MAKALAH Etika Keperawatan
MAKALAH Etika Keperawatan
Dosen Pembimbing :
Disusun Oleh :
JURUSAN KEPERAWATAN
2023/2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat, rahmat
serta hidayah-Nya kita dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah Patofisiologi yang
berjudul “Endokarditis” ini dengan sebaik mungkin.
Kami menyadari bahwa makalah ini dapat tersusun berkat bimbingan dan bantuan
dari berbagai pihak. Maka dalam kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada :
Kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan menambah wawasan
ilmu pengetahuan serta sumber inspirasi juga memotivasi bagi para pembaca. Dan kami
berharap makalah yang kami susun ini mendapatkan saran maupun kritik yang bersifat
membangun dari para pembaca guna memperbaiki kesalahan sebagaimana mestinya.
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata pengantar. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2
Daftar isi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3
BAB 1 PENDAHULUAN
1.2 Rumusan
masalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .5
1.3 Tujuan
penulisan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .5
1.4 Manfaat
penulisan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .6
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Etika . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .7
3.1
Kesimpulan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .17
3.2
Saran . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .17
Daftar Pustaka . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
18
BAB I
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
Menurut PPNI (2003), Kode Etik Perawat adalah suatu pernyataan atau keyakinan yang
mengungkapkan kepedulian moral, nilai dan tujuan keperawatan. Kode Etik Keperawatan
adalah pernyataan standar profesional yang digunakan sebagai pedoman perilaku perawat
dan menjadi kerangka kerja untuk membuat keputusan.Aturan yang berlaku untuk
seorang perawat Indonesia dalam melaksanakan tugas/fungsi perawat adalah kode etik
perawat nasional Indonesia, dimana seorang perawat selalu berpegang teguh terhadap
kode etik sehingga kejadian pelanggaran etik dapat dihindarkan. Dengan adanya kode
etik, diharapkan para profesional perawat dapat memberikan jasa sebaik-baiknya kepada
pasien. Adanya kode etik akan melindungi perbuatan yang tidak profesional. Kode etik
keperawatan disusun oleh organisasi profesi, dalam hal ini di indonesia adalah Persatuan
Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
B. Profesionalitas perawat ditentukan dengan adanya standar perilaku yang berupa “Kode
etik”. Kode Etik ini disusun dan disahkan oleh organisasi/ wadah yang membina profesi
keperawatan. Dengan pedoman Kode Etik ini perawat menerapkan konsep-konsep etis.
Perawat bertindak secara bertanggung jawab, menghargai nilai-nilai dan hak-hak
individu.
C. Pelayanan kepada umat manusia merupakan fungsi utama perawat dan dasar adanya
profesi keperawatan. Pelayanan profesional berdasarkan kebutuhan manusia, karena itu
tidak membeda-bedakan. Pelayanan keperawatan ini juga didasarkan atas:
kepercayaanbahwa perawat akan berbuat hal yang benar/baik dan dibutuhkan, hal yang
menguntungkan pasien dan kesehatannya. Oleh karena itu bilamana menghadapi masalah
etis, dalam membuat keputusan/tindakan perawat perlu mengetahui, menggunakan serta
mempertimbangkan prinsip-prinsip dan aturan-aturan etis tersebut.
D. Dalam membuat keputusan etis ada banyak faktor yang berpengaruh antara lain: nilai
dan keyakinan klien, nilai dan keyakinan anggota profesi lain, nilai dan keyakinan
perawat itu sendiri, serta hak dan tanggung jawab semua orang yang terlibat. Perawat
berperan sebagai advokasi, memiliki tanggung jawab utama yaituuntuk melindungi hak-
hak klien. Peran perawat sebagai advokasi berasal dari prinsip etis “beneficience =
kewajiban untuk berbuat baik” dan “nonmaleficence = kewajiban untuk tidak
merugikan/mencelakakan”.
Etika keperawatan memiliki tujuan khusus bagi setiap orang yang berprofesi
sebagai perawat, tak terkecuali juga bagi seluruh orang yang menikmati layanan
keperawatan. Tujuan dari etika keperawatan pada dasarnya adalah agar para
perawat dalam menjalankan tugas dan fungsinya dapat menghargai dan
menghormati martabat manusia Secara umum tujuan etika keperawatan yaitu
menciptakan dan mempertahankan kepercayaan antara perawat dan klien,
perawat dengan perawat, perawat dengan profesi lain, juga antara perawat
dengan masyarakat.
Secara garis besar, tujuan etika keperawatan adalah sebuah upaya agar seluruh perawat yang
ada di indonesia dapat menghargai dan menghormati martabat manusia (klien) pada saat
menjalankan setiap tugas dan fungsinya sebagai perawat.
