Anda di halaman 1dari 15

SOSFILKOM Volume XIII Nomor 01 Januari-Juni 2019

KEWENANGAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PERSPEKTIF


UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG
PEMERINTAHAN DAERAH

R. Agus Abikusna
Dosen IAIN Syekh Nurjati Cirebon
Email: a.abikusna@gmail.com

ABSTRAK
Kewenangan merupakan ruh dari pelaksanaan otonomi daerah, tanpa kewenangan yang
diberikan oleh pemerintah pusat, otonomi daerah tidak ada artinya, tidak ada yang bias
diperbuat. Namun kewenangan yang diberikan kepada daerah baik propinsi maupun
kabupaten/kota dalam perjalanan pelakanaan otonomi daerah selalu berubah tidak semakin
meningkat, tetapi mengalami degradasi pemberian kewenangan. Artikel ini dimaksudkan
untuk mencoba mengungkap tentang kewenangan secara teoritis dibandingkan dengan
kewenangan yang diatur oleh Undang-undang Nomor 23 Thun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah.

Kata Kunci: Kewenangan, Daerah, UU No.23/2014

ABSTRACT
Authority is the spirit of the implementation of regional autonomy, without the authority
granted by the central government, regional autonomy has no meaning, nothing can be
done. However, the authority given to regions, both provinces and districts / cities in the
course of implementation of regional autonomy, is always changing, not increasing, but
experiencing degradation in the granting of authority. This article is intended to try to
uncover theoretical authority compared to the authority regulated by Law Number 23 Year
2014 concerning Regional Government.

Keywords: Authority, Region, Law No.23/2014

Diterbitkan oleh FISIP-UMC | 


SOSFILKOM Volume XIII Nomor 01 Januari-Juni 2019

PENDAHULUAN sesungguhnya kewenangan seperti apa


Pemerintahan Daerah berdasarkan yang dianggap dapat memikul tugas
Pasal 18 ayat (2) dan ayat (5) UUD 1945 sebagai daerah otonom dengan problema
berwenang untuk mengatur dan yang tidak sedikit, serta kondisi daerah
mengurus sendiri urusan pemerintahan dan potensi yang tidak merata.
menurut asas otonomi dan tugas Hal inilah salah satu alasan
pembantuan, serta diberikan otonomi kemudian pemerintah merevisi Undang-
seluas-luasnya untuk mempercepat undang Nomor 32 Tahun 2004 dengan
peningkatkan kesejahteraan masyarakat Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014,
melalui pelayanan, pemberdayaan, dan dengan adanya pembagian kewenangan
peranserta masyarakat. Pemberian yang secara detail kemudian dirinci,
otonomi seluas-seluasnya kepada daerah sehingga apabila mengacu kepada
berdasarkan prinsip negara kesatuan. undang-undang sebelumnya, merupakan
Dalam negara kesatuan yang memiliki suatu kemunduran, dengan adanya
kedaulatan hanyalah pemerintah pusat, redistribusi ulang kewenangan daerah
daerah tidak memiliki kedaulatan, seluas propinsi dan kabupaten/kota, oleh
apapun otonomi yang diberikan kepada pemerintah pusat sehingga mengaburkan
daerah, tetap ada batasnya, dan tanggung arti daerah otonom yang mempunyai
jawab akhir tetap berada pada kewenangan untuk mengatur rumah
pemerintahan nasional. tangganya sendiri.
Daerah sebagai entitas yang
menerima sebagian kewenangan dari LANDASAN TEORETIS
pemerintah pusat dituntut untuk mampu 1. Kewenangan dan Kekuasaan
menggali potensi daerah bagi Istilah kewenangan dalam berbagai
peningkatan kesejahteraan literatur sering dipersamakan dengan
masyarakatnya, dituntut untuk mampu istilah kekuasaann dan wewenang, dan
meningkatkan daya saing dengan kekuasaan sering dipertukarkan dengan
memperhatikan prinsip demokrasi, istilah kewenangan, demikian pula
pemerataan, keadilan, keistimewaan, dan sebaliknya. Bahkan kewenangan sering
kekhususan serta potensi dan disamakan juga dengan wewenang.
keanekaragaman daerah. Dengan tuntutan Kekuasaan biasanya merupakan
dan beban yang cukup banyak dan berat,

