Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH ETIKA PROFESI KEPERAWATAN

Dosen Pembimbing :

Dwi Utari Widyastuti.,SST.,M.Kes.

Disusun Oleh :

1. Ainur Rahmatullah Fauzi (P27820122002)


2. Mbarep Ramadhani Maulana (P27820122029)

TINGKAT 1 SEMESTER II REGULER A

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SOETOMO

JURUSAN KEPERAWATAN

POLTEKKES KEMENKES SURABAYA

2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat, rahmat
serta hidayah-Nya kita dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah Patofisiologi yang
berjudul “Endokarditis” ini dengan sebaik mungkin.

Kami menyadari bahwa makalah ini dapat tersusun berkat bimbingan dan bantuan
dari berbagai pihak. Maka dalam kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada :

1. selaku Dosen Pembimbing mata kuliah Patofisiologi


2. Teman- teman yang telah mendukung dalam penyelesaian makalah ini.

Kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan menambah wawasan
ilmu pengetahuan serta sumber inspirasi juga memotivasi bagi para pembaca. Dan kami
berharap makalah yang kami susun ini mendapatkan saran maupun kritik yang bersifat
membangun dari para pembaca guna memperbaiki kesalahan sebagaimana mestinya.

Surabaya, 10 Maret 2023

Penyusun
DAFTAR ISI

Kata pengantar. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2

Daftar isi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5

1.2 Rumusan
masalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .5

1.3 Tujuan
penulisan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .5

1.4 Manfaat
penulisan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .6

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian
Etika . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .7

2.2 Pengertian Profesi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .


7

2.3 Pengertian Etika


Keperawatan. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .8

2.4 Pengertian Kode Etik Keperawatan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .


9

2.5 Kegunaan Etika


Keperawatan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .9

2.6 Tujuan Etika Keperawatan. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .


10

2.7 Fungsi Etika Keperawatan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 11


2.8 Tujuan Kode Etik Keperawatan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
12

2.9 Pengertian Etika Profesi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .


12

2.9.1 Fungsi Kode Etik


Profesi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .13

2.9.2 Urgensi Adanya Etika Profesi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .


13

2.9.3 Prinsip-prinsip Etika Profesi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .


14

2.9.4 Peranan Etika Dalam


Profesi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .15

2.9.5 Penyebab Pelanggaran Kode Etik Profesi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .


15

2.9.6 Sistem Penilaian Etika


Profesi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .15

2.10 Sanksi Pelanggaran Kode


Etik . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .16

BAB III PENUTUP

3.1
Kesimpulan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .17

3.2
Saran . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .17

Daftar Pustaka . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
18
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Etika merupakan kata yang sudah familiar dengan kehidupan kita sehari-
hari.Dimana pun kita berada pasti tidak bisa lepas dari etika. Baik di keluarga maupundi
masyarakat etika akan selalu menyertai kehidupan kita. Begitupun dalam profesi, etika
tidak bisa dilepaskan dari profesi. Tiap-tiap profesi pasti mempunyaietikanya masing-
masing.Mengapa etika ada dalam suatu profesi? Hal ini pasti karena etika mempunyai
peranan yang sangat penting dalam suatu profesi. Dalam mengemban suatu profesi, kita
tidak bisa hanya mengandalkan keahlian dan kecakapan kita tanpamemperhatikan etika
dalam bekerja. Sudah banyak contoh dari orang-orang pintar yang mumpuni di bidangnya
hancur disebabkan tidak mempunyai etika yang baik (moralitas). Di samping itu,
belakangan ini isu-isu seputar pelanggaran etika ataukode etik banyak terjadi. Oleh
karena itu, etika harus dipahami dan diterapkandalam sebuah profesi.Berdasarkan hal-hal
tersebut, kami akan membahas permasalahan etika, peranannya, urgensi etika, serta
sanksi-sanksi karena pelanggaran etika.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan etika profesi keperawatan?
2. Apa yang dimaksud dengan kode etik profesi keperawatan?
3. Apa tujuan kode etik profesi Keperawatan?
4. Apa urgensi adanya etika profesi?
5. Apa prinsip-prinsip dari etika profesi?
6. Apa saja peranan etika dalam profesi?
7. Apa penyebab pelanggaran kode etik profesi?
8. Bagaimana sistem penilaian etika?

