Soal Kasus Pajak 2
Soal Kasus Pajak 2
JAWABAN: B
Dengan metode periodik, pembelian dicatat diakun pembelian, bukan di akun persediaan.
Terutang PPN Impor 10%
Terutang Pph pasal 22 Impor 2,5% (API) bersifat tidak final. (PMK 154/PMK.03/2010 jo
PMK 224/PMK.011/2012). Karena tidak final, maka dicatat sebagai uang muka Pph.
Asumsi kurs KMK = Kurs Bank / BI.
CIF 210.000.000
BM 21.000.000
Nilai Impor 231.000.000
PPN Impor 23.100.000
PPh22 Impor 5.775.000
259.875.000
Dr Cr
Pembelian 231.000.000
UM PPh Pasal 22 Impor 5.775.000
PPN Impor 23.100.000
Kas / Bank 259.875.000
2) Dari soal nomer 1 di atas, bagaimana PT Pintal Tex membuat jurnal atas transaksi tanggal 12
September 2012 . . .
a. Debet: Piutang Dagang Rp330.000.000,-
Kredit: PPN Keluaran Rp30.000.000,-
Penjualan Rp300.000.000,-
b. Debet: Piutang Dagang Rp300.000.000,-
Kredit: Penjualan Rp300.000.000,-
c. Debet: Piutang Dagang Rp300.000.000,-
PPN Rp30.000.000,-
Kredit: Penjualan Rp330.000.000,-
d. Debet: Piutang dagang Rp330.000.000,-
Kredit: PPN Rp30.000.000,-
Dengan metode periodik, tidak ada pengakuan HPP pada saat penjualan
Penjualan terutang PPN 10%
Dr Cr
Piutang Dagang 350.000.000
PPN Keluaran 30.000.000
Penjualan 330.000.000
3) CV Merdeka menjual barang kena pajak ke Pemda Tangerang sebesar Rp253.000.000,- Harga
tersebut termasuk Pajak Pertambahan Nilai. Penyerahan barang dan invoice dilakukan pada
tanggal 2 Juni 2012. Uang baru diterima CV Merdeka dari Pemda Tangerang pada tangga; 24
Juni 2012 atas transaksi tersebut . . .
a. Rp226.550.000,-
b. Rp230.000.000,-
c. Rp249.000.000,-
d. Rp253.000.000,-
JAWABAN: A
4) Pada tanggal 31 Agustus 2012, PT. Targus meminjam uang sebesar Rp200.000.000,- dari PT
Pinjam Finance selama 2 tahun. Perhitungan jangka pinjam dimulai tanggal 1 September 2012.
Tingkat suku bunga atas pinjaman tersebut adalah 8% fixed. Pembayaran setiap 3 bulan sekali.
Setelah berakhir masa pinjaman, PT Targus membayar pokok pinjaman sekaligus. Bagaimana
PT Targus membuat pencatatan pada tanggal 31 Desember 2012 . . .
