1525-Article Text-4363-2-10-20210114
1525-Article Text-4363-2-10-20210114
Abstrak
Penyebaran virus Covid-19 yang sangat massif dan cepat telah membuat semua kalangan menjadi gagap
tidak terkecuali pemerintah pusat, sehingga terjadi keraguan dalam mengambil kebijakan. Desa sebagai
entitas penyelenggara pemerintahan paling bawah yang langsung berhadapan dengan warga masyarakat
dibuat kebingungan untuk bertindak, apa yang harus dilakukan dan bagaimana caranya. Artikel ini
dimaksudkan untuk mengetahui dan menganalisis kewenangan apa yang dimiliki desa dalam
penanggulangan wabah Corono atau Pandemik Covid-19. Metode yang digunakan adalah analisis
deskriptif dengan pendekatan perundang-undangan terutama berkaitan dengan kewenangan yang
dimiliki desa. Hasil dari kajian ini adalah : Kewenangan Desa adalah kewenangan yang dimiliki desa
sebagai entitas penyelenggara pemerintahan negara, dan Kewenangan Desa dalam menanggulangi
Pandemik Covid-19 adalah penanggulangan yang bersifat pencegahan, dan yang bersifat penanganan
secara langsung, serta dampak yang terjadi yang disebabkan wabah tersebut.
Abstract
The massive and rapid spread of the Covid-19 virus has stuttered all circles, including the central
government, so there are doubts about making policies. The village as the lowest governing entity which
is directly confronted by the community members is confused about what to do and how to do it. This
article is intended to find out and analyze what authority the village has in overcoming the Corono or
Pandemic Covid-19 outbreak. The method used is descriptive analysis with a legislative approach,
especially related to the authority of the village. The results of this study are: Village Authority is the
authority possessed by the village as an administrative entity of the state government, and Village
Authority in overcoming Covid-19 Pandemic is prevention which is of a direct nature, and which is of
a direct handling nature, as well as the impacts that occur due to the outbreak.
wilayah, mengakibatkan lebih dari 195,755 pengertian tersebut di atas, dapat terjadi
orang meninggal dunia dan lebih dari kekuasaan yang tidak berkaitan dengan
781,109 orang sembuh hukum. Kekuasaan yang tidak berkaitan
(https://www.who.int/indonesia/news/nove dengan hukum oleh Henc van Maarseven
l-coronavirus/qa-for-public). disebut sebagai “blote match”
Pemerintah Indonesia dalam (Mulyosudarmo, 1990:30). Sedangkan
menyikapi masuknya Corona ini pada kekuasaan yang berkaitan dengan hukum
awalnya menganggap sebagai hal yang oleh Max Weber disebut sebagai wewenang
biasa, namun setelah pemberitaan yang rasional atau legal, yakni wewenang yang
gencar dari media massa di seluruh dunia, berdasarkan suatu sistem hukum, yang
dan mendapat peringatan dari banyak dipahami sebagai suatu kaidah-kaidah yang
negara, baru kemudian mengambil langkah telah diakui serta dipatuhi oleh masyarakat
dengan tergagap, apalagi setelah ditemukan dan bahkan yang diperkuat oleh Negara
adanya kasus yang terpapar wabah ini dan (Setiardja, 1990:52).
terjadi secara sporadis. Dalam kaitan Desa sebagai sebuah entitas
tersebut sempat terjadi diskusi saling penyelenggara pemerintahan negara diakui
lempar tanggung jaawab, bahkan saling memiliki kewenangan untuk melaksanakan
menyalahkan antara Pemerintah Pusat tugas pokok dan fungsinya sesuai peraturan
dengan daerah. Hal ini sempat menjadi perundang-undangan. Undang-undang No.
perdebatan pula di tingkat pemerintahan 6 Tahun 2014 Pasal 3 menyebutkan bahwa
yang langsung berhadapan dengan pengaturan kewenangan desa antara lain
masyarakat, yakni di Desa. Masyarakat berasaskan rekognisi yaitu pengakuan
menuntut kepada desa untuk mengambil terhadap hak asal usul yang dimiliki desa,
langkah-langkah konkrit, sementara desa sedangkan asas subsidiaritas yaitu
belum mendapatkan “arahan” dari penetapan kewenangan berskala lokal dan
pemerintah yang lebih atas, disamping itu pengambilan keputusan secara lokal untuk
pada awalnya ketidak pahaman kepentingan masyarakat desa. Hal ini
karakteristik dari wabah ini, mnyebabkan merupakan karakteristik dari desa yang
pemerintah desa tergagap untuk melakukan harus diakui sebagai entitas yang sudah ada
sesuatu. Hal ini berkaitan dengan sebelum negara kesatuan Republik
kewenangan yang dimiliki desa. Indonesia lahir, namun dalam praktek
Istilah kewenangan dalam berbagai penyelenggaraan negara kewenangan itu
literatur sering dipersamakan dengan istilah tidak lagi menjadi sebuah karakteristik desa
kekuasan dan wewenang, dan kekuasaan sebagai entitas penyelenggaraan negara,
sering dipertukarkan dengan istilah karena dalam pelaksanaannya berdasarkan
kewenangan, demikian pula sebaliknya. UU No. 6 Tahun 2014 hanya sekedar
Bahkan kewenangan sering disamakan juga pengakuan.