1.3 Tujuan Penulisan


Memahami etika profesi keperawatan serta mampu menerapkannya dalam profesi
yang akan diemban.

1.4 Manfaat Penulisan


1. Memahami pengertian etika profesi keperawatan
2. Memahami urgensi etika profesi keperawatan
3. Memahami prinsip-prinsip etika profesi
4. Mempermudah pembelajaran etika profesi dalam perkuliahan
5. Mempermudah pengamalan etika profesi ketika bekerja
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Etika


Etika berasal dari bahasa Yunani Kuno, Ethikos, berarti timbul darikebiasaan. Etika juga
memiliki pengertian arti yang berbeda-beda jika dilihat darisudut pandang pengguna yang
berbeda dari istilah itu.
1. Bagi ahli falsafah, etika adalah ilmu atau kajian formal tentang moralitas.
2. Bagi sosiolog, etika adalah adat, kebiasaan dan perilaku orang-orang darilingkungan
budaya tertentu.
3. Bagi praktisi profesional termasuk dokter dan tenaga kesehatan lainnyaetika berarti
kewajiban dan tanggung jawab memenuhi harapan(ekspektasi) profesi dan masyarakat,
serta bertindak dengan cara-cara yang profesional, etika adalah salah satu kaidah yang
menjaga terjalinnyainteraksi antara pemberi dan penerima jasa.
4. Bagi eksekutif puncak rumah sakit, etika seharusnya berarti kewajiban dantanggung
jawab khusus terhadap pasien dan klien lain, terhadap organisasidan staff, terhadap diri
sendiri dan profesi, terhadap pemrintah dan padatingkat akhir walaupun tidak langsung
terhadap masyarakat. Kriteriawajar, jujur, adil, professional dan terhormat tentu berlaku
juga untuk eksekutif lain di rumah sakit
5. Bagi asosiasi profesi, etika adalah kesepakatan bersama dan pedomanuntuk diterapkan
dan dipatuhi semua anggota asosiasi tentang apa yangdinilai baik dan buruk dalam
pelaksanaan dan pelayanan profesi itu.

2.2 Pengertian Profesi


Profesi berasal dari bahasa latin “Proffesio” yang mempunyai dua pengertian yaitu janji
ikrar dan pekerjaan, Bila artinya dibuat dalam pengertian yang lebih luas menjadi
kegiatan “apa saja” dan “siapa saja” untuk memperoleh nafkah yang dilakukan dengan
suatu keahlian tertentu. Sedangkan dalam arti sempit profesi berarti kegiatan yang
dijalankan berdasarkan keahlian tertentu sekaligus dituntut daripadanya pelaksanaan
norma-norma sosial dengan baik. Profesi merupakan kelompok lapangan kerja yang
khusus melaksanakan kegiatan yang memerlukan keterampilan dan keahlian tinggi guna
memenuhi kebutuhan yang rumit dari manusia, di dalamnya pemakaian dengan cara yang
benar akan keterampilan dan keahlian tinggi, hanya dapat dicapai dengan dimilikinya
penguasaan pengetahuan dengan ruang lingkup yang luas, mencakup sifat. manusia,
kecenderungan sejarah dan lingkungan hidupnya serta adanya disiplin etika yang
dikembangkan dan diterapkan oleh kelompok anggota yang menyandang profesi tersebut.
Profesi merupakan bagian dari pekerjaan, namun tidak setiap pekerjaan adalah profesi.
Seorang petugas staf administrasi biasa berasal dari berbagai latar ilmu, namun tidak
demikian halnya dengan Akuntan Pengacara, Dokter yang membutuhkan pendidikan
khusus, Profesi merupakan suatu pekerjaan yang mengandalkan keterampilan dan
keahlian khusus yang tidak didapatkan pada pekerjaan-pekerjaan sebelumnya. Profesi
merupakan suatu pekerjaan yang menuntut pengemban profesi tersebut untuk terus
memperbaharui keterampilannya sesuai perkembangan teknologi. Secara populer
sedikitnya ada dua pengertian yang diberikan pada istilah profesi. Pertama, pekerjaan
yang ditekuni dan menjadi tumupuan hidup. Kedua, lebih dari sekedar pekerjaan, profesi
adalah bidang pekerjaaan yang dialnadasi oleh pendidikan keahlian tertentu, Selain itu,
profesi sering dibedakan ke dalam dua jenis, yaitu profesi baisa dan profesi luhur. Istilah
profesi dalam bab ini, sebagaimana dapat kita pahami nanti, selain mengandung arti
pekerjaan sebagai panggilan dan tumpuan hidup dan standar yang tinggi, juga berarti
pekerjaan yang bercirikan keluhuran dan komitmen moral yang tinggi. Tegasnya, profesi
memnag suatu pekerjaan, tetapi berbeda dengan pekerjaan pada umumnya. Suatu profesi
dibangun dengan landasan yang bermoral karena seorang profesional memang dituntut
untuk menghasilkan kinerja berstandar kualitas tinggi dan mengutamakan kepentingan
publik. Karena nilai-nilai moral ini, maka menyatakan "pencopet" adalah profesi tentulah
tidak tepsit: seorang pescopes, kesenanya, bukanlah seorang profesional, tetapi seorang
penjahat yang pada dasarnya anti moral atau immoral.