Diterbitkan oleh FISIP-UMC | 


SOSFILKOM Volume XIII Nomor 01 Januari-Juni 2019

hubungan dalam arti bahwa ada satu hubungan hukum publik”.4 Ada dua
pihak yang memerintah dan pihak lain unsur yang terkandung dalam pengertian
1
yang diperintah (the rule and the ruled). konsep kewenangan yang dikemukakan
Atas dasar pengertian tersebut di atas, H.D. Stout, yaitu: (1) adanya aturan-
dapat terjadi kekuasaan yang tidak aturan hukum, (2) adanya sifat hukum.
berkaitan dengan hukum. Kekuasaan Sebelum kewenangan tersebut
yang tidak berkaitan dengan hukum oleh dilimpahkan kepada institusi yang akan
Henc van Maarseven disebut sebagai melaksanakannya, maka terlebih dahulu
“blote match”2. Sedangkan kekuasaan harus ditentukan dalam peraturan
yang berkaitan dengan hukum oleh Max perundang-undangan apapun bentuk
Weber disebut sebagai wewenang peraturan tersebut. Sifat hubungan
rasional atau legal, yakni wewenang yang hukum adalah sifat yang berkaitan dan
berdasarkan suatu sistem hukum ini mempunyai sangkut paut dengan hukum,
dipahami sebagai suatu kaidah-kaidah dengan hubungan hukum baik yang
yang telah diakui serta dipatuhi oleh bersifat publik maupun privat.
masyarakat dan bahkan yang diperkuat Menurut Ateng Syafrudin,5 ada
oleh Negara.3 perbedaan antara pengertian kewenangan
Kewenangan berasal dari dan wewenang. Kewenangan (authority,
terjemahan bahasa Inggris (authority), gezag) adalah apa yang disebut
dan istilah dalam bahasa Belanda kekuasaan formal, kekuasaan yang
(gezag). Menurut H.D. Stout yang di berasal kekuasaan yang diberikan oleh
kutip Ridwan HR, kewenangan adalah: undang-undang, sedangkan wewenang
”Keseluruhan aturan-aturan yang (competence, bevoegheid) hanya
berkenaan dengan perolehan dan mengenai suatu ”onderdeel” (bagian)
penggunaan wewenang pemerintahan tertentu saja dari kewenangan. Dalam
oleh subyek hukum publik di dalam kewenangan terdapat wewenang-
wewenang (rechtsbe voegdheden).
1
Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik,
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1998, hlm 35-36 Wewenang merupakan lingkup tindakan
2
Suwoto Mulyosudarmo, Kekuasaan dan Tanggung
Jawab Presiden Republik Indonesia, Suatu Penelitian
4
Segi-Segi Teoritik dan Yuridis Pertanggungjawaban Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara, Jakarta,
Kekuasaan, Surabaya: Universitas Airlangga, 1990, RajaGrafindo Persada, 2008, hlm. 110
5
hlm. 30 Ateng Syafrudin, Menuju Penyelenggaraan
3
A. Gunawan Setiardja, Dialektika Hukum dan Moral Pemerintahan Negara yang Bersih dan Bertanggung
dalam Pembangunan Masyarakat Indonesia, Jawab, Jurnal Pro Justisia Edisi IV, Bandung,
Yogyakarta: Kanisius, 1990, hlm. 52 Universitas Parahiyangan, 2000, hlm. 22.

Diterbitkan oleh FISIP-UMC | 


SOSFILKOM Volume XIII Nomor 01 Januari-Juni 2019

hukum publik, lingkup wewenang golongan lain berdasarkan kewibawaan,


pemerintahan, tidak hanya meliputi kewenangan, kharisma atau kekuatan
7
wewenang membuat keputusan fisik. Dalam hukum publik menurut
pemerintah (bestuur), tetapi meliputi Hadjon, wewenang berkaitan dengan
wewenang dalam rangka pelaksanaan kekuasaan.8 Kekuasaan memiliki makna
tugas, dan memberikan wewenang serta yang sama dengan wewenang karena
distribusi wewenang utamanya ditetapkan kekuasaan yang dimiliki oleh Eksekutif,
dalam peraturan perundang-undangan. Legislatif dan Yudikatif adalah
Dalam Black’s Law Dictionary, kekuasaan formal. Kekuasaan merupakan
pengertian kewenangan (authority) unsur esensial dari suatu Negara dalam
disebutkan bahwa: ”Right to exercise proses penyelenggaraan pemerintahan di
powers; to implment and enforce laws; to samping unsur-unsur lainnya, yaitu: a)
exact obedience; to command; to judge. hukum; b) kewenangan (wewenang); c)
Control over; jurisdiction. Often keadilan; d) kejujuran; e)
synonymous with power”6 Dalam kebijakbestarian; dan f) kebajikan.9
kontruksi ini, kewenangan tidak hanya Kekuasaan merupakan inti dari
diartikan sebagai hak untuk melakukan penyelenggaraan Negara agar Negara
praktek kekuasaan, namun kewenangan dalam keadaan bergerak (de staat in
juga diartikan ; (1) untuk menerapkan beweging) sehingga Negara itu dapat
dan menegakan hukum; (2) ketaatan yang berkiprah, bekerja, berkapasitas,
pasti; (3) perintah; (4) memutuskan; (5) berprestasi, dan berkinerja melayani
pengawasan; (6) yurisdiksi; atau (7) warganya. Oleh karena itu Negara harus
kekuasaan. diberi kekuasaan. Kekuasaan menurut
Pada umumnya kewenangan Miriam Budiardjo adalah kemampuan
diartikan sebagai kekuasaan, seperti di seseorang atau sekelompok orang
sebutkan pada Kamus Besar Bahasa manusia untuk mempengaruhi tingkah
Indonesia, bahwa kekuasaani merupakan laku seseorang atau kelompok lain
kemampuan dari orang atau golongan
7
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus
untuk menguasai orang lain atau Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1989,
hlm. 468.
8
Philipus M. Hadjon, Tentang Wewenang, Makalah,
6
Henry Campbell Black, Black’s Law Doctionary, Universitas Airlangga, Surabaya, tanpa tahun, hlm.. 1
9
dalam Salim dan Erlis Septiana Nurbani, Penerapan Rusadi Kantaprawira, Hukum dan Kekuasaan,
Teori Hukum pada Penelitian Tesis dan Disertasi, Makalah, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta,
RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2014, hlm. 185. 1998, hlm. 37-38

