau
diprioritaskan bagi anggota keluarga Covid-19 dapat ditarik kesimpulan sebagai
miskin, penganggur dan setengah berikut:
penganggur, serta anggota masyarakat
1. Kewenangan desa adalah kewenangan
marjinal lainnya; (3) Pembayaran upah
yang dimiliki desa sebagai entitas
kerja diberikan setiap hari; dan (4)
penyelenggara pemerintahan negara
Pelaksanaan kegiatan PKTD mengikuti
meliputi kewenangan di bidang
ketentuan menerapkan jarak aman antara
penyelenggaraan Pemerintahan Desa,
satu pekerja dengan pekerja lainnya
pelaksanaan pembangunan desa,
minimum 2 meter dan bagi pekerja yang
pembinaan kemasyarakatan desa, dan
sedang batuk atau pilek wajib
pemberdayaan masyarakat desa
menggunakan masker.
berdasarkan prakarsa masyarakat, hak
Melalui surat edaran ini, Desa juga asal usul, dan adat istiadat desa diatur
diberikan kewenangan untuk mengubah dan diurus oleh desa, sedangkan
Anggaran Pendapatan Dan Belanja Desa pelaksanaan kewenangan yang
(APBDes) pada dua fokus utama ditugaskan dan pelaksanaan tugas lain
pemerintah saat ini, yakni program kegiatan dari pemerintah atasan diurus oleh desa.
yang bersifat PKTD dan penanganan 2. Kewenangan desa dalam menanggulangi
Covid-19. Pemerintah Propinsi dan wabah Covid-19 adalah dalam rangka
Pemerintah Kabupaten melalui Dinas pencegahan, penanganan secara
Pemberdayaan Masyarakat dan Desa, langsung dan penanganan terhadap
Inspektur Daerah dan Camat untuk dampak yang terjadi karena Covid-19 di
senantiasa melakukan pembinaan dan desa dengan melibatkan masyarakat
pengawasan agar anggaran yang telah desa.
diubah dijalankan dengan baik dan tepat DAFTAR PUSTAKA
sasaran, sehingga peran desa dalam Asshiddiqie, Jimly. (2004). Konstitusi dan
mencegah penyebaran Covid-19 dapat lebih Konstitusionalisme Indonesia.
optimal. Untuk menghadapi kemungkinan Mahkamah Konstitusi RI dan
masih ada warga yang tetap memaksakan Pusat Studi Hukum Tata Negara
diri untuk mudik, desa telah menyiapkan Fakuktas Hukum UI : Jakarta.
Budiardjo, Miriam. (1998). Dasar-Dasar
ruang isolasi khusus di balai desa dan
Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia
sekolah. Perangkat desa juga telah Pustaka Utama.
mengalokasikan anggaran penanganan

Diterbitkan oleh FISIP UMC | 37


SOSFILKOM Volume XIV Nomor 02 Juli-Desember 2020

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang


(1989). Kamus Besar Bahasa Desa.
Indonesia. Balai Pustaka : Jakarta. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan
J.G. Brouwer dan Schilder. (1998). A Daerah Tertinggal dan
Survey of Dutch Administrative Transmigrasi No. 1 Tahun 2015
Law. (Nijmegen: Ars Aeguilibri, tentang Kewenangan Lokal
1998), hlm. 16-17, dalam Berskala Desa.
http://www.bloger.com/post- Ridwan HR. (2008). Hukum Administrasi
create, diunggah pada tgl. 15 Negara. Jakarta : Raja Grafindo
Maret 2020. Persada.
http://kedesa.id, diakses tgl 23 Maret 2020. Setiardja, A. Gunawan. (1990). Dialektika
https://nasional.kompas.com/read/2020/04/ Hukum dan Moral dalam
05/12343071/5. Diakses tgl. 5 April 2020. Pembangunan Masyarakat
https://www.who.int/indonesia/news/novel Indonesia. Yogyakarta: Kanisius.
-coronavirus/qa-for-public. Soekanto, Soerjono. (2005). Sosiologi
Diakses tgl 9 Mei 2020 Suatu Pengantar. Raja Grafindo
Kantaprawira, Rusadi. (1998). Hukum dan Persada : Jakarta.
Kekuasaan. Makalah. Universitas Surat Edaran Menteri Desa, Pembangunan
Islam Indonesia : Yogyakarta. Daerah Tertinggal dan
M. Hadjon, Philipus (nd). Tentang Transmigrasi RI Nomor 8 Tahun
Wewenang. Makalah Universitas 2020 tentang Desa Tanggap
Airlangga : Surabaya. Covid-19 dan Penegasan Padat
M. Hadjon, Philipus. (1998). Tentang Karya Tunai Desa.
Wewenang Pemerintahan Syafrudin, Ateng. (2000). Menuju
(Bestuurbevoegdheid). Pro Justisia Penyelenggaraan Pemerintahan
Tahun XVI Nomor 1. Negara yang Bersih dan
Mulyosudarmo, Suwoto. (1990). Bertanggung Jawab. Jurnal Pro
Kekuasaan dan Tanggung Jawab Justisia Edisi IV, Bandung,
Presiden Republik Indonesia, Universitas Parahiyangan,
Suatu Penelitian Segi-Segi Syafrudin, Ateng dan Suprin Na’a. (2010).
Teoritik dan Yuridis Pergulatan Hukum Tradisional dan
Pertanggungjawaban Kekuasaan. Hukum Modern dalam Desain
Surabaya: Universitas Airlangga. Otonomi Desa. Alumni : Bandung.
Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun 1983 Undang-undang Nomor 4 Tahun 1984
tentang Kesehatan Masyarakat. tentang Wabah Penyakit
Peraturan Pemerintah No. 40 Tahun 1991 Menular..
tentang Penanggulangan Wabah Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014
Penyakit Menular tentang Desa.
Peraturan Pemerintah No. 43 Tahun 2014 Undang-undang Nomor 23 Rahun 2014
tentang Peraturan Pelaksanaan tentang Pemerintahan Daerah.

Diterbitkan oleh FISIP UMC | 38

Anda mungkin juga menyukai