2.3 Pengertian Etika Keperawatan


Dalam literatur keperawatan dikatakan bahwa etika dimunculkan sebagai
moralitas, pengakuan kewenangan, kepatuhan pada peraturan, etikasosial, loyal pada
rekan kerja serta bertanggung jawab dan mempunyai sifat kemanusiaan. menurut Cooper
(1991), dalam Potter dan Perry (1997), etika keperawatan dikaitkan dengan hubungan
antar masyarakat dengan karakter serta sikap perawat terhadap orang lain.
Etika keperawatan merupakan standar acuan untuk mengatasi segala macam
masalah yang dilakukan oleh praktisi keperawatan terhadap para pasien yang tidak
mengindahkan dedikasi moral dalam pelaksanaan tugasnya (Amelia, 2013).Etika
keperawatan merujuk pada standar etik yang menentukan dan menuntun perawat dalam
praktek sehari-hari (Fry, 1994). Misalnya seorang perawat sebelum melakukan tindakan
keperawatan pada pasien, harus terlebih dahulu menjelaskan tujuan dari tindakan yang
akan dilakukannya serta perawat harus menanyakan apakah pasien bersedia untuk
dilakukan tindakan tersebut atau tidak. Dalam hal ini perawat menunjukkan sikap
menghargai otonomi pasien. Jika pasien menolak tindakan maka perawat tidak bisa
memaksakan tindakan tersebut sejauh pasien paham akan akibat dari penolakan tersebut.

2.4 Pengertian Kode Etik Keperawatan


Menurut Wijono D.(1999), kode etik adalah asas dan nilai yang berhubungan erat dengan
moral sehingga bersifat normatif dan tidak empiris, sehingga penilaian dari segi etika
memerlukan tolok ukur.

Menurut PPNI (2003), Kode Etik Perawat adalah suatu pernyataan atau keyakinan yang
mengungkapkan kepedulian moral, nilai dan tujuan keperawatan. Kode Etik Keperawatan
adalah pernyataan standar profesional yang digunakan sebagai pedoman perilaku perawat
dan menjadi kerangka kerja untuk membuat keputusan.Aturan yang berlaku untuk
seorang perawat Indonesia dalam melaksanakan tugas/fungsi perawat adalah kode etik
perawat nasional Indonesia, dimana seorang perawat selalu berpegang teguh terhadap
kode etik sehingga kejadian pelanggaran etik dapat dihindarkan. Dengan adanya kode
etik, diharapkan para profesional perawat dapat memberikan jasa sebaik-baiknya kepada
pasien. Adanya kode etik akan melindungi perbuatan yang tidak profesional. Kode etik
keperawatan disusun oleh organisasi profesi, dalam hal ini di indonesia adalah Persatuan
Perawat Nasional Indonesia (PPNI).

2.5 Kegunaan Etika Keperawatan

A. Perkembangan teknologi dalam bidang medis dan reproduksi, perkembangan tentang


hak-hak klien, perubahan sosial dan hukum, serta perhatian terhadap alokasi sumber-
sumber pelayanan kesehatan yang terbatas tentunya akan memerlukan pertimbangan
pertimbangan etis.