Diterbitkan oleh FISIP-UMC | 


SOSFILKOM Volume XIII Nomor 01 Januari-Juni 2019

sedemikian rupa sehingga tingkah laku Berdasarkan sumbernya wewenang


itu sesuai dengan keinginan dan tujuan dibedakan menjadi dua yaitu wewenang
10
dari orang atau Negara. personal dan wewenang ofisial.
Dari berbagai pengertian Wewenang personal, bersumber pada
kewenangan sebagaimana tersebut di intelegensi, pengalaman, nilai atau
atas, penulis berkesimpulan bahwa norma, dan kesanggupan untuk
kewenangan (authority) memiliki memimpin. Sedangkan wewenang ofisial
pengertian yang berbeda dengan merupakan wewenang resmi yang di
wewenang (competence). Kewenangan terima dari wewenang yang berada di
merupakan kekuasaan formal yang atasnya.11
berasal dari undang-undang, sedangkan Kewenangan menurut Max Weber
wewenang adalah suatu spesifikasi dari ada empat macam, meliputi : (1)
kewenangan, artinya subyek hukum wewenang kharismatis, tradisional dan
yang diberikan kewenangan oleh undang- rasional (legal); (2) wewenang resmi dan
undang, maka ia berwenang untuk tidak resmi; (3) wewenang pribadi dan
melakukan sesuatu yang tersebut dalam territorial; serta (4) wewenang terbatas
kewenangan itu. Pada hakikatnya dan menyeluruh.12 Wewenang
kewenangan merupakan kekuasaan yang kharismatis adalah wewenang yang di
diberikan kepada alat-alat perlengkapan dasarkan pada charisma yang merupakan
negara untuk menjalankan roda kemampuan khusus yang melekat pada
pemerintahan. Dalam teori kewenangan diri seseorang, sebagai kemampuan yang
dikaji unsur-unsur; adanya kekuasaan, diyakini dibawa sejak lahir. Wewenang
adanya organ pemerintah dan sifat tradisional merupakan wewenang yang
hubungan hukumnya. dapat dimiliki seseorang atau kelompok
orang atau kelompok orang dengan cirri-
2. Jenis-Jenis Kewenangan
ciri antara lain; (1) adanya ketentuan-
Kewenangan dapat dibedakan
ketentuan tradisional yang mengikat
berdasarkan sumbernya, kepentingannya,
penguasa yang mempunyai wewenang
territorial, ruang lingkupnya, dan
serta orang lainnya dalam masyarakat; (2)
menurut urusan pemerintahan. 11
Salim HS. dan Erlis Septiana Nurbani, Penerapan
Teori Hukum pada Penelitian Tesis dan Disertasi,
RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2014, hlm. 187.
10 12
Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar,
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1998, hlm.. 35 RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2005, hlm. 280-288.

Diterbitkan oleh FISIP-UMC | 


SOSFILKOM Volume XIII Nomor 01 Januari-Juni 2019

adanya wewenang yang lebih tinggi Wewenang menyeluruh merupakan


daripada kedudukan seseorang secara wewenang yang tidak dibatasi oleh
pribadi; (3) selama tidak ada bidang-bidang kehidupan tertentu.
pertentangan dengan ketentuan-ketentuan Jenis-jenis kewenangan menurut
tradisional, orang-orang dapat bertindak Black’s Law Dictionary, dapat dibedakan
secara bebas. Sedangkan wewenang menjadi tujuh belas macam, meliputi;
rasional atau legal, yaitu wewenang yang (1) the power delegated (kewenangan
disandarkan pada sistem hukum yang delegasi); (2) legal power (kekuasaan
berlaku dalam masyarakat. sistem hukum); (3) apparent authority
hukumyang dimaksud adalah sistem (kewenangan nyata); (4) authority by
hukum yang telah diakui serta ditaati oleh estoppels (kewenangan untuk
masyarakat, dan bahkan telah diperkuat menyangkal); (5) authority coupled with
oleh negara. an interest (kewenangan yang
Wewenang resmi sifatnya digabungkan dengan kepentingan); (6)
sistematis dapat diperhitungkan dan express authority (kewenangan yang
rasional. Biasanya wewenang resmi ini diberikan secara jelas, apakah dalam
dapat ditemukan pada kelompok- bentuk tertulis atau lisan); (7) general
kelompok besar yang memerlukan aturan authority (kewenangan umum); (8)
tata tertib yang tegas dan bersifat tetap, implied authority (kewenangan yang
sedangkan wewenang tidak resmi tersirat); (9) actual authority
merupakan hubungan yang timbul antar (kewenangan yang benar-benar
pribadi yang sifatnya situasional, sifatnya ada/terjadi); (10) incidental authority
sangat ditentukan pihak-pihak yang (kewenangan yang bersifat kebetulan);
saling berhubungan tadi. Wewenang (11) inferred authority (kewenangan
pribadi lebih didasarkan pada tradisi, dalam mengambil
dan/atau charisma. Wewenang territorial keputusan/kesimpulan); (12) inherent
merupakan wewenang yang dilihat dari authority (kewenangan yang tidak bisa
wilayah tempat tinggal. Wewenang dipisahkan); (13) limited authority
terbatas adalah wewenang yang sifatnya (kewenangan yang terbatas); (14) naked
terbatas, tidak mencakup semua sektor authority (kewenangan yang terbuka);
atau bidang kehidupan, akan tetapi hanya (15) ostensible authority (kewenangan
terbatas pada satu bidang / sektor saja. semu / pura-pura); (16) special authority