Kode etik profesi merupakan produk etika terapan karena dihasilkan berdasarkan
penerapan pemikiran etis atas suatu profesi. Kode etik profesi dapat berubah dan
diubah seiring perkembangan zaman. Kode etik profesi merupakan pengaturan diri
profesi yang bersangkutan, dan ini perwujudan nilai moral yang hakiki, yang tidak
dipaksakan dari luar.
Kode etik profesi hanya berlaku efektif apabila dijiwai oleh cita-cita dan milai-nilai
yang hidup dalam lingkungan profesi itu sendiri. Setiap kode etik profesi selalu dibuat
tertulis yang tersusun secara rapi, lengkap, tanpa catatan, dalam bahasa yang baik,
sehingga menarik perhatian dan menyenangkan pembacanya. Semua yang tergambar
adalah perilaku yang baik-baik. Bukan algoritma sederhana yang dapat menghasilkan
keputusan ets atau tidak etis Kadang-kadang bagian-bagian dari kode etik dapat terasa
saling bertentangan
1. Tanggung Jawab
2. Keadilan
Prinsip ini menuntut kita untuk memberikan kepada siapa saja apa yangmenjadi
haknya.
3. Otonomi
Prinsip ini menuntut agar setiap kaum profesional memiliki dan di berikebebasan
dalam menjalankan profesinya, tetapi dibatasi tanggungjawabdan komitmen
profesional dan tidak mengganggu kepentingan umum.
4. Prinsip Integritas Moral yang tinggi
Komitmen pribadi menjaga keluhuran profesi
A. Nilai-nilai etika itu tidak hanya milik satu atau dua orang, atau segolongan orang saja,
tetapi milik setiap kelompok masyarakat, bahkan kelompok yang paling kecil yaitu
keluarga sampai pada suatu bangsa. Dengan nilai-nilai etika tersebut, suatu kelompok
diharapkan akan mempunyai tata nilai untuk mengatur kehidupan bersama.
B. Salah satu golongan masyarakat yang mempunyai nilai-nilai yang menjadi landasan
dalam pergaulan baik dengan kelompok atau masyarakat umumnya maupun dengan
sesama anggotanya, yaitu masyarakat profesional. Golongan ini sering menjadi pusat
perhatian karena adanya tata nilai yang mengatur dan tertuang secara tertulis (yaitu kode
etik profesi) dan diharapkan menjadi pegangan para anggotanya.
C. Sorotan masyarakat menjadi semakin tajam manakala perilaku-perilaku sebagian para
anggota profesi yang tidak didasarkan pada nilai-nilai pergaulan yang telah disepakati
bersama (tertuang dalam kode etik profesi). Sehingga terjadi kemerosotan etik pada
masyarakat profesi tersebut. Sebagai contohnya adalah pada profesi hukum dikenal
adanya mafia peradilan, demikian juga pada profesi dokter dengan pendirian klinik super
spesialis di daerah mewah, sehingga masyarakat miskin tidak mungkin menjamahnya.
3.1 Kesimpulan
Kode etik bisa dilihat sebagai produk dari etika terapan, sebab dihasilkan berkat
penerapan pemikiran etis atas suatu wilayah tertentu, yaitu profesi. Tetapi setelah kode etik
ada, pemikiran etis tidak berhenti. Kode etik tidak menggantikan pemikiran etis, tapi
sebaliknya selalu didampingi refleksi etis. Supaya kode etik dapat berfungsi dengan
semestinya, salah satu syarat mutlak adalah bahwa kode etik itu dibuat oleh profesi sendiri.
Kode etik tidak akan efekut kalau di drop begitu saja dari atas yaitu instansi pemerintah atau
instansi-instansi lain; karena tidak akan dijiwai oleh cita-cita dan nilai-nilai yang hidup dalam
kalangan profesi itu sendiri. Instansi dari luar bisa menganjurkan membuat kode etik dan
harang kali dapat juga membantu dalam menimuskan, tetapi pembuatan kode etik itu sendiri
harus dilakukan oleh profesi yang bersangkutan. Supaya dapat berfungsi dengan baik, kode
etik itu sendiri harus menjadi hasil SELF REGULATION (pengaturan diri) dari profesi.
Dengan membuat kode etik, profesi sendiri akan menetapkan hitam atas putih niatnya
untuk mewujudkan nilai nilai moral yang dianggapnya hakiki. Hal ini tidak akan pernah bisa
dipaksakan dari luar. Hanya kode etik yang berisikan nilainilai dan cita-cita yang diterima
oleh profesi itu sendiri yang bisa mendarah daging dengannya dan menjadi tumpuan harapan
untuk dilaksanakan untuk dilaksanakan juga dengan tekun dan konsekuen. Syarat lain yang
harus dipenuhi agar kode etik dapat berhasil dengan baik adalah bahwa pelaksanaannya di
awasi terus menerus.
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Kode_etik_profesi