B. Profesionalitas perawat ditentukan dengan adanya standar perilaku yang berupa “Kode
etik”. Kode Etik ini disusun dan disahkan oleh organisasi/ wadah yang membina profesi
keperawatan. Dengan pedoman Kode Etik ini perawat menerapkan konsep-konsep etis.
Perawat bertindak secara bertanggung jawab, menghargai nilai-nilai dan hak-hak
individu.
C. Pelayanan kepada umat manusia merupakan fungsi utama perawat dan dasar adanya
profesi keperawatan. Pelayanan profesional berdasarkan kebutuhan manusia, karena itu
tidak membeda-bedakan. Pelayanan keperawatan ini juga didasarkan atas:
kepercayaanbahwa perawat akan berbuat hal yang benar/baik dan dibutuhkan, hal yang
menguntungkan pasien dan kesehatannya. Oleh karena itu bilamana menghadapi masalah
etis, dalam membuat keputusan/tindakan perawat perlu mengetahui, menggunakan serta
mempertimbangkan prinsip-prinsip dan aturan-aturan etis tersebut.

D. Dalam membuat keputusan etis ada banyak faktor yang berpengaruh antara lain: nilai
dan keyakinan klien, nilai dan keyakinan anggota profesi lain, nilai dan keyakinan
perawat itu sendiri, serta hak dan tanggung jawab semua orang yang terlibat. Perawat
berperan sebagai advokasi, memiliki tanggung jawab utama yaituuntuk melindungi hak-
hak klien. Peran perawat sebagai advokasi berasal dari prinsip etis “beneficience =
kewajiban untuk berbuat baik” dan “nonmaleficence = kewajiban untuk tidak
merugikan/mencelakakan”.

2.6 Tujuan Etika Keperawatan

Etika keperawatan memiliki tujuan khusus bagi setiap orang yang berprofesi
sebagai perawat, tak terkecuali juga bagi seluruh orang yang menikmati layanan
keperawatan. Tujuan dari etika keperawatan pada dasarnya adalah agar para
perawat dalam menjalankan tugas dan fungsinya dapat menghargai dan
menghormati martabat manusia Secara umum tujuan etika keperawatan yaitu
menciptakan dan mempertahankan kepercayaan antara perawat dan klien,
perawat dengan perawat, perawat dengan profesi lain, juga antara perawat
dengan masyarakat.

Menurut American Ethics Commission Bureau on Teaching, tujuan etika


keperawatan adalah mampu:

A. Mengenal dan mengidentifikasi unsur moral dalam praktekkeperawatan.


B. Membentuk strategi/cara menganalisis masalah moral yang terjadi dalam
praktek keperawatan.
C. Menghubungkan prinsip-prinsip moral yang baik dan dapat
dipertanggungjawabkan pada diri sendiri, keluarga, masyarakat dan
kepada Tuhan, sesuai dengan kepercayaannya.

Menurut National League for Nursing (NLN): Pusat Pendidikan


keperawatanmilik Perhimpunan Perawat Amerika, pendidikan etika
keperawatan bertujuan:

A. Meningkatkan pengertian peserta didik tentang hubungan antar


profesikesehatan dan mengerti tentang peran dan fungsi masing-masing
anggota tim tersebut.
B. Mengembangkan potensi pengambilan keputusan yang berkenaan
denganmoralitas, keputusan tentang baik dan buruk yang akan
dipertanggungjawabkan kepada Tuhan YME sesuai dengan
kepercayaannya Mengembangkan sikap pribadi dan sikap profesional
peserta didik
C. Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menerapkan ilmu dan
prinsip-prinsip etika keperawatan dalam praktek dan dalam situasi nyata.

Secara garis besar, tujuan etika keperawatan adalah sebuah upaya agar seluruh perawat yang
ada di indonesia dapat menghargai dan menghormati martabat manusia (klien) pada saat
menjalankan setiap tugas dan fungsinya sebagai perawat.

2.7 Fungsi Etika Keperawatan

A. Menunjukkan sikap kepemimpinan dan bertanggung jawab dalam mengelola


asuhan keperawatan

B. Mendorong para perawat di seluruh Indonesia agar dapat berperan serta


dalam kegiatan penelitian dalam bidang keperawatan dan menggunakan hasil
penelitian serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk
meningkatkan mutu dan jangkauan pelayanan atau asuhan keperawatan.
C. Mendorong para perawat agar dapat berperan serta secara aktif dalam
mendidik dan melatih pasien dalam kemandirian untuk hidup sehat, tidak hanya
di rumah sakit tetapi di luar rumah sakit.