Diterbitkan oleh FISIP-UMC | 


SOSFILKOM Volume XIII Nomor 01 Januari-Juni 2019

(kewenangan khusus), dan unlimited mempunyai kewenangan bersama antar


authority (kewenangan yang tidak tingkatan dan/atau susunan pemerintahan.
13
terbatas). Kewenangan pemerintah propinsi
Selain yang dikemukakan diatas, terdiri atas dua macam kewenangan,
kewenangan juga dibagi berdasarkan meliputi; (1) kewenangan wajib, yakni
urusan pemerintahan seperti yang merupakan kewenangan oleh pemerintah
tercantum pada Pasal 1 angka 5 Peraturan daerah propinsi berkaitan dengan
Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang pelayanan dasar, dan terdapat tidak
Pembagian Urusan Pemerintahan, kurang dari dua puluh enam kewenangan
menyatakan bahwa: wajib pemerintah propinsi; (2)
kewenangan pilihan, yakni urusan yang
“Fungsi-fungsi pemerintahan yang
menjadi hak dan kewajiban setiap secara nyata ada dan berpotensi untuk
tingkatan dan/atau susunan meningkatkan kesejahteraan masyarakat
pemerintahan untuk mengaturdan
mengurus fungsi-fungsi tersebut sedsuai dengan kondisi, kekhasan, dan
yang menjadi kewenangannya potensi unggulan daerah yang
dalam rangka melindungi,
melayani, memberdayakan, dan bersangkutan. Sedangkan kewenangan
menyejahterakan masyarakat”. daerah kabupaten/kota terdiri atas dua
Menurut Pasal 2 ayat (2) PP No. 38 kewenangan meliputi ; (1) kewenangan
Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan wajib, kewenangan tidak kurang dari dua
Pemerintahan, ada tiga tingkatan puluh enam kewenangan, seperti :
pemerintahan di dalam menjalankan pendidikan, kesehatan, lingkungan hidup,
urusan pemerintahan, meliputi: (1) pekerjaan umum, penataan ruasng,
pemerintah; (2) pemerintah propinsi; dan perencanaan pembangunan, dan
(3) pemerintah kabupaten/kota, urusan sebagainya; (2) kewenangan pilihan
pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintah kabupaten/kota meliputi
pemerintah meliputi : (1) politik luar antara lain: kelautan dan perikanan,
negeri; (2) pertahanan; (3) keamanan; (4) pertanian, kehutanan, energi dan sumber
yustisi; (5) moneter dan fiscal nasional; mineral, dan sebagainya.
serta (6) agama. Disamping keenam 3. Kewenangan Perspektif UU
kewenangan tersebut, pemerintah juga No.23 Tahun 2014
1) Pembagian Kewenangan
13
Henry Campbell Black,Op. Cit., hlm. 189.