a. Debet: Beban bunga Rp1.533.333,-
Kredit: Hutang Pph Pasal 23 Rp200.000,-
Hutang beban bunga Rp1.333.333,-
b. Debet: Beban bunga Rp1.533.333,-
Kredit: Hutang beban bunga Rp1.533.333,-
c. Debet: Beban bunga Rp1.333.333,-
Kredit: Hutang beban bunga Rp1.333.333,-
d. Debet: Beban bunga Rp1.333.333,-
Kredit: Hutang Pph Pasal 23 Rp200.000,-
Hutang beban bunga Rp1.133.333,-
JAWABAN: C
Pencatatan biaya bunga pada tanggal 31 Desember 2012 adalah jurnal penyesuaian untuk
mengakui biaya bunga terutang tetapi belum dibayar (accrued expense)
Karena pokok hutang baru dibayar diakhir masa pinjaman, maka dasar perhitungan bunga
adalah Rp200.000.000,-
Pembayaran bunga kepada perusahaan pembiayaan dikecualikan dari pemotongan PPh
pasal 23 dengan tarif 15% (pasal 23 ayat 4 UU PPh dan PMK 251/PMK.03/2008)
PERHITUNGAN BUNGA
Tanggal Biaya Bunga Saldo Hutang
01 sep 12 200.000.000
Pembayaran Bunga 01 des 12 4.000.000 200.000.000 200jt x 8% x 3/12
Jurnal Adjustment 31 des 12 1.333.333 200.000.000 200jt x 8% x 1/12
Dr Cr
Beban bunga 1.333.333
Hutang bunga 1.333.333
Catatan:
Sekalipun pinjaman dilakukan pada selain perusahaan pembiayaan, pembebanan bunga terutang
pada tanggal 31 Desember 2012 tetap tidak terutang PPh pasal 23 karena PPh pasal 23 terutang
pada saat pembayaran atau jatuh temponya penghasilan, tergantung peristiwa yang lebih dulu
(pasal 15 PP No 94 Tahun 2010)
5) PT Hari Graha bergerak dalam bidang usaha persewaan ruang kantor. Pada tanggal 2 maret
2011 menerima pembayaran sewa ruang kantor dari PT Jazz Entertainment sebesar
Rp30.000.000,- untuk masa sewa 2 tahun yang dimulai sejak tanggal 1 Maret 2011. Jurnal yang
mungkin dicatat oleh PT Hari Graha atas penerimaan sewa ruang kantor tersebut adalah . . .
a. Debet: Kas Rp30.000.000,-
Beban PPh Pasal 4 (2) Rp3.000.000,-
Kredit: Pendapatan sewa Rp30.000.000,-
PPN Keluaran Rp3.000.000,-
b. Debet: Kas Rp27.000.000,-
Beban PPh Pasal 4 (2) Rp3.000.000,-
Kredit: Pendapatan sewa Rp30.000.000,-
c. Debet: Kas Rp30.000.00,-
Uang muka PPh Pasal 4 (2) Rp3.000.000,-
Kredit: Pendapatan sewa diterima dimuka Rp30.000.000,-
PPN Masukan Rp3.000.000,-
d. Debet: Kas Rp30.000.000,-
Uang muka PPh Pasal 4 (2) Rp3.000.000,-
Kredit: Pendapatan sewa diterima dimuka Rp33.000.000,-
JAWABAN: TIDAK JAWABAN
- Bila PT Hari Graha adalah PKP, wajib memungut PPN 10%
- PT Jazz adalah WP badan yang diwajibkan memotong PPh Pasal 4 (2) atas sewa tanah
bangunan dengan tarif 10% bersifat final. Pemotongan dilakukan pada saat terutang atau pada
saat dibayarkan tergantung peristiwa yang lebih dulu karena bersifat final maka dicatat sebagai
beban PPh oleh PT Hari Graha (KEP 227/PJ./2002)
8) PT Sekeras Kehidupan melakukan revaluasi atas seluruh aktiva tetapnya pada tahun 2008
(sesuai PMK 79/PMK.03/2008). Diantaranya terdapat mesin (Kel II) dengan harga pasar dan
nilai buku fiskal pada saat revaluasi adalah Rp300.000.000,- dan Rp175.000.000,-. Pada tanggal
27 mei 2009 mesin tersebut dijual dengan harga Rp230.000.000,-. Jika diketahui nilai buku
akuntansi per 31 Desember 2008 adalah Rp275.000.000,- dan masa manfaat akuntansi setelah
revaluasi adalah 9 tahun, bagaimana aspek perpajakan dari transaksi penjualan mesin tersebut?