D. Mendorong para perawat agar bisa mengembangkan diri secara terus


menerus untuk meningkatkan kemampuan profesional, integritas dan
loyalitasnya bagi masyarakat luas

E. Mendorong para perawat agar dapat memelihara dan mengembangkan


kepribadian serta sikap yang sesuai dengan etika keperawatan dalam
melaksanakan profesinya.

F. Mendorong para perawat menjadi anggota masyarakat yang responsif,


produktif, terbuka untuk menerima perubahan serta berorientasi ke masa depan
sesuai dengan perannya.

2.8 Tujuan Kode Etik Keperawatan


1. Merupakan dasar dalam mengatur hubungan antar perawat, klien atau pasien, teman
sebaya, masyarakat, dan unsur profesi, baik dalam profesi keperawatan maupun
dengan profesi lain di luar profesi keperawatan.
2. Merupakan standar untuk mengatasi masalah yang dilakukan oleh praktisi
keperawatan yang tidak mengindahkan dedikasi moral dalam pelaksanaan tugasnya.
3. Untuk mendukung profesi perawat yang dalam menjalankan tugasnya diperlakukan
secara tidak adil oleh institusi maupun masyarakat.
4. Merupakan dasar dalam menyusun kurikulum pendidikan keperawatan agar dapat
menghasilkan lulusan yang berorientasi pada sikap profesional keperawatan.
5. Untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat pengguna jasa pelayanan
keperawatan akan pentingnya sikap profesional dalam melaksanakan tugas praktek
keperawatan.

2.9 Pengertian Etika Profesi


Etika Profesi dalah acuan perilaku perseorangan atau korporasi yang dianggap
harus diikuti pelaku aktivitas profesional. Para profesional memiliki pengetahuan
dan keahlian yang khusus, dan untuk kode etika profesional dibuat untuk mengatur
bagaimana pengetahuan dan keahlian tersebut digunakan, terutama dalam situasi-
situasi terkait masalah moral.[2] Biasanya hal ini terkait dengan kemampuan para
profesional untuk membuat penilaian dan keputusan yang tidak bisa dibuat orang
awam yang tidak memiliki pengetahuan dan keahlian khusus tersebut. Salah satu
contoh awal etika profesional adalah Sumpah Hippokrates yang sampai sekarang
masih diikuti para dokter.

2.9.1 Fungsi Kode Etik Profesi

A. Memberikan pedoman bagi setiap anggota profesi tentang prinsip profesionalitas


yang digariskan.
B. Sebagai sarana kontrol sosial bagi masyarakat atas profesi yang bersangkutan.
C. Mencegah campur tangan pihak di luar organisasi profesi tentang hubungan
etika dalam keanggotaan profesi. Etika profesi sangatlah dibutuhkan dalam
berbagai bidang.

2.9.2 Urgensi Adanya Etika Profesi

Dalam pergaulan hidup bermasyarakat, bernegara hingga pergaulan hidup tingkat


internasional diperlukan suatu sistem yang mengatur bagaimana seharusnya manusia
bergaul. Sistem pengaturan pergaulan tersebut menjadi saling menghormati dan
dikenal dengan sebutan sopan santun, tata krama, protokoler. Dan lain-lain. Maksud
pedoman pergaulan tidak lain untuk menjaga kepentingan masingmasing yang terlibat
agara mereka senang, tenang, tentram, terlindung tanpa merugikan kepentingannya
serta terjamin agar perbuatannya yang tengah dijalankan sesuai dengan adat kebiasaan
yang berlaku dan tidak bertentangan dengan hak-hak asasi umumnya. Hal itulah yang
mendasari tumbuh kembangnya etika di masyarakat kita..

Etika dalam perkembangannya sangat mempengaruhi kehidupan manusia. Etika


memberi manusia orientasi bagaimana ia menjalani hidupnya melalui rangkaian
tindakan sehari-hari. Itu berarti etika membantu manusia untuk mengambil sikap dan
bertindaksecara tepat dalam menjalani hidup ini. Etika pada akhimya membantu kita
untuk mengambil keputusan tentang tindakan apa yang perlu kita lakukan dan yang
perlu kita pahami bersama bahwa etika ini dapat diterapkan dalam segala aspek atau
sisi kehidupan kita Begitu juga dengan etika profesi yang keberadaannya sangat
diperlukan bagi kalangan professional.