Diterbitkan oleh FISIP-UMC | 


SOSFILKOM Volume XIII Nomor 01 Januari-Juni 2019

Menurut UU No. 23 Tahun 2014 wakil pemerintah pusat berdasarkan asas


tentang Pemerintahan Daerah, dekonsentrasi.
kewenangan terbagi atas klasifikasi Urusan pemerintahan konkuren
urusan pemerintahan sebagaimana menurut Pasal 11 UU No. 23 Tahun 2014
tercantum pada Pasal 9 ayat (1) sampai yang menjadi kewenangan daerah terdiri
dengan ayat (5). Bahwa urusan atas urusan pemerintahan wajib dan
pemerintahan terdiri atas urusan urusan pemerintahan pilihan. Urusan
pemerintahan absolut, urusan pemerintahan wajib terdiri atas urusan
pemerintahan konkuren dan urusan pemerintahan yang berkaitan dengan
pemerintahan umum. Urusan pelayanan dasar dan urusan yang tidak
pemerintahan absolut adalah urusan yang berkaitan dengan pelayanan dasar.
sepenuhnya menjadi kewenangan Urusan pemerintahan wajib yang
Pemerintah Pusat. Urusan pemerintahan berkaitan dengan pelayanan dasar adalah
konkuren adalah urusan yang dibagi urusan pemerintahan wajib yang sebagian
antara pemerintahan pusat dan daerah substansinya merupakan pelayanan dasar.
propinsi, serta daerah kabupaten/kota. Pembagian urusan pemerintahan
Urusan pemerintahan konkuren yang konkuren antara pemerintah pusat dan
diserahkan ke daerah menjadi dasar daerah propinsi serta daerah
pelaksanaan otonomi daerah. Urusan kabupaten/kota di dasarkan kepada
pemerintahan umumn adalah urusan prinsip akuntabilitas, efisiensi, dan
pemerintahan yang menjadi kewenangan eksternalitas serta kepentingan strategis
presiden sebagai kepala pemerintahan. nasional sebagaimana diatur pada Pasal
Urusan pemerintahan absolut 13 UU No. 23 Tahun 2014. Berdasarkan
menurut Pasal 10 UU No. 23 Tahun 2014 prinsip-prinsip tersebut, Kriteria urusan
meliputi : (1) politik luar negeri; (2) pemerintahan yang menjadi kewenangan
pertahanan; (3) keamanan; (4) yustisi; (5) pemerintahan pusat adalah : (1) urusan
moneter dan fiscal nasional; dan (6) pemerintahan yang lokasinya lintas
agama. Penyelenggaraan urusan daerah propinsi atau lintas negara; (2)
pemerintahan absolut, pemerintah pusat urusan pemerintahan yang penggunanya
dapat melaksanakan sendiri, atau lintas daerah propinsi atau lintas negara;
melimpahkan kepada instansi vertical (3) urusan pemerintahan yang manfaat
yang ada di daerah atau gubernur sebagai atau dampak negatifnya lintas daerah

Diterbitkan oleh FISIP-UMC | 


SOSFILKOM Volume XIII Nomor 01 Januari-Juni 2019

propinsi atau lintas negara; (4) urusan melaakukan kratifitas sesuai dengan
pemerintahan yang sumberdayanya lebih kebutuhan dan perkembangan daerahnya.
efisien apabila dilakukan oleh pemerintah 2) Kriteria Kewenangan
pusat; dan/atau (5) urusan pemerintahan Kriteria urusan pemerintahan yang
yang peranannya strategis bagi menjadi kewenangan daerah propinsi
kepentingan nasional. adalah ; (1) urusan pemerintahan yang
Pembagian kewenangan dengan lokasinya lintas daerah kabupaten/kota;
mengacu kepada pembagian uruan (2) urusan pemerintahan yang
pemerintahan absolut, urusan penggunanya lintas daerah
pemerintahan konkuren dan urusan kabupaten/kota; (3) urusan pemerintahan
pemerintahan umum, pada hakikatnya yang manfaat atau dampak negatifnya
pemerintahan tingkat pusat belum lintas daerah kabupaten/kota; (4) urusan
sepenuh hati dalam melaksanakan pemerintahan yang penggunaan
otonomi daerah, hal ini berkenaan dengan sumberdayanya lebih efisien apabila
kepercayaan pusat terhadap daerah yang dilakukan oleh daerah propinsi. Kriteria
belum sepenuhnya mempercayai, karena urusan pemerintahan yang menjadi
adanya kekuatiran daerah melakukan kewenangan daerah kabupaten/kota
tindakan yang terlalu jauh yang akan adalah : (1) urusan pemerintahan yang
mempengaruhi kesatuan dan persatuan, lokasinya dalam daerah kabupaten/kota;
merusak kebinekaan, kerukunan dan (2) urusan pemerintahan yang
toleransi. Hal ini terbukti dengan penggunanya dalam daerah
banyaknya Peraturan Daerah yang kabupaten/kota; (3) urusan pemerintahan
dianggap melampaui batas kewenangan, yang manfaat atau dampak negatifnya
Perda yang dinggap “ekstrim” dalam hanya dalam daerah kabupaten/kota;
mengatur masyarakat berdasarkan dan/atau (4) urusan pemerintahan yang
keagamaan, Perda yang mengklaim penggunaan sumberdayanya lebih efisien
sebagai daerah yang dianggap istimewa, apabila dilakukan oleh daerah
inklusif, dan sebagainya, sehingga kabupaten/kota.
banyak Perda yang dibatalkan oleh Kriteria kewenangan seperti itu
Kementrian Dalam Negeri. Kewenangan pada hakikatnya pembagian kewenangan
yang telah diberikan seakan-akan tidak daerah propinsi dengan kabupaten/kota,
ada artinya, sangat dibatasi untuk yang didasarkan kepada territorial atau