(Penyusutan akuntansi: Garis lurus ; fiskal: Saldo Menurun) . . .
a. Tidak terutang PPh Final dan Laba Penjualan Mesin dalam SPT Tahunan PPh Rp6.562.500,-
b. Terutang PPh Final Rp12.500.000,- dan Laba Penjualan Mesin dalam SPT Tahunan PPh
Rp6.562.500,-
c. Terutang PPh Final Rp20.000.000,- dan Laba Penjualan Mesin dalam SPT Tahunan PPh
Rp6.562.500,-
d. Terutang PPh Final Rp25.000.000,- dan Laba Penjualan Mesin dalam SPT Tahunan PPh
Rp22.083.333,-
JAWABAN: C
PMK 79 / PMK.03 / 2008 mengatur sebagai berikut:
+ Pasal 7 ayat 1: Sejak bulan dilakukannya penilaian kembali aktiva tetap perusahaan berlaku
ketentuan sebagai berikut:
- Dasar penyusutan fiskal aktiva tetap yang telah memperoleh persetujuan penilaian kembali
adalah nilai pada saat penilaian kembali
- Masa manfaat aktiva tetap yang telah dilakukan penilaian kembali aktiva tetap perusahaan
disesuaikan kembali menjadi menjadi masa manfaat penuh untuk kelompok aktiva tetap tersebut
- Perhitungan penyusutan dimulai sejak bulan dilakukannya penilaian kembali aktiva tetap
perusahaan.
+ Pasal 8 ayat 3: Selisih antara nilai pengalihan aktiva tetap perusahaan dengan nilai sisa buku
fiskal pada saat pengalihan merupakan keuntungan atau kerugian berdasarkan ketentuan
Undang-Undang Nomer 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah beberappa
kali diubah terakhir dengan Undang-undang Nomer 17 Tahun 2000.
Perhitungan
- Karena penjualan mesin belum melewati masa manfaat mesin (8 tahun), maka dikenakan
tambahan PPh final. Tarif tambahan PPh final: 30% - 10% = 20%
Harga Pasar Revaluasi 300.000.000
Nilai Buku Fiskal (175.000.000)
125.000.000
Tambahan PPh Final 25.000.000 (Rp125jt x (30%-10%))
- Selain itu, keuntungan (kerugian) dari pengalihan tersebut diakui sebagai penghasilan (beban)
sesuai ketentuan yang berlaku. Karena itu harus dihitung keuntungan (kerugian) penjualan mesin
tersebut. Untuk menghitung keuntungan (kerugian) perlu diketahui nilai buku fiskal mesin pada
saat penjualan (27 mei 2009). Untuk menghitung nilai buku fiskal perlu diketahui akumulasi
penyusutan fiskal dari saat revaluasi sampai dengan saat penjualan.
Saat revaluasi dapat diketahui dari analisa sebagai berikut:
Nilai revaluasi akan menjadi dasar penyusutan yang baru. Karena diketahui nilai buku akuntansi
per 31/12/2008 Rp275jt, maka akumulasi penyusutan dari saat revaluasi s.d 31/12/2008 adalah:
Harga Pasar Revaluasi 300.000.000
Akumulasi Penyusutan (25.000.000) dari saat revaluasi s.d 31/12/2008
Nilai buku Akuntansi 31/12/08 275.000.000
Selanjutnya dapat dihitung nilai buku fiskal pada saat penjualan dan laba penjualan sebagai
berikut:
Nilai Buku Fiskal 30/04/2009
Harga Pasar Revaluasi 300.000.000
Penyusutan Fiskal 2008 (25%) (56.250.000) Apr s.d Des 2008 (9 bulan)
243.750.000
Penyusutan Fiskal 2009 (25%) (20.312.500) Jan s.d Apr 2009 (4 bulan)
223.437.500
Harga Jual 230.000.000
Laba 6.562.500
9. PT Semilir Angin pada bulan September 2009 mengambil pinjaman dalam mata uang asing
debesar USD 1.500.000 (Kurs BI: Rp9.500; Kurs KMK: Rp9.700). Angsuran dilakukan mulai
tahun 2010. Pada tanggal 31 Desember 2009 kurs naik menjadi Kurs BI: Rp9.750 dan Kurs
KMK: Rp9.900. Atas kejadian tersebut, perusahaan menyesuaikan saldo pinjaman pada tanggal
neraca dan mengakui kerugian selisih kurs. Berdasarkan ketentuan fiskal . . .
a. Rugi selisih kurs tidak dapat dikurangkan dari penghasilan bruto karena belum ada realisasi
angsuran
b. Rugi selisih kurs dapat diakui karena sudah sesuai dengan standar akuntansi
c. rugi selisih kurs dapat diakui berdasarkan kurs KMK
d. Pengakuan Laba(Rugi) selisih kurs harus menggunakan metode kurs tetap
JAWABAN: B
a. Pelakuan Akuntansi
Penyesuaian saldo dengan menggunakan kurs tanggal neraca sesuai standar akuntansi (PSAL No
10 tentang Pengaruh Perubahan Nilai Tukar Valuta Asing).