Kode etik profesi merupakan produk etika terapan karena dihasilkan berdasarkan
penerapan pemikiran etis atas suatu profesi. Kode etik profesi dapat berubah dan
diubah seiring perkembangan zaman. Kode etik profesi merupakan pengaturan diri
profesi yang bersangkutan, dan ini perwujudan nilai moral yang hakiki, yang tidak
dipaksakan dari luar.

Kode etik profesi hanya berlaku efektif apabila dijiwai oleh cita-cita dan milai-nilai
yang hidup dalam lingkungan profesi itu sendiri. Setiap kode etik profesi selalu dibuat
tertulis yang tersusun secara rapi, lengkap, tanpa catatan, dalam bahasa yang baik,
sehingga menarik perhatian dan menyenangkan pembacanya. Semua yang tergambar
adalah perilaku yang baik-baik. Bukan algoritma sederhana yang dapat menghasilkan
keputusan ets atau tidak etis Kadang-kadang bagian-bagian dari kode etik dapat terasa
saling bertentangan

2.9.3 Prinsip-prinsip Etika Profesi

1. Tanggung Jawab

Tanggung jawab terhadap pelaksanaan pekerjaan itu dan terhadap hasilnyadan


tangggung jawab terhadap dampak dari profesi itu untuk kehidupanorang lain atau
masyarakat pada umumnya.

2. Keadilan

Prinsip ini menuntut kita untuk memberikan kepada siapa saja apa yangmenjadi
haknya.

3. Otonomi
Prinsip ini menuntut agar setiap kaum profesional memiliki dan di berikebebasan
dalam menjalankan profesinya, tetapi dibatasi tanggungjawabdan komitmen
profesional dan tidak mengganggu kepentingan umum.
4. Prinsip Integritas Moral yang tinggi
Komitmen pribadi menjaga keluhuran profesi

2.9.4 Peranan Etika Dalam Profesi

A. Nilai-nilai etika itu tidak hanya milik satu atau dua orang, atau segolongan orang saja,
tetapi milik setiap kelompok masyarakat, bahkan kelompok yang paling kecil yaitu
keluarga sampai pada suatu bangsa. Dengan nilai-nilai etika tersebut, suatu kelompok
diharapkan akan mempunyai tata nilai untuk mengatur kehidupan bersama.
B. Salah satu golongan masyarakat yang mempunyai nilai-nilai yang menjadi landasan
dalam pergaulan baik dengan kelompok atau masyarakat umumnya maupun dengan
sesama anggotanya, yaitu masyarakat profesional. Golongan ini sering menjadi pusat
perhatian karena adanya tata nilai yang mengatur dan tertuang secara tertulis (yaitu kode
etik profesi) dan diharapkan menjadi pegangan para anggotanya.
C. Sorotan masyarakat menjadi semakin tajam manakala perilaku-perilaku sebagian para
anggota profesi yang tidak didasarkan pada nilai-nilai pergaulan yang telah disepakati
bersama (tertuang dalam kode etik profesi). Sehingga terjadi kemerosotan etik pada
masyarakat profesi tersebut. Sebagai contohnya adalah pada profesi hukum dikenal
adanya mafia peradilan, demikian juga pada profesi dokter dengan pendirian klinik super
spesialis di daerah mewah, sehingga masyarakat miskin tidak mungkin menjamahnya.