Diterbitkan oleh FISIP-UMC | 


SOSFILKOM Volume XIII Nomor 01 Januari-Juni 2019

kewilayahan, baik penggunanya, dampak yang asli atas dasar konstitusi atau
yang ditimbulkan maupun undang-undang dasar. Pada kewenangan
memperhitungkan antara efektifitas dan delegasi, harus ditegaskan suatu
efisensi, tanpa memperhitungkan potensi pelimpahan wewenang kepada organ
dan tingkat kesulitan yang dihadapi oleh pemerintahan yang lain. Pada mandat
masing-masing daerah. tidak terjadi pelimpahan apapun dalam
Berdasarkan Undang-undang No. arti pemberian wewenang, akan tetapi,
23 Tahun 2014, otonomi tidak lagi yang diberi mandat bertindak atas nama
bertumpu pada daerah kabupaten/kota, pemberi mandat. Dalam pemberian
karena sebagian kewenangan daerah yang mandat, pejabat yang diberi mandat
sebelumnya dilaksanakan oleh menunjuk pejabat lain untuk bertindak
kabupaten/kota saat ini banyak yang atas nama mandator (pemberi mandat).
ditarik ketingkat propinsi dan juga pusat, J.G. Brouwer berpendapat bahwa
sehingga kewenangan daerah atribusi merupakan kewenangan yang
kabupaten/kota semakin menyempit, diberikan kepada suatu organ (institusi)
sementara daerah propinsi bertambah pemerintahan atau lembaga Negara oleh
kewenangannya, padahal bebannya suatu badan legislatif yang independen.
cukup berat, karena disamping menjadi Kewenangan ini adalah asli, yang tidak
daerah otonom, daerah propinsi juga diambil dari kewenangan yang ada
merupakan wakil pemerintah pusat, sebelumnya. Badan legislatif
sehingga daerah propinsi berada pada menciptakan kewenangan mandiri dan
posisi dua kaki. bukan perluasan kewenangan sebelumnya
4. Cara Memperoleh dan memberikan kepada organ yang
Kewenangan berkompeten.
Kewenangan yang dimiliki oleh Atribusi merupakan wewenang
organ/institusi pemerintahan dalam yang melekat pada suatu jabatan. Dalam
melakukan perbuatan nyata, mengadakan tinjauan Hukum Tata Negara atribusi
pengaturan atau mengeluarkan keputusan ditunjukkan dalam wewenang yang
selalu dilandasi oleh kewenangan yang dimiliki oleh organ pemerintah dalam
diperoleh dari konstitusi baik secara menjalankan pemerintahannya
atribusi, delegasi, maupun mandat. Suatu berdasarkan kewenangan yang ditunjuk
atribusi menunjuk pada kewenangan oleh pembuat undang-undang.

Diterbitkan oleh FISIP-UMC | 


SOSFILKOM Volume XIII Nomor 01 Januari-Juni 2019

Kewenangan atribusi tersebut power”.14 Pengaturan pendelegasian


mununjukkan pada kewenangan asli atas kewenangan dapat dilakukan dengan 3
dasar konstitusi. Kewenangan atribusi (tiga) alternatif syarat, yaitu:15
hanya dimiliki oleh DPR, Presiden, dan 1. Adanya perintah yang tegas
DPD dalam hal pembentukan undang- mengenai subjek lembaga
undang. pelaksana yang diberi delegasi
Delegasi adalah kewenangan yang kewenangan, dan bentuk peraturan
dialihkan dari kewenangan atribusi dari pelaksana untuk menuangkan
suatu organ (institusi) pemerintahan materi pengaturan yang
kepada organ lainnya sehingga organ didelegasikan;
yang telah memberi kewenangan dapat 2. Adanya perintah yang tegas
menguji kewenangan tersebut atas mengenai bentuk peraturan
namanya. Hasil produk dari lembaga pelaksana untuk menuangkan
negara yang memiliki kewenangan materi pengaturan yang
atribusi (Presiden, DPR dan DPD) adalah diselegasikan; atau
undang-undang, oleh karena materi yang 3. Adanya perintah yang tegas
diatur dalam undang-undang hanya mengenai pendelegasian
terbatas pada hal-hal yang bersifat umum kewenangan dari undang-undang
saja, maka diperlukan bentuk-bentuk atau lembaga pembentuk undang-
peraturan perundang-undangan yang undang kepada lembaga penerima
lebih rendah (subordinate legislation) delegasi kewenangan, tanpa
sebagai peraturan pelaksana undang- penyebutan bentuk peraturan yang
undang yang bersangkutan. Pemberian mendapat delegasi.
kewenangan untuk mengatur lebih lanjut
Ketiga syarat tersebut bersifat
mengenai teknis atau pelaksana dari
pilihan dan salah satunya harus ada
undang-undang disebut dengan
dalam pemberian delegasi kewenangan
pemberian kewenangan delegasi. Proses
pengaturan (rule-making power). Pada
pendelegasian kewenangan regulasi atau
mandat, tidak terdapat suatu pemindahan
legislasi inilah yang disebut sebagai
kewenangan tetapi pemberi mandat
pendelegasian kewenangan legislatif atau
“legislative delegation of rule making 14
Jimly Asshiddiqie, Perihal Undang-Undang,
Rajawali Pers, Jakarta, 2006, hlm. 148.
15
Ibid, hlm. 266.