Paragraf 21: Pada akhir setiap periode pelaporan= (a) pos moneter mata uang asing harus
dijabarkan menggunakan kurs penutup dst. . .
Paragraf 26: Selisih nilai tukar yang timbul pada penyelesaian pos moneter atau pada
penjabaran pos moneter pada kurs yang berbeda dari kurs pada saat pos moneter tersebut
dijabarkan pada pengakuan awal selama periode atau pada periode laporan keuangan
sebelumnya, harus diakui dalam laba atau rgui dalam periode pada saat terjadinya, kecuali
sebagaimana dijelaskan dalam paragraf 29.
b. Perlakuan Perpajakan
UU PPh mengatur sebagai berikut:
Pasal 4 ayat 1: Yang menjadi Objek pajak adalah penghasilan, ..... , termasuk:
l. Keuntungan selisih kurs mata uang asing
Penjelasan pasar 4 ayat 1.l: Keuntungan yang diperoleh karena fluktuasi kursmata uang asing
diakui berdasarkan sistem pembukuan yang dianut dan dilakukan secara taat asas sesuai dengan
Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku di Indonesia.
Pasal 6 ayat 1: Besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak dalam negeri dan bentuk
usaha tetap, ditentukan berdasarkan penghasilan bruto dikurangi biaya untuk mendapatkan,
menagih, dan memelihara penghasilan, termasuk: e.kerugian dari selisih kurs mata uang asing
Penjelasan Pasal 6 ayat 1.e: Kerugian karena fluktuasi kurs mata uang asing diakui berdasarkan
sistem pembukuan yang dianut dan dilakukan secara taat asas sesuai dengan Standar Akuntansi
Keuangan yang berlaku di Indonesia
Kesimpulan: Karena perlakuan perpajakan mengikuti standar akuntansi, maka kerugian
penyesuaian kurs di tanggal neraca dapat dibebankan secara fiskal.
10. PT Sekuat Baja adalah perusahaan jasa konstruksi. Di bulan Oktober 2009, perusahaan
sedang menangani proyek pembangunan gedung milik PT Selaras Nada dengan nilai kontrak
Rp50.000.000.000 dan anggaran awal biaya pembangunan Rp40.000.000.000. Perusahaan
mengakui pendapatan dengan metode persentase penyelesaian. Di bulan Oktober 2009 progress
pembangunan adalah 12,5%. Di bulan Oktober dan November 2009 biaya yang dikeluarkan
adalah Rp5.000.000.000 dan Rp3.800.000.000 dan anggaran biaya untuk menyelesaikan adalah
Rp35.200.000.000. Laba Bruto kontrak yang diakui di bulan November 2009 adalah . . .