2.9.5 Penyebab Pelanggaran Kode Etik Profesi


a. Pengaruh sifat kekeluargaan. Misalnya, Seorang dosen yang memberikan nilai tinggi
kepada seorang mahasiswa dikarenakan mahasiswa tersebut keponakan dosen
tersebut.
b. Pengaruh jabatan. Misalnya, seorang yang ingin masuk ke akademi kepolisian, dia
harus membayar puluhan juta rupiah kepada ketua polisi di dacranhya. Kapolsek
tersebut menyalah gunakan jabatannya.
c. Pengaruh masih lemahnya penegakan hukum di Indonesia, sehingga menyebabkan
pelaku pelanggaran kode etik profesi tidak merasa khawatir melakukan pelanggaran.
d. Tidak berjalannya kontrol dan pengawasan dari masyarakat.
e. Organisasi profesi tidak dilengkapi denga sarana dan mekanisme bagi masyarakat
untuk menyampaikan keluhan
f. Rendahnya pengetahuan masyarakat mengenai substansi kode etik profesi. karena
buruknya pelayanan sosialisasi dari pihak profesi sendiri.
g. Belum terbentuknya kultur dan kesadaran dari para pengemban profesi untuk menjaga
martabat luhur profesinya.
h. Tidak adanya kesadaran etis da moralitas diantara para pengemban profesi untuk
menjaga martabat luhur profesinya.
2.9.6 Sistem Penilaian Etika Profesi
Titik berat penilaian etika sebagai suatu ilmu adalah pada perbuatan baik atau jahat, susila
atau tidak susila. Perbuatan atau kelakuan seseorang yang telah menjadi sifat baginya atau
telah mendarah daging, itulah yang disebut akhlak atau budi pekerti. Budi tumbuhnya
dalam jiwa, bila telah dilahirkan dalam bentuk perbuatan namanya pekerti. Jadi suatu
budi pekerti, pangkal penilaiannya adalah dari dalam jiwa; dari semasih berupa angan-
angan, cita-cita, niat hati, sampai ia lahir keluar berupa perbuatan nyata.
Burhanuddin Salam, Drs. Menjelaskan bahwa sesuatu perbuatan di nila pada 3 (tiga)
tingkat, yaitu:
A. Tingkat pertama, semasih belum lahir menjadi perbuatan, jadi masih berupa
rencana dalam hati, niat.
B. Tingkat kedua, setelah lahir menjadi perbuatan nyata, yaitu pekerti.
C. Tingkat ketiga, akibat atau hasil perbuatan tersebut, yaitu baik atau buruk.
Berdasarkan sistematika di atas, kita bisa melihat bahwa Etika Profesi merupakan
bidang etika khusus atau terapan yang merupakan produk dari etika sosial. Kata hati
atau niat biasa juga disebut karsa atau kehendak, kemauan, wil Dan isi dari karsa
inilah yang akan direalisasikan oleh perbuatan. Dalam hal merealisasikan ini ada (4
empat) variabel yang terjadi, yaitu:
A. Tujuan haik, tetapi cara untuk mencapainya yang tidak baik.
B. .Tujuannya yang tidak baik, cara mencapainya kelihatannya baik
C. Tujuannya tidak baik, dan cara mencapainya juga tidak baik
D. Tujuannya baik, dan cara mencapainya juga terlihat baik

2.10 Sanksi Pelanggaran Kode Etik


a) Sanksi moral
b) Sanksi dikeluarkan dari organisasi
c) Kasus-kasus pelanggaran kode etik akan ditindak dan dinilai oleh suatu
dewan kehormatan atau komisi yang dibentuk khusus untuk itu.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kode etik bisa dilihat sebagai produk dari etika terapan, sebab dihasilkan berkat
penerapan pemikiran etis atas suatu wilayah tertentu, yaitu profesi. Tetapi setelah kode etik
ada, pemikiran etis tidak berhenti. Kode etik tidak menggantikan pemikiran etis, tapi
sebaliknya selalu didampingi refleksi etis. Supaya kode etik dapat berfungsi dengan
semestinya, salah satu syarat mutlak adalah bahwa kode etik itu dibuat oleh profesi sendiri.
Kode etik tidak akan efekut kalau di drop begitu saja dari atas yaitu instansi pemerintah atau
instansi-instansi lain; karena tidak akan dijiwai oleh cita-cita dan nilai-nilai yang hidup dalam
kalangan profesi itu sendiri. Instansi dari luar bisa menganjurkan membuat kode etik dan
harang kali dapat juga membantu dalam menimuskan, tetapi pembuatan kode etik itu sendiri
harus dilakukan oleh profesi yang bersangkutan. Supaya dapat berfungsi dengan baik, kode
etik itu sendiri harus menjadi hasil SELF REGULATION (pengaturan diri) dari profesi.
Dengan membuat kode etik, profesi sendiri akan menetapkan hitam atas putih niatnya
untuk mewujudkan nilai nilai moral yang dianggapnya hakiki. Hal ini tidak akan pernah bisa
dipaksakan dari luar. Hanya kode etik yang berisikan nilainilai dan cita-cita yang diterima
oleh profesi itu sendiri yang bisa mendarah daging dengannya dan menjadi tumpuan harapan
untuk dilaksanakan untuk dilaksanakan juga dengan tekun dan konsekuen. Syarat lain yang
harus dipenuhi agar kode etik dapat berhasil dengan baik adalah bahwa pelaksanaannya di
awasi terus menerus.

3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Kode_etik_profesi

Anda mungkin juga menyukai