Diterbitkan oleh FISIP-UMC | 


SOSFILKOM Volume XIII Nomor 01 Januari-Juni 2019

memberikan kewenangan kepada organ Delegasi harus memenuhi syarat-


lain (mandataris) untuk membuat syarat sebagai berikut:17
keputusan atau mengambil suatu tindakan a. Delegasi harus definitif, artinya
atas namanya. Kewenangan mandat delegasn tidak dapat lagi
merupakan pemberian, pelimpahan, atau menggunakan sendiri wewenang
pengalihan kewenangan oleh suatu organ yang telah dilimpahkan itu;
pemerintahan kepada pihak lain untuk b. Delegasi harus berdasarkan
mengambil keputusan atas ketentuan perundang-undangan,
tanggungjawab sendiri.16 Apabila artinya delegasi hanya
kewenangan yang dilimpahkan atau dimungkinkan jika ada ketentuan
didelegasikan tersebut merupakan yang memungkinkan untuk itu
kewenangan untuk membentuk suatu dalam peraturan perundang-
peraturan perundang-undangan (the undangan;
power of rule-making atau rlaw-making), c. Delegasi tidak kepada bawahan,
maka dengan terjadinya pendelegasian artinya dalam hierarki kepagawaian
kewenangan tersebut tersebut akan tidak diperkenankan adanya
mengakibatkan terjadi pula peralihan delegasi;
kewenangan untuk membentuk undang- d. Kewajiban memberi keterangan
undang sebagaimana mestinya. (penjelasan), artinya delegans
Ada perbedaan mendasar antara berwenang untuk meminta
kewenangan atribusi dan delegasi. Pada penjelasan tentang pelaksanaan
atribusi, kewenangan yang ada siap wewenang tersebut;
dilimpahkan, tetapi tidak demikian pada e. Peraturan kebijakan (beleidsregel),
delegasi. Berkaitan dengan asas legalitas, artinya delegans memberikan
kewenangan tidak dapat didelegasikan instruksi (petunjuk) tentang
secara besar-besaran, tetapi hanya penggunaan wewenang tersebut.
mungkin dibawah kondisi bahwa
Kewenangan harus dilandasi oleh
peraturan hukum menentukan menganai
ketentuan hukum yang ada (konstitusi),
kemungkinan delegasi tersebut.
sehingga kewenangan tersebut

17
Philipus M. Hadjon, Tentang Wewenang
Pemerintahan, (Bestuurbevoegdheid), Pro Justisia
16
Jimly Asshiddiqie, Op. Cit., hlm. 264. Tahun XVI Nomor 1, Januari 1998, hlm. 94.

Diterbitkan oleh FISIP-UMC | 


SOSFILKOM Volume XIII Nomor 01 Januari-Juni 2019

merupakan kewenangan yang sah. oleh penerima mandat adalah tanggung


Dengan demikian, pejabat atau organ jawab pemberi mandat. Sebagai suatu
pemerintah dalam mengeluarkan konsep hukum publik, menurut M.
keputusan didukung oleh sumber Hadjon,19 wewenang terdiri atas
kewenangan tersebut. Dalam hal ini sekurang-kurangnya tiga komponen,
Stroink menjelaskan bahwa sumber yaitu:
kewenangan dapat diperoleh bagi pejabat 1) Pengaruh, komponen pengaruh
atau organ pemerintahan dengan cara adalah penggunaan wewenang
dimaksudkan untuk mengendalikan
atribusi, delegasi dan mandat.
perilaku subyek hukum;
Kewenangan organ pemerintah adalah 2) Dasar hukum, kompornen dasar
suatu kewenangan yang dikuatkan oleh hukum ialah bahwa wewenang itu
selalu harus dapat ditunjuk dasar
hukum positif guna mengatur dan
hukumnya dan,
mempertahankannya. Tanpa kewenangan 3) Konformitas hukum, mengandung
tidak dapat dikeluarkan suatu keputusan makna adanya standar wewenang,
yaitu standar umum untuk semua
yuridis yang benar.18
jenis wewenang dan standar khusus
Mandat pada umumnya diberikan untuk jenis wewenang tertentu.
dalam hubungan kerja internal antara
Dengan demikian setiap lingkup
atasan dan bawahan, atau suatu
pemerintahan mempunyai aparat-aparat
pelimpahan wewenang kepada bawahan.
yang memiliki kewenangan untuk
Pelimpahan itu bermaksud memberikan
menciptakan produk hukum tentunya
wewenang kepada bawahan untuk
dengan cara pelimpahan kewenangan
membuat keputusan atas nama pejabat
yang beragam sehingga harus dipastikan
tata usaha negara yang memberi mandat.
suatu pelimpahan kewenangan harus
Pada mandat, tanggung jawab tidak
bersifat atributif, mandat, atau delegasi.
berpindah kepada mandataris (penerima
Kewenangan yang bersifat atributif
mandat) melainkan tetap berada di tangan
merupakan kewenangan yang bersifat
permberi mandat. Dengan demikian,
tetap dan melekat dan bersumber
semua akibat hukum yang ditimbulkan
langsung dari Undang-Undang, sehingga
oleh adanya keputusan yang dikeluarkan
setiap aparat yang memiliki kewenangan
18
F.A.M. Stroink dalam Abdul Rasyid Thalib, tersebut wajib dimintai
Wewenang Mahkamah Konstitusi dan Aplikasinya
dalam Sistem Ketatanegaraan Republik Indonesia,
Citra Aditya Bakti, Bandung, 2006), hlm. 219. 19
Philipus M. Hadjon, ibid, hlm. 90.