a. Laba Rp450.000.000
b. Rugi Rp50.000.000
c. Laba Rp1.200.000.000
d. Laba Rp750.000.000
JAWABAN: B
Dalam hal ini pengakuan pendapatan menggunakan metode persentase penyelesaian, dimana
persentase penyelesaian dihitung dengan membandingkan aktual biaya yang dikeluarkan dengan
estimasi total biaya
Aktual biaya Oktober 2009 5.000.000.000
Aktual biaya November 2009 3.800.000.000
Aktual biaya s.d November 2009 8.800.000.000
Anggaran Biaya utk menyelesaikan 35.200.000.000
Estimasi Total Biaya 44.000.000.000
% penyelesaian s.d November 2009: Rp8,8 M / Rp44 M = 20%
Pengakuan penghasilan bruto:
- s.d November 2009 10.000.000.000 (20% x Rp 50 M)
- telah diakui Oktober 2009 6.250.000.000 (12.5% X Rp 50 M)
Penghasilan Bruto November 2009 3.750.000.000
HPP November 09 (Biaya Aktual) (3.800.000.000)
Rugi Kotor (50.000.000)
11) PT Seranum Jagung adalah perusahaan yang bergerak di bidang perkebunan jagung dan
pabrik minyak jagung. Di bulan April 2006 telah membeli truk (Kel II) untuk digunakan di
perkebunan dan pabrik. Selama tahun 2011 pembelian solar untuk bahan bakar truk tersebut
adalah Rp55.000.000 (termasuk PPN). Penyerahan yang terutang PPN diperkirakan 70% dari
total penyerahan. Realisasi penjualan selama tahun 2011 adalah penjualan jagung:
Rp40.000.000.000 dan penjualan minyak jagung: Rp60.000.000.000. Di bulan maret 2012
diketahui PPN keluaran dan PPN masukan sehubungan dengan usaha pabrik minyak jagung
adalah Rp500.000.000 dan Rp40.000.000. Bagaiana jurnal pembayaran PPN untuk masa maret
2012 . . .
a. PPN Keluaran (Dr) 500.000.000
Beban PPN (Dr) 500.000
PPN Masukan (Cr) 40.000.000
Kas (Cr) 460.500.000
b. PPN Keluaran (Dr) 500.000.000
Beban PPN (Dr) 2.000.000
PPN Masukan (Cr) 41.500.000
Kas (Cr) 460.500.000
c. PPN Keluaran (Dr) 500.000.000
PPN Masukan (Cr) 39.500.000
Kas (Cr) 460.500.000
d. PPN Keluaran (Dr) 500.000.000
PPN Masukan (Cr) 40.000.000
Kas (Cr) 460.500.000
JAWABAN: A
Dalam hal ini solar digunakan untuk penyerahan yang terutang PPN dan tidak terutang PPN.
Sesuai PMK 78/PMK.03/2010, Pada saat pembelian, PPN Masukan dikreditkan berdasarkan
perkiraan penyerahan yang terutang PPN untuk kemudian dihitung kembali pada bulan ketiga
tahun pajak berikutnya sesuai realisasi penyerahan yang terutang PPN.Selisih PPN Masukan
yang dapat dikreditkan, akan mengurangi atau menambah PPN Masukan pada bulan
penghitungan kembali.
Pengkreditan pada saat pembelian
PPN Masukan 5.000.000
Kredit Pajak (70% x Rp 5 jt) 3.500.000
Penghitungan Kembali
PPN Masukan dapat dikreditkan 3.000.000 (Rp 60 M / Rp 100 M) x Rp 5 jt
Koreksi PPN Masukan 500.000
PPN Dibayar Masa Maret 12
PPN Keluaran Maret 12 500.000.000
PPN Masukan dapat dikreditkan: 40.000.000
- PPN Masukan Maret 12 (500.000)
- Koreksi PPN (39.500.000)
PPN Dibayar 460.500.000
Jurnal Dr Cr
PPN Keluaran 500.000.000
Beban PPN 500.000
PPN Masukan 40.000.000
Kas 460.500.000
12) PT Seluas Dunia memperoleh penghasilan dari dalam dan luar negeri. Pada tanggal 25 April
2012, memperoleh penghasilan dividen dari Jepang Rp100.000.000 dan terutang PPh 20%.