dengan wewenang. Kekuasaan biasanya Berdasarkan latar belakang tersebut
merupakan hubungan dalam arti bahwa ada untuk membatasi permasalahan yang akan
satu pihak yang memerintah dan pihak lain dikaji perlu dirumuskan masalahnya yakni:
yang diperintah (the rule and the ruled) “Kewenangan apa yang dimiliki Desa
(Budiardjo, 1998:35-36). Atas dasar dalam menanggulangi Pandemik Covid-19”
berdasarkan hak asal usul dan kewenangan masyarakat dan tidak memiliki dampak
lokal berskala desa diatur dan diurus oleh yang bersifat eksternal serta kebijakan yang
Desa. Diatur yang berarti perlu adanya berpengaruh luas.
penetapan pengaturan berupa Peraturan
Desa mengenai kewenangan berdasarkan Jenis kewenangan lokal berskala
hak asal usul yang ada di desa, dan diurus desa merupakan turunan dari konsep azas
berarti dilaksanakan dan dipertahankan oleh subsidiaritas, yakni baik masalah maupun
desa, diurus juga berarti dipelihara, urusan berskala lokal yang sangat dekat
dilestarikan, dan dipatuhi sebagai suatu dengan warga masyarakat sedapat mungkin
aturan perundang-undangan sebagaimana diputuskan dan diselesaikan oleh desa,
mestinya. tanpa harus ada intervensi atau ditangani
oleh pemerintahan yang lebih tinggi.
Kewenangan desa berdasarkan hak Menurut konsep subsidiaritas, urusan yang
asal usul diatur lebih lanjut oleh Peraturan terkait dengan kepentingan masyarakat
Pemerintah RI No. 43 Tahun 2014 tentang setempat atas inisiatif dan prakarsa warga
Peraturan Pelaksanaan Undang-undang No. masyarakat disebut sebagai kewenangan
6 Tahun 2014 tentang Desa. Menurut Pasal lokal berskala desa.
34 Peraturan Pemerintah tersebut
kewenangan desa berdasarkan hak asal usul Kewenangan lokal berskala desa
paling sedikit terdiri atas: Sistem organisasi menurut Penjelasan UU No. 6 Tahun 2014
masyarakat adat; Pembinaan kelembagaan dan dirinci lebih lanjut oleh Peraturan
masyarakat; Pembinaan lembaga dan Menteri Desa, Pembangunan Daerah
hukum adat; Pengelolaan tanah kas desa; Tertinggal dan Transmigrasi No. 1 Tahun
dan Pengembangan peran masyarakat desa. 2015 yakni meliputi:
di desa. Hal ini untuk mencegah terjadinya Adapun Ruang lingkup Surat Edaran ini
konflik sosial selama pandemi. Seperti meliputi (1) Penegasan PKTD, (2) Desa
aturan baru dalam menerima tamu, Tanggap COVID-19; dan (3) Penjelasan
pemakaman, termasuk kegiatan keamaan perubahan APBDes.
dan lingkungam. Itu diatur kepala desa yang
diputuskan dalam peraturan desa. Sehingga Untuk pencegahan penyebaran
tidak terjadi lagi penolakan-penolakan Covid-19 yang disebut dalam edaran ini
terhadap pemakaman, mereka diberikan adalah, desa di instruksikan untuk
pengertian tentang itu, yang juga penting membentuk Relawan Desa Lawan Covid-
adalah bagaimana agar perangkat desa itu 19 yang terdiri dari semua elemen
bisa memberikan informasi terkait Covid- perangkat desa, tokoh masyarakat dan
19 setiap hari bermitra dengan Bintara Pembina
(https://nasional.kompas.com/read/2020/04 Keamanan dan Ketertiban Desa
/05/12343071/5). (Babinkamtibmas) petugas dari kepolisian,
Bintara Pembina Desa (Babinsa) petugas
Berdasarkan Undang-undang dari TNI-AD dan Pendamping Desa.
Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa, pasal Nantinya Relawan akan memiliki tugas
4 hurup (g) yaitu, salah satu tujuan dalam pencegahan penyebaran, penanganan
pengaturan Desa adalah meningkatkan terhadap warga korban Covid-19, dan
ketahanan sosial budaya masyarakat desa melakukan koordinasi ke pemerintah
guna mewujudkan masyarakat desa yang daerah.
mampu memelihara kesatuan sosial sebagai
bagian dari ketahanan nasional. Sehingga Implementasi kegiatan Relawan
desa dapat dioptimalkan untuk membuat antara lain, sosialisasi Covid-19, pendataan
ketahanan sosial baik dari segi pencegahan penduduk yang rentan, pendataan fasilitas
penyebaran Covid-19 maupun ketahanan kesehatan, menyiapkan ruang isolasi,
ekonomi masyarakat desa dalam melakukan penyemprotan disinfektan,
menghadapi pandemi ini. pemantauan perkembangan Orang dalam
Pantauan (ODP) dan Pasien dalam
Dalam rangka menindaklanjuti Pengawasan (PDP), serta memastikan tidak
kebijakan pemerintah terkait dengan ada kegiatan warga berkumpul atau
prioritas penggunaan dana desa untuk kerumunan dalam rangka Physical
memperkuat sendi-sendi ekonomi melalui Distancing. Sedangkan dalam konteks
Padat Karya Tunai Desa (PKTD), dan penanganan, Relawan dapat
penguatan kesehatan masyarakat melalui merekomendasikan kepada warga yang
upaya pencegahan dan penanganan pulang dari daerah terdampak Covid-19
COVID-19. Kementerian Desa, untuk melakukan isolasi diri baik dirumah
Pembangunan Daerah Tertinggal, dan masing-masing dengan pemantauan
Transmigrasi Republik Indonesia ataupun tempat isolasi yang telah disiapkan
menerbitkan Surat Edaran Nomor 8 Tahun desa.
2020 Tentang Desa Tanggap Covid-19 dan
Penegasan Padat Karya Tunai Desa.