Diterbitkan oleh FISIP-UMC | 


SOSFILKOM Volume XIII Nomor 01 Januari-Juni 2019

pertanggungjawaban apakah telah konkuren, dan urusan


menjalankan kewenangan tersebut sesuai pemerintahan umum.
tujuan apa tidak. b. Kriteria urusan pemerintahan
Kewenangan Distributif adalah konkuren, membagi kewenangan
kewenangan yang diberikan oleh daerah propinsi dan daerah
pemerintahan yang lebih tinggi kepada kabupaten/kota atas dasar
pemerintahan yang lebih rendah seperti kewilayahan, baik dilihat dari
Pemerintah Pusat kepada Pemerintah penggunaan, dampak, maupun
daerah. Namun kewenangan Distributif efektifitas dan efisiensinya.
tersebut dibagi lagi menjadi Mandat dan c. Cara memperoleh kewenangan
Delegasi. Perbedaan Mandat dan dalam pelaksanaan otonoi
Delegasi adalah pada daerah mengacu kepada
petanggungjawabannya, sehingga setiap kewenangan yang bersifat
aparat yang memperoleh kewenangan administrative, yakni
Delegasi untuk membuat produk hukum kewenangan atributif,
harus sesuai dengan tujuan negara dan delegative, dan mandate.
apabila tidak sesuai dengan rasa keadilan,
SARAN
kepastian hukum, kemanfaatan, aparat
a. Akibat dari seringnya perubahan
tersebut dapat dimintai pertanggung
perundang-undangan tentang
jawaban.
pemerintahan daerah, stabilitas
daerah tidak pernah mengalami
SIMPULAN
kemajuan yang signifikan, untuk
Berdasarkan uraian sebagaimana
itu jika terjadi perubahan
tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa
kebijakan, seyogyanya tidak
kewenangan dalam perspektif Unang-
sampai menjadikan daerah
undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
semakin terpuruk.
Pemerintahan Daerah adalah sebagai
b. Para pembuat undang-undang
berikut:
harusnya berpikir dengan
a. Kewenangan terbagi atas
mentargetkan suatu undang-
klasifikasi uruan pemerintahan
undang minimal berlaku untuk
absolut, urusan pemerintahan
selama lima belas tahun.

Diterbitkan oleh FISIP-UMC | 


SOSFILKOM Volume XIII Nomor 01 Januari-Juni 2019

DAFTAR PUSTAKA ..................................., Tentang


Wewenang Pemerintahan,
Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu (Bestuurbevoegdheid), Pro
Politik, Jakarta: Gramedia Justisia Tahun XVI Nomor 1,
Pustaka Utama, 1998 Januari 1998

Suwoto Mulyosudarmo, Kekuasaan dan Rusadi Kantaprawira, Hukum dan


Tanggung Jawab Presiden Kekuasaan, Makalah,
Republik Indonesia, Suatu Universitas Islam Indonesia,
Penelitian Segi-Segi Teoritik dan Yogyakarta, 1998
Yuridis Pertanggungjawaban
Kekuasaan, Surabaya: Universitas Salim HS. dan Erlis Septiana Nurbani,
Airlangga, 1990 Penerapan Teori Hukum pada
Penelitian Tesis dan Disertasi,
Gunawan A, Setiardja, Dialektika Hukum RajaGrafindo Persada, Jakarta,
dan Moral dalam Pembangunan 2014
Masyarakat Indonesia, Yogyakarta:
Kanisius, 1990 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu
Pengantar, RajaGrafindo
Ridwan HR, Hukum Administrasi Persada, Jakarta, 2005
Negara, Jakarta, Penerbit
RajaGrafindo Persada, 2008

Ateng Syafrudin, Menuju


Penyelenggaraan Pemerintahan
Negara yang Bersih dan
Bertanggung Jawab, Jurnal Pro
Justisia Edisi IV, Bandung,
Universitas Parahiyangan, 2000

Henry Campbell Black, Black’s Law


Doctionary, dalam Salim dan Erlis
Septiana Nurbani, Penerapan Teori
Hukum pada Penelitian Tesis dan
Disertasi, RajaGrafindo Persada,
Jakarta, 2014

Departemen Pendidikan dan


Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta,
1989

Philipus M. Hadjon, Tentang Wewenang,


Makalah, Universitas Airlangga,
Surabaya, tanpa tahun

Diterbitkan oleh FISIP-UMC | 

Anda mungkin juga menyukai