Sementara itu di tahun 2012, peredaran usaha di Indonesia adalah Rp100.000.000 dan diderita
kerugian fiskal Rp60.000.000. Bagaimana jurnal penyesuaian atas PPh dari laba di Jepang . . .
a. Tidak ada jurnal penyesuaian
b. Beban Pajak (Dr) 10.000.000
Uang Muka PPh Pasal 24 (Cr) 10.000.000
c. Beban Pajak (Dr) 15.000.000
Uang Muka PPh Pasal 24 (Cr) 15.000.000
d. Beban Pajak (Dr) 20.000.000
Uang Muka PPh Pasal 24 (Cr) 20.000.000
JAWABAN: B
KMK 164/ KMK.03 / 2002 mengatur sebagai berikut:
Pasal 1 ayat 1: Wajib Pajak dalam negeri terutang pajak atas Penghasilan Kena Pajak yang
berasal dari seluruh penghasilan termasuk penghasilan yang diterima atau diperoleh dari luar
negeri.
Pasal 1 ayat 3: Kerugian yang diderita di luar negeri tidak boleh digabungkan dalam
menghitung Penghasilan Kena Pajak.
Pasal 2 ayat 1: Apabila dalam Penghasilan Kena Pajak terdapat penghasilan yang berasal dari
luar negeri maka Pajak Penghasilan yang dibayar atau terutang di luar negeri atas penghasilan
tersebut dapat dikreditkan terhadap Pajak Penghasilan yang terutang di Indonesia.
Pasal 2 ayat 3: Jumlah kredit pajak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) paling tinggi sama
dengan jumlah pajak yang dibayar atau terutang di luar negeri, tetapi tidak boleh melebihi
jumlah tertentu
Pasal 2 ayat 4: Jumlah tertentu sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) dihitung menurut
perbandingan antara penghasilan dari luar negeri terhadap Penghasilan Kena Pajak dikalikan
dengan pajak yang terutang atas Penghasilan Kena Pajak dalam hal Penghasilan Kena Pajak
lebih kecil dari penghasilan luar negeri.
Kesimpulan / Perhitungan
Laba di Jepang 100.000.000
Rugi di Indonesia (60.000.000)
Penghasilan Kena Pajak 40.000.000
PPh Terutang (25%) 10.000.000
PPh Terutang di Jepang 20.000.000 (20% x Rp100 jt)
Pada saat dipotong/terutang PPh di Jepang, Perusahaan pernah mengakui uang muka PPh Pasal
24 sebesar Rp 20 juta. Karena Penghasilan Kena Pajak lebih kecil dibanding penghasilan di
Jepang, maka kredit pajak luar negeri adalah sejumlah PPh terutang Rp10.000.000 sehingga
harus dilakukan jurnal penyesuaian:
Beban Pajak 10.000.000
Uang Muka PPh Pasal 24 10.000.000.000
13) Pada tanggal 30 Juni 2012, banjir bandang melanda gudang dan pabrik PT Secerah Harapan
yang menghancurkan seluruh persediaan barang dalam proses. Sementara itu bahan baku dan
barang jadi tidak mengalami kerusakan. Hasil penghitungan fisik setelah banjir menunjukkan
nilai persediaan barang jadi Rp119.000.000 dan persediaan bahan baku Rp62.000.000. Saldo
awal Januari 2012 persediaan barang jadi, barang dalam proses dan bahan baku berturut-turut
adalah Rp140.000.000, Rp100.000.000, dan Rp30.000.000. Data selama Jan-Juni 2012 adalah
Penjualan: Rp340.00.000, Pembelian bahan baku: Rp115.000.000, Biaya Upah Langsung:
Rp80.000.000, Factory Overhead: 50% dari upah langsung dan persentase laba kotor: 25% dari
penjualan. Berapakah nilai persediaan barang dalam proses yang hancur?
a. Rp 69.000.000
b. Rp101.000.000
c. Rp 29.000.000
d. Tidak ada jawaban yang benar
JAWABAN: A
Dengan pendekatan gross profit method dapat ditentukan nilai harga pokok penjualan sbb:
Penjualan 340.000.000
HPP(75% x 340 jt) 255.000.000
Selanjutnya dapat dilakukan analisa rumus harga pokok penjualan sbb:
15) PT Semurah Hati melakukan pertukaran kendaraan yang dimilikinya dengan kendaraan milik
PT Semulia Hati. Kedua belah pihak mengharapkan adanya manfaat ekonomi di masa depan dari
pertukaran tersebut. Data masing-masing kendaraan sebagai berikut:
Kendaraan PT Semurah Hati Kendaraan PT Semulia Hati
Harga Perolehan Rp 250.000.000 Rp 275.000.000
Akumulasi Penyusutan (Rp187.500.000) (Rp206.250.000)
Harga Pasar Rp 130.000.000 Rp 150.000.000
Penyusutan akuntansi sama dengan fiskal. Manakah pernyataan berikut yang benar:
a. Tidak ada laba (rugi) pertukaran di kedua belah pihak, karena aktiva jenis dan tidak
melibatkan pembayaran kas
b. Laba akuntansi PT Semurah Hati Rp 67.500.000
Laba akuntansi PT Semulia Hati Rp 61.250.000
c. Laba fiskal PT Semurah Hati Rp 87.500.000
Laba fiskal PT Semulia Hati Rp 81.250.000
d. Laba fiskal PT Semurah Hati Rp 87.500.000
Laba akuntansi PT Semulia Hati Rp 81.250.000
JAWABAN: D
A. Perlakuan Perpajakan: UU PPh mengatur perlakuan PPh atas pertukaran harta sebagai
berikut:
Pasal 10 ayat 2: Nilai perolehan atau nilai penjualan dalam hal terjadi tukar-menukar harta
adalah jumlah yang seharusnya dikeluarkan atau diterima berdasarkan harga pasar.
Ketentuan ini mengandung pengertian bahwa harta yang diperoleh dinilai berdasarkan harga
pasarnya. Sehingga laba (rugi) pertukaran dihitung dengan membandingkan harga pasar harta
yang diterima dengan nilai buku fiskal harta yang diserahkan.
B. Perlakuan Akuntansi: PSAK 16 Tentang Aset Tetap, diantaranya menyatakan sebagai
berikut:
Paragraf 26: Jika entitas dapat menentukan nilai wajar secara andal, baik dari aset yang diterima
atau diserahkan, maka nilai wajar dari aset yang diserahkan digunakan untuk mengukur biaya
perolehan dari aset yang diterima kecuali jika nilai wajar aset yang diterima lebih jelas.
Kesimpulan / Perhitungan
PT Semurah Hati PT Semulia Hati
Laba Akuntansi
Nilai Buku 62.500.000 68.750.000
Harga Pasar Aset Diserahkan 130.000.000 150.000.000
67.500.000 81.250.000
Laba Fiskal
Nilai Buku 62.500.000 68.750.000
Harga Pasar Aset Diterima 150.000.000 130.000.000
87.500.000 61.250.000
II SOAL ESSAY
SOAL 1
Berikut ini data dari PT Elang Putih untuk tahun pajak 2011:
Peredaran Usaha Rp 27.800.000.000
Harga Pokok Penjualan Rp 16.750.000.000
Biaya Operasi Rp 6.950.000.000
Dari biaya operasi, diketahui:
- Terdapat pemberian beras ke pegawai Rp 200.000
- Makan minum untuk semua pegawai Rp 15.000.000
- Sumbangan pembangunan musholla dalam bentuk uang Rp 6.000.000
- PPh Pasal 25 Rp 18.000.000
- Biaya Seminar Rp 1.500.000
Penghasilan Lain:
Jasa Giro Rp 200.000
Laba Selisih Kurs Rp 150.000
Ditanya: Hitung PPh terutang PT Elang Putih untuk tahun 2011
SOAL II – ESSAY I
1. Laba Komersial
Peredaran Usaha 27.800.000.000
Harga Pokok Penjualan (16.750.000.000)
Laba Bruto 11.050.000.000
Biaya Operasi (6.950.000.000)
Laba Usaha 4.100.000.000
Penghasilan Lain 350.000
4.100.350.000
2. Koreksi Fiskal Positif Negatif
a. Beras Pegawai 200.000
b. Sumbangan Musholla 6.000.000
c. PPh Pasal 25 18.000.000
d. Jasa Giro 200.0000
24.200.000 200.0000 24.000.000
0